RANGKA
Bab ini ditujukan pada presentasi formulasi elemen hingga terhadap elemen rangka
yang memungkinkan untuk memahami perilaku struktur rangka bidang. Struktur rangka bidang
adalah gabungan dari elemen rangka yang dapat berartikulasi pada kedua ujungnya dan hanya
mentransmisikan gaya-gaya translasi pada nodal-nodal gabungan. Elemen dengan dua nodal
pada bab ini didefinisikan dalam sistim koordinat lokal (x-y), untuk kemudian selanjutnya
didefinisikan dalam koordinat global (X-Y). Tipe elemen ini umumnya dapat digabungkan untuk
mendapatkan elemen portal bidang untuk memerankan efek deformasi aksial e pada struktur
portal. Dalam hal praktis, ia digunakan untuk mengevaluasi secara cepat distribusi gaya-gaya
internal struktur tipe menara, atap, jembatan rangka, dan lain sebagainya.
Ekspresi variasional memungkinkan untuk memformulasikan elemen hingga tipe
peralihan untuk elemen lurus. Pada bab ini akan diformulasikan dengan detail mengenai matriks
kekakuan, matriks massa, beban ekuivalen dengan mempertimbangkan model peralihan. Dalam
kasus pembebanan statik, kita dapat memperoleh hasil eksak untuk peralihan nodal dan gaya
resultan.
Sebuah elemen rangka dengan panjang L, modulus elastisitas E dan luas penampang A,
diletakkan sejajar dengan sumbu lokal seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.1. Kedua ujung
atau buhul dianggap sebagai nodal, masing-masing diberi nomor 1 dan 2. Gaya f x1 dan f x2
bekerja dalam arah x lokal masing-masing pada nodal 1 dan 2. Searah dengan dua gaya nodal
tersebut, terdapat masing-masing peralihan u 1 dan u 2 . Peralihan-peralihan ini sering disebut
derajat kebebasan (degrees of freedom) atau disingkat dk. Seluruhnya ada dua derajat kebebasan
untuk elemen rangka ini.
EA
f x 1 , u1 1 2 f x 2 , u2
x
L
Kita akan menurunkan dua persamaan dalam bentuk matriks untuk menghubungkan
gaya f x1 dan f x2 dengan peralihan u 1 dan u 2 . Penurunan tersebut dapat dilakukan dengan suatu
pendekatan energi atau pendekatan keseimbangan tegangan-regangan. Pendekatan energi lebih
umum dan lebih tepat, khususnya untuk tipe-tipe elemen hingga yang rumit. Pendekatan
keseimbangan tegangan-regangan adalah sederhana dan jelas secara fisik. Tapi ini dapat
diterapkan hanya pada elemen hingga sederhana. Untuk menggunakan pendekatan energi,
pertama-tama kita harus mendefinisikan sebuah fungsi peralihan untuk elemen.
I. KATILI
Rangka 37
x x u2
N u1 = 1 − Nu 2 = 1
1 u1
L L =
u ( x ) N u1u1 + N u 2u2
2 1 2 1 2
1
(a) (b) (c)
I. KATILI
38 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Di mana:
− Wae adalah kerja virtual sebagai kontribusi dari setiap dari elemen rangka dengan panjang L.
− (U * F ) S f adalah kerja virtual eksternal akibat bekerjanya gaya {F}(beban luar dan reaksi
perletakan) pada nodal-nodal struktur rangka.
Dengan menggunakan sifat-sifat bahan, bentuk Wae untuk setiap elemen dapat dinyatakan dari
Persamaan 2.52:
( )
L L L
∫
0
∫
0
∫
Wae = u*,x EA u , x dx − u * f x dx − u *,x N o dx − u1* f x1 + u 2* f x2
0
(3.5)
1 2
x
u1, x1 u2, x2
u = N {un } u* = N un*
; { }
x x (3.6)
N =
N u1 N u2 = (1 − ) ; L = x 2 − x1
L L
Bentuk diskrit Wae ditulis: =
Wae u *n ([ k ] [u ] − { f } − { f } − { f } )
n n n ek σ (3.7)
=
dengan: un* =
u1* u2* ; un u1 u2 (3.8)
EA 1 −1
[k ] = (3.9)
L −1 1
1
L
Nu1
L
− L f x1
{ f n }ek =
∫ N u2
f x dx ; { f σ} = − ∫ 1 dx ; { f n } =
N o f (3.10)
0 0 x2
L
{f n } ek : adalah gaya nodal elemen yang bekerja pada nodal 1 dan nodal 2 akibat bekerjanya
beban terdistribusi f x
{f n }: adalah gaya nodal elemen yang bekerja pada nodal elemen yaitu nodal 1 dan nodal 2.
I. KATILI
Rangka 39
{f σ }: adalah gaya nodal elemen akibat perubahan temperatur dan bekerja pada nodal 1 dan
nodal 2.
Bentuk dalam bentuk matriks W ditulis:
=W U* ([ K ]{U }=
− { F }) ∑
e
u *n ([ k ]{u } − { f } − { f } − { f }) − U
n n ek σ n
*
{F } (3.12)
d 2u
Matriks massa konsisten berhubungan dengan gaya inersia (2.44) adalah: f x =
−ρ a 2 = −ρ au
dt
L N N 1N 2 L 2 1
2
[ m] ∫=
1
2 a
ρ dx Jika ρ a adalah konstan : [ m ] ρ a
6 1 2
(3.13)
N 1N 2 N2
0
Gambar 3.4 Gaya internal Aksial N dan Gaya Nodal Elemen f x1 dan f x2
Persamaan energi internal (Persamaan 2.64) pada setiap elemen balok rangka dengan
mengabaikan tegangan inisial:
I. KATILI
40 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
L
EA 1 − 1
L
=
∏int
e 1
∫ ex dx
EA= 2 1
un [ k ]{un } dengan: [k ] = EA {Ba } Ba dx =
∫ (3.17a)
2
0
2
L − 1 1
0
Persamaan energi external (Persamaan 2.47) pada setiap elemen balok rangka:
=
∏ eext un ({ fn } + { fn }ek { fσ }) (3.17b)
Bila tidak ada beban terdistribusi ({f n } ek = 0) dan tidak efek perubahan temperatur ({f σ } = 0),
{ f n } u1 u2 f x1
f
maka: =∏ eext un = (3.17c)
x2
Dengan demikian persamaan energi elemen dapat dinyatakan sebagai:
1
∏ ea = ∏int
e
− ∏ eext = un [ k ] un − un { f n } (3.17.d)
2
Dengan menerapkan teori Castigliano, yaitu:
=
∂ ∏ ea ∂ ∏int − ∏ ext
e
= 0
e
( ) (3.18a)
∂ un ∂ un
Maka diperoleh: { f n } = [k ]{u n } (3.18b)
atau dalam bentuk matriks persamaan elemen dapat dinyatakan:
f x 1 k11 k12 u1
f = (3.18c)
x 2 k 21 k 22 u 2
di mana [k] disebut matriks kekakuan elemen, dan koefisien kekakuan didefinisikan sebagai:
L
∫0
k ij = EA N ui , x N u j , x dx (3.19)
dengan i = 1 sampai 2 dan j = 1 sampai 2.
Dengan mensubstitusikan fungsi bentuk (3.3b) ke dalam Persamaan (3.19) diperoleh
persamaan kekakuan elemen dari Persamaan 3.18.c, sebagai berikut:
f x EA 1 − 1 u1
f =
1
1 u 2
(3.20)
x 2 L − 1
EA/L adalah kekakuan aksial dari elemen. Elemen tersebut berperilaku seperti pegas, dengan
konstanta pegas s = EA/L dalam satuan kN/m.
Catatan:
- {u n } dinamakan dk elemen dalam sistim koordinat lokal.
- {f n } dinamakan gaya nodal elemen dalam sistim koordinat lokal.
- Secara matematis, Persamaan (3.9) memperlihatkan bahwa k ij = k ji , jadi matriks
kekakuannya simetris. Secara fisik, kita telah melihat bahwa matriks kekakuan adalah
simetris sesuai dengan teori resiprok (perulangan) Betty-Maxwell.
- Koefisien kekakuan pada diagonal utama dari [k] adalah k ii dimana k ii > 0.
- Det [k] = 0 ini berarti matriks kekakuan elemen bersifat semi definit positip dan tidak bisa
diinvers sebelum kondisi batas yaitu u 1 atau u 2 belum diketahui nilainya.
- Persamaan 3.20 dinamakan persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinal lokal.
I. KATILI
Rangka 41
f x 1 , u1 = 0 f x 1 , u1 f x 2 , u2 = 0
f x 2 , u2
EA, L EA, L
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Elemen Rangka Terjepit pada Nodal 1, (b) Elemen Rangka Terjepit pada Nodal 2
EA
Karena EA/L adalah konstanta pegas dalam kN/m dan u 1 = 0: fx = u2
2 L
(3.21a)
EA
Keseimbangan dalam arah x menyebabkan: fx = − fx = −
u2 (3.21b)
1 L 2
Marilah kita mengasumsikan bahwa elemen rangka tersebut terjepit pada nodal 2 tetapi bebas
pada nodal 1, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.5b. Ini berarti bahwa u 2 = 0.
EA
Kemudian: fx = u1 (3.21c)
1 L
EA
Keseimbangan dalam arah x menyebabkan: fx = − fx = − u1 (3.21d)
2 1 L
Dengan menggabungkan dua kasus, mengkombinasikan Persamaan (3.11a) dengan
(3.21d), akan diperoleh persamaan kekakuan yang sama dengan Persamaan (3.20).
Catatan:
- Bila u 1 = 1 dan u 2 = 0 maka diperoleh f x1 = EA / L dan f x2 = − EA / L . Sedangkan bila u 1 =
0 dan u 2 = 1 diperoleh f x1 = − EA / L dan f x2 = EA / L . Dengan demikian secara umum
dapat diambil kesimpulan bahwa kolom ke i dari suatu matrik kekakuan [k] adalah gaya-
gaya yang bekerja dan membentuk keseimbangan bila d.k. ke i bernilai 1 unit dan d.k.
lainnya bernilai nol.
Pertimbangkanlah batang elastis terjepit pada salah satu ujungnya dan mengalami beban
akibat berat sendiri.
x=0
1
u(x)
Penampang A
Modulus E 2
Berat sendiri ρg
3 x=L
I. KATILI
42 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
dengan: = u ( 0 ) 0=
dan u ∗ ( 0 ) 0
− Representasi geometri:
Struktur direpresentasikan oleh dua buah elemen:
elemen 1: nodal 1 dan 2: 0 ≤ x ≤ L/2
elemen 2: nodal 2 dan 3: L/2 ≤ x ≤ L
1 −1 0 1
2 EA L
dengan: [K ] = −1 2 −1 ; {F } =ρgA 2
L 4
0 −1 1 1
BNE
{F} diperoleh dari penggabungan {f n } sedangkan penggabungan {f n }akan saling
meniadakan.
− Penyelesaian:
Dengan memperhitungkan kondisi batas u 1 = 0 dan u 1 * = 0 maka ekspresi W= 0
memberikan:
2 EA 2 −1 u2
L −1 2
3
u
= ρg {}
AL 2
4 1 {}dan diperoleh:
u2
u3
= {} 1
8
ρg {}
L2 3
E 4
I. KATILI
Rangka 43
Wa = U ∗ ([ K ]{U } − { F }) − u1∗ R = 0 ∀ {U ∗}
Relasi terhadap u1∗ dengan u 1 , u 2 , u 3 diketahui memberikan:
2 EA AL
= ( u1 − u2 ) − ρg −=R 0 dan diperoleh R = −ρgAL
L 4
Representasi grafik:
− Solusi u(x)
L2 x x
− Solusi eksak adalah: u ( x ) = ρg 1 −
E L 2L
Eksak
Elemen Hingga
1 2 3
− Tegangan σ(x)
x
Solusi eksak adalah: σ( x ) = ρg L1 −
L
Eksak
Elemen Hingga
1 2 3
Dari hasil perhitungan diperoleh lendutan {u n } yang semuanya memberikan hasil eksak
pada nodalnya saja dan untuk tegangan, hasilnya hanya eksak pada titik tengah setiap elemen.
Kita pertimbangkan suatu batang dengan panjang L x dan berpenampang konstan A
terbebani beban dinamik. Bentuk variasionalnya (Persamaan 2.52) adalah:
I. KATILI
44 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
2L * d 2u 2L *
Wa =∫ u ,*x EAu , x dx + ∫ dx − ∫
2L
u ρA 2 u f x (t )dx − (u* F ) =0 ∀ u *( x), t
0 0 dt 0 di nodal
Getaran bebas (f x = 0): (2 elemen)
1 2 3
u1 L u2 L u3
Gambar 3.7 Dua Buah Elemen Rangka
Di mana f xi = 0 pada nodal 1 dan 3 (elemen bebas). Solusi adalah dalam bentuk:
=u ( x, t ) u ( x)eiωt dimana u (x) dan ω menyatakan eigen vector dan eigen value.
Wa = ∑Wae di mana:=
L L *
Wae ∫0 u, x EAu, x dx − ω2 ∫0 u ρAudx
*
Bentuk variasionalnya menjadi:
Matriks [k], [m] suatu elemen panjang L adalah (Persamaan 3.6 dan 3.10).
EA 1 −1 ρAL 2 1
= [k ] = ; [ m]
L −1 1 6 1 2
Sistem matrik setelah penggabungan adalah : [K ]{U } = λ [M ]{U }
1 −1 0 2 1 0
dengan: [ K ] = 1 4 1
−1 2 −1 ; [ M ] = ;
0 −1 1 0 1 2
ρL2
=U u1 u 2 u3 ; λ = ω2
6E
Eigen vector dan eigen value (dinormalisasikan terhadap [M] yaitu U [M ]{U } = 1 ),
adalah:
1
=
- pola 1: (pola kekakuan) ω2 0= ; U 1 1 1
2 3
3E 1
- pola 2: = ω2 =; U 1 0 −1
ρL 2
2
12 E 1
- pola 3: ω2 = 2 ; U = −1 1 −1
ρL 2
2 2 E
=
Nilai eksak dari ω2 adalah: ωn2 n= π ; n 0,1, 2....
4ρ L 2
Gaya Getar dengan f x = Af o sin Ω t
Untuk elemen terjepit pada nodal 3, sistim matrik ditulis:
EA 1 −1 u 1
L −1 2 +ρ
u 2
AL 2 1 u1
6 1
=
4
u 2
L
2
1
A f o sin Ωt 2 {}
u (t ) u
Solusi khusus adalah dalam bentuk: 1 = sin Ωt 1
u 2 (t ) u 2
I. KATILI
Rangka 45
u 1 dan u 2 membuktikan:
1 − 2Ω 2a −1 − Ω 2a u 1
−1 − Ω 2a 2 − 4Ω 2a u
2
= f{}
o
L 2 1 di mana : a
2E 2
= ρ
L2
6E
Jika nilai Ω adalah dekat dengan nilai eigen dari elemen, nilai determinan matrik menuju nilai
nol (resonansi).
I. KATILI
Rangka 45
fY2 , V2
fx2 , u2
2 fX2 , U2
EA, L
Y
y x
fX1 , U1 1 φ
X
fx1 , u1
fY1 , V1
Gambar 3.8 Sistem Koordinat Lokal (x, y) dan Global (X, Y) untuk Elemen Rangka
I. KATILI
46 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Karena energi internal adalah suatu besaran skalar, maka kita dapat menghitungnya dalam
sistim koordinat lokal maupun global tanpa merubah nilainya.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3.23) ke dalam Persamaan (3.17a, b, c) menghasilkan:
= e −
∏ e ∏ int ∏ eext
EA To − To C 2 CS
[k] global = [To ] =
To
di mana: (3.28)
L − To CS S 2
Catatan:
- {f n } global adalah gaya nodal elemen dalam sistim koordinat global.
- {u n } global adalah dk elemen dalam sistim koordinat global.
- [k] global adalah matriks kekakuan elemen dalam sistim koordinat global.
I. KATILI
Rangka 47
u1 C S 0 0 U1
v1 − S C 0 0 V1
u = 0 0 C S U (3.29a)
2 2
v2 0 0 − S C V2
atau secara simbolik: {u n }lokal = [T ]{u n } global (3.29b)
Karena matriks transformasi [T] ini memiliki ukuran 4×4, adalah sangat perlu untuk
memperbesar matriks kekakuan untuk koordinat lokal seperti pada Persamaan (3.10) dari ukuran
2×2 menjadi 4×4. Ini dapat dilakukan hanya dengan menambahkan angka-angka nol dalam
baris-baris dan kolom-kolom tambahan yang sesuai dengan gaya-gaya f y1 , f y2 dan perpindahan
v1, v2.
f x1 1 0 −1 0 u1
f y1 EA 0 0 0 0 v1
f = −1 0 1 0 u2
(3.30a)
x2 L
0 0 0 0 v2
f y2
atau secara simbolik: { f n }lokal = [k ]lokal {u n }lokal (3.30b)
Dengan memasukkan Persamaan (3.29a) dan (3.29) ke dalam Persamaan (3.30b)
memberikan:
[T ]{ f n } global = [k ]lokal [T ]{u n } global
atau: { f n } global = [T ] −1 [k ]lokal [T ]{u n } global
Karena matriks transformasi [T] adalah matriks yang ortogonal (inversnya sama dengan
transposnya), kita mempunyai:
I. KATILI
48 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
fY2
N
2 U2 f X2
EA, L U2 cos φ
Y
φ φ ≈ φ'
X f X1 1 φ'
fY1
seperti diperlihatkan pada Gambar 3.9 Diasumsikan bahwa U 2 itu begitu kecilnya sehingga
besar sudut φ tidak berubah. Elemen tersebut bertambah panjang:
∆L = U 2 cos φ = C U 2
Gaya internal aksial yang sama dengan perpanjangan itu adalah:
N = (EA / L) CU 2
Gaya nodal elemen pada nodal 2 memiliki dua komponen:
EA 2
f X 2 = N cos φ = C U2
L (3.32a)
EA
f Y 2 = N sin φ = CSU 2
L
Dengan menganggap elemen tersebut sebagai benda bebas (free body) dan menerapkan
persamaan keseimbangan menghasilkan:
EA 2
fX1 = − fX 2 = − C U2
L (3.32b)
EA
fY 1 = − fY 2 = − CSU 2
L
Persamaan (3.32a) dan (3.32b) dapat ditulis dalam bentuk berikut ini:
f X1 −C 2
fY EA −CS
f 1 = 2 U 2 (3.33)
X2 L C
fY2 CS
Dapat terlihat bahwa Persamaan (3.33) menghasilkan tepat kolom ketiga dari matriks kekakuan
yang diberikan pada Persamaan (3.27)
Dengan prosedur yang sama, kita dapat menurunkan:
I. KATILI
Rangka 49
I. KATILI
50 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
fX 2 =
EA 2
L
(
C (U 2 − U 1 ) + CS (V2 − V1 ) )
fY 2 =
EA
L
(
CS (U 2 − U 1 ) + S 2 (V2 − V1 ) )
Jika kita menggunakan N untuk menunjukkan gaya aksial tarik, maka:
EA 2 EA
N= f X 2C + fY 2 S= (C + S 2 ) ( C (U 2 − U1 ) + S (V2 − V1 ) )= ( C (U 2 − U1 ) + S (V2 − V1 ) )
L L
Dalam bentuk matriks, gaya aksial tarik ditulis sebagai:
U1
EA V
N= −C −S C S 1 (3.34)
L U
V 2
2
Jika nilai N yang diperoleh negatif, berarti gaya aksial tersebut adalah tekan. Persamaan 3.34
adalah perhitungan gaya internal elemen berdasarkan prinsip keseimbangan antara gaya nodal
dan gaya internal. Gaya internal elemen dapat pula diturunkan secara teoritis dari Persamaan
3.16, yaitu:
N = EA Ba {u n }lokal = EA −
1 1
{u n }lokal = EA − 1 1
[T ]{U n }global (3.35a)
L L L L
U1
EA V
atau: N= −C −S C S 1 (3.35b)
L U
V 2
2
dan kita peroleh hasil yang sama dengan Persamaan 3.34.
f
Y
2
f
Y
1
f
X
N 2
2
f N
X
1
dx
1
Gambar 3.10 Gaya Internal Elemen N dan Gaya Nodal f Xi dan f Yi dalam Koordinat Global (i=1,2).
I. KATILI
Rangka 51
3.4 PENGGABUNGAN.
Bentuk variasional suatu struktur yang terdiri dari gabungan elemen-elemen dua nodal
yang diperoleh dengan menggunakan relasi elementer yang didefinisikan dalam koordinat global
umum.
∑W e − (U *F )S f =
W= 0 di mana: W e =un* ([k ]glob {u n}glob − { f n} glob ) (3.36)
glob
e
RY3 FY3 , V3
RX3
3 3 FX 3 , U 3
R X1 1 60° 60°
2 P 2 FX 2 ,U 2
F X1 , U 1
1 L
(a) RY2 FY1 , V1 (b) FY2 , V2
Gambar 3.11 (a) Kondisi Batas, Reaksi Perletakan dan Pembebanan untuk Rangka tersebut.
(b) Tiga Nodal, Enam Derajat Kebebasan, Rangka Tiga Elemen.
I. KATILI
52 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f X2 1 − 3 −1 3 U 2
f EA − 3
3 3 −3 V2
Untuk elemen 2-3: Y2 = (3.39b)
f X 3 4 L −1 3 1 − 3 U 3
fY 3 3 −3 − 3 3 V3
f X1 1 3 −1 − 3 U1
fY1 EA 3 3 − 3
−3 V1
Untuk elemen 1-3: =
f (3.39c)
X 3 4 L −1 − 3 1 3 U 3
fY3 3 V3
− 3 −3 3
Kita harus mencamkan dalam pikiran bahwa f X i dan f Yi adalah gaya nodal i elemen
yang bekerja dalam sistim koordinat global. Ketika ketiga set persamaan kekakuan elemen
digabungkan, jumlah dari gaya-gaya nodal elemen itu, baik dalam arah X maupun Y pada tiap
nodal adalah gaya nodal struktur yang sebanding dengan beban luar P dan reaksi perletakan
yang bekerja pada nodal 1, 2 dan 3. Jadi:
F=
X1 R=
X1 f X1 dari elemen 1-2 ditambah f X1 dari elemen 1-3
FY1= 0= fY1 dari elemen 1-2 ditambah f Y1 dari elemen 1-3
FX 2= P= f X 2 dari elemen 1-2 ditambah f X 2 dari elemen 2-3
F=
Y2 R=Y2 fY2 dari elemen 1-2 ditambah f Y2 dari elemen 2-3
F=
X3 R=X3 f X 3 dari elemen 1-3 ditambah f X 3 dari elemen 2-3
F=
Y3 R=Y3 fY3 dari elemen 1-3 ditambah f Y3 dari elemen 2-3
FX1 , FY1 , FX 2 , FY2 , FX 3 , FY3 adalah gaya nodal struktur.
RX1 , RY2 , RX 3 , RY3 adalah gaya reaksi perletakan.
Kita juga harus mencamkan dalam pikiran bahwa pada tiap nodal nilai peralihan U i dan
V i pada tingkat elemen adalah sama dengan nilai yang diperoleh setelah penggabungan karena
hal ini merupakan syarat kompatibilitas antar elemen.
Dengan menguasai kedua aturan di atas, metode penggabungan dilakukan sebagai
berikut.
I. KATILI
Rangka 53
FX1 4 +1 3 −4 0 −1 − 3 U
FY 1
3 3 0 0 − 3 − 3 V1
F EA
1
X2 −4 0 4 +1 − 3 −1 3 U 2
F = (3.40)
Y2 4 L 0 0 − 3 3 3 −3 V2
FX 3 −1 − 3 −1 3 1+1 3 − 3 U 3
FY3 3 + 3 3
V
− 3 −3 3 −3 3− 3
Prosedur penggabungan dapat juga dilakukan dengan memindahkan tiga buah matriks
kekakuan elemen 4×4 ke dalam sebuah matriks kekakuan total 6×6 seperti diilustrasikan dalam
Gambar 3.12. Untuk elemen 1-2 dan 2-3, setiap matriks kekakuan 4×4 tetap berbentuk blok
dalam proses penggabungan. Untuk elemen 1-3, matriks kekakuan 4×4 dipisahkan ke dalam
empat buah blok (submatriks 2×2) selama penggabungan. Posisi-posisi di mana setiap blok
ditempatkan, tergantung kepada urutan derajat kebebasan yang sesuai. Dalam bagian di mana
dua blok saling overlap (bertumpuk), koefisien kekakuan elemen dijumlahkan.
+ + =
I. KATILI
54 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
FY1 = 0 3 0 3 0 − 3 −3 V = ?
FX = P 1
0 5 −4 − 3 −1 3 =
F = R EA
2 2 U ?
X1 X1 3 −4 5 0 −1 − 3 U1 = 0
F = R = (3.41b)
Y2 Y2
4L 0 − 3 0 3 3 −3 V2 = 0
FX 3 = RX 3 − 3 −1 −1 3 2 0 U 3 = 0
V = 0
FY3 = RY3 −3 3 − 3 −3 0 6 3
RX1 , RY2 , RX 3 , RY3 adalah reaksi perletakan, P adalah beban luar yang bekerja.
Dengan mengalikan kedua baris pertama menghasilkan:
0 EA 3 0 V1
= (3.42a)
P 4 L 0 5 U 2
V1 4 L 5 0 0 4 PL 0
yang memberikan: = = (3.42b)
U 2 15 EA 0 3 P 5 EA 1
Terlihat bahwa Persamaan (3.41a) dapat diperoleh dari Persamaan (3.40) tanpa melalui
proses pengaturan ulang dan pembatasan seperti diperlihatkan dalam Persamaan (3.41a) dan
(3.41b). Ini dilakukan dengan hanya mencoret kolom-kolom dan baris-baris yang sesuai dalam
matriks kekakuan total yang memiliki nilai derajat kebebasan yang sama dengan nol. Persamaan
(3.42a) diperoleh dengan mencoret kolom dan baris pertama, keempat, kelima dan keenam
dalam matriks kekakuan total 6×6.
Setelah menemukan nilai V 1 dan U 2 , kita dapat menemukan gaya-gaya reaksi dengan
mengalikan baris ketiga sampai dengan baris keenam dalam Persamaan (3.42b):
RX1 3 −4 −4
R
Y2 EA 0 − 3 V1 P − 3
= R = (3.43)
X3 4L − 3 −1 U 2 5 −1
RY3
−3 3 3
Sekarang kita memiliki keenam nilai gaya nodal struktur. Nilai-nilai ini memenuhi
keseimbangan jika kita menganggap semua struktur rangka sebagai benda bebas (free body).
Gaya aksial N 12 , N 23 dan N 13 untuk ketiga elemen diperoleh dengan menggunakan
Persamaan (3.34):
= N12
EA
L
=C12 S12{ }U 2 − U1 EA
V2 − V1
=
L
1 0
4 PL
0
4P
5 EA
5
(tarik)
N 23 =
EA
L { }
C23 S 23
U3 − U 2
V3 − V2
=
EA 1
L
−
2 2
3 − 4 PL
0
2P
5 EA =
5
(tarik)
L 2 2 {0}
S { }
EA U −U EA 1 3 0
=N13 C = = 3 1 0
L
13
V − 13
V 3 1
Setelah memperoleh gaya aksial, gaya reaksi dapat juga diperoleh dengan menggunakan
keseimbangan dari tiap nodal, tanpa menggunakan Persamaan (3.43). Sehingga formulasi dari
persamaan matriks kekakuan total 6×6 (3.41b) tidak diperlukan. Melainkan, hanya gabungan
dari persamaan matriks kekakuan 2×2 (3.42a) yang diperlukan.
I. KATILI
Rangka 55
{ }
FJ
FS
= JJ
K
{ }
K JS U J = ?
K SJ K SS U S = 0
(3.45)
di mana {U J } mengandung nilai derajat kebebasan tak terkekang yang ingin dicari,
{U S }mengandung derajat kebebasan yang terkekang (nol), {F J } merupakan beban luar yang
berhubungan dengan derajat kebebasan yang tidak terkekang, dan {F S } mengandung gaya-gaya
reaksi yang tidak diketahui yang berhubungan dengan derajat kebebasan nodal yang terkekang.
Dengan mengalikan Persamaan (3.45) menghasilkan:
{FJ } = [ K JJ ]{U J } (3.46a)
karena itu: {U J } = [ K JJ ]−1{FJ } (3.46b)
dan gaya-gaya reaksi yang tidak diketahui diberikan oleh:
−1
= =
{FS } [ K SJ ]{U J } [ K SJ ][ K JJ ] {FJ } (3.46c)
Adalah suatu praktik yang biasa dan efisien untuk memformulasikan hanya matriks yang
lebih kecil [K JJ ] daripada menyusun keseluruhan matriks [K] yang berdasarkan pada kondisi
tidak ada peralihan. Matriks [K JJ ] dalam Persamaan (3.46a) adalah cukup untuk menghasilkan
semua derajat kebebasan yang tidak diketahui, sehingga gaya-gaya reaksi dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan kekakuan elemen yang diperlukan daripada menggunakan
matriks [K SJ ]. Dalam pemrograman komputer, untuk memformulasikan hanya [K JJ ] tanpa
menyusun [K] adalah sangat penting dalam menghemat DIMENSION dan kemampuan
penyimpanan komputer.
{ FA
} = AA
K
{ }
K AB U A
FB = 0 K BA K BB U B
(3.48)
I. KATILI
56 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
di mana {F A } mengandung beban yang benar-benar bekerja dan kemungkinan beberapa beban
nol pilihan, {F B } adalah sebuah vektor beban nol yang ukurannya dapat dipilih lebih kecil
daripada jumlah beban nol yang sebenarnya, {U A } mengandung derajat kebebasan yang sesuai
dengan beban {F A }, dan {U B } berisi derajat kebebasan yang berhubungan dengan beban nol
{F B }.
Dengan mengalikan Persamaan (3.48) menghasilkan:
= {FA } [ K AA ]{U A } + [ K AB ]{U B } (3.49a)
{FB=} {0}= [ K BA ]{U A } + [ K BB ]{U B } (3.49b)
Dari Persamaan (3.49b), kita dapat menulis:
{U B } = −[ K BB ]−1[ K BA ]{U A } (3.49c)
Matriks [K BB ] adalah sebuah submatriks nonsingular simetris bujur sangkar. Kecuali {F A } dan
{F B } memiliki ukuran yang sama, matriks [K BA ] adalah matriks tidak bujur sangkar. Jika [K BA ]
adalah bujur sangkar, adalah tidak simetris dan seringkali singular.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3.49c) ke dalam Persamaan (3.49a) menghasilkan:
{FA } = [ K ]{U A } (3.50a)
dengan: {K } [ K AA ] − [ K AB ][ K BB ]−1[ K BA ]
= (3.50b)
Sehingga: {U A } = [ K ]−1{FA } (3.50c)
Setelah vektor peralihan {U A } diperoleh, substitusi balik dari {U A } ke dalam Persamaan (3.50c)
akan memberikan {U B }.
Dengan menggunakan prosedur reduksi ini, kita tidak perlu menginvers seluruh matriks
[K]. Tetapi, kita hanya menginvers dua matriks yang lebih kecil, [K BB ] dan [ K ]. Jumlah dari
ukuran-ukuran [K BB ] dan [ K ] adalah sama dengan [K]. Untuk sebuah persamaan kekakuan yang
besar, prosedur reduksi ini dapat menghemat cukup banyak waktu komputasi.
{ }
FA K AA K AB U A
=
FB K BA K BB U B = U
(3.51)
=
{FB } [ K BA ]{U A } + [ K BB ]{U } (3.52b)
I. KATILI
Rangka 57
Derajat kebebasan yang tidak diketahui dapat ditemukan dari Persamaan (3.52a):
={U A } [ K AA ]−1 ({FA } − [ K AB ]{U })
Gaya yang tidak diketahui yang searah dengan derajat kebebasan yang direncanakan dapat
diperoleh dengan substitusi balik dari {U A } ke dalam Persamaan (3.52b).
φ4
x, u
Pada sistem global XY persamaan kekakuan yang lengkap untuk struktur sebelum
kondisi batas digunakan memiliki bentuk:
I. KATILI
58 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
dan komponen gaya yang terkait dihubungkan dengan cara yang sama yaitu:
Fx4 C4 S 4 FX 4 FX C4 − S 4 Fx
= − S C F atau: 4 = S F 4 atau: {F4 } = [T4 ] F4 (3.55)
T '
{ }
y4 4 4 Y4 Y4 4 4 y4
F F C
di mana C 4 = cos φ 4 dan S 4 = sin φ 4 dan F4' = Fx4 Fy4 adalah komponen gaya luar yang
bekerja pada nodal 4 pada arah x dan y. Proses substitusi dua hubungan ini kedalam persamaan
(3.53), menghasilkan:
F1 K11 K12 K13 0 U1
F2 K 21 K 22 K 23 K 24 U 2
F3 = K K 32 K 33 K 34 U 3
(3.56)
T ' 31 T
T4 F4 0 K 42 K 43 K 44 T4 u4
Karena T4T4T = I , baris ke-empat pada matriks kolom sebelah kiri dan baris ke-empat matriks
kekakuan dikalikan dengan T 4 sehingga hasilnya adalah:
F1 K11 K12 K13 0 U1
F2 K 21 K 22 K 23 K 24T4T U 2
F3 =
K 34T4T U 3
(3.57)
' K 31 K 32 K 33
F4 0 T4 K 42 T4 K 43 T4 K 44T4T u4
dan ini merupakan persamaan kekakuan akhir sebelum kondisi batas digunakan. Kemudian
dapat digunakan cara sederhana dengan eliminasi baris dan kolom yang terkait dengan U 1 , V 1 ,
dan v4 , dan solusi dari peralihan struktur kemudian diperoleh dengan cara yang sama.
I. KATILI
Rangka 59
Komponen acuan pada koordinat perletakan yaitu u 4 harus diubah kembali ke dalam
komponen acuan pada sistem global (menggunakan Persamaan (3.54)) sebelum prosedur normal
dapat digunakan.
Rangka statis tak tentu dengan empat elemen dan lima nodal dengan empat nodal
terkekang dan sebuah nodal yang diletakkan pada rol di atas bidang miring dengan sudut 45°
diperlihatkan dalam Gambar 3.14. Semua elemen memiliki kekakuan aksial EA. Hitung gaya
reaksi yang tegak lurus dengan bidang miring, peralihan pada nodal 1, dan gaya aksial dalam
semua elemen. Tabel 3.2 memperlihatkan cosinus dan sinus arah untuk setiap elemen.
Solusi. Karena empat dari lima nodal dikekang, struktur tersebut hanya memiliki dua derajat
kebebasan. Persamaan kekakuan keseluruhan dapat digabungkan menjadi:
FX1 K11
F = K
Y1 21
K12 U1
K 22 V1 {}
Tabel 3.2 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS Panjang
1-2 60 ½ √3/2 ¼ 3
4
√3/4 2L
1-3 30 √3/2 ½ 3
4
¼ √3/4 2L/√3
1-4 0 1 0 1 0 0 L
1-5 -30 √3/2 -½ 3
4
¼ -√3/4 2L/√3
−P 3
30°
1 30° 4
30°
R
45°
5
L
Gambar 3.14 Struktur Rangka Bidang dengan Perletakan Rol di Atas Bidang Miring pada Nodal 1
EA 2 9 + 6 3 EA EA 3 EA
Di mana: K11 =
Σ C = ; K12 =
K 21 =
Σ CS =
L 8 L L 8 L
I. KATILI
60 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA 2 3 + 2 3 EA
K 22 =Σ S =
L 8 L
Karena nodal 1 diletakkan di atas rol pada bidang miring 45° seperti dalam Gambar 3.14, kita
mendapati: V1 = −U 1 . Karena adanya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring, gaya
nodal struktur pada nodal 1 adalah:
R R
F=X1 R cos 45=
° ; F=Y1 R sin 45° −=
P −P
2 2
Persamaan kekakuan menjadi:
R R
EA 9 + 6 3 U EA 9 + 5 3
{U 1 }
2 3
R =
1
atau: 2 =
−P 8 L
3 3 + 2 3
V1 = − U 1
R
−P 8 L
− 3 − 3
2 2
Kedua persamaan memiliki dua anu (variabel yang belum diketahui), R dan U1 . Reaksi R dapat
dieliminasi dengan mengurangi persamaan satu dengan persamaan dua:
EA
P = (12 + 6 3 ) U1
8L
4 PL 4(2 − 3 ) PL
peralihan dari nodal 1 adalah: U 1 = −V1 = =
6 + 3 3 EA 3 EA
dan reaksi yang tegak lurus pada bidang miring diperoleh dari salah satu dari kedua persamaan
kekakuan:
2 (3 + 3 )
R= P
6
Gaya internal aksial elemen adalah:
(3 )
{ }
EA 1 3 U 2 − U1 3 −5 P
=N12 = (tarik)
2L 2 2 V2 − V1 3
{UV −− UV } = − ( )
3EA 3 1 9−5 3 P
N13 = 3 1 (tekan)
2L 2 2 3 1 3
N =
EA U 4 − U1 (
4 2− 3 P )
1 0 = − (tekan)
V4 − V1
14 L 3
N =−
3EA 3 1 U 5 − U1 3− 3 P ( )
= − (tekan)
V5 − V1
16 2L 2 2 3
Harus diperiksa apakah gaya-gaya aksial ini memenuhi persamaan keseimbangan pada nodal 1.
I. KATILI
Rangka 61
I. KATILI
62 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Sebuah rangka tiga elemen diperlihatkan dalam Gambar 3.15. Semua elemen memiliki
kekakuan aksial EA. Jika temperatur dari elemen 1-2 dinaikkan dengan besar ∆T di atas
temperatur seragam tertentu dari rangka, hitung peralihan dari nodal 1 dan gaya aksial dalam
ketiga elemen.
2
3 4
45° 45° L
1
Gambar 3.15 Rangka Tiga Elemen dengan Elemen 1-2 dinaikkan Temperaturnya Sebesar ∆T.
Problem ini dapat diselesaikan menurut kedua langkah yang diperlihatkan berikut ini.
Langkah 1: Asumsikan bahwa nodal 1 dikekang, gaya aksial yang bekerja pada ketiga elemen
akibat kenaikan temperatur ∆T dalam elemen 1-2, dari Persamaan (3.59),
N '13 = N '14 = 0 ; N '12 = − EAα∆T
di mana tanda aksen digunakan untuk menunjukkan bahwa gaya-gaya tersebut adalah untuk
langkah 1 dan tanda negatif menunjukkan bahwa elemen 1-2 dalam keadaan tertekan ketika
nodal 1 dikekang. Gaya nodal yang diperlukan untuk menahan nodal 1 adalah dari Persamaan
(3.60):
EAα∆T EAα∆T
FX1 = N '12 cos135° = ; FY2 = N '12 sin135° = − (3.61)
2 2
Jika ada lebih dari satu elemen yang mengalami kenaikan temperatur, gaya-gaya pengekang
harus dijumlahkan untuk tiap nodal.
