Outline Modul II Line Ballance
Outline Modul II Line Ballance
1
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm. 170
2
Sinuligga. Sukaria.2017. “Perencanaan & Pegendalian Produksi”. Medan, Usu Press. Hal. 132
3.2. Jenis-jenis struktur Produk
3
Adapun jenis-jenis dari struktur produk adalah sebagai berikut :
1. Struktur Produk Standar, menunjukkkan lebih banyak subassemblies daripada
produk akhir, dan lebih banyak komponen daripada subassemblies (berbentuk
segitiga dengan puncak adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies,
dan bagian bawah atau dasar adalah komponen dan bahan baku).
2. Struktur Produk Modular, terdapat pada produk seperti mobil, komputer,
menunjukkan dimana lebih sedikit subassemblies atau modules daripada
produk akhir (berbentuk dua buah segitiga dengan puncak yang bertemu di
tengah, dengan bagian atas adalah produk akhir, bagian tengah adalah
assemblies, dan bagian bawah adalah komponen dan bahan baku).
3. Strukur Inverted, terdapat pada produk seperti minyak, kertas, gelas. Lebih
sedikit subassemblies dibandingkan produk akhir, dan lebih sedikit komponen
dan bahan baku dibandingkan subassemblies (berbentuk segitiga terbalik,
dengan bagian atas adalah produk akhir, bagian tengah adalah assemblies, dan
bagian bawah adalah komponen dan bahan baku.
Struktur produk berisikan informasi-informasi mengenai hubungan part dan
komponen yang saling berhubungan. Dalam Struktur produk terdapat jenis-jenis
seperti struktur produk standar, struktur produk modular dan struktur produk
interval dimana jenis-jenis struktur produk ini digunakan untu mengetahui struktur
produk yang akan dipakai.
3
Gaspersz, Vincent. 1998. “Production Planning and Inventory Control “ Berdasarkan Pendekatan
Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. hlm. 148-149
3.3. Jenis-jenis Bill of Material
4
Ada beberapa format data yang ditampilkan dalam bill of material antara
lain ialah :
3.3.1. Single-level bill of materials
Single-level bill of material adalah sebuah bill of material yang ditransformasi
dari product structure tree seperti gambar dibawah ini:
4
Sinuligga. Sukaria.2017. “Perencanaan & Pegendalian Produksi”. Medan, Usu Press. Hal. 134-
136
3.4. Pengertian dan Jenis-jenis Peta Kerja5
3.4.1. Pengertian Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat
semua langkah atau kejadian yang dilami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk
ke pabrik (berbentuk bahan baku); kemudian menggambarkan semua langkah yang
dialaminya seperti; transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan; sampai
akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari
suatu produk lengkap.
5
Sutalaksana. Iftikar. Dkk. 2006. “Teknik Perancangan Sistem Kerja”. Bandung. ITB. Hlm. 17-22
3.5. Pengertian dan Lambang-lambang Dalam Assembly Process Chart
3.5.1. Pengertian Assembly Process Chart
6
Peta proses perakitan (Assembly Process Chart) atau disingkat APC
merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan
dialami komponen berikut pemeriksaanya dari awal sampai produk jadi selesai
6
Sugiarto Atok, Dkk. Desain Alat Bantu Pada Magnet Assembly Process Guna Mengoptimalkan
Pemakaian Lem Dengan Metode QFD Studi Kasus Di PT. Shimano batam. 2014. Batam
7
Maryana,dkk. 2015. Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian Produksi Dengan Menggunakan
Man and Machine Chart. Vol. 02 No. 2. Hal 3.
3.6. Metode 5W+1H
8
Teknik 5W 1H adalah singkatan dari “What, Who, When, Where, Why, How"
yang dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi kata apa, siapa, kapan, dimana,
mengapa dan bagaimana. Teknik 5W+1H adalah suatu konsep dasar untuk
pengumpulan informasi agar dapat memperoleh cerita yang utuh tentang suatu hal.
