Anda di halaman 1dari 232

BAB 3

RANGKA

Bab ini ditujukan pada presentasi formulasi elemen hingga terhadap elemen rangka
yang memungkinkan untuk memahami perilaku struktur rangka bidang. Struktur rangka bidang
adalah gabungan dari elemen rangka yang dapat berartikulasi pada kedua ujungnya dan hanya
mentransmisikan gaya-gaya translasi pada nodal-nodal gabungan. Elemen dengan dua nodal
pada bab ini didefinisikan dalam sistim koordinat lokal (x-y), untuk kemudian selanjutnya
didefinisikan dalam koordinat global (X-Y). Tipe elemen ini umumnya dapat digabungkan untuk
mendapatkan elemen portal bidang untuk memerankan efek deformasi aksial e pada struktur
portal. Dalam hal praktis, ia digunakan untuk mengevaluasi secara cepat distribusi gaya-gaya
internal struktur tipe menara, atap, jembatan rangka, dan lain sebagainya.
Ekspresi variasional memungkinkan untuk memformulasikan elemen hingga tipe
peralihan untuk elemen lurus. Pada bab ini akan diformulasikan dengan detail mengenai matriks
kekakuan, matriks massa, beban ekuivalen dengan mempertimbangkan model peralihan. Dalam
kasus pembebanan statik, kita dapat memperoleh hasil eksak untuk peralihan nodal dan gaya
resultan.
Sebuah elemen rangka dengan panjang L, modulus elastisitas E dan luas penampang A,
diletakkan sejajar dengan sumbu lokal seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.1. Kedua ujung
atau buhul dianggap sebagai nodal, masing-masing diberi nomor 1 dan 2. Gaya f x1 dan f x2
bekerja dalam arah x lokal masing-masing pada nodal 1 dan 2. Searah dengan dua gaya nodal
tersebut, terdapat masing-masing peralihan u 1 dan u 2 . Peralihan-peralihan ini sering disebut
derajat kebebasan (degrees of freedom) atau disingkat dk. Seluruhnya ada dua derajat kebebasan
untuk elemen rangka ini.

EA
f x 1 , u1 1 2 f x 2 , u2
x
L

Gambar 3.1 Elemen Rangka Sepanjang Sumbu Lokal x

Kita akan menurunkan dua persamaan dalam bentuk matriks untuk menghubungkan
gaya f x1 dan f x2 dengan peralihan u 1 dan u 2 . Penurunan tersebut dapat dilakukan dengan suatu
pendekatan energi atau pendekatan keseimbangan tegangan-regangan. Pendekatan energi lebih
umum dan lebih tepat, khususnya untuk tipe-tipe elemen hingga yang rumit. Pendekatan
keseimbangan tegangan-regangan adalah sederhana dan jelas secara fisik. Tapi ini dapat
diterapkan hanya pada elemen hingga sederhana. Untuk menggunakan pendekatan energi,
pertama-tama kita harus mendefinisikan sebuah fungsi peralihan untuk elemen.

I. KATILI
Rangka 37

3.1 FUNGSI PERALIHAN DAN FUNGSI BENTUK


Untuk sebuah elemen dengan tegangan atau regangan aksial konstan, peralihan aksial u(x)
pada sebuah jarak x dari nodal 1 dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan polinomial dan
diasumsikan bervariasi secara linier terhadap x, yaitu:
a 
u ( x) =a1 + a2 x =1 x  1  =P { an } (3.1)
a2 
di mana a 1 dan a 2 adalah dua konstanta yang tergantung pada kondisi dua nodal tersebut.
Pada x = 0, u ( x=
) u (0)= u=
1 1 0 { an }
Pada x = L, u ( x=
) u ( L=) u=
2 1 L { an }
Dan dapat disusun menjadi bentuk matrik:
 u1  1 0   a1 
 =    atau secara simbolis : {u n } = [P ]{a n }
u 2  1 L  a 2 
Relasi invers memberikan: {a n } = [P ]−1 {u n }
Dengan mensubstitusikan hasil-hasil untuk a 1 dan a 2 dalam Persamaan (3.1) dan
menyusun kembali persamaan tersebut memberikan bentuk akhir dari fungsi peralihan:
u 
u ( x) = ∑N ui u i = N u1 N u2  1  = N u1 ( x)u1 + N u2 ( x)u 2
u 2 
(3.2)
i =1, 2
x x
dengan: N u1 ( x) = 1 −
dan N u2 ( x) = (3.3)
L L
di mana N u1 ( x) dan N u2 ( x) menggambarkan distribusi atau bentuk dari peralihan dihubungkan
dengan masing-masing derajat kebebasan u 1 dan u 2 . Biasanya dalam literatur dinamakan fungsi
bentuk (shape functions). Pendekatan secara fisik ke dalam fungsi peralihan (3.2) dan fungsi
bentuk (3.3) dapat dijelaskan dengan contoh-contoh berikut.
Pertama, mari kita periksa Persamaan (3.2) dan (3.3) dengan mengambil nilai x = 0 dan
L. Untuk x = 0, kita mendapatkan N u1 ( x) = 1 dan N u2 ( x) =0, yang menghasilkan u(0) = u 1 .
Untuk x = L, kita mendapatkan N u1 ( x) = 0 dan N u2 ( x) = 1 , yang menghasilkan u(L) = u 2 .
Berikutnya, diminta mendapatkan perpindahan u pada x = L/4 dan x = L/2 untuk sebuah
elemen batang dengan u 1 = 0,04 cm dan u 2 = 0,08 cm. Untuk kasus ini, Persamaan (3.2)
 x x
menjadi: u ( x) =1 −  (0, 04) + (0, 08)
 L L
Kita memperoleh pula: = u ( x L= / 4 ) 0, 05 cm, dan: =
u ( x L= / 2 ) 0, 06 cm.

x x u2
N u1 = 1 − Nu 2 = 1
1 u1
L L =
u ( x ) N u1u1 + N u 2u2
2 1 2 1 2
1
(a) (b) (c)

Gambar 3.2 Fungsi Peralihan u (x) dan Fungsi Bentuk.

I. KATILI
38 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

3.2 MATRIK & VEKTOR ELEMENTER


3.2.1 Metode Prinsip Kerja virtuil.
Ekspresi W a untuk suatu struktur yang terdiri dari gabungan elemen rangka, ditulis:
Wa =
∑ Wae − (U *F ) S f =
0 (3.4)
e

Di mana:
− Wae adalah kerja virtual sebagai kontribusi dari setiap dari elemen rangka dengan panjang L.
− (U * F ) S f adalah kerja virtual eksternal akibat bekerjanya gaya {F}(beban luar dan reaksi
perletakan) pada nodal-nodal struktur rangka.
Dengan menggunakan sifat-sifat bahan, bentuk Wae untuk setiap elemen dapat dinyatakan dari
Persamaan 2.52:

( )
L L L


0

0

Wae = u*,x EA u , x dx − u * f x dx − u *,x N o dx − u1* f x1 + u 2* f x2
0
(3.5)

Di mana elemen hingga untuk 2 nodal:

1 2
x
u1, x1 u2, x2

Gambar 3.3 Elemen Rangka

u = N {un } u* = N un*
; { }
x x (3.6)
N =
N u1 N u2 = (1 − ) ; L = x 2 − x1
L L
Bentuk diskrit Wae ditulis: =
Wae u *n ([ k ] [u ] − { f } − { f } − { f } )
n n n ek σ (3.7)

=
dengan: un* =
u1* u2* ; un u1 u2 (3.8)
EA  1 −1
[k ] = (3.9)
L  −1 1
 1
L
 Nu1 
L
− L   f x1 
{ f n }ek =
∫  N u2 
f x   dx ; { f σ} = − ∫  1  dx ; { f n } =
N o f  (3.10)
0 0    x2 
 L 

Untuk f x dan N o konstan:


f L
2 {}
{ f n }ek = x 11 ; { f σ} = − N o −11 {}
(3.11)

{f n } ek : adalah gaya nodal elemen yang bekerja pada nodal 1 dan nodal 2 akibat bekerjanya
beban terdistribusi f x
{f n }: adalah gaya nodal elemen yang bekerja pada nodal elemen yaitu nodal 1 dan nodal 2.

I. KATILI
Rangka 39

{f σ }: adalah gaya nodal elemen akibat perubahan temperatur dan bekerja pada nodal 1 dan
nodal 2.
Bentuk dalam bentuk matriks W ditulis:
=W U* ([ K ]{U }=
− { F }) ∑
e
u *n ([ k ]{u } − { f } − { f } − { f }) − U
n n ek σ n
*
{F } (3.12)

d 2u
Matriks massa konsisten berhubungan dengan gaya inersia (2.44) adalah: f x =
−ρ a 2 = −ρ au
dt
L N N 1N 2  L 2 1
2
[ m] ∫= 
1
2  a
ρ dx Jika ρ a adalah konstan : [ m ] ρ a 
6 1 2 
(3.13)
 N 1N 2 N2 
0

3.2.2 Metode Energi


∂u
Deformasi aksial (Persamaan 2.24) pada rangka didefinisikan sebagai: e x = (3.14)
∂x
Untuk elemen rangka, deformasi aksial dapat diperoleh dengan mensubstitusikan Persamaan
(3.1-3) ke dalam Persamaan (3.14):
e x = a2 (3.15a)
∂N u1 ∂N u2
atau: ex = u1 + u 2 = N u1 , x u1 + N u2 , x u 2 = Ba {u n } (3.15b)
∂x ∂x
1 1
di mana: Ba = Nu1 , x Nu2 , x = −
L L
Persamaan (3.15a) menyatakan bahwa regangan tersebut adalah suatu konstanta.
Berdasarkan hukum Hooke (Persamaan 2.20) untuk material linier, elastis, isotrop dan
homogen, tegangan dapat dinyatakan sebagai:
∂u
σ=
x Ee=x E
∂x
Gaya internal (Persamaan 2.26) yang bekerja secara aksial pada sumbu batang adalah:
N= σx A = EA Nu1 , x u1 + Nu2 , x u2 = EA Ba {un } (3.16)
Secara teoritis N adalah gaya internal yang berpasangan dan bekerja pada suatu elemen
diferensial dx. Nilai positip berarti N adalah gaya internal mengalami tarik dan nilai negatif
berarti N adalah gaya internal menerima tekan.
N N
f x1 f x2
1 dx 2

Gambar 3.4 Gaya internal Aksial N dan Gaya Nodal Elemen f x1 dan f x2
Persamaan energi internal (Persamaan 2.64) pada setiap elemen balok rangka dengan
mengabaikan tegangan inisial:

I. KATILI
40 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

L
EA  1 − 1
L
=
∏int
e 1
∫ ex dx
EA= 2 1
un [ k ]{un } dengan: [k ] = EA {Ba } Ba dx =
∫   (3.17a)
2
0
2
L − 1 1 
0
Persamaan energi external (Persamaan 2.47) pada setiap elemen balok rangka:
=
∏ eext un ({ fn } + { fn }ek { fσ }) (3.17b)
Bila tidak ada beban terdistribusi ({f n } ek = 0) dan tidak efek perubahan temperatur ({f σ } = 0),

{ f n } u1 u2  f x1 
f
maka: =∏ eext un = (3.17c)
 x2 
Dengan demikian persamaan energi elemen dapat dinyatakan sebagai:
1
∏ ea = ∏int
e
− ∏ eext = un [ k ] un − un { f n } (3.17.d)
2
Dengan menerapkan teori Castigliano, yaitu:

=
∂ ∏ ea ∂ ∏int − ∏ ext
e
= 0
e
( ) (3.18a)
∂ un ∂ un
Maka diperoleh: { f n } = [k ]{u n } (3.18b)
atau dalam bentuk matriks persamaan elemen dapat dinyatakan:
 f x 1   k11 k12   u1 
f =   (3.18c)
 x 2  k 21 k 22  u 2 
di mana [k] disebut matriks kekakuan elemen, dan koefisien kekakuan didefinisikan sebagai:
L
∫0
k ij = EA N ui , x N u j , x dx (3.19)
dengan i = 1 sampai 2 dan j = 1 sampai 2.
Dengan mensubstitusikan fungsi bentuk (3.3b) ke dalam Persamaan (3.19) diperoleh
persamaan kekakuan elemen dari Persamaan 3.18.c, sebagai berikut:
 f x  EA  1 − 1  u1 
f =  
1
 1 u 2 
(3.20)
 x 2  L − 1
EA/L adalah kekakuan aksial dari elemen. Elemen tersebut berperilaku seperti pegas, dengan
konstanta pegas s = EA/L dalam satuan kN/m.
Catatan:
- {u n } dinamakan dk elemen dalam sistim koordinat lokal.
- {f n } dinamakan gaya nodal elemen dalam sistim koordinat lokal.
- Secara matematis, Persamaan (3.9) memperlihatkan bahwa k ij = k ji , jadi matriks
kekakuannya simetris. Secara fisik, kita telah melihat bahwa matriks kekakuan adalah
simetris sesuai dengan teori resiprok (perulangan) Betty-Maxwell.
- Koefisien kekakuan pada diagonal utama dari [k] adalah k ii dimana k ii > 0.
- Det [k] = 0 ini berarti matriks kekakuan elemen bersifat semi definit positip dan tidak bisa
diinvers sebelum kondisi batas yaitu u 1 atau u 2 belum diketahui nilainya.
- Persamaan 3.20 dinamakan persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinal lokal.

I. KATILI
Rangka 41

3.2.3 Metode Keseimbangan Tegangan-Regangan


Marilah kita pertama kali mengasumsikan bahwa elemen rangka terjepit sempurna pada
nodal 1 tetapi bebas pada nodal 2 dalam Gambar 3.5a. Ini berarti bahwa u 1 = 0

f x 1 , u1 = 0 f x 1 , u1 f x 2 , u2 = 0
f x 2 , u2

EA, L EA, L

(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Elemen Rangka Terjepit pada Nodal 1, (b) Elemen Rangka Terjepit pada Nodal 2
EA
Karena EA/L adalah konstanta pegas dalam kN/m dan u 1 = 0: fx = u2
2 L
(3.21a)
EA
Keseimbangan dalam arah x menyebabkan: fx = − fx = −
u2 (3.21b)
1 L 2

Marilah kita mengasumsikan bahwa elemen rangka tersebut terjepit pada nodal 2 tetapi bebas
pada nodal 1, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.5b. Ini berarti bahwa u 2 = 0.
EA
Kemudian: fx = u1 (3.21c)
1 L
EA
Keseimbangan dalam arah x menyebabkan: fx = − fx = − u1 (3.21d)
2 1 L
Dengan menggabungkan dua kasus, mengkombinasikan Persamaan (3.11a) dengan
(3.21d), akan diperoleh persamaan kekakuan yang sama dengan Persamaan (3.20).

Catatan:
- Bila u 1 = 1 dan u 2 = 0 maka diperoleh f x1 = EA / L dan f x2 = − EA / L . Sedangkan bila u 1 =
0 dan u 2 = 1 diperoleh f x1 = − EA / L dan f x2 = EA / L . Dengan demikian secara umum
dapat diambil kesimpulan bahwa kolom ke i dari suatu matrik kekakuan [k] adalah gaya-
gaya yang bekerja dan membentuk keseimbangan bila d.k. ke i bernilai 1 unit dan d.k.
lainnya bernilai nol.
Pertimbangkanlah batang elastis terjepit pada salah satu ujungnya dan mengalami beban
akibat berat sendiri.

x=0
1

u(x)
Penampang A
Modulus E 2
Berat sendiri ρg

3 x=L

I. KATILI
42 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gambar 3.6 Batang dengan Dua Buah Elemen Rangka


Bentuk variasionalnya (relasi 2.52) adalah:
L
 ∂u*   ∂u  L
= Wa ∫ EA    = dx − ∫ ρgAu* dx 0 ∀ u*
0  ∂x   ∂x  0

dengan: = u ( 0 ) 0=
dan u ∗ ( 0 ) 0
− Representasi geometri:
Struktur direpresentasikan oleh dua buah elemen:
elemen 1: nodal 1 dan 2: 0 ≤ x ≤ L/2
elemen 2: nodal 2 dan 3: L/2 ≤ x ≤ L

− Representasi fungsi solusi:


x x
( x ) Nu1 u1 + Nu2 u2
untuk setiap elemen: u= ; Nu1 =
1− dan N u2 =
L L
− Representasi bentuk variasional:
Relasi (3.7.3) untuk setiap elemen dinyatakan:
=
Elemen


{}
1-2: Wa u1∗ u2∗  [ k ] 1 − { f n } − { f n }ek 
u
u
2


dengan: [ k ] =
2 EA  1 −1
L  −1 1
; { f n }BNE = ρgA {}
L 1
4 1
=
Elemen


{}
u 3

2-3: Wa u2∗ u3∗  [ k ] 2 − { f n } − { f n }ek 
u

dengan: [k ] =
2 EA  1 −1
L  −1 1
; { f n }BNE = ρgA {}
L 1
4 1
− Ekspresi W sebagai penggabungannya adalah:
Wa = Wa (elemen 1 - 2) + Wa (elemen 2 - 3) = U ∗ ([K ]{U } − {F }) = 0
U ∗ = u1∗ u 2∗ u 3∗ ; U = u1 u 2 u3

 1 −1 0 1 
2 EA   L 
dengan: [K ] = −1 2 −1 ; {F } =ρgA 2 
L  4 
 0 −1 1 1 
BNE
{F} diperoleh dari penggabungan {f n } sedangkan penggabungan {f n }akan saling
meniadakan.
− Penyelesaian:
Dengan memperhitungkan kondisi batas u 1 = 0 dan u 1 * = 0 maka ekspresi W= 0
memberikan:
2 EA  2 −1 u2
L  −1 2 
 3
u
= ρg {}
AL 2
4 1 {}dan diperoleh:
u2
u3
= {} 1
8
ρg {}
L2 3
E 4

I. KATILI
Rangka 43

− Evaluasi deformasi dan tegangan:


L2
• elemen 1-2: un = ρg 0 83
E
2 ( u2 − u1 ) 3 L 3
e= u, x = = ρg (konstan) ; σ= Ee = ρgL
L 4 E 4
L2 3 1
• elemen 2-3: un = ρg
E 8 2
2 ( u3 − u2 ) 1 L 1
e= u , x = = ρg (konstan) ; σ= Ee= ρgL
L 4 E 4

− Reaksi perletakan R pada nodal 1 diperoleh dengan mempertimbangkan ekspresi diskrit

Wa = U ∗ ([ K ]{U } − { F }) − u1∗ R = 0 ∀ {U ∗}
Relasi terhadap u1∗ dengan u 1 , u 2 , u 3 diketahui memberikan:
2 EA AL
= ( u1 − u2 ) − ρg −=R 0 dan diperoleh R = −ρgAL
L 4

Representasi grafik:
− Solusi u(x)
L2 x x 
− Solusi eksak adalah: u ( x ) = ρg 1 − 
E L  2L 

Eksak

Elemen Hingga
1 2 3
− Tegangan σ(x)
 x
Solusi eksak adalah: σ( x ) = ρg L1 − 
 L

Eksak

Elemen Hingga

1 2 3

Dari hasil perhitungan diperoleh lendutan {u n } yang semuanya memberikan hasil eksak
pada nodalnya saja dan untuk tegangan, hasilnya hanya eksak pada titik tengah setiap elemen.
Kita pertimbangkan suatu batang dengan panjang L x dan berpenampang konstan A
terbebani beban dinamik. Bentuk variasionalnya (Persamaan 2.52) adalah:

I. KATILI
44 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

2L * d 2u 2L *
Wa =∫ u ,*x EAu , x dx + ∫ dx − ∫
2L
u ρA 2 u f x (t )dx − (u* F ) =0 ∀ u *( x), t
0 0 dt 0 di nodal
Getaran bebas (f x = 0): (2 elemen)
1 2 3

u1 L u2 L u3
Gambar 3.7 Dua Buah Elemen Rangka

Di mana f xi = 0 pada nodal 1 dan 3 (elemen bebas). Solusi adalah dalam bentuk:
=u ( x, t ) u ( x)eiωt dimana u (x) dan ω menyatakan eigen vector dan eigen value.
Wa = ∑Wae di mana:=
L L *
Wae ∫0 u, x EAu, x dx − ω2 ∫0 u ρAudx
*
Bentuk variasionalnya menjadi:
Matriks [k], [m] suatu elemen panjang L adalah (Persamaan 3.6 dan 3.10).
EA  1 −1 ρAL  2 1 
= [k ] =   ; [ m]
L  −1 1  6 1 2 
Sistem matrik setelah penggabungan adalah : [K ]{U } = λ [M ]{U }
 1 −1 0  2 1 0
dengan: [ K ] =   1 4 1 
 −1 2 −1 ; [ M ] =   ;
 0 −1 1  0 1 2 
ρL2
=U u1 u 2 u3 ; λ = ω2
6E
Eigen vector dan eigen value (dinormalisasikan terhadap [M] yaitu U [M ]{U } = 1 ),
adalah:
1
=
- pola 1: (pola kekakuan) ω2 0= ; U 1 1 1
2 3
3E 1
- pola 2: = ω2 =; U 1 0 −1
ρL 2
2
12 E 1
- pola 3: ω2 = 2 ; U = −1 1 −1
ρL 2
2 2 E
=
Nilai eksak dari ω2 adalah: ωn2 n= π ; n 0,1, 2....
4ρ L 2
Gaya Getar dengan f x = Af o sin Ω t
Untuk elemen terjepit pada nodal 3, sistim matrik ditulis:
EA  1 −1  u 1 
L  −1 2   +ρ
 u 2 
AL  2 1   u1 
6  1
=
4 
 u 2 
L
2
1
   A f o sin Ωt 2 {}
u (t )  u 
Solusi khusus adalah dalam bentuk:  1 =  sin Ωt  1 
u 2 (t )  u 2 

I. KATILI
Rangka 45

u 1 dan u 2 membuktikan:
 1 − 2Ω 2a −1 − Ω 2a   u 1 
 −1 − Ω 2a 2 − 4Ω 2a  u 
  2
= f{}
o
L 2 1 di mana : a
2E 2
= ρ
L2
6E
Jika nilai Ω adalah dekat dengan nilai eigen dari elemen, nilai determinan matrik menuju nilai
nol (resonansi).

I. KATILI
Rangka 45

3.3 RANGKA BIDANG


Setelah menjelaskan persamaan kekakuan elemen rangka dalam sistim koordinat lokal,
yaitu sumbu x, kita sekarang beralih kepada kasus elemen rangka yang bisa diaplikasikan pada
problem bidang pada sistem koordinat global X-Y. Kita dapat menurunkan persamaan kekakuan
elemen dengan menggunakan pendekatan energi yang dikombinasikan dengan transformasi
koordinat, transformasi koordinat murni, atau keseimbangan tegangan-regangan. Untuk problem
rangka bidang kita berasumsi bahwa beban luar langsung bekerja pada nodal dan dengan
demikian {f n }BNE = {0}. Bila perubahan temperatur tidak ditinjau maka {f σ } = {0}

3.3.1 Metoda Energi.


Sebuah elemen rangka diperlihatkan pada Gambar 3.8. Koordinat lokal adalah xy dan
koordinat global adalah XY. Sumbu x mengarah pada sudut φ dan bernilai positip bila dihitung
berlawanan arah jarum jam dari sumbu X menuju sumbu x. Dalam sistem koordinat global,
setiap nodal i memiliki gaya horizontal f Xi , gaya vertikal f Yi , peralihan horizontal U i dan
peralihan vertikal V i . Jadi setiap elemen memiliki empat derajat kebebasan, U 1 , V 1 , U 2 dan V 2 .
Dari Gambar 3.8 kita memahami transformasi dk dari sistim lokal ke sistim global pada nodal 1
dan nodal 2, sebagai berikut:
u1 = U 1 cos φ + V1 sin φ ; u 2 = U 2 cos φ + V2 sin φ (3.22)

fY2 , V2
fx2 , u2

2 fX2 , U2

EA, L
Y
y x
fX1 , U1 1 φ
X

fx1 , u1
fY1 , V1

Gambar 3.8 Sistem Koordinat Lokal (x, y) dan Global (X, Y) untuk Elemen Rangka

Jika kita menggunakan simbol-simbol: = C cos φ dan = S sin φ


Persamaan (3.22) dapat ditulis sebagai:
U1 
{}u1 C S 0 0   V1 
=
u2 lokal  0 0 C S  U 2 
 
atau secara simbolik: {un }lokal [T ]{un }global (3.23a)
 V2  global
relasi invers memberikan: un lokal
= un global
[T ]T (3.23b)
di mana [T] adalah matriks transformasi.

I. KATILI
46 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Karena energi internal adalah suatu besaran skalar, maka kita dapat menghitungnya dalam
sistim koordinat lokal maupun global tanpa merubah nilainya.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3.23) ke dalam Persamaan (3.17a, b, c) menghasilkan:
= e −
∏ e ∏ int ∏ eext

n global [T ] [ k ]lokal [T ]{un } global [ k ]global {un }global


T
=∏int
e 1
2
u= 1
2
un global
(3.24a)

atau dapat ditulis sebagai:


T
C 0 
U1  U1 
 S 0  EA  1 −1 C S 0 0   V1 
1 V 1 
∏int
e
= 
 0 C  L  −1 1  0 0 C S  U 2  (3.24b)
2 U 2   
0 S
  V2    V2 
 C 2
CS −C −CS 
2

EA CS S 2 −CS − S 2 
[ k ]global [T=
di mana:= ]T [ k ]lokal [T ]  2  (3.25)
L  −C −CS C2 CS 
 −CS − S S 2 
2
CS
∏ eext = u n global
[T ]T { f n }lokal = un global
{ f n }global (3.26)
Persamaan-persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinat global dapat diperoleh dengan
menggunakan teori Castigliano:
 ∂ ∏e ∂U 1  0   f X1   C2 CS −C 2 −CS  U1 
 ∂ ∏e ∂V     fY1  EA  CS
 1  =0 S 2 −CS − S 2   V1 
 e  0  ⇒ f =  2   (3.27a)
∂ ∏ ∂U 2     X 2  L  −C −CS2 C2 CS  U 2 
 ∂ ∏e ∂V 2  0   fY 2   −CS − S CS S 2   V2 
atau secara simbolik dapat ditulis sebagai: { f n }global = [k ]global {u n }global (3.27b)
Matriks kekakuan elemen ini memiliki pola yang mudah diingat. Kita dapat dengan
segera mengingat matriks kekakuan tersebut sebagai:

EA  To − To  C 2 CS 
[k] global =  [To ] =  
To 
di mana: (3.28)
L − To  CS S 2 

Catatan:
- {f n } global adalah gaya nodal elemen dalam sistim koordinat global.
- {u n } global adalah dk elemen dalam sistim koordinat global.
- [k] global adalah matriks kekakuan elemen dalam sistim koordinat global.

3.3.2 Metoda Transformasi Koordinat.


Seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.8, elemen rangka dua dimensi tersebut memiliki
empat buah derajat kebebasan. Jika kita tambahkan sebuah gaya f y semu dan sebuah peralihan v
dalam arah y pada tiap nodal, kita dapat menghubungkan ke empat derajat kebebasan dalam arah
koordinat lokal tersebut dengan derajat kebebasan yang berada pada arah koordinat global,
sebagai berikut:

I. KATILI
Rangka 47

 u1   C S 0 0  U1 
 v1   − S C 0 0   V1 
u  =  0 0 C S  U  (3.29a)
 2   2
 v2   0 0 − S C   V2 
atau secara simbolik: {u n }lokal = [T ]{u n } global (3.29b)

di mana [T] adalah matriks transformasi koordinat.


Kita dapat menghubungkan keempat gaya nodal dalam arah koordinat lokal dengan
gaya nodal yang berada pada arah koordinat global dengan menggunakan matriks transformasi
koordinat yang sama dengan yang diturunkan untuk peralihan, yaitu:
{ f n }lokal = [T ]{ f n } global (3.29c)

Karena matriks transformasi [T] ini memiliki ukuran 4×4, adalah sangat perlu untuk
memperbesar matriks kekakuan untuk koordinat lokal seperti pada Persamaan (3.10) dari ukuran
2×2 menjadi 4×4. Ini dapat dilakukan hanya dengan menambahkan angka-angka nol dalam
baris-baris dan kolom-kolom tambahan yang sesuai dengan gaya-gaya f y1 , f y2 dan perpindahan
v1, v2.
 f x1   1 0 −1 0   u1 
 f y1  EA  0 0 0 0   v1 
f =  −1 0 1 0  u2 
(3.30a)
 x2  L   
 0 0 0 0   v2 
 f y2 
atau secara simbolik: { f n }lokal = [k ]lokal {u n }lokal (3.30b)
Dengan memasukkan Persamaan (3.29a) dan (3.29) ke dalam Persamaan (3.30b)
memberikan:
[T ]{ f n } global = [k ]lokal [T ]{u n } global
atau: { f n } global = [T ] −1 [k ]lokal [T ]{u n } global
Karena matriks transformasi [T] adalah matriks yang ortogonal (inversnya sama dengan
transposnya), kita mempunyai:

{ f n } global = [k ] global {u n } global dengan: [k ] global = [T ]T [k ]lokal [T ] (3.31)

3.3.3 Metoda Keseimbangan Tegangan-Regangan.


Marilah kita meninjau bahwa elemen rangka bidang yang memiliki perletakan sendi
pada nodal 1 dan diletakkan pada perletakan rol pada nodal 2, seperti diperlihatkan dalam
Gambar 3.9. Perletakan rol ditahan terhadap pergerakan vertikal tetapi diijinkan untuk bergerak
secara horizontal. Keadaan ini berarti: U 1 = V 1 = V 2 = 0 dan U 2 ≠ 0
Marilah kita sekarang memindahkan nodal 2 dengan peralihan sebesar U 2 ,

I. KATILI
48 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

fY2
N

2 U2 f X2

EA, L U2 cos φ
Y
φ φ ≈ φ'
X f X1 1 φ'

fY1

Gambar 3.9 Elemen Rangka Bidang dengan U 1 = V 1 = V 2 = 0 Tapi U 2 ≠ 0.

seperti diperlihatkan pada Gambar 3.9 Diasumsikan bahwa U 2 itu begitu kecilnya sehingga
besar sudut φ tidak berubah. Elemen tersebut bertambah panjang:
∆L = U 2 cos φ = C U 2
Gaya internal aksial yang sama dengan perpanjangan itu adalah:
N = (EA / L) CU 2
Gaya nodal elemen pada nodal 2 memiliki dua komponen:
EA 2
f X 2 = N cos φ = C U2
L (3.32a)
EA
f Y 2 = N sin φ = CSU 2
L
Dengan menganggap elemen tersebut sebagai benda bebas (free body) dan menerapkan
persamaan keseimbangan menghasilkan:
EA 2
fX1 = − fX 2 = − C U2
L (3.32b)
EA
fY 1 = − fY 2 = − CSU 2
L
Persamaan (3.32a) dan (3.32b) dapat ditulis dalam bentuk berikut ini:
 f X1   −C 2 
 fY  EA −CS 
f 1 =  2 U 2 (3.33)
 X2  L  C 
 fY2   CS 
Dapat terlihat bahwa Persamaan (3.33) menghasilkan tepat kolom ketiga dari matriks kekakuan
yang diberikan pada Persamaan (3.27)
Dengan prosedur yang sama, kita dapat menurunkan:

I. KATILI
Rangka 49

 Kolom ke-1 U= U1 dan V=


1 U=2 V= 0
   1 2

Kolom ke-2  dari [k] dengan menetapkan: V=
 1 1V dan U=1 U=2 V=2 0
Kolom ke-4  V=
2 V2 dan U=
1 V=
1 U= 0 
  2

3.3.4 Karakteristik dari Persamaan Kekakuan Elemen.


Keseimbangan. Marilah kita menganggap elemen rangka bidang dalam Gambar 3.8
sebagai benda bebas (free body). Persamaan kekakuan untuk elemen ini terdapat pada
Persamaan (3.27). Kita melihat dalam matriks kekakuan bahwa koefisien-koefisien dalam baris
pertama adalah sama tetapi berlawanan tanda dengan koefisien-koefisien dalam baris ketiga.
Hubungan yang sama juga terjadi antara baris kedua dan keempat. Jika kita mengalikan
persamaan matriks, kita menemukan bahwa:
f x1 = − f x2 dan f y1 = − f y2
Jadi keseimbangan dalam arah x dan y untuk benda bebas (free body) tersebut terpenuhi. Kita
kemudian menghitung momen pada nodal 1:
∑ M 1 = f X 2 LS − f Y 2 LC
= EA((−C 2 S + C 2 S )U 1 + (−CS 2 + CS 2 )V1 + (C 2 S − C 2 S )U 2 + (CS 2 − CS 2 ))V2 = 0
yang juga memenuhi kondisi keseimbangan momen.
Singularitas. Dalam matriks kekakuan [k], baris pertama dan ketiga adalah sama tetapi
berlawanan tanda, demikian juga dengan baris kedua dan keempat. Karena itu [k] adalah matriks
singular. Secara matematis, matriks yang singular tidak dapat diinvers sehingga tidak mungkin
mencari pemecahan Persamaan (3.27).
Secara fisik, matriks kekakuan singular berarti bahwa elemen tersebut, tanpa adanya
perletakan, adalah free body yang tidak stabil. Elemen tersebut dapat menjadi stabil dan matriks
kekakuan tersebut dapat menjadi tidak singular jika elemen tersebut diberikan kondisi batas
yang cukup. Salah satu cara untuk menstabilkan elemen tersebut adalah dengan memberikan
perletakan seperti diperlihatkan pada Gambar 3.9. Dalam kasus hal ini, U= 1 V= 1 V= 2 0 . Jika
kita hanya memperhatikan persamaan ketiga dalam persamaan kekakuan (3.27), kita
menemukan bahwa:
C 2 EA
fX 2 = U2
L
Matriks kekakuan yang telah direduksi berorde 1×1 dan adalah tidak lagi singular.

I. KATILI
50 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

3.3.5 Persamaan untuk Gaya Internal Aksial


Jika kita mengetahui peralihan nodal untuk elemen rangka, baik diketahui atau dihitung,
gaya aksial dapat diperoleh secara langsung dari Persamaan (3.27). Marilah kita mengalikan
persamaan ketiga dan keempat dalam Persamaan (3.27),

fX 2 =
EA 2
L
(
C (U 2 − U 1 ) + CS (V2 − V1 ) )
fY 2 =
EA
L
(
CS (U 2 − U 1 ) + S 2 (V2 − V1 ) )
Jika kita menggunakan N untuk menunjukkan gaya aksial tarik, maka:
EA 2 EA
N= f X 2C + fY 2 S= (C + S 2 ) ( C (U 2 − U1 ) + S (V2 − V1 ) )= ( C (U 2 − U1 ) + S (V2 − V1 ) )
L L
Dalam bentuk matriks, gaya aksial tarik ditulis sebagai:
U1 
EA V 
N= −C −S C S  1 (3.34)
L U
V 2 
 2
Jika nilai N yang diperoleh negatif, berarti gaya aksial tersebut adalah tekan. Persamaan 3.34
adalah perhitungan gaya internal elemen berdasarkan prinsip keseimbangan antara gaya nodal
dan gaya internal. Gaya internal elemen dapat pula diturunkan secara teoritis dari Persamaan
3.16, yaitu:

N = EA Ba {u n }lokal = EA −
1 1
{u n }lokal = EA − 1 1
[T ]{U n }global (3.35a)
L L L L

U1 
EA V 
atau: N= −C −S C S  1 (3.35b)
L U
V 2 
 2
dan kita peroleh hasil yang sama dengan Persamaan 3.34.
f
Y
2

f
Y
1
f
X
N 2
2
f N
X
1
dx
1

Gambar 3.10 Gaya Internal Elemen N dan Gaya Nodal f Xi dan f Yi dalam Koordinat Global (i=1,2).

I. KATILI
Rangka 51

3.4 PENGGABUNGAN.
Bentuk variasional suatu struktur yang terdiri dari gabungan elemen-elemen dua nodal
yang diperoleh dengan menggunakan relasi elementer yang didefinisikan dalam koordinat global
umum.
∑W e − (U *F )S f =
W= 0 di mana: W e =un* ([k ]glob {u n}glob − { f n} glob ) (3.36)
glob
e

atau dapat pula dinyatakan sebagai: W = U * ([ K ]{U } − { F }) = 0 ∀ {U *} (3.37)


[K] merupakan resultan daripada gabungan matrik elementer [k] global .
{F} merupakan resultan daripada gabungan beban nodal elementer (akibat perubahan temperatur
{f σ } dan/atau beban terdistribusi antar nodal {f n }BNE) dan beban luar atau reaksi perletakan
yang bekerja pada nodal struktur. Pada aplikasi perhitungan rangka, sering diasumsikan
bahwa beban luar langsung bekerja pada nodal sehingga: {f n } BNE = {0}
Solusi {U} diperoleh setelah memperhitungkan kondisi batas: [K]{U}={F} (3.38)
Untuk memperoleh [K] tidak singular, kita harus memasukkan secara cukup kondisi batas untuk
menghindari adanya rigid body motion (RBM). Dalam membentuk struktur, elemen-elemen
disusun sedemikian rupa untuk menjamin absennya RBM. Kita dapat mendefinisikan kondisi
yang diperlukan untuk menghindari singularitas daripada matrik [K]:
− Jumlah derajat kebebasan harus lebih kecil atau sama dengan jumlah elemen ;
− Pada problem rangka bidang, struktur harus dibentuk dengan jumlah elemen ≥ dari (2×
jumlah nodal) – 3.
− Empat elemen membentuk kuadrilateral akan mengantar pada RBM;
− Rangka bidang dimana elemen-elemen disusun dalam bentuk segitiga dan kondisi batas
diberikan secukupnya (setelah eliminasi 3 pola kaku) adalah struktur rangka tanpa
kemungkinan RBM.
Untuk mendemonstrasikan metoda penggabungan, dipilih sebuah contoh rangka tiga elemen
seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.11a. Semua elemen memiliki panjang yang sama L dan
kekakuan aksial EA. Rangka tersebut memiliki tiga nodal dan enam derajat kebebasan. Untuk
memformulasikan seluruh sistem, kita harus memformulasikan elemen tunggal lebih dulu. Tabel
3.1 memperlihatkan daftar kosinus dan sinus arah dari ketiga elemen.

RY3 FY3 , V3
RX3
3 3 FX 3 , U 3

R X1 1 60° 60°
2 P 2 FX 2 ,U 2
F X1 , U 1
1 L
(a) RY2 FY1 , V1 (b) FY2 , V2

Gambar 3.11 (a) Kondisi Batas, Reaksi Perletakan dan Pembebanan untuk Rangka tersebut.
(b) Tiga Nodal, Enam Derajat Kebebasan, Rangka Tiga Elemen.

I. KATILI
52 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Untuk elemen 1-2, dari Persamaan (3.27) dan Tabel 3.1,


 f X1   1 0 −1 0  U1 
 fY  EA  0 0 0 0   V1 
f 1   −1 0 1 0  U 2 
(3.39a)
 X2  L   
 fY2   0 0 0 0   V2 

Tabel 3.1 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen


Elemen φ C S C2 CS S2
1-2 0 1 0 1 0 0
2-3 120o -½ √3/2 ¼ -√3/4 ¾
1-3 60o ½ √3/2 ¼ √3/4 ¾

 f X2   1 − 3 −1 3  U 2 

 f  EA  − 3 
3 3 −3  V2 
Untuk elemen 2-3:  Y2  =   (3.39b)
 f X 3  4 L  −1 3 1 − 3  U 3 
 fY 3   3 −3 − 3 3  V3 

 f X1   1 3 −1 − 3  U1 
 fY1  EA  3 3 − 3

−3  V1 
Untuk elemen 1-3:  =
f    (3.39c)
 X 3  4 L  −1 − 3 1 3  U 3 
 fY3   3  V3 
− 3 −3 3
Kita harus mencamkan dalam pikiran bahwa f X i dan f Yi adalah gaya nodal i elemen
yang bekerja dalam sistim koordinat global. Ketika ketiga set persamaan kekakuan elemen
digabungkan, jumlah dari gaya-gaya nodal elemen itu, baik dalam arah X maupun Y pada tiap
nodal adalah gaya nodal struktur yang sebanding dengan beban luar P dan reaksi perletakan
yang bekerja pada nodal 1, 2 dan 3. Jadi:
F=
X1 R=
X1 f X1 dari elemen 1-2 ditambah f X1 dari elemen 1-3
FY1= 0= fY1 dari elemen 1-2 ditambah f Y1 dari elemen 1-3
FX 2= P= f X 2 dari elemen 1-2 ditambah f X 2 dari elemen 2-3
F=
Y2 R=Y2 fY2 dari elemen 1-2 ditambah f Y2 dari elemen 2-3
F=
X3 R=X3 f X 3 dari elemen 1-3 ditambah f X 3 dari elemen 2-3
F=
Y3 R=Y3 fY3 dari elemen 1-3 ditambah f Y3 dari elemen 2-3
FX1 , FY1 , FX 2 , FY2 , FX 3 , FY3 adalah gaya nodal struktur.
RX1 , RY2 , RX 3 , RY3 adalah gaya reaksi perletakan.
Kita juga harus mencamkan dalam pikiran bahwa pada tiap nodal nilai peralihan U i dan
V i pada tingkat elemen adalah sama dengan nilai yang diperoleh setelah penggabungan karena
hal ini merupakan syarat kompatibilitas antar elemen.
Dengan menguasai kedua aturan di atas, metode penggabungan dilakukan sebagai
berikut.

I. KATILI
Rangka 53

 FX1  4 +1 3 −4 0 −1 − 3 U
 FY    1
3 3 0 0 − 3 − 3   V1 
 F  EA 
1
 X2   −4 0 4 +1 − 3 −1 3  U 2 
F =    (3.40)
 Y2  4 L  0 0 − 3 3 3 −3  V2 

 FX 3   −1 − 3 −1 3 1+1 3 − 3  U 3 
 FY3  3 + 3  3 
V
 − 3 −3 3 −3 3− 3
Prosedur penggabungan dapat juga dilakukan dengan memindahkan tiga buah matriks
kekakuan elemen 4×4 ke dalam sebuah matriks kekakuan total 6×6 seperti diilustrasikan dalam
Gambar 3.12. Untuk elemen 1-2 dan 2-3, setiap matriks kekakuan 4×4 tetap berbentuk blok
dalam proses penggabungan. Untuk elemen 1-3, matriks kekakuan 4×4 dipisahkan ke dalam
empat buah blok (submatriks 2×2) selama penggabungan. Posisi-posisi di mana setiap blok
ditempatkan, tergantung kepada urutan derajat kebebasan yang sesuai. Dalam bagian di mana
dua blok saling overlap (bertumpuk), koefisien kekakuan elemen dijumlahkan.