Langkah 2: Berdasarkan Tabel 3.3 dan Persamaan (3.27a), persamaan kekakuan total
digabungkan menjadi:
EAα∆T
FX1 =
FY1 =
2 = EA 1
− EAα∆T
0 U1
2 L 0 1 + 2 V1
{}
2
I. KATILI
Rangka 63
Di mana beban-beban luar adalah sama besar tetapi berlawanan tanda dengan gaya pengekang
yang diperoleh dari Persamaan (3.61). Solusi akhir untuk peralihan pada nodal 1 adalah seperti
di bawah ini:
EAα∆T
{}
U1
V1
=
L
2 0
EA 0 2 − 2 − EAα∆T
2 = α∆TL 1
1 − 2
2
Gaya-gaya aksial akibat peralihan ini adalah:
= "
N12
EA
2L
−
1
2
{
1 U 2 − U1
=
2 V2 − V1
} 2
2
EAα∆T
=
N "
13
EA
L
0 1 3 ={
U − U1
}( )
V3 − V1
2 − 1 EAα∆T
"
N14 =
EA
2L 2
1
2
{
1 U −U
4V
4
−
1 V } = −
1 2− 2
2
EAα∆T
Di mana aksen ganda menandakan bahwa gaya-gaya tersebut adalah untuk langkah 2.
Gaya-gaya aksial akhir dalam ketiga elemen tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
gaya-gaya yang diperoleh dari kedua langkah,
2− 2
N12 = N '12 + N "12 = − EAα∆T (tekan)
2
N=13 N '13 + N="13 ( 2 − 1) EAα∆T (tarik)
2− 2
N14 = N '14 + N "14 = − EAα∆T (tekan)
2
I. KATILI
64 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Solusi:
Rangka bidang tersebut adalah komposisi dari enam elemen, empat nodal, dan delapan
derajat kebebasan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.16. Matriks kekakuan elemen diperoleh
berdasarkan relasi (3.27) dan Tabel 3.4.
Elemen φ C S C2 S2 CS Panjang
1-2 45o 1/√2 1/√2 ½ ½ ½ L
2-3, 1-4 -45o 1/√2 -1/√2 ½ ½ -½ L
3-4 -135o -1/√2 -1/√2 ½ ½ ½ L
1-3 0 1 0 1 0 0 √2L
2-4 -90o 0 -1 0 1 0 √2L
FY2 , V2
FX 2 ,U 2
2
FY1 , V1
FY3 , V3
−P 45° P FX1 ,U1
FX 3 , U 3
45° 1 3
L L
4 FX 4 ,U 4
FY4 , V4
Gambar 3.16 Rangka Bidang dan Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasan
f X1 1 1 − 1 − 1 U 1
f
Y1 EA
1 1 − 1 − 1 V1
Untuk elemen 1-2: f =
X 2 2 L − 1 − 1 1 1 U 2
fY
2 − 1 − 1 1 1 V2
I. KATILI
Rangka 65
f X3 1 1 − 1 − 1 U 3
f
Y3 EA
1 1 − 1 − 1 V3
Untuk elemen 3-4: f =
X4 2 L − 1 − 1 1 1 U 4
fY
4 − 1 − 1 1 1 V4
f X1 1 0 − 1 0 U 1
f
Y1 EA 0 0 0 0 V1
Untuk elemen 1-3: f =
X3 2 L − 1 0 1 0 U 3
fY
3 0 0 0 0 V3
f X2 0 0 0 0 U 2
f
Y2 EA
0 1 0 − 1 V2
Untuk elemen 2-4: f =
X4 2 L 0 0 0 0 U 4
fY
4 0 − 1 0 1 V4
k 2 −3 k2 − 4 k2 − 4
+
k1− 3 k2 − 4
k 3− 4 k1− 4 k1− 4 +
k2 − 4 k2 − 4
Gambar 3.17 Posisi dari Ke-6 Matriks Kekakuan Elemen pada Proses Penggabungan
Gambar 3.17 memperlihatkan posisi di mana keenam matriks kekakuan elemen 4×4
dipindahkan selama proses penggabungan. Kedua matriks 8×8 yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.17 akan ditempatkan secara bertumpuk. Karena derajat kebebasan yang berhubungan
dalam matriks kekakuan total adalah berurutan dari 1 sampai 8, setiap sudut φ dalam Tabel 3.4
diukur pada i untuk elemen i-j dengan i < j jadi selama penggabungan urutan dalam tiap matriks
kekakuan elemen tidak perlu dibalik. Setelah penggabungan, kita mendapatkan:
I. KATILI
66 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
FX1 2 + 2 1 − 1 −1
FY −1 − 2 0 −1 1 U1
1 − 1 1 + 1 −1 − 1 0 0 1 − 1 V
F 1
U1
X2 −1 −1 1 + 1 1 − 1 − 1 1 0 0
FY2 EA −1 −1 1 − 1 2 + 2 1 −1 0 − 2 V2
2
F =
X3 2L − 2 0 −1 1 2 + 2 1 − 1 −1 −1 U 3
FY3 0 0 1 −1 1 − 1 1 + 1 −1 −1 V3
FX 4 −1 1 0 0 −1 −1 1 + 1 1 − 1 U 4
FY
1 −1 0 − 2 −1 −1 1 − 1 2 + 2 V4
4
Karena simetris: V1 = U 2 = V3 = U 4 = 0
Matriks 8×8 dapat direduksi dengan cara menghapuskan baris dan kolom kedua, ketiga, keenam
dan ketujuh. Kita mendapatkan:
FX1 = − P 2 + 2 −1 − 2 1 U1
FY = 0 EA −1 2 + 2 1 − 2 V2
F 2 = P = (3.62)
X3 2L − 2 1 2+ 2 −1 U 3
FY4 = 0 1 − 2 −1 2 + 2 V4
Persamaan (3.62) dapat diatur kembali dan dikelompokkan menjadi:
− P 2 + 2 − 2 −1 1 U1
P EA − 2 2+ 2 1 −1 U 3
0 = (3.63)
0 2L −1 1 2+ 2 − 2 V2
1 −1 − 2 2+ 2 V4
Persamaan (3.63) dapat dipecahkan sekarang dengan menggunakan prosedur reduksi
yang digambarkan dalam bagian sebelumnya.
=− P EA 2 + 2
P 2 L − 2 { } { }
− 2 U1 + EA −1 1 V2
2 + 2 U 3 2 L 1 −1 V4 {} (3.64a)
0 EA − 1 1 U 1 EA 2 + 2 − 2 V2
= + (3.64b)
0 2 L 1 − 1 U 3 2 L − 2 2 + 2 V4
Dari Persamaan (3.64b):
V2 − 1 2 + 2 2 − 1 1 U 1 1 1 − 1 U 1
= =
1 U 3
(3.64c)
V4 4 + 4 2 2 2 + 2 1 − 1 U 3 2 + 2 2 − 1
{ }
− P EA 2 + 2
=
P
2 L − 2
− 2 U1
U +
1 −1 1 U1 EA 3 −1 U1
=
2 + 2 3 1 + 2 1 −1 U 3 2 L −1 3 U 3
Sehingga: =
U1
U3
=
4 EA { }
L 3 1 − P
1 3
P
PL −1
2 EA 1 { } {} (3.65a)
I. KATILI
Rangka 67
2 EA
EA PL 2P
=N13 = 1 0 EA (tarik)
2L 0 2
0 2− 2 P
( )
N14
EA
(
= 0 −1 2 − 1 P =
2
) (tekan)
2L
EA
( 2 − 1) P
Karena simetris, kita tahu bahwa: N=
12 N=
23 N=
34 N=
14
2
Kita dapat dengan mudah menemukan bahwa keseimbangan untuk tiap nodal akibat
beban luar dan gaya internal aksial elemen dipenuhi.
− P 2 + 2 −1 − 2 1 U 1
0
EA −1 2 + 2 1 − 2 V2
= (3.66)
P 2L − 2 1 2+ 2 − 1 U 3 = −U 1
0 1 − 2 − 1 2 + 2 V4 = −V2
Dengan mengganti U 3 dengan –U 1 dan V 4 dengan –V 2 dan mengalikan Persamaan (3.66)
menghasilkan:
− P 2+2 2 −2
0
EA − 2 2 + 2 2 U 1
= V2
(3.67)
P 2 L − 2 − 2 2 2
0 − 2 − 2 2
2
Reduksi di atas dilakukan dengan hanya mengurangi kolom 1 dengan kolom 3 untuk membentuk
kolom 1 dan mengurangi kolom 2 dengan kolom 4 untuk membentuk kolom 2 dalam matriks
kekakuan dalam Persamaan (3.66). Dalam keempat persamaan yang dihasilkan (3.67), dua
I. KATILI
68 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
persamaan pertama adalah sama dengan dua persamaan berikutnya. Kita bisa memilih yang
mana saja.
− P EA 2 + 2 2 − 2 U 1
=
0 2 L − 2 2 + 2 2 V2
Relasi inversnya adalah:
U 1 L 2 + 2 2 2 − P PL − 1 − U 3
= = =
V2 4(1 + 2 ) EA 2 2 + 2 2 0 2 EA 1 − 2 − V4
FY2 , V2 FY4 , V4
2 4 FX 4 ,U 4
FX 2 ,U 2
L
60°
60° 60° 60° 60°
F X1 , U 1 FX 3 ,U 3
FX 5 ,U 5
1 3 5
FY3 , V3 FY5 , V5
−P FY1 , V1
Gambar 3.18 Struktur Rangka Bidang dan Penomoran dari Nodal dan Derajat Kebebasannya.
I. KATILI
Rangka 69
1 − 3 −1 3
EA − 3 − 3
Untuk elemen 2-3 dan 4-5: [k ]global = 3 3
4L −1 3 1 − 3
3 −3 − 3 3
4 0 − 4 0
0 0 0 0
Untuk elemen 1-3, 2-4 dan 3-5: [k ]global = EA
4L − 4 0 4 0
0 0 0 0
Matriks kekakuan total 7×7 tersebut dapat direduksi menjadi matriks 7×4 dengan menggunakan
kondisi antisimetris dan simetris berikut:
U 1 = −U 5 ; U 2 = −U 4 ; V2 = V4
Reduksi tersebut dilakukan dengan mengurangi kolom 1 dengan kolom 7 untuk membentuk
kolom 1, mengurangi kolom 2 dengan kolom 5 untuk membentuk kolom 2, menambahkan
kolom 6 dengan kolom 3 untuk membentuk kolom 3 dan mempertahankan kolom 4.
FX 1 = 0 5 −1 − 3 0
FX = 0 3
F 2 = 0 −1 10 0
Y2 EA − 3 0 6 −3 U1
0 2 3 U
FY3 = − P = −6 6 V 2
FX 4 = 0 4 L 1 −10 2
0 − 3 V3
FY = 0
4 − 3 0 6 −3
FX 5 = 0 −5
1 3 0
Kita dapat memilih empat persamaan pertama atau empat persamaan terakhir untuk
mendapatkan peralihan. Marilah kita memilih empat persamaan pertama.
I. KATILI
70 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
FX 1 = 0 5 −1 − 3 0 U1
FX = 0 EA −1 10 0 3 U 2
F 2 = 0 = (3.68)
Y2 4L − 3 0 6 −3 V2
FY3 = − P 0 2 3 −6 6 V3
Setelah reduksi, matriks kekakuan 4×4 tersebut tidak lagi simetris. Dengan mengalikan dua
persamaan pertama dalam Persamaan (3.68) menghasilkan:
U 1 3 10 − 1 V2
= (3.69)
U 2 49 1 − 5 V3
Dengan mengalikan dua persamaan terakhir dan menggunakan hubungan dalam Persamaan
(3.69) menghasilkan:
FY2 = 0 6 EA 11 −6 V2
F = −P =
Y3 49 L −12 11 V3
{}
V2 L 11 6 0 PL − 6
Solusinya adalah: = =
V3 6 EA 12 11 − P 6 EA − 11
dan: = { }
U1
U2
=
3 10 −1 PL −6
49 1 −5 6 EA −11 { } {}
3PL −1
6 EA 1
Gaya-gaya internal aksial elemen adalah:
EA 1
N12 =
L 2 {UV −− VU } =
2
3 2
2
−
3P
3
1
1
=
N 45 (tekan)
=
N
EA 1
23
L 2 2 {
3 U −U
V −
=
V }3
3
3P
= N
3
2
2
34 (tarik)
1 0{ }
EA U −U 3P
N = 4= − 2 (tekan)
L
24 V − V 4 3 2
N =1 0 { }
EA U −U 3P
=
3 − =
1 N (tarik)
13
L V −V 3 16
36
Harus diperiksa apakah semua gaya internal aksial ini memenuhi syarat keseimbangan pada
semua nodal.
I. KATILI
Rangka 71
Rangka Bidang 1:
F ,V
Y 3
3 3
F ,U
3 X
3
3
RX3
RY3
E = 2×108 kN/m2 FY2 , V2 FY4 , V4
3 m
FX 2 ,U 2 FX 4 ,U 4
2 4 100 kN
2
RX2 4
RY2 FY1 , V1
1,732 m
-200 kN
1 F X1 , U 1
1
R X1 3 m
RY1
Gambar 3.19 Rangka Bidang 1, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.6 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = V2 = U 3 = V3 = 0
Persamaan kekakuan elemen setelah kondisi batas:
Elemen 1-4:
f X1 0,650 0,375 −0,650 −0,375 U1 = 0 −0,650 −0,375
fY
f 10
X4
1 6 0,375
=
0,217 −0,375 −0,217 V1 = 0
−0,650 −0,375 0,650
0,375 U 4
10 6 kN −0,375
m 0,650
0,375
−0,217 U 4
0,375 V4 { }
fY4 −0,375 −0,217 0,375 0,217 V4 0,217
Elemen 2-4:
f X2 1,333 0 −1,333 0 U 2 = 0 −1,333 0
fY
f 10
2
X4
6
=
0 0 0 0 V2 = 0 6 kN
−1,333 0 1,333 0 U 4 10 m 1,333 0 V4
0 0 U 4
{ }
fY4 0 0 0 0 V4
0 0
Elemen 3-4:
f X3 0,707 −0,707 −0,707 0,707 U 3 = 0 −0,707 0,707
fY
f 10
X4
3 6 −0,707
=
0,707 0,707 −0,707 V3 = 0
−0,707 0,707 0,707 −0,707 U 4 10 m 0,707
0,707 −0,707 −0,707 0,707 V4
6 kN 0,707
−0,707
−0,707 U 4
−0,707 V4 { }
fY4 0,707
Gaya nodal struktur diperoleh dengan menggabungkan semua gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:
I. KATILI
72 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
FX = 100kN
F 4 =
Y4 −200kN
= 106
kN 2,690 −0,332 U 4
m −0,332 0,924 V4 { }
Relasi inver memberikan nilai peralihan nodal:
U 4 −6 m 0,389 0,140 100 0,011 −3
= 10 = 10 m
V4 kN 0,140 1,133 − 200kN − 0,213
Reaksi perletakan dihitung dengan cara menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.=0:
R X 1 = FX 1 −0,650 −0,375 72,725
RY = FY − 0,375 −0,217 42,096
R X 2 = FX 2
{ }
1 1
kN − 1,333 0 0,011 −3 −14,568
R = F 10 = 6
−0,213 10 m
0
kN
m 0 0
Y2 Y2
R X 3 = FX 3 −0,707 0,707 −158,368
RY3 = FY3 0,707 − 0,707 158,065
Gaya internal elemen:
N14 = 0,866 × 106
kN
m { }
0,866 0,5
−
0,011 −3
0,213
10 m = −83,979 kN (tekan)
N 24 = 1,333 × 106
kN
m { }
1 0
0,011 −3
−0,213
10 m = 14,663 kN (tarik)
FX 2 ,U 2 2 3 FX 3 , U 3
6 m
R X1 FX 4 ,U 4
RX4 4 1 F X1 , U 1
4
1
E = 2×106 kN/m2
RY1 8m FY1 , V1 FY4 , V4
RY4
Gambar 3.20 Rangka Bidang 2, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.7 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
I. KATILI
Rangka 73
X4
= 4 −0,768
−1,024 0,768
0,576 0,768 −0,576 V2
1,024 −0,768 U 4 = 0
10 4 kN −0,768
m
0,576
−1,024 0,768
0,768 −0,576
{UV }
2
2
fY4 0,768 −0,576 −0,768 0,576 V4 = 0
Gaya nodal struktur diperoleh sebagai gabungan gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:
FX 2 = 0 1,774 −0,768 −0,750 0 U 2
FY2 = 0 4 kN −0,768 1,243 0 0 V2
F = 500kN = 10 1,262 0,384 U 3
X3 m −0,750 0
0 0,384 0,955 V3
FY3 = 0 0
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
U 2 1,263 0,781 0,856 − 0,344 0 0,428
V 0,781
2 −4 m 1,287 0,529 − 0,213 0 0,264 −1
= 10 = 10 m
U 3 kN 0,856 0,529 1,482 − 0,596 500kN 0,741
V3
− 0,344 − 0,213 − 0,596 1,287 0 − 0,298
Reaksi Perletakan dapat dihitung dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
R X 1 = FX 1 0 0 −0,512 −0,384 0,428 −264,989
RY1 = FY1 4 0 −0,667 −0,384 −0,288 0,264 −1 −375
R = =
FX 4 0 0,741 −235,011 kN
10 −1,024 10
0,768 0
X4
0,768 −0,576
RY4 = FY4 0 −0,667 −0,298 375
Gaya internal elemen:
I. KATILI
74 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
0,428
4 kN 0,264 −1
N 23 =
0,75 × 10 −1 0 1 0 10 m =
0,741
235,011 kN (tarik)
m
−0,298
N 34 =
0,667 × 104
kN
m
0 1
− {
0,741 −1
0,298
10 m = } −198,742 kN (tekan)
N 24 =
1,6 × 104
kN
m
−0,8 0,6 {0,264
0,428
}10 −1
m=
−293,764 kN (tekan)
Rangka Bidang 3:
R =F
Y Y
2 2
2 F = 150kN
300 kN X
2
2
4m EA
2L
R =F 3
1,5 m 1 3 4 RX4 X
1
X
1
1
R X1
10 m R =F
RY1 RY4 Y
1
Y
1
Gambar 3.21 Rangka Bidang 3, Modelisasi Struktur Antisimetri, Gaya Nodal dan d.k.-nya
Geometri struktur rangka seperti pada Gambar 3.21 adalah simetri dengan pembebanan
antisimetri, sehingga dapat ditinjau kondisi anti-simetri sebagai berikut:
Tabel 3.8 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen setelah kondisi batas:
I. KATILI
Rangka 75
Elemen 1-2:
f X1 0,365 0,402 −0,365 −0,402 U1 = 0 −0,365
fY − − = kN −0,402
f 1 10 =4
−
0,402
0,365 −
0,442
0,402
0,402
0,365
0,442
0,402
V 0
1U 10
4
0,365 2
{U }
m
X2 2
0,402
fY2 −0,402 −0,442 0,402 0,442 V2 = 0
Elemen 1-3:
f X1 0,703 0,211 −0,703 −0,211 U1 = 0 −0,703 −0,211
fY
f 1 10
X3
=4 0,211 0,063 −0,211 −0,063 V = 0 4 kN −0,211 −0,063 U 3
−0,703 −0,211 0,703 0,211 U 3 10 m 0,703 0,211 V3
−0,211 −0,063 0,211 0,063 V3
1
0,211 0,063
{ }
fY3
f X2 0 0 0 0 U 2 0 0 0
fY 0 −0,375 2
U
4 0 0,375 0 −0,375 V2 = 0 4 kN 0
Elemen 2-3: =
f 0 U 3 0 3
2
10 0 10 U
X3
0 0
m 0 0
V
fY3
0 −0,375 0 0,375 V3
0
0 0,375 3
Gaya nodal struktur diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:
FX 2 = 150kN 0,365 0 0 U 2
4 kN
= FX 3 0= 10 0 0,703 0,211 U 3
m 0 0,211 0,438 V3
FY3 = 0
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
U 2 2,738 0 0 150kN 0,411
−4 m
U 3 = 10 0 1,662 − 0,8 0 = 0 10 −1 m
V kN
3 0 − 0,8 2,667 0 0
Reaksi perletakan dapat dihitung dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k. = 0:
R X 1 = FX1 −0,365 −0,703 −0,211= U 2 0,411 × 10-1 −150
4 kN
Y1
R = FY1 = 10 −0,402 −0,211 − 0,063 3
U = 0 m = −165 kN
m − =
RY2 = FY2 0,402 0 0,375 3
V 0 165
N 23 =
0,375 × 104
kN
m
0 1
0,411
0 { }
10−1 m =
0
I. KATILI
76 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Rangka Bidang 4:
FY 2 , V2 FY 3 , V3
RX 2 3 500 kN
2 3
FX 2 , U 2 2 FX 3 , U 3
6 m
RX 4 FX 4 , U 4
1 4 1 FX 1 , U1 4
RX1
8 m FY 1 , V1 FY 4 , V4
RY 1 E = 2×106
RY 4
Gambar 3.22 Rangka Bidang 4, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.9 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 CS S2 A (m2) L (m) EA/L
1-2 90o 0 1 0 0 1 0,02 6 6,667 103
1-3 36,87o 0,8 0,6 0,64 0,48 0,36 0,04 10 8 103
2-3 0 1 0 1 0 1 0,03 8 7,5 103
3-4 -90o 0 -1 0 0 1 0,02 6 6,667 103
Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = U 4 = V4 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 0 0 0 0 U1 = 0 0
fY − = kN −
{V2 }
0 0,667 0 0,667 V 0 0,667
=
Elemen 1-2: 1 10 =4 4
0 U 2 = 0
1 10
f X2 0 0 0 m 0
0 −0,667 0 0,667 V2 0,667
fY2
f X2 0,75 0 −0,75 0 U 2 = 0 0 −0,75 0
fY 0 2
V
4 0 0 0 0 V2 4 kN 0 0
=
Elemen 2-3: =
f X3 −0,75 0 0,75 0 U 3 10 m 0 0,75 0 3
2
10 U
V
fY3
0 0 0 0 V3 0
0 0 3
f X3 0 0 0 0 U 3 0 0
=
Elemen 3-4:
fY3
f X4
=
10 4
0
0 0,667
0 0
0 − 0,667 V
0 U 4 = 0
3
V = 0
104
kN
m
0
0
0,667
0
U3
V3
{ }
fY4 0 − 0,667 0 0,667 4 0 − 0,667
Elemen 1-3:
f X1 0,512 0,384 −0,512 −0,384 U1 = 0 −0,512 −0,384
fY1
f 10
X3
=
4
−
0,384
0,512 −
0,288
0,384
−0,384
0,512
−0,288
0,384
V =
U 10
1
V3
0 4 kN −0,384 −0,288 U 3
m 0,512 0,384 V3
0,384
{ }
fY3 − 0,384 − 0,288 0,384 0,288 3 0,288
Gaya nodal struktur diperoleh dari gabungan gaya nodal elemen pada d.k.≠ 0:
I. KATILI
Rangka 77
F = 0
Y2 kN 0,667 0 0 V2
=
FX 3 500 =kN 104 0 1,262 0,384 U 3
FY3 = 0 m 0 0,384 0,955 V3
Relasi invers akan memberikan nilai peralihan bebas sebagai berikut:
V 2 1,5 0 0 0 0
−4 m
U 3 = 10 0 0,903 − 0,363 500 kN = 0,45110 −1 m
V kN
3 0 − 0,363 1,194 0 − 0,182
Reaksi Perletakan diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.=0:
RX1 0 −0,512 −0,384 −161,412
RY −0,667 −0,384 −0,288 0 −121,059
1 4 kN −1
X2
R 10 0 −=
0,750 0 0,451 × 10 m −338,588 kN
RX 4 m 0 0 0 −0,182 × 10
−1 0
RY 0 −0,667 121,059
4 0
N 23 =0,75 × 104
kN
m
1 0
−{
0,451 −1
0,182 }
10 m = 338,588 kN (tarik)
N 34 =0,667 × 104
kN
m
0 1 {
−0,451 −1
0,182
10 m = }−121,059 kN (tekan)
N13 =
0,8 × 104
kN
m
0,8 0,6
−
0,451 −1
0,182 {
10 m = }
201,765 kN (tarik)
I. KATILI
78 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Rangka Bidang 5:
8m FY1 , V1 FY4 , V4
1 4 RX4 FX 4 ,U 4
1 F X1 , U 1 4
R X1
5m 7m 5m
RY1 RY4
X2
=4 0,286 0,457 −0,286 −0,457 V1 = 0
−0,179 −0,286
0,179 0,286 U 2
10 4 kN −0,286
m 0,179
0,286
0,286 V2 { }
−0,457 U 2
X3
=4 0,128 0,085 −0,128 −0,085 V1 = 0
−0,192 −0,128 0,192
0,128 U 3
10 4 kN −0,128
m 0,192
0,128
{ }
−0,085 U 3
0,128 V3
fY3 −0,128 −0,085 0,128 0,085 V3 0,085
f X2 0,857 0 − 0,857 0 U 2
f
Y kN 0 0 0 0 V2
Elemen 2-3: 2 = 10 4
f X3 m − 0,857 0 0,857 0 U 3
fY
3 0 0 0 0 V3
Elemen 4-2:
f X4 0,192 −0,128 −0,192 0,128 U 4 = 0 −0,192 0,128
fY
X2
=
f 4 10
4
−
−
0,128
0,192
0,085
0,128
0,128
0,192
−
−
0,085
0,128
V4 = 0
U 10
2
4 kN
m
0,128 −0,085 U 2
0,192 −0,128 V2
−0,128 0,085
{ }
fY2 0,128 −0,085 −0,128 0,085 V2
I. KATILI
Rangka 79
Elemen 4-3:
f X4 0,179 −0,286 −0179 0,286 U 4 = 0 −0179 0,286
fY
f 4 10
X3
= 4
−
−
0,286
0,179
0,457
0,286
0,286
0,179
−
−
0,457
0,286
0,286 −0,457 −0,286 0,457 V3
V =
U 10
4
3
0 4 kN
m
0,286
0,179
−
−
0,457
0,286
−0,286 0,457
{ }
U3
V3
Y3
f
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh setelah penggabungan gaya nodal elemen:
FX 2 = 0 1,228 0,158 −0,857 0 U 2
FY = −250 kN 0,158 0,543 0 0 V2
F 2 = 0 kN = 10
4
m −0,857 0 1,228 −0,158 U 3
X3
FY3 = −250 0 0 −0,158 0,543 V3
karena kondisi simetri: U 3 = −U 2 ; V3 = V2
persamaan diatas dapat direduksi dengan cara kolom ke-1 dikurang dengan kolom ke-3 dan
kolom ke-2 ditambah dengan kolom ke-4, dengan demikian persamaan menjadi:
0 2,085 0,158
− 250 0,158 0,543 U 2
4 kN
kN = 10
0 m − 2,085 − 0,158 V2
− 250
0,158 0,543
Diambil 2 persamaan yaitu persamaan pertama dan kedua
0 4 kN 2,085 0,158 U 2
kN = 10
− 250 m 0,158 0,543 V2
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
{ }
U2
V2
=
10 −4 kN 0, 490 −0,143 0
{ } {
m −0,143 1,884 250
kN
0, 036
−0, 471 }
10−1 m ; { }{
U3
V3
=
−0, 036
−0, 471 }
10−1 m
Reaksi perletakan diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
R X 1 = FX1 −0,179 −0,286 −0,192 −0,128 0,036 195,417
RY = FY −0,286 −0,457 − 0,128 − 0,085 −0,471 − 250
R 1 = 1
10 = 4
−0,036 10
1
−195,417 kN
F − 0,192 0,128 −0,179 0,286
X4 X4
0,128 −0,085 0,286 −0,457 −0,471
RY4 = FY4 250
0,036
4 kN −0,471 −1
N 23 = 0,857 × 10 −1 0 1 0 × 10 m = −61,129 kN (tekan)
m −0,036
−0,471
N 42 = N 13 = -80,697 kN (tekan) ; N 43 = N 12 = -242,026 kN (tekan)
I. KATILI
80 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Rangka Bidang 6:
6 5 4 3 2
L
1
L o
P 30
7 8 9 10 11
0,732 L L L 0,732 L
(a)
4 3 2 4 3 2
EA EA
L 2
L
2
1 1
3
- P
- 8
8 P L
L 0,732 L 0,732 L
(b) (c)
Gambar 3.24 (a) Rangka Bidang 6, (b) 1/4 Struktur Simetri, (c) 1/4 Struktur Antisimetri
Tabel 3.11 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1 1 3 1 1
1-2 30o 2
3 2 4 4 4
3 2L EA
1 1 1 1 1
1-3 45o 2
2 2
2 2 2 2 2L EA
o 1
1-4 90 0 1 0 1 0 1 2
EA
I. KATILI
Rangka 81
f X1 2 2 − 2 − 2 U1 2 2
{}
f EA 2 − 2 − 2 V1 EA 2
2 U1
Elemen 1-3: Y1 = 2
f
X3 4L − 2 − 2 2 2 U 3 = 0 4 L − 2 − 2 V1
fY3 − 2 − 2 2 2 V3 = 0 − 2 − 2
f X1 0 0 0 0 U1 0 0
=
Elemen 1-4:
fY1 EA 0 1 0 −1 V1 EA 0 1 U1
f
X 4 2L
=
0 0 0 0 U 4 = 0 2 L 0 0 V1
0 −1
{}
fY4 0 −1 0 1 V4 = 0
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
FX 1 EA 3 + 2 2
F =
3 + 2 2 U1
Y1 8L 3 + 2 2 5 + 2 2 V1
{}
Untuk kondisi simetri seperti pada Gambar 3.24b, U1 = 0, hanya ada satu d.k. ≠ 0 yaitu V1
8L − 3P − 3 PL PL
Peralihan nodal: V1 = = = −0 , 221
( 5 + 2 2 )EA 8 5 + 2 2 EA EA
Gaya internal elemen:
EA 1 PL
N12 = − {−0, 221} = 0,553P × 10−1
2L 2 EA
2 EA 1 PL
N13 = −2 2 {−0, 221} = 0,813P × 10−1
2L EA
EA PL
N14 = −1 {0, 221} 1,106 P × 10−1
=
2L EA
I. KATILI
82 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Rangka Bidang 7
FY4 , V4
4 300 kN
4 FX 4 ,U 4
7m E = 2×106 kN/m2
3 FX 3 , U 3
FY1 , V1
3 FY2 , V2
8m
F X1 , U 1
2
1 2
R X1 10 m
1 FX 2 ,U 2
10 m
RY1 RY2
Gambar 3.25 Rangka Bidang 7, Penomoran Nodal, Gaya dan Peralihan Nodal
Tabel 3.12 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 0, 2 0 −0, 2 0 U1 = 0 −0, 2
fY = kN 0
−0, 2 0 0, 2 0 U 2 10 m 0, 2 {U 2 }
0 0 0 0 V 0
=
Elemen 1-2: 1 10 =
4 1 4
f X2
0 0
fY2 0 0 V2 = 0 0
Elemen 1-3:
f X1 0,190 0,152 −0,190 −0,152 U1 = 0 −0,190 −0,152
fY
f 1 10
X3
=4
−
0,152
0,190 −
0,122
0,152
−0,152
0,190
−0,122
0,152
V = 0
1U 10
3
4 kN −0,152 −0,122 U 3
m 0,190 0,152 V3
0,152 0,122
{ }
fY3 −0,152 −0,122 0,152 0,122 V3
Elemen 1-4:
I. KATILI
Rangka 83
I. KATILI
84 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
N12 =
0, 2 × 104
kN
m
1 0
0, 715 −1
0 { }
10 m =
142,935 kN (tarik)
N13 =
0,312 × 104
kN
m
0, 781 0, 625
−0,347 {
0,357 −1
10 m = }
19,388 kN (tarik)
N14 =
0,333 × 104
kN
m
0,555 0,82 {
1,822 −1
−0, 291
10 m =}
255,860 kN (tarik)
0,357
kN −0,347 −1
N34 =0, 429 × 104 0 −1 0 1 10 m =
1,822
24, 223 kN (tarik)
m
−0, 291
kN 1,822
N 42 =
0,333 × 104 −0,555 0,832 0,555 −0, 29110−1 m = −284,973 kN (tekan)
m
0, 715
kN 0,357
−1
N32 =0,312 × 104 −0, 781 0, 625 0, 781 −0,347 10 m =19,388 kN (tarik)
m 0, 715
Rangka Bidang 8:
EA
L 2
RX3 RX3
1 1 3
3 5
RY3
L L RY5 RY1 RY3
RY1
(a) (b)
Gambar 3.26 (a) Rangka Bidang 8, Penomoran Nodal, (b) Model Simetri
Memperhatikan kondisi geometri struktur dan sistem pembebanan adalah simetri, maka
problem diatas dapat disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis
memanfaatkan kondisi simetri. Semua elemen mempunyai koefisien kekakuan aksial EA. Karena
kondisi simetri struktur yang dianalisis hanya separuhnya saja dan dalam hal ini koefisien
kekakuan aksial elemen 3-4 dan beban P pada nodal 4 harus dibagi dua.
I. KATILI
Rangka 85
Tabel 3.13 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 90o 0 1 0 1 0 L EA
1-3 0o 1 0 1 0 0 L EA
o 1 1 1 1 1 EA
1-4 45 2
2 2
2 2 2 2
2L
2-3 -45 o 1
2
2 − 1
2
2 1
2
1
2 − 1
2
2L EA
1 EA
3-4 90 0 1 0 1 0 L 2
2-4 0 1 0 1 0 0 L EA
Kondisi batas: V1 = U 3 = V3 = U 4 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 0 0 0 0 U1 0 0 0
fY EA 0 1 0 −1 V = 0 EA 0 0 −1 1
U
=
Elemen 1-2: 1 = 0 0 0 0 U 2 L 0 0 0 2
1 U
f X2 L
0 −1 0 1 V 0 V
fY2 2 0 1 2
f X1 1 0 −1 0 U1 1
fY EA 0 0 0 0 V = 0 EA 0
=
Elemen 1-3: 1 = −1 0 1 0 U 3 = 0 L −1 {U1}
1
f
X3 L 0
fY3 0 0 0 0 V3 = 0
f X1 2 2 − 2 − 2 U1 2 − 2
{}
fY
EA
2 2 − 2 − 2 V1 = 0 EA
2 − 2 U1
Elemen 1-4: 1 =
f
X4 4L − 2 − 2 2 2 U 4 = 0 4L − 2 2 V4
fY4 2 V4 − 2
− 2 − 2 2 2
f X2 2 − 2 − 2 2 U2 2 − 2
{ }
fY EA −
EA − 2
2 2 − 2 V2 2 2 U2
Elemen 2-3: 2 =
f
X3 4L − 2 2 2 − 2 U 3 = 0 4L − 2 2 V2
fY3 2 − 2 − 2
2 V3 = 0
2 − 2
f X3 0 0 0 0 U 3 = 0 0
fY EA 0 1 0 −1 V = 0 EA −1
=
Elemen 3-4: 3 = 0 0 0 0 U 4 = 0 2 L 0 {V4 }
3
f X4 2 L
0 −1 0 1 V 1
fY4 4
f X2 1 0 −1 0 U 3 = 0 0
fY 2 EA 0 0 0 0 V3 = 0 EA 0
=
Elemen 2-4:
f = −1 0 1 0 U 4 = 0 L 0 {V4 }
X4 L 0
fY4 0 0 0 0 V4
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari penggabungan persamaan kekakuan elemen:
I. KATILI
86 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
FX1 = 0 4 + 2 0 0 − 2 U1
FX = 0 EA
0 4+ 2 − 2 0 U 2
=
2
F = − P 1
Y2 2 4L 0 − 2 4+ 2 0 V2
FY4 = − 2 P
1 0 2 + 2 V4
− 2 0
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal tidak nol sebagai berikut:
U1 0 ,172
U 2 PL 0 ,104
V = −
2 EA 0 ,396
V4 0 ,657
Reaksi perletakan untuk kondisi simetri diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen
pada d.k. = 0:
RY 1 2 0 −4 − 2 0,172 0,568
RX 3 EA −4 − 2 2 0 PL 0,104 0,068
=R = ×− P
Y 3 4L 0 2 − 2 −2 EA 0,396 0, 432
RX 4 − 2 −4
0 2 0,657 −0,068
N14 =
2 EA 1
2L
−2 2 1
2
2 ×− { }
PL 0,172
EA 0, 657
= −0, 243P
EA {0,396}
2 EA 1 PL 0,104
N 23 = −2 2 1
2
2 ×− = −0,396 P
2L
0,104
EA PL EA PL 0,396
N34 = 1 ×− {0, 657} = −0,328P ; N 24 = −1 0 1 0 × =0,104 P
2L EA L EA 0
0, 657
Gaya internal struktur lengkap pada elemen 3-4:
N34 =2 × ( −0,328 P ) =−0, 657 P
I. KATILI
Rangka 87
Rangka Bidang 9:
FY3 , V3
RX3 FX 3 , U 3
3
-P 3 FY4 , V4
0,577 L RY3 FY2 , V2
FX 4 ,U 4
RX2 2 30o 60o FX 2 ,U 2
30o 4 2 4
0,577 L RY2 FY1 , V1
R X1 1
F X1 , U 1 1
L
RY1
Gambar 3.27 Rangka Bidang 9, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.14 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-4 30o 1 3 1 3 1 1
3 2
3L EA
2 2 4 4 4 3
o
2-4 0 1 0 1 0 1 L EA
3-4 -30o 1
2
3 − 12 3
4
1
4 − 1
4
3 2
3
3L EA
Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = V2 = U 3 = V3 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X2 1 0 −1 0 U 2 = 0 −1 0
=
Elemen 2-4:
fY2 EA 0 0 0 0 V2 = 0 EA 0 0 U 4
f
=
X4 L
−1 0 1 0 U 4 L 1 0 V4
{ }
fY4 0 0 0 0 V4 0 0
f X3 3 3 −3 −3 3 3 U 3 = 0 −3 3 3
fY EA −3
{ }
3 3 − 3 V3 = 0 EA
3 − 3 U4
Elemen 3-4: 3 =
X 4 8 L −3 3 −3 U 4 8 L 3 3 −3 V4
f 3 3 3
Y4 3 − 3 −3 V 3
−3
f
3 4
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0 diperoleh sebagai gabungan persamaan kekakuan elemen:
FX = RX EA 8 + 6 3
F4 =R 4=
Y4 Y4
8L
0 U 4
0 2 3 V4 { }
I. KATILI
88 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
U4
4
V4
4’
60o
Karena nodal 4 diletakkan di atas rol pada bidang miring 60o seperti pada Gambar 3.28 kita
mendapati: V4 = 3 U 4 . Karena adanya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring, gaya
nodal struktur pada nodal 4:
F X 4 = − R sin 60 o = − 12 3R
FY 4 = R cos 60 o − P = 12 R − P
Solusi persamaan struktur menjadi:
− 1 3R EA 8 + 6 3 0 U 4
12 =
2 R − P 8 L 0 2 3 V4 = 3U 4
Penggabungan kolom 1 ditambah 3 kali kolom kedua dari matrik kekakuan diatas:
− 1 3R EA 8 + 6 3
12 = {U 4 }
2 R − P 8 L 6
Kedua persamaan memiliki dua variabel yang belum diketahui, R dan U4. Reaksi R dapat
dieliminasi dengan menambah persamaan kedua dengan persamaan pertama yang dibagi √3:
EA 9 + 2 3 PL
−P= U 4 atau U 4 = −0 , 481
L 6 EA
Reaksi perletakan pada nodal 1, 2 dan 3 diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada
d.k.= 0:
RX 1 = FX 1 −3 3 −3
RY 1 = FY 1
−3 − 3
RX 2 = FX 2 EA −8
R =F =
Y2 Y2
8 L 0
0 U4
0 V4{ }
RX 3 = FX 3 −3 3 3
RY 3 = FY 3
3 − 3
I. KATILI
Rangka 89
RX 1 −3 3 −3 0, 625
RY 1 0,361
−3 − 3
RX 2 EA −8 0 PL 1 0, 481
=R ×=
−0, 481 0 P
Y 2 8L
0 0 EA 3
RX 3 −3 3 3 0
RY 3 0
3 − 3
Reaksi yang tegak lurus pada bidang miring diperoleh dari salah satu persamaan dari dua
persamaan kekakuan:
=
− 12 R
EA
L
( 1
3 )
3 + 43 × −0 , 481
PL
EA
atau: R = 1, 278 P
EA PL 1
N 24 = 1 0 × −0, 481 = −0, 481P
L EA 3
3EA PL 1
=N34 1
3 − 12 × −0, 481
= 0
2L 2
EA 3
Gambar 3.29 Rangka Bidang 10, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Geometri struktur simetris, maka problem diatas dapat disederhanakan dengan membagi
struktur menjadi dua bagian. Pemodelan struktur diatas memanfaatkan kondisi simetri dan
antisimetri seperti diperlihatkan pada Gambar 3.30.