Kalimat tanya biasa disebut juga kalimat untuk menggali informasi. Konsep ini
menekankan bahwa kalimat tanya yang dipergunakan, dirumuskan dengan 5W 1H,
yaitu what (apa), where (di mana), who (siapa), when (kapan), why (mengapa), dan
how (bagaimana).
Adapun langkah-langkah teknik 5W 1H adalah sebagai berikut :
1. What dalam bahasa Indonesia adalah “ apa” menunjukakan benda
2. Who dalam bahasa Indonesia adalah “siapa” bisa diibaratkan tokoh dalam
cerita (subjek)
3. When diartikan “kapan” atau bisa disebut waktu kejadian
4. Where diartikan “dimana” menunjukan tempat kejadian
5. Why diartikan “mengapa” menunjukan keterangan
6. How diartikan “bagaimana” menunjukan suatu cara
Contoh 5W 1H :
o What ( apa ini ? )
o Who ( siapa yang tidak hadir hari ini ? )
o When ( kapan Andi berobat ke Dokter ? )
o Where ( dimana Andi akan berlibur ? )
o Why (mengapa kamu tidak ke Jakarta?)
o How (bagaimana mengerjakan tugas ini?)
8
Misrah, dkk. "Peningkatan Kemampuan Siswa Membuat Kalimat Tanya Melalui Teknik 5W 1H
di Kelas IV SD Inpres Lobu Gio”. Vol. 1 No. 4. Hal 2-3.
3.7. Pengertian, Tujuan Utama dn Permasalahan dalam Line Balancing
3.7.1. Pengertian Line Balancing
9
Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang
dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintaa Perakitan)
biasanya terdiri dari sejumlah ara kerja yang dinamakan stasiun kerja yang
ditangani oleh seorang atau lebih operator dan ada kemungkinan ditangani dengan
menggunakan bermacam-macam alat.
9
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm. 205
10
Ibid. Hlm. 205
11
Ibid. Hlm. 209
3.8. Pengertian Istilah-istilah berikut :
3.8.1. Precedence Diagram
12
Ada beberapa cara untuk menggambar kondisi precedence untuk
menggambarkan kondisi ini secara efektif yaitu dengan menggunakan diagram
precedence. Maksud dari diagram ini adalah untuk menggambarkan situasi lintasan
yang nyata dalam bentuk diagram. Precedence diagram dapat disusun
menggunakan dua simbo dasar yaitu :
1. Elemen Simbol, adalah lingkaran denga nomor atau huruf elemen terkandung
di dalamnya.
2. Hubungan antar simbol, biasanya menggunakan anak panah untuk menyatakan
hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen pada eleme simbol
lainnya.
12
Ibid. Hlm. 208
13
Siska Mery. Dkk. 2012. “Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo
Bakery”. Pekanbaru. Hlm. 483
14
Ibid. Hlm. 483-484
3.8.4. Efisiensi Stasiun Kerja
15
Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun
kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar.
15
Fudianto Dupi. Dkk. 2017. “Rancangan Keseimbangan Lintasan Stasiun Kerja Guna
Meningkatkan Efisiensi Waktu Siklus Operasi Produk Es Balok (Studi Kasus: Perusahaan Es Balok,
Pt.X Pandaan Pasuruan)” Pasuruan. Hlm. 29
16
Siska Mery. Op.Cit. Hlm. 484
17
Fudianto. Op.Cit. Hlm. 29
18
Ibid. Hlm. 29
3.9. Pembagian Metode atau Teknik Dalam Line Balancing
19
Untuk penyeimbangan lintasan perakitan ada beberapa teori yag
dikemukakan oleh para ahli yang menelitidi bidang ini. Metode ini secara garis
besar dibagi mnejadi dalam dua bagian yaitu :
19
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hlm. 212
mengubah preccendence dengan menjaga permutabilitas dalam kolom yang
baru.