3.5 SOLUSI PERSAMAAN.


Asumsikan bahwa struktur rangka memiliki perletakan dan dibebani seperti
diperlihatkan dalam Gambar 3.11a. Kita hendak menemukan nilai-nilai dari enam derajat
kebebasan peralihan, keempat gaya reaksi dan ketiga gaya aksial elemen.

+ + =

[ k1− 2 ] [k2 − 3 ] [ k1− 3 ] Total [ K ]

Gambar 3.12 Penggabungan dari Tiga Matriks Kekakuan Elemen.

Kondisi perletakan adalah U 1 = V 2 = U 3 = V 3 = 0. Hanya V 1 dan U 2 yang akan


dipecahkan. Marilah kita mengatur kembali Persamaan (3.40) sehingga V 1 dan U 2 dan P yang
bersesuaian muncul lebih dulu dalam kolom-kolom mereka.
Pertama, marilah kita mengatur kembali posisi dari baris-baris sebagai berikut:
 FY1   3 3 0 0 − 3 −3 U
 FX    1
−4 0 5 − 3 − 1 3   V1 
 F  EA 
2
 X1   5 3 −4 0 −1 − 3  U 2 
F =    (3.41a)
 Y2  4 L  0 0 − 3 3 3 −3  V2 

 FX 3   −1 − 3 −1 3 2 0  U 3 
 FY3  6   3 
V
 − 3 −3 3 −3 0
Kemudian marilah kita mengatur kembali posisi dari kolom-kolom sebagai berikut:

I. KATILI
54 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FY1 = 0   3 0 3 0 − 3 −3 V = ?
 FX = P    1 
0 5 −4 − 3 −1 3  = 
 F = R  EA 
2  2 U ?
 X1 X1   3 −4 5 0 −1 − 3  U1 = 0 
F = R  =    (3.41b)
 Y2 Y2
 4L  0 − 3 0 3 3 −3 V2 = 0 

 FX 3 = RX 3  − 3 −1 −1 3 2 0  U 3 = 0 
V = 0
 FY3 = RY3   −3 3 − 3 −3 0 6   3
RX1 , RY2 , RX 3 , RY3 adalah reaksi perletakan, P adalah beban luar yang bekerja.
Dengan mengalikan kedua baris pertama menghasilkan:
 0  EA 3 0  V1 
 =    (3.42a)
 P  4 L 0 5 U 2 
 V1  4 L 5 0  0  4 PL 0
yang memberikan:  =    =   (3.42b)
U 2  15 EA 0 3  P  5 EA 1
Terlihat bahwa Persamaan (3.41a) dapat diperoleh dari Persamaan (3.40) tanpa melalui
proses pengaturan ulang dan pembatasan seperti diperlihatkan dalam Persamaan (3.41a) dan
(3.41b). Ini dilakukan dengan hanya mencoret kolom-kolom dan baris-baris yang sesuai dalam
matriks kekakuan total yang memiliki nilai derajat kebebasan yang sama dengan nol. Persamaan
(3.42a) diperoleh dengan mencoret kolom dan baris pertama, keempat, kelima dan keenam
dalam matriks kekakuan total 6×6.
Setelah menemukan nilai V 1 dan U 2 , kita dapat menemukan gaya-gaya reaksi dengan
mengalikan baris ketiga sampai dengan baris keenam dalam Persamaan (3.42b):
 RX1   3 −4   −4 
R   
 Y2  EA  0 − 3   V1  P − 3 
= R  =     (3.43)
 X3  4L − 3 −1 U 2  5  −1
 RY3   
 −3 3  3 

Sekarang kita memiliki keenam nilai gaya nodal struktur. Nilai-nilai ini memenuhi
keseimbangan jika kita menganggap semua struktur rangka sebagai benda bebas (free body).
Gaya aksial N 12 , N 23 dan N 13 untuk ketiga elemen diperoleh dengan menggunakan
Persamaan (3.34):

= N12
EA
L
=C12 S12{ }U 2 − U1 EA
V2 − V1
=
L
1 0 
4 PL
 0
 4P
5 EA
 5
(tarik)

N 23 =
EA
L { }
C23 S 23
U3 − U 2
V3 − V2
=
EA 1
L

2 2 
3 − 4 PL

0
 2P
5 EA =
 5
(tarik)

L 2 2 {0}
S { }
EA U −U EA 1 3 0
=N13 C = = 3 1 0
L
13
V − 13
V 3 1

Setelah memperoleh gaya aksial, gaya reaksi dapat juga diperoleh dengan menggunakan
keseimbangan dari tiap nodal, tanpa menggunakan Persamaan (3.43). Sehingga formulasi dari
persamaan matriks kekakuan total 6×6 (3.41b) tidak diperlukan. Melainkan, hanya gabungan
dari persamaan matriks kekakuan 2×2 (3.42a) yang diperlukan.

I. KATILI
Rangka 55

3.6 STRATEGI SOLUSI PERSAMAAN.


Setelah kita akrab dengan prosedur penyelesaian pada Subbab 3.5, adalah lebih mudah
untuk mengerti beberapa prosedur dasar perlakuan terhadap persamaan kekakuan seperti yang
dijelaskan dalam bentuk simbolik di bawah ini.

3.6.1 Perlakuan terhadap Kondisi Batas


Asumsikan bahwa persamaan matriks kekakuan yang digabungkan untuk sebuah sistem
struktur elemen hingga adalah sebagai berikut
{F } = [ K ]{U } (3.44)
Berdasarkan pada keadaan batas yang ditentukan tanpa peralihan, Persamaan (3.44) dapat diatur
kembali dan dikelompokkan seperti didemonstrasikan dalam memperoleh Persamaan (3.41b):

{ }
FJ
FS
=  JJ
K
{ }
K JS  U J = ?
 K SJ K SS  U S = 0
(3.45)
di mana {U J } mengandung nilai derajat kebebasan tak terkekang yang ingin dicari,
{U S }mengandung derajat kebebasan yang terkekang (nol), {F J } merupakan beban luar yang
berhubungan dengan derajat kebebasan yang tidak terkekang, dan {F S } mengandung gaya-gaya
reaksi yang tidak diketahui yang berhubungan dengan derajat kebebasan nodal yang terkekang.
Dengan mengalikan Persamaan (3.45) menghasilkan:
{FJ } = [ K JJ ]{U J } (3.46a)
karena itu: {U J } = [ K JJ ]−1{FJ } (3.46b)
dan gaya-gaya reaksi yang tidak diketahui diberikan oleh:
−1
= =
{FS } [ K SJ ]{U J } [ K SJ ][ K JJ ] {FJ } (3.46c)
Adalah suatu praktik yang biasa dan efisien untuk memformulasikan hanya matriks yang
lebih kecil [K JJ ] daripada menyusun keseluruhan matriks [K] yang berdasarkan pada kondisi
tidak ada peralihan. Matriks [K JJ ] dalam Persamaan (3.46a) adalah cukup untuk menghasilkan
semua derajat kebebasan yang tidak diketahui, sehingga gaya-gaya reaksi dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan kekakuan elemen yang diperlukan daripada menggunakan
matriks [K SJ ]. Dalam pemrograman komputer, untuk memformulasikan hanya [K JJ ] tanpa
menyusun [K] adalah sangat penting dalam menghemat DIMENSION dan kemampuan
penyimpanan komputer.

3.6.2 Prosedur Reduksi


Dalam sebuah problem sebenarnya, tidak setiap derajat kebebasan tidak terkekang
dibebani dengan beban luar. Vektor beban {F A } dalam Persamaan (3.46a) dapat mengandung
berapa buah angka nol. Berdasarkan pada nilai nol ini, prosedur reduksi dapat dilakukan.
Untuk penyederhanaan, marilah kita menulis kembali Persamaan (3.46a) dengan
menghilangkan subscriptnya.
{F } = [ K ]{U } (3.47)
di mana vektor {U} bisa jadi tidak lagi mengandung derajat kebebasan yang nol.
Dengan mengetahui beban nol tersebut, kita dapat mengatur kembali dan
mengelompokkan Persamaan (3.47) sebagai berikut:

{ FA
} =  AA
K
{ }
K AB  U A
FB = 0  K BA K BB  U B
(3.48)

I. KATILI
56 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

di mana {F A } mengandung beban yang benar-benar bekerja dan kemungkinan beberapa beban
nol pilihan, {F B } adalah sebuah vektor beban nol yang ukurannya dapat dipilih lebih kecil
daripada jumlah beban nol yang sebenarnya, {U A } mengandung derajat kebebasan yang sesuai
dengan beban {F A }, dan {U B } berisi derajat kebebasan yang berhubungan dengan beban nol
{F B }.
Dengan mengalikan Persamaan (3.48) menghasilkan:
= {FA } [ K AA ]{U A } + [ K AB ]{U B } (3.49a)
{FB=} {0}= [ K BA ]{U A } + [ K BB ]{U B } (3.49b)
Dari Persamaan (3.49b), kita dapat menulis:
{U B } = −[ K BB ]−1[ K BA ]{U A } (3.49c)
Matriks [K BB ] adalah sebuah submatriks nonsingular simetris bujur sangkar. Kecuali {F A } dan
{F B } memiliki ukuran yang sama, matriks [K BA ] adalah matriks tidak bujur sangkar. Jika [K BA ]
adalah bujur sangkar, adalah tidak simetris dan seringkali singular.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3.49c) ke dalam Persamaan (3.49a) menghasilkan:
{FA } = [ K ]{U A } (3.50a)
dengan: {K } [ K AA ] − [ K AB ][ K BB ]−1[ K BA ]
= (3.50b)
Sehingga: {U A } = [ K ]−1{FA } (3.50c)
Setelah vektor peralihan {U A } diperoleh, substitusi balik dari {U A } ke dalam Persamaan (3.50c)
akan memberikan {U B }.
Dengan menggunakan prosedur reduksi ini, kita tidak perlu menginvers seluruh matriks
[K]. Tetapi, kita hanya menginvers dua matriks yang lebih kecil, [K BB ] dan [ K ]. Jumlah dari
ukuran-ukuran [K BB ] dan [ K ] adalah sama dengan [K]. Untuk sebuah persamaan kekakuan yang
besar, prosedur reduksi ini dapat menghemat cukup banyak waktu komputasi.

3.6.3 Nodal yang Diberi Peralihan.


Dalam beberapa problem, sebuah nodal dapat menjadi subjek dari pemberian peralihan
dan bukan beban. Pemaksaan pengepasan selama pelaksanaan konstruksi adalah salah satu
contoh. Kadang-kadang, peralihan nodal tertentu dapat diketahui dari pengukuran.
Marilah kita memulai dengan Persamaan (3.47), yang kondisi batasnya telah dijelaskan.
Persamaan telah diatur kembali dan dikelompokkan sesuai dengan kondisi peralihan yang
diberikan tersebut.

{ }
FA  K AA K AB   U A 
=
FB  K BA K BB  U B = U 
(3.51)

di mana {U A } mengandung derajat kebebasan tak terkekang yang belum diketahui,


{U B }={ U }mengandung derajat kebebasan nodal yang direncanakan, {F A } mengandung beban
luar yang diketahui yang sesuai dengan {U A }, dan {F B } mengandung gaya yang tidak diketahui
yang diperlukan untuk menghasilkan derajat kebebasan yang direncanakan {U B }.
Dengan mengalikan Persamaan (3.51) menghasilkan:
=
{FA } [ K AA ]{U A } + [ K AB ]{U } (3.52a)

=
{FB } [ K BA ]{U A } + [ K BB ]{U } (3.52b)

I. KATILI
Rangka 57

Derajat kebebasan yang tidak diketahui dapat ditemukan dari Persamaan (3.52a):
={U A } [ K AA ]−1 ({FA } − [ K AB ]{U })
Gaya yang tidak diketahui yang searah dengan derajat kebebasan yang direncanakan dapat
diperoleh dengan substitusi balik dari {U A } ke dalam Persamaan (3.52b).

3.6.4 Perletakan Rol Miring.


Semua struktur memiliki perletakan di mana kondisi perletakan dapat dinyatakan dengan
komponen peralihan pada arah sumbu global. Tetapi kadang- kadang kondisi perletakan tidak
selalu dapat dinyatakan dengan mengikuti arah ini karena perletakan membentuk sudut pada
sumbu global. Gambar 3.13 memperlihatkan kondisi perletakan yang dimaksud tersebut.
Gambar 3.13a menunjukkan struktur rangka yang diasumsikan dibuat dalam hubungan
dengan sumbu global XY. Terdapat perletakan rol pada nodal 4 yang mengijinkan pergerakan
sejajar dengan permukaan miring (pada arah x) tetapi tidak bisa berpindah pada arah tegak lurus
dengan permukaan miring (pada arah y). Jadi kondisi batas yang digunakan pada perletakan
adalah mengikuti koordinat lokal nodal 4 yaitu ; v 4 = 0. Untuk struktur yang ditunjukkan pada
Gambar 3.13a solusi yang sederhana dipilih sumbu XY, yang arahnya dipilih sama dengan
sumbu xy. Bagaimanapun juga, hal ini tidak selalu dapat diterapkan untuk sejumlah alasan dan
pada kasus tertentu, masalah masih timbul jika perletakan rol lebih dari satu, seperti pada kasus
untuk struktur portal yang ditunjukkan pada Gambar 3.13b.
Masalah dari perletakan yang miring dapat diatasi dengan lebih dari satu cara. Disini
dijelaskan metode yang berdasarkan pada kegunaan sistem koordinat lokal “perletakan’ (sistem
xy diperlihatkan pada gambar) dan termasuk transformasi antara sistem perletakan dengan sistem
global XY. Untuk memperjelas metode ini, kita bahas struktur rangka yang memiliki perletakan
miring pada nodal 4 dengan sudut φ 4 terhadap sumbu global seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 3.13a.
1
Y ,V
Y ,V y, v
X ,U
X ,U 2 3
φ
x, u
(a)
y, v
4 (b)

φ4
x, u

Gambar 3.13 Struktur dengan Perletakan Miring

Pada sistem global XY persamaan kekakuan yang lengkap untuk struktur sebelum
kondisi batas digunakan memiliki bentuk:

I. KATILI
58 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FX1   KU1U1 KU1V1 KU1U 2 KU1V 2 KU1U3 KU1V3 0 0 


 FY   KV U KV1V1 KV1U 2 KV1V 2 KV1U3 KV1V3 0 0  U1 
F 1  K 1 1  V1 
KU 2V1 KU 2U 2 KU 2V 2 KU 2U3 KU 2V3 KU 2U 4 KU 2V4  U 2 
 X 2   U 2U1
 FY2   KV2U1 KV2V1 KV2U 2 KV 2V 2 KV2U3 KV2V3 KV2U 4 KV2V4   V2 
F  = K KU3V1 KU3U 2 KU 3V 2 KU 3U 3 KU 3V3 KU 3U 4 KU 3V4  U 3 
(3.53a)
 X 3   U3U1  
 FY3   KV3U1 KV3V1 KV3U 2 KV3V 2 KV3U3 KV3V3 KV3U 4 KV 3V4   V3 

 FX 4   0 0 KU 4U 2 KU 4V 2 KU 4U 3 KU 4V3 KU 4U 4 KU 4V4  U 4 
 FY   0
 4  0 KV4U 2 KV4V 2 KV4U3 KV4V3 KV4U 4 KV4V4   V4 
 F1   K11 K12 K13 0  U1 
 F2   K 21 K 22 K 23 K 24  U 2   KU U K U iV j 
F  =  K di mana:  K ij  =  i j
K 34  U 3  KViV j 
atau: (3.53b)
K 32 K 33  KVi U j
 F3   31  
 4  0 K 42 K 43 K 44  U 4 
Kondisi batas yang dipakai pada nodal 4 adalah v 4 = 0. Untuk dapat menggunakan
kondisi ini kita harus mengganti U 4 = U 4 V4 dengan u4 = u4 v4 dan
F4 = FX 4 FY4 dengan F4' = Fx 4 Fy4 pada Persamaan (3.53).
Pada nodal 4 komponen dari peralihan pada dua sistem koordinat dapat dihubungkan
dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan pada Subbab 3.3.2 untuk transformasi sistem
koordinat, yaitu:
u4   C4 S 4  U 4
  = −S C  V
 4  4
v 4 4
{ }   C − S 4  u4
atau: U 4  =  4
 4   4
V S C 
4 4
v {}
atau: {U 4 } = [T4 ] {u4 } (3.54)
T

dan komponen gaya yang terkait dihubungkan dengan cara yang sama yaitu:
 Fx4    C4 S 4    FX 4   FX   C4 − S 4    Fx 
  =   − S C    F  atau:  4  =   S    F 4  atau: {F4 } = [T4 ] F4 (3.55)
T '
{ }
 y4    4 4    Y4   Y4    4 4    y4 
F F C

di mana C 4 = cos φ 4 dan S 4 = sin φ 4 dan F4' = Fx4 Fy4 adalah komponen gaya luar yang
bekerja pada nodal 4 pada arah x dan y. Proses substitusi dua hubungan ini kedalam persamaan
(3.53), menghasilkan:
 F1   K11 K12 K13 0  U1 
 F2   K 21 K 22 K 23 K 24  U 2 
 F3  =  K K 32 K 33 K 34  U 3 
(3.56)
 T '   31   T 
T4 F4   0 K 42 K 43 K 44  T4 u4 
Karena T4T4T = I , baris ke-empat pada matriks kolom sebelah kiri dan baris ke-empat matriks
kekakuan dikalikan dengan T 4 sehingga hasilnya adalah:
 F1   K11 K12 K13 0  U1 

 F2  K 21 K 22 K 23 K 24T4T  U 2 
 F3  =  
K 34T4T  U 3 
(3.57)
 '   K 31 K 32 K 33
 F4   0 T4 K 42 T4 K 43 T4 K 44T4T   u4 
dan ini merupakan persamaan kekakuan akhir sebelum kondisi batas digunakan. Kemudian
dapat digunakan cara sederhana dengan eliminasi baris dan kolom yang terkait dengan U 1 , V 1 ,
dan v4 , dan solusi dari peralihan struktur kemudian diperoleh dengan cara yang sama.

I. KATILI
Rangka 59

Komponen acuan pada koordinat perletakan yaitu u 4 harus diubah kembali ke dalam
komponen acuan pada sistem global (menggunakan Persamaan (3.54)) sebelum prosedur normal
dapat digunakan.
Rangka statis tak tentu dengan empat elemen dan lima nodal dengan empat nodal
terkekang dan sebuah nodal yang diletakkan pada rol di atas bidang miring dengan sudut 45°
diperlihatkan dalam Gambar 3.14. Semua elemen memiliki kekakuan aksial EA. Hitung gaya
reaksi yang tegak lurus dengan bidang miring, peralihan pada nodal 1, dan gaya aksial dalam
semua elemen. Tabel 3.2 memperlihatkan cosinus dan sinus arah untuk setiap elemen.
Solusi. Karena empat dari lima nodal dikekang, struktur tersebut hanya memiliki dua derajat
kebebasan. Persamaan kekakuan keseluruhan dapat digabungkan menjadi:

 FX1   K11
 F  = K
 Y1   21
K12  U1
K 22  V1 {}
Tabel 3.2 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS Panjang
1-2 60 ½ √3/2 ¼ 3
4
√3/4 2L
1-3 30 √3/2 ½ 3
4
¼ √3/4 2L/√3
1-4 0 1 0 1 0 0 L
1-5 -30 √3/2 -½ 3
4
¼ -√3/4 2L/√3

−P 3

30°
1 30° 4
30°

R
45°
5
L

Gambar 3.14 Struktur Rangka Bidang dengan Perletakan Rol di Atas Bidang Miring pada Nodal 1
EA 2 9 + 6 3 EA EA 3 EA
Di mana: K11 =
Σ C = ; K12 =
K 21 =
Σ CS =
L 8 L L 8 L

I. KATILI
60 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

EA 2 3 + 2 3 EA
K 22 =Σ S =
L 8 L
Karena nodal 1 diletakkan di atas rol pada bidang miring 45° seperti dalam Gambar 3.14, kita
mendapati: V1 = −U 1 . Karena adanya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring, gaya
nodal struktur pada nodal 1 adalah:
R R
F=X1 R cos 45=
° ; F=Y1 R sin 45° −=
P −P
2 2
Persamaan kekakuan menjadi:
 R   R 
  EA 9 + 6 3   U    EA  9 + 5 3 
{U 1 }
2 3
 R =  
1
 atau:  2  = 
 −P  8 L 
 3 3 + 2 3 
 V1 = − U 1  
R
−P  8 L 
 − 3 − 3 
 2   2 
Kedua persamaan memiliki dua anu (variabel yang belum diketahui), R dan U1 . Reaksi R dapat
dieliminasi dengan mengurangi persamaan satu dengan persamaan dua:
EA
P = (12 + 6 3 ) U1
8L
4 PL 4(2 − 3 ) PL
peralihan dari nodal 1 adalah: U 1 = −V1 = =
6 + 3 3 EA 3 EA
dan reaksi yang tegak lurus pada bidang miring diperoleh dari salah satu dari kedua persamaan
kekakuan:
2 (3 + 3 )
R= P
6
Gaya internal aksial elemen adalah:

(3 )
{ }
EA 1 3 U 2 − U1 3 −5 P
=N12 = (tarik)
2L 2 2 V2 − V1 3

{UV −− UV } = − ( )
3EA 3 1 9−5 3 P
N13 = 3 1 (tekan)
2L 2 2 3 1 3

N =
EA U 4 − U1  (
4 2− 3 P )
1 0  = − (tekan)
 V4 − V1 
14 L 3

N =−
3EA 3 1 U 5 − U1  3− 3 P ( )
 = − (tekan)
 V5 − V1 
16 2L 2 2 3

Harus diperiksa apakah gaya-gaya aksial ini memenuhi persamaan keseimbangan pada nodal 1.

I. KATILI
Rangka 61

3.6.5 Gaya Awal dan Efek Temperatur.


Selama masa konstruksi dari sebuah struktur rangka, ada kemungkinan elemen-elemen
tertentu dipabrikasi dengan panjang yang tidak tepat. Akibatnya elemen tersebut dipaksakan ke
dalam posisinya di antara dua nodal dengan memberikan tarikan atau tekanan awal. Dalam
keadaan semacam ini, elemen-elemen tersebut tetap mengalami gaya aksial walaupun sedang
tidak ada beban yang bekerja. Kondisi semacam ini juga dapat terjadi ketika struktur mengalami
perubahan temperatur. Analisis tegangan untuk keadaan semacam ini dibagi ke dalam dua
langkah dan hasil dari kedua langkah tersebut kemudian digabungkan.
− Langkah 1:
Asumsikan semua nodal dalam keadaan ditahan terhadap peralihan dan gaya aksial terjadi
dalam semua elemen akibat tarikan atau tekanan awal atau perubahan temperatur dihitung.
Gaya aksial untuk elemen sejenis dihitung dengan:
∆L
N = − EA (3.58)
L
di mana kelebihan panjang ∆L bernilai positif ketika elemen tersebut lebih panjang daripada
semula. Gaya aksial N bernilai positif ketika elemen mengalami tarikan. Tanda negatif
diberikan untuk menandakan bahwa elemen itu sedang mengalami tekanan jika kelebihan
panjangnya dipaksakan terpasang di nodal. Dalam kasus kenaikan temperatur ∆T:
N = − EAα∆T (3.59)
di mana α adalah koefisien muai panjang (regangan per derajat) dan ∆T bernilai positif
ketika temperatur meningkat. Tanda negatif diberikan kepada elemen yang sedang
mengalami tekanan jika pemuaiannya ditahan oleh nodal yang dikekang menyebabkan
pemendekan pada elemen pada posisi yang seharusnya.
Untuk sebuah elemen rangka bidang, gaya nodal yang diperlukan untuk menahan nodal
atau mempertahankan gaya aksial awal N seperti yang diperoleh dalam Persamaan (3.58)
adalah:
 FX1   −C   C  C
 FY   − S  ∆ L  S   S
=  F 1  N=
 C  EA −C  atau : EAα∆T −C  (3.60)
 X 2    L    
 FY2   S  −S   −S 
Persamaan ini memperlihatkan bahwa untuk sebuah elemen dengan kelebihan panjang atau
kenaikan temperatur, gaya F X , F Y adalah positif pada nodal 1 dan negatif pada nodal 2.
− Langkah 2:
Untuk menghilangkan gaya pengekang yang diperoleh dalam Persamaan (3.60) untuk semua
elemen, sistem rangka total dianalisis untuk beban nodal yang sama besarnya tetapi
berlawanan tanda dengan gaya penahan ini. Karena itu beban luar pada nodal tersebut, pada
langkah 1 dan 2, saling menghilangkan sehingga struktur tidak mengalami gaya luar akibat
pemasangan yang tidak tepat. Hasil akhir peralihan dan gaya aksial adalah jumlah dari hasil
peralihan dan gaya aksial yang diperoleh dari langkah 1 dan 2.
Karena peralihan nodal dalam langkah 1 adalah nol semua, peralihan yang diperoleh
dalam langkah 2 memperlihatkan bentuk yang terdeformasi dari struktur dengan ketidaktepatan
ukuran. Gaya aksial akhir dalam tiap elemen adalah jumlah dari gaya-gaya yang diperoleh dari
kedua langkah tersebut.

I. KATILI
62 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Sebuah rangka tiga elemen diperlihatkan dalam Gambar 3.15. Semua elemen memiliki
kekakuan aksial EA. Jika temperatur dari elemen 1-2 dinaikkan dengan besar ∆T di atas
temperatur seragam tertentu dari rangka, hitung peralihan dari nodal 1 dan gaya aksial dalam
ketiga elemen.

2
3 4

45° 45° L

1
Gambar 3.15 Rangka Tiga Elemen dengan Elemen 1-2 dinaikkan Temperaturnya Sebesar ∆T.

Problem ini dapat diselesaikan menurut kedua langkah yang diperlihatkan berikut ini.
Langkah 1: Asumsikan bahwa nodal 1 dikekang, gaya aksial yang bekerja pada ketiga elemen
akibat kenaikan temperatur ∆T dalam elemen 1-2, dari Persamaan (3.59),
N '13 = N '14 = 0 ; N '12 = − EAα∆T
di mana tanda aksen digunakan untuk menunjukkan bahwa gaya-gaya tersebut adalah untuk
langkah 1 dan tanda negatif menunjukkan bahwa elemen 1-2 dalam keadaan tertekan ketika
nodal 1 dikekang. Gaya nodal yang diperlukan untuk menahan nodal 1 adalah dari Persamaan
(3.60):
EAα∆T EAα∆T
FX1 = N '12 cos135° = ; FY2 = N '12 sin135° = − (3.61)
2 2
Jika ada lebih dari satu elemen yang mengalami kenaikan temperatur, gaya-gaya pengekang
harus dijumlahkan untuk tiap nodal.

Langkah 2: Berdasarkan Tabel 3.3 dan Persamaan (3.27a), persamaan kekakuan total
digabungkan menjadi:
 EAα∆T 
 FX1 =

 FY1 =
2  = EA 1
− EAα∆T 

0  U1
2 L 0 1 + 2  V1
 {}
 2 

Tabel 3.3 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen


Elemen φ C S C2 CS S2 Panjang
1-2 135o -½ 1/√2 ½ -½ ½ √2L
1-3 90o 0 1 0 0 1 L
1-4 45o 1/√2 1/√2 ½ ½ ½ √2L

I. KATILI
Rangka 63

Di mana beban-beban luar adalah sama besar tetapi berlawanan tanda dengan gaya pengekang
yang diperoleh dari Persamaan (3.61). Solusi akhir untuk peralihan pada nodal 1 adalah seperti
di bawah ini:
 EAα∆T 

{}
U1
V1
=
L 

2 0 



EA  0 2 − 2   − EAα∆T 
2  = α∆TL  1 
  
1 − 2 
 2 
Gaya-gaya aksial akibat peralihan ini adalah:

= "
N12
EA
2L

1
2
{
1 U 2 − U1
=
2 V2 − V1
} 2
2
EAα∆T

=
N "
13
EA
L
0 1 3 ={
U − U1
}( )
V3 − V1
2 − 1 EAα∆T

"
N14 =
EA
2L 2
1
2
{
1 U −U
4V
4

1 V } = −
1 2− 2
2
EAα∆T

Di mana aksen ganda menandakan bahwa gaya-gaya tersebut adalah untuk langkah 2.
Gaya-gaya aksial akhir dalam ketiga elemen tersebut diperoleh dengan menjumlahkan
gaya-gaya yang diperoleh dari kedua langkah,
2− 2
N12 = N '12 + N "12 = − EAα∆T (tekan)
2
N=13 N '13 + N="13 ( 2 − 1) EAα∆T (tarik)
2− 2
N14 = N '14 + N "14 = − EAα∆T (tekan)
2

I. KATILI
64 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

3.7 APLIKASI ELEMEN RANGKA BIDANG.


3.7.1 Struktur Rangka Dengan Metoda Reduksi
Rangka bidang statis tak tentu yang simetris diberi sepasang gaya seperti diperlihatkan
dalam Gambar 3.16. Semua elemen memiliki kekakuan aksial yang sama EA. Tidak ada
hubungan antara kedua elemen diagonal. Hitunglah perpindahan pada semua nodal dan gaya
aksial untuk setiap elemen.

Solusi:
Rangka bidang tersebut adalah komposisi dari enam elemen, empat nodal, dan delapan
derajat kebebasan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.16. Matriks kekakuan elemen diperoleh
berdasarkan relasi (3.27) dan Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS Panjang
1-2 45o 1/√2 1/√2 ½ ½ ½ L
2-3, 1-4 -45o 1/√2 -1/√2 ½ ½ -½ L
3-4 -135o -1/√2 -1/√2 ½ ½ ½ L
1-3 0 1 0 1 0 0 √2L
2-4 -90o 0 -1 0 1 0 √2L

FY2 , V2

FX 2 ,U 2
2
FY1 , V1
FY3 , V3
−P 45° P FX1 ,U1
FX 3 , U 3
45° 1 3

L L
4 FX 4 ,U 4

FY4 , V4

Gambar 3.16 Rangka Bidang dan Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasan

 f X1   1 1 − 1 − 1 U 1 
f 
 Y1  EA 
 1 1 − 1 − 1  V1 
Untuk elemen 1-2: f =  
 X 2  2 L − 1 − 1 1 1 U 2 
 fY   
 2 − 1 − 1 1 1 V2 

I. KATILI
Rangka 65

Untuk elemen i-j dengan (i,j) = (2,3) dan (1,4):


 fXi   1 −1 −1 1 U i 
f  − 1  
 Y i  EA  1 1 − 1  Vi 
f  =  
 X j  2 L − 1 1 1 − 1 U j 
 fY j   
   1 −1 −1 1 V j 

 f X3   1 1 − 1 − 1 U 3 
f 
 Y3  EA 
 1 1 − 1 − 1  V3 
Untuk elemen 3-4: f =  
 X4  2 L − 1 − 1 1 1 U 4 
 fY   
 4 − 1 − 1 1 1 V4 
 f X1   1 0 − 1 0 U 1 
f    
 Y1  EA  0 0 0 0  V1 
Untuk elemen 1-3: f =  
 X3  2 L − 1 0 1 0 U 3 
 fY   
 3  0 0 0 0 V3 
 f X2  0 0 0 0 U 2 
f 
 Y2  EA 
0 1 0 − 1 V2 
Untuk elemen 2-4: f =  
 X4  2 L 0 0 0 0 U 4 
 fY   
 4 0 − 1 0 1 V4 

k1− 2 k1− 3 + k1− 3 k1− 4


k1− 4

k 2 −3 k2 − 4 k2 − 4
+
k1− 3 k2 − 4

k 3− 4 k1− 4 k1− 4 +
k2 − 4 k2 − 4

Gambar 3.17 Posisi dari Ke-6 Matriks Kekakuan Elemen pada Proses Penggabungan

Gambar 3.17 memperlihatkan posisi di mana keenam matriks kekakuan elemen 4×4
dipindahkan selama proses penggabungan. Kedua matriks 8×8 yang diperlihatkan dalam
Gambar 3.17 akan ditempatkan secara bertumpuk. Karena derajat kebebasan yang berhubungan
dalam matriks kekakuan total adalah berurutan dari 1 sampai 8, setiap sudut φ dalam Tabel 3.4
diukur pada i untuk elemen i-j dengan i < j jadi selama penggabungan urutan dalam tiap matriks
kekakuan elemen tidak perlu dibalik. Setelah penggabungan, kita mendapatkan:

I. KATILI
66 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FX1   2 + 2 1 − 1 −1
 FY  −1 − 2 0 −1 1 U1 
 1 − 1 1 + 1 −1 − 1 0 0 1 − 1 V 
F 1
  U1 
 X2  −1 −1 1 + 1 1 − 1 − 1 1 0 0
 FY2  EA  −1 −1 1 − 1 2 + 2 1 −1 0 − 2   V2 
2

F  =   
 X3  2L  − 2 0 −1 1 2 + 2 1 − 1 −1 −1 U 3 
 FY3   0 0 1 −1 1 − 1 1 + 1 −1 −1  V3 
 FX 4   −1 1 0 0 −1 −1 1 + 1 1 − 1 U 4 
 FY  
 1 −1 0 − 2 −1 −1 1 − 1 2 + 2   V4 
 4
Karena simetris: V1 = U 2 = V3 = U 4 = 0
Matriks 8×8 dapat direduksi dengan cara menghapuskan baris dan kolom kedua, ketiga, keenam
dan ketujuh. Kita mendapatkan:
 FX1 = − P  2 + 2 −1 − 2 1 U1 
 FY = 0  EA  −1 2 + 2 1 − 2  V2 
F 2 = P  =    (3.62)
 X3  2L  − 2 1 2+ 2 −1 U 3 
 FY4 = 0   1 − 2 −1 2 + 2  V4 
Persamaan (3.62) dapat diatur kembali dan dikelompokkan menjadi:

− P  2 + 2 − 2 −1 1 U1 
 P  EA  − 2 2+ 2 1 −1 U 3 
 0 =    (3.63)
 0 2L  −1 1 2+ 2 − 2  V2 
   1 −1 − 2 2+ 2  V4 
Persamaan (3.63) dapat dipecahkan sekarang dengan menggunakan prosedur reduksi
yang digambarkan dalam bagian sebelumnya.

=− P EA  2 + 2
P 2 L  − 2 { } { }
− 2  U1 + EA  −1 1 V2
2 + 2  U 3 2 L  1 −1 V4 {} (3.64a)

0 EA − 1 1 U 1  EA 2 + 2 − 2  V2 
 =    +    (3.64b)
0 2 L  1 − 1 U 3  2 L  − 2 2 + 2  V4 
Dari Persamaan (3.64b):

V2  − 1 2 + 2 2  − 1 1 U 1  1  1 − 1 U 1 
 =     =   
1 U 3 
(3.64c)
V4  4 + 4 2  2 2 + 2   1 − 1 U 3  2 + 2 2 − 1

Dengan mensubstitusikan Persamaan (3.64c) ke dalam Persaman (3.64a) menghasilkan:

{ }
− P EA   2 + 2
=
P 
2 L   − 2
− 2  U1 
 U  +
1  −1 1  U1  EA  3 −1 U1 
 =   
2 + 2   3  1 + 2  1 −1  U 3  2 L  −1 3 U 3 

Sehingga: =
U1
U3
= 
4 EA { }
L 3 1  − P
1 3 
 P
PL −1
2 EA 1 { } {} (3.65a)

I. KATILI
Rangka 67

dan mensubstitusikan Persamaan (3.65a) ke dalam (3.64c) menghasilkan:

{VV } = 2PLEA −11 +−


2
4
2

2
(3.65b)

yang memperlihatkan bahwa U 1 = −U 3 dan V2 = −V4


Gaya aksial untuk keenam elemen dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.34):
 PL 
EA 1 1   2 EA  2 −1 P ( )
= N12 =
L 2 2 
 1 − 2 PL 
(
 2 ) (tarik)

 2 EA 
EA  PL  2P
=N13 = 1 0  EA (tarik)
2L  0  2
 0  2− 2 P
( )
N14
EA 
(

= 0 −1  2 − 1 P  =
2
) (tekan)
2L  
 EA 
( 2 − 1) P
Karena simetris, kita tahu bahwa: N=
12 N=
23 N=
34 N=
14
2
Kita dapat dengan mudah menemukan bahwa keseimbangan untuk tiap nodal akibat
beban luar dan gaya internal aksial elemen dipenuhi.

3.7.2 Solusi Berdasarkan Nilai Peralihan yang Diketahui


Karena bentuk geometri dari rangka bidang dan beban pada problem 3.7.1 adalah sama-
sama simetris, penggabungan persamaan kekakuan total (3.62) dapat dipecahkan berdasarkan
hubungan peralihan seperti yang didefinisikan dalam kolom peralihan dari persamaan berikut:

− P  2 + 2 −1 − 2 1  U 1 
 0    
  EA  −1 2 + 2 1 − 2   V2 
 =     (3.66)
 P  2L  − 2 1 2+ 2 − 1 U 3 = −U 1 

 0   1 − 2 − 1 2 + 2   V4 = −V2 
Dengan mengganti U 3 dengan –U 1 dan V 4 dengan –V 2 dan mengalikan Persamaan (3.66)
menghasilkan:
− P   2+2 2 −2 
 0   
  EA  − 2 2 + 2 2  U 1 
 =   V2 
(3.67)
 P  2 L − 2 − 2 2 2

 0  − 2 − 2 2 
 2
Reduksi di atas dilakukan dengan hanya mengurangi kolom 1 dengan kolom 3 untuk membentuk
kolom 1 dan mengurangi kolom 2 dengan kolom 4 untuk membentuk kolom 2 dalam matriks
kekakuan dalam Persamaan (3.66). Dalam keempat persamaan yang dihasilkan (3.67), dua

I. KATILI
68 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

persamaan pertama adalah sama dengan dua persamaan berikutnya. Kita bisa memilih yang
mana saja.
− P  EA 2 + 2 2 − 2  U 1 
 =   
 0  2 L  − 2 2 + 2 2  V2 
Relasi inversnya adalah:
U 1  L 2 + 2 2 2  − P  PL  − 1  − U 3 
 =    =  = 
V2  4(1 + 2 ) EA  2 2 + 2 2   0  2 EA 1 − 2   − V4 

3.7.3 Struktur Rangka Bidang dengan Kondisi Simetris


Sebuah rangka bidang simetris yang diberi beban P pada nodal 3 diperlihatkan dalam
Gambar 3.18. Semua elemen memiliki kekakuan aksial EA dan panjang L. Hitung perpindahan
pada semua nodal dan gaya internal aksial pada semua elemen. Rangka tujuh elemen tersebut
memiliki lima nodal dan 10 derajat kebebasan, seperti yang dinomorkan dalam Gambar 3.18.
Matriks kekakuan elemen diperoleh berdasarkan Persamaan (3.27) dan Tabel 3.5.
 1 3 −1 − 3 
EA  3 − 3 −3
Untuk elemen 1-2 dan 3-4: [ k ]global = 
3

4 L  −1 − 3 1 3
 − 3 −3 3 3

Tabel 3.5 Cosinus dan Sinus Arah untuk Tiap Elemen


Elemen φ C S C2 S2 CS Panjang
1-2, 3-4 60o ½ √3/2 ¼ ¾ √3/4 L
2-3, 4-5 60o ½ -√3/2 ¼ ¾ -√3/4 L
1-3,2-4,3-5 0 1 0 1 0 0 L

FY2 , V2 FY4 , V4
2 4 FX 4 ,U 4
FX 2 ,U 2
L
60°
60° 60° 60° 60°
F X1 , U 1 FX 3 ,U 3
FX 5 ,U 5
1 3 5

FY3 , V3 FY5 , V5
−P FY1 , V1

Gambar 3.18 Struktur Rangka Bidang dan Penomoran dari Nodal dan Derajat Kebebasannya.

I. KATILI
Rangka 69

 1 − 3 −1 3
 
EA − 3 − 3
Untuk elemen 2-3 dan 4-5: [k ]global =  3 3
4L −1 3 1 − 3
 
 3 −3 − 3 3

 4 0 − 4 0
 0 0 0 0
Untuk elemen 1-3, 2-4 dan 3-5: [k ]global = EA 
4L − 4 0 4 0
 
 0 0 0 0

Karena V1 = U 3 = V5 = 0 , kita harus menggabungkan ketujuh persamaan kekakuan


elemen dan kemudian menghapus baris dan kolom sesuai dengan d.k. yang bernilai nol. Hasilnya
adalah sebagai berikut:
 F X1  1 + 4 −1 − 3 0 0 0 0  U 1 
F    
 X2   −1 1+1+ 4 3− 3 3 −4 0 0  U 2 
 FY  − 3 3− 3 3+3 −3 0 0 0  V2 
 2  EA   
 FY3  =  0 3 −3 3+3 − 3 −3 0   V3 
F  4L   
 X4   0 −4 0 − 3 1+1+ 4 3 − 3 − 1  U 4 
 FY4   0 0 0 −3 3− 3 3+3 3  V4 
F    
 X5   0 0 0 0 −1 3 1 + 4 U 5 

Matriks kekakuan total 7×7 tersebut dapat direduksi menjadi matriks 7×4 dengan menggunakan
kondisi antisimetris dan simetris berikut:
U 1 = −U 5 ; U 2 = −U 4 ; V2 = V4
Reduksi tersebut dilakukan dengan mengurangi kolom 1 dengan kolom 7 untuk membentuk
kolom 1, mengurangi kolom 2 dengan kolom 5 untuk membentuk kolom 2, menambahkan
kolom 6 dengan kolom 3 untuk membentuk kolom 3 dan mempertahankan kolom 4.