I. KATILI
90 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
-P
-P/2 P/2 P/2 P/2
(a) (b)
RY2 RY4
-P/2
-P/2 RX4 P/2
R X1 R X1
(d)
(c)
RY1 RY1
Tabel 3.15 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 90o 0 1 0 1 0 L EA
1-3 45o 1
2
2 1
2
2 1
2
1
2
1
2
1
2
2L EA
2-3 -45o 1
2
2 - 12 2 1
2
1
2 − 12 1
2
2L EA
2-4 0 1 0 1 0 1 L EA
3-4 45o 1
2
2 1
2
2 1
2
1
2
1
2
1
2
2L EA
Kondisi-kondisi Batas: U=
1 V=
1 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 0 0 0 0 U1 = 0 0 0
=
Elemen 1-2:
fY1 EA 0 1 0 −1 V1 = 0 EA 0 −1 U 2
f
=
X2 L
0 0 0 0 U 2 2 L 0 0 V2
{ }
fY2 0 −1 0 1 V2 0 1
I. KATILI
Rangka 91
f X1 2 2 − 2 − 2 U1 = 0 − 2 − 2
{ }
f
EA
2 2 − 2 − 2 V1 = 0 EA − 2 − 2 U3
Elemen 1-3: Y1 = U
f
X3 2L − 2 − 2 2 2 3 2L 2 2 V3
fY3 − 2 − 2 2 V3 2
2 2
f X2 2 − 2 − 2 2 U 2
f
Y2 EA − 2 2 2 − 2 V2
Elemen 2-3: =
f X 3 2 L − 2 2 2 − 2 U 3
fY − 2 − 2 2 V3
3 2
f X2 1 0 − 1 0 U 2
f
Y EA 0
0 0 0 V2
Elemen 2-4: 2 =
f X 4 L − 1 0 1 0 U 4
fY
4 0 0 0 0 V4
f X3 2 2 − 2 − 2 U 3
f
Y3 EA 2 2 − 2 − 2 V3
Elemen 3-4: =
f X 4 2 L − 2 − 2 2 2 U 4
fY − 2 − 2 2 V4
4 2
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh sebagai gabungan dari persamaan kekakuan elemen:
FX 2 2 + 2 − 2 − 2 2 −2 0 U
FY 2
− 2 2 + 2 2 − 2 0 0 V2
F 2 EA
X3 − 2 2 3 2 2 − 2 − 2 U 3
F =
3Y 2 L 2 − 2 2 3 2 − 2 2 V3
U4
X4
F
−2 0 − 2 − 2 2+ 2 2
FY4 2 4
V
0 0 − 2 − 2 2
I. KATILI
92 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
− 1 P 2 + 2 − 2 − 2 2 0 U 2
2
0 − 2 2+ 2 2 − 2 0 V2
EA
0 = − 2 2 3 2 2 − 2 U 3
0 2L
2 − 2 2 3 2 − 2 V3
− 12 P 0 − 2 − 2 2 V4
0
U 2 2 0 1 −10 − 12 P −2
V 0 0
2 2 −1 10 0
L PL
U 3 = 1 −1 1+ 2 −12 0 = − 1 − 2
V 2 EA 4 EA
− 1 1 −1 1+ 22 0 1− 2
3
V4
0 0 2 2 4 2 − 12 P − 4 2
Reaksi Perletakan untuk untuk kondisi simetri:
−2
RX 0 0 −2 2 −2 2
1 1 0 0 1
1
EA PL 2
Y1
R = 0 − 1 − 1 2 −1 2
2 2
0 − 1 − 2 = 2 P
1
R 2L 4 EA 1 − 2 0
− 1 0 − 12 2 − 12 2 12 2
X4
− 4 2
Gaya internal elemen untuk kondisi simetri:
=N12
EA
=
L
0 1
PL −2
4 EA 0
0 {}
2 EA PL −1 − 2
N13 = 1
2 1
2 = − 2 2P
1
L 2 2
4 EA 1 − 2
−2
2 EA 1 PL 0
N 23 = −2 2 1
2 12 2 − 12 2 =0
L 2
4 EA −1 − 2
1 − 2
−2
EA PL 0 1
N 24 = −1 0 1 0 = P
L 4 EA 0 2
−4 2
−1 − 2
2 EA PL 1 − 2
N34 = − 12 2 − 12 2 12 2 12 2 = − 12 2 P
L 4 EA 0
−4 2
Analisis untuk struktur untuk kondisi antisimetri seperti pada Gambar 3.30d
I. KATILI
Rangka 93
Kondisi antisimetri: V=
2 V=
4 0
FX 2 = 0,5 P 2 + 2 − 2 − 2 2 −2 0 U
FY 2
− 2 2 + 2 2 − 2 0 0 V2 = 0
2
FX 3 = 0 EA − 2 2 3 2 2 − 2 − 2 U3
F = 0 =
Y3 2L 2 − 2 2 3 2 − 2 2 V3
FX 4 = 0 −2 0 − 2 − 2 2+ 2 2 U4
V = 0
FY4 0 0 − 2 − 2 2 2 4
Setelah penghapusan baris/kolom ke 2 dan ke 6:
12 P 2 + 2 − 2 2 −2 U 2
0 EA − 2 3 2 2
− 2 U 3
=
0 2L 2 2 3 2 − 2 V3
0 − 2 − 2 2 + 2 U 4
−2
Relasi invers memberikan:
U 2 8 2 + 4 6 2 + 2 −2 2 − 2 8 2 1 P 2 + 4 2
L 6 2 + 2 1 + 6 2 −2 2 − 1 6 2 0 PL 1 + 3 2
2
U 3
V =
3 4 EA −2 2 − 2 −2 2 − 1 2 2 + 1 −2 2 0 4 EA −1 − 2
U 4 8 2 0
8 2 6 2 −2 2 4 2
Reaksi perletakan untuk kondisi antisimetri:
0 − 12 2 − 12 2 0 2 + 4 2 − 12
RX1
RY1 EA 0 −2 2 −2 2
1 1
0 PL 1 + 3 2 − 1
R = 1 2P
Y2 2 L − 2 2 2 2 − 2 2
1 1
0 4 EA −1 − 2 0
RY4 − 12 2 − 12 2 12 2 4 2 12
0
Gaya internal elemen untuk kondisi antisimetri:
EA PL 4 2 + 2
N12 = 0 1 0
L 4 EA 0
2 EA 1 PL 3 2 + 1
N13 = 2 12 2 = − 2 2P
1
L 2
4 EA −1 − 2
4 2 + 2
2 EA 1 PL 0
N 23 = −2 2 1
2 1
2 − 12 2 =0
L 2 2
4 EA 3 2 + 1
−1 − 2
4 2 + 2
EA PL 0
N 24 = −1 0 1 0 =− 12 P
L 4 EA 4 2
0
I. KATILI
94 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
3 2 +1
2 EA 1 PL −1 − 2
N34 = −2 2 − 12 2 1
2
2 1
2
2 =
1
2
2P
L 4 EA 0
4 2
Gaya internal elemen sebenarnya diperoleh dari gabungan analisis simetri dan antisimetri:
N12 = 0 + 0 = 0 N13 =
− 12 P 2 + 12 P 2 =
0
N 23 = 0 + 0 = 0 N 24 = 12 P − 12 P = 0
N34 =
− 12 P 2 + 12 P 2 =
0 N 75 = 0 + 0 = 0
N 76 =
− 12 P 2 − 12 P 2 =
−P 2 N56 = 0 + 0 = 0
N 45 = 12 P + 12 P = P N 64 =
− 12 P 2 − 12 P 2 =
−P 2
Reaksi perletakan sebenarnya merupakan kombinasi hasil struktur simetris dan antisimetri:
1 + (− 1 )
RX1 2 2
1 + (− 1 ) 0
RY 2 2 P 0
=R 1 = − P
1 1
X7 − 2 + (− 2 )
RY7 P
1 + 1
2 2
I. KATILI
Rangka 95
3m FY3 , V3
FX 3 , U 3
3 FY1 , V1 3 FY2 , V2
4m
.
1
2 1
R X1 F X1 , U 1 2 F ,U
X2 2
5m 5m
E = 2×106 kN/m2
RY1 RY2
Gambar 3.31 Rangka Bidang 11, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.16 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang untuk Tiap Elemen Rangka Bidang 11
Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 0, 4 0 −0, 4 0 U1 = 0 −0, 4
fY1 4 kN 0 0 V1 = 0 4 kN 0
−0, 4 0 0, 4 0 U 2 10 m 0, 4 {U 2 }
0 0
Elemen 1-2: =
f X2
10
m
0 0 V2 = 0 0
fY2 0 0
Elemen 1-3:
f X1 0,381 0,305 −0,381 −0,305 U1 = 0 −0,381 −0,305
fY1
f 10
X3
4 0,305
=
0, 244 −0,305 −0, 244 V1 = 0
−0,381 −0,305
0,381 0,305 U 3
10 4 kN −0,305 −0, 244 U 3
m 0,381 0,305 V3
0,305 0, 244
{ }
fY3 −0,305 −0, 244 0,305 0, 244 V3
I. KATILI
96 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 1-4:
f X1 0, 236 0,330 −0, 236 −0,330 U1 = 0 −0, 236 −0,330
fY
f 1 10
X4
=
4
−
0,330
0, 236 −
0, 462
0,330
−0,330
0, 236
−0, 462
0,330
V = 0
1U 10
4
4 kN −0,330 −0, 462 U 4
m 0, 236
0,330 V4
{ }
fY4 −0,330 −0, 462 0,330 0, 462 V4 0,330 0, 462
f X3 0 0 0 0 U 3
fY 4 kN 0 1 0 −1 V3
Elemen 3-4: = 10
f X4 0 0 0 0 U 4
3
m
0 −1 0 1 V
fY4 4
Elemen 4-2:
f X4 0, 236 −0,330 −0, 236 0,330 U 4 0, 236 −0,330 −0, 236 U
fY 4 −0,330 0, 462 0,330 −0, 462 V4 4 −0,330 0, 462 0,330 4
f 4
10= −0, 236 0,330 0, 236 −0,330 U 2 10 −0, 236 0,330 0, 236 V4
X2 0,330 −0, 462 −0,330 0, 462 V = 0 0,330 −0, 462 −0,330 U 2
fY2 2
Elemen 3-2:
f X3 0,381 −0,305 −0,381 0,305 U 3 0,381 −0,305 −0,381 U
fY3 4 −0,305 0, 244 0,305 −0, 244 V3 4 −0,305 0, 244 0,305 3
f 10= −0,381 0,305 0,381 −0,305 U 2 10 −0,381 0,305 0,381 V3
X2 0,305 −0, 244 −0,305 0, 244 V = 0 U 2
fY2 2 0,305 −0, 244 −0,305
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
FX 2 = 0 1, 017 −0,381 0,305 −0, 236 0,33 U 2
FX = 0 −0,381 0, 762 0 0 0 U 3
3
4 kN
FY3 = 0 = 10 0,305 0 1, 488 0 −1 V3
FX 4 = 300kN m −0, 236 0 0 0, 471 0 U 4
F = 0
0,33 0 −1 0 1,924 V4
Y4
Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas sebagai berikut:
U 2 2,396 1,198 −1,179 1,198 −1, 024 0 0,359
U 3 1,198 1,912 −0,590 0,599 −0,512 0 0,180
−4 m
V3 = 10 −1,179 −0,590 1, 614 −0,590 1, 014 0 = −0,177 10−1 m
U 4 kN 1,198 0,599 −0,590 2, 721 −0,512 300kN 0,816
V4 −1, 024 −0,512 1, 014 −0,512 1, 237 0 −0,154
Reaksi perletakan diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
U 2
RX1 = FX1 − 0, 4 −0,381 −0,305 − 0, 236 −0,33 U 3
4 kN
RY1 =FY1 =10 0 −0,305 −0, 244 −0,33 −0, 462 V3 m
RY2 = FY2 m −0, 635 0,305 −0, 244 0,33 −0, 462 U 4
V4
0,359
RX1 −0, 4 −0,381 −0,305 −0, 236 −0,33 0,180 −300
4 −1
Y1
R =
10 0 −0,305 −0, 244 −0,33 −0, 462 −0,177 10 = −
210 kN
RY2 −0, 635 0,305 −0, 244 0,33 −0, 462 0,816 210
−0,154
I. KATILI
Rangka 97
N13 =
0, 625 × 104
kN
m
0, 781 0, 625
−
0,180 −1
0,177
10 m = {
18, 641 kN }
N14 =
0, 697 × 104
kN
m
0,581 0,814
0,816 −1
−0,154
10 m = {
243, 760 kN }
0,180
kN −0,177 −1
N34 =104 0 −1 0 1 10 m =
0,816
23, 289 kN
m
−0,154
kN 0,816
N 42 =
0, 697 × 104 −0,581 0,814 0,581 −0,154 10−1 m =
−272,380 kN
m
0,359
kN 0,180
−1
N32 =0, 625 × 104 −0, 781 0, 625 0, 781 −0,177 10 m =18, 641 kN
m 0,359
FX 2 ,U 2
2 2
FY1 , V1 FY3 , V3
1 2L
2
1 3
1
F X1 , U 1 3 FX , U 3
3
30o 1
30o
1 2L 2L R
R 2 2
Gambar 3.32 Rangka Bidang, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.17 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka Bidang 12
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
o 1 1 1 1 1
1-2 45 2
2 2
2 2 2 2
L EA
2-3 -45o 1
2
2 - 12 2 1
2
1
2 − 12 L EA
1-3 0 1 0 1 0 0 2L EA
I. KATILI
98 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Karena geometri dan sistem pembebanan struktur simetris maka dapat ditentukan bahwa
U 2 = 0 , U 3 = −U1 dan V3 = V1 .
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 1 1 −1 −1 U1 1 1 −1
fY EA 1 1 −1 −1 V EA 1 1 −1 U1
=
Elemen 1-2: =
f −1 −1 1 1 U 2 = 0 2 L −1 −1 1 V1
1 1
X 2 2L −1 −1 1 V2
fY2 −1 −1 1 1 V2
f X2 1 −1 −1 1 U 2 = 0 −1 −1 1
fY2 EA −1 1 1 −1 V2 EA 1 1 −1 V2
=Elemen 2-3: =
f −1 1 1 −1 U 3 2 L 1 1 −1 U 3
X3 2L −1 −1 1 V3
fY3 1 −1 −1 1 V3
f X1 2 0 − 2 0 U1
fY EA 0 0 0 0 V1
Elemen 1-3: 1 =
X3 2L − 2 0 2 0 U 3
f
fY3 0 0 0 0 V3
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
FX1 1 + 2 1 −1 − 2 0 U1
FY 1 1 − 1 0 0 V1
1 EA V
Y2
F = − 1 −1 2 1 −1
2
FX 3 2 L − 2 0 1 1 + 2 −1 U 3 = −U1
F 0 0 −1 −1 1 V3 = V1
Y3
Matrik kekakuan struktur direduksi dengan cara kolom pertama dikurang dengan dengan kolom
keempat dan kolom kedua ditambah dengan kolom kelima.
FX1 1+ 2 2 1 −1
FY 1 1 −1 U1
1 EA
FY2 = −2 −2 2 V1
2 L
FX 3 −1 − 2 2 −1 1 V2
F 1 1 −1
Y3
Kemudian diambil tiga persamaam pertama, sehingga bentuk matrik berubah menjadi:
FX1 1 + 2 2 1 −1 U1
EA
= Y1
F 1 1 −1 V1
−2 −2 2 V2
2L
FY2
Karena nodal 1 terletak pada rol bidang miring sehingga dapat di tentukan :
V1 = − 13 3U1 ; FX 1 = R sin(30o ) ; FY 1 =R cos(30o )
12 R 1 −1
EA 1 + 2 2
U1
1
2 3R = 1 1 −1 V1 = − 13 3U1
− P 2 L −2 −2 2 V2
I. KATILI
Rangka 99
persamaan diatas dapat direduksi lagi dengan cara kolom pertama ditambah dengan kolom kedua
dikali dengan − 13 3 :
12 R 3 + 6 2 − 3 −3
1
2=
EA
3R
−P 6L
− 6 + 2 3 6
U
3 − 3 −3 1
{}
V2
Dua persamaan dari ketiga persamaan di atas memiliki dua variabel yang tidak diketahui yaitu R
dan U 1 . Reaksi R dapat dieliminasi dengan mengurangi persamaan pertama dengan persamaan
kedua yang dibagi dengan √3, persamaan diatas menjadi:
{ }
0 EA 4 + 6 2 − 2 3 −3 + 3 U1
=
− P 6 L −6 + 2 3
V2
6 {}
L 0, 423 {}
EA 1,504 −0, 211 U1
1 V2
I. KATILI
100 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
1
3 RX3 RX5 5 7
R X1 1 1 RX7
3
3L L L 3
3L
RY1 RY3 RY5 RY7
FY4 , V4
FY2 , V2 FX 2 ,U 2 FX 4 ,U 4 FY6 , V6
4 6
2 FX 6 , U 6
FY1 , V1 FY3 , V3
FY5 , V5 FY , V7
7
1 3 5 7
F X1 , U 1 FX 3 , U 3 FX 5 , U 5 FX 7 ,U 7
Gambar 3.33 Rangka Bidang 13, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.18 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka Bidang 13
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 60 1 1
3 1 3 1
3 3L EA
2 2 4 4 4
2-3 -90 0 -1 0 1 0 L EA
2-4 0 1 0 1 0 0 L EA
2-5 -26,565 2
5
5 − 15 5 4
5
1
5 − 52 5L EA
3-4 45 1 2 1 2 1 1 1 L EA
2 2 2 2 2
4-5 -45 1 2 1 2 1 1 1 L EA
2 2 2 2 2
3-6 26,565 2
5 1
5 4 1 2 5L EA
5 5 5 5 5
4-6 0 1 0 1 0 0 L EA
5-6 90 0 1 0 1 0 L EA
6-7 -60 1
- 12 3 1 3
- 14 3 3L EA
2 4 4
I. KATILI
Rangka 101
Elemen 1-2:
f X1 3 3 − 3 −3 U1 = 0 − 3 −3
fY1 EA 3 3 3
{ }
−3 −3 3 V1 = 0 EA
−3 −3 3 U 2
f = U
X 2 8L − 3 −3 3 3 2 8 L 3 3 V2
fY2 −3 −3 3 V
3 3 3 2
3 3 3
f X2 0 0 0 0 U 2 0 0
=
Elemen 2-3:
fY EA 0 1 0 −1 V EA 0 1 U
2
=
f X 3 L 0 0 0 0 U 3 = 0 L 0 0 V2
2
0 −1 0 1 V = 0 0 −1
2
{ }
fY3 3
fX
2 U2
1 0 −1 0 1 0 0
fY EA 0 0 0 0 V EA 0 0 0 U 2
=
Elemen 2-4: 2 = −1 0 1 0 U = 0 L −1 0 0 2
2 V
f L
X4 0 0 0 0 4 0 0 0 V
f V 4
4
Y4
fX
2 4 5 −2 5 −4 5 2 5 U 2 4 5 −2 5
Y EA −2 5
f V EA
5 2 5 − 5 −2 5 5 U 2
Elemen 2-5: 2 = U 2= 0
X 5 25 L −4 5 4 5 − 5 5 25 L −4 2 5 V2
f 2 5 5
f 2 5 − 5 −2 5 V = 0 2 − 5
5 5 5
5
Y
fX 3 2 2 − 2 − 2 U 3 = 0 − 2
f V = 0 EA
Elemen 3-4:
Y 3 EA 2
=
2 − 2 − 2 3
− 2 V
2 U 4 = 0 4 L 2 4
{ }
X 4 4L − 2 − 2
f 2
fY 4 2 − 2 2 V4 2
2
fX
4 2 − 2 − 2 2 U 4 = 0 − 2
Y EA − 2
f V EA
Elemen 4-5: 4 = 2 2 − 2
4
2 − 2 U 5 = 0 4 L 2 4
2 V { }
X5 4L − 2
f 2
f 2 V5 = 0
2 − 2 − 2 − 2
5 Y
Elemen 3-6:
f X3 4 5 2 5 −4 5 −2 5 U 3 = 0 −4 5 −2 5
fY EA 2 5
{ }
5 −2 5 − 5 V3 = 0 EA −2 5 − 5 U 6
f 3 = U
X 6 25L −4 5 −2 5 4 5 5 6 25L 4 5 5 V6
fY6 −2 5 − 5 5 6
V 2 5 5
2 5
f X4 1 0 −1 0 U 4 = 0 0 −1 0
fY4 EA 0 0 0 0 V4 EA 0 0 0 V4
=
Elemen 4-6: =
f −1 0 1 0 U 6 L 0 1 0 U 6
X6 L V6
fY6 0 0 0 0 V6 0 0 0
I. KATILI
102 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f X5 0 0 0 0 U 5 = 0 0 0
=
fY EA 0 1 0 −1 V = 0 EA 0 −1 U
Elemen 5-6:
5
=
f X 6 L 0 0 0 0 U 6 L 0 0 V6
5
0 −1 0 1 V 0 1
6
{ }
fY6 6
f X6 3 −3 − 3 3 U 6 3 −3
fY EA −3 3 3
{ }
3 −3 3 V6 EA −3 3 3 U 6
=Elemen 6-7: 6 =
X 7 8L − 3
f 3 3 −3 U 7 = 0 8 L − 3 3 V6
−3 3 3 7 V = 0 3 −3 3
fY7 3 −3 3
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 setelah memperhitungkan kondisi batas:
FX 2 = 0 1+ 1 3 + 4 5 3− 2 5 0 0 0
FY = 0 8 25 8 5
3 − 2 5 1+ 3 3 + 1 5 U 2
0 V
2 EA 8 5 8 25
0 0
2
Y4
F = − P = 0 0 1 2 0 0 V4
FX 6 = 0 L
2
1
0 1+ 3 + 4 − + 5 U 6
3 2
F =0 0 0
8 25
5
8 5 V
Y6 − 3 + 2 5 1+ 3 3 + 1 5
6
25
0 0 0
8 5 8
Karena geometri dan pembebanan struktur simetri maka dapat ditentukan, U 6 = -U 2 dan V 6 =V 2 .
sehingga matriks kekakuan global dapat direduksi dengan cara kolom pertama dikurangi dengan
kolom keempat dan kolom kedua ditambah dengan kolom kelima:
1+ 1 3 + 4 5 3
− 25
2
5 0
FX 2 8 25 8
FY
3
− 25 5 1 + 8 3 + 25 5
2 3 1
0 U
EA 8
2
0 12 2 V2
2
FY4 = 0
FX 6 L −1 − 1 3 − 4 5 V
F 8 25
− 3
8
+ 2
25
5 0 4
Y6 3
− 25
2
5 1 + 83 3 + 25 1
5 0
8
Diambil tiga persamaan pertama dari persamaan di atas:
1 0 U
0 EA 1 + 8 3 + 25 5 − 25
4 3 2
U 2 PL 0
5
8
2
= 0
3
8
− 2
25
5 1 + 3
8
3 + 1
25
5 0 2
V dan diperoleh: V2 = 0
− P L 0 1
0 2 2 4 V
4
V EA − 2
Reaksi perletakan:
π1 π1
= RX 3 cos = 2 2 P 2=
1
P ; RY3 sin = 2 2P 2 P
1
4
4
RX 5 =− RX 3 = − 12 P ; RY5 = RY3 = 1
2
P
Gaya internal elemen:
0
2 EA PL 0
N34 = − 12 2 − 12 2 1
2 1
2 =− 12 2 P
2L 2 2
EA 0
− 2
I. KATILI
Rangka 103
0
2 EA 1 PL − 2
N 45 = − 2 2 12 2 1
2
2 − 12 2 =− 12 2 P
2L EA 0
0
Gaya internal elemen-elemen yang lainnya sama dengan nol, karena tidak ada peralihan di kedua
ujung elemen masing-masing.
4 m
FY1 , V1 FY2 , V2
1 2
1 2 FX ,U 2
F X1 , U 1 2
R 4 m
R
E = 2x106 kN/m2
Gambar 3.34 Rangka Bidang 14, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Tabel 3.19 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka 14
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
1-2 0 1 0 1 0 0 4 0,04
1-3 90o 0 1 0 1 0 4 0,04
1-4 45o 1
2 1
2 1 1 1 4 2 0,03
2 2 2 2 2
o
2-3 135 − 12 2 1
2
2 1
2
1
2 − 12 4 2 0,03
Kondisi simetris: U 2 =
−U1 ; V2 =
V1 ; U 4 =
−U 3 ; V4 =
V3
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 1 0 −1 0 U1
f
Y kN 0 0 0 0 V1
Elemen 1-2: 1 = 2 × 104
f
m −1 0 1 0 U 2
X2
fY2 0 0 0 0 V2
I. KATILI
104 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f X1 0 0 0 0 U1
fY 4 kN 0 1 0 −1 V1
Elemen 1-3: = 2 × 10
f X3 0 0 U 3
1
m 0 0
0 −1
fY3 0 1 V3
f X1 2 2 − 2 − 2 U1
fY 3 kN 2 2 − 2
− 2 V1
Elemen 1-4: 1 = × 104
f X4
8 m − 2 − 2 2 2 U 4
fY4 − 2 − 2 2 V4
2
f X2 2 − 2 − 2 2 U 2
fY 3 kN − 2 2 2
− 2 V2
Elemen 2-3: 2 = × 104
f
X3 8 m − 2 2 2 − 2 U 3
fY3 − 2 − 2 2 V3
2
f X2 0 0 0 0 U 2
fY kN 0 1 0 −1 V2
Elemen 2-4: 2 = 2 × 10 4
f X4 m 0 0 0 0 U 4
0 −1
Y4
f 0 1 V4
f X3 1 0 −1 0 U 3
fY 4 kN 0 0 0 0 V3
Elemen 3-4: = 2 × 10
f X4 1 0 U 4
3
m −1 0
fY4 0 0 0 0 V4
Persamaan kekakuan struktur diperoleh dari gabungan dari persamaan kekakuan elemen :
FX1 1 +6 3 2 3 2 −1 6 0 0 0 −3 2 −3 2 U
FY 3 2 1 +6 3 2 0 0 0 −1 6 −3 2 −3 2 V1
1
F 1
X2 −1 6 0 1 +6 3 2 −3 2 −3 2 3 2 0 0 U 2
FY2 1 4 0 0 −3 2 1 +6 3 2 3 2 −3 2 0 −1 6 V2
F = × 10
X3 8 0 0 −3 2 3 2 1 +6 3 2 −3 2 −1 6 0 U 3
−1 6 −3 2 −3 2 1 +6 3 2
0 V3
FY3 0 3 2 0
FX 4 −3 2 −3 2 0 0 −1 6 0 1 +6 3 2 3 2 U 4
FY −3 2 −3 2 −1 6
V
3 2 16 + 3 2 4
4 0 0 0
Dari kondisi-kondisi batas ini maka matrik persamaan kekakuan struktur diubah menjadi matriks
dengan ordo 8 × 4 dimana, kolom pertama dikurang dengan kolom ketiga, kolom kedua ditambah
dengan kolom keempat, kolom kelima dikurang dengan kolom ketujuh dan kolom keenam
ditambah dengan kolom kedelapan:
I. KATILI
Rangka 105
FX = 1 2 R 3 +
23 2 3 2 3 2 −3 2
1 12
FY1 = 2 2 R 3 2 1 6+ 3 2 3 2 −1 6− 3 2
FX = 1 2 R −3 2− 3 2 −3 2 −3 2 3 2 U1
2 21 1 6+ 3 −1 6− 3 2 V1
4 kN 3 2 1 2 3 2
FY2 = − 2 2 R = × 10
FX 3 = 0 8 m 3 2 3 2 3 2+ 3 2 −3 2 U 3
FY = −200kN −3 2 −1 6− 3 2 −3 2 1 6+ 3 2 V3
3 −3 −3 −3 2− 3 2
FX 4 = 0
2 2 2 3
FY4 = −200kN −3 2 −1 6− 3 2 −3 2 1 6+ 3 2
Karena nodal 1 terletak pada rol miring 45 , maka kita mendapati: V1 = −U 1 sehingga matrik
o
kekakuan dari persamaan diatas berubah menjadi matrik berordo 8 × 3 , di mana kolom pertama
dikurang dengan kolom kedua:
1 2R 3 2 3 2 −3 2
12
2 2R −16 3 2 −16 − 3 2
1 −3 2 −3 2 3 2
2 2R 1 U
1 4 kN −16 3 2 −16 − 3 2 1
−
2 2 R = × 10 U 3
0 8 m 0 3 + 23 2 −3 2 V
3
−200 kN 16 −3 2 16 + 3 2
0 0 −3 − 23 2 3 2
−200kN
16 −3 2 16 + 3 2
Dari persamaan kekakuan terakhir di atas kita mendapatkan delapan persamaan di mana pada
ruas kiri ada variabel yang tidak diketahui yaitu R. Untuk menghilangkan variabel tersebut kita
mengurangi persamaan kesatu dengan persamaan kedua dan menambahkan persamaan ketiga
dengan persamaan keempat:
0 48 0 16
0 −48 0 −16
0 1 4 kN
0 3 + 23 2 −3 2 U1
−200kN = × 10 −3 2 16 + 3 2 3
U
8 m 16
V3
0 0 −3 − 23 2 3 2
−200kN 16 −3 2 16 + 3 2
Karena hanya ada tiga variabel yang tidak diketahui maka kita mengambil tiga persamaan dari
enam persamaan kekakuan di atas, di mana kita menghindari terjadinya matrik singular
(persamaan yang sama). Kita mengambil persamaan pertama, ketiga dan keempat:
0 1 48 0 16 U1
0 32 + 3 2
−3 2 U 3
kN
0 = × 104
8 m
−200kN 16 −3 2 16 + 3 2 V3
I. KATILI
106 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
U1 0,370 −2
U 3 = −0,129 10
V3 −1,110
Dari sifat simetri kita dapat nilai peralihan nodal secara keseluruhan adalah:
U1 0,370 U 3 −0,129
V1 −0,370 −2 V −1,110 −2
U = −0,370
10 m ; U3 0,129 10 m
2
4
V2 −0,370 V4 −1,110
Untuk menghitung Reaksi Perletakan R kita mengambil salah satu persamaan dari persamaan
kekakuan:
1 0,370
R = 2 × 104 32 3 2 −3 2 −0,129 10−2 =282,843 kN
8 −1,110
Gaya internal elemen:
0,370
−0,370 −2
N12 = 2 × 10 −1 0 1 0
4
10 = −148,018 kN
−0,370
−0,370
0,370
−0,370 −2
N13 = 2 × 104 0 −1 0 1 10 = −148, 018 kN
−0,129
−1,110
0,370
−0,370 −2
N14 = 75 × 102 2 − 1 2 − 1 2 1 2 1 2 10 = −73,514 kN
2 2 2 2 0,129
−1,110
−0,370
1 1 1 1 −0,370 −2
N 23 = 75 × 10 22
2 − 2 − 2 10 =−73,514 kN
−0,129
2
2 2 2 2
−1,110
−0,370
−0,370 −2
N 24 = 2 × 10 0 −1 0 1
4
10 = −148, 018 kN
0,129
−1,110
−0,129
−1,110 −2
N34 = 2 × 10 −1 0 1 0
4
10 =
0,129
51,982 kN
−1,110
I. KATILI
Rangka 107
Tabel 3.20 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 15
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 53,13o 3 4 9 16 12 5
L EA
5 5 25 25 25 4
o 4
1-3 33,69 3
13 2
13 9 13
6 1
13 EA
13 13 13 13 3
o
2-3 306,87 3
5 − 54 9
25
16
25 − 12
25
5
12
L EA
2-4 53,13o 3 4 9 16 12 5
L EA
5 5 25 25 25 12
o
3-4 90 0 1 0 1 0 2
L 1
EA
3 2
Memperhatikan kondisi geometri struktur adalah simetris, maka problem di atas dapat
disederha-nakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis memanfaatkan
kondisi simetri. Struktur dapat dimodelkan seperti Gambar 3.35b.
Kondisi batas: U= 1 V=1 0 , kondisi simetris: U=
3 U= 4 0 . Persamaan kekakuan elemen:
Elemen 1-2:
f X1 36 48 −36 −48 U1 = 0 −36 −48
fY EA 48 64 −48 −64 V = 0 EA −48 −64 U
f 1 =
X 2 125 L −36 −48 36 48 U 2 125 L 36 48 V2
1
−48 −64 48 64 V 48 64
2
{ }
fY2 2
Elemen 1-3:
f X1 27 13 18 13 −27 13 −18 13 U1 = 0 −18 13
fY EA 18 13
12 13 −18 13 −12 13 V1 = 0
−12
EA
f 1
= U = 0
13
{V3 }
X3
169 L −27 13 −18 13 27 13 18 13 3
169 L 18 13
Y3 V 13
−18 13 −12 13
f 12 13
18 13 3
12
Elemen 2-3:
I. KATILI
108 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
X 3 125 L V3
fY3 144 −192 −144 192 V3 144 −192 192
Elemen 2-4:
f X2 108 144 −108 −144 U 2 108 144 −144
fY EA 144 192 −144 −192 V EA 144 192 −192 U 2
f =2
−108 −144 108 144 U 4 = 0 125 L −108 −144 144 V2
2
4 L 0 0 0 0 U 4 = 0 4 L 0 0 V4
0 −3 0 3 V
3
−3 3
3
{}
fY4 4
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen setelah
memperhitungkan kondisi batas:
252 48 144 − 144
FX 2 = − P 125 125 125 125
FY = 0 EA 48 448 − 192 − 192 U 2
V2
FY = 0 = 125 125 125 125
2
I. KATILI
Rangka 109
-P -P/2
RX4
4 4
L/6 2 5 2
-P P -P EA
L/3 2 RX3
3 3
2L/3
RX6 R X1
1 6 1
R X1
L L
RY1 RY6 RY1
(a) (b)
Gambar 3.36 Rangka Bidang 16, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya
Memperhatikan kondisi geometri struktur adalah simetris, maka problem diatas dapat
disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis memanfaatkan kondisi
simetri. Struktur dapat dimodelkan seperti Gambar 3.36b
Kondisi batas: U= 1 V=1 0 ; kondisi simetri: U=3 U= 4 0
I. KATILI
110 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Tabel 3.21 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 16
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 63,435 0,447 0,894 0,2 0,8 0,4 1,118L EA
1-3 33,69 0,832 0,555 0,692 0,308 0,462 1,202L EA
2-3 326,31 0,832 -0,555 0,692 0,308 -0,462 0,601L EA
2-4 18,435 0,949 0,316 0,9 0,1 0,3 0,527L EA
3-4 90 0 1 0 1 0 0,5L 0,5EA
X3 L 0, 256
fY3 −0,384 −0, 256 0,384 0, 256 V3
Elemen 2-3:
f X2 1,152 −0, 768 −1.152 0, 768 U 2 1,152 −0, 768 0, 768
fY2 EA −0, 768 0,512 0, 768 −0,512 V2 EA −0, 768 0,512 −0,512 U 2
f =
1,152 −0, 768 U 3 = 0 L −1,152 0, 768 −0, 768 2
V
X3 L −1,152 0, 768
0, 768 −0,512 −0, 768 0,512 V 0, 768 −0,512 0,512 V3
fY3 3
Elemen 2-4:
f X2 1, 708 0,569 −1, 708 −0,569 U 2 1, 708 0,569 −0,569 U
fY EA 0,569 0,19 −0,569 −0,19 V2 EA 0,569 0,19 −0,19 2
f 2 = −1, 708 −0,569 0,569 V2
X4 L −1, 708 −0,569 1, 708 0,569 U 4 = 0
L V
−0,569 −0,19 0,569 0,19 4
fY4 0,19 V4 −0,569 −0,19
Elemen 2-4:
f X3 0 0 0 0 U 3 = 0 0 0
=
fY EA 0 1 0 −1 V EA 1 −1 V
f 3 =
X 4 L 0 0 0 0 U 4 = 0 L 0 0 V4
0 −1 0 1 V
3
−1 1
3
{}
fY4 4
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 adalah penggabungan gaya nodal elemen setelah
memperhitungkan kondisi batas:
−P 3, 039 0,159 0, 768 −0,569 U 2
0 EA 0,159 1, 417 −0,512 −0,19 V2
0 = 0, 768 −0,512 1, 768 −1 V3
L
1,19 V4
−0,5 P −0,569 −0,19 −1
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
I. KATILI
Rangka 111
EA PL
N13 =
0,832 0,894 {−0,557} =
−0, 257 P
L EA
−0,382
EA PL −0,308
N 23 =1, 664 −0,832 0,555 0,832 −0,555 = 0, 759 P
L EA 0
−0,557
−0,382
EA PL −0,308
N 24= 1,897 −0,949 −0,316 0,949 0,316 = 0, 2 P
L EA 0
−1,120
0
EA PL −0,557
N34 =− 0 1 0 1 =−0,563P
L EA 0
−1,120
I. KATILI
112 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
3
L
-P 2 5 P
L
RX1
1 4 RX 4
L L L L
RY1 RY4
Memperhatikan kondisi geometri struktur pada Gambar 3.37 adalah simetris, maka problem
diatas dapat disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis
memanfaatkan kondisi simetri. Gambar diatas dapat dimodelkan seperti Gambar 3.38.
