Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG

LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air asam tambang merupakan salah satu isu lingkungan yang berpotensi terjadi
di kegiatan penambangan baik batubara maupun bijih. Air asam tambang terbentuk
karena adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan penggalian dan
penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut kontak dan teroksidasi oleh
oksidator utama yakni oksigen dan membentuk produk-produk oksidasi. Produk-
produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh adanya air (air hujan). Hal ini
menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang ditandai dengan
rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan air asam tambang
juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam terlarut di badan
air penerima. Pada pertambangan batubara yang menerapkan metode tambang terbuka
(open pit mine), air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi yakni pit
penambangan (mine pit) dan timbunan batuan penutup (over burden disposal).
Pembentukan air asam tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari ketika
lapisan batuan penutup yang berpotensi membentuk air asam tambang tersingkap
menjadi dinding pit dan kontak dengan oksigen dan air. Oleh karena itu, air asam
tambang yang bersumber dari pit penambangan berpotensi memiliki kualitas yang
tidak memenuhi baku mutu lingkungan sehingga harus dialirkan ke sistem pengolahan
air asam tambang sebelum masuk ke badan air penerima. Sedangkan pembentukan air
asam tambang di timbunan batuan penutup berpotensi dapat terbentuk ketika timbunan
tersebut belum final dan jika tidak adanya upaya pencegahan pembentukan air asam
tambang yang salah satunya dapat dilakukan melalui metode enkapsulasi.
Mempelajari tentang air asam tambang adalah hal yang utama pada industri
pertambangan khususnya pada tambang batubara. Sebagai seorang sarjana teknik
pertambangan alangkah baiknya mengetahui hal-hal yang seperti ini karena sangat
diperlukan pengetahuan tentang air asam tambang terutama pencegahan dan
pengolahannya. Oleh kerana itu mempelajari air asam tambang dalam suatu praktikum
laboratorium adalah hal yang sangat dibutuhkan terutama pemahaman tentang bahaya
yang ditimbulkan bagi lingkungan seperti pencemaran air dan tanah pada lingkungan.

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum air asam tambang 1 yaitu agar kami dapat
mengetahui bagaimana tingkat keasaman pada sempel tanah dan batubara yang ada
disekitar area pertambangan dan juga dapat mengimplementasikan dalam dunia
pertambangan yang tarkait masalah air asam tambang tersebut.
1.2.2 Tujuan Praktikum
1. Kami mampu mengetahui pengertian air asam tambang.
2. Kami mampu menghitung nilai parameter-parameter pada pengujian air asam
tambang.
3. Kami dapat megetahui faktor-faktor yang mempengaruhi air asam tambang.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Alat tulis menulis.
2. Corong.
3. Labu ukur.
4. Gelas ukur.
5. Intelegent Meter.
8. Lap halus
1.3.2 Bahan
1. Aquades.
2. Tanah.
3. Tissue

4. Lapisan tanah bawah (Floor)

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Asam Tambang

Air asam tambang terbentuk karena adanya mineral sulfida yang tersingkap
akibat kegiatan penggalian dan penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut
kontak dan teroksidasi oleh oksidator utama yakni oksigen dan membentuk produk-
produk oksidasi. Produk-produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh adanya air
(air hujan). Hal ini menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang
ditandai dengan rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan air
asam tambang juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam
terlarut di badan air penerima. Di pertambangan batubara yang menerapkan metode
tambang terbuka (open pit mine), air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi
yakni pit penambangan (mine pit) dan timbunan batuan penutup (overburden
disposal). Pembentukan air asam tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari
ketika lapisan batuan penutup yang berpotensi membentuk air asam tambang
tersingkap menjadi dinding pit dan kontak dengan oksigen dan air. Oleh karena itu, air
asam tambang yang bersumber dari pit penambangan berpotensi memiliki kualitas
yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan sehingga harus dialirkan ke sistem
pengolahan air asam tambang sebelum masuk ke badan air penerima. Sedangkan
pembentukan air asam tambang di timbunan batuan penutup berpotensi dapat
terbentuk ketika timbunan tersebut belum final dan jika tidak adanya upaya
pencegahan pembentukan air asam tambang yang salah satunya dapat dilakukan
melalui metode enkapsulasi. Mineral sulfida merupakan mineral yang secara alami
berdasarkan proses pembentukannya sudah terkandung didalam batuan. Mineral yang
menjadi sumber pembentuk air asam tambang ini berpotensi dapat ditemukan di area
penambangan baik tambang batubara maupun mineral.