 FX 1 = 0   5 −1 − 3 0
 FX = 0   3 
F 2 = 0   −1 10 0
 Y2  EA  − 3 0 6 −3 U1 
 0 2 3 U 
 FY3 = − P  = −6 6  V 2 
 FX 4 = 0  4 L  1 −10  2
0 − 3   V3 
 FY = 0  
 4  − 3 0 6 −3
 FX 5 = 0   −5
 1 3 0

Kita dapat memilih empat persamaan pertama atau empat persamaan terakhir untuk
mendapatkan peralihan. Marilah kita memilih empat persamaan pertama.

I. KATILI
70 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FX 1 = 0   5 −1 − 3 0 U1 
 FX = 0  EA −1 10 0 3  U 2 
F 2 = 0  =    (3.68)
 Y2  4L − 3 0 6 −3  V2 
 FY3 = − P   0 2 3 −6 6  V3 
Setelah reduksi, matriks kekakuan 4×4 tersebut tidak lagi simetris. Dengan mengalikan dua
persamaan pertama dalam Persamaan (3.68) menghasilkan:
U 1  3 10 − 1 V2 
 =    (3.69)
U 2  49  1 − 5 V3 

Dengan mengalikan dua persamaan terakhir dan menggunakan hubungan dalam Persamaan
(3.69) menghasilkan:
 FY2 = 0  6 EA  11 −6 V2
F = −P  =
 Y3  49 L  −12 11 V3
{}
V2  L 11 6   0  PL  − 6
Solusinya adalah:  =    =  
V3  6 EA 12 11 − P  6 EA − 11

dan: = { }
U1
U2
=
3 10 −1 PL −6
49  1 −5 6 EA −11 { } {}
3PL −1
6 EA 1
Gaya-gaya internal aksial elemen adalah:
EA 1
N12 =
L 2 {UV −− VU } =
2
3 2
2

3P
3
1
1
=
N 45 (tekan)

=
N
EA 1
23
L 2 2 {
3 U −U
V −
=
V }3
3
3P
= N
3
2
2
34 (tarik)

1 0{ }
EA U −U 3P
N = 4= − 2 (tekan)
L
24 V − V 4 3 2

N =1 0 { }
EA U −U 3P
=
3 − =
1 N (tarik)
13
L V −V 3 16
36

Harus diperiksa apakah semua gaya internal aksial ini memenuhi syarat keseimbangan pada
semua nodal.

I. KATILI
Rangka 71

3.7.4 Berbagai Problem Rangka Bidang

Rangka Bidang 1:

F ,V
Y 3
3 3
F ,U
3 X
3
3
RX3
RY3
E = 2×108 kN/m2 FY2 , V2 FY4 , V4
3 m

FX 2 ,U 2 FX 4 ,U 4
2 4 100 kN
2
RX2 4
RY2 FY1 , V1
1,732 m
-200 kN
1 F X1 , U 1
1
R X1 3 m
RY1
Gambar 3.19 Rangka Bidang 1, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.6 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)


1-4 30o 0,866 0,5 0,75 0,25 0,433 3,464 0,015
2-4 0 1 0 1 0 0 3 0,020
3-4 -45o 0,707 -0,707 0,5 0,5 -0,5 4,243 0,030

Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = V2 = U 3 = V3 = 0
Persamaan kekakuan elemen setelah kondisi batas:
Elemen 1-4:
 f X1   0,650 0,375 −0,650 −0,375 U1 = 0   −0,650 −0,375
 fY 
 f  10
 X4 
1 6  0,375
=
0,217 −0,375 −0,217   V1 = 0 
 −0,650 −0,375 0,650

0,375  U 4 
  
10 6 kN  −0,375
m  0,650
 0,375
−0,217  U 4
0,375 V4 { }
 fY4   −0,375 −0,217 0,375 0,217   V4   0,217 
Elemen 2-4:
 f X2   1,333 0 −1,333 0 U 2 = 0   −1,333 0


 fY 
 f  10
2

X4

6
=
0 0 0 0  V2 = 0  6 kN 
 −1,333 0 1,333 0  U 4  10 m  1,333 0 V4
  
0 0 U 4
{ }
 fY4   0 0 0 0  V4  
 0 0
Elemen 3-4:
 f X3   0,707 −0,707 −0,707 0,707  U 3 = 0   −0,707 0,707 
 fY 
 f  10
 X4 
3 6  −0,707
=
0,707 0,707 −0,707   V3 = 0 
 −0,707 0,707 0,707 −0,707   U 4  10 m  0,707
 0,707 −0,707 −0,707 0,707   V4 
6 kN  0,707

 −0,707
−0,707  U 4
−0,707  V4 { }
 fY4     0,707 

Gaya nodal struktur diperoleh dengan menggabungkan semua gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:

I. KATILI
72 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FX = 100kN 
F 4 =
 Y4 −200kN 
 = 106
kN  2,690 −0,332  U 4
m  −0,332 0,924  V4 { }
Relasi inver memberikan nilai peralihan nodal:
U 4  −6 m 0,389 0,140  100   0,011 −3
  = 10   = 10 m
V4  kN  0,140 1,133  − 200kN  − 0,213
Reaksi perletakan dihitung dengan cara menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.=0:
 R X 1 = FX 1   −0,650 −0,375  72,725
 RY = FY   − 0,375 −0,217   42,096 
 R X 2 = FX 2 
{ }
1 1
kN  − 1,333 0  0,011 −3  −14,568 
 R = F  10 = 6
 −0,213 10 m 
 0
kN
m  0 0
 Y2 Y2
   
 R X 3 = FX 3  −0,707 0,707  −158,368 
 
 RY3 = FY3   0,707 − 0,707   158,065
Gaya internal elemen:
N14 = 0,866 × 106
kN
m { }
0,866 0,5

0,011 −3
0,213
10 m = −83,979 kN (tekan)

N 24 = 1,333 × 106
kN
m { }
1 0
0,011 −3
−0,213
10 m = 14,663 kN (tarik)

0,707 0,707 { }10


kN 0,011 −3
N 34 =
1,414 × 10 6
m=
223,932 kN (tarik)
m −0,213

Rangka Bidang 2: FY2 , V2 F ,V


Y 3
3
2 3 500 kN

FX 2 ,U 2 2 3 FX 3 , U 3

6 m

R X1 FX 4 ,U 4
RX4 4 1 F X1 , U 1
4
1
E = 2×106 kN/m2
RY1 8m FY1 , V1 FY4 , V4
RY4

Gambar 3.20 Rangka Bidang 2, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.7 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)


1-2 90o 0 1 0 1 0 6 0,02
2-3 0o 1 0 1 0 0 8 0,03
3-4 -90o 0 -1 0 1 0 6 0,02
1-3 36,87o 0,8 0,6 0,64 0,36 0,48 10 0,04
2-4 323,13o 0,8 -0,6 0,64 0,36 -0,48 10 0,08

I. KATILI
Rangka 73

Kondisi batas: U= V= U = V= 0 . Persamaan kekakuan elemen setelah kondisi batas:


1 1 4 4
 f X1  0 0 0 0 U1 = 0  0 0
 fY1 
Elemen 1-2: 
f 
 X2 
=
10 4 0
0

0,667 0 −0,667   V1 = 0 
0 0 0  U 2 
  
10 4 kN  0 −0,667  U 2
m 0

0 V2

{ }
 fY2  0 −0,667 0 0,667   V2  0 0,667 
 f X2   0,75 0 −0,75 0 U 2 
 f  kN  0 0 0 0  V2 
Elemen 2-3:  Y2  = 104
f X3 m
 −0,75 0 0,75 0 U 3 
    
 fY3   0 0 0 0  V3 
 f X3  0 0 0 0  U 3  0 0
Elemen 3-4: 
 fY 
f 
 X4 
3
=
10 4 0
0

0,667 0 −0,667   V3 
0 0 0 U 4 = 0 
  
10 4 kN  0
m 0

{ }
0,667  U 3
0 V3

 fY4   0 −0,667 0 0,667   V4 = 0   0 −0,667 
Elemen 1-3:
 f X1   0,512 0,384 −0,512 −0,384  U1 = 0   −0,512 −0,384 
 fY 
 f  10
 X3 
1
= 4  0,384
 −0,512 −0,384

0,288 −0,384 −0,288  V1 = 0 
0,512 0,384   U 3 
  
10 4 kN  −0,384 −0,288
m  0,512 0,384 
 0,384
{UV }
3
3
 fY3   −0,384 −0,288 0,384 0,288  V3   0,288
Elemen 2-4:
 f X2   1,024 −0,768 −1,024 0,768  U 2   1,024 −0,768
 fY 
 f  10

2

X4

= 4  −0,768
 −1,024 0,768

0,576 0,768 −0,576  V2 
1,024 −0,768 U 4 = 0 
 
10 4 kN  −0,768
m
0,576
 −1,024 0,768
 0,768 −0,576
{UV }
2
2
 fY4   0,768 −0,576 −0,768 0,576  V4 = 0   
Gaya nodal struktur diperoleh sebagai gabungan gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:
 FX 2 = 0   1,774 −0,768 −0,750 0 U 2 
 FY2 = 0  4 kN  −0,768 1,243 0 0  V2 
 F = 500kN  = 10  1,262 0,384  U 3 
 X3  m −0,750 0
 
 0 0,384 0,955  V3 
 FY3 = 0   0
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
U 2   1,263 0,781 0,856 − 0,344  0   0,428
V   0,781
 2 −4 m  1,287 0,529 − 0,213  0   0,264 −1
  = 10  = 10 m
U 3  kN  0,856 0,529 1,482 − 0,596 500kN   0,741
 V3   
− 0,344 − 0,213 − 0,596 1,287   0  − 0,298
Reaksi Perletakan dapat dihitung dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
 R X 1 = FX 1   0 0 −0,512 −0,384   0,428   −264,989 
 RY1 = FY1  4 0 −0,667 −0,384 −0,288  0,264  −1  −375
R = =
FX 4  0  0,741  −235,011 kN
10  −1,024 10
0,768 0
 X4
  0,768 −0,576    
 RY4 = FY4   0 −0,667   −0,298   375
Gaya internal elemen:

I. KATILI
74 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

N12 =0,667 × 104


kN
m
0 1
0,264{ }
0,428 −1
10 m = 176,088 kN (tarik)

 0,428 
4 kN  0,264  −1
N 23 =
0,75 × 10 −1 0 1 0  10 m =
0,741
235,011 kN (tarik)
m  
 −0,298 
N 34 =
0,667 × 104
kN
m
0 1
− {
0,741 −1
0,298
10 m = } −198,742 kN (tekan)

N13 =0,8 × 104


kN
m
0,8 0,6
−0,298 {
0,741 −1
10 m = }
331,236 kN (tarik)

N 24 =
1,6 × 104
kN
m
−0,8 0,6 {0,264
0,428
}10 −1
m=
−293,764 kN (tekan)

Rangka Bidang 3:
R =F
Y Y
2 2

2 F = 150kN
300 kN X
2
2
4m EA
2L
R =F 3
1,5 m 1 3 4 RX4 X
1
X
1
1
R X1
10 m R =F
RY1 RY4 Y
1
Y
1

Gambar 3.21 Rangka Bidang 3, Modelisasi Struktur Antisimetri, Gaya Nodal dan d.k.-nya

Geometri struktur rangka seperti pada Gambar 3.21 adalah simetri dengan pembebanan
antisimetri, sehingga dapat ditinjau kondisi anti-simetri sebagai berikut:

Tabel 3.8 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)


1-2 47,726o 0,673 0,74 0,452 0,548 498 7,433 0,030
1-3 16,699o 0,958 0,287 0,917 0,083 0,275 5,220 0,020
2-3 -90o 0 -1 0 1 0 4 0,0075

Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen setelah kondisi batas:

I. KATILI
Rangka 75

Elemen 1-2:
 f X1   0,365 0,402 −0,365 −0,402  U1 = 0   −0,365
 fY   − −   =  kN  −0,402 
 f 1  10 =4
 −
0,402
0,365 −
0,442
0,402
0,402
0,365
0,442
0,402 
V 0
 1U  10
4
 0,365 2
{U }
  m
 
X2 2
  0,402 
 fY2   −0,402 −0,442 0,402 0,442  V2 = 0   
Elemen 1-3:
 f X1   0,703 0,211 −0,703 −0,211 U1 = 0   −0,703 −0,211
 fY 
 f 1  10
 X3

=4  0,211 0,063 −0,211 −0,063   V = 0  4 kN  −0,211 −0,063 U 3
 −0,703 −0,211 0,703 0,211  U 3  10 m  0,703 0,211 V3
 −0,211 −0,063 0,211 0,063  V3 
1

 0,211 0,063
{ }
 fY3     
 f X2  0 0 0 0  U 2  0 0 0
 fY  0 −0,375  2 
U
4 0 0,375 0 −0,375 V2 = 0  4 kN  0
Elemen 2-3:  =
f  0  U 3  0  3 
2
10 0 10 U
 X3 
0 0
  m 0 0
 V 
 fY3 
 0 −0,375 0 0,375  V3 
 
0
 0 0,375  3 
Gaya nodal struktur diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k. ≠ 0:
 FX 2 = 150kN  0,365 0 0 U 2 
  4 kN  
= FX 3 0=  10  0 0,703 0,211 U 3 
m  0 0,211 0,438  V3 
 FY3 = 0  
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
U 2  2,738 0 0 150kN  0,411
  −4 m     
U 3  = 10  0 1,662 − 0,8  0  =  0 10 −1 m
V  kN
 3  0 − 0,8 2,667   0   0 
Reaksi perletakan dapat dihitung dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k. = 0:
 R X 1 = FX1   −0,365 −0,703 −0,211= U 2 0,411 × 10-1   −150 
  4 kN  
 Y1
R = FY1  = 10  −0,402 −0,211 − 0,063   3
U = 0  m = −165 kN
m  −  =
 RY2 = FY2   0,402 0 0,375   3
V 0   165

Gaya internal elemen:


kN
N12 = 0,807 × 104 0,673 {0,411}10−1 m =
223 kN
m
N =0
13
N 24 =
− N12 = −223 kN
N 34 =
− N13 = 0

N 23 =
0,375 × 104
kN
m
0 1
0,411
0 { }
10−1 m =
0

I. KATILI
76 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 4:
FY 2 , V2 FY 3 , V3
RX 2 3 500 kN
2 3
FX 2 , U 2 2 FX 3 , U 3

6 m

RX 4 FX 4 , U 4
1 4 1 FX 1 , U1 4
RX1
8 m FY 1 , V1 FY 4 , V4
RY 1 E = 2×106
RY 4
Gambar 3.22 Rangka Bidang 4, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.9 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 CS S2 A (m2) L (m) EA/L
1-2 90o 0 1 0 0 1 0,02 6 6,667 103
1-3 36,87o 0,8 0,6 0,64 0,48 0,36 0,04 10 8 103
2-3 0 1 0 1 0 1 0,03 8 7,5 103
3-4 -90o 0 -1 0 0 1 0,02 6 6,667 103

Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = U 4 = V4 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1  0 0 0 0 U1 = 0   0
 fY   −   =  kN  − 
 {V2 }
0 0,667 0 0,667 V 0 0,667
=
Elemen 1-2:  1  10 =4 4
0 U 2 = 0 
1 10
f X2 0 0 0 m  0
  0 −0,667 0 0,667   V2   0,667 
 fY2     
 f X2   0,75 0 −0,75 0 U 2 = 0  0 −0,75 0
 fY  0  2 
V
4 0 0 0 0  V2  4 kN  0 0
=
Elemen 2-3:  =
f X3   −0,75 0 0,75 0  U 3  10 m 0 0,75 0  3 
2
10 U
    V 
 fY3 

 0 0 0 0  V3  0
 0 0  3 
 f X3  0 0 0 0  U 3  0 0
=
Elemen 3-4: 
 fY3 

f X4 

=
10 4 
0

0 0,667
0 0
0 − 0,667   V
0 U 4 = 0 

3

V = 0 

104
kN
m



0
0
0,667
0
 U3
 V3

{ }
 fY4   0 − 0,667 0 0,667  4   0 − 0,667 
Elemen 1-3:
 f X1   0,512 0,384 −0,512 −0,384  U1 = 0   −0,512 −0,384 
 fY1 
 f  10
 X3 
=
4 



0,384
0,512 −
0,288
0,384
−0,384
0,512
−0,288
0,384



 V =
 U  10
1

 V3 
0  4 kN  −0,384 −0,288 U 3
m  0,512 0,384  V3
 0,384
{ }
 fY3   − 0,384 − 0,288 0,384 0,288  3   0,288
Gaya nodal struktur diperoleh dari gabungan gaya nodal elemen pada d.k.≠ 0:

I. KATILI
Rangka 77

F = 0 
 Y2  kN 0,667 0 0 V2 
 
=
 FX 3 500 =kN  104  0 1,262 0,384  U 3 
 FY3 = 0  m  0 0,384 0,955  V3 

Relasi invers akan memberikan nilai peralihan bebas sebagai berikut:
V 2  1,5 0 0  0   0
  −4 m      
U 3  = 10  0 0,903 − 0,363 500 kN =  0,45110 −1 m
V  kN
 3  0 − 0,363 1,194  0  − 0,182
 
Reaksi Perletakan diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada d.k.=0:
 RX1   0 −0,512 −0,384   −161,412 
 RY   −0,667 −0,384 −0,288  0  −121,059 
 1 4 kN    −1   
 X2 
R 10 0 −=
0,750 0  0,451 × 10 m  −338,588  kN
 RX 4  m  0 0 0   −0,182 × 10 
−1  0
 RY   0 −0,667   121,059 
 4  0

Gaya internal elemen:


N12 = 0 (karena tidak ada deformasi aksial)

N 23 =0,75 × 104
kN
m
1 0
−{
0,451 −1
0,182 }
10 m = 338,588 kN (tarik)

N 34 =0,667 × 104
kN
m
0 1 {
−0,451 −1
0,182
10 m = }−121,059 kN (tekan)

N13 =
0,8 × 104
kN
m
0,8 0,6

0,451 −1
0,182 {
10 m = }
201,765 kN (tarik)

I. KATILI
78 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 5:

-250 kN -250 kN FY2 , V2 FY3 , V3


3
2 3 FX 2 ,U 2 2 FX 3 ,U 3

8m FY1 , V1 FY4 , V4

1 4 RX4 FX 4 ,U 4
1 F X1 , U 1 4
R X1
5m 7m 5m
RY1 RY4

Gambar 3.23 Rangka Bidang 5, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.10 Cosinus dan Sinus Arah untuk Setiap Elemen:


Elemen φ C S C2 CS S2 A (m2) L (m) EA/L
1-2 57,995o 0,530 0,848 0,281 0,449 0,719 0,03 9,43 6,36 103
1-3 33,690o 0,832 0,555 0,692 0,462 0,308 0,02 14,4 2,77 103
2-3 0 1 0 1 0 0 0,03 7 8,57 103
2-4 -33,690o 0,832 -0,555 0,692 -0,462 0,308 0,02 14,42 2,77 103
3-4 -57,995o 0,530 -0,848 0,281 -0,449 0,719 0,03 9,43 6,36 103

Kondisi perletakan: U 1 = V1 = U 4 = V4 = 0 , Persamaan kekakuan elemen:


Elemen 1-2:
 f X1   0,179 0,286 −0,179 −0,286 U1 = 0   −0,179 −0,286
 fY 
 f  10
1

 X2 
=4  0,286 0,457 −0,286 −0,457   V1 = 0 
 −0,179 −0,286

0,179 0,286  U 2 
  
10 4 kN  −0,286
m  0,179
 0,286
0,286 V2 { }
−0,457  U 2

 fY2   −0,286 −0,457 0,286 0,457   V2   0,457 


Elemen 1-3:
 f X1   0,192 0,128 −0,192 −0,128 U1 = 0   −0,192 −0,128
 fY 
 f  10
1

 X3 
=4  0,128 0,085 −0,128 −0,085  V1 = 0 
 −0,192 −0,128 0,192

0,128  U 3 
  
10 4 kN  −0,128
m  0,192
 0,128
{ }
−0,085 U 3
0,128 V3
 fY3   −0,128 −0,085 0,128 0,085  V3   0,085
 f X2   0,857 0 − 0,857 0 U 2 
f    
 Y  kN  0 0 0 0 V2 
Elemen 2-3:  2  = 10 4  
 f X3  m − 0,857 0 0,857 0 U 3 
 fY   
 3  0 0 0 0  V3 
Elemen 4-2:
 f X4   0,192 −0,128 −0,192 0,128 U 4 = 0   −0,192 0,128
 fY 
 X2 
=
 f 4  10
4 




0,128
0,192
0,085
0,128
0,128
0,192


0,085
0,128
  V4 = 0 


 U  10
2

4 kN
m
 0,128 −0,085 U 2
 0,192 −0,128 V2
 −0,128 0,085
{ }
 fY2   0,128 −0,085 −0,128 0,085  V2   

I. KATILI
Rangka 79

Elemen 4-3:
 f X4   0,179 −0,286 −0179 0,286 U 4 = 0   −0179 0,286
 fY 
 f 4  10
 X3 
= 4 



0,286
0,179
0,457
0,286
0,286
0,179


0,457
0,286


 0,286 −0,457 −0,286 0,457   V3 
 V =
 U  10
4
3
0  4 kN
m


0,286
0,179


0,457
0,286
 −0,286 0,457 
{ }
 U3
 V3
 Y3 
f    
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh setelah penggabungan gaya nodal elemen:
 FX 2 = 0   1,228 0,158 −0,857 0 U 2 
 FY = −250  kN  0,158 0,543 0 0  V2 
 F 2 = 0  kN = 10
4
m  −0,857 0 1,228 −0,158  U 3 
 X3
   
 FY3 = −250   0 0 −0,158 0,543  V3 
karena kondisi simetri: U 3 = −U 2 ; V3 = V2
persamaan diatas dapat direduksi dengan cara kolom ke-1 dikurang dengan kolom ke-3 dan
kolom ke-2 ditambah dengan kolom ke-4, dengan demikian persamaan menjadi:
 0   2,085 0,158
− 250  0,158 0,543 U 2 
  4 kN 
  kN = 10  
 0  m − 2,085 − 0,158 V2 
− 250  
 0,158 0,543
Diambil 2 persamaan yaitu persamaan pertama dan kedua
 0  4 kN 2,085 0,158  U 2 
  kN = 10   
− 250 m  0,158 0,543 V2 
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:

{ }
U2
V2
=
10 −4 kN  0, 490 −0,143 0
{ } {
m  −0,143 1,884  250
kN
0, 036
−0, 471 }
10−1 m ; { }{
U3
V3
=
−0, 036
−0, 471 }
10−1 m
Reaksi perletakan diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
 R X 1 = FX1   −0,179 −0,286 −0,192 −0,128  0,036   195,417 
 RY = FY   −0,286 −0,457 − 0,128 − 0,085   −0,471  −  250 
R 1 = 1
 10 = 4
   −0,036 10
1
 −195,417  kN
F − 0,192 0,128 −0,179 0,286
 X4 X4
  0,128 −0,085 0,286 −0,457   −0,471  
 RY4 = FY4      250 

Gaya internal elemen:


N12 =×
0,636 104
kN
m
0,530 0,848
−{0,036
0,471 }
× 10−1 m = −242,026 kN (tekan)

N13 =× 0,277 104


kN
m
0,832 0,555 {
−0,036
−0,471 }
× 10−1 m = −80,697 kN (tekan)

 0,036 
4 kN  −0,471 −1
N 23 = 0,857 × 10 −1 0 1 0   × 10 m = −61,129 kN (tekan)
m −0,036
 
 −0,471
N 42 = N 13 = -80,697 kN (tekan) ; N 43 = N 12 = -242,026 kN (tekan)

I. KATILI
80 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 6:

6 5 4 3 2

L
1

L o
P 30
7 8 9 10 11

0,732 L L L 0,732 L

(a)

4 3 2 4 3 2
EA EA
L 2
L
2

1 1
3
- P
- 8
8 P L
L 0,732 L 0,732 L
(b) (c)

Gambar 3.24 (a) Rangka Bidang 6, (b) 1/4 Struktur Simetri, (c) 1/4 Struktur Antisimetri

Tabel 3.11 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1 1 3 1 1
1-2 30o 2
3 2 4 4 4
3 2L EA
1 1 1 1 1
1-3 45o 2
2 2
2 2 2 2 2L EA
o 1
1-4 90 0 1 0 1 0 1 2
EA

Kondisi batas: U=2 V=2 U= 3 V=3 U=4 V=4 0


Memperhatikan kondisi geometri struktur pada Gambar 3.24a adalah simetris, maka problem
diatas dapat disederhanakan dengan membagi struktur menjadi empat bagian. Analisis struktur
rangka dapat dimodelkan dengan memanfaatkan kondisi simetri (Gambar 3.24b) dan anti-simetri
(Gambar 3.24c).

Persamaan kekakuan elemen:


 f X1   3 3 −3 − 3   U1   3 3
 fY1  EA  3
{}
1 − 3 −1   V  EA  3 1 U
=Elemen 1-2:   =   1    1
f X2 8 L  −3 − 3 3 3  U = 0 8 L  −3 − 3  V1
  2
= 
 fY2   − 3 −1 3 1   2
V 0   − 3 −1 

I. KATILI
Rangka 81

 f X1   2 2 − 2 − 2   U1   2 2 

{}
 f  EA  2 − 2 − 2   V1  EA  2
 2  U1
Elemen 1-3:  Y1  =  2  
f
 X3  4L − 2 − 2 2 2  U 3 = 0  4 L  − 2 − 2  V1
 fY3   − 2 − 2 2 2   V3 = 0   − 2 − 2 
 f X1  0 0 0 0   U1  0 0 
=
Elemen 1-4: 
 fY1  EA  0 1 0 −1  V1  EA  0 1  U1
f 
 X 4  2L 
=
0 0 0 0  U 4 = 0  2 L  0 0  V1
  0 −1
{}
 fY4  0 −1 0 1   V4 = 0   
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
 FX 1  EA  3 + 2 2
F = 
3 + 2 2  U1
 Y1  8L  3 + 2 2 5 + 2 2  V1
 {}
Untuk kondisi simetri seperti pada Gambar 3.24b, U1 = 0, hanya ada satu d.k. ≠ 0 yaitu V1
8L − 3P − 3 PL PL
Peralihan nodal: V1 = = = −0 , 221
( 5 + 2 2 )EA 8 5 + 2 2 EA EA
Gaya internal elemen:
EA 1 PL
N12 = − {−0, 221} = 0,553P × 10−1
2L 2 EA
2 EA 1 PL
N13 = −2 2 {−0, 221} = 0,813P × 10−1
2L EA
EA PL
N14 = −1 {0, 221} 1,106 P × 10−1
=
2L EA

Untuk kondisi antisimetri seperti pada Gambar 3.24c


Kondisi antisimetri: V1 = 0 , Jadi hanya ada satu d.k.≠ 0 yaitu U1
8L −P −1 PL PL
Peralihan nodal: U1 = = = −0 ,172
( 3 + 2 2 )EA 8 3 + 2 2 EA EA
Gaya internal elemen:
EA PL
N12 = − 12 3 {−0,172} =0, 743P × 10−1
2L EA
2 EA 1 PL EA PL
N13 = − 2 2 {−0,172} = 0,858 P × 10−1 ; N14 = 0 {−0,172} =0
2L EA 2L EA
Gaya internal elemen pada struktur seutuhnya sesuai pembebanan:
N12= ( 0,553 + 0, 743) P × 10−1= 0,1296 P ; N13 = (1,106 + 0,858 ) P × 10−1 = 0,1964 P
2 × (1,106 ) P × 10−1 =
N14 = 0, 2213P ; N15 = (1,106 − 1, 486 ) P ×10−1= 0, 248P ×10−1
( 0,553 − 0, 743) P ×10−1 =
N16 = −0,190 P × 10−1 ; N17 = ( −0, 743 − 0, 743) P ×10−1 = −0,1296 P

I. KATILI
82 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

( −0,813 − 0,858) P ×10−1 =


N18 = −0,1964 P ; 2 × (1,106 ) P × 10−1 =
N19 = −0, 2212 P
( −1,106 + 0,858) P ×10−1 =
N1−10 = −0, 248 P × 10−1 ;
( −0,553 + 0, 743) P ×10−1 =
N1−11 = 0,190 P × 10−1

Rangka Bidang 7
FY4 , V4
4 300 kN
4 FX 4 ,U 4
7m E = 2×106 kN/m2
3 FX 3 , U 3
FY1 , V1
3 FY2 , V2
8m
F X1 , U 1
2
1 2
R X1 10 m
1 FX 2 ,U 2
10 m

RY1 RY2
Gambar 3.25 Rangka Bidang 7, Penomoran Nodal, Gaya dan Peralihan Nodal

Tabel 3.12 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)


1-2 0 1 0 1 0 0 20 0,020
1-3 38,66o 0,781 0,625 0,610 0,390 0,488 12,806 0,020
1-4 56,31o 0,555 0,832 0,308 0,692 0,462 18,028 0,030
3-4 90o 0 1 0 1 0 7 0,015
4-2 303,69o 0,555 -0,832 0,308 0,692 -0,462 18,028 0,030
3-2 321,34o 0,781 -0,625 0,610 0,390 -0,488 12,806 0,020

Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1   0, 2 0 −0, 2 0  U1 = 0   −0, 2 
 fY     =  kN  0
 −0, 2 0 0, 2 0   U 2  10 m  0, 2  {U 2 }
0 0 0 0 V 0
=
Elemen 1-2:  1  10 =
4 1 4
f X2
   0 0  
 fY2   0 0  V2 = 0   0
 

Elemen 1-3:
 f X1   0,190 0,152 −0,190 −0,152  U1 = 0   −0,190 −0,152 
 fY 
 f 1  10
 X3 
=4 



0,152
0,190 −
0,122
0,152
−0,152
0,190
−0,122
0,152



 V = 0 
 1U  10
 3 
4 kN  −0,152 −0,122  U 3
m  0,190 0,152  V3
 0,152 0,122 
{ }
 fY3   −0,152 −0,122 0,152 0,122   V3   

Elemen 1-4:

I. KATILI
Rangka 83

 f X1   0,102 0,154 −0,102 −0,154  U1 = 0   −0,102 −0,154 


 fY 
 f 1  10
 4
=4  0,154 0, 230
 −0,102 −0,154 0,102
−0,154 −0, 230
0,154
 −0,154 −0, 230 0,154 0, 230   V 
  V = 0  4 kN
  U 4  10 m  0,102
1  −0,154
 0,154
{ }
−0, 230  U 4
0,154  V4
0, 230 
X
 fY4    4  
 f X3  0 0 0 0  U 3 
 fY3  4 kN  0 0, 429 0 −0, 429   V3 
Elemen 3-4:  = 10
f  m 0 0 0 0  U 4 
 X4    
 fY4  0 −0, 429 0 0, 429   V4 
Elemen 4-2:
 f X4   0,102 −0,154 −0,102 0,154   U 4   0,102 −0,154 −0,102 
 fY4  0,154   4 
     −0,154 0, 230 U
4 −0,154 0, 230 0,154 −0, 230 V4
 f  10 =   104 
0,102  4 

  V
−0,102 0,154 0,102 −0,154 U −0,102 0,154
 X2   
2
  0,154 −0, 230  
−0,154   2 
U
 fY2   0,154 −0, 230 −0,154 0, 230  V2 = 0  
Elemen 3-2:
 f X3   0,190 −0,152 −0,190 0,152   U 3   0,190 −0,152 −0,190  U
 fY3   −0,152 0,122 0,152 −0,122   V  4  −0,152 0,122 0,152   3 
 f  10 =
4

 −0,190 0,152 0,190 −0,152  U 2
3
 10  −0,190 0,152 0,190   V3 
 X2       0,152 −0,122 −0,152  U 2 
 fY2   0,152 −0,122 −0,152 0,122  V2 = 0   
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
 FX 2 = 0   0, 493 −0,19 0,152 −0,102 0,154  U 2 
 FX = 0   −0,19 0,381 0 0 0  U 3 
 3
 4 kN   
 Y3
F = 0  kN = 10 0,152 0 0, 672 0 −0, 429   V3 
 FX 4 = 300  m  −0,102 0 0 0, 205 0  U 4 
F = 0   
 0,154 0 −0, 429 0 0,889   V4 
 Y4 
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal tidak nol sebagai berikut:

U 2   4, 764 2,382 −2,315 2,382 −1,939   0   0, 715


U 3   2,382 3,816 − 1,158 1,191 − 0,969  0   0,357 
  −4 m     
 V3  = 10 −2,315 −1,158 3, 272 −1,158 1,976   0  kN = −0,347 10−4 m
U 4  kN  2,382 1,191 −1,158 6, 074 −0,969  300   1,822 
 V4   
 −1,939 −0,969 1,976 −0,969 2, 412   0   −0, 291
Reaksi perletakan diperoleh dari gabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
U 2 
 RX1 = FX1   −0, 2 −0,19 − 0,152 −0,102 −0,154  U 3 
  4 kN   
 Y1R = FY1  =10 0 −0,152 − 0,122 −0,154 − 0, 23   V3 
 RY2 = FY2  m  −0,306 0,152 −0,122 0,154 −0, 23 U 4 
 V4 
 0, 715
R   −0, 2 −0,19 −0,152 −0,102 −0,154   0,357  −300 
 X1  kN  
 RY1  = 104  0 −0,152 −0,122 −0,154 −0, 23 −0,347 10−1 m =
 −225 kN
 −0,306 0,152 −0,122 0,154 −0, 23  1,822 
m
 RY2   225
 −0, 291

I. KATILI
84 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gaya internal elemen:

N12 =
0, 2 × 104
kN
m
1 0
0, 715 −1
0 { }
10 m =
142,935 kN (tarik)

N13 =
0,312 × 104
kN
m
0, 781 0, 625
−0,347 {
0,357 −1
10 m = }
19,388 kN (tarik)

N14 =
0,333 × 104
kN
m
0,555 0,82 {
1,822 −1
−0, 291
10 m =}
255,860 kN (tarik)

 0,357 
kN −0,347  −1
N34 =0, 429 × 104 0 −1 0 1  10 m =
1,822 
24, 223 kN (tarik)
m  
 −0, 291
kN  1,822 
N 42 =
0,333 × 104 −0,555 0,832 0,555 −0, 29110−1 m = −284,973 kN (tekan)
m
 0, 715
kN  0,357 
−1
N32 =0,312 × 104 −0, 781 0, 625 0, 781 −0,347 10 m =19,388 kN (tarik)
m  0, 715

Rangka Bidang 8:

-P/2 -P -P/2 -P/2 -P/2


4
RX4
2 4 6 2

EA
L 2

RX3 RX3
1 1 3
3 5

RY3
L L RY5 RY1 RY3
RY1
(a) (b)

Gambar 3.26 (a) Rangka Bidang 8, Penomoran Nodal, (b) Model Simetri

Memperhatikan kondisi geometri struktur dan sistem pembebanan adalah simetri, maka
problem diatas dapat disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis
memanfaatkan kondisi simetri. Semua elemen mempunyai koefisien kekakuan aksial EA. Karena
kondisi simetri struktur yang dianalisis hanya separuhnya saja dan dalam hal ini koefisien
kekakuan aksial elemen 3-4 dan beban P pada nodal 4 harus dibagi dua.

I. KATILI
Rangka 85

Tabel 3.13 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 90o 0 1 0 1 0 L EA
1-3 0o 1 0 1 0 0 L EA
o 1 1 1 1 1 EA
1-4 45 2
2 2
2 2 2 2
2L

2-3 -45 o 1
2
2 − 1
2
2 1
2
1
2 − 1
2
2L EA
1 EA
3-4 90 0 1 0 1 0 L 2
2-4 0 1 0 1 0 0 L EA

Kondisi batas: V1 = U 3 = V3 = U 4 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1  0 0 0 0   U1  0 0 0
 fY  EA 0 1 0 −1 V = 0  EA 0 0 −1  1 
U
=
Elemen 1-2:  1  = 0 0 0 0   U 2  L 0 0 0 2 

1 U
f X2 L
  0 −1 0 1  V  0 V 
 fY2    2   0 1  2 
 f X1   1 0 −1 0   U1   1
 fY  EA  0 0 0 0   V = 0  EA  0 
=
Elemen 1-3:  1  =  −1 0 1 0  U 3 = 0  L  −1 {U1}
1
f
 X3  L     0
 fY3   0 0 0 0   V3 = 0   
 f X1   2 2 − 2 − 2   U1   2 − 2

{}
 fY     
EA
 2 2 − 2 − 2   V1 = 0  EA
 2 − 2  U1
Elemen 1-4:  1  =  
f
 X4  4L − 2 − 2 2 2  U 4 = 0  4L − 2 2  V4
 fY4   2   V4  − 2 
− 2 − 2 2  2
 f X2   2 − 2 − 2 2   U2   2 − 2

{ }
 fY    EA  − 
EA − 2
 2 2 − 2   V2   2 2  U2
Elemen 2-3:  2  =  
f
 X3  4L − 2 2 2 − 2  U 3 = 0  4L − 2 2  V2
 fY3   2 − 2 − 2
 2   V3 = 0  
 2 − 2 
 f X3  0 0 0 0  U 3 = 0   0
 fY  EA 0 1 0 −1  V = 0  EA  −1
=
Elemen 3-4:  3  = 0 0 0 0  U 4 = 0  2 L  0  {V4 }
3
f X4 2 L
  0 −1 0 1  V   1
 fY4    4   
 f X2   1 0 −1 0  U 3 = 0  0 
 fY 2  EA  0 0 0 0   V3 = 0  EA 0 
=
Elemen 2-4: 
f  =  −1 0 1 0  U 4 = 0  L 0  {V4 }
 X4  L    0 
 fY4   0 0 0 0   V4   
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari penggabungan persamaan kekakuan elemen:

I. KATILI
86 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 FX1 = 0  4 + 2 0 0 − 2  U1 
 FX = 0  EA  
 0 4+ 2 − 2 0  U 2 
=
2
F = − P 1  
 Y2 2  4L  0 − 2 4+ 2 0   V2 
 FY4 = − 2 P 
1  0 2 + 2   V4 
 − 2 0
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal tidak nol sebagai berikut:
U1   0 ,172 
U 2  PL  0 ,104 
V  = −  
 2 EA 0 ,396 
 V4  0 ,657 
Reaksi perletakan untuk kondisi simetri diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen
pada d.k. = 0:
 RY 1   2 0 −4 − 2   0,172   0,568
 
 RX 3  EA  −4 − 2 2 0  PL  0,104   0,068
=R  = ×−    P
 Y 3  4L  0 2 − 2 −2  EA 0,396   0, 432 
 RX 4   − 2 −4
 0 2  0,657  −0,068

Reaksi perletakan struktur lengkap:


 RY1   0,568 0,568
 RX  0, 068 − 0, 658  0
=R 3 = 2 × 0, 432  0,864  P
P
 Y3     
 RY5   0,568 0,568
dan: RX 4 =( −0,068 + 0,068 ) =0
Gaya internal elemen:
0,172 
EA PL  0  EA PL
N12 = 0 −1 0 1 × −   = −0,396 P ; N=
13 −1 × − {0,172
= } 0,172 P
L EA 0,104  L EA
 0396 

N14 =
2 EA 1
2L
−2 2 1
2
2 ×− { }
PL 0,172
EA 0, 657
= −0, 243P

EA {0,396}
2 EA 1 PL 0,104
N 23 = −2 2 1
2
2 ×− = −0,396 P
2L

 0,104 
EA PL EA PL 0,396 
N34 = 1 ×− {0, 657} = −0,328P ; N 24 = −1 0 1 0 ×  =0,104 P
2L EA L EA  0 
0, 657 
Gaya internal struktur lengkap pada elemen 3-4:
N34 =2 × ( −0,328 P ) =−0, 657 P

I. KATILI
Rangka 87

Rangka Bidang 9:
FY3 , V3
RX3 FX 3 , U 3
3

-P 3 FY4 , V4
0,577 L RY3 FY2 , V2
FX 4 ,U 4
RX2 2 30o 60o FX 2 ,U 2

30o 4 2 4
0,577 L RY2 FY1 , V1
R X1 1
F X1 , U 1 1
L
RY1
Gambar 3.27 Rangka Bidang 9, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.14 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-4 30o 1 3 1 3 1 1
3 2
3L EA
2 2 4 4 4 3
o
2-4 0 1 0 1 0 1 L EA
3-4 -30o 1
2
3 − 12 3
4
1
4 − 1
4
3 2
3
3L EA

Kondisi batas: U 1 = V1 = U 2 = V2 = U 3 = V3 = 0
Persamaan kekakuan elemen:

 f X1   3 3 3 −3 3 −3 U1 = 0   −3 3 −3


EA 
{ }
 f    
 3 3 −3 − 3  V1 = 0  EA
 −3 − 3  U 4
Elemen 1-4:  Y1  =  
f
 X4  8 L  −3 3 −3 3 3 3  U 4  8 L  3 3 3 V4
 fY4   −3 − 3   V   3 
 3 3 4
 3

 f X2   1 0 −1 0  U 2 = 0   −1 0 
=
Elemen 2-4: 
 fY2  EA  0 0 0 0   V2 = 0  EA  0 0  U 4
f 
=
 X4  L 
 −1 0 1 0   U 4  L  1 0  V4
   
{ }
 fY4   0 0 0 0   V4   0 0
 f X3   3 3 −3 −3 3 3 U 3 = 0   −3 3 3
 fY  EA  −3
{ }
  
 3 3 − 3  V3 = 0  EA
 3 − 3 U4
Elemen 3-4:  3  =  
 X 4  8 L  −3 3 −3  U 4  8 L  3 3 −3 V4
f 3 3 3
 Y4   3 − 3 −3   V   3 
 −3
f
 3 4

Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0 diperoleh sebagai gabungan persamaan kekakuan elemen:

 FX = RX  EA 8 + 6 3
 F4 =R 4=
 Y4 Y4 

8L 
0 U 4

0 2 3  V4 { }
I. KATILI
88 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

U4

4
V4
4’
60o

Gambar 3.28 Peralihan Perletakan Rol Miring

Karena nodal 4 diletakkan di atas rol pada bidang miring 60o seperti pada Gambar 3.28 kita
mendapati: V4 = 3 U 4 . Karena adanya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring, gaya
nodal struktur pada nodal 4:
F X 4 = − R sin 60 o = − 12 3R

FY 4 = R cos 60 o − P = 12 R − P
Solusi persamaan struktur menjadi:
− 1 3R  EA 8 + 6 3 0  U 4 
12 =   
 2 R − P  8 L  0 2 3  V4 = 3U 4 
Penggabungan kolom 1 ditambah 3 kali kolom kedua dari matrik kekakuan diatas:

− 1 3R  EA 8 + 6 3 
12 =  {U 4 }
 2 R − P  8 L  6 

Kedua persamaan memiliki dua variabel yang belum diketahui, R dan U4. Reaksi R dapat
dieliminasi dengan menambah persamaan kedua dengan persamaan pertama yang dibagi √3:

EA  9 + 2 3  PL
−P= U 4 atau U 4 = −0 , 481
L  6  EA

Reaksi perletakan pada nodal 1, 2 dan 3 diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada
d.k.= 0:

 RX 1 = FX 1   −3 3 −3 
 RY 1 = FY 1   
 −3 − 3
 RX 2 = FX 2  EA  −8
R =F =
 Y2 Y2
 8 L  0
0  U4
0  V4{ }
 RX 3 = FX 3   −3 3 3 
 RY 3 = FY 3   
 3 − 3

I. KATILI
Rangka 89

 RX 1   −3 3 −3  0, 625
 RY 1     0,361
 −3 − 3
 RX 2  EA  −8 0  PL  1   0, 481
=R  ×=
−0, 481    0 P
 Y 2  8L 
0 0  EA  3   
 RX 3   −3 3 3   0 
 RY 3     0 
 3 − 3
Reaksi yang tegak lurus pada bidang miring diperoleh dari salah satu persamaan dari dua
persamaan kekakuan:

=
− 12 R
EA
L
( 1
3 )
3 + 43 × −0 , 481
PL
EA
atau: R = 1, 278 P

Gaya internal elemen:


3EA PL  1 
N14 = 1
3 1
× −0, 481   = −0, 722 P
2L 2 2
EA  3 

EA PL  1 
N 24 = 1 0 × −0, 481   = −0, 481P
L EA  3 

3EA PL  1 
=N34 1
3 − 12 × −0, 481
=   0
2L 2
EA  3 

Rangka Bidang 10: FY5 , V5


FY2 , V2 FY4 , V4
-P
2 4 5 P FX 2 ,U 2
4
FX 4 ,U 4
5
FX 5 , U 5
2
FY3 , V3 FY6 , V6
FX 6 , U 6
L
3 6 3 F X3 , U 3 6 FY7 , V7
R X1
1 7 1 F X1 , U 1 7
RX7 FX 7 ,U 7
L L
RY1 RY7 FY1 , V1

Gambar 3.29 Rangka Bidang 10, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Geometri struktur simetris, maka problem diatas dapat disederhanakan dengan membagi
struktur menjadi dua bagian. Pemodelan struktur diatas memanfaatkan kondisi simetri dan
antisimetri seperti diperlihatkan pada Gambar 3.30.