-P FY3 , V3
2
RX3
3 FY2 , V2 3 FX 3 , U 3
-P 2 FX 2 ,U 2
2
FY1 , V1
1 1 F X1 , U 1
R X1
RY1
Tabel 3.22 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 17
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 135o − 12 2 1
2
2 1
2
1
2 − 1
2
2L EA
o
2-3 26,565 2
5 1
5 4 1 2 5L EA
5 5 5 5 5
o
1-3 63,435 1
5 2
5 1 4 2 5L EA
5 5 5 5 5
Kondisi batas dan kondisi simetri untuk struktur seperti pada Gambar 3.38:
U 1 = V1 = U 3 = 0 jumlah d.k. tidak nol adalah 6-3=3
Persamaan kekakuan elemen:
Elemen 1-2:
I. KATILI
Rangka 113
f X1 1 −1 −1 1 U1 = 0 −1 1
fY
f 1 =
2 4 L
X
2 EA
−
−
1
1
1
1
1
1
−
−
1
1
V
U
1 =
2
0 2
4 L
EA
{ }
1 −1 U 2
1 −1 V2
fY2 1 −1 −1 1 V2 −1 1
Elemen 2-3:
f X2 4 2 −4 −2 U 2 4 2 −2 U
fY 25 5 EA 2 1 −2 −2 V2 25 5 EA 2 1 −2 2
f = V2
5 L −4 −2 4 2 U 3 = 0 5 L −4 −2 2 V3
2
X3 −2 −1 2
fY3 1 V3 −2 −1 1
Elemen 1-3:
f X1 1 2 −1 −2 U1 = 0 −2
fY1 25 5 EA 2 4 −2 −4 V1 = 0 25 5 EA −4
f = 1 2 U 3 = 0 {V3 }
X3 5 L −1 −2 5 L 2
fY3 −2 −4 2 4 V3 4
Gaya nodal struktur seperti pada Gambar 3.38 adalah penggabungan gaya nodal elemen:
4 5+1 2 2 5−1 2 − 2 5
25 4 25 4 5
FX 2 = − P 2 5 − 1 2 1 5 + 1 2 − 1 5
FY 2 = 0 25 4 25 4 25
FY 3 = − 1 P EA − 2 5 − 1 5 1 5 U 2
F = R
2
= 5 25 5 V
L − 1 1 2 − 2 5 V3
2
X1 X1
2
5
FY 1 = RY1
4
1 2
4
1 2 − 4 5
X 3 F = R
X3 −
4 4 5
− 4 5 − 2 5 4 5
25 5 5
Solusi persamaan diatas adalah dengan mengambil 3 baris pertama:
4 5 + 1 2 2 5 − 1 2 − 2 5
−P 25 4 25 4 25 U
EA 2 1 2 1 5 + 1 2 − 1 5 V 2
=
−
25 V2
0 5
− 12 P L 25 4 25 4
1 5 3
− 2 5 − 1 5
25 25 5
Relasi invers memberikan nilai d.k. tidak nol:
25 5 + 2 2 25 5 − 4 2 5 5
U 2 L 36 9 36 2 12 − P −2,333
PL
V2 = 25 5− 4 2 25 5+ 8 2 5 5 0 = −1,390
V3 EA 36 2
5 5
36 9 12 1
5 5 5 5 − 2 P −2,329
EA
12 12 4
Secara lengkap d.k. tidak nol adalah:
U 2 −2,333
V2 −1,390 PL
V3 = −2,329
U 5 2,333 EA
V5 −1,390
I. KATILI
114 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Reaksi perletakan:
−1 2 1 2 − 2 5
25
RX 1 EA PL −2,333 0,75
4 4
= 1 2 − 1 2 − 4 5 −=
RY 1 25 EA −2,329 0, 25
1,390 0,50 P
L 4 4
RX 3 − 4 5 − 2 5 4 5
25 25 25
Reaksi perletakan struktur seutuhnya:
RX 1 0, 75
RY 1 0,50
R = −0, 75 P
X4
RY 4 0,50
Gaya internal elemen:
N12 =
2 EA 1
2 L
−
2
2 1 2
2 {
PL −2,333
EA −1,390
= }
0, 471P
−2,333
5 EA 2 1 2 1 PL −1,390
N 23 = − 5 − 5 5 5 = 0,745 P
5 L 5 5 5 5 EA 0
−2,329
2 EA PL
N13 = 2 5 {−2,329} = −0,932 P
2 L 5 EA
N34 = N13 = −0,932 P ; N= 45 N=
12 0, 745 P ; N= 35 N=
23 0, 795 P
-10 kN
2
8 2 kN EA 8 2 kN
EA
L
1 4
A
2E
2E
A
EA
EA
L
R1 2EA R4
3 5
RY 3 RY 5
L 2L 2L L
I. KATILI
Rangka 115
V 2 , FY 2
U2 , FX 2
V 1 , FY 1 V 4 , FY 4
U1 , FX 1 U4 , FX 4
V 3 , FY 3 V 5 , FY 5
U3 , FX 3 U5 , FX 5
Tabel 3.23 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 18
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 18,435o 3
10 1
10
9 1 3
10 L EA
10 10 10 10 10
o
1-3 -45 1
2 2 − 12 2 1
2
1
2 − 1
2 2L EA
2-5 -45o 1
2
2 − 12 2 1
2
1
2 − 12 2 2L 2EA
5-4 45o 1
2 1
2
1 1 1
2L EA
2 2 2 2 2
Kondisi batas akibat kondisi tumpuan dan geometri struktur serta sistem pembebanan simetris:
U 2 = V3 = V5 = 0 ; Persamaan Kekakuan Elemen:
fX1 3 −3 U
f 9
Y1 10 EA 3 1 −1 1
Elemen 1-2: =
f 3 1
−9 −3 V
X 2 100 L
fY 2 −3 −1 1 V2
fX1
f 1 −1 −1 U
Y1 2 EA −1 1 1 1
Elemen 1-3: =
1 1 1
−1 V
f
X3 4 L U
fY 3 1 −1 −1 3
I. KATILI
116 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
fX 3 fX 3 −1
f 1 −1 f 1
2 EA 1 −1 U 3 Y 3 EA 0 0 U 3
Elemen 3-2: Y 3 = ; Elemen 3-5: =
f 4 L −1 1 V f −1 1 U
X2 −1 1
2 X 5 2L 5
fY 2 fY 5 0 0
fX 2
f −3 −9 3 V
10 EA 1 3 −1 2
Elemen 2-4: Y 2 =
9 −3 4
U
X4
f 100 L 3 V
−1 −3
1 4
fY 4
fX 2
f −1 −1
2 EA 1 1 V2
Elemen 2-5: Y 2 =
f
X5 4 L 1 1 U 5
−1 −1
fY 5
fX 5
f 1 −1 −1 U
2 EA 1 −1 −1 5
Elemen 5-4: Y 5 =
1 1 4
U
f
X4 4 L −1 V
−1
1 1 4
fY 4
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0:
9 10 + 2 3 10 − 2 − 310010 − 42 0 0 0
FX 1 1 2 R1 + 8
= 100 4 100 4
2
310010 − 42 100
10
+ 42 − 100
10 2
0 0 0 U1
=
Y1 2
F 1
2 R1 − 8 4
2 V1
− 100 − 100 + 22 − 42 − 100
3 10 10 10 3 10 10
FY 2 = − 10 50 100 4 V2
EA 1 U
FX 3 = 0 = − 42 − 42 + 12 − 2 3
2 2
0 0
FX 4 = L 4 2
U
− 2 2 R4 − 8
1
3 10 9 10
+ 42 2
− 310010 − 42 V 4
0 0 100
0 100 4 4
=
FY 4 2 2 R4 − 8
1
0 0 − 100
10
0 2
− 310010 10
+ 42 − 42 U 5
FX 5 = 0
4 100
0 0 4
2
− 12 − 42 − 42 2
2
+ 12
Akibat kondisi geometri dan sistem pembebanan struktur simetri:
U4 = −U1 , V4 = V1 , U 5 = −U 3 R4 = R1
9 10 + 2 3 10
− 42 − 310010
− 42
= FX 1 2 2 R1 + 8
1 100 4 100
3 10
− 2 10
+ 2
− 10 2
=
FY 1 2 2 R1 − 8
1
100 3 10 4 100 4 100 4
2 U
− 50 − 50 + 2 − 2 1
10 10 2
FY 2 = − 10 50
V
EA
FX 3 = 0 = − 42 2
− 42 2
+ 1 1
FX 4 = L 4 2 V2
− 12 2 R1 − 8 − 9 10 − 2 2
− 3 10 3 10 2 U
=
3 100 4 4 100 100 4 3
FY 4 2 2 R1 − 8
1
100 − 4
10 2 10
+ 4 2
− 100
10 2
FX 5 = 0
100 4
4
2
− 4 2
4
2
− 2 − 1
2
I. KATILI
Rangka 117
9 10 + 2 3 10 − 2 − 310010 − 42
= FX 1 1 2 R1 + 8 100 4 100 4 U1
2
EA 3 10 − 2
10
+ 2
− 10 2
V
= F 1
2 R1 − 8 =
Y1 2 100 3 10 4 100 4 100 4
V1
Y2
F = − 10 L − 50
− 10
50
10
50
+ 2
2
− 2
2
2
FX 3 = − 2 U 3
+ 1
0
4 4
2
− 42 2
2
Karena nodal 1 dan 4 diletakkan pada tumpuan rol miring seperti pada Gambar 3.41 maka:
V1 = − U1 dan V4 = U 4
U1 U4
V1 = − U1 V4 = U 4
Gambar 3.41 Peralihan Detail Tumpuan Rol Miring pada Nodal 1 dan 4
6 10 + 2 − 310010 − 42
= FX 1 1 2 R1 + 8 100 2
EA 2 10 − 2 U1
2
− 10 2
Persamaan kekakuan menjadi:= 2 R1 − 8 =
1
F
Y1 2 100 2 10 2 100 4
2 2
V
FY 2 = − 10 L − 50 + −
10 2
50 2 2 3
U
FX 3 = 0 − 2 − 4 2 2
+ 1
2 2
Keempat persamaan di atas memiliki 4 variabel anu (unknown variable), U 1 , V 2 , U 3 dan R 1 .
Reaksi R 1 dapat dieliminir dengan mengurangi persamaan pertama dengan persamaan kedua
10 + 2 − 5010
− 22
16 EA 25 U1
2
− 5= − 5010 10
+ 2
− V2
L 100 4 4
U
0 − 2
2
− 4 2 2
+ 1 3
2
U
Hasil inversnya: V=
1 L 11, 419
2 −8,352
U 3 EA 3
Peralihan yang terjadi secara keseluruhan:
U1 11, 419
V1 −11, 419
V −8,352
2 L
3
U = 3
U 4 EA −11, 419
V4 −11, 419
U −3
5
I. KATILI
118 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Reaksi Perletakan:
U1
V
{ }
RY 3
RY 5
EA 2 − 2 − 2
=
4L 0 0
0 0 1 11, 027
V2
− 2 − 2 − 2 U 11, 027
4
{kN }
V4
3 10 2 3 10 2
=R1 2 + U1 − V2 − =
U 3 − 8 2,790kN ; R=
4 R=
1 2,790kN
50 2 100 4
Gaya internal:
10 EA 3 10 10 −U1
N12 = = −3,119kN
10 L 10 10 V2 − V1
2 EA 2 2 U 3 − U1
N13 =− =−9,919kN
2 L 2 2 −V1
2 EA 2 2 −U 3
N32 = = −5, 676kN
2 L 2 2 V2
EA U − U 3 10 EA 3 10 10 U 4
N =
1 0 5 = −3kN N 24 = − =−3,119kN
35
2L 0 10 L 10 10 V4 − V2
2 EA 2 2 U 5
N = − = −5, 676kN
25 2 L 2 2 −V2
2 EA 2 2 U 5 − U 4
N = = −9,919kN
54 2 L 2 2 −V4
I. KATILI
Rangka 119
P 2P P
1 EA 3 EA 5
EA EA
Y EA EA
2m
2 X 4
2m 2m 2m 2m
P P
1 EA 3
EA EA Y
2m
2 X
2m 2m
I. KATILI
120 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 3-1:
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
3-1 180o -1 0 1 0 0 4 A
Untuk elemen 3-1, diambil hanya baris/kolom 2,3 dan 4:
fY 0 0 0 V3 0 0 0 V3
3 EA
= f X1 = 0 1 0 U1 EA 0 0, 25 0 U1
4
0 0 0 V1 0 0 0 V1
fY1
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 setelah kondisi batas:
FX 0,177 + 0, 25 −0,177 + 0 0 U1
1
FY1 = EA −0,177 + 0 0,177 + 0 0 V1
0,177 + 0 V3
FY3 = − P
0 0
I. KATILI
Rangka 121
P 0,958 0 U1
= EA
− P 0 0,177 V3
U1 1, 044
P
Sehingga d.k ≠ 0 adalah: V1 = −1, 044
V −5, 649 EA
3
Reaksi perletakan pada nodal 1:
U1
1 EA
= 2 R1 0, 427 −0,177 0 V1
2 L V
3
1, 044
2 EA P
=R1 0, 427 0,177 0= −1, 044 0,316 P
2 2 −5, 649 EA
Reaksi perletakan pada nodal 2:
Elemen 1-2:
f X1 C2 CS −C 2 −CS U1
fY1 EA CS S2 −CS − S 2 V1
= 2
2 L −C
f X −CS C2 CS U 2 = 0
f
Y2 −CS −S 2 CS S 2 V2 = 0
dari persaman kekakuan elemen 1-2 hanya diambil baris ke 3 dan 4, yaitu:
f X 2 EA −C 2 −CS U1 EA 0,5 0,5 U1 −0,177 0,177 U1
= = = EA
fY2 L −CS − S V1 2,828 0,5 0,5 V1
2
0,177 −0,177 V1
Elemen 2-3:
f X2 C2 CS −C 2 −CS U 2 = 0
fY2 EA CS S2 −CS − S 2 V2 = 0
= 2
f X 3 L −C −CS C2 CS U 3 = 0
f
Y3 −CS −S 2 CS S 2 V3
Dari persamaan kekakuan elemen 2-3 hanya diambil baris ke 1 dan 2, yaitu:
I. KATILI
122 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f X 2 EA −CS EA −0,177
=
= 2 V3
L −0,177
V3
fY2 L − S
Penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0
P
U1 = +1,044 EA
FX 2 = RX 2
−0,177 0,177 −0,177 P
= EA 0,177 −0,177 −0,177 1
V = −1,044
= FY2 RY2 EA
P
V3 = −5,649 EA
RX 2 0,630
= P
RY2 1,369
Gaya internal elemen:
Elemen 1-2:
EA 1, 044 P
N12 = −0, 707 0, 707 =
−0,522 P
2 2 −1, 044 EA
Elemen 2-3:
I. KATILI
Rangka 123
FY3,V3 0,5P
FX3,U3
3
EA
FY1,V1 2
R EA FY2,V2
EA
FX1,U1 1 FX2,U2
45° 2 2 0,5P
R=4m
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1–2 0 1 0 1 0 0 4m ½ EA
1–3 45° 0,707 0,707 0,5 0,5 0,5 4m ½ EA
2–3 112,5° -0,383 0,924 0,146 0,854 -0,354 3,061 m EA
Persamaan kekakuan elemen:
fX1 1 0 −1 0 U1 = 0 −1
fY 1 EA 0 0 0 0 V1 = 0 EA 0
f X 2 2 L −1 0 1 0 U 2 2 L 1 { 2 }
=
Elemen 1-2: = U
f 0 0 0 0 V2 = 0 0
Y2
I. KATILI
124 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 2-3:
fX 2 0 ,146 −0 ,353 −0 ,146 0 ,353 U 2 0 ,146 −0 ,146 0 ,353
fY 2 EA −0 ,353 0,854 0,353 −0,854 V2 = 0 EA −0 ,353 0,353 −0,854 U 2
f = −0 ,146 0 ,353 0 ,146 −0 ,353 U 3 L −0 ,146 0 ,146 −0 ,353 V 3
U
fX 3 L V 3
Y3 0 ,353 −0,854 −0,353 0,854 3 0 ,353 −0 ,353 0 ,854
fX1 0 ,5 0 ,5 −0,5 −0,5 U1 = 0 −0 ,5 −0 ,5
=
Elemen 1-3:
fY 1 EA 0 ,5 0 ,5 −0,5 −0,5 V1 = 0 EA −0 ,5 −0 ,5 U 3
f
f X 3 2L
= −0 ,5 −0 ,5 0,5 0,5 U 3 2 L 0 ,5 0 ,5 V3
0 ,5 0 ,5
{ }
Y3 −0 ,5 −0 ,5 0,5 0,5 V3
Gaya nodal struktur pada dk tidak nol, adalah:
FX 2 313,570 −86 ,786 209 ,521 U 2
FX 3 = −86 ,786 200 ,178 −96 ,129 U 3
FY 3 209 ,521 −96 ,129 619 , 220 V3
Karena adanya gaya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring maka:
F X2 = 0,5P ; F X3 = R sin 45° + 0,5P sin 45° ; F Y3 = -R cos 45° + 0,5P cos 45°
Sehingga diperoleh:
0 ,5 P 313,570 −86 ,786 209 ,521 U 2
R sin 45 ° + 0 , 5 P sin 45° = −86 ,786 200 ,178 −96 ,129 U 3
− R cos 45 ° + 0 , 5 P cos 45° 209 ,521 −96 ,129 619 , 220 V3 =U 3
Penjumlahan kolom 3 ke kolom 2, kemudian penjumlahan baris 3 ke baris 2, menghasilkan:
0 ,5 P
{ = } 313,570 122 ,734 U 2
0 ,5 P ( sin 45° + cos 45° ) 122 ,734 627 ,140 U 3 { }
Relasi invers menghasilkan:
{ } { }{ }
−1
U 2 = 313,570 122 ,734 25kN 0 ,062 dan V = U = 0,044 m
U 3 122 ,734 627 ,140 35,36kN 0 ,044 3 3
Reaksi perletakan diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada dk= 0:
= RX 1 FX 1 −226 ,784 −113,392 −113,= 392 U 2 0 ,062 −24 ,039kN
RY 1 = FY 1 = 0 −113,392 −113,392 U 3 == 0 ,044 −9 ,979kN
RY 2 FY 2 −209 ,521 209 ,521 −505=
= ,828 V3 0 ,044 −26 ,028kN
Gaya internal elemen:
U1 = 0
EA V1 = 0
N12 = × -1 0 1 0 =14 ,161 kN × 2=28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 062
V 2 = 0
2
U1 = 0
EA V1 = 0
N13 = × -0,707 -0,707 0,707 0,707 =14,161 kN × 2=28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 044
V = 0 ,044
3
3
U 2 = 0 ,062
× 0,383 -0,924 -0,383 0,924 V2 = 0
EA
N 23 = =28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 044
V 3 = 0 ,044
3
Gaya internal setiap elemen sebenarnya pada struktur lengkap adalah: N = 28,323 kN (tarik)
I. KATILI
Rangka 125
6
P 60° EA
EA P
4 EA 5
EA EA EA EA
1 60° 2 60°
3
EA EA
L P
L
Kondisi batas : U 1 =V 1 = U 3 =V 3 = U 6 =V 6 = 0
Dari perubahan bentuk akibat pembebanan, dapat kita pahami bahwa reaksi perletakan bernilai
nol dan gaya internal pada elemen-elemen: 1-2, 2-3, 1-4, 4-6, 3-5 dan 5-6 juga bernilai nol. Dan
gaya internal bernilai sama pada elemen-elemen 2-4, 2-5 dan 4-5. Karena itu kita dapat
memodelkan hanya sebuah elemen saja dan dalam hal ini kita pilih elemen 2-5, dengan kondisi
simetris:
1 1
U2 = 0 ; U5 = sin 30 V2 =− 3 V2 = −0 ,866 V 2 ; V5 = cos 60 V2 = − V2 = −0,5 V 2
2 2
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
2-5 60o 0,500 0,866 0,250 0,750 0,433 L EA
Persamaan kekakuan elemen 2-5 dengan mempertimbangkan gaya nodal pada dk tidak nol:
0 ,750 −0 , 433 −0 ,750 V2
FY 2 EA EA
1,5
FX 5 = −0 , 433 0 , 250 0 , 433 U 5 =−0 ,866 V2 = −0 ,866 {V2 }
FY 5 L −0 ,750 0 , 433 0,750 V5 = −0 ,5 V2 L −1,5
Dengan mengambil persamaan pertama:
EA
=
FY2 0 ,=
5P ( −1,5 )V2 sehingga diperoleh:
L
PL PL PL PL PL
V2 = − ; U 5 =−0 ,866 × − =0 , 289 ; V5 =−0 ,500 × − =0 ,167
3EA 3EA EA 3EA EA
Gaya internal pada elemen 2-5, 4-5, 2-4 adalah:
I. KATILI
126 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA EA
2L
EA
EA
1 EA EA 6
2 EA EA 5
L
3
2L L L 2L
P/ 2
EA
EA
1 EA
2 EA
Karena struktur rangka simetris dan beban yang bekerja pada struktur juga simetris maka
struktur rangka dapat dianalisa menjadi setengah bagian seperti gambar diatas dengan dk tidak
nol adalah U 2 , V 2 , dan V 4 . Kondisi batas: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = 0, kondisi simetri U 4 = 0.
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 00 1 0 1 0 0 2L EA
2-3 3150 0,707 - 0,707 0,5 0,5 - 0,5 L√2 EA
1-4 33,690 0,832 0,555 0,692 0,308 0,462 L√13 EA
2-4 63,430 0,447 0,894 0,2 0,8 0,4 L√5 EA
Persamaan kekakuan elemen:
f X1 1 0 −1 0 U1 = 0 −0 ,5 0
=
fY1 EA 0 0 0 0 V1 = 0 EA 0
Elemen 1-2:
f
= −1 0 1 0 U 2 L 0 ,5
X 2 2L 0
{ }
0 U 2
0 V2
fY2 0 0 0 0 V2 0
I. KATILI
Rangka 127
f X2 0 ,5 −0 ,5 −0,5 0,5 U 2 0 ,3 5 4 −0 ,3 5 4
fY2
Elemen 2-3:
f
X3
=
EA −0 ,5 0 ,5 0,5 −0,5 V2
EA −0 ,3 5 4
L 2 −0 ,5 0 ,5 0,5 −0,5 U 3 = 0 L −0 ,3 5 4
{ }
0 ,3 5 4 U 2
0 ,3 5 4 V2
fY3 0 ,5 −0 ,5 −0,5 0,5 3
V = 0 0 ,3 5 4 −0 ,3 5 4
I. KATILI
128 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
I. KATILI
Rangka 129
Struktur lainnya, seperti rangka kubah, rangka pesawat, dan "guyed towers" adalah rangka
ruang. Struktur-struktur semacam ini tergantung pada geometrinya untuk menopang dan
mentransfer beban yang bekerja.
Untuk rangka ruang, kita menggunakan asumsi yang sama dengan yang kita gunakan
pada rangka bidang. Yaitu, elemen adalah lurus, beban-beban hanya bekerja di nodal, dan
elemen-elemen tersambung pada nodal sebagai hubungan sendi (frictionless ball joints). Asumsi
ini menyebabkan setiap elemen mempunyai gaya internal tarik atau tekan yang bekerja
sepanjang sumbunya.
Perbedaan utama antara elemen rangka bidang dan ruang adalah jumlah derajat
kebebasan tiap nodal. Karena ada 3 translasi yang mungkin terjadi pada tiap nodal untuk kasus
rangka ruang, tiap batang memiliki 6 derajat kebebasan. Karenanya kita harus memperbesar
matriks kekakuan elemen menjadi 6×6. Matriks transformasi koordinat [T], yang
menghubungkan peralihan elemen dan peralihan global, juga menjadi matriks 6×6. Proses
penyusunan dan pemecahan masalah rangka ruang secara konseptual sama dengan masalah
rangka bidang.
Suatu struktur rangka ruang terbentuk dari gabungan elemen rangka dalam ruang XYZ.
Variabel nodal adalah tiga komponen dari vektor peralihan dan dinyatakan dalam sistim
koordinat global umum XYZ (Gambar 3.50)
Operasi penggabungan membutuhkan transformasi karakteristik elemen dari sistim
koordinat lokal kedalam koordinat global. Elemen rangka ruang memiliki tiga derajat kebebasan
gaya dan peralihan (f X , f Y , f Z dan U, V, W) pada tiap titik nodal dalam masing-masing arah X, Y,
Z global. Dalam koordinat lokal elemen tersebut hanya memiliki sebuah gaya aksial f x dan
sebuah derajat kebebasan aksial u pada tiap nodal.
Variabel nodal suatu elemen pada dua nodal adalah:
• dalam koordinat lokal, un = u 1 v 1 w1 u 2 v 2 w 2 (3.70)
lokal
• dalam koordinat global, un = U1 V1 W1 U 2 V 2 W 2 (3.71)
global
Variabel lokal diekspresikan sebagai fungsi variabel global dan suatu matriks rotasi:
I. KATILI
130 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
u U x X
v = [t ]V ; y = [t ] Y (3.72)
w W z Z
Komponen matriks [t] adalah kosinus arah dari sumbu lokal x, y, z:
cos( x, X ) cos( x, Y ) cos( x, Z )
[t ] = cos( y, X ) cos( y, Y ) cos( y, Z ) (3.73)
cos( z , X ) cos( z , Y ) cos( z , Z )
x, u
y, v 2
U2
Y, V V2
W2
1
X, U z, w
U1
V1
W1 Titik 1 : koordinat X1, Y1 dan Z1
Titik 2 : koordinat X2, Y2 dan Z2
Koordinat lokal : x, y, z
Z, W Koordinat global : X, Y, Z
Catatan:
− Pada prinsipnya tidaklah perlu untuk mendefinisikan kosinus arah sumbu y & z karena v dan
w adalah peralihan semu dan tidak berperan dalam mendefinisikan karakteristik elemen.
Dengan memperbesar persamaan matriks kekakuan 2×2 dalam koordinat lokal menjadi
persamaan matriks kekakuan 6×6, yaitu dengan cara memberikan dua buah gaya semu f y , f z dan
derajat kebebasan peralihan v, w pada tiap nodal dalam masing-masing arah lokal y, z, kita
peroleh:
I. KATILI
Rangka 131
1 0 0 −1 0 0
0 0 0 0 0
EA 0
[ k ]lokal =
L
0 0
1
0
0 0
(3.76)
6 x6
sym 0 0
0
fn lokal
= f x1 f y1 f z1 f x2 f y2 f z2 ; un lokal
= u 1 v1 w1 u2 v2 w2
Dan persamaan kekakuan elemen dalam lokal koordinat, menjadi:
{ f n }lokal = [k ]lokal {u n }lokal (3.77)
e
Ekspresi kerja virtuil W (Persamaan 3.7) ditulis sebagai fungsi variabel lokal yang dimekarkan
Persamaan 3.70.
=We u *n lokal
([ k ]lokal
{u n}lokal − { f n}lokal ) (3.78)
e
Ekspresi W sebagai fungsi variabel global Persamaan 3.63 diperoleh dengan menggunakan
persamaan 3.70:
=We u *n global ([ k ] global
{u n}global − { f n} global ) (3.79)
Keenam gaya nodal dalam koordinat lokal dapat dihubungkan dengan yang ada dalam
koordinat global dengan menggunakan matriks yang sama:
{ f n }global = [T ]T { f n}lokal (3.82)
di mana [T] adalah matriks transformasi, dan merupakan matriks ortogonal (transposenya sama
dengan inversnya).
I. KATILI
132 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Catatan:
− Rang [k] global adalah sama dengan 1, seperti halnya dengan [k] lokal .
− Matrik massa relatif pada koordinat global untuk ρ a konstan, adalah:
1 0 0
L 2 [ I ] [ I ]
=[ m]glob ρ= ; [ I ] 0 1 0 (3.87)
a
6 [ I ] 2 [ I ]
0 0 1
− Matrik [m] lokal = [m] global karena aproksimasi u*, v*, w* dan U*, V*, W* adalah identik:
)dx u *n [ m ]lokal {un}
∫ ρa(u u + v v + w w=
L
=
W em
* * *
0
(3.88)
)dx U *n [ m ]global {U n}
= ∫ ρ a (U *U + V *V + W *W=
L
− Di sini terlihat bahwa matriks kekakuan 6×6 ini memiliki pola yang sama dengan matriks
kekakuan 4×4 dalam Persamaan (3.25). Matriks ini juga merupakan matriks singular.
− Jika kita ketahui peralihan nodal untuk elemen ini, baik yang diberikan atau yang akan
dicari, ketiga komponen gaya f X2 , f Y2 , f Z2 pada nodal 2 dapat langsung diperoleh dari
Persamaan (3.86).
− Gaya aksial tarik N adalah resultan dari tiga gaya ini. Dengan t 11 , t 12 , t 13 sebagai kosinus
arah dari sumbu elemen tersebut relatif terhadap masing-masing sumbu global X, Y, Z, dan
mempergunakan fakta bahwa:
2
t11 + t=
12 + t13
2 2
cos 2 ( x, X ) + cos 2 ( x, Y ) + cos 2=
( x, Z ) 1 (3.89)
U1
V1
EA W1
menghasilkan: N= −t11 −t12 −t13 t11 t12 t13 U (3.90)
L 2
V2
W2
yang bentuknya mirip dengan Persamaan (3.34).
I. KATILI
Rangka 133
4 3 Y
5
12 m
5 8m
X 4 X
1 2
5m
3
1
6m 10 m 2
EA = konstan
Z
Gambar 3.51 Rangka Ruang dengan 4 Elemen.
Asumsikan bahwa semua perletakan (nodal 1 sampai 4) merupakan sendi (ball joints) dan
karenanya tidak mengalami translasi. Pertama-tama kita hitung kosinus arah masing-masing
elemen, dengan menganggap nodal 5 sebagai ujung kiri setiap elemen.
Elemen L ij t 11 t 12 t 13
5-1 - 6/11,18 = - 0,5366 - 8/11,18 = - 0,7155 5/11,18 = 0,4472
6 2 + 8 2 + 5 2 = 11,18 m
5-2 10/13,75 = 0,7274 - 8/13,75 = - 0,5819 5/13,75 = 0,3637
10 2 +8 2 + 5 2 = 13,75 m
5-3 10/17,55 = 0,5698 - 8/17,55 = - 0,4558 12/17,55= 0,6838
10 2 +8 2 +12 2 = 17,55 m
5-4 - 6/15,62 = - 0,3841 - 8/15,62 = - 0,5121 -12/15,62 = - 0,7682
6 2 +8 2 +12 2 = 15,62 m
Karena nodal 5 adalah ujung kiri bagi semua elemen, dan juga satu-satunya nodal yang
mengalami peralihan, maka hanya matriks 3×3 sebelah kiri atas dari setiap elemen yang akan
berguna bagi matriks kekakuan struktur global. Dengan menggunakan Persamaan (3.84), matriks
3×3 bagian kiri atas dari setiap elemen menjadi:
0, 02575 0, 03434 −0, 02147
=
Elemen 5-1: [ k ] EA 0, 03434 0, 04579 −0, 02862
51
(3.91)
−0, 02147 −0, 02862 0, 01789
I. KATILI
134 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Asumsikan terdapat gaya yang bekerja pada nodal 5, dengan komponen F X =1 kN, F Y =2 kN, F Z
=3 kN. Untuk semua elemen berlaku E = 30×105 kN/m2 dan A = 0,04 m2. Dari relasi invers
Persamaan (3.95) diperoleh:
U 5 10,47
−6
V5 = 16,98 10 m
W5 28,02
Kemudian kita hitung gaya-gaya dalam dengan menggunakan Persamaan (3.90), dan kita
peroleh:
N51 = 0,5626kN (tarik)
N52 = −0, 6918kN (tekan)
N53 = 1, 4315kN (tarik)
N54 = 2, 6310kN (tarik)
Kemudian kita periksa keseimbangan arah X di nodal 5. Komponen arah X adalah:
FX 0 ,5625 ( −0 ,5366 ) − 0 ,6918 ( 0 ,7274 ) + 1, 4315 ( 0 ,5698 ) + 2 ,6310 ( −0 ,3841) + 1
Σ=
= 0 ( O.K .)
I. KATILI
Rangka 135
12 kN
Z
300 15m
Y
4
10 m X
10 m 2
3 12 m
Gambar 3.52 Rangka Ruang dengan Tiga Elemen.
Anggap nodal 1 sebagai ujung kiri tiap elemen, sehingga kosinus arah tiap elemen menjadi:
Elemen 1-2: t11 = −0,3714 t12 = 0 t13 = −0,9285
Elemen 1-3: t11 = −0,7066 t12 = −0,3925 t13 = −0,5888
Elemen 1-4: t11 = −0,7066 t12 = −0,3925 t13 = −0,5888
Seperti pada contoh sebelumnya, kita hitung dulu matriks 3×3 tiap elemen. Setelah
dikombinasikan, kita peroleh persamaan kekakuan struktur yang telah direduksi sebagai berikut:
F 0,1211 0 0,1721 U1
X1
FY1 = E 0 0, 0242 0 10−2 V1 (3.96)
FZ1 0,1721 0 0,3214 W1
Kemudian hitung gaya nodal ekuivalen akibat perubahan temperatur pada elemen 1-3 dan 1-4.
Gaya ujung terjepit (Persamaan 3.59) untuk tiap elemen tersebut adalah N=-EAα (∆T) = -18,85
kN (tekan). Dengan menggunakan gaya ini dan kosinus arah dari tiap elemen maka kita dapat
menghitung komponen-komponen pada arah koordinat global, sebagai berikut:
12sin 300 + 0,7066 (18,850 ) + 0,7066 (18,850 ) =
FX1 = 32,64 kN
0 + 0,3925 (18,850 ) − 0,3925 (18,850 ) =
FY1 = 0 (3.97)
−12cos300 + 0,5888 (18,850 ) + 0,5888 (18,850 ) =
FZ1 = 11,81 kN
I. KATILI
136 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
U1 0,03136
V1 = 0 m (3.98)
W1 −0,01553
Selanjutnya hitung gaya dalam elemen dari Persamaan 3.90 dan dari nilai peralihan di atas
(Persamaan 3.98), serta tambahkan gaya ujung terkekang akibat perubahan temperatur, sehingga
dihasilkan gaya dalam akhir sebesar:
N 12 = -24,83 kN (tekan)
N 13 = 29,57 – 18,85 = 10,72 kN (tarik)
N 14 = 29,57 – 18,85 = 10,72 kN (tarik)
Keseimbangan arah X pada nodal 1 menunjukkan:
ΣF X = -24,83 (-0,3714) + 10,72 (-0,7066) + 10,72 (-0,7066) + 12 sin 300 = 0,07 ≈ 0
Hasil pemeriksaan terhadap keseimbangan menghasilkan kesalahan yang sangat kecil.
I. KATILI
BAB 4
BALOK
Berikut ini kita akan membahas tipe elemen balok lurus dengan penampang prismatis
berdasarkan model teori balok Bernoulli-Euler-Navier seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
4.1. Sumbu x terletak pada garis yang menghubungkan titik berat penampang. Elemen tersebut
memiliki karakteristik material konstan, seperti momen inersia I, modulus elastis E, dan panjang
L. Elemen tersebut mempunyai dua nodal dan dua derajat kebebasan pada tiap nodalnya, yaitu:
peralihan vertikal arah y yaitu v dan rotasi sudut arah sumbu z yaitu θ. Kita tahu bahwa untuk
model balok ini θ =dv / dx dan dengan demikian dalam konteks MEH ke empat derajat
kebebasan elemen terkait satu sama lain. Pada setiap derajat kebebasan nodal i yaitu, v i dan θ i
berturut-turut bekerja gaya geser f yi dan gaya momen f mi di mana keduanya dinamakan gaya
nodal.
y, v
f m2 , θ2
EI
f m1 , θ1 1 2 x, u
L
f y 1 ,v1 f y 2 ,v2
I. KATILI
138 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
∂v ∂v
v = v1 dan = θ1 pada x = 0 ; v = v 2 dan = θ2 pada x = L (4.3)
∂x ∂x
Aplikasi kondisi batas (4.3) menghasilkan:
v1 1 0 0 0 a1
θ1 0 1 0 0 a
v = 1 L L2 L3 a2 atau: {u n } = [P ]{a n } (4.4)
2 3
θ2 0 1 2 L 3L2 a4
Dalam bentuk inverse, Persamaan (4.4) menjadi:
a1 L3 0 0 0 v1
a 1 0 0 θ1 atau {a n } = [P]−1 {u n }
3
L 0
a2 = 3 2 v2
(4.5)
L −3L −2 L 3L − L
3 2
a4 2 L −2 L θ2
subtitusi solusi untuk {a n } pada Persamaan (4.5) kedalam Persamaan (4.2) menghasilkan:
v1
θ
v( x) = N v 1 ( x) N θ1 ( x) N v2 ( x) N θ2 ( x) 1 N {un } (4.6)
v
2
θ 2
x2 x3 x 2 x3
N v1 ( x) =
1− 3 2 + 2 3 ; N θ1 ( x) = x−2 + 2
di mana: L L L L (4.7)
x2 x3 x 2 x3
N v2 ( x) =
3 2 −2 3 ; N θ2 ( x ) =− + 2
L L L L
Fungsi yang diperoleh dari Persamaan (4.7) disebut fungsi bentuk tipe Hermitian dan
mempunyai kontinuitas C1. Jika harga x bervariasi dari 0 sampai L, dihasilkan 4 kurva seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 4.2 untuk keempat fungsi bentuk (shape function).