2.2 Faktor-Faktor Pemicu Air Asam Tambang

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan, migrasi dan dampak


potensial terhadap penerima air asam tambang yaitu faktor-faktor yang mengatur laju
reaksi oksidasi sulfida dan faktor-faktor yang mengubah komposisi air penyaliran

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

tambang (mine waste) sebelum ataupun setelah keluar tambang atau fasilitas
pengolahan.

Gambar 2.1. Faktor pemicu air asam asam tambang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi oksidasi sulfida dalam


pembentukan air asam tambang terdiri dari faktor fisika dan kimia serta faktor
biologis. Faktor fisika dan kimia yaitu jenis, luas permukaan, enkapsulasi, bentuk
kristal dan morfologi dari mineral sulfida, selanjutnya pH, potensial redoks, suhu,
sumber air lingkungan sekitar dan jenis (oksigen dan ion feri) serta ketersediaan
oksidan. Faktor biologis juga dapat mempengaruhi laju reaksi dari oksidasi sulfida
yang ditandai dengan kemampuan bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans dalam
mengkatalis oksidasi sulfida dan ion fero Acidithiobacillus ferrooxidans adalah bakteri
aerobik autotrop yang membutuhkan oksigen dan harus mereduksi CO2 menjadi
karbon organik untuk menghasilkan bio massa. Bakteri ini dapat bekerja pada suhu
optimum yaitu 35oC dalam kondisi asam (pH antara 1,5-3,5). Bakteri lainnya adalah
Acidithiobacillus thioooxidans walaupun hanya mampu sebagai katalis oksidasi sulfur.
Aktivitas bakteri-bakteri tersebut ditentukan oleh densitas maupun laju pertumbuhan
populasinya yang berhubungan langsung dengan ketersediaan karbon (dalam bentuk
karbon dioksida), ketersediaan donor elektron (besi fero atau sulfur), ketersediaan
nutrien (nitrogen dan fosfor) sebagai bahan produksi biomassa, ketersediaan oksigen,
dan temperatur yang optimum (dibawah 70oC). Adapun faktor-faktor yang

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

mempengaruhi komposisi air penyaliran tambang terdiri dari faktor utama seperti pH,
kondisi redoks, komposisi kimia dari air penyaliran, pembentukan mineral sekunder,
penyerapan (adsorption), reaksi penetralan dan fotokimia. Faktor lainnya adalah faktor
fisika seperti kondisi iklim, hujan, pergerakan air serta suhu dan faktor biologi seperti
ekologi serta kinetika pertumbuhan mikrobial.

2.3 Proses Terbentuknya Air Asam Tambang

Air asam tambang dapat terbentuk dengan adanya mineral sulfida, air dan
oksigen serta mikroorganisme Acidithiobacillus ferroxidans sebagai katalis. Semua
faktor tersebut paling sering dijumpai dalam kegiatan pertambangan. Beberapa jenis
mineral sulfida yang sering dijumpai di wilayah pertambangan disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 2.1. Mineral Sulfida dalam Pertambangan.

Dari semua mineral sulfida yang disebutkan di atas, pyrite merupakan mineral
sulfida yang paling reaktif dalam pembentukan air asam tambang dibandingkan
dengan mineral-mineral sulfida yang lainnya. Ini dikarenakan molar metal/sulfur rasio
dari pyrite kurang dari 1. Pada pertambangan batubara, mineral pyrite biasanya
terdapat di dalam sedimen terutama di lapisan atas (roof) dan lantai (Floor) batubara,
serta pada pengotor di lapisan batubara. Jumlah kandungan sulfur yang ada dalam
batubara tidak selalu berkorelasi langsung, artinya walaupun batubara memiliki
kandungan sulfur rendah, bukan berarti batu bara tersebut tidak berpotensi dalam