I. KATILI
90 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

-P
-P/2 P/2 P/2 P/2

(a) (b)

RY2 RY4
-P/2
-P/2 RX4 P/2

R X1 R X1
(d)
(c)

RY1 RY1

Gambar 3.30 Pemodelan Simetri dan Antisimetri

Tabel 3.15 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 90o 0 1 0 1 0 L EA
1-3 45o 1
2
2 1
2
2 1
2
1
2
1
2
1
2
2L EA
2-3 -45o 1
2
2 - 12 2 1
2
1
2 − 12 1
2
2L EA
2-4 0 1 0 1 0 1 L EA
3-4 45o 1
2
2 1
2
2 1
2
1
2
1
2
1
2
2L EA

Kondisi-kondisi Batas: U=
1 V=
1 0
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1  0 0 0 0 U1 = 0  0 0
=
Elemen 1-2: 
 fY1  EA 0 1 0 −1  V1 = 0  EA 0 −1 U 2
f 
=
 X2  L 
0 0 0 0  U 2  2 L 0 0 V2
   
{ }
 fY2  0 −1 0 1  V2  0 1

I. KATILI
Rangka 91

 f X1   2 2 − 2 − 2  U1 = 0  − 2 − 2

{ }
 f     
EA
 2 2 − 2 − 2   V1 = 0  EA  − 2 − 2  U3
Elemen 1-3:  Y1  =  U 
f
 X3  2L − 2 − 2 2 2   3  2L  2 2  V3
 fY3  − 2 − 2 2   V3   2 
 2  2

 f X2   2 − 2 − 2 2  U 2 
f    
 Y2  EA − 2 2 2 − 2  V2 
Elemen 2-3:  =   
 f X 3  2 L − 2 2 2 − 2  U 3 

 fY  − 2 − 2 2   V3 
 3  2
 f X2   1 0 − 1 0 U 2 
f 
 Y  EA  0
 0 0 0 V2 
Elemen 2-4:  2  =  
 f X 4  L − 1 0 1 0 U 4 
 fY   
 4  0 0 0 0 V4 

 f X3   2 2 − 2 − 2  U 3 
f    
 Y3  EA  2 2 − 2 − 2   V3 
Elemen 3-4:  =   
 f X 4  2 L − 2 − 2 2 2  U 4 

 fY  − 2 − 2 2  V4 
 4 2

Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh sebagai gabungan dari persamaan kekakuan elemen:
 FX 2  2 + 2 − 2 − 2 2 −2 0 U
 FY    2
− 2 2 + 2 2 − 2 0 0   V2 
 F 2  EA 
 X3   − 2 2 3 2 2 − 2 − 2  U 3 
F =   
 3Y 2 L 2 − 2 2 3 2 − 2 2   V3 
  U4
 X4 
F
 −2 0 − 2 − 2 2+ 2 2  
 FY4  2   4 
V
 0 0 − 2 − 2 2

Analisis struktur untuk kondisi simetri U4 = 0 seperti pada Gambar 3.30c:


 FX 2 = −0,5 P  2 + 2 − 2 − 2 2 −2 0 U
 FY = 0    2 
− 2 2+ 2 2 − 2 0 0   V2 
F 2 = 0  EA 
 X   − 2 2 3 2 2 − 2 − 2   U3 
F 3 = 0 =   
 3 Y  2 L 2 − 2 2 3 2 − 2 2   V3 
=   U4 = 0
 X4
F 0   −2 0 − 2 − 2 2+ 2 2  
 FY4 = −0,5 P   0 0 − 2 − 2 2 2  V4 

Setelah penghapusan baris/kolom 5 diperoleh:

I. KATILI
92 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

− 1 P  2 + 2 − 2 − 2 2 0 U 2 
 2    
 0   − 2 2+ 2 2 − 2 0  V2 
  EA   
 0 = − 2 2 3 2 2 − 2  U 3 
 0  2L   
   2 − 2 2 3 2 − 2   V3 
− 12 P   0 − 2 − 2 2   V4 
 0

Relasi invers memberikan:

U 2   2 0 1 −10 − 12 P   −2 
V   0     0 
 2  2 −1 10  0 
L    PL  
U 3  =  1 −1 1+ 2 −12  0  = − 1 − 2 
V  2 EA   4 EA 
− 1 1 −1 1+ 22  0  1− 2 
 3    
V4  
 0 0 2 2 4 2  − 12 P   − 4 2 
Reaksi Perletakan untuk untuk kondisi simetri:
 −2 
RX   0 0 −2 2 −2 2
1 1 0   0  1 
 1
 EA   PL    2 
 Y1 
R =  0 − 1 − 1 2 −1 2
2 2
0   − 1 − 2  =  2 P
1
R  2L   4 EA  1 − 2   0 
− 1 0 − 12 2 − 12 2 12 2    
 X4    
 − 4 2 
Gaya internal elemen untuk kondisi simetri:

=N12
EA
=
L
0 1
PL −2
4 EA 0
0 {}
2 EA PL −1 − 2 
N13 = 1
2 1
2   = − 2 2P
1
L 2 2
4 EA  1 − 2 
 −2 
2 EA 1 PL  0 
N 23 = −2 2 1
2 12 2 − 12 2  =0
L 2
4 EA −1 − 2 
 1 − 2 
 −2 
EA PL  0  1
N 24 = −1 0 1 0  = P
L 4 EA  0  2
−4 2 
−1 − 2 
2 EA PL  1 − 2 
N34 = − 12 2 − 12 2 12 2 12 2  = − 12 2 P
L 4 EA  0 
 −4 2 
Analisis untuk struktur untuk kondisi antisimetri seperti pada Gambar 3.30d

I. KATILI
Rangka 93

Kondisi antisimetri: V=
2 V=
4 0
 FX 2 = 0,5 P  2 + 2 − 2 − 2 2 −2 0 U
 FY    2 
 − 2 2 + 2 2 − 2 0 0  V2 = 0 
 2

 FX 3 = 0  EA  − 2 2 3 2 2 − 2 − 2   U3 
F = 0 =   
 Y3  2L  2 − 2 2 3 2 − 2 2   V3 

 FX 4 = 0   −2 0 − 2 − 2 2+ 2 2   U4 
V = 0
 FY4   0 0 − 2 − 2 2 2   4
Setelah penghapusan baris/kolom ke 2 dan ke 6:
 12 P  2 + 2 − 2 2 −2  U 2 
 0  EA  − 2 3 2 2

− 2  U 3 
 =   
 0  2L  2 2 3 2 − 2   V3 
 0   − 2 − 2 2 + 2  U 4 
 −2
Relasi invers memberikan:
U 2   8 2 + 4 6 2 + 2 −2 2 − 2 8 2   1 P  2 + 4 2 
L 6 2 + 2 1 + 6 2 −2 2 − 1 6 2  0  PL  1 + 3 2 
  
2
U 3    
V  =  
 3  4 EA  −2 2 − 2 −2 2 − 1 2 2 + 1 −2 2   0  4 EA  −1 − 2 
U 4   8 2   0 
 8 2 6 2 −2 2  4 2 
Reaksi perletakan untuk kondisi antisimetri:
 0 − 12 2 − 12 2 0  2 + 4 2  − 12 
 RX1   
 RY1  EA  0 −2 2 −2 2
1 1
0  PL  1 + 3 2  − 1 

R  =  1    2P
 Y2  2 L  − 2 2 2 2 − 2 2
1 1
0  4 EA  −1 − 2   0 

 RY4  − 12 2 − 12 2 12 2   4 2   12 
 0
Gaya internal elemen untuk kondisi antisimetri:
EA PL 4 2 + 2 
N12 = 0 1   0
L 4 EA  0 
2 EA 1 PL  3 2 + 1 
N13 = 2 12 2   = − 2 2P
1
L 2
4 EA −1 − 2 
4 2 + 2
2 EA 1 PL  0 
N 23 = −2 2 1
2 1
2 − 12 2  =0
L 2 2
4 EA  3 2 + 1 
 −1 − 2 
4 2 + 2
EA PL  0 
N 24 = −1 0 1 0  =− 12 P
L 4 EA  4 2 
 0 

I. KATILI
94 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 3 2 +1 
2 EA 1 PL −1 − 2 
N34 = −2 2 − 12 2 1
2
2 1
2
2  =
1
2
2P
L 4 EA  0 
 4 2 
Gaya internal elemen sebenarnya diperoleh dari gabungan analisis simetri dan antisimetri:
N12 = 0 + 0 = 0 N13 =
− 12 P 2 + 12 P 2 =
0
N 23 = 0 + 0 = 0 N 24 = 12 P − 12 P = 0
N34 =
− 12 P 2 + 12 P 2 =
0 N 75 = 0 + 0 = 0
N 76 =
− 12 P 2 − 12 P 2 =
−P 2 N56 = 0 + 0 = 0
N 45 = 12 P + 12 P = P N 64 =
− 12 P 2 − 12 P 2 =
−P 2

Reaksi perletakan sebenarnya merupakan kombinasi hasil struktur simetris dan antisimetri:
 1 + (− 1 ) 
 RX1   2 2 
 1 + (− 1 )   0
 RY   2 2  P  0
=R 1  = − P 
1 1
 X7  − 2 + (− 2 )   
 RY7    P
1 + 1
 2 2 

I. KATILI
Rangka 95

Rangka Bidang 11:


FY4 , V4
4 300 kN 4 F ,V
X 4
4

3m FY3 , V3
FX 3 , U 3
3 FY1 , V1 3 FY2 , V2
4m
.
1
2 1
R X1 F X1 , U 1 2 F ,U
X2 2
5m 5m
E = 2×106 kN/m2
RY1 RY2

Gambar 3.31 Rangka Bidang 11, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.16 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang untuk Tiap Elemen Rangka Bidang 11

A L C2EA/L CSEA/L S2EA/L CEA/L SEA/L


Elemen φ C S
(m2) (m) (103) (103) (103) (103) (103)
1-2 0 1 0 0,02 10 2 0 0 2 0
1-3 38,660 0,781 0,625 0,02 6,40 1,905 1,524 1,219 2,439 1,951
1-4 54,462 0,581 0,814 0,03 8,60 1,024 1,536 2,304 1,846 2,769
2-3 141,340 -0,781 0,625 0,02 6,40 1,905 -1,524 1,219 -2,439 1,951
2-4 125,540 -0,581 0,814 0,03 8,60 1,024 -1,536 2,304 -1,846 2,769
3-4 90 0 1 0,015 3 0 0 4,286 0 4,286

Kondisi batas: U 1 = V1 = V2 = 0
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1   0, 4 0 −0, 4 0  U1 = 0   −0, 4 
 fY1  4 kN  0 0   V1 = 0  4 kN  0
 −0, 4 0 0, 4 0   U 2  10 m  0, 4  {U 2 }
0 0
Elemen 1-2:  =
f X2 
10
  m  
 0 0  V2 = 0   0
 fY2   0 0  
Elemen 1-3:
 f X1   0,381 0,305 −0,381 −0,305 U1 = 0   −0,381 −0,305
 fY1 
 f  10
 X3 
4  0,305
=
0, 244 −0,305 −0, 244   V1 = 0 
 −0,381 −0,305

0,381 0,305  U 3 
  
10 4 kN  −0,305 −0, 244  U 3
m  0,381 0,305 V3
 0,305 0, 244 
{ }
 fY3   −0,305 −0, 244 0,305 0, 244   V3   

I. KATILI
96 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 1-4:
 f X1   0, 236 0,330 −0, 236 −0,330  U1 = 0   −0, 236 −0,330 
 fY 
 f 1  10
 X4 
=
4 



0,330
0, 236 −
0, 462
0,330
−0,330
0, 236
−0, 462
0,330



 V = 0 
 1U  10
 4 
4 kN  −0,330 −0, 462  U 4
m  0, 236

0,330  V4

{ }
 fY4   −0,330 −0, 462 0,330 0, 462   V4   0,330 0, 462 
 f X3  0 0 0 0  U 3 
 fY  4 kN  0 1 0 −1  V3 
Elemen 3-4:  = 10
f X4  0 0 0 0  U 4 
3

  m
0 −1 0 1  V 
 fY4    4 
Elemen 4-2:
 f X4   0, 236 −0,330 −0, 236 0,330   U 4   0, 236 −0,330 −0, 236  U
 fY  4  −0,330 0, 462 0,330 −0, 462   V4  4  −0,330 0, 462 0,330   4 
f  4
10=  −0, 236 0,330 0, 236 −0,330   U 2  10  −0, 236 0,330 0, 236   V4 
 X2   0,330 −0, 462 −0,330 0, 462  V = 0    0,330 −0, 462 −0,330  U 2 
 fY2    2   
Elemen 3-2:
 f X3   0,381 −0,305 −0,381 0,305  U 3   0,381 −0,305 −0,381 U
 fY3  4  −0,305 0, 244 0,305 −0, 244   V3  4  −0,305 0, 244 0,305  3 
f  10=  −0,381 0,305 0,381 −0,305  U 2  10  −0,381 0,305 0,381  V3 
 X2   0,305 −0, 244 −0,305 0, 244  V = 0     U 2 
 fY2    2   0,305 −0, 244 −0,305
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
 FX 2 = 0   1, 017 −0,381 0,305 −0, 236 0,33 U 2 
 FX = 0   −0,381 0, 762 0 0 0  U 3 
 3
 4 kN   
 FY3 = 0  = 10 0,305 0 1, 488 0 −1  V3 
 FX 4 = 300kN  m  −0, 236 0 0 0, 471 0  U 4 
F = 0   
 0,33 0 −1 0 1,924   V4 
 Y4 
Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas sebagai berikut:
U 2   2,396 1,198 −1,179 1,198 −1, 024   0   0,359 
U 3   1,198 1,912 −0,590 0,599 −0,512   0   0,180 
  −4 m     
 V3  = 10 −1,179 −0,590 1, 614 −0,590 1, 014   0  = −0,177 10−1 m
U 4  kN  1,198 0,599 −0,590 2, 721 −0,512  300kN   0,816 
 
 V4   −1, 024 −0,512 1, 014 −0,512 1, 237   0   −0,154 
Reaksi perletakan diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0:
U 2 
 RX1 = FX1   − 0, 4 −0,381 −0,305 − 0, 236 −0,33  U 3 
  4 kN   
 RY1 =FY1  =10 0 −0,305 −0, 244 −0,33 −0, 462   V3  m
 RY2 = FY2  m  −0, 635 0,305 −0, 244 0,33 −0, 462  U 4 

 V4 
 0,359 
 RX1   −0, 4 −0,381 −0,305 −0, 236 −0,33  0,180  −300 
  4   −1  
 Y1 
R =
10 0 −0,305 −0, 244 −0,33 −0, 462   −0,177  10 = −
 210  kN
 RY2   −0, 635 0,305 −0, 244 0,33 −0, 462   0,816   210 
 −0,154 

I. KATILI
Rangka 97

Gaya internal elemen:


N12 = 0, 4 × 104
kN
m
1 0
0,359 −1
0
10 m ={ }
143, 762 kN

N13 =
0, 625 × 104
kN
m
0, 781 0, 625

0,180 −1
0,177
10 m = {
18, 641 kN }
N14 =
0, 697 × 104
kN
m
0,581 0,814
0,816 −1
−0,154
10 m = {
243, 760 kN }
 0,180 
kN −0,177  −1
N34 =104 0 −1 0 1  10 m =
0,816 
23, 289 kN
m  
 −0,154 
kN  0,816 
N 42 =
0, 697 × 104 −0,581 0,814 0,581 −0,154 10−1 m =
−272,380 kN
m
 0,359 
kN  0,180 
−1
N32 =0, 625 × 104 −0, 781 0, 625 0, 781 −0,177 10 m =18, 641 kN
m  0,359 

Rangka Bidang 12:


FY2 , V2
-P

FX 2 ,U 2
2 2

FY1 , V1 FY3 , V3
1 2L
2

1 3
1
F X1 , U 1 3 FX , U 3
3
30o 1
30o
1 2L 2L R
R 2 2

Gambar 3.32 Rangka Bidang, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.17 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka Bidang 12

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
o 1 1 1 1 1
1-2 45 2
2 2
2 2 2 2
L EA
2-3 -45o 1
2
2 - 12 2 1
2
1
2 − 12 L EA
1-3 0 1 0 1 0 0 2L EA

I. KATILI
98 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Karena geometri dan sistem pembebanan struktur simetris maka dapat ditentukan bahwa
U 2 = 0 , U 3 = −U1 dan V3 = V1 .
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1   1 1 −1 −1  U1   1 1 −1
 fY  EA  1 1 −1 −1  V  EA  1 1 −1 U1 
=
Elemen 1-2:  =
f   −1 −1 1 1 U 2 = 0  2 L  −1 −1 1  V1 
1 1

 X 2  2L     −1 −1 1 V2 
 fY2   −1 −1 1 1  V2   
 f X2   1 −1 −1 1 U 2 = 0   −1 −1 1
 fY2  EA  −1 1 1 −1  V2  EA  1 1 −1 V2 
=Elemen 2-3:  =
f   −1 1 1 −1  U 3  2 L  1 1 −1 U 3 
 X3  2L     −1 −1 1  V3 
 fY3   1 −1 −1 1  V3   
 f X1   2 0 − 2 0  U1 
 fY  EA  0 0 0 0   V1 
Elemen 1-3:  1  =   
 X3  2L − 2 0 2 0  U 3 
f
 fY3   0 0 0 0   V3 
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen:
 FX1  1 + 2 1 −1 − 2 0   U1 
 FY   1 1 − 1 0 0   V1 
 1  EA   V 
 Y2 
F = − 1 −1 2 1 −1  
  2
 FX 3  2 L  − 2 0 1 1 + 2 −1 U 3 = −U1 
F   0 0 −1 −1 1  V3 = V1 
 Y3 
Matrik kekakuan struktur direduksi dengan cara kolom pertama dikurang dengan dengan kolom
keempat dan kolom kedua ditambah dengan kolom kelima.
 FX1   1+ 2 2 1 −1
 FY   1 1 −1 U1 
 1  EA   
 FY2  = −2 −2 2   V1 
2 L  
 FX 3   −1 − 2 2 −1 1 V2 
F   1 1 −1
 Y3 
Kemudian diambil tiga persamaam pertama, sehingga bentuk matrik berubah menjadi:
 FX1  1 + 2 2 1 −1 U1 
  EA   
=  Y1 
F 1 1 −1  V1 
 
 −2 −2 2  V2 
2L
 FY2 
Karena nodal 1 terletak pada rol bidang miring sehingga dapat di tentukan :
V1 = − 13 3U1 ; FX 1 = R sin(30o ) ; FY 1 =R cos(30o )

 12 R   1 −1  
 EA 1 + 2 2
U1
1   
 2 3R  = 1 1 −1 V1 = − 13 3U1 
 − P  2 L  −2 −2 2   V2 
 

I. KATILI
Rangka 99

persamaan diatas dapat direduksi lagi dengan cara kolom pertama ditambah dengan kolom kedua
dikali dengan − 13 3 :
 12 R  3 + 6 2 − 3 −3
1
2=
 EA 
3R 
 −P  6L 

− 6 + 2 3 6
 U
3 − 3 −3 1

{}
V2
   
Dua persamaan dari ketiga persamaan di atas memiliki dua variabel yang tidak diketahui yaitu R
dan U 1 . Reaksi R dapat dieliminasi dengan mengurangi persamaan pertama dengan persamaan
kedua yang dibagi dengan √3, persamaan diatas menjadi:

{ }
0 EA  4 + 6 2 − 2 3 −3 + 3  U1
=
− P 6 L  −6 + 2 3
 V2
6 {}
L 0, 423 {}
EA 1,504 −0, 211 U1
1  V2

Dari hasil invers diperoleh: {UV } = {−−0,149


1
2 1,063}
Karena sifat simetri secara keseluruhan nilai peralihan nodal adalah:
U1  −0,149 
 V1   0, 086 
U 2  PL  0
V  =  −1, 063
U2  EA  
 3  0,149 
 V3   0, 086 
Reaksi perletakan yang bekerja tegak lurus pada bidang miring diperoleh dengan menggunakan
salah satu dari ketiga persamaan kekakuan:
EA PL −0 ,149 
R = 1 + 2 2 1 −1  0 ,086  = 0 ,577 P
L EA  −1,063
 
Gaya internal elemen:
−0,149 
EA 1 PL  0, 086 
N12 = − 2 2 − 12 2 12 2 12 2  =
−0, 707 P
L EA  0

 −1, 063
 0
EA 1 PL −1, 063
N 23 = −2 2 2 2 2 2 −2 2
1 1 1
 =−0, 707 P
L EA  0,149 
 0, 086 
−0,149 
2 EA PL  0, 086 
N13 = −1 0 1 0  = 0, 211P
2L EA  0,149 
 0, 086 

I. KATILI
100 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 13:


-P
2 4 6

1
3 RX3 RX5 5 7
R X1 1 1 RX7
3
3L L L 3
3L
RY1 RY3 RY5 RY7
FY4 , V4
FY2 , V2 FX 2 ,U 2 FX 4 ,U 4 FY6 , V6
4 6
2 FX 6 , U 6

FY1 , V1 FY3 , V3
FY5 , V5 FY , V7
7

1 3 5 7
F X1 , U 1 FX 3 , U 3 FX 5 , U 5 FX 7 ,U 7

Gambar 3.33 Rangka Bidang 13, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.18 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka Bidang 13

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 60 1 1
3 1 3 1
3 3L EA
2 2 4 4 4
2-3 -90 0 -1 0 1 0 L EA
2-4 0 1 0 1 0 0 L EA
2-5 -26,565 2
5
5 − 15 5 4
5
1
5 − 52 5L EA
3-4 45 1 2 1 2 1 1 1 L EA
2 2 2 2 2
4-5 -45 1 2 1 2 1 1 1 L EA
2 2 2 2 2
3-6 26,565 2
5 1
5 4 1 2 5L EA
5 5 5 5 5
4-6 0 1 0 1 0 0 L EA
5-6 90 0 1 0 1 0 L EA
6-7 -60 1
- 12 3 1 3
- 14 3 3L EA
2 4 4

Kondisi batas: U= 1 V=1 U=3 V=


3 U=
5 V=
5 U=
7 V=
7 0;
Kondisi simetris: U 4 = 0
Persamaan kekakuan elemen:

I. KATILI
Rangka 101

Elemen 1-2:
 f X1   3 3 − 3 −3 U1 = 0  − 3 −3
 fY1  EA  3 3 3
{ }
   
−3 −3 3  V1 = 0 EA
 −3 −3 3  U 2
f  =  U 
 X 2  8L  − 3 −3 3 3  2  8 L  3 3 V2
 fY2   −3 −3 3   V   
 3 3 3 2
 3 3 3
 f X2  0 0 0 0  U 2  0 0
=
Elemen 2-3: 
 fY  EA 0 1 0 −1  V  EA 0 1 U

2


=
f X 3  L 0 0 0 0  U 3 = 0  L 0 0  V2
2

0 −1 0 1  V = 0  0 −1
2
{ }
 fY3    3   
 fX 
 2  U2 
 1 0 −1 0   1 0 0  
 fY  EA  0 0 0 0   V  EA  0 0 0  U 2 
=
Elemen 2-4:  2  =  −1 0 1 0  U = 0  L  −1 0 0   2 
2 V
f L
 X4   0 0 0 0  4   0 0 0 V 

f    V    4 
 4 
 Y4 
 fX 
 2  4 5 −2 5 −4 5 2 5   U 2   4 5 −2 5 
 Y  EA  −2 5
f   V  EA  
 5 2 5 − 5  −2 5 5  U 2 
Elemen 2-5:  2  = U 2= 0   
 X 5  25 L  −4 5 4 5 − 5  5  25 L  −4 2 5   V2 
f 2 5 5
f   2 5 − 5 −2 5  V = 0   2 − 5 
 5  5   5
 5 
Y

 fX 3   2 2 − 2 − 2  U 3 = 0  − 2 
f     V = 0  EA  
Elemen 3-4: 
 Y 3  EA  2
 =
2 − 2 − 2 3
  − 2  V
2  U 4 = 0  4 L  2  4
{ }
 X 4  4L − 2 − 2
f 2
 fY 4   2 − 2 2   V4   2 
 2  
 fX 
 4  2 − 2 − 2 2  U 4 = 0  − 2 
 Y  EA  − 2
f   V  EA  
Elemen 4-5:  4  =  2 2 − 2
 4

2 − 2  U 5 = 0  4 L  2  4
 2 V { }
 X5  4L − 2
f 2
f   2   V5 = 0   
 2 − 2 − 2 − 2 
 5 Y

Elemen 3-6:
 f X3   4 5 2 5 −4 5 −2 5  U 3 = 0   −4 5 −2 5 
 fY  EA  2 5
{ }
  
 5 −2 5 − 5  V3 = 0  EA  −2 5 − 5  U 6
f 3  =  U 
 X 6  25L  −4 5 −2 5 4 5 5   6  25L  4 5 5  V6
 fY6   −2 5 − 5 5   6 
V  2 5 5 
 2 5 
 f X4   1 0 −1 0  U 4 = 0  0 −1 0 
 fY4  EA  0 0 0 0   V4  EA 0 0 0   V4 
=
Elemen 4-6:  =
f   −1 0 1 0   U 6  L 0 1 0  U 6 
 X6  L       V6 
 fY6   0 0 0 0   V6  0 0 0 

I. KATILI
102 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 f X5  0 0 0 0  U 5 = 0  0 0 
=
 fY  EA 0 1 0 −1  V = 0  EA 0 −1 U
Elemen 5-6: 

5


=
f X 6  L 0 0 0 0   U 6  L 0 0  V6
5

0 −1 0 1  V  0 1
6
{ }
 fY6    6   
 f X6   3 −3 − 3 3  U 6   3 −3
 fY  EA  −3 3 3
{ }
  
 3 −3 3  V6  EA  −3 3 3  U 6
=Elemen 6-7:  6  =  
 X 7  8L  − 3
f 3 3 −3 U 7 = 0  8 L  − 3 3 V6
 −3 3 3   7 V = 0   3 −3 3 
 fY7   3 −3 3  
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 setelah memperhitungkan kondisi batas:
 FX 2 = 0  1+ 1 3 + 4 5 3− 2 5 0 0 0
 FY = 0   8 25 8 5
3 − 2 5 1+ 3 3 + 1 5  U 2 
0 V 
 2  EA  8 5 8 25
0 0
 2 
 Y4
F = − P  =  0 0 1 2 0 0   V4 
 FX 6 = 0  L  
2
1
0 1+ 3 + 4 − + 5 U 6 
3 2
 F =0   0 0
8 25
5
8 5  V 
 Y6   − 3 + 2 5 1+ 3 3 + 1 5 
 6
25 
0 0 0
8 5 8
Karena geometri dan pembebanan struktur simetri maka dapat ditentukan, U 6 = -U 2 dan V 6 =V 2 .
sehingga matriks kekakuan global dapat direduksi dengan cara kolom pertama dikurangi dengan
kolom keempat dan kolom kedua ditambah dengan kolom kelima:
 1+ 1 3 + 4 5 3
− 25
2
5 0
 FX 2   8 25 8

 FY  
3
− 25 5 1 + 8 3 + 25 5
2 3 1
0  U 
  EA  8
 2
0 12 2   V2 
2

 FY4  = 0
 FX 6  L  −1 − 1 3 − 4 5  V 
F   8 25
− 3
8
+ 2
25
5 0  4 
 Y6   3
− 25
2
5 1 + 83 3 + 25 1
5 0 
 8
Diambil tiga persamaan pertama dari persamaan di atas:
 1 0 U
 0  EA 1 + 8 3 + 25 5 − 25
4 3 2
U 2  PL  0 
5
8
  2 
= 0 
3
8
− 2
25
5 1 + 3
8
3 + 1
25
5 0  2 
V dan diperoleh:  V2  =  0 
− P  L  0 1 
0 2 2  4   V  
 4
V  EA − 2 

Reaksi perletakan:
π1 π1
= RX 3 cos =  2 2 P 2=
1
P ; RY3 sin =  2 2P 2 P
1
 4  
4
RX 5 =− RX 3 = − 12 P ; RY5 = RY3 = 1
2
P
Gaya internal elemen:
 0 
2 EA PL  0 
N34 = − 12 2 − 12 2 1
2 1
2  =− 12 2 P
2L 2 2
EA  0 
− 2 

I. KATILI
Rangka 103

 0 
2 EA 1 PL − 2 
N 45 = − 2 2 12 2 1
2
2 − 12 2  =− 12 2 P
2L EA  0 
 0 
Gaya internal elemen-elemen yang lainnya sama dengan nol, karena tidak ada peralihan di kedua
ujung elemen masing-masing.

Rangka Bidang 14:


FY3 , V3 FY4 , V4
-200 kN -200 kN
FX 3 , U 3 4 FX 4 ,U 4
3 4 3

4 m

FY1 , V1 FY2 , V2
1 2
1 2 FX ,U 2
F X1 , U 1 2
R 4 m
R
E = 2x106 kN/m2

Gambar 3.34 Rangka Bidang 14, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.19 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Tiap Elemen Rangka 14
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
1-2 0 1 0 1 0 0 4 0,04
1-3 90o 0 1 0 1 0 4 0,04
1-4 45o 1
2 1
2 1 1 1 4 2 0,03
2 2 2 2 2
o
2-3 135 − 12 2 1
2
2 1
2
1
2 − 12 4 2 0,03

2-4 90o 0 1 0 1 0 4 0,04


3-4 0 1 0 1 0 0 4 0,04

Kondisi simetris: U 2 =
−U1 ; V2 =
V1 ; U 4 =
−U 3 ; V4 =
V3
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1   1 0 −1 0  U1 
f 
 Y  kN  0 0 0 0   V1 
Elemen 1-2:  1 = 2 × 104
f 
m  −1 0 1 0  U 2 
 X2   
 fY2   0 0 0 0   V2 

I. KATILI
104 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 f X1  0 0 0 0  U1 
 fY  4 kN  0 1 0 −1  V1 
Elemen 1-3:  = 2 × 10
f X3   0 0  U 3 
1

m 0 0
  0 −1  
 fY3   0 1  V3 

 f X1   2 2 − 2 − 2  U1 
 fY  3 kN  2 2 − 2

− 2   V1 
Elemen 1-4:  1 = × 104   

f X4
 8 m  − 2 − 2 2 2  U 4 
 fY4  − 2 − 2 2   V4 
 2
 f X2   2 − 2 − 2 2  U 2 
 fY  3 kN  − 2 2 2

− 2   V2 
Elemen 2-3:  2 = × 104   
f
 X3  8 m − 2 2 2 − 2  U 3 
 fY3   − 2 − 2 2   V3 
 2
 f X2  0 0 0 0  U 2 
 fY  kN 0 1 0 −1  V2 
Elemen 2-4:  2 = 2 × 10 4
f X4 m 0 0 0 0  U 4 
  0 −1  
 Y4 
f  0 1  V4 
 f X3   1 0 −1 0  U 3 
 fY  4 kN  0 0 0 0   V3 
Elemen 3-4:  = 2 × 10
f X4   1 0  U 4 
3

m −1 0
    
 fY4   0 0 0 0   V4 
Persamaan kekakuan struktur diperoleh dari gabungan dari persamaan kekakuan elemen :
 FX1  1 +6 3 2 3 2 −1 6 0 0 0 −3 2 −3 2  U 
 FY   3 2 1 +6 3 2 0 0 0 −1 6 −3 2 −3 2   V1 
1
F 1
 
 X2   −1 6 0 1 +6 3 2 −3 2 −3 2 3 2 0 0  U 2 
 FY2  1 4 0 0 −3 2 1 +6 3 2 3 2 −3 2 0 −1 6 V2 
 F = × 10   
 X3  8 0 0 −3 2 3 2 1 +6 3 2 −3 2 −1 6 0  U 3 
 −1 6 −3 2 −3 2 1 +6 3 2

0  V3 
 FY3   0 3 2 0

 FX 4   −3 2 −3 2 0 0 −1 6 0 1 +6 3 2 3 2  U 4 
 FY   −3 2 −3 2 −1 6
V 
3 2 16 + 3 2   4 
 4 0 0 0

Dari kondisi-kondisi batas ini maka matrik persamaan kekakuan struktur diubah menjadi matriks
dengan ordo 8 × 4 dimana, kolom pertama dikurang dengan kolom ketiga, kolom kedua ditambah
dengan kolom keempat, kolom kelima dikurang dengan kolom ketujuh dan kolom keenam
ditambah dengan kolom kedelapan:

I. KATILI
Rangka 105

 FX = 1 2 R   3 +
23 2 3 2 3 2 −3 2
 1 12   
 FY1 = 2 2 R   3 2 1 6+ 3 2 3 2 −1 6− 3 2
 FX = 1 2 R   −3 2− 3 2 −3 2 −3 2 3 2  U1 
 2 21  1  6+ 3 −1 6− 3 2   V1 
4 kN 3 2 1 2 3 2
 FY2 = − 2 2 R = × 10   
 FX 3 = 0  8 m  3 2 3 2 3 2+ 3 2 −3 2  U 3 
 FY = −200kN   −3 2 −1 6− 3 2 −3 2 1 6+ 3 2   V3 
 3   −3 −3 −3 2− 3 2
 FX 4 = 0 
2 2 2 3
 
 FY4 = −200kN   −3 2 −1 6− 3 2 −3 2 1 6+ 3 2 
Karena nodal 1 terletak pada rol miring 45 , maka kita mendapati: V1 = −U 1 sehingga matrik
o

kekakuan dari persamaan diatas berubah menjadi matrik berordo 8 × 3 , di mana kolom pertama
dikurang dengan kolom kedua:
 1 2R   3 2 3 2 −3 2 
 12   
 2 2R   −16 3 2 −16 − 3 2 
 1   −3 2 −3 2 3 2
 2 2R  1   U 
 1  4 kN  −16 3 2 −16 − 3 2   1 

 2 2 R = × 10 U 3 
 0  8 m  0 3 + 23 2 −3 2   V 
    3 
−200 kN  16 −3 2 16 + 3 2 
 
 0   0 −3 − 23 2 3 2
−200kN   
 16 −3 2 16 + 3 2 

Dari persamaan kekakuan terakhir di atas kita mendapatkan delapan persamaan di mana pada
ruas kiri ada variabel yang tidak diketahui yaitu R. Untuk menghilangkan variabel tersebut kita
mengurangi persamaan kesatu dengan persamaan kedua dan menambahkan persamaan ketiga
dengan persamaan keempat:

 0   48 0 16 
 0   −48 0 −16 
 
 0  1 4 kN 
0 3 + 23 2 −3 2  U1 
−200kN = × 10 −3 2 16 + 3 2   3 
U
  8 m  16
   V3 

 0   0 −3 − 23 2 3 2
−200kN   16 −3 2 16 + 3 2 
Karena hanya ada tiga variabel yang tidak diketahui maka kita mengambil tiga persamaan dari
enam persamaan kekakuan di atas, di mana kita menghindari terjadinya matrik singular
(persamaan yang sama). Kita mengambil persamaan pertama, ketiga dan keempat:

 0  1  48 0 16  U1 
   0 32 + 3 2  
−3 2  U 3 
kN
 0 = × 104
 
8 m
−200kN   16 −3 2 16 + 3 2   V3 

Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:

I. KATILI
106 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

U1   0,370  −2
U 3 = −0,129 10
 V3   −1,110 
Dari sifat simetri kita dapat nilai peralihan nodal secara keseluruhan adalah:
U1   0,370  U 3  −0,129 
 V1  −0,370  −2  V   −1,110  −2
U  = −0,370 
10 m ; U3   0,129 10 m
  
2
  4  
 V2  −0,370   V4   −1,110 
Untuk menghitung Reaksi Perletakan R kita mengambil salah satu persamaan dari persamaan
kekakuan:
1  0,370 
R = 2 × 104 32 3 2 −3 2 −0,129 10−2 =282,843 kN
8  −1,110 
Gaya internal elemen:
 0,370 
−0,370  −2
N12 = 2 × 10 −1 0 1 0 
4
10 = −148,018 kN
−0,370 
 
−0,370 
 0,370 
−0,370  −2
N13 = 2 × 104 0 −1 0 1  10 = −148, 018 kN
−0,129 
 
 −1,110 
 0,370 
−0,370  −2
N14 = 75 × 102 2 − 1 2 − 1 2 1 2 1 2  10 = −73,514 kN
2 2 2 2 0,129 
 
 −1,110 
−0,370 
1 1 1 1 −0,370  −2
N 23 = 75 × 10 22
2 − 2 − 2  10 =−73,514 kN
−0,129 
2
2 2 2 2  
 −1,110 
−0,370 
−0,370  −2
N 24 = 2 × 10 0 −1 0 1 
4
10 = −148, 018 kN
0,129 
 
 −1,110 
−0,129 
 −1,110  −2
N34 = 2 × 10 −1 0 1 0 
4
10 =
0,129 
51,982 kN
 
 −1,110 

I. KATILI
Rangka 107

Rangka Bidang 15:


-P -P/2
RX4
4 4
L/3 2 5 2 EA
-P P
-P 2 RX3
L/3
3 3
2L/3
R X1 R X 6 R X1
1 6 1
RY1 L L
RY6 RY1
(a) (b)
Gambar 3.35 Rangka Bidang 15, Penomoran Nodal dan Derajat Kebebasannya

Tabel 3.20 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 15
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 53,13o 3 4 9 16 12 5
L EA
5 5 25 25 25 4
o 4
1-3 33,69 3
13 2
13 9 13
6 1
13 EA
13 13 13 13 3
o
2-3 306,87 3
5 − 54 9
25
16
25 − 12
25
5
12
L EA
2-4 53,13o 3 4 9 16 12 5
L EA
5 5 25 25 25 12
o
3-4 90 0 1 0 1 0 2
L 1
EA
3 2

Memperhatikan kondisi geometri struktur adalah simetris, maka problem di atas dapat
disederha-nakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis memanfaatkan
kondisi simetri. Struktur dapat dimodelkan seperti Gambar 3.35b.
Kondisi batas: U= 1 V=1 0 , kondisi simetris: U=
3 U= 4 0 . Persamaan kekakuan elemen:
Elemen 1-2:
 f X1   36 48 −36 −48 U1 = 0   −36 −48


 fY  EA  48 64 −48 −64   V = 0  EA  −48 −64  U
f 1  =
X 2  125 L  −36 −48 36 48  U 2  125 L  36 48 V2
1

 −48 −64 48 64   V   48 64 
2
{ }
 fY2    2   
Elemen 1-3:
 f X1   27 13 18 13 −27 13 −18 13  U1 = 0   −18 13 
 fY  EA  18 13 
12 13 −18 13 −12 13  V1 = 0 
 
 −12
EA
f  1
=  U = 0 
13 
{V3 }
 X3
 169 L  −27 13 −18 13 27 13 18 13   3
 169 L  18 13 
 Y3     V   13 
 −18 13 −12 13
f 12 13 
18 13 3
 12
Elemen 2-3:

I. KATILI
108 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 f X2   108 −144 −108 144   U 2   108 −144 144 


 fY  EA  −144 192 144 −192   V  EA  −144 192 −192  U 2 
f  = 2
 −108 144 108 −144  U 3 = 0  125 L  −108 144 −144   V2 
2

 X 3  125 L       V3 
 fY3   144 −192 −144 192   V3   144 −192 192 
Elemen 2-4:
 f X2   108 144 −108 −144   U 2   108 144 −144 
 fY  EA  144 192 −144 −192   V  EA  144 192 −192  U 2 
f  =2
 −108 −144 108 144  U 4 = 0  125 L  −108 −144 144   V2 
2