Setiap fungsi bentuk merupakan suatu kurva defleksi dari elemen balok yang diperoleh
dengan cara memberikan nilai satu pada derajat kebebasan yang bersesuaian dengan fungsi
tersebut dan nilai nol pada derajat kebebasan yang lain.
Dengan kata lain, fungsi bentuk adalah kurva defleksi bila:
v 1 = 1 dan θ 1 = v 2 = θ 2 = 0 untuk N v1 (x) dan v 2 = 1 dan v 1 = θ 1 = θ 2 = 0 untuk N v2 (x)
θ 1 = 1 dan v 1 = v 2 = θ 2 = 0 untuk N θ1 (x) dan θ 2 = 1 dan v 1 = θ 1 = v 2 = 0 untuk N θ2 (x)
Dapat dilihat bahwa kurva defleksi yang ditunjukkan oleh fungsi peralihan (4.6) dapat
dihasilkan dari superposisi linier kurva-kurva yang didapat dari keempat derajat kebebasan
tersebut.
N v1 ( x)
N θ 1 ( x)
v1 = 1 θ1 =1
N v2 ( x) θ2 =1
v2 = 1
N θ2 ( x )
I. KATILI
Balok 139
I. KATILI
140 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
2 L −2 L
Meskipun ditulis dalam bentuk berbeda, kedua persamaan energi regangan pada Persamaan
(4.20) dan (4.16) adalah sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa:
12 6 L −12 6 L
EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2
= [k ] [=A] k [ A]
T
12 −6 L
(4.21)
L3 −12 −6 L
6 L 2 L −6 L 4 L
2 2
yang sama dengan yang diperoleh dalam Persamaan (4.15) dengan menggunakan fungsi bentuk.
Perhitungan inersia untuk elemen balok tipe Bernoulli akibat percepatan translasi dan rotasi
dapat dihitung dengan Persamaan (2.68), adalah:
( ) ( [ mv ] + [ mθ ] ) {un }
L
Π eext =− ∫ v ρa v + v , xρb v, x dx =− un (4.22)
0
untuk ρ a dan ρ b konstan:
156 22 L 54 −13L
L 22 L 4 L2 13L −3L2
[ mv ] =
ρa ∫ { N } N dx =
L
ρa 156 −22 L
di mana: (4.23)
0 420 54 13L
−13L −3L −22 L 4 L2
36 3L −36 3L
1 3L 4 L2 −3L − L2
[ mθ ] =ρb ∫ { N , x} N , x dx =
L
ρb 36 −3L
dan: (4.24)
0 30 L −36 −3L
3L − L −3L 4 L
2 2
Kedua matriks massa di atas adalah matriks massa konsisten (consistent mass) dengan
memperhitungkan inersia translasi dan rotasi. Matriks massa dengan pendekatan sederhana
adalah matriks massa tergumpal (lumped mass). Formulasi matriks massa ini dibentuk dengan
mengabaikan inersia rotasi elemen, jadi hanya membutuhkan fungsi interpolasi vertikal v saja.
I. KATILI
Balok 141
1 0 0 0
N v1 0 0 0 L
L N θ1 0 0 ρAL 0 0
[ mv ] =
ρA∫
N 0 dx = 6
1 0
(4.25)
0
v2 2
N θ2 sym L
−
6
I. KATILI
142 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Gambar 4.3a. Disini tidak hanya struktur tetapi beban juga simetris dan sebagai konsekuensinya
bentuk peralihan dari balok adalah sama dan ditunjukkan oleh garis putus pada Gambar 4.3a, di
mana bentuk peralihan tetap simetris. Hal ini berarti bahwa defleksi pada setengah bagian kiri
saat berotasi adalah sama besarnya dan rotasi balok di garis tengah adalah nol.
Kondisi ini pada setengah bagian kiri dari balok sama dengan situasi yang ditunjukkan
pada Gambar 4.3b di mana pada struktur pengganti kondisi peralihan pada nodal 3 lokasi pada
garis tengah dari struktur asli adalah v 3 ≠ 0, θ 3 = 0; ini dapat diasumsikan secara fisik sebagai
perletakan jepit dengan pergerakan vertikal diijinkan (fixed roll). Penggunaan kondisi simetris
pada Gambar 4.3a mengurangi nilai n dari 6 pada struktur asli menjadi 4 pada struktur pengganti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.3b. Derajat kebebasan tersebut adalah <v 1 θ 1 θ 2 v 3 > dan gaya
yang bekerja terkait adalah − 3P 0 0 0 . Penyusunan kekakuan untuk struktur pengganti
dihasilkan dengan cara seperti biasanya. Perlu dicatat bahwa besarnya reaksi momen pada nodal
3 pada struktur pengganti sama dengan nilai momen lentur pada pusat balok asli. Reaksi vertikal
pada nodal 3 berhubungan dengan nilai gaya geser pada pusat balok dan bernilai nol saat v 3
tidak ditentukan dan tidak ada gaya yang bekerja.
Struktur pada Gambar 4.3a tidak ada gaya yang bekerja di titik simetris. Jika terdapat
beban P maka yang bekerja pada nodal 3 dari struktur pengganti (Gambar 4.3b) adalah setengah
dari gaya tersebut (0.5 P). Demikian pula, jika terdapat bagian struktur sepanjang sumbu simetris
seperti pegas vertikal, maka setengah nilai kekakuan tersebut harus dihubungkan dengan derajat
kebebasan v 3 dari struktur pengganti.
- 3P LC - 3P - 3P
3 3 θ3 = 0
2 4 2
1 5 1
(a) (b)
L L L L
C
L -P C
L
-P V3=0
1 2 3 4 5 1 2 3
(c) P (d)
-3P -3P
-4P -2P
= -P
+
(e)
P
Gambar 4.3 Balok Simetris dan Antisimetris.
I. KATILI
Balok 143
Sejauh yang telah kita bahas hanya penggunaan beban simetris, tetapi bentuk simetris
dapat juga dijelaskan untuk beban antisimetris dan untuk beban umum. Contoh beban
antisimetris ditunjukkan pada Gambar 4.3c, di mana struktur sama dengan struktur yang dibahas
yaitu balok sederhana. Pada situasi ini bentuk perubahan adalah antisimetris sehingga perubahan
sama besarnya tetapi berlawanan tanda pada setengah balok, dan sudut sama dengan
setengahnya pula. Peralihan vertikal pada nodal 3 adalah nol dan juga terdapat titik belok (yaitu
momen lentur nol) pada nodal 3. Struktur pengganti yang benar ditunjukkan pada Gambar 4.3d
di mana kondisi nodal 3 sama seperti perletakan sendi; n bernilai 4, kebebasan yang terkait
sekarang menjadi <v 1 θ 1 θ 2 θ 3 > dan gaya yang terjadi adalah − P 0 0 0 .
Struktur simetris dengan beban tidak simetris dapat dianalisis dengan menggunakan
prinsip superposisi dari solusi beban simetris dan beban antisimetris. Gambar 4.3e
menggambarkan hal tersebut untuk masalah balok. Solusi total termasuk solusi pada masing-
masing masalah dijelaskan pada Gambar 4.3b dan Gambar 4.3d. Meskipun masalah asli dengan
enam derajat kebebasan telah diganti dengan dua masalah dengan masing-masing memiliki
empat derajat kebebasan, prosedur ini masih memiliki banyak keuntungannya untuk masalah
struktur dengan banyak kebebasan.
Ti Ti Ti Ti Mi Mi Mi Mi
dx dx dx dx
Gambar 4.4 Pasangan Gaya Internal T dan M untuk Setiap Nilai Positif dan Negatif.
I. KATILI
144 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
di mana χ diperoleh dari Persamaan (4.10) dan v diperoleh dari Persamaan (4.6) sehingga
Persamaan (4.28) menjadi:
= (
Π int 12 un [ k ] + k sp {un } ) (4.29)
y,v
2
1 x,u
s
I. KATILI
Balok 145
3 x 2 2 x3 2 x 2 x3 3 x 2 2 x3 x 2 x3
N = 1 − 2 + 3 x − + 2 2 − 3 − + 2
L L L L L L L L
1
v ,=
xx Bb {u n} ; B=
b N, xx= 6 L − 12 x 4 L2 − 6 xL −6 L + 12 x 2 L2 − 6 xL
L3
v, xx EI v , xxdx un [ k ]{un }
L
= ∫=
* *
W ek 0
un* [ mv + mθ ]{un}
L * L
∫0 v ρavdx
W em = + ∫ v*,xρbv, xdx =
0
We= un* ([ mv + mθ ]{un} + [ k ]{un } − { f n }) ; ρ a = ∫A ρdA ∫ ρ y dA
; ρb = 2
A
Matriks elementer:
L L L
fy =
konstan: f n fy 1 1 −
2 6 6
156 22 L 54 − 13L 36 3L − 36 3L
4 L 13L − 3L 2 − 3L − L2
ρa L ρb
2
4 L2
[mv ] = ; [mθ ] =
420 156 − 22 L 30 L 36 − 3L
2
sym 4L sym 4 L2
1 0 0 0
ρAL
1
L 0 0
Matriks massa terkumpul = [m] = 6
2 1 0
sym − 16 L
I. KATILI
146 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EI 2EI
Rm1 1 3
L 2L
R y1 R y3
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3
fy2 3 3L −3 3L v
f m EI 3L 4 L2 −3L 2 L2 θ2
Elemen 2-3: f 2 = 3 −3 −3L 3 −3L v3
2 (4.32)
y3
L 2
3L 2 L −3L 4 L θ3
2
f m3
Perlu diingat bahwa f y dan f m adalah gaya nodal elemen. Ketika kedua set matriks
kekakuan elemen digabungkan penjumlahan gaya-gaya nodal elemen pada tiap nodalnya yang
sama dengan gaya nodal struktur pada setiap nodal seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6b. Jadi:
F y1 = f y1 pada elemen 1 - 2 = R y1
I. KATILI
Balok 147
Fy1 12 6 L −12 6L 0 0 v
Fm 6L 4L 2
−6 L 2L 2
0 0 θ1
1
F 1 EI
y −12 −6 L 12 + 3 −6 L + 3L −3 3L v
F 2 = 3 6 L 2 L2 −6 L + 3L 4 L2 + 4 L2 −3L 2 L2 θ2 (4.34)
m2 L 2
y3
F 0 0 −3 − 3 L 3 −3 L v3
2 θ3
Fm3 0 0 3L 2 L −3L 4 L
2
Juga perlu diingat bahwa defleksi v dan rotasi θ pada tiap nodalnya masih tetap sama
seperti pada sistem yang digabungkan.
Dengan pengertian atas dua aturan di atas, metode penggabungan menjadi sederhana,
yaitu dengan menjumlahkan f y dan f m seperti ditunjukkan dalam Persamaan (4.33).
Persamaan untuk f y dan f m diberikan dalam Persamaan (4.31) dan (4.32). Garis putus-putus
membatasi dua matriks kekakuan elemen. Terdapat bagian yang overlap yang berisi bagian yang
merupakan hasil dari superposisi dua bagian matriks kekakuan elemen. Terdapat tiga kondisi
batas:
v1 = θ1 = v3 = 0 (4.35)
Setelah mengetahui kondisi batas (4.35), kemudian disusun kembali Persamaan (4.34)
mengikuti v 1 , θ 1 , v 3 (atau F y1 , Fm1 , F y3 ) dalam satu kelompok. Pertama-tama kita susun ulang
urutan barisnya:
Fy2 −12 −6 L 15 −3L −3 3L v1
Fm 6 L 2 L2 −3L 8 L2 −3L 2 L2 θ1
F 2 EI
m3 0 0 3L 2 L2 −3L 4 L2 v2
F = 3 12 6 L −12 6 L 0 θ2
(4.36)
y1 L 0
Fm1 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 0 v3
Fy3
0 0 −3 −3L 3 −3 θ3
Kita kemudian menyusun kembali urutan kolom-kolomnya.
Fy2 = − P 15 −3L 3L −12 −6 L −3 v = ?
Fm = PL −3 L 8 L2
2 L2
6 L 2 L2
−3 L θ 2 =
2
?
F = 0
EI 3L 2 L2 4 L2 θ =?
2
m3 0 0 −3 L 3
F= R= ? = 3 −12 6 L 0 v1 = 0
(4.37)
y1 y1
L 0 12 6 L
F=
m1 R=m1 ? −6 L 2 L2 0 6 L 4 L2 0 θ1 =0
F=
y3 R=y3 ? −3 −3L −3L 0 0 3 v3 = 0
Sekarang terdapat enam buah persamaan untuk menyelesaikan enam bilangan yang tidak
diketahui, tiga di tiap kelompok persamaan. Hasilnya perkalian dari Persamaan (4.37)
memberikan:
I. KATILI
148 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
− P EI 15 −3L 3L v2
PL = −3L 8 L2 2 L2 θ2 (4.38)
0 L 3L 2 L 4 L θ3
3 2 2
Ry −12 6 L 0 v2
1 EI
dan: Rm1 = −6 L 2 L2
0 θ 2 (4.39)
R y L −3 −3L −3L θ3
3
3
Perlu dicatat bahwa Persamaan (4.38) dapat dihasilkan hanya dengan mencoret baris
pertama, kedua dan kelima, serta kolom kesatu, kedua dan kelima dalam sistem matriks
kekakuan pada Persamaan (4.34). Pada teori struktur konvensional, perletakan akan
meningkatkan jumlah derajat redundan dan menambah rumit masalah dengan bertambahnya
jumlah persamaan. Pada metode elemen hingga, perletakan akan mengurangi jumlah derajat
kebebasan dan yang berarti menyederhanakan masalah karena berkurangnya jumlah persamaan.
Persamaan (4.38) dapat dipecahkan dengan menggunakan metode invers matriks.
28L2 18L −30 L − P
v2 L 18L = PL2 −10 L
= θ 2 51 −39 PL 33 (4.40)
θ3 276 EI −30 L −39 111 0 −9
276 EI
Persamaan (4.35) dan (4.40) memberikan solusi untuk keenam derajat kebebasan. Kurva defleksi
untuk balok yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 4.6. Jika ingin mengetahui defleksi di
titik tertentu, dapat dilakukan substitusi nilai koordinat dan nilai derajat kebebasan nodal ke
dalam fungsi peralihan elemen itu.
Gaya internal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan
nodal yang diketahui ke dalam Persamaan (4.26) dari masing-masing elemen.
− 53P
0 46
T1 12 −6 L 0 21PL
M1 EI tidak −6 L 2 L2 10 PL3 46
= T = −6 L 276 EI 53P
Elemen 1-2: (4.37)
3 dibutuhkan 12
2 L − 46
M 2 6 L −4 L2 33PL2 16 PL
276 EI −
23
−10 PL3 − 7 P
T2 −3 −3L 3 −3L 276 EI 46
2
7 PL
M 2 EI 3L 4L 2
−3L 2 L2 33PL
= T = 3 −3 −3L 2760EI 23
Elemen 2-3: (4.38)
−3L 3
3 L −7 P
M 3 −3L −2 L 3L −4 L2 9 2
2
PL 46
276 EI 0
Dengan hasil yang diperoleh dalam Persamaan (4.37) dan (4.38), dibuat diagram gaya
transversal dan momen lentur dalam Gambar 4.6. Akan terlihat penurunan nilai gaya transversal
di nodal 2 disebabkan beban dan besar pengurangan tersebut sama dengan P. Penurunan nilai
momen di nodal 2 sama dengan momen luar PL. Titik momen nol adalah titik infleksi yang biasa
disebut sendi.
I. KATILI
Balok 149
Reaksi luar dan momen lentur pada perletakan dapat dihasilkan dari Persamaan (4.39):
Ry − 12 6 L 0 − 10 L 53P
1 EI
PL
2 46
2
= − = 21PL
m1 3 46
R 6 L 2 L 0 33 (4.43)
L 276 EI 7P
R y3 − 3 − 3L − 3L − 9 − 46
Nilai reaksi tersebut dapat pula diinterpretasikan dari nilai gaya transversal yang diperoleh dari
Persamaan (4.41) dan (4.42). Dalam memudahkan penyelesaian persamaan kekakuan sistim, kita
bisa mengeliminasi kolom dari persamaan matriks kekakuan elemen (Persamaan 4.31 dan 4.32)
yang terkait dengan derajat kebebasan yang nol, dan tidak perlu melakukan penyusunan ulang
dan pengelompokan matriks seperti dilakukan pada Persamaan (4.36) melalui (4.39). Hal ini
sangat menghemat proses perhitungan khususnya bila dilakukan secar manual dalam upaya
mempelajari dasar-dasar MEH.
θ3
θ2 v2
Titik belok
Diagram T
-7P/46 P
-53P/46
21PL/46 7PL/23
Diagram M
PL
-16PL/23
Gambar 4.7 Kurva Defleksi, Diagram M dan T untuk Balok pada Gambar 4.6.
I. KATILI
150 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
-P
1 2 EI 3 4
Rm1
L L L
R y1
R y2 R y3
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3 F y4 , v 4
Untuk masalah ini, matriks kekakuan ketiga elemen adalah sama. Persamaan kekakuan
keseluruhan yang disusun adalah:
Fy1 1 62L −1 62L 0 0 0 0 v
Fm 6 L 4 L2
−6 L 2 L2
0 0 0 0 θ1
1
F −12 −6 L 0 v2
1
y2 24 0 −12 6 L 0
Fm2 EI 6 L 2 L2 0 8L2 −6 L 2 L2 0 0 θ2
=
F 0 −12 6 L v3
(4.44)
0 −12 −6 L
y3 L
3 0 24
Fm3 0 0 6L 2L 2
0 8L2 −6 L 2 L2 θ3
Fy4 0 0 0 0 −1 −62L 1 −62L v4
Fm
4 0 0 0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2 θ4
I. KATILI
Balok 151
I. KATILI
152 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Gaya internal didapat dari substitusi defleksi dan rotasi ke dalam Persamaan (4.26).
Kemudian untuk elemen 1-2, 2-3, 3-4, masing-masing:
T1 −3 T2 9 T3 − P
M1 P L M 2 P −2 L M 3 PL
= T = −3 ; T = 9 ; T − P
M2 7 −2 L M3 7 7 L M4 0
2 3 4
θ2 θ3
v4
Titik belok
9P/7
Ry2 = -12P/7
Diagram T Ry3 = 16P/7
-3P/7 -P
PL
PL/7
Diagram M
-2P/7
Gambar 4.9 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok dalam Gambar 4.8.
Dari hasil tersebut kemudian diplot dan digambar diagram transversal dan momen seperti
Gambar 4.9. Dari diagram ini juga diketahui gaya dan momen reaksi:
3P
R y1 = F y1 = f y1 dari elemen 1 - 2 = ke atas
7
PL
Rm1 = Fm1 = f m1 dari elemen 1 - 2 = berlawanan arah jarum jam
7
3P 9 P 12 P
R y2 = F y2 = f y2 (elemen 1 - 2) + f y2 (elemen 2 - 3) = − − =− ke bawah
7 7 7
9P 7 P 16 P
R y3 = F y3 = f y3 (elemen 2 - 3) + f y3 (elemen 3 - 4) = + = ke atas
7 7 7
I. KATILI
Balok 153
-P
1 2 3 4
Rm1 Rm4
EI
P
R y1 L L L R y4
Gambar 4.10 Balok yang Dibebani Antisimetris dan Pemodelan Tiga Elemen.
Karena beban antisimetris, kondisi beban dan perletakan dapat dijelaskan sebagai:
v 1 = θ 1 = v 4 = θ 4 = 0 ; v 2 = -v 3 ; θ 2 = θ 3
Fm2 = Fm3 = 0
F y2 = − F y3 = − P (4.55)
Pertama pindahkan keempat kolom dan baris yang berhubungan dengan derajat kebebasan yang
nol seperti Persamaan (4.55):
Fy2 = − P 24 0 −12 6 L v2
Fm = 0 EI 0 8 L2 −6 L 2 L2 θ
F = P = 3 −12 −6 L
2
24 0 v3 = −v2
2 (4.56)
y3
L
Fm3 = 0 6L 2L
2
0 8L2 θ3 =θ3
− P 36 6L
0 EI 6 L 10 L2 v2
L
P = 3 −36 −6 L θ
{}
2
(4.57)
0 6 L 10 L
2
I. KATILI
154 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
persamaan yang pertama adalah paralel dengan dua persamaan terakhir. Sehingga untuk
menyelesaikannya bisa dipilih persamaan yang mana saja. Untuk dua persamaan yang pertama,
{−= } { } 162 EI { 3 }
v v PL −5 L
2
Solusinya adalah: 3 = 2 (4.58)
θ 3 θ 2
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat menggunakan metode reduksi
matriks kekakuan kapan saja kita dapat menghubungkan dua derajat kebebasan. Misalnya, jika
kita mengetahui:
v 2 = (-3) θ 2
Maka metode reduksi dilakukan dengan:
1. Eliminasi baris ketiga
2. Tambahkan (-3) × (kolom ketiga) ke kolom keempat
3. Eliminasi kolom ketiga.
Gaya transversal dan momen lentur dapat diintrepretasi dengan substitusi defleksi dan rotasi
ke dalam Persamaan (4.26). Untuk elemen 1-2, 2-3, 3-4, masing-masing,
T1 − 13 T2 14 T3 − 13
M 1 P 6L M 2 P − 7 L M 3 7L
= ; = ; =
T2 27 − 13 T3 27 14 T4 − 13
M 2 − 7 L M 3 7L M 4 − 6 L
Kurva defleksi, diagram gaya transversal, dan momen lentur digambar pada Gambar
4.10.
I. KATILI
Balok 155
θ3
v3
θ3 v2
Titik belok
14P/27
Diagram T
-13P/27 -13P/27
7PL/27
6PL/27
Diagram M
-6PL/27
-7PL/27
Gambar 4.11 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.10.
-P ⊄
Rm1 1 2 3
P
L L L
R y1
L L/2
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3
Gambar 4.12 Pemodelan Dua Elemen untuk Setengah dari Balok pada Gambar 4.10.
I. KATILI
156 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
-P
PL Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3
3 s2 Rm3
1 EI 2 2EI
Rm1
L s1 2L
R y1 R y3 F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3
R y2
Gambar 4.13 Balok dengan Perletakan Elastis dan Pemodelan Dua Elemen.
I. KATILI
Balok 157
I. KATILI
158 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
θ3
θ2 v2
Titik belok
Diagram M
PL
-PL/12
-76PL/120
Gambar 4.14 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.13.
L L
I. KATILI
Balok 159
{}
6 12
Fy2 EI 12 + 24
F = 3
− +
{}
v2
L L θ atau:
m2 L −6 L + 12 L 4 L2 + 8 L2 2
Fy2 = ? EI 36 6 L ∆
F = 0 = 3 6 L 12 L2 θ
m2 L 2
(4.62)
θ2
Titik
Belok
v2
EI
2EI
15EI∆/L3
Diagram T 33EI∆/L3
8EI∆/L2 -18EI∆/L3
Diagram M
-7EI∆/L2 -10EI∆/L2
Gambar 4.16 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.14.
I. KATILI
160 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
4 5
EA ,L EA ,L
1 EI 30 o 2 30 o 3
L L/2
-P
Gambar 4.17 Balok yang Dihubungkan dengan 2 Elemen Rangka.
Untuk membuat formula matriks kekakuan pada persoalan dengan dua jenis elemen, kita
hanya tinggal menggabungkan nilai kekakuan kedua jenis elemen yang sesuai dengan derajat
kebebasan bersama. Untuk memperagakan prosedurnya, pertama-tama kita formulasikan total
persamaan kekakuan untuk balok yang dimodelkan dengan dua elemen. Anggap kondisi
batasnya adalah:
ν 1 = θ1 = ν3 = θ3 = 0
Fy2 EI 12 + 96
{}
−6 L + 24 L v
'
kita mendapatkan: ' = 3 −6 L + 24 L 4 L2 + 8 L2 θ2 (4.65)
m2
F L 2
Kita lalu memformulasikan total persamaan kekakuan untuk elemen rangka. Dengan
memasukkan kondisi batas dan balok dalam kondisi tidak dapat berdeformasi aksial maka:
u4 = ν4 = u5 = ν5 = u2 = 0
kita memperoleh, dari Persamaan (3.27a),
EA
F y"2 = (sin 2 (150 0 ) + sin 2 (30 0 ))v 2 (4.66)
L
Dengan menggabungkan Persamaan (4.65) dan (4.66), kita memperoleh matriks kekakuan untuk
seluruh sistem,
108 EI EA 18 EI
{}
F= " +
+ y2 L2 v2
'
F F 3
2L
y2 y2
=
18 EIL
12 EI θ2
(4.67)
Fm2 = Fm2
'
L2 L
di mana dalam hal ini di nodal 2, jumlah gaya nodal F y' 2 pada balok dengan gaya nodal F y"2
pada rangka harus sama dengan beban luar Fy2 atau -P . Persamaan (4.67) dapat diselesaikan
dengan mengambil nilai EA=24EI/L2:
I. KATILI
Balok 161
18
v2 L3 12 − L − P PL2 − 2 L
= 18 120 =
θ 2 1116 EI − 0 186 EI 3
L L2
Gaya aksial pada dua elemen rangka diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.38),
N 24 =
EA
( ) ( )
u − u 2 4 P
cos 150 0 sin 150 0 4 =
L v 4 − v 2 31
4P
N 25 = N 24 = (keduanya tarik)
31
Gaya geser transversal dan momen lentur untuk dua elemen balok tersebut diperoleh dari
Persamaan (4.26), adalah:
T1 −7 T2 20
M 1 P 3L M 2 P − 4 L
= dan =
T2 31 − 7 T3 31 20
M 2 − 4 L M 3 6L
Menghasilkan kurva defleksi, diagram geser transversal dan diagram momen yang
ditunjukkan dalam Gambar 4.18. Besarnya nilai loncatan gaya geser transversal pada diagram
gaya geser transversal untuk balok di nodal 2 adalah besarnya bagian dari gaya P yang diserap
oleh kedua elemen rangka yaitu 27P/31.
v2
Titik belok
θ2 20P/31
27P/31
Diagram T
-7P/31
6PL/31
3PL/31
Diagram M
-4PL/31
Gambar 4.18 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.17.
I. KATILI
162 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
I. KATILI
Balok 163
BNE
f y1 12 6 L −12 6 L v1 f y1
f m 1 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 θ1 f m 1
= f −
12 −6 L v2 f y 2
atau secara detail: 3 −12 −6 L
(4.73)
y2 L 2
6 L 2 L −6 L 4 L θ2 f m 2
2
f m 2
1 3
2
L/2 L/2
Karena simetris, kita dapat memodelkan setengah dari balok dan menggunakan satu
elemen balok dengan panjang L/2. Kondisi-kondisi batas untuk elemen balok ini adalah:
ν1 = θ2 = 0
{}
BNE
Fm1 f m1 EI 8 L2 −24 L θ1
Persamaan kekakuan struktur adalah:=
F = (4.74)
y2 f y2 L3 −24 L 96 v2
BNE untuk beban terbagi merata –f o (arah ke bawah) dapat diperoleh dengan menggunakan
Persamaan(4.70):
( ( ) + 4 ) dx =
1 2
L f L
∫ − fo x − 4
= X2
−
X3 o
f mBNE 2
1 0 L L2 48
(
∫ − fo 12 ( XL ) − 16 ( XL ) ) dx =
1
L 2 3 f L
f yBNE =2
− o
2 0 4
12 3 f o L2
{} { }
−
L2 L 48 = − f o L
3 3
θ1 = L 1
v2 3 (4.75)
24 EI 1 − o
f L 24 EI 5 L /16
L 4
I. KATILI
164 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
− fo
1
EI 2
L
Kita dapat menggunakan satu elemen untuk memodelkan balok ini. Dengan
memperhitungkan kondisi ujung terjepit, kita dapatkan persamaan kekakuan:
F
m1 = f
1
m1 L
{}
Fy1 = f yBNE EI 12 6 L v
BNE = 3 6 L 4 L2 θ
1
1
1 ∫ 0 L L L 20
f x x 2 x3
dx = − f o L
2
f mBNE = − o x − 2
L
+
1 ∫ 0 L L L2
30
Maka kita memperoleh solusi:
6 3 fo L L
4 − − f L3 −
v1 L 3
L 20 30
= θ = 2
o
(4.77)
1 12 EI − 6 12 f o L EI 1
L L2 − 30 24
Harus diperhatikan bahwa fungsi bentuk yang dipakai untuk mencari beban nodal
ekuivalen untuk contoh 4.7.1 dan 4.7.2 tersebut diperoleh sebagai solusi eksak dari persamaan
diferensial balok (4.1). Disinilah mengapa jawaban yang kita peroleh adalah eksak walau hanya
dengan menggunakan satu elemen saja.
Tabel 4.2 memperlihatkan tabel BNE (Beban Nodal Ekuivalen) akibat berbagai
pembebanan bila kondisi kedua ujung balok adalah jepit. BNE ini diperoleh dengan
menggunakan metode energi eksternal.
I. KATILI
Balok 165
Tabel 4.2 Beban Nodal Ekuivalen (BNE) untuk Balok dan Portal.
− fo
f L2
f m1 = − o f L
fm2 12 f y1 = − o
fm1 2
f L2 f L
fy1 L fy2 f m2 = o f y2 = − o
12 2
− fo
fm = −
(
f o a 2 6 L2 − 8aL + 3a 2 )
1
12 L2
fm1 fm2
( )
a
f a 2 4aL − 3a 2
fy1 L fy2 f m2 = o
12 L2
(
f o a 2 L3 − 2a 2 L + a 3 ) (
f a 2a 2 L − a 3
f y2 = − o
)
fy = − 2 L3
1
2 L3
− fo
f L2 7 fo L
f m1 = − o f y1 = −
fm2 20 20
fm1
3 fo L
f L2 f y2 = −
fy1 L f m2 = o 20
fy2 30
− fo
5 f o L2 f L
f m1 = − f y1 = − o
fm2 96 4
fm1
5f o L2 f L
f y2 = − o
fy1
L
fy2 f m2 =
96 4
− fo fm2 f L − 2a
fm =
1
− o 5 L3 −
192a L
(
b 5 L2 + 4aL − 4a 2
)
fm1
f m2 = − f m1
a b a
fy1 fy2
b+L b+L
L f y1 = − fo f y2 = − fo
4 4
I. KATILI
166 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
−P
PL P
f m1 = − f y1 = −
fm1 fm2 8 2
L L
fy1 PL P
2 2 fy2 f m2 = f y2 = −
8 2
−P
Pab 2 f y1 = −
(
Pb L2 + ab − a 2 )
fm2 f m1 = − 3
L
fm1 L2
fy1 a b fy2 f m2 =
Pa 2 b
f y2 = −
(
Pa L2 + ab − b 2 )
2 3
L L
L
M M 3M
f m1 = − f y1 = −
fm2 4 2L
fm1
M 3M
fy1
L
2
L
2 fy2 f m2 = − f y2 =
4 2L
M
Mb(3a − L ) 6Mab
fm2 f m1 = − f y1 = −
fm1 2 L
L
fy1 a b fy2 Ma(3b - L ) 6Mab
f m2 = − f y2 =
2 L
L L
−P −P fm2
fm1 2 PL
f m1 = − f y1 = − P
9
2 PL
f m2 = f y2 = −P
L
3
L
3
L
3
9
fy1 fy2
I. KATILI
Balok 167
-fo
1 L 2
T2 = 12 f o L
T1 = − 12 f o L 1 f L2
M 2 = 12 o
1 f L2
M 1 = 12 o
Gambar 4.21 Gaya Internal Ekuivalen Akibat Beban Merata di Antara Nodal
− 12 f o L
GIE
T1
M 1 2
1 12 f o L
= 1 (4.79)
T2 2 fo L
M 2 121 f o L2
Untuk tipe pembebanan lainnya, gaya internal ekuivalen dapat dilihat pada Tabel 4.3.
I. KATILI
168 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Tabel 4.3 Gaya Internal Ekuivalen (GDE) untuk Balok dan Portal.
− fo f o L2
M1 = M 2 =
12
f L f L
L T1 = − o T2 = o
2 2
− fo
(
f a 2 6 L2 − 8aL + 3a 2
M1 = o
)
12 L2
( )
a
f a 2 4aL − 3a 2
L M2 = o
12 L2
(
f a 2 L3 − 2a 2 L + a 3
T1 = − o
) (
f a 2a 2 L − a 3
T2 = o
)
2 L3 2 L3
− fo
f L2 T1 = −
7 fo L
M1 = o
20 20
f L2 3 fo L
L M2 = o T2 =
30 20
− fo
5 f o L2 f L
M1 = T1 = − o
96 4
5f o L2 f L
T2 = o
L M2 =
96 4
− fo
M1 =
f o 3 L − 2a
5L −
192a L
(
b 5 L2 + 4aL − 4a 2
)
b+L
a b a T1 = − fo
4
L
M 2 = M1 T2 = −T1
I. KATILI
Balok 169
−P
PL P
M1 = T1 = −
8 2
L L
PL P
2 2
M2 = T2 =
8 2
−P
M1 =
Pab 2
T1 = −
(
Pb L2 + ab − a 2 )
2 3
L L
a b M2 =
Pa 2 b
2 T2 =
(
Pa L2 + ab − b 2 )
L 3
L L
M M 3M
M1 = T1 = −
4 2L
M 3M
L
2
L
2 M2 = − T2 = −
4 2L
M
Mb(3a − L ) 6Mab
M1 = T1 = −
2 L
L
a b
Ma(3b - L ) 6Mab
M2 = − T2 = −
L
L L2
−P −P
2 PL
M1 = T1 = − P
9
2 PL
L
3
L
3
L
3 M2 = T2 = P
9
I. KATILI
170 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
R y1 L L R y3
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mencari bentuk defleksi, gaya reaksi dan
momen reaksi, dan juga diagram gaya transversal dan momen lentur adalah mengidealisasikan
balok di atas dengan menggunakan dua buah elemen balok seperti pada Gambar 4.22. Sistem
keseluruhan memiliki tiga buah nodal dan enam derajat kebebasan.
Kondisi pembebanan external tidak berpusat pada titik nodal, melainkan terdistribusi
sepanjang elemen, jadi harus ditransformasikan menjadi beban terpusat pada titik nodal, seperti
yang telah dibahas pada Subbab 4.7.
− 12 f o L − 12 f o L
EI , L EI , L
1 f L2 1 f L2
− 12 o 12 o
1 Elemen 1-2 2 2 Elemen 2-3 3
I. KATILI
Balok 171
{} { }
−1
v2 L3 12 0 − 12 f o L f o L3 −2 L
= = 2
θ2 EI 0 4 L 121 f o L 96 EI 1
2
Gaya nodal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan nodal yang
diketahui ke dalam tiap matriks kekakuan elemen.
Elemen 1-2, dari Persamaan (4.80):
BNE 39 fo L
f y1 6 L −12 6 L 0 − 2 f o L
1
12 1148
f o L2
f m EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 4 − 1 f o L2
= f 1 3 −12 −6 L − fo L= − −121 f L 9 48
fo L
12 −6 L
y2
L 2 f L3
48 EI 2 o 48 2
6 L 2 L −6 L 4 L 96o EI 121 f o L2
2
f m2 4 fo L
48
Elemen 2-3, dari Persamaan (4.81):
−9 f o L
− f o L4 48
f y2 12 6 L − 12 6 L 48 EI −4 f L2
f m2 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 fo L3 48o
= f = 3 −12 −6 L 12 −6 L 96 EI 9 fo L
y3 L 2 0 48
6 L 2 L −6 L 4 L 0 −5 fo L2
2
f m3
48
I. KATILI
172 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Gaya internal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan nodal yang
diketahui ke dalam Persamaan (4.26) dan (4.78):
Elemen 1-2, dari Persamaan (4.78):
0 − 1 fo L
GIE − 39 fo L
T1 −12 −6 L 12 −6 L 11 f48L2
2 − f0L4 121 f o L2
2
M1 EI 6 L 4 L2
− 6 L 2 L 48o
= T 3 −12
= + 9 fo L
−6 L 12 −6 L 48 EI
o
1
M2 L fo L
2 f o L3 12 48
2 −6 L −2 L 6 L −4 L
2
96 EI 12 f o L − 4 fo L2
2
48
Elemen 2-3, dari Persamaan (4.26):
9 fo L
−6 L 48oEI 448f L2
− f L4
T2 −12 −6 L 12
M 2 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 fo L3 − 48
o
= T =3 −12 −6 L 12 −6 L 96 EI 9 fo L
M3 L 0
3 −6 L −2 L
2
6 L −4 L2 0 5 f48o L2
48
Dari Persamaan(4.85) dapat di hitung reaksi perletakan:
BNE
R y1 −12 6 L − 12 f o L
{}
Rm EI −6 L 2 L2 v 1 2
= 2 − − 12 f o L
R 1
3 −12 −6 L θ2
y3 L 2 0
Rm3 6L 2L 0
39 fo L
R y1
BNE
−12 6 L f o L4 − 12 f o L 1148
f L2
Rm1 EI −6 L 2 L2 2 = − − 1 f L2
48 EI − =
v 48o
=
atau: R 3 −12 −6 L 3 12 o 9 fo L
y3 L f L
2 θ 2 = o 48
0
Rm3 6 L 2 L 96 EI 0 −5 fo L2
48
v2
Titik belok θ2
9 fo L
48
Diagram T
foL
39 f o L
− 48
11 f o L2
Diagram M 48 5 f o L2
48
4 f L2
− 48
0
I. KATILI
Balok 173
f m EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 θ − 1 f o L2
= f 1 3 −12 −6 L 12 −6 L v1 − −121 f L (4.86)
y2 L 2 2
2 o
6 L 2 L −6 L 4 L θ2 121 f o L2
2
f m2
Persamaan kekakuan elemen 2-3:
f y2 12 6 L −12 6 L v2
f m2 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 θ2
f = 3 −12 −6 L 12 −6 L v (4.87)
y3 L 2 θ
3
3
f m 6 L 2 L2
−6 L 4 L 3
− 12 f o L − 12 f o L
EI , L EI , L
2
− 12
1
f o L2 1 Elemen 1-2 2 1
f o L2 Elemen 2-3 3
12
Dari Persamaan (4.86) dan (4.87) dapat diperoleh persamaan kekakuan struktur yaitu:
BNE
Fy1 12 6 L −12 6 L 0 −1 f L
Fm
0 v1 12 o 2
6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 0 θ1 − 12 f o L
F 1 EI −12 −6 L 24
y −12 6 L v 1
θ2 − −1 2 f o L2
0
F 2 2
8 L2 −6 L 2 L2
(4.88)
m2 L3 6 L 2 L 0
v2 12 f o L
Fy3 0 0 −12 −6 L 12 −6 L θ3
0
Fm3 0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2 3
0
Dengan kondisi batas v =θ =v =0 (Gambar 4.26), maka Persamaan (4.88) menjadi:
1 1 3
I. KATILI
174 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
BNE
Fy1 = Ry1 12 6 L −12 6 L 0 0 v1 = 0 − 2 f o L
1
Fm = Rm
F 1 = 0 1 EI 6 L 4 L −6 L 2 L
2 2
0 0 θ1 =0 − 121 f o L2
y −12 −6 L 24 0 −12 6 L v2 − 1 f o L
F 2 = 0 3 6 L 2 L2 − (4.89)
−6 L 2 L2 θ2 1 f L2
2 2
0 8 L
m2 L 0 0 −12 −6 L 12 −6 L v3 = 0 12 o
Fy3 = Ry3 0
Fm3 = M 0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2 θ3 0
Persamaan di atas disusun kembali untuk memudahkan penyelesaiannya,
BNE
0 v = 0 − 2 fo L
1
Ry1 12 6 L 0 −12 6 L
R 2 6 L 4 L2
0 θ1 =0 − 121 f o L2
1
0 −6 L 2 L2
Ry
m1
EI 0 0 12 −12 −6 L −6 L v3 = 0 0
6 L v2 − − 1 f o L
3 (4.90)
L
3 − 12 −6 L −12 24 0
0 2 θ 2
6 L 2 L −6 L 0 8 L 2 L 2 1 f L2
2 2
0
0 0 −6 L 6 L 2 L2 4 L2 θ3 0
o
M
12
sehingga persamaan dapat dengan mudah diselesaikan.