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

pembentukan air asam tambang. Pada pertambangan bijih, potensi terbentuknya air
asam tambang sering terdapat pada bijih yang dapat berkorelasi dengan mineral sulfida
seperti bijih tembaga, emas, timbal dan seng (Gautama, 2014).
2.3.1. Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang
Dalam proses pembentukan air asam tambang, produk yang dihasilkan dari
reaksi oksidasi sulfida adalah keasaman, spesies sulfur, bahan terlarut total (TDS) dan
logam. Produk keasaman tergantung pada jenis mineral sulfida yang teroksidasi,
mekanisme reaksi (pengaruh oksigen dan ion feri sebagai oksidan), dan kehadiran
spesies pengkonsumsi asam seperti karbonat dan aluminosilikat. Jenis spesies sulfur
yang dihasilkan dari proses oksidasi sulfida ini adalah sulfat. Selanjutnya TDS secara
langsung berkorelasi dengan jumlah sulfat, klorida, atau bikarbonat di dalam air.Yang
terakhir adalah logam yang dihasilkan berasal dari sulfida yang teroksidasi dan
pelarutan dari mineral pengkonsumsi asam.
Secara umum, tahapan pembentukan air asam tambang ditunjukkan pada
persamaan reaksi kimia di bawah ini.

Gambar 2.2 Contoh reaksi oksidasi.

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

2.4 Pencegahan dan Mitigasi Air Asam Tambang

Air menjadi media dasar transportasi kontaminan dan berbagai macam


konsekuensinya. Berbagai tindakan untuk mengontrol migrasi AMD dikaitkan dengan
pengontrolan aliran air. Air yang memasuki lokasi pembentukan keasaman mungkin
dapat dikontrol dengan cara :
1. Mengubah aliran air permukaan yang menuju ke lokasi yang mengalami polusi.
2. Mencegah infiltrasi air tanah yang menuju ke lokasi poluisi.
3. Mencegah air dari siklus hidrologi merembes ke adaerah yang terkena polusi.
4. Mengontrol penempatan limbah pembentuk AMD.
Metoda Konvensional untuk melakukan pengolahan AMD adalah dengan
penambahan materi yang berfungsi sebagai sumber alkalinitas untuk menaikkan pH
di atas ambang yang dipersyaratkan oleh bakteri yang melakukan oksidasi besi,
dengan demikian akan mengurangi kecepatan pembentukan asam. Keuntungan dari
tindakan ini adalah :
1. Menghilangkan keasaman dengan penambahan alkalinitas.
2. Menaikkan pH.
3. Menghilangkan logam berat.
4. Ferrous iron teroksidasi lebih cepat menjadi ferric iron pada pH yang lebih rendah
5. Sulfat dapat dihilangkan dengan terjadinya kelarutan kalsium sulfat jika
terdapat kalsium yang cukup.
Metoda paling sederhana dalam netraliasasi mencakup pelapisan dasar sungai
dengan batu gamping, dengan demikian air yang diolah mengalir di atasnya. Namun
strategi ini tidak efektif karena batu gamping dengan cepat diselimuti oleh lapisan
besi, kalsium sulfat dan pertumbuhan biologi, yang akan menghambat terjadinya
interaksi dengan air dari tambang. Hancuran batu gamping juga dapat ditambahkan
ke air. Pengolahan AMD dengan bubuk kapur dan batu gamping mungkin dapat
memberikan hasil yang diinginkan. Setengah abad sejak peranan mikrobiologi dalam
AMD diidentifikasikan, belum ditemukan cara untuk membalik proses yang terjadi
yang berkelanjutan. Pengapuran konvensional untuk mencapai netralisasi melalui
pengurangan pH dan konsumsi sulfur melalui persamaan stoikiometri, mengakibatkan
terbentuknya limbah sekunder yang tidak stabil. Alternatif penggunaan passsive
treatment yang terintegrasi dengan proses kimia, biologi dan mikrobiologi terhambat

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

oleh permasalahan hidraulik, terutama penyumbatan akibat pengendapan logam yang


bersama-sama dengan interferensi aktifitas biologi dan mikrobiologi (Margarete
Kalin, Andrew Fyson, William N. Wheeler, 2006).