 X 4  125 L     −144 −192 192   V4 


 fY4   −144 −192 144 192   V4   
Elemen 3-4:
 f X3  0 0 0 0  U 3 = 0   0 0
=
 fY  EA 0 3 0 −3  V  EA  3 −3 V
f  =
 4 X
3

4 L 0 0 0 0  U 4 = 0  4 L  0 0  V4
0 −3 0 3  V 
3

 −3 3
3
{}
 fY4    4   
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen setelah
memperhitungkan kondisi batas:
 252 48 144 − 144 
 FX 2 = − P   125 125 125 125 
 FY = 0  EA  48 448 − 192 − 192  U 2 
   V2 
 FY = 0 = 125 125 125 125  
2

L  144 − 192 12 13 + 1143 


−  V3 
3
 3
1   
 FY4 = − 2 P 
125 125 169 500 4  V4 
 − 144 − 192 − 3 1143 
 125 125 4 300 
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal:
U 2   −0,910 
 V2  PL −0, 269 
V  =  −0, 010 
 3  EA  
 V4   −0,875
Reaksi perletakan untuk struktur simetri diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada
d.k.=0:
 − 36 − 48 − 118 13 0 
 125 125 169 
 RX 1 = FX 1   − 48 − 64 12 13  U 2 = −0,910   0,373
− 0
 RY 1 = FY 1  EA  125   V2 = −0, 269  0,500  P
R = F  = 125 169    
 Y3 Y3  108 144 18
 L  − 125 125 169 13 − 125
144 0   V3 = −0, 010  0,504 
 RY 4 = FY 4    V4 = −0,875  0,123 
 − 108 − 144 0 144 
 125 125 125 
Reaksi perletakan sebenarnya:
 RX 1   0,373
 RY 1   0,5
 R  = −0,373 P
R  
X6
0,5
 Y6  
Gaya internal elemen:

I. KATILI
Rangka 109

N12 = 4 PL −0,910 = −0,=


4 EA 3
5 EA −0, 269
5L 5 {
628 P ; N13} 3 13EA −2
13L 13
PL
13=
EA
{−0, 010} 0, 005P
 −0,910 
12 EA 3 4 3 PL −0, 269 
N 23 = − −4 =
5 EA  0 
0,833P
5L 5 5 5
 −0, 010 
 −0,910 
=
12 EA 3
− −4 3 4 PL −0, 269= 
5 EA  0 
N 24 0, 205 P
5L 5 5 5
 −0,875 
 0
3EA PL −0, 010 
= 0 1 0 −1  =
−0, 664 P
0
N34
4L EA  
 −0,875
Gaya internal elemen 3-4 sebenarnya:
5
2 ( −0, 664 P ) =
N34 = −1, 28 P ; N=
35 N=
23 =P 0,833P ; N=
36 N=
13 0, 005 P
6
N=
45 N=
24 0, 205 P ; N56 = N12 = −0, 628 P

Rangka Bidang 16:

-P -P/2
RX4
4 4
L/6 2 5 2
-P P -P EA
L/3 2 RX3

3 3
2L/3
RX6 R X1
1 6 1
R X1
L L
RY1 RY6 RY1
(a) (b)

Gambar 3.36 Rangka Bidang 16, Penomoran Nodal, Gaya Nodal dan Derajat Kebebasannya

Memperhatikan kondisi geometri struktur adalah simetris, maka problem diatas dapat
disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis memanfaatkan kondisi
simetri. Struktur dapat dimodelkan seperti Gambar 3.36b
Kondisi batas: U= 1 V=1 0 ; kondisi simetri: U=3 U= 4 0

I. KATILI
110 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Tabel 3.21 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 16
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 63,435 0,447 0,894 0,2 0,8 0,4 1,118L EA
1-3 33,69 0,832 0,555 0,692 0,308 0,462 1,202L EA
2-3 326,31 0,832 -0,555 0,692 0,308 -0,462 0,601L EA
2-4 18,435 0,949 0,316 0,9 0,1 0,3 0,527L EA
3-4 90 0 1 0 1 0 0,5L 0,5EA

Persamaan kekakuan elemen:


Elemen 1-2:
 f X1   0,179 0,358 −0,179 −0,358 U1 = 0   −0,179 −0,358
 fY  EA  0,358 0, 716 −0,358 −0, 716   V = 0  EA  −0,358 −0, 716  U
f 1  =
 X 2  L  −0,179 −0,358 0,179 0,358  U 2  L  0,179
1

 −0,358 −0, 716 0,358 0, 716   V   0,358 0, 716 


2
0,358 V2 { }
 fY2    2   
Elemen 1-3:
 f X1   0,576 0,384 −0,576 −0,384  U1 = 0   −0,384 
 fY  EA  0,384 0, 256 −0,384 −0, 256   V = 0  EA  −0, 256 
f  = 0,384  U 3 = 0  L  0,384  { 3 }
1 V
 −0,576 −0,384 0,576
1

 X3  L      0, 256 
 fY3   −0,384 −0, 256 0,384 0, 256   V3   
Elemen 2-3:
 f X2   1,152 −0, 768 −1.152 0, 768  U 2   1,152 −0, 768 0, 768
 fY2  EA  −0, 768 0,512 0, 768 −0,512   V2  EA  −0, 768 0,512 −0,512  U 2 
f  =
1,152 −0, 768 U 3 = 0  L  −1,152 0, 768 −0, 768  2 
V
 X3  L  −1,152 0, 768
 0, 768 −0,512 −0, 768 0,512   V   0, 768 −0,512 0,512   V3 
 fY3    3   
Elemen 2-4:
 f X2   1, 708 0,569 −1, 708 −0,569   U 2   1, 708 0,569 −0,569  U
 fY  EA  0,569 0,19 −0,569 −0,19   V2  EA  0,569 0,19 −0,19   2 
f 2  =    −1, 708 −0,569 0,569   V2 
 X4  L  −1, 708 −0,569 1, 708 0,569  U 4 = 0
  L  V 
 −0,569 −0,19 0,569  0,19   4 
 fY4   0,19   V4   −0,569 −0,19
Elemen 2-4:
 f X3  0 0 0 0  U 3 = 0   0 0
=
 fY  EA 0 1 0 −1  V  EA  1 −1 V
f 3  =
 X 4  L 0 0 0 0  U 4 = 0  L  0 0  V4
0 −1 0 1  V 
3

 −1 1
3
{}
 fY4    4   
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 adalah penggabungan gaya nodal elemen setelah
memperhitungkan kondisi batas:
 −P   3, 039 0,159 0, 768 −0,569  U 2 
 0  EA  0,159 1, 417 −0,512 −0,19   V2 
 0 =  0, 768 −0,512 1, 768 −1  V3 
  L  
 1,19   V4 
−0,5 P   −0,569 −0,19 −1
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:

I. KATILI
Rangka 111

U 2   0,386 −0,119 −0, 207 −0, 008  − P   −0,382 


 V2  L  −0,119 1,147 −0,512 −0,19   0  PL  −0,308 
V  =  −0, 207 −0,512 1, 771 1,528  0  EA  −0,557 
 3  EA     
 V4   −0, 008 −0,19 1,528 2, 257  −0,5 P   −1,120 
Reaksi perletakan untuk struktur simetri diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada
d.k.= 0:
 RX1 = FX1   −0,179 −0,358 −0,384 0  U 2 
 RY1 = FY1  EA  −0,358 −0, 716 −0, 256 0   V2 
R = F  =  −1,152 0, 768 −0,384 0   V3 
 X3 X3
 L   
 RX 4 = FX 4   −1, 708 −0,569 0 0,569   V4 
 RX1   −0,179 −0,358 −0,384 0  −0,382   0,393
 RY1  EA  −0,358 −0, 716 −0, 256 0  PL  −0,308   0,5
R  =  −1,152 0, 768 −0,384 0  EA −0,557  0, 417 
 X3  L     
 RX 4   −1, 708 −0,569 0 0,569   −1,120   0,19 
Reaksi perletakan sebenarnya:
 RX 1   0,393
 RY 1   0,5
 R  = −0,393 P
 X6
  
 RY 6   0,5
Gaya internal elemen:
N12 = 0,894
EA
L {
0, 447 0,894 }
PL −0,382
EA −0,308
= −0, 4 P

EA PL
N13 =
0,832 0,894 {−0,557} =
−0, 257 P
L EA
 −0,382 
EA PL  −0,308 
N 23 =1, 664 −0,832 0,555 0,832 −0,555  = 0, 759 P
L EA  0 
−0,557 
−0,382 
EA PL  −0,308
N 24= 1,897 −0,949 −0,316 0,949 0,316  = 0, 2 P
L EA  0 
 −1,120 
 0 
EA PL −0,557 
N34 =− 0 1 0 1  =−0,563P
L EA  0 
 −1,120 

Gaya internal elemen 3-4 sebenarnya: N34 =


2(−0,563) =
−1, 26 P
Gaya internal elemen lainnya:
N=
35 N=
23 0, 759 P ; N36 = N13 = −0, 257 P
N=
45 N=
24 0, 2 P ; N56 = N12 = −0, 4 P

I. KATILI
112 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 17:


-P

3
L
-P 2 5 P

L
RX1
1 4 RX 4

L L L L
RY1 RY4

Gambar 3.37 Rangka Bidang 17, Penomoran Nodal dan Pembebanan

Memperhatikan kondisi geometri struktur pada Gambar 3.37 adalah simetris, maka problem
diatas dapat disederhanakan dengan membagi struktur menjadi dua bagian. Analisis
memanfaatkan kondisi simetri. Gambar diatas dapat dimodelkan seperti Gambar 3.38.

-P FY3 , V3
2
RX3
3 FY2 , V2 3 FX 3 , U 3

-P 2 FX 2 ,U 2
2
FY1 , V1

1 1 F X1 , U 1
R X1
RY1

Gambar 3.38 Model Simetri dengan Setengah Bagian Rangka Bidang 17

Tabel 3.22 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 17
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 135o − 12 2 1
2
2 1
2
1
2 − 1
2
2L EA
o
2-3 26,565 2
5 1
5 4 1 2 5L EA
5 5 5 5 5
o
1-3 63,435 1
5 2
5 1 4 2 5L EA
5 5 5 5 5

Kondisi batas dan kondisi simetri untuk struktur seperti pada Gambar 3.38:
U 1 = V1 = U 3 = 0 jumlah d.k. tidak nol adalah 6-3=3
Persamaan kekakuan elemen:
Elemen 1-2:

I. KATILI
Rangka 113

 f X1   1 −1 −1 1 U1 = 0   −1 1
 fY 
f 1  =
 2 4 L 
X
2 EA 



1
1
1
1
1
1


1
1



 V
 U 

1 =
2
0  2
 4 L 
EA
 { }
 1 −1 U 2
1 −1 V2

 fY2   1 −1 −1 1  V2   −1 1
Elemen 2-3:
 f X2   4 2 −4 −2   U 2   4 2 −2  U
 fY  25 5 EA  2 1 −2 −2   V2  25 5 EA  2 1 −2   2 
f  =    V2 
5 L  −4 −2 4 2  U 3 = 0  5 L  −4 −2 2   V3 
2

 X3   −2 −1 2
 fY3   1  V3   −2 −1 1  
 
Elemen 1-3:
 f X1   1 2 −1 −2  U1 = 0   −2 
 fY1  25 5 EA  2 4 −2 −4   V1 = 0  25 5 EA  −4 
f  = 1 2  U 3 = 0  {V3 }
 X3  5 L  −1 −2   5 L  2
   
 fY3   −2 −4 2 4   V3   4
Gaya nodal struktur seperti pada Gambar 3.38 adalah penggabungan gaya nodal elemen:
 4 5+1 2 2 5−1 2 − 2 5
 25 4 25 4 5 
 FX 2 = − P   2 5 − 1 2 1 5 + 1 2 − 1 5
 FY 2 = 0   25 4 25 4 25 
 FY 3 = − 1 P  EA  − 2 5 − 1 5 1 5  U 2 
F = R 
2
=  5 25 5   V 
L  − 1 1 2 − 2 5   V3 
2
 X1 X1
 
2
5 
 FY 1 = RY1  
4
1 2
4
1 2 − 4 5
 X 3 F = R 
X3  −
 4 4 5 
 − 4 5 − 2 5 4 5
 25 5 5 
Solusi persamaan diatas adalah dengan mengambil 3 baris pertama:
 4 5 + 1 2 2 5 − 1 2 − 2 5
 −P   25 4 25 4 25  U 
  EA  2 1 2 1 5 + 1 2 − 1 5  V 2 
 =
 −
25   V2 
0 5

− 12 P  L  25 4 25 4
1 5  3 
− 2 5 − 1 5
 25 25 5 
Relasi invers memberikan nilai d.k. tidak nol:
 25 5 + 2 2 25 5 − 4 2 5 5 
U 2  L  36 9 36 2 12   − P   −2,333
    PL
 V2  =  25 5− 4 2 25 5+ 8 2 5 5  0  =  −1,390 
 V3  EA  36 2
5 5
36 9 12  1
5 5 5 5  − 2 P  −2,329 
EA
 12 12 4 
Secara lengkap d.k. tidak nol adalah:
U 2   −2,333
 V2   −1,390  PL
   
 V3  = −2,329 
U 5   2,333 EA
 V5   −1,390 

I. KATILI
114 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Reaksi perletakan:
 −1 2 1 2 − 2 5
 25 
 RX 1  EA PL  −2,333 0,75
4 4
=  1 2 − 1 2 − 4 5 −=
 RY 1  25  EA −2,329  0, 25
1,390 0,50 P
L  4 4
 RX 3  − 4 5 − 2 5 4 5    
 25 25 25  
Reaksi perletakan struktur seutuhnya:
 RX 1   0, 75 
 RY 1   0,50 
 R  = −0, 75  P
 X4  
 RY 4   0,50 
Gaya internal elemen:

N12 =
2 EA 1
2 L

2
2 1 2
2 {
PL −2,333
EA −1,390
= }
0, 471P

 −2,333
5 EA 2 1 2 1 PL  −1,390 
N 23 = − 5 − 5 5 5   = 0,745 P
5 L 5 5 5 5 EA  0 
−2,329 
2 EA PL
N13 = 2 5 {−2,329} = −0,932 P
2 L 5 EA
N34 = N13 = −0,932 P ; N= 45 N=
12 0, 745 P ; N= 35 N=
23 0, 795 P

Rangka Bidang 18:

-10 kN

2
8 2 kN EA 8 2 kN
EA
L

1 4
A

2E
2E

A
EA

EA
L

R1 2EA R4
3 5

RY 3 RY 5
L 2L 2L L

Gambar 3.39 Rangka Bidang 18, Penomoran Nodal dan Pembebanan

I. KATILI
Rangka 115

V 2 , FY 2
U2 , FX 2
V 1 , FY 1 V 4 , FY 4
U1 , FX 1 U4 , FX 4
V 3 , FY 3 V 5 , FY 5
U3 , FX 3 U5 , FX 5

Gambar 3.40 Derajat Kebebasan Struktur

Tabel 3.23 Cosinus, Sinus, Panjang dan Luas Penampang Elemen Rangka Bidang 18

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 18,435o 3
10 1
10
9 1 3
10 L EA
10 10 10 10 10
o
1-3 -45 1
2 2 − 12 2 1
2
1
2 − 1
2 2L EA

3-2 45o 1 1 1 1 1 2EA


2 2 2
2 2 2 2 2 2L
3-5 0 1 0 1 0 0 4L 2EA
o
2-4 -18,435 3
10
10 − 101 10 9
10
1
10 − 103 10 L EA

2-5 -45o 1
2
2 − 12 2 1
2
1
2 − 12 2 2L 2EA

5-4 45o 1
2 1
2
1 1 1
2L EA
2 2 2 2 2

Kondisi batas akibat kondisi tumpuan dan geometri struktur serta sistem pembebanan simetris:
U 2 = V3 = V5 = 0 ; Persamaan Kekakuan Elemen:
 fX1  3 −3   U 
f   9
 Y1  10 EA  3 1 −1   1 
Elemen 1-2:  =
f  3  1 
 −9 −3 V
 X 2  100 L   
 fY 2   −3 −1 1   V2 

 fX1 
f   1 −1 −1  U 
 Y1  2 EA  −1 1 1  1
Elemen 1-3:   =
1 1  1 
 −1 V
f
 X3 4 L   U 
 fY 3   1 −1 −1   3 

I. KATILI
116 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 fX 3   fX 3 −1
f   1 −1  f   1 
  2 EA  1 −1  U 3   Y 3  EA  0 0   U 3 
Elemen 3-2:  Y 3  = ; Elemen 3-5:  =
f 4 L  −1 1  V  f   −1 1  U 
 X2  −1 1 
 2  X 5  2L    5 
 fY 2    fY 5   0 0 
 fX 2 
f   −3 −9 3  V 
  10 EA  1 3 −1   2 
Elemen 2-4:  Y 2  =
9 −3   4 
U
 X4
f 100 L  3 V 
 −1 −3 
1  4 
 fY 4  
 fX 2 
f   −1 −1 
  2 EA  1 1   V2 
Elemen 2-5:  Y 2  =  
f
 X5 4 L  1 1   U 5 
 −1 −1 
 fY 5   
 fX 5 
f   1 −1 −1   U 
  2 EA  1 −1 −1   5 
Elemen 5-4:  Y 5  =
1 1  4
U
f
 X4 4 L  −1 V 
 −1 
1 1  4 
 fY 4  
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0:
 9 10 + 2 3 10 − 2 − 310010 − 42 0 0 0 
 FX 1 1 2 R1 + 8 
=  100 4 100 4 
 2
  310010 − 42 100
10
+ 42 − 100
10 2
0 0 0  U1 
=
 Y1 2
F 1
2 R1 − 8   4
2   V1 
 − 100 − 100 + 22 − 42 − 100
3 10 10 10 3 10 10
 FY 2 = − 10  50 100 4   V2 
  EA  1  U 
 FX 3 = 0 = − 42 − 42 + 12 − 2  3
2 2
0 0
 FX 4 =  L  4 2
U 
− 2 2 R4 − 8
1
 3 10 9 10
+ 42 2
− 310010 − 42   V 4 
  
0 0 100
0 100 4  4
=
 FY 4 2 2 R4 − 8 
1
 0 0 − 100
10
0 2
− 310010 10
+ 42 − 42  U 5 
 FX 5 = 0  
4 100

 0 0 4
2
− 12 − 42 − 42 2
2
+ 12 
Akibat kondisi geometri dan sistem pembebanan struktur simetri:
U4 = −U1 , V4 = V1 , U 5 = −U 3 R4 = R1
 9 10 + 2 3 10
− 42 − 310010
− 42 

= FX 1 2 2 R1 + 8
1   100 4 100 
   3 10
− 2 10
+ 2
− 10 2

=
 FY 1 2 2 R1 − 8 
1
 100 3 10 4 100 4 100 4
2  U 
 − 50 − 50 + 2 − 2  1
10 10 2
 FY 2 = − 10  50
V 
  EA 
 FX 3 = 0 =  − 42 2
− 42 2
+ 1   1 
 FX 4 = L 4 2 V2
− 12 2 R1 − 8  − 9 10 − 2 2
− 3 10 3 10 2  U 

=
  3 100 4 4 100 100 4   3
 FY 4 2 2 R1 − 8 
1
 100 − 4
10 2 10
+ 4 2
− 100
10 2


 FX 5 = 0 
 
100 4

 4
2
− 4 2
4
2
− 2 − 1 
2

Dari tujuh persamaan di atas diambil empat persamaan pertama:

I. KATILI
Rangka 117

 9 10 + 2 3 10 − 2 − 310010 − 42 
= FX 1 1 2 R1 + 8  100 4 100 4  U1 


2
 EA  3 10 − 2

10
+ 2
− 10 2
 V 
= F 1
2 R1 − 8 =
 Y1 2   100 3 10 4 100 4 100 4
 V1 
 Y2
F = − 10  L  − 50
− 10
50
10
50
+ 2
2
− 2
2 
2

 FX 3 =   − 2 U 3
+ 1
0
 4 4
2
− 42 2
2

Karena nodal 1 dan 4 diletakkan pada tumpuan rol miring seperti pada Gambar 3.41 maka:
V1 = − U1 dan V4 = U 4
U1 U4

V1 = − U1 V4 = U 4

Gambar 3.41 Peralihan Detail Tumpuan Rol Miring pada Nodal 1 dan 4

 6 10 + 2 − 310010 − 42 
=  FX 1 1 2 R1 + 8  100 2 
  EA  2 10 − 2  U1 
2
  − 10 2
Persamaan kekakuan menjadi:= 2 R1 − 8 =
1
F
 Y1 2   100 2 10 2 100 4
2  2 
V
 FY 2 = − 10  L  − 50 + −
10 2
50 2 2   3 
U
 FX 3 = 0   − 2 − 4 2 2 
+ 1
 2 2
Keempat persamaan di atas memiliki 4 variabel anu (unknown variable), U 1 , V 2 , U 3 dan R 1 .
Reaksi R 1 dapat dieliminir dengan mengurangi persamaan pertama dengan persamaan kedua
 10 + 2 − 5010
− 22 
 16  EA  25  U1 
2 
 − 5=  − 5010 10
+ 2
−  V2 
L  100 4 4
 U 
 0   − 2
2
− 4 2 2
+ 1  3 
2 
U 
Hasil inversnya: V=
1 L  11, 419 
2 −8,352 
U 3  EA  3

Peralihan yang terjadi secara keseluruhan:
U1   11, 419 
 V1  −11, 419 
V   −8,352 
 2 L  
 3
U =  3
U 4  EA −11, 419 
 V4  −11, 419 
U   −3
 5 

I. KATILI
118 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Reaksi Perletakan:
U1 
V 
{ }
RY 3
RY 5
EA  2 − 2 − 2
= 
4L  0 0
0 0   1  11, 027
  V2 
− 2 − 2 − 2  U  11, 027
4
{kN }
 V4 
 3 10 2 3 10 2 
=R1 2  +  U1 − V2 − =
U 3 − 8  2,790kN ; R=
4 R=
1 2,790kN
 50 2  100 4 
Gaya internal:
10 EA 3 10 10  −U1 
N12 =   = −3,119kN
10 L 10 10 V2 − V1 
2 EA 2 2 U 3 − U1 
N13 =−  =−9,919kN
2 L 2 2  −V1 
2 EA 2 2 −U 3 
N32 =   = −5, 676kN
2 L 2 2  V2 
EA U − U 3  10 EA 3 10 10  U 4 
N =
1 0  5  = −3kN N 24 = −  =−3,119kN
35
2L  0  10 L 10 10 V4 − V2 
2 EA 2 2  U 5 
N = −  = −5, 676kN
25 2 L 2 2 −V2 
2 EA 2 2 U 5 − U 4 
N =   = −9,919kN
54 2 L 2 2  −V4 

I. KATILI
Rangka 119

Rangka Bidang 19:

P 2P P
1 EA 3 EA 5

EA EA
Y EA EA
2m

2 X 4

2m 2m 2m 2m

Gambar 3.42 Rangka Bidang 19 dengan Perletakan Rol Miring.

Kondisi batas: U 2 = V 2 = U 4 = V 4 = 0 ; U 1 = -V 1 = -U 5 = -V 5 , kondisi simetris: U 3 = 0

P P

1 EA 3

EA EA Y
2m

2 X

2m 2m

Gambar 3.43 Pemodelan Simetri Rangka Bidang 19

Persamaan umum kekakuan elemen:


Elemen 1-2:
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
1-2 -45o 0,707 -0,707 0,5 0,5 - 0,5 2,828 A
Untuk elemen 1-2, diambil hanya baris/kolom 1 dan 2
 f X1  EA  0,5 −0,5 U1   0,177 −0,177  U1 
  =     EA   
 fY1  2,828  −0,5 0,5  V1   −0,177 0,177   V1 
Elemen 2-3: U 2 = V 2 = U 3 = 0, V 3 ≠ 0
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
2-3 45o 0,707 0,707 0,5 0,5 0,5 2,828 A

I. KATILI
120 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 3-1:
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) A (m2)
3-1 180o -1 0 1 0 0 4 A
Untuk elemen 3-1, diambil hanya baris/kolom 2,3 dan 4:
 fY  0 0 0  V3  0 0 0  V3 
 3  EA       
=  f X1  = 0 1 0  U1  EA 0 0, 25 0  U1 
  4
0 0 0   V1  0 0 0   V1 
 fY1 
Gaya nodal struktur pada d.k. ≠ 0 setelah kondisi batas:
 FX  0,177 + 0, 25 −0,177 + 0 0  U1 
 1
    
 FY1  = EA  −0,177 + 0 0,177 + 0 0   V1 
   0,177 + 0  V3 
 FY3 = − P 
0 0

Kondisi batas pada perletakan rol miring:


P
V1 = −U1
R1
1
= =
FX1 R1 sin φ R1 sin=
45 2 R1 FY1
2
1
F=
Y1 R1 cos φ −=
P R1 cos 45 −=
P 2 R1 − P
2 1 FX1
FY3 = − P U1
V1
1 
 2 2 R1 
   0, 427 −0,177 0   U1 
 1 2 R − P  = EA  −0,177 0,177  
0  −U1 
45
2 1  
   0 0 0,177   V3 
− P 
Penjumlahan kolom ke 1 dengan minus kolom ke 2 adalah:
1 
 2 2 R1 
  0, 427 + (−(−0,177)) 0  0, 604 0
1    U1   U 
 2 R1 − P=
 EA  −0,177 + (−(0,177)) 0  =  EA  −0354 0   1 
0 + (−(0)) 0,177   3  0 0,177   3 
2  V V

 

− P 
 
 
Pengurangan baris 1 dengan baris ke 2 menjadi:
1 1 
 2 R1 − ( 2 R1 − P )  0, 604 − (−0,354) 0 − 0  U1 
2  = EA   
0 0,177  V3 
2
− P  

I. KATILI
Rangka 121

 P 0,958 0  U1 
  = EA   
− P   0 0,177  V3 

Relasi invers memberikan:


−1
U1  0,958 0   1  P  1, 044  P P
 =     =  dan V1 =
−U1 =
−1, 044
V3   0 0,177  −1 EA −5, 649  EA EA

U1   1, 044 
    P
Sehingga d.k ≠ 0 adalah:  V1 =  −1, 044 
V  −5, 649  EA
 3  
Reaksi perletakan pada nodal 1:
U1 
1 EA  
= 2 R1 0, 427 −0,177 0  V1 
2 L V 
 3
 1, 044 
2 EA   P
=R1 0, 427 0,177 0=  −1, 044  0,316 P
2 2 −5, 649  EA
 
Reaksi perletakan pada nodal 2:
Elemen 1-2:
 f X1   C2 CS −C 2 −CS   U1 
   
 fY1  EA  CS S2 −CS − S 2   V1 
 =  2  
 2  L  −C
f X −CS C2 CS  U 2 = 0 
f    
 Y2   −CS −S 2 CS S 2   V2 = 0 

dari persaman kekakuan elemen 1-2 hanya diambil baris ke 3 dan 4, yaitu:
 f X 2  EA  −C 2 −CS  U1  EA 0,5 0,5 U1   −0,177 0,177  U1 
=   =     =     EA   
 fY2  L  −CS − S   V1  2,828 0,5 0,5  V1 
2
 0,177 −0,177   V1 
Elemen 2-3:
 f X2   C2 CS −C 2 −CS  U 2 = 0 
   
 fY2  EA  CS S2 −CS − S 2   V2 = 0 
 =  2  
 f X 3  L  −C −CS C2 CS  U 3 = 0 
f    
 Y3   −CS −S 2 CS S 2   V3 

Dari persamaan kekakuan elemen 2-3 hanya diambil baris ke 1 dan 2, yaitu:

I. KATILI
122 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 f X 2  EA  −CS  EA  −0,177 
=
  =  2  V3
L  −0,177 
V3
 fY2  L  − S 
Penggabungan gaya nodal elemen pada d.k.= 0
 P 
U1 = +1,044 EA 
 FX 2 = RX 2   
 −0,177 0,177 −0,177   P 
  = EA  0,177 −0,177 −0,177   1
V = −1,044 
= FY2 RY2    EA 
 P 
V3 = −5,649 EA 
 
 RX 2  0,630 
 = P
 RY2  1,369 
Gaya internal elemen:
Elemen 1-2:
EA  1, 044  P
N12 = −0, 707 0, 707   =
−0,522 P
2 2 −1, 044  EA
Elemen 2-3:

( 0, 707 )  −5, 649  =


EA P
N 23 = −1, 412 P
2 2  EA 
Elemen 3-1:
−5, 649 
EA   P
N31 = 0 −1 0  1, 044  =
−0,369 P
4  −1, 044  EA
 

I. KATILI
Rangka 123

Rangka Bidang 20:


P
P
4 P
5 3
R R
P 6 R 2 P
1 R
R
R
R R
7 9
8 P
P
P

Gambar 3.44 Rangka Bidang 20 Berbentuk Lingkaran dengan Jari-Jari R.

Penampang profil: D luar = 6 cm dan D dalam =5 cm


A = ¼π (0,06 – 0,05) m² = 8,639×10-4 m² ; E = 2,1×106 kN/m² ; EA= 1814,27 kN
Kondisi batas U 1 = V 1 = 0 ; Kondisi simetri : V 2 = 0 dan U 3 =V 3
L23 =2 × ( R × Sin 22 ,5 ) =2 × ( 4m × Sin 22 ,5o ) =3,601m

FY3,V3 0,5P

FX3,U3
3
EA
FY1,V1 2
R EA FY2,V2
EA
FX1,U1 1 FX2,U2
45° 2 2 0,5P

R=4m

Gambar 3.45 Pemodelan Simetri Rangka Bidang 20

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1–2 0 1 0 1 0 0 4m ½ EA
1–3 45° 0,707 0,707 0,5 0,5 0,5 4m ½ EA
2–3 112,5° -0,383 0,924 0,146 0,854 -0,354 3,061 m EA
Persamaan kekakuan elemen:
 fX1   1 0 −1 0  U1 = 0   −1
 fY 1  EA  0 0 0 0   V1 = 0  EA  0 
f X 2  2 L  −1 0 1 0   U 2  2 L  1 { 2 }
=
Elemen 1-2:  = U
f   0 0 0 0  V2 = 0   0
 Y2     

I. KATILI
124 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 2-3:
 fX 2   0 ,146 −0 ,353 −0 ,146 0 ,353  U 2   0 ,146 −0 ,146 0 ,353
 fY 2  EA  −0 ,353 0,854 0,353 −0,854  V2 = 0  EA  −0 ,353 0,353 −0,854  U 2 
f  =  −0 ,146 0 ,353 0 ,146 −0 ,353  U 3  L  −0 ,146 0 ,146 −0 ,353 V 3 
U
 fX 3  L    V     3 

 Y3   0 ,353 −0,854 −0,353 0,854   3   0 ,353 −0 ,353 0 ,854 
 fX1   0 ,5 0 ,5 −0,5 −0,5 U1 = 0   −0 ,5 −0 ,5
=
Elemen 1-3: 
 fY 1  EA  0 ,5 0 ,5 −0,5 −0,5  V1 = 0  EA  −0 ,5 −0 ,5 U 3
f 
 f X 3  2L 
=  −0 ,5 −0 ,5 0,5 0,5  U 3  2 L  0 ,5 0 ,5 V3
   0 ,5 0 ,5 
{ }
 Y3   −0 ,5 −0 ,5 0,5 0,5  V3   
Gaya nodal struktur pada dk tidak nol, adalah:
 FX 2   313,570 −86 ,786 209 ,521 U 2 
 FX 3  =  −86 ,786 200 ,178 −96 ,129  U 3 
 FY 3   209 ,521 −96 ,129 619 , 220   V3 
Karena adanya gaya reaksi R yang tegak lurus dengan bidang miring maka:
F X2 = 0,5P ; F X3 = R sin 45° + 0,5P sin 45° ; F Y3 = -R cos 45° + 0,5P cos 45°
Sehingga diperoleh:
0 ,5 P   313,570 −86 ,786 209 ,521  U 2 
 R sin 45 ° + 0 , 5 P sin 45°  =  −86 ,786 200 ,178 −96 ,129   U 3 
 − R cos 45 ° + 0 , 5 P cos 45°   209 ,521 −96 ,129 619 , 220  V3 =U 3 
Penjumlahan kolom 3 ke kolom 2, kemudian penjumlahan baris 3 ke baris 2, menghasilkan:
0 ,5 P
{ = } 313,570 122 ,734  U 2
0 ,5 P ( sin 45° + cos 45° ) 122 ,734 627 ,140  U 3 { }
Relasi invers menghasilkan:

{ } { }{ }
−1
U 2 = 313,570 122 ,734  25kN 0 ,062 dan V = U = 0,044 m
U 3 122 ,734 627 ,140  35,36kN 0 ,044 3 3

Reaksi perletakan diperoleh dengan menggabungkan gaya nodal elemen pada dk= 0:
= RX 1 FX 1   −226 ,784 −113,392 −113,= 392  U 2 0 ,062  −24 ,039kN 
   
 RY 1 = FY 1  = 0 −113,392 −113,392  U 3 == 0 ,044   −9 ,979kN 
 RY 2 FY 2   −209 ,521 209 ,521 −505=
= ,828  V3 0 ,044   −26 ,028kN 
Gaya internal elemen:
U1 = 0 
EA V1 = 0 
N12 = × -1 0 1 0  =14 ,161 kN × 2=28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 062
V 2 = 0 
 2 
U1 = 0 
EA V1 = 0 
N13 = × -0,707 -0,707 0,707 0,707  =14,161 kN × 2=28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 044
V = 0 ,044 
3
 3 
U 2 = 0 ,062 
 
× 0,383 -0,924 -0,383 0,924 V2 = 0
EA
N 23 = =28,323 kN (tarik)
L U = 0 , 044
V 3 = 0 ,044 
 3 
Gaya internal setiap elemen sebenarnya pada struktur lengkap adalah: N = 28,323 kN (tarik)

I. KATILI
Rangka 125

Rangka Bidang 21:

6
P 60° EA
EA P
4 EA 5
EA EA EA EA
1 60° 2 60°
3
EA EA

L P
L

Gambar 3.46 Rangka Bidang 21 Berbentuk Segitiga Sama Sisi.

Kondisi batas : U 1 =V 1 = U 3 =V 3 = U 6 =V 6 = 0
Dari perubahan bentuk akibat pembebanan, dapat kita pahami bahwa reaksi perletakan bernilai
nol dan gaya internal pada elemen-elemen: 1-2, 2-3, 1-4, 4-6, 3-5 dan 5-6 juga bernilai nol. Dan
gaya internal bernilai sama pada elemen-elemen 2-4, 2-5 dan 4-5. Karena itu kita dapat
memodelkan hanya sebuah elemen saja dan dalam hal ini kita pilih elemen 2-5, dengan kondisi
simetris:
1 1
U2 = 0 ; U5 = sin 30 V2 =− 3 V2 = −0 ,866 V 2 ; V5 = cos 60 V2 = − V2 = −0,5 V 2
2 2
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
2-5 60o 0,500 0,866 0,250 0,750 0,433 L EA
Persamaan kekakuan elemen 2-5 dengan mempertimbangkan gaya nodal pada dk tidak nol:
0 ,750 −0 , 433 −0 ,750  V2
 FY 2  EA   EA 
1,5 
 
 FX 5  =  −0 , 433 0 , 250 0 , 433 U 5 =−0 ,866 V2  = −0 ,866  {V2 }
 FY 5  L  −0 ,750 0 , 433 0,750  V5 = −0 ,5 V2  L  −1,5 
Dengan mengambil persamaan pertama:
EA
=
FY2 0 ,=
5P ( −1,5 )V2 sehingga diperoleh:
L
PL  PL  PL  PL  PL
V2 = − ; U 5 =−0 ,866 ×  −  =0 , 289 ; V5 =−0 ,500 ×  −  =0 ,167
3EA  3EA  EA  3EA  EA
Gaya internal pada elemen 2-5, 4-5, 2-4 adalah:

EA V2  EA PL −0 ,333


N= −S C S U 5  = −0,866 0,500 0,866 × ( 0,578P ) kN (tarik)
 0, 289  =
L L EA  0 ,167 
 V5   

I. KATILI
126 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Rangka Bidang 22:

EA EA
2L
EA
EA

1 EA EA 6
2 EA EA 5
L
3

2L L L 2L

Gambar 3.47 Rangka Bidang 22 Berbentuk Layangan.

P/ 2

EA
EA

1 EA
2 EA

Gambar 3.48 Pemodelan simetri Rangka Bidang 22.

Karena struktur rangka simetris dan beban yang bekerja pada struktur juga simetris maka
struktur rangka dapat dianalisa menjadi setengah bagian seperti gambar diatas dengan dk tidak
nol adalah U 2 , V 2 , dan V 4 . Kondisi batas: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = 0, kondisi simetri U 4 = 0.

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA
1-2 00 1 0 1 0 0 2L EA
2-3 3150 0,707 - 0,707 0,5 0,5 - 0,5 L√2 EA
1-4 33,690 0,832 0,555 0,692 0,308 0,462 L√13 EA
2-4 63,430 0,447 0,894 0,2 0,8 0,4 L√5 EA
Persamaan kekakuan elemen:
 f X1   1 0 −1 0  U1 = 0   −0 ,5 0
=
 fY1  EA  0 0 0 0  V1 = 0  EA  0
Elemen 1-2: 
f 
=  −1 0 1 0  U 2  L  0 ,5
 X 2  2L     0
{ }
0 U 2
0  V2
 fY2   0 0 0 0  V2   0 

I. KATILI
Rangka 127

 f X2   0 ,5 −0 ,5 −0,5 0,5 U 2   0 ,3 5 4 −0 ,3 5 4
 fY2 
Elemen 2-3: 
f 
 X3 
=
EA  −0 ,5 0 ,5 0,5 −0,5 V2
 
 EA  −0 ,3 5 4
 
L 2  −0 ,5 0 ,5 0,5 −0,5 U 3 = 0  L  −0 ,3 5 4
{ }
0 ,3 5 4 U 2
0 ,3 5 4 V2
 fY3   0 ,5 −0 ,5 −0,5 0,5  3
V = 0   0 ,3 5 4 −0 ,3 5 4

 f X1   0 ,692 0 , 462 −0 ,692 −0 , 462  U1 = 0   −0 ,128


 fY1  EA  0 , 462 0 ,308 −0, 462 −0,308 V1 = 0  EA  −0 ,085
0 ,692 0 , 462  U 4 = 0  L  0 ,128 { 4 }
Elemen 1-4:  =
f   −0 ,692 −0 , 492 V
 X 4  L 13   
 fY4   −0 , 462 −0 ,308 0 , 462 0 ,308 V4   0 ,085
 
Elemen 2-4:
 f X2   0 , 2 0 , 4 −0 , 2 −0 , 4  U 2   0 ,089 0 ,179 −0 ,179 
 fY2  EA  0, 4 0,8 −0, 4 −0,8 V2  EA  0,179 0,358 −0,358 U 2 
f  =  −0, 2 −0, 4 0, 2 0, 4  U 4 = 0  L  −0,089 −0,179 0,179  V2 
V
 X4  L 5   V     4 

 fY4   −0, 4 −0,8 0, 4 0,8  4   −0,179 −0,358 0,358
Dengan melakukan penggabungan semua persamaan kekakuan elemen yang telah didapat di atas
maka akan didapatkan persamaan kekakuan elemen struktur rangka bidang setengah bagian
sebagai berikut:
 FX1  0 0 −0 ,5 0 0 0 0 −0 ,1 2 U81 
 FY  
F  1 0 0 0 0 0 0 0 −0 ,0 8  V51 
 2
X  0 0 0 ,943 −0 ,175 0 0 0 −0 ,179  U 2 
 FY2  EA 0 0 −0 ,175 0 ,712 0 0 0 −0 ,358  V2 
F  = 
0 0 −0 ,354 0 ,354 0 0 0

0  U 3 
 X3  L   
 FY3  0 0 0 ,354 −0 ,354 0 0 0 0   V3 
 FX 4  0 0 −0 ,089 −0 ,179 0 0 0 0 ,307  U 4 
 FY 
 4 0 0 −0 ,179 −0 ,358 0 0 0 0 , 443  V4 
Gaya nodal struktur diperoleh dari gabungan gaya nodal elemen pada derajat kebebasan ≠ 0
F = 0  0 ,943 −0 ,175 −0 ,179  U 2 
 X2  EA   
 FY2 = 0 =  −0 ,175 0 ,712 −0 ,358 V2 
 FY 4 = −0 ,5 P  L  −0 ,179 −0 ,358 0 , 443 V4 
Dengan malakukan operasi perkalian matriks terhadap invers dari matriks kekakuan struktur
sehingga didapat nilai peralihan sebagai berikut:
U 2  −0 ,807  PL
V2 = −1,566 
V4  −2 ,721 EA
Reaksi perletakan diperoleh dari penggabungan gaya nodal elemen pada dk = 0:
 FX1 = RX1   −0 ,5 0 −0 ,128  RX1   0 ,752 
 FY1 = RY1  EA 0 0 −0,085 PL U 2 = −0,807   RY   0 , 231
F = R  =  − 0 , 354 0 , 354 0  V2 = −1,566  ⇒  R 1  = −0, 269  P
 X3 X3
 L  EA V4 = −2,721   X3
  
 FY3 = RY3   0,354 −0,354 0  RY3   0, 269 
Untuk reaksi perletakan struktur secara utuh maka didapat :
R X6 = -R X1 = - 0,752 P (tanda negatif, berarti searah sumbu x negatif)
R Y6 = R Y1 = 0,231 P (searah sumbu y posistif)

I. KATILI
128 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

R Y3 = 2 × 0,269 P = 0,538 P (searah sumbu y positif)


Keterangan:
− R Y3 dikali 2 karena nilai yang didapat sebelumnya adalah reaksi perletakan struktur yang
dianalisis setengah bagian dan perletakan sendi 3 tepat berada di tengah perpotongan
sehingga nilai yang didapat merupakan separuh dari nilai perletakan yang sebenarnya.
− Nilai R X3 dari struktur simetris bagian kanan akan berlawanan tanda dengan nilai struktur
simetris bagian kiri, karena itu R X3 seharusnya bernilai nol bila struktur dihitung secara utuh.