−1
v2 L3 24 0 6L − 1 f0 L
0 8 L2 1 2 2 L3 −266
θ2 = 2 L2 12 f 0 L = −40,387 (4.91)
θ
3 EI 6 L 2 L2 4 L2 8000 EI 179, 466
Gaya internal transversal dan momen dapat diperoleh sebagai berikut:
Untuk elemen 1-2 (Persamaan 4.72):
GIE
− 2 fo L
1
T1 −12 −6 L 12 −6 L v1 = 0 −2,980 kN
M1 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 L3 θ1 =0 121 f o L2 6,803 kN - m
=T 3 −12 −6 L 12 −6 L= v = +
−266 1 f L −0,980 kN
M2 L −6 L −2 L2 6 L −4 L2 EI θ2 =−40,387 12 o 2 −3,098
kN − m
2 2 f o L
12
Untuk elemen 2-3 (Persamaan 4.26):
T2 −12 −6 L 12 −6 L v2 = −266 −0,980 kN
M 2 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 L3 θ2 =−40,387 −3,098 kN − m
T = 3 −12 −6 L 12 −6 L EI v3 = 0 −0,980 kN
M3 L 2 θ =179, 466 −8 kN − m
3 −6 L −2 L 6 L −4 L 3
2
θ2 v2 θ3
Titik belok
Diagram T - 0,980 kN
- 2,980 kN
6,803 kN-m
Diagram M
- 3,098 kN-m
-8 kN-m
Gambar 4.27 Kurva Defleksi, Diagram T dan M
I. KATILI
Balok 175
Dengan demikian reaksi pada perletakan dari Persamaan 4.91 dapat dihitung sebagai berikut:
BNE
−12 6 L 0 3 −266 − 2 f o L
1
Ry1 2,980
kN
EI −40,387 − − 1 f o L2 = 6,803
L
Rm1 = − kN − m
2
6 L 2 L 0
Ry3 L −12 −6 L −6 L EI 179, 466 0
3 12
−0,980 kN
E, I ( x )
-f0 Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3
Rm1
x
3
2 EI
1
Ry1 L L
Ry3 Fy1 , v1 Fy2 , v2 Fy3 , v3
Gambar 4.28 Balok dan Pemodelan Dua Elemen
Karakteristik balok: E = 200×107 N/m2 ; I ( x ) =−
x x
1 I1 + I 2
L L
Persamaan kekakuan elemen:
L L
x x
Elemen 1-2: [ k ] =
E ∫ I ( x ) { Bb } Bb dx =
EI1 ∫ 1 − { Bb } Bb dx + EI 2 ∫ { Bb } Bb dx
L
0
0 L 0
L
6 I1 + 6 I 2 4 I1 + 2 I 2 −6 I1 − 6 I 2 2 I1 + 4 I 2
L3
L2 L3 L2
4I + 2I 3I1 + I 2 −4 I1 − 2 I 2 I1 + I 2
1 2 2
[ ]
2
k = E L L L L (4.92)
−6 I1 − 6 I 2 −4 I1 − 2 I 2 6 I1 + 6 I 2 −2 I1 − 4 I 2
L3 L2 L3 L2
2 I1 + 4 I 2 I1 + I 2 −2 I1 − 4 I 2 I1 + 3I 2
L2 L L2 L
=
Dan untuk: I1 2= I ; I 2 I persamaan kekakuan elemen 1-2 adalah:
f y1 18 10 L −18 8 L v1
f m1 EI 10 L 7 L
2
−10 L 3L2 θ1
= 3 (4.93)
f y 2 L −18 −10 L 18 −8 L v2
f
8L 3L2 −8 L 5 L2 θ2
m2
f y2 12 6L −12 6 L v2
f m 2 EI 6 L 4 L
2
−6 L 2 L2 θ2
Elemen 2-3: = (4.94)
f y 3 L −12 −6 L 12 −6 L v3
3
6L 2L
2
−6 L 4 L2 θ3
f m3
I. KATILI
176 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Kondisi batasnya adalah v1 =θ1 =v3 =0 . Setelah penggabungan dan pengelompokan persamaan
kekakuan struktur, adalah:
R y1 18 10 L 0 −18 8 L 0 v = 0
10 L 7 L2 0 θ1 =0
Rm1 1
R − 1 f L 0 −10 L 3 L2
y 3 2 o EI 0 0 12 −12 −6 L −6 L v3 = 0
− 1 f o L = 3 −18 −10 L −12 30
−2 L 6 L v2
12 L
− 12 f o L
2
8L 3L 2
−6 L −2 L 9 L 2
2 L θ2
2
1 f o L2 0 0 −6 L 6 L 2 L2 4 L2 θ3
12
Dengan demikian persamaan di atas dapat diselesaikan dengan mudah.
−1
30 −2 L 6 L − 2 f o L
1
v2 −135 L
L 3
2 1 2
L3 f 0
θ2 = −2 L 9 L 2 L − 12 f o L = −138
2
θ EI 6 L 2 L2 4 L2 1 3432 EI 343
3 12 f o L2
Gaya internal elemen:
Elemen 1-2:
T1 −18 −10 L 18 −8 L v1 = 0 −221L
M 10 L 2 θ =0 2
1 EI 7 L −10 L
2
3L L f 0
3
f 0 156 L
=
1
T2 L3 −18 −10 L 18 −8 L 3432 EI v2 = −135 L 572 −221L
M 2 −8 L −3L 8 L −5 L2 θ2 =−138 −65 L2
2
Elemen 2-3:
GIE
T2 −12 −6 L 12 −6 L v2 = −135L − 12 L −221L
M 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 L3 f θ =−138 1 2
2 EI 0 2 12 L f 0 −6 L2 5
= +
0 1
f
L3 −12 −6 L 12 −6 L 3432 EI v3 = 0
T3 2L 572 351L
M 3 θ3 =343 1 L2 0
−6 L −2 L 6 L −4 L2
2
12
θ3
v2
Titik belok θ2
− 65 f 0 L2
572
Diagram T
f0L
156 f 0 L2
572
351 f 0 L
Diagram M 572
− 65572
2
f0 L
Dengan demikian reaksi luar dan momen lentur pada perletakan dapat diketahui.
I. KATILI
Balok 177
D = 4” -2000 lb
D = 3” D = 2” Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3 Fm4 , θ4
Rm1
x
2 3 4
1
Ry1 L L L
Fy1 , v1 Fy2 , v2 Fy3 , v3 Fy4 , v4
Gambar 4.30 Balok dan Pemodelan Tiga Elemen
f y2 12 6 L −12 6 L v2
f m 2 EI 2 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 θ2
Elemen 2-3: = 3
f −12 −6 L 12 −6 L v3
y3 L 2
6 L 2 L −6 L 4 L θ3
2
f m3
f y3 12 6 L −12 6 L v3
f m3 EI 3 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 θ3
Elemen 3-4: f = 3 −12 −6 L 12 −6 L v
y4 L 2
4
6 L 2 L −6 L 4 L θ4
2
fm4
Dari ketiga persamaan di atas diperoleh persamaan kekakuan struktur:
Fy 2 = 0 12 ( I1 + I 2 ) 6 L ( I 2 − I1 ) −12 I 2 6 LI 2 0 0
v2
Fm 2 = 0 6 L ( I 2 − I1 ) 4 L ( I1 + I 2 )
2
−6 LI 2 2
2L I2 0 0 θ2
Fy 3 = 0 E
−12 I 2 −6 LI 2 12 ( I 2 + I 3 ) 6 L ( I 3 − I 2 ) −12 I 3 6 LI 3 v3
F = 0 = 3
m3 L 6 LI 2 2
2L I2 6 L ( I 3 − I 2 ) 4 L2 ( I 2 + I 3 ) −6 LI 3 2 L2 I 3 θ3
Fy 4 = −2000 0 0 −12 I 3 −6 LI 3 12 I 3 −6 LI 3 v4
Fm 4 = 0 θ
0 0 6 LI 3 2L I32
−6 LI 3 4 L2 I 3 4
I. KATILI
178 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
v2 −10, 417
θ 2 −0,977
v3 64 L3 −50,524
Sehingga diperoleh: = −2,828
θ
3 πE
v4 −148,759
θ 4 −5,953
v2
θ2
= = {
Reaksi perletakan adalah: R y1 = Fy1
Rm1 = Fm1 }E −1 I12 6 LI1 0 0 0 0 v3
L3 −6 LI1 2 L I1 0 0 0 0 θ3
2 {120000
2000
}
v4
θ4
v2
v3
θ2 v4
θ3
2000 lb θ4
Diagram T
120000 lbft
Diagram M
80000 lbft
40000 lbft
Dengan demikian reaksi luar dan momen lentur pada perletakan adalah:
I. KATILI
Balok 179
{ }
R y1
Rm1
E −1 I12 6 LI1 0 0 0 0 64 L3 v3 =
=3 −6 LI
L
2
1 2 L I1 0 0 0 0 πE 3θ =
−50,524
−2,828
{120000
−2000
}
v4 = −148,759
θ4 =−5,953
4.9.5 Balok di Atas Fondasi Elastis
- f0
Fm1 , θ1 Fm2, θ2 Fm3 , θ3
3 x
1
2 s
10 m Fy3 , v3
Fy1 , v1 Fy2 , v2
f y2 12 6 L −12 6 L 54 −13L v2 − 2 f o L
1
156 22 L
f m2 EI 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 sL 22 L 4 L2 2
13L −3L2 θ2 − − 12 f o L
1
= +
f 3 −12 −6 L 12 −6 L
420 54 13L 156 −22 L v3 − 1 f o L
y3 L 2 2 2
f m3 6 L 2 L −6 L 4 L −13L −3L −22 L 4 L θ3 121 f o L2
2 2
I. KATILI
180 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
v1 v3
v2
2500 N 2500 N
Diagram T
2500 N 2500 N
2083,333 Nm 2083,333 Nm
Diagram M
2083,333 Nm 2083,333 Nm
Gaya internal pada balok hingga di atas fondasi elastis yang dibebani merata sepanjang
balok adalah nol, tetapi solusi momen dan transversal yang dapat dilihat pada Gambar 4.33 tidak
sama dengan nol. Hal ini disebabkan oleh pemodelan balok hanya dengan dua elemen. Jika
jumlah elemen diperbanyak, maka gaya internal yang dihasilkan akan menjadi semakin kecil,
sehingga mendekati nol.
I. KATILI
BAB 5
PORTAL BIDANG
Pada Bab 3 dan 4 filosofi dasar dari metoda elemen hingga telah dijelaskan dan matriks
kekakuan untuk elemen rangka dan elemen balok telah dijabarkan dan digunakan pada beberapa
aplikasi. Pada bab ini metoda ini diperluas untuk menghasilkan analisis dari portal bidang.
Struktur portal didefinisikan secara fisik sebagai penyusunan pada bidang dua dimensi (X-Y) dari
elemen lurus yang saling berhubungan pada simpul kaku. Semua elemen struktur terletak pada
sebuah bidang dan gaya juga bekerja pada bidang itu. Definisi ini tidak berlaku pada grid di
mana elemennya terletak pada satu bidang tetapi gaya bekerja tegak lurus pada bidangnya.
Dalam kasus struktur portal bidang, elemen balok tidak hanya berorientasi pada
sumbu horizontal saja tetapi balok juga dapat ke arah mana saja dalam bidang dua dimensi.
Elemen tersebut dapat mengalami gaya aksial, gaya transversal, dan momen lentur. Agar
termasuk dalam problem portal bidang, sebuah elemen harus memiliki tiga derajat kebebasan
pada setiap nodal yaitu; dua komponen peralihan U dan V masing-masing pada arah X dan Y,
dan sebuah putaran sudut θ seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.1. Pada tiap nodal, gaya
nodal elemen yang terkait untuk derajat kebebasan U, V, dan θ adalah gaya f X , f Y dan sebuah
momen lentur f m . Arah elemen ini membentuk sudut φ berlawanan arah jarum jam terhadap
sumbu X global. Balok memiliki modulus elastisitas E, luas penampang A, momen inersia I dan
panjang L.
Untuk menurunkan matriks kekakuan 6×6 elemen ini, pertama harus mengkombinasikan
matriks kekakuan 2×2 untuk elemen rangka dan matriks kekakuan 4×4 untuk balok sehingga
menjadi matriks 6×6. Kemudian matriks kekakuan ini ditransformasikan dari koordinat lokal
menjadi koordinat global.
fY2 ,V2
f m2 , θ2
f X 2 ,U 2
fY1 ,V1
Y,V f X1 ,U1 φ
f m1 , θ1
X,U
I. KATILI
212 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f m1 , θ1 f m2 , θ2
f x2 , u 2
f x1 , u1 1 2 x, u
f y1 , v1 f y2 , v 2
I. KATILI
Portal Bidang 213
EA EA
L 0 0 − 0 0
L
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI BNE
fx 0 0 − 3 2
fx
f
1
L3 L2 L L u 1
y1 0 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI v11 f y1
f m1 0 − 2
f = EA L2 L L L θ1 − f m1 (5.2a)
EA u f
x2 − 0 0 0 0 v 2 x2
f y2 L L 2 f
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI θ2 y2
f m2 0 − − 0 − 2 f m2
L3 L2 L3 L
0 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
0 − 2
L2 L L L
atau secara simbolik: { f n }lokal
= [ k ]lokal {un }lokal − { f n }lokal
BNE
(5.2b)
di mana relasi di atas menunjukkan formulasi yang mengacu pada lokal koordinat.
I. KATILI
214 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f Y2 , V2
f x2 , u 2
2
f m2 , θ2 f X 2 ,U 2
f m2 , θ2
2
f y2 , v 2
f m1 , θ1
f m1 , θ1
φ Y
f X1 , U 1 φ
1
y
x 1
f y1 , v1
f x1 , u1 φ f Y1 , V1
X
Gambar 5.3 Transformasi Koordinat Lokal (x, y) ke Koordinat Global (X, Y)
Matriks transformasi ini merupakan matriks orthogonal yaitu: [T]-1 = [T]T (5.6)
Persamaan (5.5) dapat ditulis dalam bentuk invers,
Kita juga dapat mentransformasikan keenam derajat kebebasan pada sistem koordinat
lokal ke dalam sistem koodinat global:
{un }lokal = [T ]{un }global (5.8)
di mana matriks transformasi [T] sama seperti yang digunakan pada gaya nodal dan momen
lentur seperti pada Persamaan (5.3).
Substitusi Persamaan (5.5) untuk vektor { f n }lokal dan Persamaan (5.8) untuk vektor
{ f n } global ke dalam persamaan kekakuan (5.2b) dalam sistem koordinat lokal, dihasilkan:
[T ]{ f n } global = [ k ] [T ]{un } global (5.9)
dengan menggunakan sifat ortogonal matriks [T], dihasilkan:
{ f n }global [ k=
]global {un }global di mana : [ k ]global [T ] [ k ]lokal [T ]
T
= (5.10)
I. KATILI
Portal Bidang 215
I. KATILI
216 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
N1
GIE
0
T − 1 f o L
1 2 2
M 121 f o L
1 =
0
(5.14)
N2 1
T2 2 fo L
M 2 1 f o L2
12
Untuk tipe pembebanan lainnya, Gaya Internal Ekuivalen (GIE) dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Pada nodal i gaya internal N, T dan M untuk setiap nilai positif atau negatif dan
pengaruhnya terhadap elemen diferensial dx adalah sebagai berikut:
Ni + Ni Ni _ Ni
dx dx
Ti + Ti Ti _ Ti
dx dx
Mi _ Mi
Mi
+ Mi
dx dx
Gambar 5.4 Pasangan Gaya internal N, T dan M untuk Setiap Nilai Positif dan Negatif pada Nodal i.
I. KATILI
Portal Bidang 217
1 M
Y
2
L
X 3
Untuk solusi lengkap di mana deformasi aksial dan lentur diperhitungkan, maka kontribusi
kekakuan masing-masing elemen setelah kondisi batas Persamaan (5.11),
EA
L 0 0
fX 2 U
12 EI 6 EI 2
untuk elemen=1-2: fY 2 0
− 2 V2
f m 2 L3 L θ
6 EI 4 EI 2
0 − L2 L
12 EI 6 EI
L3 0
f X 2 L2 U
EA 2
untuk elemen 2-3: fY 2 = 0 0 V2
f m 2 6 EI L θ
4 EI 2
0
L2 L
Persamaan kekakuan struktur setelah kondisi batas adalah:
I. KATILI
218 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA 12 EI 6 EI
L + L3 0
L2
0 12 EI EA 6 EI U 2
= 0 0 + − 2 V2
M 6 EI L3
6 EI
L
8
L θ2
EI
− 2
L2 L L
Jika digunakan parameter s, di mana s2 = AL2/I, solusi persamaan di atas adalah:
3 ML2 (12 + s 2 ) ML
U 2 =−V2 =− ; θ 2 =
4(3 + s 2 ) EI 8(3 + s 2 ) EI
2
Perlu diketahui bahwa s selalu nilai yang besar untuk elemen portal dengan rasio penampang
dan panjang yang umum dipakai. Untuk penampang melintang dengan tinggi h, sebagai contoh
A/I =12 h2 sehingga s2 = 12(L/h)2 dan biasanya L/h >10. Jadi, pada batas geometri ketika s2→ ∞,
ML
solusi lengkap memberikan: U 2 = V 2 → 0 dan θ2 =
8 EI
Jika kekakuan aksial EA sekarang diabaikan, solusi dapat diperoleh dengan menyatakan s = 0
ML2 ML
dan solusi memberikan: U= 2 V= 2 dan θ2 =
4 EI 2 EI
Perlu diketahui bahwa solusi eksak tidak diperoleh dari kedua cara di atas.
Bagaimanapun juga, solusi kedua jelas tidak realistis, memberikan nilai rotasi pada nodal 2
besarnya empat kali daripada solusi pertama yaitu kasus portal langsing. Hal ini terjadi di mana
kekakuan aksial telah dibuang sedangkan elemen tetap mempunyai kemungkinan memanjang.
Untuk mengakomodasi ciri dari elemen yang tidak dapat memanjang pada aplikasi
perhitungan nilai peralihan U 2 dan V 2 dinyatakan menjadi nol. Kemudian jumlah persaman
struktur di atas diubah dari tiga menjadi satu persamaan saja:
8 EI ML
M = θ2 atau θ=2
L 8 EI
Ini adalah nilai yang diperoleh bila digunakan cara slope deflection atau moment distribution.
Hitung peralihan struktur simpul kaku yang diperlihatkan pada Gambar 5.6a di mana E,
I dan A sama pada semua elemen. Untuk nilai numerik EA = 8×105 kN, EI = 4000 kNm2, L = 2m
dan P = 50 kN.
2L
P
1 2
Y L
3 2L
X 4
I. KATILI
Portal Bidang 219
Portal dimodelisasi dengan elemen 1-3, 1-2, dan 2-4 yang matriks kekakuannya dapat dihasilkan
dengan menggunakan Persamaan (5.11).
12 EI
L3
EA
f X1 0 simetris
fY L U1
f 1
6 EI
0
4 EI V1
m1 2
L θ1
Elemen 1-3: f = 12LEI 6 EI 12 EI U 3
X3
− 3 0 − 2 V3
fY3 L L L3 θ
f m3 0 −
EA
0 0
EA 3
L L
6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
− 2
L
0 0
L2
L L
EA
2L
3EI
f X1 0 simetris
U1
3
fY 2L
f 1 0
3EI 2 EI V1
m1 2
L θ1
Elemen 1-2: f = EA 2L
EA U 2
X 2 − 0 0
fY2 2 L V
2L θ2
f m2 3 EI
0 − 3 − 2
3 EI
0
3 EI 2
2L 2L 2 L3
3EI EI 3EI 2 EI
0 − 2
L
0
2 L2 L 2L
3EI
2 L3
EA
f X2 0 simetris
fY 3EI
2L U 2
f 2 0
2 EI V2
m2 2 L2 L θ2
Elemen 2-4: f = 3EI 3EI 3EI U 4
X 4 − 3 0 − 2 V4
fY4 2 L 2L 2 L3 θ
f m4 EA EA 4
0 − 0 0
L 2L
3EI EI 3EI 2 EI
− 2
L
0 0
2 L2 L 2L
Kondisi batas adalah U 3 = U 4 = 0 dan derajat kebebasan bebas adalah U 1 ,V 1 , θ 1 ,U 2 ,V 2 ,
θ 2 . Persamaan kekakuan struktur kemudian disusun dengan menggunakan prosedur superposisi
kekakuan, yaitu:
I. KATILI
220 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
12 EI EA
L3 + 2 L
EA 3EI
FX1 0 + 3 simetris
FY 6 EI L 2L U1
F
1 3 EI 6 EI V1
m1 2 2 θ1
F = L
EA
2 L L
EA 3 EI U 2
X2 − 0 0 + 3 V2
FY2 2L L 2L
θ2
Fm2 0
3EI
− 3 − 2
3EI
0
3EI EA
+
2L 2L 2 L3 2 L
3EI EI 3EI 3EI 4 EI
0 −
2 L2 L 2 L2 2 L2 L
di mana untuk beban ditunjukkan pada Gambar 5.6a hanya F X1 = P tidak nol pada matriks
kolom dari beban. Dengan diketahui nilai numerik dari EA, EI, L, dan P persamaan ini dapat
diselesaikan untuk mendapatkan hasil, yaitu:
<U 1 V 1 θ 1 U 2 V 2 θ 2 > = < 13,477 m -0,028m 6,6015 rad 13,433 m 0,056 m 0,8840 rad >
10-3
Untuk menggambar diagram momen, diperlukan perhitungan gaya internal momen pada
nodal elemen. Ini dapat diperoleh dengan melakukan substitusi balik nilai nodal peralihan ke
dalam hubungan persamaan kekakuan elemen. Nilai momen pada sistem lokal adalah sama
dengan sistim global. Dengan menggunakan persamaan kekakuan elemen pada sistem global,
kita peroleh:
U1
6 4 6 2 V 1
Untuk elemen 1-3:
M1
M3
= EI L
6 { }
2 0 − L − L2 0 − L θ1
− 2 0
2 6
0
4 U 3
L L L2 L V3
θ3
13, 477
−0,028
= 4000 −1,5 =
M1
M3
{ }
1,5 0
0
− 2 −1,5 0 −1 66,015
1 1,5 0 2 0 × 10
0
−3 28,048
−54, 454 kNm { }
0
=
Elemen 1-2 dan 2-4: { } {=
M1
M2 −16,613} kNm ; {M } {−18,381}
28,048 M 16,613 2
4
kNm
28,048 kN
−16, 613 kN
-54,454 kN
18,381 kN
I. KATILI
Portal Bidang 221
I. KATILI
222 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
I. KATILI
222 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
L L
2 3
L
-P 1 EI P
Karena portal bidang bujur sangkar adalah sebuah struktur yang simetri ganda, hanya
seperempat struktur saja kita modelkan dengan dua elemen 1-2 dan 2-3. Alasan bahwa kita
mengasumsikan elemen-elemen tersebut tidak berdeformasi aksial adalah untuk menghilangkan
derajat kebebasan aksial sehingga kita dapat mendapatkan contoh yang mudah untuk
mendemonstrasikan prosedur yang dibutuhkan. Untuk contoh kasus ini, dipakai asumsi bahwa
deformasi aksial diabaikan.
Kondisi batas untuk model dua elemen ditunjukkan dalam Gambar 5.7 adalah:
V1 = θ1 = U3 = θ3 = 0 akibat simetri
V 2 = U 2 = 0 akibat tidak dapat berdeformasi aksial.
Sebagai hasilnya, kita hanya perlu memformulasikan tiga persamaan kekakuan yang dirakit dari
kedua persaman kekakuan elemen yang didefinisikan dalam Persamaan (5.11). Sinus dan
cosinus arahnya adalah: untuk elemen 1-2: C = 0 dan S = 1, untuk elemen 2-3: C = 1 dan S = 0,
12 6
P L2 − 0
−
2 L
EI 6 6 U1
sehingga kita mendapatkan: 0 = − 4 + 4 − θ2
0 L L L V
0 6 12 3
−
L L2
P
60 −
U1 L 72
3
2 PL2 5 L
solusinya adalah: θ2 = tidak diperlukan 0 = − 6 (5.15)
288 EI L 48 EI 3L
V3 36 0
Gaya geser transversal dan momen lentur dapat diperoleh dengan mensubstitusikan
peralihan titik nodal yang dihasilkan dan rotasi dalam persamaan kekakuan elemen (5.11).
I. KATILI
Portal Bidang 223
6
0 − 0
0
L P
0 −2
N1 6 EI 5 L
T1 − 2 tidak diperlukan 2 0 3PL
M L PL 0
2
Untuk elemen =
1-2: N1 0 6= + 48 EI 0 80
T2 L 0 P
M2 12 EI 6 −
2 L3 0 2
6 EI − PL
2 4 8
L
0 0
6 EI 12 EI 0
− 2
N2 L L 3
0 0
T2 tidak diperlukan 4 EI 6 EI
− 2
0 PL
M 2 PL2 −
Untuk= L = − 6
elemen 2-3: N 0
L
0 0 08
T3 48 EI
0
M
3 6 EI
− 2
12 EI
3L
3 L L3 0 − PL
2 EI 6 EI 8
−
L L 2
Kurva defleksi, gaya geser transversal, dan diagram momen lentur ditunjukan dalam Gambar
5.8.
Sangat penting untuk diingat bahwa gaya f X dan f X dalam elemen 2-3 diperoleh
2 3
harga nol, yang jelas-jelas seharusnya sama dengan -P/2 dan P/2.
Hal ini disebabkan oleh asumsi tanpa deformasi aksial bahwa U 2 = 0. Marilah kita abaikan
kondisi tanpa deformasi aksial tersebut.
-PL/8
θ2
θ2 V3 -P/2 3PL/8
U1 Titik belok
P/2
Gambar 5.8 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.7.
I. KATILI
224 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
PL 5 PL3
5 AL2 P −
{ }
−
=
U1 L
= 1 + 1 − 2 EA 48 EI
Solusinya adalah: 24 I 2
U2 EA 1 0
PL
1 −
2 EA
dan: {} θ2
V3
= − {}
PL2 6
48 EI 3L
(5.16)
Solusi untuk θ 2 dan V 3 adalah sama seperti yang diperoleh dalam kasus tanpa perpanjangan kaku
(Persamaan (5.15)). Solusi untuk U 1 dan U 2 adalah bagaimanapun berbeda. Tampak bahwa
ketika efek kekakuan aksial EA diperhitungkan dalam matriks kekakuan elemen 2-3 dengan
memasukkan U 2 ≠ 0, skala peralihan U 1 dan U 2 bertambah sebesar PL/2EA.
Ketika harga baru untuk peralihan dan rotasi disubtitusikan ke dalam kedua persamaan
gaya internal elemen, kita mendapatkan:
0 P
P 2
−
N1 2 N2 0
T1 3PL T2 PL
M1 8 M −
= N = dan 2 8
0 N P
2 3
T
−
2 P T3 2
M 2 2 M3 0
PL PL
− 8 − 8
Jika dibandingkan dengan hasil yang didapat dalam kasus tanpa perpanjangan pada elemen 2-3
diperoleh, N 2 dan N 3 sekarang memiliki harga P/2 dan P/2, sebagai ganti dari nilai nol. Dengan
demikian gaya aksial untuk masalah ini tidak terabaikan.
I. KATILI
Portal Bidang 225
-P
L
1
2
L
4
3
L
-P
I. KATILI
226 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA 24 EI
L + L3 0 0
12 EI 6 EI
0 − 2
0 L3 L
− P 12 EI 6 EI 6 EI
0 − 2 U 2
2
0 = EA L 24 EI L L V
2
− − 3 0 0 θ2
− P L L
0 12 EI 6 EI
0 − 2
L3 L
12 EI 6 EI 6 EI
−
L2 L2 L
Persamaan pertama atau keempat memberikan: U 2 = 0
Persamaan ke-2 dan ke-3 (atau ke-5 dan ke-6) memberikan hasil yang sama:
{ }
U2
θ2
= { }
PL3 −1
6 EI −1/ L
Tampak bahwa kekakuan aksial EA tidak muncul dalam solusi. Jelas bahwa kekakuan
aksial dapat diabaikan sejak awal pembentukan formula. Hal ini mengacu pada fakta bahwa
ketiga elemennya hanya memikul momen lentur dan gaya geser transversal, tidak ada gaya
aksial. Bentuk defleksi ditunjukkan dalam Gambar 5.10. Gaya-gaya dan momen untuk elemen 1-
2 diperoleh dengan mengalikan masing-masing matrik kekakuannya dengan keenam derajat
kebebasan nodal.
N1 0
T1 −1
M1 2L / 3
N = P 0
2
T2 1
M 2 − L / 3
Karena antisimetris, gaya geser transversal dan momen lentur untuk elemen 1-2 sudah cukup
untuk menggambar diagram geser transversal dan momen lentur untuk seluruh portal bidang
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.10.
V2
2PL/3
Titik belok
θ2 Diagram T Diagram M
PL/3
P
V3
θ3 2PL/3
Gambar 5.10 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.9.
I. KATILI
Portal Bidang 227
L L
2
3
L
-P 1 P
L
Gambar 5.11 Portal Bujur Sangkar Tak Berdeformasi Aksial Diperkaku dengan Rangka Batang.
Sebagai hasilnya kita hanya perlu merakit tiga persamaan kekakuan untuk kedua elemen portal
dan dua persamaan kekakuan untuk elemen rangka. Untuk dua sistem elemen portal:
12 6
L2 − L 0
FX 1 EI 6 6 U1
0 = − 8 − θ2 (5.17)
L L L V3
FY 3
0 − 6 12
L L2
Untuk kedua elemen rangka dengan panjang √2L dan kekakuan aksial 12√2EI/L2, dari
Persamaan (3.27) kita peroleh:
= { }
FX 1
FY 3 1
2 L − 2
{}
1 V
2 3
{}
EA 12 − 12 U1 6 EI 1 −1 U1
=
L3 −1 1 V3
(5.18)
P
Karena simetri, kondisi pembebanan untuk seperempat struktur adalah: F X1 = −
2
Persamaan kekakuan keseluruhan yang didapatkan dengan superposisi Persamaan (5.17) dan
(5.18).
I. KATILI
228 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
18 6
P 2 − 0
− 2 L
L U 1
EI 6 6
0 = − 8 − θ 2
0 L L L
6 12 V3
0 −
L L2
P
U1 108 − 9 L
L3 144 2 PL2
Solusinya adalah: θ
2 = tidak diperlukan 0 = − 12
V 576 EI L 0 96 EI
3 84 7 L
Kurva defleksi untuk struktur ditunjukkan dalam Gambar 5.12. Gaya geser dalam dan momen
lentur diperoleh dengan substitusi hasil peralihan dan rotasi ke dalam kedua persamaan
kekakuan elemen.
θ2 -PL/16 P/8
PL/16
-5PL/16
V3
5PL/16
-
-3PL/16 3P/8 -3P/8
U1
-3P/8 3P/8
3PL/16
Titik belok
P/8
-P/8
Kurva Defleksi Diagram M Diagram T
Gambar 5.12 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.11.
N1 0 N2 0
T1 −
6 T2 −2
M1 P 5L M 2 P − L
= N = 0 dan N 0
T 2 16 −6 T 3 16 −2
M2 − L M3 −3L
2 3
Diagram gaya geser transversal dan momen lentur diplot dalam Gambar 5.12.
Gaya aksial pada elemen rangka diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.34):
=N13 =
EA
L 2
cos 450 sin 450
PL3 9 P 2
96 EI −7 8 { } tarik
Pada diagram geser transversal kita dapat melihat bahwa di sana terdapat lompatan 3P/4 dan
bukan P pada nodal 1. Selisih lompatan gaya ini sama besarnya dengan gaya yang diserap oleh
kedua elemen rangka, yaitu sebesar P/4. Pada nodal 3 juga terdapat lompatan gaya sebesar P/4
karena besaran ini terserap oleh kedua elemen rangka.
I. KATILI
Portal Bidang 229
Tiga elemen portal digunakan untuk memodelkan struktur. Sinus dan cosinus arah dari
1 1 1 1
elemen 1-2: C = ; S= , elemen 2-3: C=1 ; S = 0, elemen 3-4: C = ; S= −
2 2 2 2
Kondisi jepit pada dasar struktur menunjukkan bahwa: U 1 = V 1 = θ 1 = U 4 = V 4 = θ 4 = 0
Kita mempunyai total enam persamaan kekakuan untuk sistem tiga elemen:
3EA 6 EI
2 L + L3
EA 6 EI EA 18 EI
− 3 + 3 simetris
FX 2 = 0, 5 P 2 L L 2L L U 2
FY = 0 3EI 2 6 EI − 3EI 2 8EI V
2 2
Fm2 = 0 L 2
L 2 L θ2
F = 0, 5 P =
− U 3
EA 3 EA 6 EI
X3 0 0 + 3
FY3 = 0 L 2L L V3
Fm = 0 θ
3
12 EI 6 EI EA 6 EI EA 18 EI
3 0 − 3 − 2 − + 3 + 3
L L 2L L 2L L
6 EI 2 EI 3EI 2 3EI 2 − 6 EI 8 EI
0
L2 L L2 L2 L
Karena kasus ini adalah portal simetris dan bebannya tegak lurus pada sumbu simetri,
diharapkan bahwa bentuk defleksi akan antisimetri seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
5.14. Peralihan dan rotasi pada nodal 2 dan 3 dapat dihubungkan seperti di bawah ini:
U2 = U3 ; V 2 = -V 3 ; θ2 = θ3
Tiga kondisi antisimetri diterapkan dengan menjumlahkan kolom keempat dengan kolom
pertama, mengurangi kolom kelima dari kolom kedua, dan menambahkan kolom keenam ke
kolom ketiga, dalam matriks kekakuan di atas.
I. KATILI
230 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA 6 EI EA 6 EI 3EI 2
+ 3 −
2L L 2 L L3 L2
EA 6 EI EA 30 EI 12 EI − 3EI 2
− + 3
FX 2 2 L L3 2L L L2
0 3EI 2 12 EI − 3EI 2
U
10 EI
0 L2 L2 L 2
F = V2 (5.19a)
X 3 EA + 6 EI EA 6 EI
−
3EI 2
θ2
0 2L L3 2 L L3 L 2
0 EA 6 EI EA 30 EI 3EI 2 − 12 EI
− + 3 − − 3
2L L 2L L L2
3EI 2 12 EI − 3EI 2 10 EI
L2 L2 L
Tampak dalam Persamaan (5.19a) bahwa tiga persamaan pertama dan tiga persamaan kedua
adalah identik yang menunjukkan bahwa dua gaya horisontal pada nodal 2 dan 3 adalah sama,
yaitu: FX 2 = FX 3 . Untuk memenuhi syarat ini, kita pecah beban P menjadi: F X 2 = F X 3 = P / 2
U3
U2 θ3 -4,078
-10,575
V3
V2
4,228 9,819
θ2 10,575
-4,078
Kurva Defleksi 9,819
Diagram T Diagram M
Gambar 5.14 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.13.
Pemecahan beban P ini membuat kondisi pembebanan antisimetris, yang tidak mengubah soal.
Mari kita ambil tiga persamaan pertama dalam Persamaan (5.19b) untuk mendapatkan
solusinya. Dengan menggunakan metode invers mendapatkan solusi:
−2
U 2 0,819 × 10
−2
V2 = −0, 713 × 10 (5.20)
θ2 0, 412 × 10−3
Karena ini adalah masalah antisimetris, hasil yang diperoleh dari Persamaan (5.20)
sudah memadai untuk kita memplot kurva defleksi yang ditunjukkan pada Gambar 5.14.