2. Metode Integer (Berdasarkan Formulasi Problem Line Balancing-U)
Perakitan terdiri rangkaian stasiun kerja kumpulan dari tugas yang dinyatakan
berdasarkan rangkaian tugas-tugas. Masalah dalam pemilihan dan
pengelompokan subjek pada rangkaian ini terdiri atas rangkaian stasiun kerja
yang diberikan berdasarkan langkah-langkah produksi atau pemaksimalan
rata-rata produksi diberikan berdasarkan jumlah stasiun kerja yang biasanya
dalam lintasan perakitan.
20
Ibid. Hlm. 209
3.11. Rating Factor, Allowance, Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu
Baku
3.11.1. Rating factor
21
Rating factor merupakan teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi
terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu
yang diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut
Besarnya harga faktor penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu
1. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu
cepat)
2. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal
(terlalu lambat)
3. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar
3.11.2. Allowance
22
Allowance dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada operator
untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang
diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja
yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain:
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique)
3. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan.
21
Erwin Sitorus. Dkk. 2017. “Optimasi Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu Standard”.
Medan. Hlm. 11
22
Ibid., Hlm. 11
23
Sutalaksana. Iftkar. Dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung. Pegerbit ITB
Ws
X i
24
Sitorus Erwin. Op.Cit. Hlm. 12
25
Djafar Syamsir Kiayi. 2010. Analisis Perancangan Waktu Kerja Dengan Menggunakan Metode
Work Sampling (Studi Kasus di Kawasan Industri Agro Terpadu Kab. Bone Bolango). Hlm. 181
3.12. Metode-metode Pengukuran Waktu
26
Pengukuran waktu dilakukan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, dengan asumsi bahwa standar telah
ditetapkan.
Pengukuran waktu kerja secara langsung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Work Sampling, suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses, atau pekerja..
2. Stopwatch Time Study, dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku yang
selanjutnya akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaaan bagi
semua pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama.
Metode pengukuran waktu terbagi atas dua yaitu work sampling dan
stopwatch time study yang mana metode ini digunakan untuk menegtahui waktu
yang dibutuhkan oleh operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
diberikan dengan waktu standar.
26
Widagdo, Gratia Utomo. Analisis Perhitungan Waktu Baku Dengan Menggunakan Metode Jam
Henti Pada Produk Pulley di CV. Putra Mandiri Jakarta. Vol. XII. No. 2. Hal 3.
Daftar Pustaka
Erwin Sitorus. Dkk. 2017. “Optimasi Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Waktu
Standard”. Medan.
Gaspersz, Vincent. 1998. “Production Planning and Inventory Control “
Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
Manufakturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Maryana,dkk. 2015. Perbaikan Metode Kerja Pada Bagian Produksi Dengan
Menggunakan Man and Machine Chart. Vol. 02 No. 2
Misrah, dkk. "Peningkatan Kemampuan Siswa Membuat Kalimat Tanya Melalui
Teknik 5W 1H di Kelas IV SD Inpres Lobu Gio”. Vol. 1 No. 4.
Sinuligga. Sukaria.2017. “Perencanaan & Pegendalian Produksi”. Medan, Usu
Press.
Siska Mery. Dkk. 2012. “Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi
CV. Bobo Bakery”. Pekanbaru.
Sugiarto Atok, Dkk. Desain Alat Bantu Pada Magnet Assembly Process Guna
Mengoptimalkan Pemakaian Lem Dengan Metode QFD Studi Kasus Di
PT. Shimano batam. 2014. Batam
Sutalaksana. Iftikar. Dkk. 2006. “Teknik Perancangan Sistem Kerja”. Bandung.
ITB
Widagdo, Gratia Utomo. Analisis Perhitungan Waktu Baku Dengan Menggunakan
Metode Jam Henti Pada Produk Pulley di CV. Putra Mandiri Jakarta. Vol.
XII. No. 2.