Gaya internal elemen:


U1 = 0 
EA PL V1 = 0 
Elemen 1-2: N12 = −1 0 1 0 U = −0 ,807  =−0 , 404 P
2L EA  2 
V2 = −1,566 
U 2 = −0,807 
EA PL V2 = −1,566 
Elemen 2-3: N 23 = −0 ,707 0 ,707 0 ,707 −0 ,707  =−0 ,379 P
L 2 EA U 3 = 0 
V3 = 0 
U1 = 0 
EA PL V1 = 0 
Elemen 1-4: N14 = −0 ,832 −0 ,555 0 ,832 0 ,555 U = 0 =−0 , 419 P
L 13 EA  4 
V4 = −2 ,721
U 2 = −0,807 
EA PL V2 = −1,566 
Elemen 2-4: N 24 =−0 , 447 −0 ,894 0 , 447 0 ,894  =−0 ,3P
L 5 EA U 4 = 0 
V4 = −2 ,721 
Struktur simetris bagian kanan mempunyai gaya internal elemen sebagai berikut:
Elemen 6-5 = Elemen 1-2 = -0,404 P (tekan)
Elemen 5-3 = Elemen 2-3 = -0,379 P (tekan)
Elemen 6-4 = Elemen 1-4 = -0,419 P (tekan)
Elemen 5-4 = Elemen 2-4 = -0,3 P (tekan)

I. KATILI
Rangka 129

3.8 RANGKA RUANG.


Banyak struktur rangka dapat dimodelkan sebagai rangka bidang yang merupakan
gabungan dari elemen rangka bidang. Misalnya, rangka jembatan seperti pada Gambar 3.44
dapat dianalisis untuk beban vertikal dengan menganggap masing-masing sisi jembatan sebagai
rangka bidang. Beban-beban ditransfer ke titik-titik simpul rangka melalui balok lantai dan
girder lantai.

Elevasi Denah Penampang

Gambar 3.49 Rangka Jembatan.

Struktur lainnya, seperti rangka kubah, rangka pesawat, dan "guyed towers" adalah rangka
ruang. Struktur-struktur semacam ini tergantung pada geometrinya untuk menopang dan
mentransfer beban yang bekerja.
Untuk rangka ruang, kita menggunakan asumsi yang sama dengan yang kita gunakan
pada rangka bidang. Yaitu, elemen adalah lurus, beban-beban hanya bekerja di nodal, dan
elemen-elemen tersambung pada nodal sebagai hubungan sendi (frictionless ball joints). Asumsi
ini menyebabkan setiap elemen mempunyai gaya internal tarik atau tekan yang bekerja
sepanjang sumbunya.
Perbedaan utama antara elemen rangka bidang dan ruang adalah jumlah derajat
kebebasan tiap nodal. Karena ada 3 translasi yang mungkin terjadi pada tiap nodal untuk kasus
rangka ruang, tiap batang memiliki 6 derajat kebebasan. Karenanya kita harus memperbesar
matriks kekakuan elemen menjadi 6×6. Matriks transformasi koordinat [T], yang
menghubungkan peralihan elemen dan peralihan global, juga menjadi matriks 6×6. Proses
penyusunan dan pemecahan masalah rangka ruang secara konseptual sama dengan masalah
rangka bidang.
Suatu struktur rangka ruang terbentuk dari gabungan elemen rangka dalam ruang XYZ.
Variabel nodal adalah tiga komponen dari vektor peralihan dan dinyatakan dalam sistim
koordinat global umum XYZ (Gambar 3.50)
Operasi penggabungan membutuhkan transformasi karakteristik elemen dari sistim
koordinat lokal kedalam koordinat global. Elemen rangka ruang memiliki tiga derajat kebebasan
gaya dan peralihan (f X , f Y , f Z dan U, V, W) pada tiap titik nodal dalam masing-masing arah X, Y,
Z global. Dalam koordinat lokal elemen tersebut hanya memiliki sebuah gaya aksial f x dan
sebuah derajat kebebasan aksial u pada tiap nodal.
Variabel nodal suatu elemen pada dua nodal adalah:
• dalam koordinat lokal, un = u 1 v 1 w1 u 2 v 2 w 2 (3.70)
lokal
• dalam koordinat global, un = U1 V1 W1 U 2 V 2 W 2 (3.71)
global
Variabel lokal diekspresikan sebagai fungsi variabel global dan suatu matriks rotasi:

I. KATILI
130 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

u  U  x X 
       
 v  = [t ]V  ;  y  = [t ] Y  (3.72)
 w W  z Z 
       
Komponen matriks [t] adalah kosinus arah dari sumbu lokal x, y, z:
 cos( x, X ) cos( x, Y ) cos( x, Z ) 
[t ] = cos( y, X ) cos( y, Y ) cos( y, Z ) (3.73)
 cos( z , X ) cos( z , Y ) cos( z , Z ) 

x, u
y, v 2

U2
Y, V V2
W2
1

X, U z, w
U1
V1
W1 Titik 1 : koordinat X1, Y1 dan Z1
Titik 2 : koordinat X2, Y2 dan Z2
Koordinat lokal : x, y, z
Z, W Koordinat global : X, Y, Z

Gambar 3.50 Elemen Rangka Ruang.

Kosinus arah vektor x dari sumbu x dan panjang L adalah :


X − X1 Y −Y Z −Z
t11 = 2 ; t12 = 2 1 ; t13 = 2 1 (3.74)
L L L
L = ( X 2 − X 1) + (Y 2 − Y 1) + ( Z 2 − Z 1)
2 2 2 2
(3.75)

Catatan:
− Pada prinsipnya tidaklah perlu untuk mendefinisikan kosinus arah sumbu y & z karena v dan
w adalah peralihan semu dan tidak berperan dalam mendefinisikan karakteristik elemen.

Dengan memperbesar persamaan matriks kekakuan 2×2 dalam koordinat lokal menjadi
persamaan matriks kekakuan 6×6, yaitu dengan cara memberikan dua buah gaya semu f y , f z dan
derajat kebebasan peralihan v, w pada tiap nodal dalam masing-masing arah lokal y, z, kita
peroleh:

I. KATILI
Rangka 131

1 0 0 −1 0 0
 0 0 0 0 0
EA  0
[ k ]lokal = 
L 
0 0
1
0
0 0
(3.76)
6 x6 
 sym 0 0
 0
fn lokal
= f x1 f y1 f z1 f x2 f y2 f z2 ; un lokal
= u 1 v1 w1 u2 v2 w2
Dan persamaan kekakuan elemen dalam lokal koordinat, menjadi:
{ f n }lokal = [k ]lokal {u n }lokal (3.77)
e
Ekspresi kerja virtuil W (Persamaan 3.7) ditulis sebagai fungsi variabel lokal yang dimekarkan
Persamaan 3.70.
=We u *n lokal
([ k ]lokal
{u n}lokal − { f n}lokal ) (3.78)
e
Ekspresi W sebagai fungsi variabel global Persamaan 3.63 diperoleh dengan menggunakan
persamaan 3.70:
=We u *n global ([ k ] global
{u n}global − { f n} global ) (3.79)

dengan: [k ]global = [T ]T [k ]lokal [T ] (3.80)

{u n }lokal = [T ]{u n } global ; u n lokal = u n global [T ]T (3.81)

Keenam gaya nodal dalam koordinat lokal dapat dihubungkan dengan yang ada dalam
koordinat global dengan menggunakan matriks yang sama:
{ f n }global = [T ]T { f n}lokal (3.82)
di mana [T] adalah matriks transformasi, dan merupakan matriks ortogonal (transposenya sama
dengan inversnya).

[T ]6×6 = [[0]] [[t ]]


 t 0
(3.83)
 
Ekspresi eksplisit dari [k] global dan {f n } global adalah:
 [C ] − [C ]  t11t11 t11t12 t11t13 
[k ]global = EA   ; [C ] = t11t12 t12t12 t12t13  (3.84)
L − [C ] [C ]  t11t13 t12t13 t13t13 
fn global
= t11 f x1 t12 f x1 t13 f x1 t11 f x2 t12 f x2 t13 f x2 (3.85)
Persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinat global:
 fX 1  U1 
 fY   
 f  EA  C − C   V1 
[ ] [ ]
1
 Z1  W1
f =  − [C ]  U 2  (3.86)
 2 L 
X [ C ]  
 fY 2   V2 
 f Z 2  W2 

I. KATILI
132 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Catatan:
− Rang [k] global adalah sama dengan 1, seperti halnya dengan [k] lokal .
− Matrik massa relatif pada koordinat global untuk ρ a konstan, adalah:
1 0 0 
L  2 [ I ] [ I ]  
=[ m]glob ρ=   ; [ I ] 0 1 0 (3.87)
a
6  [ I ] 2 [ I ]
0 0 1 
− Matrik [m] lokal = [m] global karena aproksimasi u*, v*, w* dan U*, V*, W* adalah identik:
)dx u *n [ m ]lokal {un}
∫ ρa(u u + v v + w w=
L
=
W em
* * *
0
(3.88)
)dx U *n [ m ]global {U n}
= ∫ ρ a (U *U + V *V + W *W=
L

− Di sini terlihat bahwa matriks kekakuan 6×6 ini memiliki pola yang sama dengan matriks
kekakuan 4×4 dalam Persamaan (3.25). Matriks ini juga merupakan matriks singular.
− Jika kita ketahui peralihan nodal untuk elemen ini, baik yang diberikan atau yang akan
dicari, ketiga komponen gaya f X2 , f Y2 , f Z2 pada nodal 2 dapat langsung diperoleh dari
Persamaan (3.86).
− Gaya aksial tarik N adalah resultan dari tiga gaya ini. Dengan t 11 , t 12 , t 13 sebagai kosinus
arah dari sumbu elemen tersebut relatif terhadap masing-masing sumbu global X, Y, Z, dan
mempergunakan fakta bahwa:
2
t11 + t=
12 + t13
2 2
cos 2 ( x, X ) + cos 2 ( x, Y ) + cos 2=
( x, Z ) 1 (3.89)
U1 
 V1 
EA W1 
menghasilkan: N= −t11 −t12 −t13 t11 t12 t13 U  (3.90)
L  2
 V2 
W2 
yang bentuknya mirip dengan Persamaan (3.34).

I. KATILI
Rangka 133

3.9 APLIKASI ELEMEN RANGKA RUANG.


3.9.1 Struktur Rangka Ruang dengan 4 Elemen

Perhatikan rangka ruang berikut.

4 3 Y

5
12 m
5 8m
X 4 X
1 2
5m
3
1
6m 10 m 2
EA = konstan
Z
Gambar 3.51 Rangka Ruang dengan 4 Elemen.

Asumsikan bahwa semua perletakan (nodal 1 sampai 4) merupakan sendi (ball joints) dan
karenanya tidak mengalami translasi. Pertama-tama kita hitung kosinus arah masing-masing
elemen, dengan menganggap nodal 5 sebagai ujung kiri setiap elemen.

Elemen L ij t 11 t 12 t 13
5-1 - 6/11,18 = - 0,5366 - 8/11,18 = - 0,7155 5/11,18 = 0,4472
6 2 + 8 2 + 5 2 = 11,18 m
5-2 10/13,75 = 0,7274 - 8/13,75 = - 0,5819 5/13,75 = 0,3637
10 2 +8 2 + 5 2 = 13,75 m
5-3 10/17,55 = 0,5698 - 8/17,55 = - 0,4558 12/17,55= 0,6838
10 2 +8 2 +12 2 = 17,55 m
5-4 - 6/15,62 = - 0,3841 - 8/15,62 = - 0,5121 -12/15,62 = - 0,7682
6 2 +8 2 +12 2 = 15,62 m

Karena nodal 5 adalah ujung kiri bagi semua elemen, dan juga satu-satunya nodal yang
mengalami peralihan, maka hanya matriks 3×3 sebelah kiri atas dari setiap elemen yang akan
berguna bagi matriks kekakuan struktur global. Dengan menggunakan Persamaan (3.84), matriks
3×3 bagian kiri atas dari setiap elemen menjadi:
 0, 02575 0, 03434 −0, 02147 
=
Elemen 5-1: [ k ] EA  0, 03434 0, 04579 −0, 02862
51
(3.91)
 −0, 02147 −0, 02862 0, 01789 

 0, 03849 −0, 03079 0, 01924 


[k ] EA  −0, 03079 0, 02463 −0, 01539 
52
Elemen 5-2: = (3.92)
 0, 01924 −0, 01539 0, 00962 

I. KATILI
134 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 0, 01850 −0, 01480 −0, 02222 


Elemen 5-3: ] EA  −0, 01480 0, 01184 0, 01776
[ k=
53
(3.93)
 −0, 02222 0, 01776 0, 02664 

0, 00944 0, 01260 0, 01890 


[k ] = EA 0, 01260 0, 01680 0, 02520 
54
Elemen 5-4: (3.94)
0, 01890 0, 02520 0, 03780 
Dengan mengkombinasikan matriks-matriks di atas kita peroleh:
FX   0,09218 0,00135 − 0,00553 U 5 
 5     
 FY5  = EA 0,00135 0,09906 − 0,00105 V5  (3.95)
    
 FZ5  − 0,00553 − 0,00105 0,09195 W5 

Asumsikan terdapat gaya yang bekerja pada nodal 5, dengan komponen F X =1 kN, F Y =2 kN, F Z
=3 kN. Untuk semua elemen berlaku E = 30×105 kN/m2 dan A = 0,04 m2. Dari relasi invers
Persamaan (3.95) diperoleh:
U 5  10,47 
    −6
V5  = 16,98  10 m
   
W5  28,02

Kemudian kita hitung gaya-gaya dalam dengan menggunakan Persamaan (3.90), dan kita
peroleh:
N51 = 0,5626kN (tarik)
N52 = −0, 6918kN (tekan)
N53 = 1, 4315kN (tarik)
N54 = 2, 6310kN (tarik)
Kemudian kita periksa keseimbangan arah X di nodal 5. Komponen arah X adalah:
FX 0 ,5625 ( −0 ,5366 ) − 0 ,6918 ( 0 ,7274 ) + 1, 4315 ( 0 ,5698 ) + 2 ,6310 ( −0 ,3841) + 1
Σ=
= 0 ( O.K .)

Keseimbangan arah Y dan Z dapat diperiksa dengan cara yang sama.

I. KATILI
Rangka 135

3.9.2 Struktur Rangka Ruang dengan 3 Elemen


Rangka ruang pada Gambar 3.52 menerima gaya 12 kN yang bekerja pada bidang X-Z
di nodal 1, selain itu elemen 1-3 dan 1-4 juga mengalami kenaikan temperatur sebesar 50o C.
Tentukan gaya dalam elemen bila E = 29×105 kN/m2 dan α = 6,5×10-6. Elemen 1-3 dan 1-4
mempunyai luas 0.02 m2. Luas elemen 1-2 adalah 0,05 m2. Nodal 2, 3, dan 4 adalah peletakan
sendi (ball joint).

12 kN
Z
300 15m
Y
4
10 m X
10 m 2
3 12 m
Gambar 3.52 Rangka Ruang dengan Tiga Elemen.

Anggap nodal 1 sebagai ujung kiri tiap elemen, sehingga kosinus arah tiap elemen menjadi:
Elemen 1-2: t11 = −0,3714 t12 = 0 t13 = −0,9285
Elemen 1-3: t11 = −0,7066 t12 = −0,3925 t13 = −0,5888
Elemen 1-4: t11 = −0,7066 t12 = −0,3925 t13 = −0,5888

Seperti pada contoh sebelumnya, kita hitung dulu matriks 3×3 tiap elemen. Setelah
dikombinasikan, kita peroleh persamaan kekakuan struktur yang telah direduksi sebagai berikut:
F  0,1211 0 0,1721 U1 
 X1 
 FY1  = E  0 0, 0242 0  10−2  V1  (3.96)
 FZ1  0,1721 0 0,3214  W1 

Kemudian hitung gaya nodal ekuivalen akibat perubahan temperatur pada elemen 1-3 dan 1-4.
Gaya ujung terjepit (Persamaan 3.59) untuk tiap elemen tersebut adalah N=-EAα (∆T) = -18,85
kN (tekan). Dengan menggunakan gaya ini dan kosinus arah dari tiap elemen maka kita dapat
menghitung komponen-komponen pada arah koordinat global, sebagai berikut:
12sin 300 + 0,7066 (18,850 ) + 0,7066 (18,850 ) =
FX1 = 32,64 kN
0 + 0,3925 (18,850 ) − 0,3925 (18,850 ) =
FY1 = 0 (3.97)
−12cos300 + 0,5888 (18,850 ) + 0,5888 (18,850 ) =
FZ1 = 11,81 kN

Dari Persamaan (3.96) dan (3.97) kita peroleh:

I. KATILI
136 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

U1   0,03136 
 V1  =  0 m (3.98)
W1  −0,01553
Selanjutnya hitung gaya dalam elemen dari Persamaan 3.90 dan dari nilai peralihan di atas
(Persamaan 3.98), serta tambahkan gaya ujung terkekang akibat perubahan temperatur, sehingga
dihasilkan gaya dalam akhir sebesar:
N 12 = -24,83 kN (tekan)
N 13 = 29,57 – 18,85 = 10,72 kN (tarik)
N 14 = 29,57 – 18,85 = 10,72 kN (tarik)
Keseimbangan arah X pada nodal 1 menunjukkan:
ΣF X = -24,83 (-0,3714) + 10,72 (-0,7066) + 10,72 (-0,7066) + 12 sin 300 = 0,07 ≈ 0
Hasil pemeriksaan terhadap keseimbangan menghasilkan kesalahan yang sangat kecil.

I. KATILI
BAB 4
BALOK

Berikut ini kita akan membahas tipe elemen balok lurus dengan penampang prismatis
berdasarkan model teori balok Bernoulli-Euler-Navier seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
4.1. Sumbu x terletak pada garis yang menghubungkan titik berat penampang. Elemen tersebut
memiliki karakteristik material konstan, seperti momen inersia I, modulus elastis E, dan panjang
L. Elemen tersebut mempunyai dua nodal dan dua derajat kebebasan pada tiap nodalnya, yaitu:
peralihan vertikal arah y yaitu v dan rotasi sudut arah sumbu z yaitu θ. Kita tahu bahwa untuk
model balok ini θ =dv / dx dan dengan demikian dalam konteks MEH ke empat derajat
kebebasan elemen terkait satu sama lain. Pada setiap derajat kebebasan nodal i yaitu, v i dan θ i
berturut-turut bekerja gaya geser f yi dan gaya momen f mi di mana keduanya dinamakan gaya
nodal.
y, v
f m2 , θ2
EI
f m1 , θ1 1 2 x, u
L
f y 1 ,v1 f y 2 ,v2

Gambar 4.1 Elemen Balok Lurus dengan Penampang yang Prismatis

4.1 FUNGSI PERALIHAN


Perilaku defleksi pada balok dinyatakan dengan fungsi peralihan v(x), yang harus
memenuhi persamaan diferensial keseimbangan dari elemen balok tanpa beban,
∂v 4
=0 (4.1)
∂x 4
Melihat dari model teori balok yang digunakan, solusi dari Persamaan (4.1) adalah sebuah fungsi
polinomial pangkat tiga dari x,
 a1 
 
3 a 2 
v( x ) = a1 + a 2 x + a3 x + a 4 x = 1 x x
2 3 2
x   = P {a n } (4.2)
 a3 
a 4 
di mana konstanta a 1 , a 2 , a 3 , a 4 didapat dengan menggunakan kondisi pada kedua buah titik
nodal,

I. KATILI
138 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

∂v ∂v
v = v1 dan = θ1 pada x = 0 ; v = v 2 dan = θ2 pada x = L (4.3)
∂x ∂x
Aplikasi kondisi batas (4.3) menghasilkan:
 v1  1 0 0 0   a1 
 θ1  0 1 0 0  a 
 v  = 1 L L2 L3   a2  atau: {u n } = [P ]{a n } (4.4)
 2    3

θ2  0 1 2 L 3L2  a4 
Dalam bentuk inverse, Persamaan (4.4) menjadi:
 a1   L3 0 0 0   v1 
a  1 0  0   θ1  atau {a n } = [P]−1 {u n }
3
L 0
 a2  = 3  2   v2 
(4.5)
  L  −3L −2 L 3L − L   
3 2

 a4   2 L −2 L  θ2 
subtitusi solusi untuk {a n } pada Persamaan (4.5) kedalam Persamaan (4.2) menghasilkan:
 v1 
θ 
v( x) = N v 1 ( x) N θ1 ( x) N v2 ( x) N θ2 ( x)  1  N {un } (4.6)
v
 2
θ 2 
x2 x3 x 2 x3
N v1 ( x) =
1− 3 2 + 2 3 ; N θ1 ( x) = x−2 + 2
di mana: L L L L (4.7)
x2 x3 x 2 x3
N v2 ( x) =
3 2 −2 3 ; N θ2 ( x ) =− + 2
L L L L
Fungsi yang diperoleh dari Persamaan (4.7) disebut fungsi bentuk tipe Hermitian dan
mempunyai kontinuitas C1. Jika harga x bervariasi dari 0 sampai L, dihasilkan 4 kurva seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 4.2 untuk keempat fungsi bentuk (shape function).
Setiap fungsi bentuk merupakan suatu kurva defleksi dari elemen balok yang diperoleh
dengan cara memberikan nilai satu pada derajat kebebasan yang bersesuaian dengan fungsi
tersebut dan nilai nol pada derajat kebebasan yang lain.
Dengan kata lain, fungsi bentuk adalah kurva defleksi bila:
v 1 = 1 dan θ 1 = v 2 = θ 2 = 0 untuk N v1 (x) dan v 2 = 1 dan v 1 = θ 1 = θ 2 = 0 untuk N v2 (x)
θ 1 = 1 dan v 1 = v 2 = θ 2 = 0 untuk N θ1 (x) dan θ 2 = 1 dan v 1 = θ 1 = v 2 = 0 untuk N θ2 (x)
Dapat dilihat bahwa kurva defleksi yang ditunjukkan oleh fungsi peralihan (4.6) dapat
dihasilkan dari superposisi linier kurva-kurva yang didapat dari keempat derajat kebebasan
tersebut.
N v1 ( x)
N θ 1 ( x)
v1 = 1 θ1 =1

N v2 ( x) θ2 =1
v2 = 1
N θ2 ( x )

Gambar 4.2 Fungsi Bentuk yang Terkait v 1 , θ 1 , v 2 , dan θ 2 .

I. KATILI
Balok 139

4.2 PERSAMAAN KEKAKUAN


Persamaan kekakuan elemen untuk balok dapat dihasilkan dengan menggunakan teorema
Castigliano yaitu:
∂ ∏e
= 0 di mana: ∏ e = ∏int
e
− ∏ ext
e
(4.8)
∂ un
un adalah variabel nodal: un =v1 θ1 v2 θ2
∏ eext adalah energi eksternal elemen: ∏ eext =un { f n } dan f n = f y1 f m1 f y2 f m2
Π int adalah energi internal elemen atau energi regangan elemen (strain energy).
Energi internal lentur untuk balok model Bernoulli dengan penampang sama (Persamaan
2.65) adalah:
2
1
L
1
L
 ∂ 2v 
∏int
= EI ∫ χ 2 dx
= EI ∫  − 2  dx (4.9)
2 0 2 0  ∂x 
Kurvatur dapat diperoleh dengan memasukkan persamaan peralihan vertikal (4.6), sebagai
berikut:
∂ 2v
χ = − 2 = Bb {un } (4.10)
∂x
2
 ∂ 2v 
dan: χ 2 =  − 2  = un { Bb } Bb {un } (4.11)
 ∂x 
di mana: Bb =
− N v1 , xx ( x) − N θ1 , xx ( x) − N v2 , xx ( x) − N θ2 , xx ( x) (4.12)
6 x 4 x
N v1 , xx ( x) =−2
+1 2 3 ; N θ1 , xx ( x) =− +6 2
dan: L L L L (4.13)
6 x 2 x
N v2 , xx ( x) =2 − 1 2 3 ; N θ2 , xx ( x) =− +6 2
L L L L
dengan memasukan Persamaan (4.10-13) kedalam Persamaan (4.9) diperoleh:
∏int = un [ k ]{un }
1
(4.14)
2
L
é 12 6 L - 12 6 L ù
EI ê 6 L 4 L2 - 6 L 2 L2 ú
Di mana: [ k ] = EI ò{ Bb } Bb dx = L3 ê- 12 - 6 L 12 - 6 L ú (4.15)
0 ê 6 L 2 L2 - 6 L 4 L2 ú
ë û
Dengan demikian dari Persamaan 4.8 diperoleh persamaan kekakuan elemen, yaitu:
{ f n } = [k ]{u n } (4.16)
 f y1   12 6 L −12 6 L   v1 
 f m  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ 
atau secara detail:  f 1  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v 1  (4.17)
 y2  L    2

 6 L 2 L −6 L 4 L  θ2 
2 2
 f m 2 
Metode yang menggunakan fungsi bentuk untuk mendapatkan matriks kekakuan seperti
diberikan pada Persamaan (4.15) adalah metode yang biasa dilakukan pada MEH.
Bagaimanapun untuk fungsi peralihan di mana fungsi bentuknya susah dicari, dapat

I. KATILI
140 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

disederhanakan dengan mengoperasikan suatu konstanta (disebut koordinat generalisasi).


Prosedur tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan elemen balok sebagai contoh.
Pertama, ditulis kembali persamaan ∂2v/∂x2 berdasarkan bentuk asli fungsi peralihan (4.2),
∂ 2v
= 2a3 + 6a4 x (4.18)
∂x 2
Dengan mensubstitusikan Persamaan (4.18) ke dalam persamaan energi regangan (4.9)
menghasilkan,
0 0 0 0   a1 
 0 0 0 0  a2  1
0 0 4 EIL 6 EIL2   a3  2 n   { n }
Π int 12 a1= a2 a3 a4  a k  a (4.19)
   
0 0 6 EIL 1 EIL
2
2 3  a4 
Substitusi Persamaan (4.5) ke dalam Persamaan (4.19) menghasilkan:
 L3 0 0 0 
 0 
un [ A]  k  [ A]{un } Di mana: [ A] =  0
3
Π int =
T L 0
2
1
(4.20)
 −3L −2 L 3L − L 
2 2

 2 L −2 L 
Meskipun ditulis dalam bentuk berbeda, kedua persamaan energi regangan pada Persamaan
(4.20) dan (4.16) adalah sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa:
 12 6 L −12 6 L 
EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2 
= [k ] [=A]  k  [ A]
T
 12 −6 L 
(4.21)
L3  −12 −6 L 
 6 L 2 L −6 L 4 L 
2 2

yang sama dengan yang diperoleh dalam Persamaan (4.15) dengan menggunakan fungsi bentuk.
Perhitungan inersia untuk elemen balok tipe Bernoulli akibat percepatan translasi dan rotasi
dapat dihitung dengan Persamaan (2.68), adalah:
( ) ( [ mv ] + [ mθ ] ) {un }
L
Π eext =− ∫ v ρa v + v , xρb v, x dx =− un (4.22)
0
untuk ρ a dan ρ b konstan:
 156 22 L 54 −13L 
L  22 L 4 L2 13L −3L2 
[ mv ] =
ρa ∫ { N } N dx =
L
ρa  156 −22 L 
di mana: (4.23)
0 420  54 13L

 −13L −3L −22 L 4 L2 
 36 3L −36 3L 
1  3L 4 L2 −3L − L2 
[ mθ ] =ρb ∫ { N , x} N , x dx =
L
ρb  36 −3L 
dan: (4.24)
0 30 L  −36 −3L 
 3L − L −3L 4 L 
2 2

Kedua matriks massa di atas adalah matriks massa konsisten (consistent mass) dengan
memperhitungkan inersia translasi dan rotasi. Matriks massa dengan pendekatan sederhana
adalah matriks massa tergumpal (lumped mass). Formulasi matriks massa ini dibentuk dengan
mengabaikan inersia rotasi elemen, jadi hanya membutuhkan fungsi interpolasi vertikal v saja.

I. KATILI
Balok 141

 1 0 0 0 
 N v1 0 0 0   L 
L N θ1 0 0  ρAL  0 0 
[ mv ] =
ρA∫ 
N 0  dx =  6
1 0 
(4.25)
0
 v2  2 
 N θ2   sym L
− 
 6 

4.3 KARAKTERISTIK ELEMEN BALOK.


Keseimbangan. Jika kita tinjau elemen balok seperti yang ditunjukkan pada Gambar
4.1. sebagai benda bebas (free body), balok haruslah dalam keseimbangan di bawah
bekerjanya empat gaya nodal yang berhubungan dengan empat derajat kebebasan nodal
oleh matriks kekakuan Persamaan (4.15). Terlihat pada matriks kekakuan [k] bahwa
baris pertama dan baris ketiga adalah sama namun berlawanan tanda. Ini berarti bahwa
gaya f y1 dan f y2 sama besar tetapi berlawanan arah. Maka keseimbangan dalam arah
tegak lurus balok (sumbu y) terpenuhi. Kemudian kita hitung momen terhadap nodal 2.
ΣM 2 = f y 1 − f m1 − f m 2 =(baris pertama)(L)-(baris kedua)-(baris keempat)
EI  12 6 6   12 6 6  
=   − −  v1 + (6 − 4 − 2 θ1) +  − −  v2 + (6 − 2 − 4= θ2)  0
L  L L L   L L L 
yang memenuhi kondisi keseimbangan momen.
Matriks singular. Karena baris pertama dan ketiga dalam matriks kekakuan [k] hanya berbeda
tanda, maka [k] disebut matriks singular. Tidak ada invers untuk matriks [k] dan
konsekuensinya tidak ada solusi sebelum kondisi batas diberikan. Kenyataan bahwa matriks
kekakuan elemen adalah singular dapat dijelaskan secara fisik. Elemen, tanpa perletakan adalah
benda bebas (free body) yang tidak stabil. Akan stabil dan matriks kekakuan tidak lagi singular,
bila ditunjang dengan baik. Sebagai contoh, jika elemen dijepit di nodal (1), (v 1 = θ 1 = 0) maka
terdapat hanya dua derajat kebebasan yaitu, v 2 dan θ 2 . Persamaan kekakuan (4.17) dapat
dikurangi sehingga menjadi:
 f y 2  EI  12 −6 L   v2 
 = 3  2  
 f m2  L  −6 L 4 L  θ2 
di mana matriks kekakuan yang didapat tidak singular untuk elemen stabil yang ditunjang
(ditopang). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa matriks kekakuan untuk elemen
hingga selalu singular.

4.4 BALOK SIMETRIS DAN ANTISIMETRIS.


Struktur simetris sangat umum dihadapi dalam analisis struktur dan kondisi ini dapat
memberikan pengurangan bilangan derajat kebebasan n saat proses solusi pada metode peralihan
baik yang dihitung secara manual atau dengan komputer.
Hal yang paling umum dilakukan dalam mengambil manfaat dari kondisi simetris adalah
memotong bagian simetris dari suatu dan memakai kondisi batas pada garis simetri. Untuk
menjelaskannya terdapat contoh elemen sederhana (perhitungan secara statis) ditunjukkan pada

I. KATILI
142 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gambar 4.3a. Disini tidak hanya struktur tetapi beban juga simetris dan sebagai konsekuensinya
bentuk peralihan dari balok adalah sama dan ditunjukkan oleh garis putus pada Gambar 4.3a, di
mana bentuk peralihan tetap simetris. Hal ini berarti bahwa defleksi pada setengah bagian kiri
saat berotasi adalah sama besarnya dan rotasi balok di garis tengah adalah nol.
Kondisi ini pada setengah bagian kiri dari balok sama dengan situasi yang ditunjukkan
pada Gambar 4.3b di mana pada struktur pengganti kondisi peralihan pada nodal 3 lokasi pada
garis tengah dari struktur asli adalah v 3 ≠ 0, θ 3 = 0; ini dapat diasumsikan secara fisik sebagai
perletakan jepit dengan pergerakan vertikal diijinkan (fixed roll). Penggunaan kondisi simetris
pada Gambar 4.3a mengurangi nilai n dari 6 pada struktur asli menjadi 4 pada struktur pengganti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.3b. Derajat kebebasan tersebut adalah <v 1 θ 1 θ 2 v 3 > dan gaya
yang bekerja terkait adalah − 3P 0 0 0 . Penyusunan kekakuan untuk struktur pengganti
dihasilkan dengan cara seperti biasanya. Perlu dicatat bahwa besarnya reaksi momen pada nodal
3 pada struktur pengganti sama dengan nilai momen lentur pada pusat balok asli. Reaksi vertikal
pada nodal 3 berhubungan dengan nilai gaya geser pada pusat balok dan bernilai nol saat v 3
tidak ditentukan dan tidak ada gaya yang bekerja.
Struktur pada Gambar 4.3a tidak ada gaya yang bekerja di titik simetris. Jika terdapat
beban P maka yang bekerja pada nodal 3 dari struktur pengganti (Gambar 4.3b) adalah setengah
dari gaya tersebut (0.5 P). Demikian pula, jika terdapat bagian struktur sepanjang sumbu simetris
seperti pegas vertikal, maka setengah nilai kekakuan tersebut harus dihubungkan dengan derajat
kebebasan v 3 dari struktur pengganti.

- 3P LC - 3P - 3P

3 3 θ3 = 0
2 4 2
1 5 1
(a) (b)
L L L L

C
L -P C
L
-P V3=0
1 2 3 4 5 1 2 3

(c) P (d)
-3P -3P
-4P -2P

= -P
+
(e)

P
Gambar 4.3 Balok Simetris dan Antisimetris.

I. KATILI
Balok 143

Sejauh yang telah kita bahas hanya penggunaan beban simetris, tetapi bentuk simetris
dapat juga dijelaskan untuk beban antisimetris dan untuk beban umum. Contoh beban
antisimetris ditunjukkan pada Gambar 4.3c, di mana struktur sama dengan struktur yang dibahas
yaitu balok sederhana. Pada situasi ini bentuk perubahan adalah antisimetris sehingga perubahan
sama besarnya tetapi berlawanan tanda pada setengah balok, dan sudut sama dengan
setengahnya pula. Peralihan vertikal pada nodal 3 adalah nol dan juga terdapat titik belok (yaitu
momen lentur nol) pada nodal 3. Struktur pengganti yang benar ditunjukkan pada Gambar 4.3d
di mana kondisi nodal 3 sama seperti perletakan sendi; n bernilai 4, kebebasan yang terkait
sekarang menjadi <v 1 θ 1 θ 2 θ 3 > dan gaya yang terjadi adalah − P 0 0 0 .
Struktur simetris dengan beban tidak simetris dapat dianalisis dengan menggunakan
prinsip superposisi dari solusi beban simetris dan beban antisimetris. Gambar 4.3e
menggambarkan hal tersebut untuk masalah balok. Solusi total termasuk solusi pada masing-
masing masalah dijelaskan pada Gambar 4.3b dan Gambar 4.3d. Meskipun masalah asli dengan
enam derajat kebebasan telah diganti dengan dua masalah dengan masing-masing memiliki
empat derajat kebebasan, prosedur ini masih memiliki banyak keuntungannya untuk masalah
struktur dengan banyak kebebasan.

4.5 PERSAMAAN UNTUK GAYA INTERNAL T DAN M.


Perhitungan gaya internal momen lentur dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan
(2.69) dan (4.10), yaitu:
M ( x)= EI χ= EI ( −v, xx )= EI Bb {un }
 v1 
θ 
EI
( ) (
= 3 ( 6 L − 12 x ) 4 L − 6 Lx ( −6 L + 12 x ) 2 L − 6 Lx  1 
2
)2
v
L  2
θ
 2
 v1 
EI θ 
T = M , x = EI χ, x = EI ( −v, xxx ) = EI Bb, x {un } = 3 −12 −6 L 12 −6 L  1 
v
L  2
θ
 2
Perhitungan gaya internal elemen pada nodal 1 dan 2 dapat diperoleh dengan memasukan
nilai x = 0 untuk T 1 dan M 1 dan x = L untuk T 2 dan M 2 pada persamaan di atas, yaitu:
 T1   −12 −6 L 12 −6 L   v1 
 M1  EI  6 L 4 L2
−6L 2 L2   θ1 
 T  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v2 
(4.26)
 2  L    
M 2   −6 L −2 L
2
6 L −4 L2  θ2 
Gaya internal T dan M pada setiap nodal i untuk setiap nilai positif atau negatif dan pengaruhnya
terhadap elemen diferensial dx adalah sebagai berikut:

Ti Ti Ti Ti Mi Mi Mi Mi
dx dx dx dx

Gambar 4.4 Pasangan Gaya Internal T dan M untuk Setiap Nilai Positif dan Negatif.