2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat AAT adalah terjadinya pencemaran


lingkungan. Komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak tersebut
akan berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan
masyarakat di sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar oleh air asam tambang ini akan semakin
meningkat sehingga tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasamannya terlalu
tinggi.
Lebih jauh, ada peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat
tingginya air limpasan yang membawa tanah tererosi yang dapat mengganggu
penetrasi sinar matahari dalam sungai yang membawa dampak lanjutan berupa
gangguan proses fotosintesis biota perairan. Selain itu, akibat partikel yang
mengendap akan mengganggu proses respirasi biota dasar.
Logam yang terlarut terbawa oleh air tanah (run off) ke perairan umum
menyebabkan pencemaran air permukaan. Bila merembes ke dalam tanah terjadi
pencemaran air tanah. Logam-logam tersebut jika masuk dalam rantai makanan akan
terakumulasi dalam tumbuhan dan atau hewan, mengakibatkan berakumulasi dalam
tubuh manusia yang memakannya dan menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan.
Di lokasi area penambangan terbentuknya air asam tambang akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang akan merasakan dampak
negatif dari air asam tambang yaitu :
a. Masyarakat yang berada disekitar areal penambangan
Dampak air asam tambang ini memang tidak dirasakan secara langsung oleh
masyarakat tetapi beberapa tahun kemudian air yang terkontaminasi oleh asam
tambang banyak mengandung logam berat seperti besi. Apabila dikonsumsi oleh
masyarakat secara kontinyu maka maka dampak yang akan dirasakan yaitu menderita
keracunan dan dapat mengakibat lumpuh.
b. Kualitas Air Permukaan

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

Hasil oksidasi pirit membentuk air asam tambang akan menyebabkan


menurunnya kualitas air permukaan.
c. Biota perairan
Apabila air sungai telah terkontaminasi oleh air asam tambang maka akan
berdampak pada penurunan biota di perairan atau ketidak mampuan biota perairan
dalam bertahan hidup/survive.
d. Kualitas Tanah
logam berat seperti besi, tembaga seng terkandung dalam tanah yang asamnya
banyak, yang pada dasarnya merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman,
sementara unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman seperti fosfor, magnesium,
kalsium sangat kurang. Akibatnya keracunan pada tanaman karena kelebihan unsur
hara mikro, ini ditandai denagan membusuknya akar tanaman sehingga tanaman
menjadi layu.

2.6 Mengapa Kita Harus Mengawetkan Sampel Air Asam Tambang

Pengawetan contoh air adalah perlakuan-perlakuan yang diterapkan terhadap


contoh air dengan tujuan agar kualitas air tidak berubah selama perjalanan dari lokasi
sampling ke laboratorium, selama penyimpanan di laboratorium dan menunggu untuk
dianalisis. Metode pengawetan untuk setiap parameter berbeda-beda tergantung pada
karakteristik parameter yang ada di dalam air, dan setiap pengawetan mempunyai
batas waktu pengawetan karena proses pengawetan bertujuan agar senyawa kimia
yang akan diuji tidak berubah selama penyimpanan. Pengawetan contoh air
dikelompokkan dalam :

1. Pengawetan dengan cara pendinginan 4o C (contohnya untuk parameter BOD,


asidi- alkalinitas, warna, konduktifitas, dll.)

2. Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan 4o


C. (untuk 1liter contoh air ditambah ± 1 ml H2SO4 pekat), untuk parameter COD,
TOC, Fosfat, ammonia, dll.
3. Pengawetan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan

4o C. (Untuk 1 liter contoh air ditambah ± 1 ml HNO3 pekat) untuk parameter


logam berat, kesadahan, dll.

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

4. Pengawet dengan penambahan NaOH sampai pH12 untuk parameter H2S dan
CN.

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun Prosedur kerja yang kami lakukan pada mata acara 5 di laboratorium
lingkungan tambang, yaitu:
1. Pertama-tama mempersiapkan Alat dan Bahan dimana alatnya berupa Air
Aquades, labu Erlenmeyer, sample batubara, corong, gelas ukur, Intelegent Meter,
dan tissue.