I. KATILI
Portal Bidang 231
Dengan mensubstitusi hasil yang didapat untuk peralihan nodal dan rotasi ke dalam
persamaan kekakuan untuk elemen 1-2 dan 2-3, kita mendapatkan gaya internal elemen. Untuk
1 1
elemen 1-2 dengan C = dan S = , kita memperoleh:
2 2
EA EA
L C L
S 0
12 EI 12 EI 6 EI
N1 − L3 S L3
C − 2
L
T 6 EI 6 EI 2 EI
1 2 S − 2 C U 2
M
1 = EA L L L V
EA 2
N2 C S 0 θ2
T2 L L
M 2 − 12 EI S 12 EI
C
6 EI
− 2
L3 L3 L (5.21)
6 EI 6 EI 4 EI
− 2 S C −
L
L L2
I. KATILI
232 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
1 1
Untuk elemen 3-4 dengan C = dan S = − :
2 2
EA EA
− L C −
L
S 0
12 EI 12 EI 6 EI
3 S − 3 C − 2
N3 L L L −9503, 515 9503, 515 0
T3 6 EI 6 EI 4 EI −243, 765 −243, 765 −861,84 0,819 × 10−2
M − 2 S C U 3
L V 609, 413 609, 413 2872,8
3 = L L2 0, 713 × 10−2
EA EA 3
−9503, 515 9503, 515 0
N4 − − 0 θ3 −
−243, 765 −861,84 0, 412 × 10
C S 3
T4 L L −243, 765
M 4 12 EI S − 12 EI C − 6 EI −609, 413 −609, 413 −1436, 4
L3 L3 L2
6 EI 6 EI 2 EI
2 S − 2 C −
L L L
−10, 073
−4, 09
10, 52
=
−10, 073
(5.23)
−4, 09
−9, 928
Untuk masalah portal bidang seperti ini, efek peralihan aksial pada elemen-elemen
sangat sedikit terhadap defleksinya. Maka kita dapat asumsikan bahwa elemen 1-2 adalah tidak
berdeformasi aksial. Karena nodal 2 berdefleksi dengan sudut 45° terhadap garis horisontal atau
tegak lurus sumbu elemen 1-2, maka V 2 = - U 2 . Berdasarkan asumsi tersebut, kita dapat
mereduksi dan memodifikasi persamaan kekakuan struktur (5.19b) dengan cara mengalikan
kolom 2 dengan minus dan menjumlahkannya dengan kolom satu, sehingga menjadi:
0,5P 6892,368 6547,632 609, 413 344,736 609, 413
0 6547,632 7581,84 1114, 267 −1034, 208 1114, 267
U 2
0 609, 413 1114, 267 7182 −504,854 7182 U 2
0,5P = 6892,368 6547,632 V2 = −U 2 =
609, 413 θ2
609, 413 344,736
θ2
0 −6547,632 −7581,84 −1114, 267 1034, 208 −1114, 267
0 609, 413 1114, 267 7182 −504,854 7182
Kemudian mengalikan baris dua dengan minus dan menjumlahkannya dengan baris pertama,
sehingga menjadi:
0,5P 1378,944 −504,854
0 −504,854 7182 U 2
0,5P = 1378,944 −504,854 θ
2
0 −504,854 7182
Dari dua persamaan pertama atau kedua, diperoleh:
{ }
0,5 P 1378,944 −504,854 U 2
0
=
−504,854 7182 θ2
I. KATILI
Portal Bidang 233
−2
U 2 0 ,744 × 10−2
V2 −0 ,744 × 10
θ 0 ,523 × 10−3
Secara lengkap, peralihan dk tidak nol adalah: 2 = −2 (5.24)
3 0 ,744 × 10−2
U
V3 0 ,744 × 10
θ3 0 ,523 × 10−3
Gaya internal dimana deformasi aksial diabaikan adalah:
Untuk elemen 1-2,:
EA EA
L C L
S 0
12 EI 12 EI 6 EI
N1 L3 − S C −
L3 L2 0
T 6 EI 6 EI 2 EI 0,744 × 10−2 −4,078
1 2 S − 2 C 9,819
M L L = L −0,744 × 10−2
1 EA EA 0
(5.25)
N2 C S 0 0,523 × 10−3
T2 L L −4,078
M 2 − 12 EI S 12 EI C − 6 EI −10,575
L3 L3 L2
6 EI 6 EI 4 EI
− 2 S C −
L
L L2
Untuk elemen 2-3:
−2
N 2 −13440 0 0 13440 0 0 0,744 × 10 0
−2
T2 0 −344,736 −861,84 0 344,736 −861,84 −0,744 × 10 4, 228
M 0 861,84 2872,8 0 −861,84 1436, 4 0,523 × 10−3 −10,575
N 2 = −13440 0 0 13440 0 0 0,744 × 10−2
=
0
3
T3 0 −334,736 −861,84 0 344,736 −861,84 0,744 × 10 4, 228
−2
I. KATILI
234 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
3 12EI 4
EI EI L
2 12EI 5
EI EI L
1 6
2L
Gambar 5.15 Portal Dua Lantai yang Dibebani Beban Terbagi Merata pada Lantai Kedua.
Telah ditunjukkan dalam Subbab 4.8.1 bahwa beban kerja ekuivalen yang terkonsentrasi
pada nodal dapat diperoleh untuk menggantikan beban terbagi merata -f o . Menggunakan Tabel
4.2 untuk beban nodal ekuivalen, kita mendapatkan untuk elemen 3-4:
BNE
1
6
BNE
− L
− L 1
BNE
f y3
fm f o L −1
2 −
2
=
f 3 = f L 13 (5.27)
12 − 6
o
y4 −
f m4 L L
1 1
3
di mana panjang elemen tersebut adalah 2L. Kondisi batas: U 1 = V 1 = θ 1 = U 6 = V 6 = θ 6 = 0.
Asumsi tidak berdeformasi aksial tidak akan mengubah solusi tetapi akan
menyederhanakan matriks kekakuan. Untuk model enam elemen yang diperlihatkan dapat
Gambar 5.15, kita memiliki kondisi peralihan berikut ini:
U2 = V2 = U3 = V3 = U4 = V4 = U5 = V5 = 0
Kita telah membuat empat persamaan kekakuan:
ENL
0
Fm2 = 0 4 + 4 + 24 2 0 12 θ2 f o L2
Fm3 = 0
EI 2 4 + 24 12 0 θ3 − 3
= F 0 0 12 24 + 4 2 θ − 2
(5.28)
m4 L 4 fo L
4 + 4 + 24 θ5 3
Fm5 = 0 12 0 2
0
I. KATILI
Portal Bidang 235
Tercatat bahwa karena asumsi diabaikannya deformasi aksial, gaya f y3 dan f y4 yang ada dalam
Persamaan (5.27) tidak diperlukan dalam formulasi (5.28). Untuk memaksakan kondisi simetris
yaitu: θ 2 = -θ 5 dan θ 3 = -θ 4 . Kita tinggal mengurangkan kolom pertama dengan keempat dan
kolom kedua dengan ketiga dalam matriks kekakuan dalam Persamaan (5.28):
0
f L2 20 2
− o
3 EI 2 16 θ2
2
= −2 −16 θ
fo L L 3
3 −20 − 2
0
Dua persamaan pertama (atau terakhir) akan menghasilkan solusi:
θ 2
θ = { }
f o L3
3 474 EI −
1
10
(5.29)
I. KATILI
236 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
20 f o L2
-fo 19 f o L2
20 f o L2 f o L2 f o L2 19 f o L2
79 79 3 237 237
3
3 4 -fo
+ =
θ3 θ4 θ4
θ3
fo L
19 f o L2
237
- fo L/79 8 f o L2
θ2 - 237
2 f o L2
f o L2 - 237
Diagram T 237
Kurva Defleksi Diagram M
Gambar 5.17 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.15.
Catatan:
− Seperti halnya Bab 3 dan 4, prosedur formulasi dan solusi yang diilustrasikan pada bab ini
berdasarkan pada metoda elemen hingga. Metoda ini menghitung peralihan dan rotasi
terlebih dahulu, yang kemudian digunakan untuk menghitung gaya-gaya dan momen-
momen lentur pada tiap nodal.
− Karena peralihan dan rotasi nol menghasilkan reduksi dan penyederhanaan dari matriks
kekakuan, metode ini cukup menguntungkan untuk struktur dengan jumlah pengekangan
yang banyak.
− Prosedur formulasi dan solusi secara sistematik diperlihatkan sehingga dapat langsung
digunakan pada program komputer.
− Dengan pengaturan khusus, formulasi kekakuan untuk elemen portal dapat direduksi
menjadi bentuk yang sama seperti persamaan slope-deflection konvensional.
I. KATILI
Portal Bidang 237
Portal Bidang 1:
3
L
-M
1 4
2
L
5
L L
Gambar 5.18 Portal Bidang 1 dengan Simetri Dua Sumbu dengan Momen Terpusat
Kondisi batas: U 2 = U 3 = U 4 = U 5 = V 2 = V 3 = V 4 = V 5 = θ 2 = θ 3 = θ 4 = θ 5 = 0
Kondisi simetri: U 1 = V 1 = 0
maka persamaan kekakuan dapat dinyatakan:
EI −ML
M
-= ( 4 + 4 + 4 + 4 ) θ1 ; = θ1
L 16 EI
Gaya internal elemen, yaitu:
0
6 EI
N1 − L2 0
T 4 EI 3M / 8 L
1
-M / 4
Elemen 1-2: 1 = L {θ1 =−ML /16 EI } =
M
0 0
N2
3M / 8L
T2 − 6 EI
M 2 L
2 M/8
− 2 EI
L
0
6 EI
N1 − L2 0
T 4 EI 3M / 8 L
M1 L -M / 4
1
Elemen 1-3: =
0
{θ1 =−ML /16 EI } =
0
N3
3M / 8L
T3 − 6 EI
M 3 L2 M/8
− 2 EI
L
I. KATILI
238 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
0
6 EI
N1 − L2 0
T 4 EI 3M / 8 L
1
-M / 4
Elemen 1-4: 1 = L {θ1 =−ML /16 EI } =
M
N 0 0
4
3M / 8 L
T4 − 6 EI
M 4 L2 M/8
− 2 EI
L
0
6 EI
N1 − L2 0
T 4 EI 3M / 8 L
1
-M / 4
Elemen 1-5: 1 = L {θ1 =−ML /16 EI } =
M
N 0 0
5
3M / 8L
T5 − 6 EI
M 5 L2 M/8
− 2 EI
L
M/8
θ1 3M 3M
8L -M/4 M/8
8L
θ1 -M/4
θ1 -M/4
3M M/8 -M/4
θ1 8L
3M
8L
M/8
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
I. KATILI
Portal Bidang 239
Portal 2:
L 2 L
P P
1 3
θ1 = 0 θ3 = 0
R R
Gambar 5.20 Portal Bidang 2 dengan Perletakan Rol Miring dan Beban Terpusat.
Kondisi perletakan: θ 1 = θ 3 = 0
Kondisi simetri: U 2 = θ 2 = 0 ; U 1 = - U 3 ; V 1 = V 3
Persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinat global setelah kondisi batas:
EA + 6 EI EA − 6 EI − EA + 6 EI
f X 2L L3 2 L L3 2L L3
1
EA − EI
6 EA + 6 EI − EA − 6 EI
Y
f 2 L L3 2L L3 2 L L3
− 3 22EI U1
1
3 2 EI 3 2 EI
f m1 − L2 L V
Elemen 1-2: = L2
f EA − 6 EI 1
X 2 − 2L − 3
EA 6 EI − EA + 6 EI
f L 2L L3 2 L L3 V2
Y2 − EA + 6 EI − EA − EI
6 EA + 6 EI
f 2L L3 2 L L3 2L L3
2
m
3 2 EI 3 2 EI
− − 3 22EI
L2 L2 L
− EA + 6 EI − EA − 6 EI EA − 6 EI
f X 2L L3 2 L L3 2 L L3
2 EA + 6 EI EA − 6 EI
− EA − 6 EI
fY 2 L L3 2 L L3 2L L 3
− 3 22EI V2
2
EI 3 2 − 3 22EI
f m2 L U
Elemen 2-3: = L2 L
X3 2L − 3 3
f EA 6 EI EA + 6 EI − EA + 6 EI
f L 2L L3 2L L3 V3
3 −
Y EA 6
− EI − EA + 6 EI EA + 6 EI
f 2L L L3
3 2L L3 2L
3m 3 2 EI
− 3 22EI − 3 22EI
L2 L L
Dengan menggunakan kondisi batas, persamaan kekakuan struktur dinyatakan sebagai berikut:
I. KATILI
240 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
P 2 R 2 EA 6 EI
FX1 = − + + 3 − EA + 6 EI − EA − 6 EI 0 0
2 2 2 L L 2 L L3 2 L L3
P 2 R 2 − EA 6 EI EA 6 EI EA 6 EI U
= F + + 3 + 3 − 3 0 0 1
1 Y
2 2 2 L L 2 L L 2 L L V1
F = 0 EA 6 EI EA 6 EI EA 12 EI EA 6 EI EA 6 EI
Y2 −
= 2L − − + − − − V
L3 2 L L3 L L3 2 L L3 2 L L3 2
P 2 R 2 U
= FX 3 − 0 0 − EA − 6 EI EA + 6 EI − EA − 6 EI 3
2 2 2 L L3 2 L L3 2 L L3 V3
P 2 R 2 0 0 − EA − 6 EI − EA − 6 EI EA + 6 EI
= FY3 + 2 L L3 2 L L3 2 L L3
2 2
Karena rol membentuk sudut 450 maka: U 1 = −V 1 = − U 2 = − V 2 , dengan memasukkan nilai-
nilai tersebut ke dalam persamaan di atas dan juga dengan memindahkan R ke sebelah kanan
persamaan, maka persamaan menjadi:
P 2 12 EI − EA + 6 EI − EI 2
− 3 2L L3 2L
2 L
P 2 − 12 EI − EI − 6 EI − EI 2
2 L 2L
3 2 L L3
24 EI U1
EA + 12 EI V
0 = 3 0
RL /2EI
P 2 L
L L3
EI 2
− 12 EI EA − 6 EI
2 L3 2 L L3 2L
P 2 12 EI EA − 6 EI − EI 2
2 − −
L3 2 L L3 2 L
Untuk menyelesaikan persamaan, diambil 3 persamaan pertama:
P 2
− 12 EI 3
− EA + 6 EI 3
− 2 EI
2 L 2 L L 2 L
P 2 12 EI U
2 EI V 1
=− 3 − EA − EI
6 −
2 L 2 L L3 2 L RL /2EI
24 EI EA + 12 EI 0
0 L 3 L L 3
Dari persamaan ke tiga didapatkan:
24 A 12 L2 A 12
0= U 1 + + V2 ; U 1 = − + V2
L2 I L2 24 I L2
Dengan mensubstitusikan nilai U 1 ke dalam persamaan kekakuan maka persamaan menjadi:
P 2 EA 2 EI
{ }
− − −
2 = L 2 L V2
P 2 0 −
2 EI RL / EI
2 2 L
Dari persamaan kedua didapatkan:
P 2 2 RL
=−
2 2 EI
R = −P
I. KATILI
Portal Bidang 241
− 22 P 2 2
P − 42 PL − 4
2
PL
2
2
4
PL
2
4
PL
1 3 1 3
Gambar 5.21 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 2.
I. KATILI
242 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Portal Bidang 3:
−P
2 4
3
L
1 5
L L
Elemen 4-5:
0 Persamaan kekakuan struktur untuk d .k . ≠ 0 menjadi:
6 EI
f X4 2 F = 0 4+4 −6 / L 0 θ 2
f L m2
FY3 =
EI
−P = −6 / L 1 2/ L2 + 1 2/ L2
6 / L V3
Y4 4 EI Fm4 = 0 L 4 + 4 θ4
f m4 L 0 6/ L
= {θ4 } ;
f X 5 0 Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas:
fY5 6 EI
− 2 θ2 PL2 −3
f m5 L =V3 −4 L
2 EI
θ4 60 EI 3
L
I. KATILI
Portal Bidang 243
6 3P
RX = FX − L 0 0 −3 10
1 1
EI PL2
RY1 =FY1 = × 0 0 0 −4 L = 0
L 60 EI 2 0 0 3 PL
Rm1 = Fm1 −
10
Nilai RY1 dan RY5 bernilai nol karena diasumsikan deformasi aksial = 0. Nilai yang
sebenarnya, kita peroleh dengan keseimbangan titik: R=
Y1 T=
23 0,5 P ; R=
Y5 R=
Y1 0,5P
Gaya internal elemen diperoleh sebagai berikut:
N3 0 N4 0
T P/2 T −3P / 10
M 3 −3PL / 10 M 4 PL / 5
3 4
N = 0 ; N = 0
4 P/2 5 3P / 10
T4 PL / 5 T5 − PL / 10
M 4 M 5
-0,5 P
θ2 0,2 PL 0,2 PL
θ4
V3
0,5 P
Titik belok 0,3 P -0,3 PL
- 0,3 P
-0,1 PL -0,1 PL
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
I. KATILI
244 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Portal Bidang 4:
P P
P=15 kN ; A= 0,4m × 0,7m
2 3
L I = (1/12)×0,4× (0,7)3=0,1143×10-1
L=8m ; E=2,1×105 kN/m2
1 4
L
−12 EI 6 EI
L3 0 − 2
L
EA
0 − 0
fX1 L −56, 273 0 −225,094
fY 1 6 EI 2 EI 0 −7350 0
U 2 600, 25 2
f 0 225,094 U
=
L2
= L V 0
f m1 12 EI 6 EI 2
56, 273 0 225,094 V2
X2 3 0 θ2 θ2
fY 2 L L2 0 7350 0
fm2 0 EA 225,094 0 1200,5
0
L
6 EI 4 EI
2 0
L
L
EA EA
L 0 0 − 0 0
L
12 EI 6 EI −12 EI 6 EI
0 0
fX 2 L3 L2 L3 L2 U 2
fY 2 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI V2
fm2 0 0 − 2
L2 L L θ2
f = EA EA
L
U
X 3 − 0 0 0 0 V3
fY 3 L L 3
f m3 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI θ3
0 − 3 − 0 − 2
L L2 L3 L
6 EI 2 EI 6 EI 4 EI
0 0 − 2
L2 L L L
I. KATILI
Portal Bidang 245
fX 2 7350 0 0 −7350 0 0 U 2
fY 2 0 56, 273 225, 094 0 −56, 273 225, 094 V2
f 0 225, 094 1200, 5 0 −225, 094 600, 25 θ2
f m 2 == −7350 0 0 7350 0 0 U 3
X3
fY 3 0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094 V3
f m3 0 225, 094 600, 25 0 −225, 094 1200, 5 θ3
I. KATILI
246 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
U 2 38, 229
V2 0,175
θ −2,893 −2
=U2 38, 229 × 10
3
V3 −0,175
θ3 −2,893
Gaya internal elemen 1-2:
Karena U 1 =V 1 = θ 1 = 0, maka dari persamaan gaya internal elemen 1-2, kolom 1, 2, 3 dihapus.
N1
T 0 7350 0 12,836
− − −2 −15,001
1 56, 273 0 225,094 = U 38, 229 × 10
M1 225,094 0 600, 25 2 68,679
= V2 =0,175 × 10−2 = 12,863
0 7350 0
N2 θ2 =−2,893 × 10−2
T2 −56, 273 0 −225,094 −15, 001
M −225,094 0 −1200,5 −51,321
2
Gaya internal elemen 2-3:
N2
T −7350 0 0 7350 0 0 38, 229
2 0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094 0,175
M 2 0 225, 094 1200, 5 0 −225, 094 600, 25 −2, 893
= −7350 × 10−2
0 0 7350 0 0 38, 229
N3
T3 0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094 −0,175
M 0 −225, 094 −600, 25 0 225, 094 −1200, 5 −2, 893
3
0
12, 827
−51, 315
=
0
12, 827
51, 315
Gaya internal elemen 3-4:
Karena U 4 =V 4 = θ 4 = 0, maka dari persamaan gaya internal elemen 3-4, kolom 4, 5, 6 dihapus.
N3
T 0 7350 0 −12,863
3 −56, 273 0 − 225, 094= U 3 38, 229 × 10 −15, 001
−2
M 3 225, 094 0 1200, 5 51, 321
= V = −0,175 × 10−2 =
N 0 7350 0 3 −12,863
4 θ =−2,893 × 10−2
T4 −56, 273 0 −225, 094 3 −15, 001
M −225, 094 0 −600, 25 −68, 679
4
U2 U3
12,827
θ2 -51,321 51,321
V2 V3
θ3
-68,679
Kurva Defleksi -15 Diagram T -15 68,679 Diagram M
Gambar 5.25 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 4.
I. KATILI
Portal Bidang 247
Portal 5:
L L
-P P
Gambar 5.26 Portal Bidang 5 dengan Dua Beban Terpusat Horisontal Berlawanan Arah.
Deformasi aksial diperhitungkan dan pemodelan simetri seperempat struktur dengan 1 elemen
adalah:
2
U2= θ 2= 0
-P 1
V1 = θ 1= 0
P 2 P 2 P 2 P 2
N1 4 N1 4 N2 4 N3 4
P 2 P 2 P 2 P 2
T1 − 4 T1 4 T2 4 T3 − 4
2 2 2 2
M 1 8 PL M 1 − 8 PL M 2 − 8 PL M 3 8 PL
= ; = ; = ; =
N2 P4 2 N4 P4 2 N3 P4 2 N4 P4 2
P 2 P 2 P 2 P 2
T2 − 4 T4 4 T3 4 T4 − 4
M 2 − 2 PL M 4 2 PL M 3 2 PL M 4 − 2 PL
8 8 8 8
I. KATILI
248 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
PL
− 2
P P 8
− 2 2
V2 4 4 PL
U1 2
8
PL
2
8 PL
P P − 2
2 − 2 8
4 4
Kurva defleksi Diagram T Diagram M
I. KATILI
Portal Bidang 249
Portal bidang 6:
3
fy = - fo L
4
2
L
L
1
2L
Pemodelan struktur simetri dapat dilakukan dengan setengah portal dan 3 elemen
Kondisis perletakan: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = 0 ; Kondisi simetri: U 4 = θ 4 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan
matriks kekakuan. Dan karena portal dan pembebanan simetris, maka yang akan dihitung hanya
setengah bagian struktur. Dengan asumsi tersebut maka kondisi batas untuk portal di atas adalah:
U2 = V2 = 0
Elemen 2-4 :
Elemen 1 - 2 Elemen 2 - 3 BNE
6 6 6 6 0 0 0
f X1 − L − L f X2 − L − L 6 12 f0 L
− 2
fY fY f X2 L − 2
f 1 EI 0 0
f 2 EI 0 0 L f L2
{}
; ;
{}
2 θ1 2 θ2
m1 m2 fY 6
f 2 EI 4 − − 0
{}
4 4
f = 6 6 θ f = 6 6= θ m2 L θ2 − 12
X2 L 2 X3
L 3 f 0 0 V4 0
f
Y2 L L fY3 L L X4 L 6 f L
fY4 − 12
− 0
f m2 0 0 f m3 0 0 L L2
2 4 2 4 f m4 6
2
−
2
f0 L
2 12
L
Persamaan kekakuan dapat disusun sebagai berikut:
BNE
4 2 0 0 0
Fm1 = 0 6 θ f L2
Fm = 0 EI 2 12 2 − θ1 − o
= F 2 0 0 2 4
L 2 − 12
0 θ3
L 0
m3
V f L
4
FY = 0 0 −
6
0
12
4 − o
L L2 2
karena θ1 = θ3 , persamaan menjadi: Dari tiga persamaan terakhir diperoleh:
0 4 2 0 −1
f L2 6 6 0
4 12 −
− o EI 4 12 − θ1 θ1 f o L2 4
L = L f o L3
L
= 012 4 2 θ ; θ 2 0 − = −8
0 2
4 2
L V4 V4 EI 6 12 12 168 EI −11L
− fo L 0 − 6 12 0 − − fo L
L L2
2 L L2 2
I. KATILI
250 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
0 0
6 EI 6 EI
N1 − 2 − 2
L
4 EI L 0
T 2 EI 1
{}
1 fo L 0
Elemen 1-2: M1
3
= = L L fo L 4
0 0 168 EI −8
N2 7 0
6 EI 6 EI
T2 − 2 − 2 1
M 2 L L L
− 2 EI − 4 EI
L L
0 0 0
N2 6 12 fo L 0
−
2 2 − f L
T2 L L o
4 2
2 fo L
2
−
6
3 −8
f o L
2 EI
M
L fo L 12
Elemen 2-4: = 0 +
0 = 7
168EI − 11L
N4 L 0 0
− 6 12 fo L 0
T4 L L 2 2 2
f L2 3 f o L
− o − 14
M 4 6
2 −
L 12
Dari besarnya gaya internal dua elemen di atas, maka diagram kurva defleksi, gaya geser dan
momen lentur portal sudah dapat digambarkan.
Catatan:
Dari perhitungan gaya internal di atas, terlihat bahwa gaya internal aksial bernilai nol. Hal ini
disebabkan oleh pengabaian deformasi aksial dan hasil ini tentu saja tidak benar. Koreksi pada
akhir perhitungan diperlukan agar diperoleh hasil yang benar.
foL -foL
7
-foL
7
2foL2 2foL2
7 7
θ2 V4 foL2
foL2 7
7
-3foL2
foL foL
θ1 -foL 14
7
7
I. KATILI
Portal Bidang 251
Portal Bidang 7:
-P -P -P
2
2 5 7 10 12 5 7
-P -P L -P
1 4 6
1 4 6 9 11
L
3 8 3
0,5L L 0,5L
I. KATILI
252 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
m4
f L2 m5
f L2
L
4 EI 2 EI 4 EI
L L L
Maka persamaan kekakuan struktur menjadi:
96 24 0 0 24 0 0 0
L2 L L
24 8 0 0 4 0 0 0
FY1 = − P L
Fm = 0 V1
0 0 962 24 0 24 0 0 θ
F 1= − P L L L 1
Y2 24 V2
Fm = 0 EI 0 0 8 0 4 0 0 θ
F 2 =0 = 24
L
24 θ 4
2
m4
L L 4 0 0 24 2 − 0
Fm5 = 0 L θ
24 24 5
FY6 = 0 0 0 4 2 20 0 − 6 V
FY = 0 L L V7
7 24 96
0 0 0 0 − 0 2
0
L L
96
0 0 0 0 0 − 24 0
L L2
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal bebas sebagai berikut:
V1 −20 L
θ1 54
V2 −26 L
θ 2 66
PL
θ2 = 336 EI 12
θ4
5 24
V6 3L
V7 6 L
Gaya internal elemen dapat diperoleh sebagai berikut:
Elemen 1-2:
0 0 0
96 EI 24 EI 24 EI
N1 − L3 − 2 − 2 0
T L L P
24 EI 8 EI 4 EI 0
1 2 −20 L
M1 = L2
L L PL 54
N 0 0 0 336 EI 0
2 12 P
T2 − 96 EI − 24 EI − 24 EI PL
M 2 L3 L2 L2
24 EI 4 EI 8 EI 2
− − −
L 2
L L
I. KATILI
Portal Bidang 253
Elemen 2-5:
0 0 0
96 EI 24 EI 24 EI
N2 − 3 − 2 − 2 0
T 24LEI L L P
8 EI 4 EI 0
2 2 −26 L
M
N2
= L2 L L PL 66
0
0 0 0 336 EI
5 96 EI 24 P
T5 24 EI 24 EI PL
− 3 − 2 − 2
M 5 L L L
2
− 24 EI − 4 EI −
8 EI
L2 L L
Elemen 3-4: Elemen 4-5: Elemen 4-6: Elemen 5-7:
0 0
0 0
N 3 − 3P N4 − 9P N4 N5
T 14 T 14 T 0 T 0
3 PL 4 2 PL 4 PL 5 PL
M M M M
3 = 14 0
; N 4 = 70 ; N 4 = 14
0
; 5 = 70
N4 5 6 N7
T4 − 3P T5 − 9 P T6 0 T7 0
M 4 14 M 5 14 M 6 PL M 7 PL
− PL − 5 PL 14 7
7 14
PL PL
V7 2 7
θ5 P
V2 5PL
14
9P
PL PL
V6 14
θ4 P 2 14
V1 2P PL
L 7
3P
14 PL
14
I. KATILI
254 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Portal Bidang 8:
-fo
fo= 6 kN/m’
3 E = 2,1×105 kN/m2
3 A = 0,4m×0,8m = 0,32m2
U3 = θ3 = 0
2 4
2 I = 0,4 × (0,8)3 = 0,171× 10-1 m4
1 5 1
Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = θ 1 = 0
Deformasi aksial diperhitungkan dan karena struktur simetri maka: U 3 = θ 3 = 0
Elemen 1-2:
12 EI 6 EI
− L3 0 − 2
L
EA
0 − 0
fX1 L −673, 313 0 −1346, 625
fY 1 6 EI 2 EI 0 − 16800 0
f m1 L2 0
U 2 1346, 625 0 1795, 5 2
U
= = L
f 12 EI 6 EI 2 673, 313
V
0 1346, 625 2
V
X2 θ
2 θ
fY 2 L3
0
L2 0 16800 0 2
fm2 1346, 625 0 3591
0
EA
0
L
6 EI 4 EI
2 0
L L
Elemen 2-3:
EA 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI 1
BNE
+ 3 − 3 − − +
2L L 2L L L2 2L L3 − 4 foL 2
f X 2 EA − 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI U 2 1
+ − − − foL 2
fY 2 2 L L3 2L L3 L2 2L L3 V2 − 24
f =
m 2 − 3 2 EI 3 2 EI 4 EI 3 2 EI θ2 − 1 foL 2
−
fY 3 3 4
V
L2 L2 L L2
EA 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI 1
foL
2
− + 3 − − 3 − +
24
2L L 2L L L2 2L L3
BNE
f X 2 8736,656 8063,334 −952, 208 −8063,344 U 2 0
fY 2 8063,344 8736,656 952, 208 −8736,656 V2 −8, 485
f −952, 208 −
952, 208 3591 −952, 208 θ2 −4
m2
fY 3 −8063,344 −8736,656 −952, 208 8736,656 V3 −8, 485
Persamaan kekakuan struktur setelah memperhitungkan kondisi batas:
I. KATILI
Portal Bidang 255
EA 18 EI EA − 6 EI 6 EI − 3 2 EI − EA + 6 EI
2L + 3
L 2L L3 L2 L2 2L L3 FX 2 = 0
BNE
FX 2 = 0 EA 6 EI 3EA + 6 EI 3 2 EI U 2 F = − 1 f L 2
FY = 0 2 L − 3 − EA − 6 EI
F = 0 =
2 L 2L L3 L2 2L L3 V2 − Y2 4 o
3 2 EI θ2 Fm2 = 24 f o L
1 2
m2 6 EI − 3 2 EI 3 2 EI 8 EI
= −
Y3
F 0 L2 2
L2 L L2 V3 F = − 1 f L 2
L Y3 4 o
− EA + 6 EI − EA − 6 EI −
3 2 EI EA + 6 EI
2 L L 3 2L L3 L2 2L L3
0 9409, 969 8063, 344 394, 417 −8063, 344 U 2 0
0 8063, 344 25536, 656 952, 208 −8736, 656 V2 −8, 485
0 394, 417 −
952, 208 7182 −952, 208 θ2 −4
0 −8063, 344 −8736, 656 −952, 208 8736, 656 V3 −8, 485
−2
U 2 −0, 422 × 10
V2 −0,101 × 10−2
θ = −3
2 −0, 985 × 10−2
V3 −0, 598 × 10
Gaya internal elemen dapat dihitung dan diperoleh hasil sebagai berikut:
4,232
U2 V3
-4,232
V2
6,404
-6,404
θ2
7,205
I. KATILI
256 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Portal Bidang 9
3 6
0,5 L
P P
2 5
L
1 4
L
Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = U 6 = V 6 = θ 1 = θ 3 = θ 4 = θ 6 = 0
Untuk kasus di atas diasumsikan struktur tidak berdeformasi aksial, maka: V 2 = V 5 = 0
Struktur antisimetris: U 2 = U 5 dan θ 2 = θ 5
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1–2 90 0 1 0 1 0 L EA EI
2–3 90 0 1 0 1 0 0,5L 2EA 2 EI
4–5 90 0 1 0 1 0 L EA EI
5–6 90 0 1 0 1 0 0,5L 2 EA 2 EI
2-5 0 1 0 1 0 0 L EA EI
{ }
m1 L2
f m2 L
f = L U2 ; =
2
L U2
6 EI θ2 f
X 2 12
3 X −96 EI 24 EI θ2
f
2 Y L2
L2 f
3 Y L3
L 2
f 0 0 f 0 0
m2 m3
6 EI 4 EI −24 EI 4 EI
2
L 2
L L L
Elemen 4-5: Elemen 5-6:
−12 EI −6 EI 96 EI −24 EI
L3 2 L3 L2
L
f X4 0 0 f X 0 0
fY −24 EI
5
fY 6 EI 2 EI 8 EI
f 5 2
{ }
f 4 2
f 4 = 12LEI
m
X5
{ }
L U5
6 EI θ5
;
m5
X6
f = L
−96 EI
L U5
24 EI θ5
fY5 L
3
L
2 f
Y6 L3
L2
f m5 0 0 f m6 0 0
6 EI 4 EI −24 EI 4 EI
2 2
L L L L
I. KATILI
Portal Bidang 257
EA EA
L 0 − 0
L
6 EI 6 EI
f X2 0 L2
0
L2
fY 4 EI 2 EI U 2
f 2 0 0
Elemen 2-5: m2
= L L θ2
f X 5 EA EA U
− 0 0 θ5
fY5 L L 5
f m5 0 6 EI 6 EI
− 2 0 − 2
L L
0 2 EI
0
4 EI
L L
Persamaan kekakuan struktur diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen dan setelah
memperhitungkan kondisi batas:
EA 108EI −18EI EA
L + L3 L 2
−
L
0
FX 2 = P −18EI 16 EI 2 EI U 2
Fm2 = 0
0
F = P = L 2
L L θ2
− EA EA 108EI 18EI U
X5 0 + − 2 θ5
Fm5 = 0 L L L3
L 5
2 EI 18 EI 16 EI
0 − 2
L L L
dengan menggunakan kondisi simetris struktur, persamaan kekakuan struktur dapat
disederhanakan menjadi:
108 EI − 18 EI
L3 L2
P − 18 EI 18 EI
{ }
0
P = 108LEI
2
L U2
3 − 18 EI θ2
2
0 L L
− 18 EI 18 EI
L2 L
Dengan mengambil 2 persamaan pertama dari persamaan kekakuan di atas maka didapatkan:
18 PL3
{ } {}
18
L P 90 EI sehingga
3
U2 L PL3 PL2
= = = θ
θ2 1620 EI 18 108 0 2 : U 5 dan 5
PL 90 EI 90 EI
L L
2
90 EI
I. KATILI
258 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 2-5:
− EA EA
L 0 0
L 0
−6 EI −6 EI −2 P
0 0
N2 L2 L2 15
PL
T2 4 EI 2 EI L
M 2 0 0
PL2 1 15
N = − EA
L
EA
L
90 EI L 0
5 0 0
T5 L L 1 −2 P
M 5 −6 EI −6 EI 15
0 0 − PL
L2 L2
−2 EI −4 EI 15
0 0
L L
4P/5 2PL/9
V2 -2P/15
PL/15 -8PL/45
-PL/9 -PL/15
θ2 -P/5
I. KATILI
Portal Bidang 259
3 4 5
L
1 2
L L
Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 2 =V 2 = U 5 = V 5 = θ 1 = θ 2 = θ 5 = 0
Untuk struktur di atas diasumsikan bahwa elemen-elemennya tidak berdeformasi aksial,
Berdasarkan asumsi tersebut didapatkan kondisi batas : U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = 0
Persamaan kekakuan dapat disusun dengan mensuperposisi persamaan kekakuan masing-masing
elemen dan menghilangkan baris dan kolom yang bersesuaian dengan derajat kebebasan yang
bernilai nol.
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1–3 90 0 1 0 1 0 L EA EI
2–4 90 0 1 0 1 0 L EA EI
3–4 0 1 0 1 0 0 L EA EI
4–5 0 1 0 1 0 0 L EA EI
Beban nodal ekuivalen untuk beban terbagi rata f o (arah ke bawah) adalah:
f m3 = − f m4 = − 12 f o L2
1
f Y3 = f Y4 = − 2 f o L
1
6 EI 6 EI
− L2 − L2
0 0
fX1 2 EI fX 2 2 EI
fY 1 fY 2
fM 1 L {θ } f L {θ }
=
f ; =
fM 2
6 EI 3 6 EI 4
X3 L2 X4 L2
fY 3 0 fY 4 0
fM 3 fM 4
4 EI 4 EI
L L
I. KATILI
260 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
{}
−
Fm3 = 0 EI 8 2 θ3 12
=
F = 0 − 2
m4 L 2 12 θ4 + f 0 L
12
{}
L 12 −2 − 12 f o L
{}
1 2
θ3 f o L3 −7
= =
θ4 92 EI −2 8 1 2 552 EI 5
12 f o L
Gaya internal dapat dihitung sebagai berikut:
0
6 EI
N1 − L2 0
T 2 EI 21
M1 L 7 f o L3 f o L −7 L
1
Elemen 1-3: = 0 θ3 =− =
N3 552 EI 276 0
T3 − 6 EI 21
M 3 L
2 14 L
− 4 EI
L
0 0
6 EI 6 EI
− 2 − 2 0
GIE
N3 L L −1 0
T3 4 EI 2 EI −132
{}
2
M3 L −7 o 14 L
3 1
L o f L L f L
Elemen =3-4: + f=oL
12
4
N 0 0 552 EI 5 0 276 0
1
T4 − 6 EI − 6 EI 2 144
M 4 2 2 1 20 L
2LEI 4
L
EI 12 L
− −
L L
I. KATILI
Portal Bidang 261
0
6 EI
N4 − 2
4 EIL 0
T4 −15
M 3
= L 5 f L f L 10 L
= 4-2: 4 o o
0 552 EI 276 0
Elemen
N
2 6 EI
T2 −15
− 2
M 2 L −5 L
− 2 EI
L
0
6 EI
N4 − 2
T L
4 EI 0
4 −15
3
M 4 = L 5 f L f L 10 L
= 4-5: o o
0 552 EI 276 0
Elemen
N5 6 EI
T5 −15
− 2
M L −5 L
5
− 2 EI
L
20foL2
-132foL
15foL 14foL2 276 10foL2
θ3 θ4 276
276 276 276
-10foL2
-5foL2
144foL 276
21foL 276
276 276 -15foL 5foL2
276 -7foL2 276
276
Gambar 5.37 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 10.
I. KATILI
262 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 4 = V 4 = θ 1 = θ 4 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, deformasi aksial pada semua elemen struktur dapat diabaikan.
Asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan penyelesaian secara manual. Dengan
asumsi tersebut maka kondisi batas untuk nodal 2 dan 3 adalah: U 2 =V 2 =U 3 = V 3 = 0
Persamaan kekakuan struktur dapat disusun dengan mensuperposisi persamaan kekakuan
masing-masing elemen, sehingga diperoleh:
{}
BNE
Fm2 = 0 EI 8 2 θ2 − 12 f o L
1 2
= F = 0 − 1
m3 L 2 8 θ3 12 f o L2
{}
L 4 −1 − 12 f o L f o L3 −1
1 2
θ 2
=
Relasi invers memberikan: =
θ3 30 EI −1 4 12 f o L2 72 EI 1
1
I. KATILI
Portal Bidang 263
0 0
6 EI 6 EI 0
GIE
0
− − 2
N2 L 2
L − 1 f L 1
4 EI 3
−
T2
o
2 EI fo L 2
M 2 θ
2 =− f o L
1 2 2
L /18
L L
=
Elemen 2-3: N 72
3=
EI + 12 0 fo L
3 0 0
f L
0
6 EI 6 EI 3θ =+ o
T3
1 1
f L
M3 − 2 − 2 72 EI
1
2 o
2 2
2LEI L
12 f o L L /18
− 4 EI
−
L L
0
6 EI
N3 − 2
L
4 EI 0
T −3
3
M3 L = f o L3 f o L 2 L
Elemen 3-4: = θ =
0 3 72 EI 36 0
N4 6 EI
T4 − 2 −3
M 4 L − L
− 2 EI
L
-foL foL2 foL2
2 18 18
θ2 θ2
-foL
12
foL -5foL2
foL
2 72
12 -foL2 -foL2
36 36
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
Gambar 5.39 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal 11.