I. KATILI
144 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.6 BALOK DI ATAS FONDASI ELASTIS.


Suatu balok yang terletak di atas permukaan elastis dapat dimodelkan sebagai balok
yang terletak di atas rangkaian pegas sepanjang balok tersebut. Contoh praktis yang dijumpai
pada teknik sipil adalah fondasi jalur, di mana fondasi jalur ini dimodelkan sebagai balok di atas
fondasi elastis karena tanah diasumsikan sebagai material elastis.
Energi internal untuk setiap pegas seperti yang telah dikenal adalah: E = 12 sv 2 , di mana s adalah
konstanta pegas dan v adalah translasi arah y.
L
Energi pegas sepanjang balok L adalah: E = 12 ∫ sv 2 dx (4.27)
0
Dengan demikian energi internal balok tipis tipe Bernoulli di atas fondasi elastis dapat
dinyatakan sebagai gabungan Persamaan (4.9) dan Persamaan (4.27), sebagai berikut:
L L
Π=
int
1
2
EI ∫ χ 2 dx + 12 ∫ sv 2 dx (4.28)
0 0

di mana χ diperoleh dari Persamaan (4.10) dan v diperoleh dari Persamaan (4.6) sehingga
Persamaan (4.28) menjadi:
= (
Π int 12 un [ k ] +  k sp  {un } ) (4.29)

y,v

2
1 x,u
s

Gambar 4.5 Balok di Atas Fondasi Elastis

di mana [k] diberikan oleh Persamaan (4.15) dan:


 156 22 L 54 −13L 
sL  22 L 4 L2 13L −3L2 
{ N } dx
L
 k sp  = s ∫ N atau:  k sp  = 420  54 13L (4.30)
0 156 −22 L 
-13 L -3L2 −22 L 4 L2 

I. KATILI
Balok 145

Tabel 4.1 Elemen Balok BEB

y,v Properti material:


( EI , ρa , ρb )
v2 dv
v1 x,u θ = −β =
dx
1 L 2
θ1 θ2

Variabel nodal: un =v1 θ1 v2 θ2 ; v =N {un }

 3 x 2 2 x3   2 x 2 x3   3 x 2 2 x3   x 2 x3 
N = 1 − 2 + 3   x − + 2   2 − 3  − + 2 
 L L   L L   L L   L L 
1
v ,=
xx Bb {u n} ; B=
b N, xx= 6 L − 12 x 4 L2 − 6 xL −6 L + 12 x 2 L2 − 6 xL
L3
v, xx EI v , xxdx un [ k ]{un }
L
= ∫=
* *
W ek 0
un* [ mv + mθ ]{un}
L * L
∫0 v ρavdx
W em =  + ∫ v*,xρbv, xdx =
0
We= un* ([ mv + mθ ]{un} + [ k ]{un } − { f n }) ; ρ a = ∫A ρdA ∫ ρ y dA
; ρb = 2
A

Matriks elementer:

 12 6 L −12 6 L   v1   156 22 L 54 −13L 


 6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ   13L −3L2 
EI   1 sL  22 L 4 L2
kb  =   ;  k sp 
L3  −12 −6 L 12 −6 L   v2    420  54 13L 156 −22 L 
   
 6 L 2 L −6 L 4 L   θ2  −22 L
2 2 2
 -13L -3L 4 L2 

L L L
fy =
konstan: f n fy 1 1 −
2 6 6

 156 22 L 54 − 13L   36 3L − 36 3L 
 4 L 13L − 3L  2   − 3L − L2 
ρa L  ρb 
2
4 L2
[mv ] = ; [mθ ] =
420  156 − 22 L  30 L  36 − 3L 
 2   
sym 4L  sym 4 L2 
 1 0 0 0 
ρAL 
 1
L 0 0 
Matriks massa terkumpul = [m] = 6

2  1 0 
 
sym − 16 L 

I. KATILI
146 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.7 APLIKASI ELEMEN BALOK


Metode penyusunan dan prosedur penyelesaian dengan menggunakan elemen balok
ditunjukkan dengan bantuan contoh berikut ini:

4.7.1 Prosedur Umum.


Dengan menggunakan dua elemen balok untuk memodelkan struktur balok seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.6a, dicari bentuk defleksi, reaksi vertikal dan momen, dan juga
diagram gaya transversal dan momen lentur.
Kita pertama-tama mengidealisasikan balok dengan menggunakan dua buah elemen balok
seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.6b. Sistem keseluruhan memiliki tiga buah nodal dan enam
derajat kebebasan. Untuk memformulasikan sistem keseluruhan harus disusun dulu masing-
masing elemennya.
 f y1   12 6 L −12 6 L   v 
 f m  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ1 
Untuk elemen 1-2:  f 1  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v2 
1 (4.31)
 y2
 L  2  θ 
 6 L 2 L −6 L 4 L   2 
2
 f m2 
-P
PL

EI 2EI
Rm1 1 3

L 2L
R y1 R y3

Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3

F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3

Gambar 4.6 Balok dan Pemodelan Dua Elemen

 fy2   3 3L −3 3L   v 
 f m  EI 3L 4 L2 −3L 2 L2  θ2 
Elemen 2-3:  f 2  = 3  −3 −3L 3 −3L   v3 
2 (4.32)
 y3
 L  2 
3L 2 L −3L 4 L   θ3 
2
 f m3 
Perlu diingat bahwa f y dan f m adalah gaya nodal elemen. Ketika kedua set matriks
kekakuan elemen digabungkan penjumlahan gaya-gaya nodal elemen pada tiap nodalnya yang
sama dengan gaya nodal struktur pada setiap nodal seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6b. Jadi:
F y1 = f y1 pada elemen 1 - 2 = R y1

I. KATILI
Balok 147

Fm1 = f m1 pada elemen 1 - 2 = Rm1


F y2 = f y2 pada elemen 1-2 + f y2 pada elemen 2-3 = - P (4.33)
Fm2 = f m2 pada elemen 1-2 + f m2 pada elemen 2-3 = PL
F y3 = f y3 pada elemen 2 - 3 = R y3
Fm3 = f m3 pada elemen 2 - 3 = 0

 Fy1   12 6 L −12 6L 0 0  v 
 Fm   6L 4L 2
−6 L 2L 2
0 0   θ1 
1
 F 1  EI 
 y  −12 −6 L 12 + 3 −6 L + 3L −3 3L   v 
 F 2  = 3  6 L 2 L2 −6 L + 3L 4 L2 + 4 L2 −3L 2 L2  θ2  (4.34)
 m2  L   2
 y3 
F  0 0 −3 − 3 L 3 −3 L   v3 
 2   θ3 
 Fm3   0 0 3L 2 L −3L 4 L 
2

Juga perlu diingat bahwa defleksi v dan rotasi θ pada tiap nodalnya masih tetap sama
seperti pada sistem yang digabungkan.
Dengan pengertian atas dua aturan di atas, metode penggabungan menjadi sederhana,
yaitu dengan menjumlahkan f y dan f m seperti ditunjukkan dalam Persamaan (4.33).
Persamaan untuk f y dan f m diberikan dalam Persamaan (4.31) dan (4.32). Garis putus-putus
membatasi dua matriks kekakuan elemen. Terdapat bagian yang overlap yang berisi bagian yang
merupakan hasil dari superposisi dua bagian matriks kekakuan elemen. Terdapat tiga kondisi
batas:
v1 = θ1 = v3 = 0 (4.35)
Setelah mengetahui kondisi batas (4.35), kemudian disusun kembali Persamaan (4.34)
mengikuti v 1 , θ 1 , v 3 (atau F y1 , Fm1 , F y3 ) dalam satu kelompok. Pertama-tama kita susun ulang
urutan barisnya:
 Fy2   −12 −6 L 15 −3L −3 3L   v1 
 Fm   6 L 2 L2 −3L 8 L2 −3L 2 L2   θ1 
 F 2  EI  
 m3  0 0 3L 2 L2 −3L 4 L2   v2 
 F  = 3  12 6 L −12 6 L 0  θ2 
(4.36)
 y1  L  0
 Fm1   6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 0   v3 
 Fy3  
 0 0 −3 −3L 3 −3   θ3 
Kita kemudian menyusun kembali urutan kolom-kolomnya.
 Fy2 = − P   15 −3L 3L −12 −6 L −3  v = ? 
 Fm = PL   −3 L 8 L2
2 L2
6 L 2 L2
−3 L  θ 2 =
2
?
F = 0 
 EI  3L 2 L2 4 L2   θ =? 
2
 m3 0 0 −3 L  3
 F= R= ?  = 3  −12 6 L 0   v1 = 0 
(4.37)
 y1 y1
 L  0 12 6 L
 F=
m1 R=m1 ?  −6 L 2 L2 0 6 L 4 L2 0   θ1 =0 
 F=
y3 R=y3 ?   −3 −3L −3L 0 0 3  v3 = 0 

Sekarang terdapat enam buah persamaan untuk menyelesaikan enam bilangan yang tidak
diketahui, tiga di tiap kelompok persamaan. Hasilnya perkalian dari Persamaan (4.37)
memberikan:

I. KATILI
148 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

− P  EI  15 −3L 3L   v2 
 PL  =  −3L 8 L2 2 L2  θ2  (4.38)
 0  L  3L 2 L 4 L   θ3 
3 2 2

 Ry   −12 6 L 0   v2 
 1  EI   
dan:  Rm1  = −6 L 2 L2
0  θ 2  (4.39)
 R y  L  −3 −3L −3L   θ3 
3
 3
Perlu dicatat bahwa Persamaan (4.38) dapat dihasilkan hanya dengan mencoret baris
pertama, kedua dan kelima, serta kolom kesatu, kedua dan kelima dalam sistem matriks
kekakuan pada Persamaan (4.34). Pada teori struktur konvensional, perletakan akan
meningkatkan jumlah derajat redundan dan menambah rumit masalah dengan bertambahnya
jumlah persamaan. Pada metode elemen hingga, perletakan akan mengurangi jumlah derajat
kebebasan dan yang berarti menyederhanakan masalah karena berkurangnya jumlah persamaan.
Persamaan (4.38) dapat dipecahkan dengan menggunakan metode invers matriks.
 28L2 18L −30 L  − P 
 v2  L  18L =   PL2 −10 L 
= θ 2  51 −39   PL   33  (4.40)
 
 θ3  276 EI  −30 L −39 111   0   −9 
276 EI

Persamaan (4.35) dan (4.40) memberikan solusi untuk keenam derajat kebebasan. Kurva defleksi
untuk balok yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 4.6. Jika ingin mengetahui defleksi di
titik tertentu, dapat dilakukan substitusi nilai koordinat dan nilai derajat kebebasan nodal ke
dalam fungsi peralihan elemen itu.
Gaya internal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan
nodal yang diketahui ke dalam Persamaan (4.26) dari masing-masing elemen.
 − 53P 
 0   46 
 T1   12 −6 L   0   21PL 
 M1  EI  tidak −6 L 2 L2   10 PL3   46 
= T  =  −6 L   276 EI   53P 
Elemen 1-2: (4.37)
3 dibutuhkan 12
 2  L     − 46 
M 2   6 L −4 L2   33PL2   16 PL 
 276 EI  − 
 23 

 −10 PL3  − 7 P 
 T2   −3 −3L 3 −3L   276 EI   46 
 2 
 7 PL 
 M 2  EI  3L 4L 2
−3L 2 L2   33PL 
= T  = 3  −3 −3L   2760EI   23 
Elemen 2-3: (4.38)
−3L 3
 3  L     −7 P 
M 3   −3L −2 L 3L −4 L2   9 2 
2
PL  46 
 276 EI   0 

Dengan hasil yang diperoleh dalam Persamaan (4.37) dan (4.38), dibuat diagram gaya
transversal dan momen lentur dalam Gambar 4.6. Akan terlihat penurunan nilai gaya transversal
di nodal 2 disebabkan beban dan besar pengurangan tersebut sama dengan P. Penurunan nilai
momen di nodal 2 sama dengan momen luar PL. Titik momen nol adalah titik infleksi yang biasa
disebut sendi.

I. KATILI
Balok 149

Reaksi luar dan momen lentur pada perletakan dapat dihasilkan dari Persamaan (4.39):
Ry   − 12 6 L 0  − 10 L   53P 
 1  EI   
 
 PL
2  46 
2
= − = 21PL
 m1  3     46 
R 6 L 2 L 0 33 (4.43)
  L    276 EI  7P 
 R y3   − 3 − 3L − 3L   − 9  − 46 

Nilai reaksi tersebut dapat pula diinterpretasikan dari nilai gaya transversal yang diperoleh dari
Persamaan (4.41) dan (4.42). Dalam memudahkan penyelesaian persamaan kekakuan sistim, kita
bisa mengeliminasi kolom dari persamaan matriks kekakuan elemen (Persamaan 4.31 dan 4.32)
yang terkait dengan derajat kebebasan yang nol, dan tidak perlu melakukan penyusunan ulang
dan pengelompokan matriks seperti dilakukan pada Persamaan (4.36) melalui (4.39). Hal ini
sangat menghemat proses perhitungan khususnya bila dilakukan secar manual dalam upaya
mempelajari dasar-dasar MEH.

θ3

θ2 v2
Titik belok

Diagram T
-7P/46 P
-53P/46

21PL/46 7PL/23
Diagram M
PL

-16PL/23

Gambar 4.7 Kurva Defleksi, Diagram M dan T untuk Balok pada Gambar 4.6.

I. KATILI
150 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.7.2 Metode Pembagian dan Penyusutan Matriks.


Gunakan tiga elemen untuk memodelisasi struktur balok seperti diperlihatkan pada
Gambar 4.8, untuk menghitung bentuk defleksi, diagram gaya transversal dan momen lentur, dan
gaya dan momen reaksi.

-P
1 2 EI 3 4
Rm1

L L L
R y1
R y2 R y3

Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3 Fm4 , θ4

F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3 F y4 , v 4

Gambar 4.8 Balok dan Pemodelan Tiga Elemen

Untuk masalah ini, matriks kekakuan ketiga elemen adalah sama. Persamaan kekakuan
keseluruhan yang disusun adalah:
 Fy1   1 62L −1 62L 0 0 0 0  v 
 Fm   6 L 4 L2
−6 L 2 L2
0 0 0 0   θ1 
1
F   −12 −6 L 0   v2 
1

 y2  24 0 −12 6 L 0
 
 Fm2  EI  6 L 2 L2 0 8L2 −6 L 2 L2 0 0  θ2 
=
F  0 −12 6 L   v3 
(4.44)
0 −12 −6 L
 y3  L 
3 0 24
 
 Fm3   0 0 6L 2L 2
0 8L2 −6 L 2 L2   θ3 
 Fy4   0 0 0 0 −1 −62L 1 −62L   v4 
 
 Fm 
 4  0 0 0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2  θ4 

Kondisi batas dan pembebanan adalah:


v1 =θ1 =v2 =0 ; Fm2 =Fm3 =Fm4 =0 ; Fy4 =− P (4.45)
Matriks kekakuan keseluruhan dapat dikurangi dari 8×8 menjadi 4×4 dengan menghilangkan
baris dan kolom yang berhubungan dengan derajat kebebasan nol.
 Fm2 = 0  8 L2 2 L2 0 0  θ 
 Fm = 0  EI  2 L2 8 L2 −6 L 2 L2   θ2 
 F = − P  = 3  0 −6 L 12 −6 L   v 3 
3 (4.46)
 y4  L    4
 Fm4 = 0   0 2 L2 −6 L 4 L2  θ4 

I. KATILI
Balok 151

Disarankan untuk menyusun persamaan kekakuan elemen dan sekaligus memperhatikan


derajat kebebasan yang bernilai nol (misalnya untuk membentuk Persamaan 4.46 secara
langsung tanpa membentuk Persamaan (4.40). Langkah tersebut sangat berguna saat menghitung
dengan komputer karena ukuran dimension dapat dikurangi sehingga menghemat tempat
penyimpanan.
Persamaan (4.46) dapat dipecahkan dengan menginvers matriks 4×4 tersebut. Di
samping itu dapat pula menggunakan skema pembagian dengan memanfaatkan kondisi
pembebanan nol sehingga kita hanya menginvers dua matriks dengan ukuran yang kecil.
Prosedur reduksi tersebut dapat mempermudah perhitungan dengan tangan atau mengurangi
waktu perhitungan komputer. Untuk membayangkan prosedur ini, pertama ditulis persamaan
matriks yang telah dikelompokkan (4.46) dalam bentuk simbolik:
 F A = 0  K AA K AB  U A 
 =   (4.47)
 FB   K BA K BB  U B 
Perkalian Persamaan (4.47) menghasilkan:
{0} = [ K AA ]{U A } + [ K AB ]{U B } (4.48)
{FB } = [ K BA ]{U A } + [ K BB ]{U B } (4.49)
Persamaan (4.48) dapat kembali ditulis sebagai:
{U A } = −[ K AA ] −1 [ K AB ]{U B } (4.50)
Harus diperhatikan bahwa kita menginvers [K AA ] dan bukan [K AB ]. Submatriks [K AB ] mungkin
sebuah matriks singular atau bukan matriks bujursangkar. Substitusi Persamaan (4.50) ke dalam
Persamaan (4.49) memberikan:
{FB } = [-[K BA ][K AA ]-1[K AB ]+[K BB ]] {U B } = [ K ]{U B } (4.51)
di mana [ K ] adalah matriks yang sudah dikurangi.
Terlihat bahwa dalam metode reduksi, kita hanya perlu menginvers submatriks [K AA ]
dan matriks [ K ] yang telah direduksi tanpa harus menginvers matriks keseluruhan [K].
Substitusi submatriks dalam Persamaan (4.46) ke dalam Persamaan (4.51), kita memperoleh:
 2 1  36 22 
EI 0 −6 L   15 − 30   0 0  EI  12 −6 L  EI  5 − L
K  =
  − L3 0 2 L2   1 + =5  (4.52)
2   −6 L 2 L2  L3  −6 L 4 L2  L3  22 52 2
−  − L L 
 30 15   5 15 
Dari Persamaan (4.51) dan (4.52):
 13 11  13L 
{U=B} {}
v4
θ4
−1
= [ K ] {F = B}
EI  11 { }
L3  21 14 L  − P PL2  21 
9  =

0 EI
 11 
 
(4.53)
14 L 7 L2   14 
Derajat kebebasan yang lain diperoleh dari substitusi Persamaan (4.53) ke dalam Persamaan
(4.50):
 1 1   1 
{} {}

θ2  5 L 15  v4 PL2  4 
= =  2
4  θ4
(4.54)
θ3 4 EI
 −  − 
 5L 15   7
Kemudian digambar kurva defleksi seperti diperlihatkan Gambar 4.9.

I. KATILI
152 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gaya internal didapat dari substitusi defleksi dan rotasi ke dalam Persamaan (4.26).
Kemudian untuk elemen 1-2, 2-3, 3-4, masing-masing:
 T1   −3   T2   9   T3  − P 
 M1  P  L   M 2  P  −2 L   M 3   PL 
= T  =  −3  ;  T  = 9  ;  T  − P 
 M2  7 −2 L   M3  7  7 L   M4   0 
 2    3    4  

θ2 θ3

v4
Titik belok

9P/7
Ry2 = -12P/7
Diagram T Ry3 = 16P/7
-3P/7 -P
PL

PL/7
Diagram M

-2P/7

Gambar 4.9 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok dalam Gambar 4.8.

Dari hasil tersebut kemudian diplot dan digambar diagram transversal dan momen seperti
Gambar 4.9. Dari diagram ini juga diketahui gaya dan momen reaksi:
3P
R y1 = F y1 = f y1 dari elemen 1 - 2 = ke atas
7
PL
Rm1 = Fm1 = f m1 dari elemen 1 - 2 = berlawanan arah jarum jam
7
3P 9 P 12 P
R y2 = F y2 = f y2 (elemen 1 - 2) + f y2 (elemen 2 - 3) = − − =− ke bawah
7 7 7
9P 7 P 16 P
R y3 = F y3 = f y3 (elemen 2 - 3) + f y3 (elemen 3 - 4) = + = ke atas
7 7 7

I. KATILI
Balok 153

4.7.3 Kondisi Simetri dan Antisimetri pada Beban dan Perletakan.


Dengan menggunakan tiga elemen untuk memodelisasi struktur balok seperti
diperlihatkan dalam Gambar 4.10, carilah bentuk defleksi, diagram gaya transversal dan momen
lentur, serta gaya dan momen reaksi. Untuk masalah ini, persamaan matriks kekakuan
keseluruhan tepat sama seperti Persamaan (4.44).

-P
1 2 3 4
Rm1 Rm4
EI
P
R y1 L L L R y4

Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3 Fm4 , θ4

Fy1 , v1 Fy2 , v2 Fy3 , v3 Fy4 , v4

Gambar 4.10 Balok yang Dibebani Antisimetris dan Pemodelan Tiga Elemen.

Karena beban antisimetris, kondisi beban dan perletakan dapat dijelaskan sebagai:
v 1 = θ 1 = v 4 = θ 4 = 0 ; v 2 = -v 3 ; θ 2 = θ 3
Fm2 = Fm3 = 0
F y2 = − F y3 = − P (4.55)
Pertama pindahkan keempat kolom dan baris yang berhubungan dengan derajat kebebasan yang
nol seperti Persamaan (4.55):
 Fy2 = − P   24 0 −12 6 L  v2 
 Fm = 0  EI  0 8 L2 −6 L 2 L2  θ 
 F = P  = 3  −12 −6 L
2
24 0  v3 = −v2 
2 (4.56)
 y3
 L   
 Fm3 = 0   6L 2L
2
0 8L2  θ3 =θ3 

Mengganti v 3 dengan –v 2 , θ 3 dengan θ 2 dan mengalikan Persamaan (4.56) menghasilkan:

− P   36 6L 
 0  EI 6 L 10 L2  v2
  L 

 P  = 3  −36 −6 L  θ

{}
2
(4.57)
0   6 L 10 L 
2

Proses perlakuan kondisi antisimetri (v 3 = -v 2 ) dan (θ 3 = θ 2 ) adalah mengurangkan kolom ketiga


dari kolom pertama dan menambahkan kolom keempat ke kolom kedua dalam matriks dalam
Persamaan (4.56). Dalam ke-empat persamaan yang dihasilkan (4.57), kita melihat bahwa dua

I. KATILI
154 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

persamaan yang pertama adalah paralel dengan dua persamaan terakhir. Sehingga untuk
menyelesaikannya bisa dipilih persamaan yang mana saja. Untuk dua persamaan yang pertama,

{−0P} = EIL 636L 106LL {θv }


3 2
2
2

{−= } { } 162 EI { 3 }
v v PL −5 L
2
Solusinya adalah: 3 = 2 (4.58)
θ 3 θ 2

Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kita dapat menggunakan metode reduksi
matriks kekakuan kapan saja kita dapat menghubungkan dua derajat kebebasan. Misalnya, jika
kita mengetahui:
v 2 = (-3) θ 2
Maka metode reduksi dilakukan dengan:
1. Eliminasi baris ketiga
2. Tambahkan (-3) × (kolom ketiga) ke kolom keempat
3. Eliminasi kolom ketiga.
Gaya transversal dan momen lentur dapat diintrepretasi dengan substitusi defleksi dan rotasi
ke dalam Persamaan (4.26). Untuk elemen 1-2, 2-3, 3-4, masing-masing,
 T1   − 13   T2   14   T3   − 13 
           
 M 1  P  6L   M 2  P − 7 L  M 3   7L 
 =   ;  =   ;  = 
 T2  27  − 13   T3  27  14   T4   − 13 
           
M 2  − 7 L  M 3   7L   M 4  − 6 L 
Kurva defleksi, diagram gaya transversal, dan momen lentur digambar pada Gambar
4.10.

4.7.4 Solusi Alternatif.


Untuk soal-soal simetris atau antisimetris, biasanya dilakukan analisis hanya pada satu
bagian dari struktur yang dipotong pada garis simetri atau antisimetri. Untuk Contoh Balok
Gambar 4.10, kita dapat memodelkan setengah dari balok dengan menggunakan dua elemen
seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.12.
Kondisi batas untuk kasus antisimetris sekarang adalah:
v1 = θ1 = v3 = 0
Dengan memasukkan kondisi batas semacam ini, kita dapat mengurangi ukuran persamaan
kekakuan total dari 6×6 menjadi 3×3. Karena itu kita hanya perlu membentuk matriks kekakuan
3×3 dengan mengambil bagian yang diperlukan dari kedua matriks kekakuan daripada
membentuk matriks kekakuan 6×6 yang tidak diperlukan seluruhnya.
 Fy2   12 + 96 −6 L + 24 L 24 L   v2  − P  EI  108 18 L 24 L   v2 
  EI  2   18 L 12 L2 4 L2  θ2 
 m2 
F = 3 
−6 L + 24 L 4 L2
+ 8 L2
=
4 L θ
 2 atau: 0 
 3  
 Fm3 
L
 24 L 4L2
8L   θ3 
2  0  L
 24 L 4 L
2
8 L2   θ3 

I. KATILI
Balok 155

θ3

v3

θ3 v2
Titik belok

14P/27

Diagram T

-13P/27 -13P/27

7PL/27
6PL/27

Diagram M
-6PL/27
-7PL/27

Gambar 4.11 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.10.

-P ⊄

Rm1 1 2 3

P
L L L
R y1

Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3

L L/2
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3

Gambar 4.12 Pemodelan Dua Elemen untuk Setengah dari Balok pada Gambar 4.10.

I. KATILI
156 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Solusi diperoleh dengan menginverskan matriks kekakuan tersebut,


 
 80 tidak   
 v2   − P  −5 L 
L3  48 PL2  
=θ 2  − diperlukan = 0   3 
 θ3  2592 EI  216
L   0  162 EI  27 
−   2 
 L 
di mana hasil-hasil untuk v 2 dan θ 2 sesuai dengan yang diperoleh dalam Persamaan (4.58).
Dengan mensubstitusikan hasil-hasil ini ke dalam Persamaan (4.26) dari masing-masing elemen,
kita dapatkan:
 T1   −13   T2   14 
 M1  P  6 L   M 2  P −7 L 
T =  −13  dan T =  14 
 M2  27 −7 L   M3  27  0 
 2    3  
yang memberikan kepada kita diagram gaya geser transversal dan momen yang persis sama
dengan yang diperlihatkan dalam Gambar 4.11.

4.7.5 Perlakuan Terhadap Perletakan Elastis.


Marilah kita meninjau soal yang sama dengan 4.7.1 dengan tambahan dua pegas elastis:
sebuah pegas translasi dengan konstanta s 1 (kN/m.) dan sebuah pegas rotasi dengan konstanta s 2
(kN-m/rad). Nilai-nilai untuk konstanta elastis diasumsikan sebagai:
8 EI 4 EI
=s1 = 3
; s2 (4.59)
L L
Balok tersebut dan pemodelan dua elemennya diperlihatkan dalam Gambar 4.13.
Pengaruh dari kedua pegas elastis adalah menghasilkan gaya perlawanan –s 1 v 2 dan
momen perlawanan –s 2 θ 3 sebagai tambahan pada beban luar yang ada. Gaya dan momen elastis
semacam ini selalu memiliki tanda negatif yang berarti mereka bekerja dalam arah yang
berlawanan (melawan) dengan arah positif dari v dan θ.

-P
PL Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3
3 s2 Rm3
1 EI 2 2EI
Rm1
L s1 2L
R y1 R y3 F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3

R y2

Gambar 4.13 Balok dengan Perletakan Elastis dan Pemodelan Dua Elemen.

I. KATILI
Balok 157

Dengan mengabaikan pegas-pegas tersebut, matriks kekakuan untuk sistem balok


tersebut diperlihatkan dalam Persamaan (4.38). Dengan memasukkan pengaruh pegas, kita
menambahkan gaya dan momen pegas pada beban yang ada dalam Persamaan (4.38)

− P − s1v2  EI  15 −3L 3L   v2 


 PL  =  −3L 8 L2 2 L2  θ2  (4.60)
 0 − s θ 
2 3 
L3
 3L 2 L2 4 L2   θ3 
 
Dengan memindahkan gaya dan momen pegas tersebut ke ruas kanan dari Persamaan (4.60)
menghasilkan:
15 EI 3EI 3EI 
 L3 + s1 − L2 L2 
− P   3EI 8 EI 2 EI   v2 
 PL  =  − 2  θ 2  (4.61)
 0   3EI L L L   θ3 
 2 EI 4 EI
+ s2 
 L 2
L L 
Terlihat bahwa untuk memasukkan pengaruh sebuah pegas yang searah dengan derajat
kebebasan, kita tinggal menambahkan konstanta pegas pada [k] sepanjang diagonal utama dari
matriks kekakuan. Kita melihat dalam Persamaan (4.60) bahwa angka kekakuan sepanjang
diagonal utama memiliki arti fisik yang sama dengan konstanta pegas elastis. Mereka selalu
bernilai positif.
Dengan mensubstitusikan Persamaan (4.59) ke dalam Persamaan (4.61), kita dapat
memecahkan variabel yang dicari:
 6 6
 12 − L − L 
 v2  L3  6 35 11  − P  PL2 −6 L 
= θ 2   2
− 2   PL  =  29 
θ
 3 
240 EI  L L L   
0 240 EI  −5 
 − 6 − 11 35 
 L L2 L2 
Gaya geser transversal dan momen lentur diperoleh dengan mensubstitusikan peralihan
nodal dan rotasi ke dalam Persamaan (4.26) masing-masing untuk elemen 1-2 dan 2-3,
 T1   −123   T2   −27 
 M1  P  47 L   M 2  P  44 L 
T =  −123  dan T =  −27 
 M2  120 −76 L   M3  120 −10 L 
 2    3  
Kurva defleksi, diagram gaya geser transversal dan momen yang dihasilkan diperlihatkan dalam
Gambar 4.14. Gaya pada nodal 2 dan momen lentur pada nodal 3 akibat pegas adalah:
8 EI  PL3  P
− s1v2 = − 3 − = ke atas
L  40 EI  5
4 EI  PL  PL
− s2 θ3 =− − = berlawanan arah jarum jam
L  48 EI  12
yang sesuai dengan besarnya loncatan pada nodal 2 dalam diagram gaya geser transversal dan
besarnya loncatan pada nodal 3 dalam diagram momen.

I. KATILI
158 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

θ3

θ2 v2

Titik belok

Diagram T -27P/120 4P/5


-123P/120
47PL/120 44PL/120

Diagram M
PL
-PL/12

-76PL/120
Gambar 4.14 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.13.

4.7.6 Balok yang Diberi Peralihan.


Dalam aplikasi teknik, ada kasus-kasus di mana balok-balok diberi defleksi dan rotasi
awal sebagai akibat dari keadaan-keadaan seperti pemuaian atau ketidaktepatan ukuran. Untuk
tipe soal semacam ini, kita harus membagi matriks kekakuan total menjadi empat sub matriks
yang didasarkan pada dua kelompok nilai: derajat kebebasan yang diketahui (atau gaya reaksi
yang tidak diketahui yang bersesuaian) dan gaya dan momen yang diketahui (atau derajat
kebebasan yang tidak diketahui yang bersesuaian).
Sebuah contoh diperlihatkan dalam Gambar 4.15. Marilah mengasumsikan bahwa
sebuah lubang kecil dibuat menembus sampai ke tengah-tengah penampang 2. Titik ini
kemudian ditekan ke atas dengan sebuah defleksi ∆ dan ditahan oleh sendi tanpa momen.
Diinginkan untuk mendapatkan (a) putaran sudut pada nodal 2, (b) gaya yang diperlukan untuk
menghasilkan defleksi ∆ pada nodal 2, dan (c) diagram gaya geser transversal dan momen.
Dua elemen digunakan untuk mengidealisasi balok tersebut. Kondisi batasnya adalah
v 1 = θ 1 = v 3 = θ 3 = 0, tambahkan kondisi khusus: v 2 = ∆
Dengan memasukkan kondisi batas tersebut, kita dapat mengurangi ukuran matriks
kekakuan total dari 6×6 menjadi 2×2. Sehingga kita hanya perlu menyusun matriks kekakuan
2×2 dengan mengumpulkan angka yang diperlukan dalam matriks kekakuan dua elemen
daripada menyusun matriks kekakuan 6×6 yang tidak perlu.
1 EI 2 2EI 3

L L

Gambar 4.15 Balok dengan defleksi awal pada tengah bentang

I. KATILI
Balok 159

{}
 6 12 
 Fy2  EI  12 + 24
F  = 3
− +
{}
v2
L L  θ atau:
 m2  L  −6 L + 12 L 4 L2 + 8 L2  2
 
 Fy2 = ?  EI  36 6 L  ∆
 F = 0  = 3 6 L 12 L2  θ
 m2  L   2
(4.62)

Dengan mengalikan Persamaan (4.62) dihasilkan:


36 EI 6 EI 6 EI 12 EI
=
Fy2 3
∆ + 2 θ2 dan: 0 = 2 ∆ + θ2 (4.63)
L L L L

Persamaan (4.60) memberikan: θ 2 = − yang merupakan putaran sudut (searah jarum jam)
2L
pada nodal 2. Memasukkan solusi untuk θ 2 ke dalam Persamaan (4.63) menghasilkan:
33EI∆
F y2 = yang merupakan gaya yang diperlukan untuk menghasilkan defleksi ke atas ∆ pada
L3
nodal 2.
Gaya geser transversal dan momen lentur untuk kedua elemen diperoleh dengan
mensubstitusikan peralihan dan rotasi nodal ke dalam Persamaan (4.26).
 T1   15 
     T2   −18 
 M 1  EI∆ − 7 L   M 2  EI ∆  8 L 
 = 3   dan  T  = 3  −18  (4.64)
 T2  L  15   3  L  
    M3  −10 L 
 2
M  8 L 
Kurva defleksi dan diagram gaya geser transversal dan momen diperlihatkan dalam
Gambar 4.16. Putaran sudut negatif pada nodal 2 menunjukkan bahwa elemen 1-2 dilenturkan
lebih banyak dari pada elemen 2-3. Ini sesuai dengan realita fisik bahwa elemen 1-2 memiliki
kekakuan lentur lebih kecil daripada elemen 2-3 kemudian. Loncatan pada nodal 2 dalam
diagram gaya geser transversal memiliki nilai 33EI∆/L3, yang merupakan gaya yang diperlukan
untuk mempertahankan nodal 2 pada jarak ∆ dari posisi semula.

θ2
Titik
Belok
v2
EI
2EI
15EI∆/L3

Diagram T 33EI∆/L3

8EI∆/L2 -18EI∆/L3

Diagram M

-7EI∆/L2 -10EI∆/L2

Gambar 4.16 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.14.

I. KATILI
160 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.7.7 Balok yang Dihubungkan dengan Rangka.


Sebuah contoh dari balok yang dihubungkan dengan rangka batang diperlihatkan dalam
Gambar 4.17. Balok tersebut diasumsikan tidak mengalami deformasi aksial dengan kekakuan
lentur EI. Rangka tersebut diasumsikan memiliki hubungan sendi pada kedua ujungnya.
Kekakuan aksial EA untuk kedua rangka diasumsikan sama dengan 24EI/L2.

4 5
EA ,L EA ,L

1 EI 30 o 2 30 o 3

L L/2

-P
Gambar 4.17 Balok yang Dihubungkan dengan 2 Elemen Rangka.

Untuk membuat formula matriks kekakuan pada persoalan dengan dua jenis elemen, kita
hanya tinggal menggabungkan nilai kekakuan kedua jenis elemen yang sesuai dengan derajat
kebebasan bersama. Untuk memperagakan prosedurnya, pertama-tama kita formulasikan total
persamaan kekakuan untuk balok yang dimodelkan dengan dua elemen. Anggap kondisi
batasnya adalah:
ν 1 = θ1 = ν3 = θ3 = 0
 Fy2  EI  12 + 96
{}
−6 L + 24 L  v
'
kita mendapatkan:  '  = 3  −6 L + 24 L 4 L2 + 8 L2  θ2 (4.65)
 m2 
F L   2
Kita lalu memformulasikan total persamaan kekakuan untuk elemen rangka. Dengan
memasukkan kondisi batas dan balok dalam kondisi tidak dapat berdeformasi aksial maka:
u4 = ν4 = u5 = ν5 = u2 = 0
kita memperoleh, dari Persamaan (3.27a),
EA
F y"2 = (sin 2 (150 0 ) + sin 2 (30 0 ))v 2 (4.66)
L
Dengan menggabungkan Persamaan (4.65) dan (4.66), kita memperoleh matriks kekakuan untuk
seluruh sistem,
108 EI EA 18 EI 

{}
 F= "   +
+ y2  L2  v2
'
F F 3
2L

y2 y2
=
  18 EIL
12 EI  θ2
(4.67)
 Fm2 = Fm2
'
  
 L2 L 
di mana dalam hal ini di nodal 2, jumlah gaya nodal F y' 2 pada balok dengan gaya nodal F y"2
pada rangka harus sama dengan beban luar Fy2 atau -P . Persamaan (4.67) dapat diselesaikan
dengan mengambil nilai EA=24EI/L2:

I. KATILI
Balok 161

 18 
 v2  L3  12 − L  − P  PL2 − 2 L 
  =  18 120    =  
θ 2  1116 EI −   0  186 EI  3 
 L L2 
Gaya aksial pada dua elemen rangka diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.38),

N 24 =
EA
( ) ( )
u − u 2  4 P
cos 150 0 sin 150 0  4 =
L  v 4 − v 2  31
4P
N 25 = N 24 = (keduanya tarik)
31
Gaya geser transversal dan momen lentur untuk dua elemen balok tersebut diperoleh dari
Persamaan (4.26), adalah:
 T1   −7   T2   20 
       
 M 1  P  3L   M 2  P − 4 L 
 =   dan  =  
 T2  31  − 7   T3  31  20 
       
M 2  − 4 L  M 3   6L 
Menghasilkan kurva defleksi, diagram geser transversal dan diagram momen yang
ditunjukkan dalam Gambar 4.18. Besarnya nilai loncatan gaya geser transversal pada diagram
gaya geser transversal untuk balok di nodal 2 adalah besarnya bagian dari gaya P yang diserap
oleh kedua elemen rangka yaitu 27P/31.

v2
Titik belok

θ2 20P/31

27P/31
Diagram T
-7P/31
6PL/31
3PL/31
Diagram M

-4PL/31
Gambar 4.18 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Balok pada Gambar 4.17.

I. KATILI
162 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.8 BEBAN NODAL EKUIVALEN.


Pada contoh yang diilustrasikan dalam Subbab 4.6, gaya-gaya dan momen lentur bekerja
langsung pada nodal. Dalam aplikasi praktis teknik sipil, seringkali beban-beban bekerja di
antara nodal elemen. Untuk kasus-kasus semacam ini, kita harus mentransformasikan beban-
beban tersebut menjadi beban nodal sehingga sesuai dengan tipe peralihan nodal yang kita
definisikan. Dua metoda yang umum digunakan adalah seperti berikut ini.
Dalam metode Beban Nodal Ekuivalen (BNE), kita tetapkan kerja luar atau kerja
eksternal (Π ext ) yang dihasilkan oleh beban nodal ekuivalen sama besarnya dengan kerja yang
dihasilkan oleh beban yang bekerja di antara nodal elemen. Metode ini sangat efisien digunakan
jika beban yang bekerja tersebut berupa beban fungsi dalam x, yaitu f y (x).
Pada elemen balok, kerja luar yang dilakukan oleh BNE yang belum diketahui adalah:
BNE
 f y1 
 f 
Π ext= v1 θ1 v2 θ2  m1  (4.68)
f
 y2 
 f m2 
Di sisi lain, kerja yang dilakukan oleh beban terdistribusi akibat defleksi elemen balok, dapat
diperoleh sebagai:
L
∏ ext = ∫0 f y ( x) v( x)dx (4.69)
di mana fungsi defleksi didefinisikan dalam Persamaan (4.6) sebagai:
 v1 
θ 
 
v(x) = < N v1 (x) N θ1 (x) N v2 (x) N θ2 (x) >  1 
v2 
θ 2 
Kerja yang didapat dalam Persamaan (4.68) haruslah sama besarnya dengan kerja yang
didapat dalam Persamaan (4.69). Sehingga kita mendapatkan:
 L f ( x) N ( x)dx 
 ∫0L y
BNE
 f y1  v1

f   
 m1   ∫0 yf ( x ) N θ1 ( x ) dx 
f  = L  (4.70)
 y2   ∫0 f y ( x) N v2 ( x)dx 
 f m2   L 
 ∫0 f y ( x) N θ2 ( x)dx 
L
atau dalam bentuk umum: { f n } BNE = ∫0 f y ( x) {N }dx (4.71)
Kita lihat dalam Persamaan (4.71) bahwa BNE yang bersesuaian dengan derajat kebebasan
diperoleh dengan mengintegrasikan perkalian fungsi beban terdistribusi dan fungsi bentuk di
sepanjang elemen. Definisi semacam ini dapat ini digeneralisasi ke tipe-tipe elemen hingga yang
lain, seperti misalnya elemen hingga pelat dan cangkang.
Dengan adanya BNE, persamaan kekakuan elemen dari Persamaan (4.16) berubah
menjadi:
{ f n } = [k ]{u n } − { f n }BNE (4.72)

I. KATILI
Balok 163

BNE
 f y1   12 6 L −12 6 L   v1   f y1 
 f m 1  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ1   f m 1 
= f  −
12 −6 L   v2   f y 2 
atau secara detail: 3  −12 −6 L
(4.73)
 y2  L  2    
 6 L 2 L −6 L 4 L  θ2   f m 2 
2
 f m 2 

4.8.1 Balok dengan Beban Merata.


Gambar 4.19 memperlihatkan sebuah balok dengan kedua ujung yang ditunjang
sederhana dan dibebani oleh beban terbagi rata –f o . Carilah rotasi pada nodal 1 dan defleksi di
tengah bentang.
 gaya 
− f o  
 panjang 

1 3
2
L/2 L/2

Gambar 4.19 Balok dengan Beban Merata.

Karena simetris, kita dapat memodelkan setengah dari balok dan menggunakan satu
elemen balok dengan panjang L/2. Kondisi-kondisi batas untuk elemen balok ini adalah:
ν1 = θ2 = 0

{}
BNE
 Fm1   f m1  EI  8 L2 −24 L  θ1
Persamaan kekakuan struktur adalah:=
 F  =  (4.74)
 y2   f y2  L3  −24 L 96  v2

BNE untuk beban terbagi merata –f o (arah ke bawah) dapat diperoleh dengan menggunakan
Persamaan(4.70):

( ( ) + 4 ) dx =
1 2
L f L
∫ − fo x − 4
= X2

X3 o
f mBNE 2
1 0 L L2 48

(
∫ − fo 12 ( XL ) − 16 ( XL ) ) dx =
1
L 2 3 f L
f yBNE =2
− o
2 0 4

 12 3   f o L2 

{} { }

 L2 L   48  = − f o L
3 3
θ1 = L 1
v2 3  (4.75)
24 EI  1 − o 
f L 24 EI 5 L /16
L   4 

I. KATILI
164 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.8.2 Balok Kantilever dengan Beban Terdistribusi Linier.


Gambar 4.20 menggambarkan balok kantilever yang dibebani beban terdistribusi yang
bervariasi linier terhadap x.
x
f y ( x) = − f o   (4.76)
L
Ingin dicari rotasi dan peralihan pada ujung bebas.

− fo

1
EI 2
L

Gambar 4.20 Balok Kantilever dengan Beban Terdistribusi Linier.

Kita dapat menggunakan satu elemen untuk memodelkan balok ini. Dengan
memperhitungkan kondisi ujung terjepit, kita dapatkan persamaan kekakuan:


F
 m1 = f
1

m1  L 
{}
 Fy1 = f yBNE  EI  12 6 L  v
BNE  = 3  6 L 4 L2  θ
 1
1

Kedua BNE dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (4.70):


f x x 
2 3
x 3f L
f yBNE = − o 1 − 3  + 2   dx = − o
L

1 ∫ 0 L  L  L   20

f x  x 2  x3 
 dx = − f o L
2
f mBNE = − o  x − 2
L
+
1 ∫ 0 L   L  L2 
  30
 
Maka kita memperoleh solusi:
 6   3 fo L   L
 4 −  −  f L3 − 
v1  L 3
L  20   30 
= θ  =   2 
o
  (4.77)
 1  12 EI  − 6 12   f o L  EI  1 
 L L2   − 30   24 
Harus diperhatikan bahwa fungsi bentuk yang dipakai untuk mencari beban nodal
ekuivalen untuk contoh 4.7.1 dan 4.7.2 tersebut diperoleh sebagai solusi eksak dari persamaan
diferensial balok (4.1). Disinilah mengapa jawaban yang kita peroleh adalah eksak walau hanya
dengan menggunakan satu elemen saja.
Tabel 4.2 memperlihatkan tabel BNE (Beban Nodal Ekuivalen) akibat berbagai
pembebanan bila kondisi kedua ujung balok adalah jepit. BNE ini diperoleh dengan
menggunakan metode energi eksternal.

I. KATILI
Balok 165

Tabel 4.2 Beban Nodal Ekuivalen (BNE) untuk Balok dan Portal.

− fo
f L2
f m1 = − o f L
fm2 12 f y1 = − o
fm1 2
f L2 f L
fy1 L fy2 f m2 = o f y2 = − o
12 2

− fo
fm = −
(
f o a 2 6 L2 − 8aL + 3a 2 )
1
12 L2
fm1 fm2
( )
a
f a 2 4aL − 3a 2
fy1 L fy2 f m2 = o
12 L2

(
f o a 2 L3 − 2a 2 L + a 3 ) (
f a 2a 2 L − a 3
f y2 = − o
)
fy = − 2 L3
1
2 L3

− fo
f L2 7 fo L
f m1 = − o f y1 = −
fm2 20 20
fm1
3 fo L
f L2 f y2 = −
fy1 L f m2 = o 20
fy2 30

− fo
5 f o L2 f L
f m1 = − f y1 = − o
fm2 96 4
fm1

5f o L2 f L
f y2 = − o
fy1
L
fy2 f m2 =
96 4

− fo fm2 f  L − 2a 
fm =
1
− o  5 L3 −
192a  L
(
b 5 L2 + 4aL − 4a 2 

)
fm1

f m2 = − f m1
a b a
fy1 fy2
b+L b+L
L f y1 = − fo f y2 = − fo
4 4

I. KATILI
166 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

−P
PL P
f m1 = − f y1 = −
fm1 fm2 8 2

L L
fy1 PL P
2 2 fy2 f m2 = f y2 = −
8 2

−P
Pab 2 f y1 = −
(
Pb L2 + ab − a 2 )
fm2 f m1 = − 3
L
fm1 L2
fy1 a b fy2 f m2 =
Pa 2 b
f y2 = −
(
Pa L2 + ab − b 2 )
2 3
L L
L

M M 3M
f m1 = − f y1 = −
fm2 4 2L
fm1
M 3M
fy1
L
2
L
2 fy2 f m2 = − f y2 =
4 2L

M
Mb(3a − L ) 6Mab
fm2 f m1 = − f y1 = −
fm1 2 L
L
fy1 a b fy2 Ma(3b - L ) 6Mab
f m2 = − f y2 =
2 L
L L

−P −P fm2
fm1 2 PL
f m1 = − f y1 = − P
9
2 PL
f m2 = f y2 = −P
L
3
L
3
L
3
9
fy1 fy2

Keterangan: f o dan P adalah bilangan positif.

I. KATILI
Balok 167

4.9 GAYA INTERNAL EKUIVALEN.


Bila terdapat beban yang bekerja di antara nodal elemen, maka perhitungan gaya
internal elemen pada nodal dari Persamaan (4.26) berubah menjadi:

T1   −12 −6 L 12 −6 L   v1  T1 GIE


 M1  EI  6 L 4 L −6 L
2
2 L2   θ1   M1 
=T  +
 12 −6 L   v2  T2 
3 −12
(4.78)
−6 L
 2  L      
M 2   −6 L −2 L
2
6 L −4 L2  θ2   M 2 
Sebagai contoh, untuk beban merata - f o dan kondisi jepit-jepit :

-fo

1 L 2
T2 = 12 f o L

T1 = − 12 f o L 1 f L2
M 2 = 12 o
1 f L2
M 1 = 12 o

Gambar 4.21 Gaya Internal Ekuivalen Akibat Beban Merata di Antara Nodal

− 12 f o L 
GIE
 T1 
M  1 2
 1  12 f o L 
  = 1  (4.79)
 T2   2 fo L 
 M 2   121 f o L2 
Untuk tipe pembebanan lainnya, gaya internal ekuivalen dapat dilihat pada Tabel 4.3.