Gambar 3.1 Alat dan Bahan

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

2. Masukkan kertas saring kedalam buchner funnels, lalu tempatkan buchner funnels
ke rak yang berisi lampu yang telah di sedikandan

Gambar 3.2 Menempatkan Buchner funnels di rak yang berisi lampu


3. Setelah itu siapkan labu Erlenmeyer untuk menampung air lindian nantinya.

Gambar 3.3 Menampung air lindihan

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

4. Masukkan material sample kedalam buchner funnels, lalu lakukan proses pelindian
sample dengan air aquades dengan cara di semprot .

Gambar 3.4 Proses pelindian dengan cara disemprot menggunakan air


5. Air hasil pelindian yang telah diperoleh selanjutnya akan dilakukan pengujian
fisika ( pH,ORP,TDS dan EC) dengan alat Intelegent Meter.

Gambar 3.5 Pengujian Fisika menggunakan Intelegent Meter

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil penelitian pada sampel tanah dan batubara yang telah diteliti pada
praktikum air asam tambang diperoleh hasil:
Tabel 4.1. Hasil penelitian
Nama: Shelli Mayastiarti Kum Hari/Tanggal: Senin/04 November 2019
Stambuk : 093 2016 0140 Frekuensi/klp: Senin Pagi/klp 3
NO SAMPEL PH TDS ORP EC

1 Top soil 6,69 150,4 mg/l 226 210

2 Batubara 4 0,464 2,68 420

3 Floor 6,87 160 mg/l 201 240

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan mengenai air asam tambang pada 3 sampel yang berbeda
yaitu dari sampel tanah Top soil, batubara, Floor diperoleh data yaitu:
4.2.1 Top soil
Pada sampel air dari material top soil (300 ml) yang telah diteliti dengan alat
Intelegent Meter yaitu diperoleh hasil pada nilai pH sebesar 6,69, pada nilai TDS-nya
150,4 mg/L, nilai ORP sebesar 226 mL, nilai pada EC yaitu 210 uS dan TSS yaitu 542
mg/L yang menyatakan bahwa kandungan pada Top soil dengan pengujian kinetik
(siklus harian) pada sampel air top soil masih dalam keadaan netral. Pada diagram eH-
pH diperoleh besi (Fe) yaitu Fe(OH)3 dan diagram eH-pH pada mangan (Mn) yaitu
Mn+2. Dari hasil perbandingan pada sampel air top soil dengan baku mutu lingkungan
masi dalam keadaan netral atau tidak melebihi baku mutu.
4.2.2 Batubara
Pada sampel air dari material batubara (300 ml) yang telah diteliti dengan alat
Intelegent Meter yaitu diperoleh hasil pada nilai pH sebesar 4, pada nilai TDS-nya

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

0,464 mg/L, nilai ORP sebesar 2,68 mL, nilai pada EC yaitu 240 uS dan TSS yaitu
542 mg/L yang menyatakan bahwa kandungan pada batubara dengan pengujian
kinetik (siklus harian) pada sampel air batubara sudah dalam keadaan asam. Pada
diagram eH-pH diperoleh besi (Fe) yaitu Fe+2 dan diagram eH-pH pada mangan (Mn)
yaitu Mn+2. Dari hasil perbandingan pada sampel batubara dengan baku mutu
lingkungan sudah dalam keadaan asam atau sudah melebihi baku mutu.
4.2.3 Floor
Pada sampel air dari material floor (300 ml) yang telah diteliti dengan alat
Intelegent Meter yaitu diperoleh hasil pada nilai pH sebesar 6,87, pada nilai TDS-nya
160 mg/L, nilai ORP sebesar 201 mL, nilai pada EC yaitu 240 uS dan TSS yaitu 542
mg/L yang menyatakan bahwa kandungan pada material floor dengan pengujian
kinetik (siklus harian) pada sampel air floor masih dalam keadaan netral. Pada diagram
eH-pH diperoleh besi (Fe) yaitu Fe(OH)3 dan diagram eH-pH pada mangan (Mn) yaitu
Mn+2. Dari hasil perbandingan pada sampel air floor dengan baku mutu lingkungan
masi dalam keadaan netral atau tidak melebihi baku mutu.