I. KATILI
264 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
4 5
3 6
L
2 7
L
1 8
L
Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 8 = V 8 = θ 1 = θ 8 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan bila
diselesaikan secara manual. Dengan asumsi tersebut maka kondisi batas untuk portal di atas
adalah: U 2 =V 2 =U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = U 5 = V 5 = U 6 = V 6 = U 7 = V 7 = 0
Persamaan kekakuan menjadi:
Fm2 = 0 4 4 4 2 0 0 0 2
θ 2 0
BNE
Fm = 0 2 4 4 4 2 0 2 0 θ3 0
F 3 = 0 EI 0 2 4 4 2 0 0 θ − f L
1 2
F 4 = θ4 − 1 12 2
o
= 0 L
m
m5 0 0 2 4 4 2 0 5 12 f o L
Fm6 = 0 0 2 0 2 4 4 4 2 θ6 0
Fm7 = 0 θ7 0
2 0 0 0 2 4 4 4 -
Karena kondisi portal dan pembebanan simetris, maka: θ 2 = −θ 7 ; θ 3 = −θ 6 ; θ 4 = −θ 5 ,
dengan hubungan di atas, persamaan kekakuan dapat disederhanakan menjadi:
0
0 10 2 0
1 2
2 10 2 θ θ
− 12 f o L EI 0 2 f o L −621 −6
3
2 6 2
=
1 2
θ = θ
0 −2 −6 3 3 3109 10
sehinggadiperoleh:
12 f o L L θ θ EI −14920
0 −2 −10 −2 4 4
0 −10 −2 0
Gaya internal elemen bila dihitung akan memberikan gaya normal nol karena pengabaian
deformasi aksial. Hal ini tentu saja tidak benar dan penghitungan gaya normal harus dilakukan
dengan menggunakan persamaan keseimbangan.
I. KATILI
Portal Bidang 265
6 EI 1
− L2 268
1
T1 2 EI − L 3726
M1 L 3
f o L −6 804 −1242 L −6
Elemen 1-2: T = 6 EI θ2 =−621 10 =f o L =f L
1 o 3726
10
2 − EI
M 2 L2 268 2484 L
4 EI 1
− 402 L
L
6 EI 6 EI
− L2 − L2
2 EI f L3
T2 4 EI θ2 =−621 o 10−6 0
M 2 L L 2 −1242 −6
Elemen 2-7: T = EI f o L 0 10
7 − − 2 θ7 =+621 f o L 10−6
6 EI 6 EI 3
M 7 L2 L EI −1242
2 EI 4 EI
− −
L L
6 EI 6 EI
− L2 − L2
T2 4 EI 2 EI f o L3 −6 −15000
M 2 θ = − 621 10
2 3734 L −6
Elemen 2-3: T = L L EI f o L −15000 10
3 − − 2 θ3 =3109 f o L 10−6
6 EI 6 EI 3
M 3 L2 L EI −11200 L
2 EI 4 EI
− −
L L
6 EI 6 EI
− L2 − L2
2 EI f L3
T3 4 EI θ3 =3109 o 10−6 f L2 0
M 3 L L 6218 −6
T = EI o
Elemen 3-6: 10
6 −
6 EI 6 EI 3
− f o L −6 EI 0
θ = − 3109 10
M 6 L2 L2 6 EI 6218
2 EI 4 EI
− −
L L
6 EI 6 EI
− L2 − L2
2 EI f L3
T3 4 EI θ3 =3109 o 10−6 7087
M3 L L −1740 L −5
Elemen 3-4: T = EI f o L 7087 10
4 − − 2 θ4 =−14920 f o L 10−6
6 EI 6 EI 3
M 4 L2 L EI 5346 L
2 EI 4 EI
− −
L L
I. KATILI
266 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 4-5:
GIE
6 EI 6 EI 1
− L2 −
L 2 − fo L
2
4 EI 2 EI f o L3 −6 1 −5000
T4 θ4 =−14920 10 f o L2
M 4 L L 12 535L −4
=T =EI +
f o L3 −6 1 fo L
5000
10
5 − 6 EI 6 EI
− 2 θ5 =+14920 10 fo L
M 5 L2 L EI 2 535 L
2 EI 4 EI f L2
1
− − 12 o
L L
535 foL2×10-4
-0,5 foL
θ4 θ5
Gambar 5.41 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 12.
4 5 6
L
1 2 3
L L
Kondisi perletakan: θ 1 = θ 2 = θ 3 = U 1 = V 1 = U 2 = V 2 = U 3 = V 3 = 0
Dengan asumsi tidak terjadi deformasi aksial diperoleh:
kondisi batas: U 4 = V 4 = U 5 = V 5 = U 6 = V 6 = 0 ; Kondisi simetri: θ 5 = 0 ; θ 4 = -θ 6
I. KATILI
Portal Bidang 267
Elemen 1-4: =
f m4{ } EI
L
[ 4]{θ4 } ; Elemen 4-5: = { }
EI
f m4
L
[ 4]{θ4 }
Elemen 5-6: = { }
f m6
EI
L
[ 4]{θ6 } ; Elemen 3-6: = f m6 { }
EI
L
[ 4]{θ6 }
Maka persamaan kekakuan dapat dinyatakan sebagai berikut:
{}
BNE
Fm4 = 0 EI 8 0 θ4 − 12 f o L
1 2
=
F = 0 −
L 0 8 θ6 12 f o L2
1
m6
Relasi invers memberikan:
1
{}
0 − 1 f L2 f L3
θ4 L L2 −1
3
θ =
o
1 2
12 o
6 8 EI 0 1
12 o 96 EI
f L 1
L
2
I. KATILI
268 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
0
6 EI
N3 − 2
T L 0
3 2 EI −3
Elemen 3-6: M 3 L
f o L3 fo L L
= 0 = θ6 =
N6 96 EI 48 0
T6 − 6 EI −3
M L2 −2 L
6
− 4 EI
L
Catatan:
− Gaya normal N pada semua elemen bernilai nol karena hal ini disebabkan oleh pengabaian
deformasi aksial. Hal ini tentu tidak benar dan harus dikoreksi dengan persamaan
keseimbangan titik.
− Semua gaya internal pada elemen 2-5 bernilai nol karena kondisi simetri ( U 5 =θ5 =0 ) dan
pengabaian deformasi aksial (V 5 = 0)
− Reaksi vertikal pada perletakan juga menjadi nol karena pengabaian deformasi aksial dan
harus dikoreksi dengan persamaan keseimbangan titik. 2
5foL
48
-21foL -27foL 2foL2
48 48
θ4 θ6 48
21foL
3foL 27foL 48 -3foL
48 48 -foL2
48
48
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
Gambar 5.43 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 13.
P
P
2 5
L
1 4
L
I. KATILI
Portal Bidang 269
I. KATILI
270 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
24 EI EA 12 EI 6 EI EA
L3 + L 0 − 3
L
− 2
L
−
L
0 0 0
12 EI 6 EI 2 EI 2 EI
0 0 0 0
L L2 L L
FX 2 = P
0 U 2
12 EI 6 EI 12 EI EA 6 EI EA
Fm =0 − 3 + 0 0 −
F 2 L L2 L3 L L2 L θ2
X3 = P 6 EI 2 EI 6 EI 8 EI 2 EI U 3
=0 − 2 0 0 0
Fm3 L2 L θ3
F = L L L
=P − 2 θ5
EA 24 EI EA 12 EI 6 EI U
X5 − 0 0 0 + 0 −
Fm5 =0 L L3 L L3 L 5
FX 6 = P 2 EI 12 EI 6 EI 2 EI U 6
0 0 0 0 θ
Fm
6 = 0 L L L2 L 6
EA 12 EI 6 EI 12 EI EA 6 EI
0 0 − 0 − +
L L3 L2 L3 L L2
2 EI 6 EI 2 EI 6 EI 8EI
0 0 0 − 2
L L L L2 L
Dengan memanfaatkan kondisi simetris struktur, persamaan kekakuan dapat disederhanakan
dengan menjumlahkan kolom ke-1 dengan kolom ke-5 menjadi kolom ke-1, kolom ke-2 dengan
kolom ke-6 menjadi kolom ke-2, kolom ke-3 dengan kolom ke-7 menjadi kolom ke-3 dan kolom
ke-4 dengan kolom ke-8 menjadi kolom ke-4.
24 EI 12 EI 6 EI
L3 0 − 3 − 2
L L
14 EI 6 EI 2 EI
0
L L2 L
P − 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
0 L 3
L 2
L3
L2
P 6 EI 2 EI 6 EI 10 EI U 2
0 − 2
P = 24LEI L L2 L θ2
− 2 θ3
12 EI 6 EI U
0 − 3
L
0 3
L L 3
P 14 EI 6 EI 2 EI
0 0 L L2 L
− 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
L 3
L 2
L3
L2
6 EI 2 EI 6 EI 10 EI
−
L2 L L2 L
dengan menggunakan empat persamaan pertama, maka didapatkan:
U 2 19 L2 /165 −7 L /110 5 L2 / 33 − L /110 P 4 L /15
θ2 L −7 L /110 7 / 55 − 3 L / 22 1/ 55 0 PL2 −1/ 5
U =
2 −3L / 22 23L2 / 66 − L /11 P EI L / 2
3 EI 5 L / 33
θ3 − L /110 1/ 55 − L /11 8 / 55 0 −1/10
Gaya internal elemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
I. KATILI
Portal Bidang 271
0 0
12 EI 6 EI
− 3 − 2
N1 L
6 EI L 0
T1 2 EI 2 −2 P
=
M
Elemen 1-2: 1
N
2
=
0
L2
12 EI
L PL
0 EI −1/ 5{ 4 L /15
} 6 PL / 5
0
T2 6 EI −2 P
M 2 − 3 − 2
−4 PL / 5
L L
− 6 EI − 4 EI
L2 L
0 0 0 0
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI
N2 3 − 2 − 3 − 2
6LEI L L L 0
T 4 EI 6 EI 2 EI 4 L /15 −P
2 − 2
= 2 2
L PL − 1/ 5 2 PL / 5
Elemen 2-3: M 2 L L L
0 0 0 0 EI L / 2 0
N3 12 EI
T3 6 EI 12 EI 6 EI −1/10 − P
3 − 2 − 3 − 2
M 3 L L L L −3PL / 5
6 EI − 2 EI − 6 EI − 4 EI
L2 L L2 L
EA EA
− L 0
L
0
6 EI 6 EI
N2 0 − 2 0 − 2
L L 0
T 0 4 EI 2 EI 2 4 L /15 12 P / 5
M 2
0 6 PL / 5
2
PL − 1/ 5 −
=
Elemen 2-5: L L
EA EA EI 4 L /15 0
N5 − 0 0
T5 L L −1/ 5 1 2P / 5
M 5 0 6 EI 6 EI 6 PL / 5
− 2 0 − 2
L L
2 EI 4 EI
0 − 0 −
L L
EA EA
− L 0
L
0
6 EI 6 EI
N3 0 − 2 0 − 2
L L 0
T 0 4 EI 2 EI L / 2 6P / 5
3 0
L PL −1/10 −3PL / 5
2
Elemen 3-6: M 3 =
EA
L
EA L/2 0
N6 − 0 0 EI −1/10 6 P / 5
T6 L L
M 6 0 6 EI 6 EI 3PL / 5
− 2 0 − 2
L L
2 EI 4 EI
0 − 0 −
L L
I. KATILI
272 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
V3 θ3 3PL
-3PL
5
5
12P/10
θ2 -P -P
6PL
-4PL 5
2PL 5
5 -4PL
-6PL 5
V2 5
24P/10 -2P
-2P
6PL 6PL
5 5
Gambar 5.45 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 14.
Karena dari bentuk geometri dan sistem pembebanan pada struktur simetri, maka analisa dapat
memanfaatkan kondisi simetri seperti pada Gambar 5.46b.
Tabel 5.1 Cosinus, Sinus, Panjang dan Krakteristik Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1-2 135o − 1 2 1 2 1 1
− 1 2L EI EI
2 2 2 2 2
L2
2-3 0 1 0 1 0 1 2L EI EI
L2
1-3 45o 1 2 1 2 1 1 1 2L EI -
2 2 2 2 2
2
L
I. KATILI
Portal Bidang 273
θ2 60, 202 EI
V3 −475,627
Gaya internal elemen diperoleh dari persamaan berikut:
Elemen 1-2: U1 = V1 = 0
I. KATILI
274 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
EA 2 EA 2
0 − 0
L 2 L 2
6 EI 12 EI 2 12 EI 2 6 EI
− 2 − 3 3
− − 2
N1
L L 2 L 2 L
−4,354
T 4 EI 6 EI 2 6 EI 2 2 EI 112,099 3,244
− −
1 L 2
2 2
2 L − 0
M L L 100,527 f
N1 = = fo
o
−657,874 −
2 EA 2 EA 2 EI
4,354
0 −
0 60,202
T2 L 2 L 2 3,244
M 2 18,349
6 EI 12 EI 2 12 EI 2 6 EI
− − 3 − − 2
L2 L 2 L3 2 L
− 2 EI 6 EI 2 6 EI 2 4 EI
− 2 − −
L L 2 L2 2 L
Elemen 2-3: U3 = θ3 = 0
EA
− L 0 0 0
12 EI 6 EI 12 EI
0 − 3 − 0
N2 L2 L3 −4 f o −0,785
T L
0 6 EI 4 EI 6 EI −100,527 16 5,373
2 − 2
−657,874 f o + 3 o = f 18,349
f
M L2 L L
N2 EA 60,202 EI 0 o
0,785
3 − 0 0 0
−475,627
T3 L 4 fo 2,627
M 3 0
12 EI
− 3 −
6 EI 12 EI
16 f o −7,369
3
L L2 L3
0 6 EI
− 2 −
2 EI 6 EI
L L L2
Elemen 1-3: U1 = V1 = U3 = 0
2 EI f
N13 =12 2 o ( −475,627 ) = −3,716 f o
128 EI
Portal Bidang 16:
5
8m
EA EA
2EA fo =5 kN/m
1 8
4m 3 EI 4 6
EA EA
2 7
4m 4m 8m 8m 4m 4m
I. KATILI
Portal Bidang 275
Problem ini adalah sama dengan Problem Balok 14 (halaman 207) di mana sekarang deformasi
aksial pada balok diperhitungkan.
Elemen 1-3, 3-4, 4-6, 6-8 adalah balok beton di mana:
A = 0,4×1m2 ; E = 2,1×105kN/m2 ; I = (0,4×13)/12= 0,0333m4 ; EI = 7000kNm2
Elemen 1-2, 2-3, 3-5, 6-5, 7-6, 7-8 adalah rangka baja di mana: Dluar = 35cm ; Ddalam = 30cm ;
A = π(0,352 – 0,302)/4 = 255,254×10-4 m2 ; E = 2,1×106kN/m2 ; EA = 53603,425kN
Karena simetris maka struktur dimodelkan sebagian saja, yaitu:
EA
8m EA
fo =5 kN/m’
1
EI 3 EI 4
4m
EA
2
4m 4m 8m
X1 4 2 0,5 −0,5 V1
−
{ }
Y2 53603,425 0,5 −0,5 U1 4737,918 −4737,918 U1
f = 4737,918 −4737,918 V1 { }
fY1
0,5 0,5
−4737,918 4737,918
Elemen 2-3 (rangka): kondisi batas U2 = V2 = 0
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
√2/2 √2/2
o
2-3 45 0,5 0,5 0,5 4√2 53603,425
fX
f 2 −0,5 0,5 −4737,918 4737,918
f
X3
=
4 2 0,5 −0,5 V3
−
{ }
Y2 53603,425 −0,5 0,5 U 3 −4737,918 4737,918 U 3
4737,918 −4737,918 V3
4737,918 −4737,918
{ }
fY3 0,5 0,5
I. KATILI
276 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
√2/2 √2/2
o
3-5 45 0,5 0,5 0,5 8√2 53603,425
fX
f 3 0,5 0,5 −0,5 2368,959 2368,959 −2368,959 U
Y 53603,425 0,5 0,5 −0,5 U 3 2368,959 2368,959 −2368,959 V 3
f 3 =
−0,5 −0,5 0,5 V3 2368,959 2368,959 3
V − −
2368,959
X5 −2368,959 − 2368,959 2368,959 5
8 2
−0,5 − 0,5 0,5 5
V
fY5
FX = 0
F 1= 0
U1 0
BNE
Y1 15237,918 −4737,918 0 −10500 0 0 0 0
− − V −
Fm1 = 0 4737,918 4901,918 656, 25 0 164,063 656, 25 0 0 1 20
FX = 0 0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750 0 0 θ1 −26,67
F = 0 = − 10500 0 0 28106,877 7106,877 0 0 − 2368,959 U 3 0
−164,063 −2368,959 V3 − −40
3
0 164,063 −656, 25 7106,877 7435,003 0
Y3 0 656, 25 175 0 0 7000 −656, 25 0
θ3 0
Fm3 = 0 0 0 0 0 −164,063 −656, 25 3514, 277 −3350, 214 V4 −20
FY = 0 0 0 0 −2368,959 −2368,959 0 −3350, 214 5719,173 V 0
4 5
F = 0
5Y
Relasi invers akan memberikan nilai peralihan nodal tidak nol sebagai berikut:
I. KATILI
Portal Bidang 277
U1 1, 407
V1 −1,906
θ1 −10,505
U 2,902 −3
=
V 3 −16, 474 × 10
θ 0,308
3
V3 −26,637
4 −21, 225
V5
Gaya nodal struktur pada dk = 0 setelah kondisi batas adalah sebagai berikut:
=U1 1, 407 × 10−3
RX 2 = FX 2 −4737, 918 4737, 918 −4737, 918 −4737, 918 V1 = −1, 906 × 10−3
= −3
= RY2 FY2 4737, 918 −4737, 918 −4737, 918 −4737, 918= U 3 2, 902 × 10
−3
V3 =−16, 474 × 10
48, 606
= kN
80
Gaya internal elemen:
Elemen 2-1:
U 2 = 0
V = 0
−3
N 21 ==
N 78 6700, 4281 −6700, 4281 −6700, 4281 6700, 4281 2 × 10 = −22, 2kN
U
1 = 1, 4072
V1 = −1, 90605
Elemen 2-3:
U 2 = 0
V = 0
−3
N 23 ==
N 76 −6700, 4281 −6700, 4281 6700, 4281 6700, 4281 2 × 10 = −90, 937 kN
U
3 = 2, 902242
V3 = −16, 474
Elemen 3-5:
U 3 = 2,902242
V = −16, 474
−3
N35 =
N 65 =
−3350, 214 −3350, 214 3350, 214 3350, 214 3 × 10 = −25,641 kN
U
5 = 0
V5 = −21, 2252
Elemen 4-5:
0
−26,637
−3
N 45 =2 0 −3350, 214 0 3350, 214 × 10 = −36, 263 kN
0
−21, 225
Gaya internal elemen 4-5 di kali dua karena pada awal perhitungan penampang dibagi dua
berdasarkan kondisi simetris
Elemen 1-3:
I. KATILI
278 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
GIE
N1 10500 0 0 −10500 0 0 1, 407 0 −15,698
T1 0 164,063 656, 25 0 −164,063 656, 25 −1,906 −20 −15,698
M1 0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750 −10,505 −26,667 0
N = −10500 × 10−3 + =
0 0 10500 0 0 2,902 0 −15,698
3
T
3 0 −164,063 −656, 25 0 164,063 −656, 25 −16, 474 −20 24,302
M 3 0 656, 25 1750 0 −656, 25 3500 0,308 26,667 34, 414
Elemen 3-4:
GIE
N3 10500 0 0 −10500 0 0 2,902 0 −30, 474
T3 0 164,063 656, 25 0 −164,063 656, 25 −16, 474 −20 −21,869
M3 0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750 0,308 26,667 34, 414
N = −10500 × 10−3 + =
0 0 10500 0 0 0 0 −30, 474
4
T
4 0 −164,063 −656, 25 0 164,063 −656, 25 −26,6 37 20 18,131
4
M 0 656, 25 1750 0 −656, 25 3500 0 26,667 19, 459
24,302
18,131 21,869 15,698
Diagram T
34,414 34,41
19,459
Diagram M
I. KATILI
278 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
2 6
3 4 5
5,196 m
˚ ˚
30 30
1 7
3m 3m 3m
f o = 7kN / m '
2
3 4
5,196 m
˚
30
1
3m 1,5 m
I. KATILI
Portal Bidang 279
Elemen 2–3:
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA EI
o
2-3 0 1 0 1 0 0 3 16800 224,07
f X3 11200 0 BNE
f
0 0 0
0 796, 693 597, 520 −796, 693 U 3 −5, 25
Y3
f m3 0 597, 520 597, 520 −597, 520 V3 −1, 313
−
−11200 0 0 0 θ3 0
f X4 V −5, 25
fY4 0 −796, 693 −597, 520 796, 693 4
f m4 0 597, 520 298, 760 −597, 520 1, 313
I. KATILI
280 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
θ1 0,278
U 2 0,128
V2 −0,286
θ2 −1,470 −2
=
U 0,117 × 10
V 3 −1,122
θ3 0,082
V3 −1,719
4
Reaksi Perletakan pada d.k. = 0:
θ1
U 2
V2
RX1 = FX1 −82,137 −19,167 0 −49, 796 −709, 336 −1207, 009 −32, 341 0 θ 2
= −1207, 009 −2102, 989 18, 673 0 U 3
RY1 = FY1 18, 673 0 −3233, 256 0
V
θ3
V3
4
{
RX1 = FX1 13, 975kN
R = F = 31, 500kN
Y1 Y1
}
Gaya internal Elemen:
Elemen 1–2:
I. KATILI
Portal Bidang 281
Elemen 3–4:
N 3 −11200 GIE
−13, 440
−2 0
0 0 0
T3 0
−796,693 −597,520 796,693 0,12 × 10 −5, 25 −10,520
M 0 597,520 597,520 −597,520 −1,12 × 10−2 1,313 5,388
3 = −11200 − + =
−13, 440
0,08 × 10−2 5, 25
0 0 0 2 0
N4
T4 0 −796,693 −597,520 796,693 −1,72 × 10 0
1,313
M 4 0 −597,520 −298,760 597,520 −2,517
- 13,44 kN
2 - 0,560 kN - 0,560 kN
3 4 5
2 6 6
3 4 5
- 9,376 kN
- 9,376 kN
- 25,478 kN
1 7 - 25,478 kN 7
1
5,961 5,961
- 9,253 -10,520 kN -11,747 kN
2 3 5,388
3 4 5 6 2,229 4 5 6
2 2,229
9,253 -2517 kNm
11,747 10,520
-0,579 kNm
-0,568
-0,218 kN
-0,218 -0,568
1 1 7
7
Diagram T Diagram M
Gambar 5.52 Kurva Defleksi, Diagram N, Diagram T dan Diagram M untuk Portal Bidang 17
I. KATILI
282 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
-30 kN
f0 = 6 kN/ m 4
f0 = 6 kN/ m
1 7
2 5
4m
3 6
7m 5m 5m 7m
Properti Penampang:
E = 2,1 × 105 kN / m 2 ; A = 0, 4 × 0,8 = 0,32m 2 ; I = 0, 4 × 0,83 /12 = 1,707 × 10−2 m 4
-15 kN
4 Kondisi batas:
f0= - 60 kN/ m
5m 7m
Elemen φ C S EI EA L
o
4-5 -30 0,866 -0,5 3584 67200 5,774 m
5-6 -90o 0 -1 3584 67200 4m
5-7 0 1 0 3584 67200 7m
I. KATILI
Portal Bidang 283
Elemen 5-6:
Persamaan kekakuan elemen dalam sistem koordinat global setelah kondisi batas, di mana:
U 6 = V 6 = θ 6 = 0, maka yang diperlukan hanya baris dan kolom 1, 2, 3.
f X 5 672 0 1344
fY 0 16800 0
f
0 3584 5
5
U
m5 1344
f = −672 0 −1344 5
V
X6 θ5
fY6 0 −16800 0
f m6 1344 0 1792
Elemen 5-7:
Persamaan kekakuan elemen dalam sistem koordinat global setelah kondisi batas, dengan
kondisi perletakan yang ada U 7 = V 7 = 0, maka yang diperlukan hanya baris dan kolom 1, 2, 3, 6.
f X5 9600 0 0 0 0
BNE
fY 0 125,388 438,857 438,857 U 5 −21
f 5
m5 0 438,857 2048 1024 V5 −24,5
f −
−9600 0 0 0 θ5 0
X7 θ
fY7 0 −125,388 −438,857 −438,857 7 −21
f m7 0 438,857 1024 2048 24,5
I. KATILI
284 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
5
−0, 239 × 10−2 −21,967
T5 −193, 486 111,709 193, 486 −645 θ =−0, 45 × 10−2 4,625
M 5 −558,594 322,504 558,594 −2482,854 5
16,145
Elemen 5-6:
N5 0 16800 0 −40,152
T5 −672 0 −1344 0, 222 × 10−2 4,556
M 5 1344 0 3584 −13,144
=N = −0, 239 × 10−2
0 16800 0 −40,152
6
−2
T6 −672 0 −1344 −0, 45 × 10 4,556
M 6 −1344 0 −1792 5,080
Elemen 5-7:
GIE
N5 −9600 0 0 0 0 −21,312
0 −125,388 −438,857 −438,857 0, 222 × 10 −21
−2
T5 −24,308
M 5 0 438,857 2048 1024 −0, 239 × 10−2 24,5 29,595
−2 + 0 =
N −9600 −21,312
−0, 45 × 10
0 0 0
7
T7 0 −125,388 −438,857 −438,857 1,5 × 10 −2 21 16,692
0 −438,857 −1024 −2048
M 7 24,5 0
4,562
24,308
- 4,562
4,562
4,556 16,692
- 4,556 - 4,562
-16,692 - 24,308
- 4,556 4,556
Diagram T
5,080 5,080
Diagram M
I. KATILI
Portal Bidang 285
5 6 30 kN
4m
-5 kN/m’
2 4 15 kN
4m
1 3 7
4m 6m 6m
Gambar 5.56 Portal Non - Simetris Dua Bentang dengan Kolom miring
Properti penampang:
1 3 1
bh = × 0, 4 × ( 0,7 ) =0,0114 m 4
3
E = 2,1 × 105 kN/m2 ; A = 0, 4m × 0,7 m = 0, 28m 2 ; I =
12 12
( ) (
EI = 2,1 × 105 × 0,0114 = 2394kN − m 2 ; EA = 2,1 × 105 × 0, 28 = 58800kN )
Kondisi Batas: U= 1 θ=
1 V= 3 V3 = θ=
1 U= 7 V7 = θ=
3 U= 7 0
φ
Elemen EI (kN-m2) EA (kN) L (m) C S C2 S2 CS
1-2 2394 58800 5,657 45o 0,707 0,707 0,5 0,5 0,5
2-4 2394 58800 6 0o 1 0 1 0 0
3-4 2394 58800 4 90o 0 1 0 1 0
4-5 2394 58800 4 90o 0 1 0 1 0
5-6 2394 58800 6 0o 1 0 1 0 0
7-6 2394 58800 8 90o 0 1 0 1 0
Elemen 1-2: U= 1 θ=
1 V= 1 0
f X2 5276, 445 5117,756 317,338 U 2
5117,756 5276, 445 −317,338 V2
fY2
317,338 −317,338 1692,770 θ 2
f m2
Elemen 2-4:
f X2 9800 0 0 −9800 0 0 U 2 0
BNE
fY 0 133 399 0 −133 399 V2 −15
2
f m2 0 399 1596 0 −399 798 θ 2 −15
f −
−9800 0 0 9800 0 0 U 4 0
X4 V
fY4 0 −133 −399 0 133 −399 4 −15
f m4 0 399 798 0 −399 1596 θ 4 15
I. KATILI
286 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
f 448,875
X 4
0 897,750 U 4
Elemen 3-4: U=
3 V=
3 θ=
3 0 : fY4 = 0 14700 0 V4
f m4 897,750 0 2394 θ 4
f X 4 448,875 0 −897,750 −448,875 0 −897,750 U 4
fY 0 14700 0 0 −14700 0 V4
f 4
m4 −897,750 0 2394 897,750 0 798 θ 4
Elemen 4-5: =
f −448,875 0 897,750 448,875 0 897,750 U 5
X5
fY5 0 −14700 0 0 14700 0 V5
f m5 −897,750 0 1197 897,750 0 2394 θ5
f X5 9800 0 0 −9800 0 0 U 5 0
BNE
fY 0 133 399 0 −133 399 V5 −15
f 5
0 399 1596 0 −399 798 θ5 −15
Elemen 5-6: m5 −
f −9800 0 0 9800 0 0 U 6 0
X6
fY6 0 −133 −399 0 133 −399 V6 −15
f m6 0 399 798 0 −399 1596 θ 6 15
f X 6 56,109 0 224, 438 U 6
Elemen 7-6, U=7 V=7 θ=
7 0 : fY6 = 0 7350 0 V6
f m6 224, 438 0 1197 θ 6
Gaya nodal struktur pada d.k ≠ 0:
FX 2 = 0 BNE
FY = 0 15076, 445 5117,756 317,338 −9800 0 0 0 0 0 0 0 0 U 2 0
F 2 = 0 5117,756 5409, 445 81,662 0 −133 399 0 0 0 0 0 0 V2 −15
m2 317,338 81,662 3288,770 0 −399 798 0 0 0 0 0 0 θ 2 −15
FX 4 = 15kN −9800 0 0 10697,750 0 0 −448,875 0 −897,750 0 0 0 U 4 0
FY4 = 0 0 −133 −399 0 29533 −399 0 −14700 0 0 0
0 V4 −15
F = 0 −399
0 θ 4 15
m4
= 0 399 798 0 6384 897,750 0 1197 0 0
−
F = 0 0 −448,875 −9800 0 U 5 0
0 0 0 897,750 10248,875 0 897,750 0
X5
FY5 = 0 0 0 0 0 −14700 0 0 14833 399 0 −133 399 V5 −15
Fm5 = 0 0 0 0 −897,750 0 1197 897,750 399 3990 0 −399 798 θ5 −15
FX = 30kN 0 0 0 0 0 0 −9800 0 0 9856,109 0 224, 438 U 6 0
6 0 0 0 0 0 0 0 −133 −399 0 7483 −399 V6 −15
F = 0
6 Y 0 0 0 0 0 0 0 399 798 224, 438 −399 2793 θ 6 15
Fm6 = 0
U 2 65, 213
V2 −63, 284
θ2 −5,763
U 67,090
V 4
4 −2,347
θ4 −15,678 −3
=
U 197,731 × 10
V5
5 −2,541
θ5 −27,997
U 6 199,714
V6 −3,694
θ 6 −2,843
I. KATILI
Portal Bidang 287
Reaksi Perletakan:
RX1 −5276, 445 −5117,756 −317,338 65, 213 −18,392 kN
−3
Y1
R = −5117,756 −5276, 445 317,338 −63, 284 × 10 =− 1,658 kN
− −
Rm1 317,338 317,338 846,385 5,763 35,899 kN − m
RX 3 −448,875 0 −897,750 67,090 −16,040 kN
−3
=
Y3
R 0 −14700 0 − 2,347 =
× 10 34,500 kN
Rm3 897,750 0 1197 −15,678 41, 463 kN − m
RX 7 −56,109 0 −224, 438 199,714 −10,568 kN
−3
R=Y7 0 −7350 0 −3,694 ×=10 27,151 kN
Rm7 224, 438 0 598,5 −2,843 43,122 kN − m
I. KATILI
288 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Elemen 5-6:
GIE
N5 −9800 0 0 9800 0 0 197,731 0 19, 433 kN
T5 0 −133 −399 0 133 −399 −2,541 −15 −2,848 kN
M 5 0 399 1596 0 −399 798 −27,997 −3 15 −31, 492 kN − m
× 10 + =
N −9800 0 0 9800 0 0 199,714 0 19, 433 kN
6
T6 0 −133 −399 0 133 −399 −3,694 15 27,152 kN
M 6 0 −399 −798 0 399 −1596 −2,843 15 41, 419 kN − m
Elemen 7-6:
N7 0 7350 0 −27,151 kN
T7 −56,109 0 −224, 438 −10, 568 kN
598, 500
M 7 224, 438 199, 714 43,122 kN − m
0
=N = −3, 694 × 10−3
0 7350 0 −27,151 kN
6
−2,843
T6 −56,109 0 −224, 438 −10, 568 kN
M 6 −224, 438 0 −1197 −41, 420 kN − m
- 41,420
5 - 31,492 6
- 41,419
- 31,492
- 69,015
2 4
- 46,237
- 22,697
- 31,022
35,899
-41,463 3 - 43,122 7
1
Diagram M
27,152
5
6
- 19,432
- 2,848
- 31,699
1,699
- 10,568
2 4
- 16,040
- 11,830
1 3 7
Diagram T
I. KATILI
Portal Bidang 289
fo = 8 kN/m’
1 2 6 7
4
L
3 5
L=8m L L L L L
fo = 8 kN/m’
1 2
4
L
3
L=8m L L
I. KATILI
290 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
6 ( I1 + I 2 ) ( 4 I1 + 2 I 2 ) L −6 ( I1 + I 2 ) ( 2 I1 + 4 I 2 ) L
E ( 4 I1 + 2 I 2 ) L ( 3I1 + I 2 ) L2 − ( 4 I1 + 2 I 2 ) L ( I1 + I 2 ) L2
[ kb ] = L3
−6 ( I1 + I 2 ) − ( 4 I1 + 2 I 2 ) L 6 ( I1 + I 2 ) − ( 2 I1 + 4 I 2 ) L
( 2 I + 4 I ) L ( I1 + I 2 ) L2 − ( 2 I1 + 4 I 2 ) L ( I1 + 3I 2 ) L2
1 2
Dari menggabungkan efek aksial dan lentur diperoleh matriks kekakuan elemen portal
non-prismatis dalam sistim lokal, yaitu:
( A1 + A2 ) L2 − ( A1 + A2 ) L2
0 0 0 0
2 2
0 6 ( I1 + I 2 ) 2 L ( 2 I1 + I 2 ) 0 −6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 )
[ k ] = 3 − A +0A L2 2 L ( 2 I1 + I 2 ) L ( 3I1 + I 2 ) A + 0A L2 −2 L ( 2 I1 + I 2 ) L ( I1 + I 2 )
E 2 2
L ( 1 2) ( 1 2)
0 0 0 0
2 2
0 −6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( 2 I1 + I 2 ) 0 6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 )
2 L ( I1 + 2 I 2 ) L2 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 ) L2 ( I1 + 3I 2 )
0 0
I. KATILI
Portal Bidang 291
1
=
Di mana: A ( A + A2 )
2 1
Elemen 1-2: L= 8 m, φ = 0º, U 1 = V 1 = 0
f X1
BNE
fY 0 −9843,75 0 0
0
f 1 341,797 0 −115,356 581,055 θ1 −32
m1 1503,906 0 −341,797 1230, 469 U 2 − −42,667
f 0 9843,75 0 0 V2 0
X2 −341,797 0 115,355 −581,056 θ2 −32
fY2 1230, 469 0 −581,055 3417,969
f m2 42,667
I. KATILI
292 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
Fm1 = 0
0 θ1
BNE
FX = 0 1503,906 0 −341,797 1230,469 0 0 −42,667
F = 0
2 0 18266,309 −3459,899 205,434 120,843 0 0 2U 0
Y2 −341,797 −3459,899 3630,46 −230,357 120,843 −14,42 85,449 V2 −32 − 64
m2
F = 0 =
1230,469 205,434 −230,357 7543,822 8 70,073 −145,264 615,234 θ2 − 42,667 − 170,667
Fm3 = 0 0 120,843 −120,843 870,073 1063,422 0 0 θ3 0
FY = 0 0 0 −14,42 −145,264 0 571,31 −85,449 V4 −64
F = 0
4 0 0 85,449 615,235 0 −85,449 751,953 θ4 170,667
4m
Reaksi perletakan:
Dari elemen 1-2 diperoleh:
−0,120
{ }
RX1 0 −9643,75 = 0 0 −0,836 × 10−2 − 0
BNE
82,3
−115,356 581,055 −4,534 −32
Elemen 1-2:
I. KATILI
Portal Bidang 293
GIE
N1 0 9843,75 0 0 0 −82,301
T1 −341,797 0 115,356 −581,055 −0,120 −32
−10, 207
M 1503,906
0 −341,797 1230, 469 −0,836
42,667
1
−2
0
N = × 10
0 −4,534
+ 0 =
−82,301
2
0 9843,75 0
Elemen 2-3:
N 2 4921,875 −4921,875 0 0 −181,994
T2 28,839
28,839 −28,839 −28,839 −0,836
7,407
M −205,434 −205,434 2416,869
870,073 −4,534
−83,808
−2
N = 4921,875 −4921,875 × 10 =
2
0 0 −4,580 −181,994
3
T3 28,839 28,839 −290,527
120,843 4,357 7,408
M 3 120,843 120,843 −870,073 −1063,42 0
Elemen 2-4:
GIE
N 2 −4921,68 0 0 0 0 0 41,150
−0,836
T2 0 −14, 42 −145, 264 14, 42 −85, 449 −64 −80,134
−4,534
M 2 1708,984 −145, 264 615, 234 170,667 258,149
0 145, 264
N = −4921,88 −4,580 × 10−2 + =
0 41,150
4 −8,596
0 0 0 0
T4 0 −14, 42 −145, 264 14, 42 −85, 449
64 47,866
25,982
M 4 0 −85, 449 −615, 234 85, 449 −751,953
170,667 0
I. KATILI
294 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal
2 41,150 kN
6 7
1
4
-82,301 kN -82,301 kN
181,994 kN
-181,994 kN 3 5
-67,692 kN
-67,692 kN
a. Diagram N
80,134 kN
53,793 kN 47,866 kN
10,207 kN
1 4 6
7
2
-10,207 kN 7,408 kN -53,793 kN
-47,866 kN
-80,134 kN
7,408 kN
3 5
b. Diagram T
3 5
c. Diagram M
I. KATILI