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Air asam adalah air yang telah mengalami perubahan pada nilai pH-ya akibat
adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan penggalian dan penimbunan
batuan penutup. Mineral sulfida tersebut kontak dan teroksidasi oleh oksidator utama
yakni oksigen dan membentuk produk-produk oksidasi. Produk-produk oksidasi
tersebut kemudian terlindi oleh adanya air (air hujan). Hal ini menyebabkan
peningkatan keasaman di badan air penerima yang ditandai dengan rendahnya nilai
pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan air asam tambang juga menyebabkan
peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam terlarut di badan air
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi oksidasi sulfida dalam
pembentukan air asam tambang terdiri dari faktor fisika dan kimia serta faktor
biologis. Faktor fisika dan kimia yaitu jenis, luas permukaan, enkapsulasi, bentuk
kristal dan morfologi dari mineral sulfida, selanjutnya pH, potensial redoks, suhu,
sumber air lingkungan sekitar dan jenis (oksigen dan ion feri) serta ketersediaan
oksidan. Faktor biologis juga dapat mempengaruhi laju reaksi dari oksidasi sulfida
yang ditandai dengan kemampuan bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans dalam
mengkatalis oksidasi sulfida dan ion fero Acidithiobacillus ferrooxidans adalah bakteri
aerobik autotrop yang membutuhkan oksigen dan harus mereduksi CO2 menjadi
karbon organik untuk menghasilkan bio massa. Bakteri ini dapat bekerja pada suhu
optimum yaitu 35oC dalam kondisi asam (pH antara 1,5-3,5). Bakteri lainnya adalah
Acidithiobacillus thioooxidans walaupun hanya mampu sebagai katalis oksidasi sulfur.
5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Asisten


Saran saya yaitu asisten lebih sabar menghadapi partikan-pratikan, karena
setiap pratikan mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Saran saya yaitu sebaiknya disediakan materi-materi yg lebih rinci agar
praktikan dapat lebih mudah memahami.

DAFTAR PUSTAKA
SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU
09320160140 09320150137
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG 1

Abfertiawan, M.S. Model Transpor Air Asam Tambang Melalui Pendekatan Daerah
Tangkapan Air. 2016. Disertasi Doktor. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Coal Mining And Production, Pollution Prevention And Abatement Handbook


WORLD BANK GROUP Effective July 1998

Damariscotta, Operation and Maintenance for Passive Treatment, Juni 2003

Evangelou VP. Pyrite Oxidation and its Control. New York7 CRC Press; 1995. 275
pp.

Emerck. 1972. “Merck Standar”. Parmstandt Stock Solution. Page : 972.

Gautama, Rudy Sayoga. 2014. “Pembentukan, Pengendalian dan Pengelolaan Air


Asam Tambang”. ITB. Bandung. Page : 87-106.

Johnson DB, Hallberg KB. The microbiology of acidic mine waters.Res Microbiol
003;154:466–73.

Johnson, D. Barrie; Hallberg, Kevin B; Acid mine drainage remediation options:


a review; Science of the Total Environment 338 3– 14, 2005,
www.elsevier.com/locate/scitotenv

Kalin, Margarete; Fyson, Andrew; Wheele, William N. r; The chemistry of


conventional and alternative treatment systems for the neutralization of acid
mine drainage; Review; Science of the Total Environment 366 (2006) 395–
408; www.elsevier.com/locate/scitotenv

Kalin, Margarete; Fyson, Andrew; Wheeler, William N. The chemistry of


conventional and alternative treatment systems for the neutralization of acid
mine drainage, Review; Science of the Total Environment 366 ,395–408,
2006, www.elsevier.com/locate/scitotenv

Meltzer, Robert L. dkk. 2011. “Annual Books of ASTM Standards”. American


Society for Testing and Materials. Easton,MD, USA.

PT Tambang Batubara Bukit Asam, Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Triwulan I tahun 2004, Laporan, Sumatera Selatan 2004

SHELLI MAYASTIARTI KUM MUH. IKRA RAMBU


09320160140 09320150137

Anda mungkin juga menyukai