I. KATILI
168 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Tabel 4.3 Gaya Internal Ekuivalen (GDE) untuk Balok dan Portal.

− fo f o L2
M1 = M 2 =
12

f L f L
L T1 = − o T2 = o
2 2

− fo
(
f a 2 6 L2 − 8aL + 3a 2
M1 = o
)
12 L2

( )
a
f a 2 4aL − 3a 2
L M2 = o
12 L2

(
f a 2 L3 − 2a 2 L + a 3
T1 = − o
) (
f a 2a 2 L − a 3
T2 = o
)
2 L3 2 L3

− fo
f L2 T1 = −
7 fo L
M1 = o
20 20

f L2 3 fo L
L M2 = o T2 =
30 20

− fo
5 f o L2 f L
M1 = T1 = − o
96 4

5f o L2 f L
T2 = o
L M2 =
96 4

− fo
M1 =
f o  3 L − 2a
 5L −
192a  L
( 
b 5 L2 + 4aL − 4a 2 

)
b+L
a b a T1 = − fo
4
L
M 2 = M1 T2 = −T1

I. KATILI
Balok 169

−P
PL P
M1 = T1 = −
8 2

L L
PL P
2 2
M2 = T2 =
8 2

−P

M1 =
Pab 2
T1 = −
(
Pb L2 + ab − a 2 )
2 3
L L
a b M2 =
Pa 2 b
2 T2 =
(
Pa L2 + ab − b 2 )
L 3
L L

M M 3M
M1 = T1 = −
4 2L

M 3M
L
2
L
2 M2 = − T2 = −
4 2L

M
Mb(3a − L ) 6Mab
M1 = T1 = −
2 L
L
a b
Ma(3b - L ) 6Mab
M2 = − T2 = −
L
L L2

−P −P
2 PL
M1 = T1 = − P
9

2 PL
L
3
L
3
L
3 M2 = T2 = P
9

Keterangan: f o dan P adalah bilangan positif.

I. KATILI
170 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

4.9.1 Balok Jepit-Jepit dengan Beban Merata Sebagian.

Rm1 -fo (Nm-1) Rm3


Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3
x
1 2 3

R y1 L L R y3
F y1 , v1 F y2 , v 2 F y3 , v3

Gambar 4.22 Balok Jepit-Jepit dengan Pemodelan Dua Elemen.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk mencari bentuk defleksi, gaya reaksi dan
momen reaksi, dan juga diagram gaya transversal dan momen lentur adalah mengidealisasikan
balok di atas dengan menggunakan dua buah elemen balok seperti pada Gambar 4.22. Sistem
keseluruhan memiliki tiga buah nodal dan enam derajat kebebasan.
Kondisi pembebanan external tidak berpusat pada titik nodal, melainkan terdistribusi
sepanjang elemen, jadi harus ditransformasikan menjadi beban terpusat pada titik nodal, seperti
yang telah dibahas pada Subbab 4.7.

− 12 f o L − 12 f o L

EI , L EI , L
1 f L2 1 f L2
− 12 o 12 o
1 Elemen 1-2 2 2 Elemen 2-3 3

Gambar 4.23 Beban Nodal Ekuivalen Elemen

Untuk memformulasikan sistem keseluruhan harus disusun dulu masing-masing


persamaan kekakuan elemennya dengan menggunakan Persamaan(4.16) dan (4.72), sebagai
berikut:
BNE
6 L −12 6 L   v1   − 2 f o L 
1
 f y1   12
 f m  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ  − f o L2 
 1
= f 1 1 −
12 −6 L   v2   − 1 f o L 
Elemen 1-2: 12 (4.80)
3  −12 −6 L
 y2
 L  6 L 2 L2 −6 L 4 L2  θ   1 2 2 
 f m2     2   fo L 
 12 
 f y2   12 6 L −12 6 L   v2 
 f m2  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  θ2 
Elemen 2-3:  f  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v  (4.81)
 y3  L  2  θ 
3
 6 L 2 L −6 L 4 L   3 
2
 f m3 
Saat kedua set matriks kekakuan elemen digabungkan, penjumlahan gaya dan momen
pada tiap nodalnya diperoleh dari penjumlahan BNE setiap elemen (Gambar 4.23). Jadi:
Fy1 = R y1 − 12 f o L ; Fm1 = Rm1 − 121 f o L2 ; Fy2 =− 12 f o L
(4.82)
= Fm2 121 f o L= 2
; Fy3 R= y3 ; Fm3 Rm3

I. KATILI
Balok 171

Dengan demikian, penggabungan kedua matriks kekakuan elemen menjadi:


 F=
y1 R y1 − 12 f o L   12 6 L −12 6 L 0 0 v 
 2
 0  θ1 
1
F
 1=
m R m − 1
f o L  6 L 4 L2
−6 L 2 L2
0
 EI  −12 −6 L 24 −12 6 L   v2 
1 12
 Fy2 = − 12 f o L 0
  =  
8 L2 −6 L 2 L2  θ2 
2 (4.83)
 Fm2 = 12 f o L  L  6L 2L
1 2 3 0
 Fy3 = R y3   0 0 −12 −6 L 12 −6 L   v3 
F = R   0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2   θ3 
 m3 m3 
Garis putus-putus membatasi penggabungan kekakuan elemen. Terdapat bagian yang overlap,
berisi bagian hasil dari superposisi dua bagian matriks kekakuan elemen.
Ada empat kondisi batas: v1 =θ1 =v3 =θ3 =0 (4.84)
Setelah memperhatikan Gambar 4.23, dan kondisi batas (4.84), kemudian disusun kembali
Persamaan (4.83), sehingga v , θ , v , θ (atau F y1 , Fm1 , F y3 , Fm3 ) ada dalam satu kelompok.
1 1 3 3
BNE
−12 6 L   v = 0   − 2 f o L 
1
 R y1   12 6L 0 0
 6 L 4 L2  
 Rm  −6 L 2 L2   θ1 =0  − 121 f o L2 
1
0 0
 Ry3  EI  0 12 −6 L −12 −6 L   v3 = 0  
1
0 0 
    − (4.85)
 Rm3  L  0
3 0 −6 L 4 L2 6 L 2 L2  θ3 =0   0 

 0   −12 −6 L −12 6 L 24 0   v2   − 12 f o L 
 0   6 L 2 L −6 L 2 L
2 2
0 8 L2   θ2   1 f o L2 
 12 
Dari Persamaan (4.85) diperoleh enam buah persamaan untuk menyelesaikan enam bilangan
yang tidak diketahui.
− 12 f o L  EI  24 0  v2
 1 f L2  = 3  0 8 L2  θ
 12 o  L   2
{}
Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas sebagai berikut:

{} { }
−1
v2 L3 12 0  − 12 f o L  f o L3 −2 L
= =  2
θ2 EI  0 4 L   121 f o L  96 EI 1
2

Gaya nodal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan nodal yang
diketahui ke dalam tiap matriks kekakuan elemen.
Elemen 1-2, dari Persamaan (4.80):
BNE  39 fo L 
 f y1  6 L −12 6 L   0   − 2 f o L 
1
 12  1148
f o L2 
 f m  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   0 4  − 1 f o L2   
= f 1 3  −12 −6 L   − fo L= −  −121 f L   9 48
fo L 
12 −6 L
 y2
 L  2   f L3  
48 EI 2 o   48 2 
 6 L 2 L −6 L 4 L   96o EI   121 f o L2 
2
 f m2   4 fo L 
 48 
Elemen 2-3, dari Persamaan (4.81):
−9 f o L
 − f o L4   48 
 f y2   12 6 L − 12 6 L  48 EI  −4 f L2 
 f m2  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   fo L3   48o 
= f  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   96 EI   9 fo L 
 y3  L  2   0   48 
 6 L 2 L −6 L 4 L   0   −5 fo L2 
2
 f m3 
 48 

I. KATILI
172 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gaya internal elemen diperoleh dengan melakukan substitusi nilai derajat kebebasan nodal yang
diketahui ke dalam Persamaan (4.26) dan (4.78):
Elemen 1-2, dari Persamaan (4.78):
 0  − 1 fo L 
GIE − 39 fo L 
 T1   −12 −6 L 12 −6 L   11 f48L2 
2   − f0L4   121 f o L2 
2
 M1  EI  6 L 4 L2
− 6 L 2 L  48o 
= T  3  −12
=   +    9 fo L 
−6 L 12 −6 L  48 EI
o
1
 M2  L  fo L 
2   f o L3   12  48 
 2  −6 L −2 L 6 L −4 L  
2
 96 EI   12 f o L   − 4 fo L2 
2
 48 
Elemen 2-3, dari Persamaan (4.26):
 9 fo L 
−6 L   48oEI   448f L2 
− f L4
 T2   −12 −6 L 12
 
 M 2  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   fo L3  − 48 
o

= T  =3  −12 −6 L 12 −6 L   96 EI   9 fo L 
 M3  L   0   
 3  −6 L −2 L
2
6 L −4 L2   0   5 f48o L2 
   48 
Dari Persamaan(4.85) dapat di hitung reaksi perletakan:
BNE
 R y1   −12 6 L   − 12 f o L 

{}
 Rm  EI  −6 L 2 L2  v  1 2
= 2 −  − 12 f o L 
R 1  
3 −12 −6 L θ2   
 y3  L  2  0 
 Rm3   6L 2L   0 
 39 fo L 
 R y1 
BNE
 −12 6 L   f o L4   − 12 f o L   1148
f L2 
 Rm1  EI  −6 L 2 L2   2 = −  − 1 f L2 
48 EI  − =
v  48o 
=
atau: R  3  −12 −6 L   3 12 o   9 fo L 
 y3  L  f L  
2  θ 2 = o   48 
0
 Rm3   6 L 2 L   96 EI   0   −5 fo L2 
 48 

v2
Titik belok θ2

9 fo L
48

Diagram T
foL
39 f o L
− 48
11 f o L2
Diagram M 48 5 f o L2
48

4 f L2
− 48
0

Gambar 4.24 Kurva Defleksi, Diagram T dan M

I. KATILI
Balok 173

4.9.2 Balok Jepit Sendi dengan Beban Merata Sebagian dan M

Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3


- f0
M
x
Rm1
2 3
1
R y1 5m 5m
R y3 F y2 , v 2
F y1 , v1 F y3 , v3
Gambar 4.25 Balok Jepit Sendi dan Pemodelan Dua Elemen

Karakteristik balok : E = 2×106 kN/m2 ; A = 0,3 m2 ; I = 2×10-3 m4


Pembebanan : f o = 0,4 kN/m’ ; M = 8 kN-m
Persamaan kekakuan elemen 1-2 (Persamaan 4.73):
BNE
 f y1   12 6 L −12 6 L   v1   − 2 f o L 
1

 f m  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ  − 1 f o L2 
=  f 1  3  −12 −6 L 12 −6 L   v1  −  −121 f L  (4.86)
 y2  L  2    2
2 o 
 6 L 2 L −6 L 4 L  θ2   121 f o L2 
2
 f m2 
Persamaan kekakuan elemen 2-3:
 f y2   12 6 L −12 6 L   v2 
 f m2  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  θ2 
 f  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v  (4.87)
 y3  L  2  θ 
3

 3 
f m  6 L 2 L2
−6 L 4 L   3

− 12 f o L − 12 f o L

EI , L EI , L

2
− 12
1
f o L2 1 Elemen 1-2 2 1
f o L2 Elemen 2-3 3
12

Gambar 4.26 Beban Nodal Ekuivalen Tiap Elemen

Dari Persamaan (4.86) dan (4.87) dapat diperoleh persamaan kekakuan struktur yaitu:
BNE
 Fy1   12 6 L −12 6 L 0   −1 f L 
 Fm 
0  v1   12 o 2 
 6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 0   θ1  − 12 f o L 
F 1  EI  −12 −6 L 24
 y  −12 6 L  v   1 
θ2  −  −1 2 f o L2 
0
F 2   2
8 L2 −6 L 2 L2 
(4.88)
 m2  L3  6 L 2 L 0
 v2   12 f o L 
 Fy3  0 0 −12 −6 L 12 −6 L   θ3   
  0
 Fm3   0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2   3  
 0
Dengan kondisi batas v =θ =v =0 (Gambar 4.26), maka Persamaan (4.88) menjadi:
1 1 3

I. KATILI
174 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

BNE
 Fy1 = Ry1   12 6 L −12 6 L 0 0  v1 = 0   − 2 f o L 
1
 Fm = Rm    
 F 1 = 0 1  EI  6 L 4 L −6 L 2 L
2 2
0 0  θ1 =0  − 121 f o L2 
 y  −12 −6 L 24 0 −12 6 L  v2   − 1 f o L 
 F 2 = 0  3  6 L 2 L2 − (4.89)
−6 L 2 L2  θ2   1 f L2 
2 2
0 8 L
 m2  L  0 0 −12 −6 L 12 −6 L v3 = 0   12 o 
   
 Fy3 = Ry3    0
 Fm3 = M   0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2  θ3   0 
 
Persamaan di atas disusun kembali untuk memudahkan penyelesaiannya,
BNE
0   v = 0   − 2 fo L 
1
 Ry1   12 6 L 0 −12 6 L
R 2   6 L 4 L2  
0  θ1 =0  − 121 f o L2 
1
0 −6 L 2 L2
 Ry   
m1
EI 0 0 12 −12 −6 L −6 L v3 = 0   0 
 
6 L   v2  −  − 1 f o L 
 3  (4.90)
L 
3 − 12 −6 L −12 24 0
 0  2  θ   2 
 6 L 2 L −6 L 0 8 L 2 L   2   1 f L2 
2 2
 0 
 0 0 −6 L 6 L 2 L2 4 L2   θ3   0 
o
 M 
12
 
sehingga persamaan dapat dengan mudah diselesaikan.
−1 
 v2  L3  24 0 6L  − 1 f0 L 
 0 8 L2  1 2 2  L3  −266 
θ2 = 2 L2   12 f 0 L = −40,387  (4.91)
θ
 3  EI  6 L 2 L2 4 L2   8000  EI 179, 466 
  
Gaya internal transversal dan momen dapat diperoleh sebagai berikut:
Untuk elemen 1-2 (Persamaan 4.72):
GIE
 − 2 fo L 
1
 T1    −12 −6 L 12 −6 L  v1 = 0  −2,980  kN
 M1   EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  L3 θ1 =0   121 f o L2   6,803  kN - m
=T   3  −12 −6 L 12 −6 L= v = +
 −266   1 f L  −0,980  kN
 M2   L  −6 L −2 L2 6 L −4 L2  EI θ2 =−40,387   12 o 2   −3,098


 kN − m
 2     2   f o L 
 12 
Untuk elemen 2-3 (Persamaan 4.26):
 T2   −12 −6 L 12 −6 L  v2 = −266  −0,980  kN
 M 2  EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  L3 θ2 =−40,387   −3,098  kN − m
T  = 3  −12 −6 L 12 −6 L  EI v3 = 0  −0,980  kN
 M3  L  2 θ =179, 466   −8  kN − m
 3  −6 L −2 L 6 L −4 L   3
2
  

θ2 v2 θ3
Titik belok

Diagram T - 0,980 kN

- 2,980 kN
6,803 kN-m

Diagram M

- 3,098 kN-m
-8 kN-m
Gambar 4.27 Kurva Defleksi, Diagram T dan M

I. KATILI
Balok 175

Dengan demikian reaksi pada perletakan dari Persamaan 4.91 dapat dihitung sebagai berikut:
BNE
 −12 6 L 0  3  −266   − 2 f o L 
1
 Ry1   2,980 
kN
  EI   −40,387  − − 1 f o L2  =  6,803
L   
 Rm1 = − kN − m
2
 6 L 2 L 0 
 Ry3  L  −12 −6 L −6 L  EI 179, 466   0 
3 12
−0,980  kN
 

4.9.3 Balok Jepit Sendi dengan Elemen Nonprismatis

E, I ( x )
-f0 Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3
Rm1
x
3
2 EI
1
Ry1 L L
Ry3 Fy1 , v1 Fy2 , v2 Fy3 , v3
Gambar 4.28 Balok dan Pemodelan Dua Elemen


Karakteristik balok: E = 200×107 N/m2 ; I ( x ) =−
x x
1  I1 +   I 2
 L L
Persamaan kekakuan elemen:
L L
 x x
Elemen 1-2: [ k ] =
E ∫ I ( x ) { Bb } Bb dx =
EI1 ∫ 1 −  { Bb } Bb dx + EI 2 ∫ { Bb } Bb dx
L

0
0 L 0
L
 6 I1 + 6 I 2 4 I1 + 2 I 2 −6 I1 − 6 I 2 2 I1 + 4 I 2 
 L3
L2 L3 L2 
 4I + 2I 3I1 + I 2 −4 I1 − 2 I 2 I1 + I 2 
 1 2 2 
[ ]  
2
k = E L L L L (4.92)
 −6 I1 − 6 I 2 −4 I1 − 2 I 2 6 I1 + 6 I 2 −2 I1 − 4 I 2 
 L3 L2 L3 L2 
 2 I1 + 4 I 2 I1 + I 2 −2 I1 − 4 I 2 I1 + 3I 2 
 
 L2 L L2 L 
=
Dan untuk: I1 2= I ; I 2 I persamaan kekakuan elemen 1-2 adalah:
 f y1   18 10 L −18 8 L   v1 
    
 f m1  EI 10 L 7 L
2
−10 L 3L2   θ1 
 = 3   (4.93)
 f y 2  L  −18 −10 L 18 −8 L   v2 
f   
 8L 3L2 −8 L 5 L2  θ2 
 m2 
 f y2   12 6L −12 6 L   v2 
    
 f m 2  EI  6 L 4 L
2
−6 L 2 L2  θ2 
Elemen 2-3:   =   (4.94)
 f y 3  L  −12 −6 L 12 −6 L   v3 
3

   
 6L 2L
2
−6 L 4 L2   θ3 
 f m3 

I. KATILI
176 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Kondisi batasnya adalah v1 =θ1 =v3 =0 . Setelah penggabungan dan pengelompokan persamaan
kekakuan struktur, adalah:
 R y1   18 10 L 0 −18 8 L 0  v = 0
  10 L 7 L2 0  θ1 =0 
Rm1 1
R − 1 f L 0 −10 L 3 L2

 y 3 2 o  EI  0 0 12 −12 −6 L −6 L  v3 = 0 
 − 1 f o L  = 3  −18 −10 L −12 30

−2 L 6 L   v2 
 12  L   
 − 12 f o L 
2
 8L 3L 2
−6 L −2 L 9 L 2
2 L   θ2 
2

 1 f o L2   0 0 −6 L 6 L 2 L2 4 L2   θ3 
 12 
Dengan demikian persamaan di atas dapat diselesaikan dengan mudah.
−1
 30 −2 L 6 L   − 2 f o L 
1
 v2  −135 L 
  L  3 
2  1 2
 L3 f 0  
θ2 = −2 L 9 L 2 L  − 12 f o L =  −138
2

 θ  EI  6 L 2 L2 4 L2   1  3432 EI  343
 3    12 f o L2   
Gaya internal elemen:
Elemen 1-2:
 T1   −18 −10 L 18 −8 L   v1 = 0  −221L 
M   10 L 2  θ =0   2
 1 EI  7 L −10 L
2
3L  L f 0 
3
 f 0 156 L 
  = 
1
  
 T2  L3  −18 −10 L 18 −8 L  3432 EI v2 = −135 L  572 −221L 
 
 M 2   −8 L −3L 8 L −5 L2   θ2 =−138   −65 L2 
2

Elemen 2-3:
GIE
 T2    −12 −6 L 12 −6 L  v2 = −135L  − 12 L  −221L 
M    6 L 4 L2 −6 L 2 L2  L3 f θ =−138    1 2
 2  EI   0  2   12 L  f 0  −6 L2  5
  =  +
 0  1 
f  
 L3  −12 −6 L 12 −6 L  3432 EI v3 = 0
 T3     2L  572  351L 
 M 3    θ3 =343   1 L2   0 
 −6 L −2 L 6 L −4 L2 
2
   12 
θ3

v2
Titik belok θ2
− 65 f 0 L2
572
Diagram T
f0L
156 f 0 L2
572
351 f 0 L
Diagram M 572

− 65572
2
f0 L

Gambar 4.29 Kurva Defleksi, Diagram T dan M

Dengan demikian reaksi luar dan momen lentur pada perletakan dapat diketahui.

I. KATILI
Balok 177

 Ry1   −18 8 L 0  3    221L 


  EI  −10 L 3L2  L f 0 v2 = −135 L   0  f 0  2
 Rm1  = 3 0 θ2 =−138  −  0  = 156 L 
 R y 3  L  −12 −6 L −6 L  3432 EI θ =343   1 572  351L 
   3  − 2 f 0 L   

4.9.4 Balok Kantilever dengan Penampang Berbeda

D = 4” -2000 lb
D = 3” D = 2” Fm1 , θ1 Fm2 , θ2 Fm3 , θ3 Fm4 , θ4
Rm1
x

2 3 4
1
Ry1 L L L
Fy1 , v1 Fy2 , v2 Fy3 , v3 Fy4 , v4
Gambar 4.30 Balok dan Pemodelan Tiga Elemen

Karakteristik balok: E = 30×106 lb/in2 ; I = 1/ 64 πD4 ; L = 20 in


I 1 = 4π in4 ; I 2 = 1,265625π in4 ; I 3 = 0,25π in4

Persamaan kekakuan elemen:


 f y1   12 6 L −12 6 L   v1 = 0
 f m1  EI1 6 L 4 L2 −6 L 2 L2  θ1 =0 

Elemen 1-2:  =
f m 2  L3  −12 −6 L 12 −6 L   v2 
   2  
 fm2   6 L 2 L −6 L 4 L   θ2 
2

 f y2   12 6 L −12 6 L   v2 
 f m 2  EI 2  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  θ2 
Elemen 2-3:  = 3 
f  −12 −6 L 12 −6 L   v3 
 y3  L  2  
 6 L 2 L −6 L 4 L   θ3 
2
 f m3 
 f y3   12 6 L −12 6 L   v3 
 f m3  EI 3  6 L 4 L2 −6 L 2 L2   θ3 
Elemen 3-4:  f  = 3  −12 −6 L 12 −6 L   v 
 y4  L  2 
4

 6 L 2 L −6 L 4 L  θ4 
2
 fm4 
Dari ketiga persamaan di atas diperoleh persamaan kekakuan struktur:
 Fy 2 = 0   12 ( I1 + I 2 ) 6 L ( I 2 − I1 ) −12 I 2 6 LI 2 0 0 
  v2 
 Fm 2 = 0  6 L ( I 2 − I1 ) 4 L ( I1 + I 2 )
2
−6 LI 2 2
2L I2 0 0   θ2 
 Fy 3 = 0  E  
−12 I 2 −6 LI 2 12 ( I 2 + I 3 ) 6 L ( I 3 − I 2 ) −12 I 3 6 LI 3   v3 
F = 0 = 3  
 m3  L  6 LI 2 2
2L I2 6 L ( I 3 − I 2 ) 4 L2 ( I 2 + I 3 ) −6 LI 3 2 L2 I 3   θ3 
 Fy 4 = −2000   0 0 −12 I 3 −6 LI 3 12 I 3 −6 LI 3   v4 
 Fm 4 = 0   θ

 0 0 6 LI 3 2L I32
−6 LI 3 4 L2 I 3   4 

I. KATILI
178 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 v2   −10, 417 
θ 2   −0,977 
 v3  64 L3  −50,524 
Sehingga diperoleh:   =  −2,828
θ
 3  πE  
 v4  −148,759 
θ 4   −5,953
 v2 
 θ2 
= = {
Reaksi perletakan adalah: R y1 = Fy1
Rm1 = Fm1 }E  −1 I12 6 LI1 0 0 0 0  v3 
 
L3  −6 LI1 2 L I1 0 0 0 0  θ3 
2 {120000
2000
}
 v4 
 θ4 

Gaya nodal elemen:


 f y1   12 6 L −12 6 L   v1 = 0   2000 
 f m1  EI1  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  64 L3  θ1 =0   120000 
Elemen 1-2:   =      −2000 
f
 y2  L3  −12 −6 L 12 −6 L  πE v2 = −10, 417   
 fm2   6 L 2 L −6 L 4 L 
2 2 θ
 2 = − 0,977  −80000 

 f y2   12 6 L −12 6 L  v2 = −10, 417   2000 


 f m 2  EI 2  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  64 L3 θ2 =−0,977   80000 
=Elemen 2-3:   =
f 3  −12 −6 L 12 −6 L  πE v3 = −50,524   −2000 
 y3  L  2    
 f m3   6 L 2 L −6 L 4 L 
2
θ3 =−2,828  −40000 

 f y3   12 6 L −12 6 L  v3 = −50,524   2000 


 f m3  EI 3  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  64 L3 θ3 =−2,828   40000 
f  =
12 −6 L  πE v4 = −148,759  −2000 
Elemen 3-4: 
 y4  L3  −12 −6 L    
2
 fm4   6 L 2 L −6 L 4 L 
2
θ4 =−5,953   0

v2

v3
θ2 v4
θ3
2000 lb θ4
Diagram T

120000 lbft
Diagram M
80000 lbft

40000 lbft

Gambar 4.31 Kurva Defleksi, Diagram T dan M

Dengan demikian reaksi luar dan momen lentur pada perletakan adalah:

I. KATILI
Balok 179

v2 = −10, 417 


θ2 =−0,977 

{ }
R y1
Rm1
E  −1 I12 6 LI1 0 0 0 0  64 L3 v3 =
=3  −6 LI
L 
2  
1 2 L I1 0 0 0 0  πE  3θ =
−50,524 
−2,828 

{120000
−2000
}
v4 = −148,759 
θ4 =−5,953 
4.9.5 Balok di Atas Fondasi Elastis

- f0
Fm1 , θ1 Fm2, θ2 Fm3 , θ3
3 x
1
2 s

10 m Fy3 , v3
Fy1 , v1 Fy2 , v2

Gambar 4.32 Balok dan Pemodelan Dua Elemen

Karakteristik balok: E=2×109 N/m2 ; I=5,625×10-4 m4 ; s = 7,2×104 N/m2 ; f 0 = 1000 N/m


Persamaan kekakuan elemen 1-2:
 f y1    12 6 L −12 6 L  54 −13L    v1   − 2 f o L 
1
 156 22 L
 f m   EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  sL  22 L 4 L2  1 2
13L −3L2    θ1  − − 12 f o L 
 f 1=  3  −12 −6 L 12 −6 L  +     − f o L 
420  54 13L 156 −22 L  v2 1
 y2   L  2  2   θ   1 2
 f m2    6 L 2 L −6 L 4 L   −13L −3L −22 L 4 L    2   12 f o L2 
2 2

Persamaan kekakuan elemen 2-3:

 f y2    12 6 L −12 6 L  54 −13L    v2   − 2 f o L 
1
 156 22 L
 f m2   EI  6 L 4 L2 −6 L 2 L2  sL  22 L 4 L2  2
13L −3L2   θ2  − − 12 f o L 
1
= +
 f   3  −12 −6 L 12 −6 L 
420  54 13L 156 −22 L    v3   − 1 f o L 
 y3   L  2  2     2 
 f m3    6 L 2 L −6 L 4 L   −13L −3L −22 L 4 L    θ3   121 f o L2 
2 2

Persamaan kekakuan struktur menjadi:


BNE
− 1 f L 
 Fy = 0 
0   v   2 
o
 1    12 6 L −12 6L 0 0  156 22 L 54 −13L 0
 1 2
 Fm1 = 0    6 L 4 L2 −6 L 0  22 L 4 L2 13L −3L2  −
0   θ1   12 o 
1
2 L2 0 0 f L
 Fy = 0   EI  −12 −6 L 24 0 −12 6 L  sL  54 13L 312 0 54 −13L    v2  − f o L 
 F 2 = 0   +   −
 m2   L3  6 L 2 L
2
0 8L2 −6 L 2 L2  420  −13L −3L2 0 8L2 13L −3L2   θ2  0 

 Fy3 = 0    0 0 −12 −6 L 12 −6 L   0 0 54 13L 156 −22 L    v3  − 1 f L 
  0 2    θ3 
o
F = 0    0 6L 2 L2 −6 L 4 L2   0 0 −13L −3L2 −22 L 4L    2 
 m3   1 f o L2 
12 
Dengan memasukan nilai pembebanan eksternal pada balok yang terdistribusi pada titik-titik
nodal, maka persamaan diatas menjadi:

I. KATILI
180 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 −2500    12 6 L −12 6 L 0 0  156 22 L 54 −13L 0 0    v1 


−2083,3   6 L 4 L2 −6 L 2 L2 0 0  22 L 4 L2 13L −3L2 0 0    θ1 
 −5000   EI  −12 −6 L 24 0 −12 6 L  sL  54 13L 312 0 54 −13L    v2 
 3  6 L 2 L2 2 +
 0
L  0 8L −6 L 2 L
2 
420  −1 L 3−3L
2
0 8L 2
13L −3L2   θ2 
 −2500 
 2083,3   0 0 −12 −6 L 12 −6 L  0 0 54 13L 156 −22 L    v3 
  
    0 0 6 L 2 L2 −6 L 4 L2   0 0 −13L −3L2 −22 L 4 L2   θ3 
Persamaan di atas dapat langsung diselesaikan, karena ada faktor konstanta pegas yang
menghilangkan singularitas pada matriks kekakuan elemen.
−1
 v1    12 6 L −12 0   156 22 L 54 −13L 0 0 
θ    6 L 4 L2 −6 L
6L 0  −2500  −0,014 
2 L2 0 0   22 L 4 L2 13L −3L2 0 0  −2083,3  0 
 v1   EI    − L  −5000  −0,014 
 3  −12 −6 L2 24 0 −12 6 L sL 54 13 L 312 0 54 13
θ2  +    0 =  0 
 L  6L 2L 0 8L2 −6 L 2 L2  420  −13L −3L2 0 8L2 13L −3L2  
 2 0 −12 −6 L 12 −6 L  −  −2500  −0,014 
 v3    0   0 0 5 4 13 L 156 22 L   2083,3  0 
  0 2 L2 −6 L 4 L2   0 0 −13L −3L2 −22 L 4 L2      
 θ3 
0 6L
Gaya internal transversal dan momen lentur elemen dapat diketahui, yaitu:
Elemen 1-2:
BNE
 f y1   12 6 L −12 6 L  −0,014   − 2 f 0 L 
1
  2500 
 f m   EI  1 2
=
 6 L 4 L2 −6 L 2 L2  
=0  − − 12 f 0 L   2083,333
f 1  3  −12 −6 L 
12 −6 L  −0,014    − 12 f 0 L   2500 
 y2  L  6 L 2 L2 −6 L 4 L2   0   −2083,333
 f m2       121 f 0 L2   
Untuk elemen 2-3:
BNE
 f y2   12 6 L −12 6 L  −0,014   − 2 f o L 
1
  2500 
 f m   EI  1 2
=
 6 L 4 L2 −6 L 2 L2   0  − − 12 f o L 
=
 2083,333
f 2  3  −12 −6 L  
12 −6 L −0,014      2500 
  −1 2 f o L2 
1
 y3  L  6 L 2 L2 −6 L 4 L2   −2083,333
 f m3     0   f L   
 12 o 

v1 v3
v2
2500 N 2500 N

Diagram T
2500 N 2500 N

2083,333 Nm 2083,333 Nm

Diagram M

2083,333 Nm 2083,333 Nm

Gambar 4.33 Kurva Defleksi, Diagram T dan M

Gaya internal pada balok hingga di atas fondasi elastis yang dibebani merata sepanjang
balok adalah nol, tetapi solusi momen dan transversal yang dapat dilihat pada Gambar 4.33 tidak
sama dengan nol. Hal ini disebabkan oleh pemodelan balok hanya dengan dua elemen. Jika
jumlah elemen diperbanyak, maka gaya internal yang dihasilkan akan menjadi semakin kecil,
sehingga mendekati nol.

I. KATILI
BAB 5
PORTAL BIDANG

Pada Bab 3 dan 4 filosofi dasar dari metoda elemen hingga telah dijelaskan dan matriks
kekakuan untuk elemen rangka dan elemen balok telah dijabarkan dan digunakan pada beberapa
aplikasi. Pada bab ini metoda ini diperluas untuk menghasilkan analisis dari portal bidang.
Struktur portal didefinisikan secara fisik sebagai penyusunan pada bidang dua dimensi (X-Y) dari
elemen lurus yang saling berhubungan pada simpul kaku. Semua elemen struktur terletak pada
sebuah bidang dan gaya juga bekerja pada bidang itu. Definisi ini tidak berlaku pada grid di
mana elemennya terletak pada satu bidang tetapi gaya bekerja tegak lurus pada bidangnya.
Dalam kasus struktur portal bidang, elemen balok tidak hanya berorientasi pada
sumbu horizontal saja tetapi balok juga dapat ke arah mana saja dalam bidang dua dimensi.
Elemen tersebut dapat mengalami gaya aksial, gaya transversal, dan momen lentur. Agar
termasuk dalam problem portal bidang, sebuah elemen harus memiliki tiga derajat kebebasan
pada setiap nodal yaitu; dua komponen peralihan U dan V masing-masing pada arah X dan Y,
dan sebuah putaran sudut θ seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.1. Pada tiap nodal, gaya
nodal elemen yang terkait untuk derajat kebebasan U, V, dan θ adalah gaya f X , f Y dan sebuah
momen lentur f m . Arah elemen ini membentuk sudut φ berlawanan arah jarum jam terhadap
sumbu X global. Balok memiliki modulus elastisitas E, luas penampang A, momen inersia I dan
panjang L.
Untuk menurunkan matriks kekakuan 6×6 elemen ini, pertama harus mengkombinasikan
matriks kekakuan 2×2 untuk elemen rangka dan matriks kekakuan 4×4 untuk balok sehingga
menjadi matriks 6×6. Kemudian matriks kekakuan ini ditransformasikan dari koordinat lokal
menjadi koordinat global.

fY2 ,V2
f m2 , θ2

f X 2 ,U 2

fY1 ,V1

Y,V f X1 ,U1 φ

f m1 , θ1
X,U

Gambar 5.1 Elemen Portal Bidang.

I. KATILI
212 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

5.1 ELEMEN PORTAL BIDANG PADA SUMBU LOKAL.


Ketika elemen rangka dan elemen balok digabung, maka akan dihasilkan elemen balok
aksial-lentur seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.
y, v

f m1 , θ1 f m2 , θ2
f x2 , u 2
f x1 , u1 1 2 x, u

f y1 , v1 f y2 , v 2

Gambar 5.2 Elemen Portal Bidang pada Sumbu Lokal x-y.

Persamaan kekakuannya adalah:


 EA EA 
 L − 0 0 0 0 
L
 EA EA 
 f x1   − L 0 
0 0 0 BNE
f 
 fx  
L   u1   x1 
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI  u2  fx
 2
 0 0 −  2
2  v   fy 
 f y1   L3 L2 L3 1 −
= L
f   2 EI   θ1   f m1 
1
(5.1)
6 EI 4 EI 6 EI
 m1   0 0 − 2    
 f y2   L2 L L L   v2   f y2 
 f m2   0 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI θ2   f m2 
0 − 3 − 2 − 2 
 L L L3 L 
 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
 0 0 − 2 
 L2 L L L 
Matriks kekakuan ini terbentuk dari empat submatriks, dua di antaranya adalah
submatriks nol. Dua submatriks yang tidak nol terletak di sepanjang diagonal utama. Satu
berhubungan dengan aksial dan yang lain berhubungan dengan lentur. Penyusunan submatriks
tersebut menandakan bahwa submatriks kekakuan aksial dan submatriks kekakuan lentur adalah
tidak saling mempengaruhi. Dengan kata lain solusi untuk peralihan aksial dan solusi untuk
defleksi arah tegak lurus (sumbu y) dan rotasi dapat dilaksanakan secara terpisah.
Ketika elemen berada pada bidang XY dengan posisi sumbu x lokal bersudut φ terhadap
sumbu X global, maka matriks kekakuan pada Persamaan (5.1) harus menjalani prosedur
transformasi koordinat. Setelah prosedur ini submatriks aksial dan lentur tidak lagi terpisah.
Untuk kemudahan penggabungan, derajat kebebasan pada masing-masing nodal disusun
dalam urutan tertentu. Untuk itu Persamaan (5.1) disusun kembali menjadi:

I. KATILI
Portal Bidang 213

 EA EA 
 L 0 0 − 0 0 
L
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI  BNE
 fx   0 0 − 3 2 
 fx 
f  
1
L3 L2 L L  u   1

 y1   0 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI   v11   f y1 
 f m1   0 − 2
 f  =  EA L2 L L L   θ1  −  f m1  (5.2a)
EA  u f
 x2   − 0 0 0 0   v 2   x2 
 f y2   L L  2  f 
  12 EI 6 EI 12 EI 6 EI  θ2   y2 
 f m2   0 − − 0 − 2   f m2 
 L3 L2 L3 L 
 0 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
0 − 2
 L2 L L L 
atau secara simbolik: { f n }lokal
= [ k ]lokal {un }lokal − { f n }lokal
BNE
(5.2b)
di mana relasi di atas menunjukkan formulasi yang mengacu pada lokal koordinat.

5.2 TRANSFORMASI KOORDINAT


Pada Subbab 5.1 matriks kekakuan elemen portal yang merupakan gabungan elemen
rangka dan elemen balok dibahas untuk sistem koordinat lokal. Ini dapat dipakai jika pada
struktur yang dianalisis, semua elemen terletak pada arah yang sama, seperti halnya masalah
balok menerus, tetapi lain halnya dalam analisis struktur portal di mana terdapat elemen yang
berbeda arah. Untuk penerapan kondisi keseimbangan dan kompatibilitas secara tepat pada nodal
struktur, perlu dilihat hubungan gaya nodal dan peralihan dari semua elemen pada satu struktur
dengan sistem koordinat global. Ini dicapai dengan transformasi yang cocok terhadap matriks
kekakuan elemen portal.
Sebuah elemen portal dengan perilaku aksial-lentur dan sumbu longitudinal sepanjang
sumbu axis x seperti pada Gambar 5.3. Sumbu (x,y) adalah sumbu koordinat lokal dan (X,Y)
adalah sumbu koordinat global. Sumbu x berorientasi pada sudut φ berlawanan arah jarum jam
dari sumbu X. Sebuah elemen portal ditunjukkan pada Gambar 5.3. Sumbu lokal x berada
sepanjang elemen dari elemen nodal 1 ke nodal 2 dan sumbu lokal y pada 90° dari sumbu x (nilai
positifnya dihitung berlawanan arah jarum jam dari sumbu X). Rotasi pada bidang xy adalah θ
dan positif jika berlawanan arah jarum jam. Pada sistem lokal, gaya nodal elemen adalah nilai
dari f x , f y dan f m pada titik ujung 1 dan 2 dan berkaitan dengan nodal peralihan yaitu u, v, dan θ
pada setiap nodal 1 dan 2. Sumbu global X dan Y yang ditunjukkan pada Gambar 5.3 adalah
tetap dan arahnya dipilih untuk yang paling sesuai. Sistem koordinat XY bertindak sebagai sistem
referensi untuk struktur secara keseluruhan. Rotasi pada sistem ini dinyatakan sebagai θ . Pada
sistem koordinat global gaya nodal elemen adalah f X , f Y dan f m sesuai dengan nodal
peralihannya adalah U, V, dan θ . Keenam gaya nodal elemen pada sistem koordinat lokal
ditransformasikan ke dalam sistem koordinat global:
 f x1   C S 0 0 0 0   f X1 
 f y1   − S C 0 0 0 0   fY1 
 f m   0 0 1 0 0 0   f m 
 f 1  =  0 0 0 C S 0  f 1  (5.3)
 x2   0 0 0 − S C 0   X 2 
 f y2   0 0 0 0 0 1   fY2 
 f m2     f m2 

I. KATILI
214 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

f Y2 , V2
f x2 , u 2
2
f m2 , θ2 f X 2 ,U 2
f m2 , θ2
2

f y2 , v 2
f m1 , θ1
f m1 , θ1
φ Y
f X1 , U 1 φ
1
y
x 1
f y1 , v1
f x1 , u1 φ f Y1 , V1
X
Gambar 5.3 Transformasi Koordinat Lokal (x, y) ke Koordinat Global (X, Y)

di mana C dan S didefinisikan sebagai: C =φ cos ; S= sin φ (5.4)


Persamaan (5.3) dapat ditulis dalam bentuk simbolik, yaitu:
{ f n }lokal = [T ]{ f n }global (5.5)

Matriks transformasi ini merupakan matriks orthogonal yaitu: [T]-1 = [T]T (5.6)
Persamaan (5.5) dapat ditulis dalam bentuk invers,

{ f n }global = [T ]−1{ f n }lokal = [T ]T { f n }lokal (5.7)

Kita juga dapat mentransformasikan keenam derajat kebebasan pada sistem koordinat
lokal ke dalam sistem koodinat global:
{un }lokal = [T ]{un }global (5.8)
di mana matriks transformasi [T] sama seperti yang digunakan pada gaya nodal dan momen
lentur seperti pada Persamaan (5.3).
Substitusi Persamaan (5.5) untuk vektor { f n }lokal dan Persamaan (5.8) untuk vektor
{ f n } global ke dalam persamaan kekakuan (5.2b) dalam sistem koordinat lokal, dihasilkan:
[T ]{ f n } global = [ k ] [T ]{un } global (5.9)
dengan menggunakan sifat ortogonal matriks [T], dihasilkan:
{ f n }global [ k=
]global {un }global di mana : [ k ]global [T ] [ k ]lokal [T ]
T
= (5.10)

Produk [T ]T [k ]lokal [T ] disebut transformasi kongruen. Substitusi Persamaan (5.2a) untuk


matriks [k] dan Persamaan (5.3) untuk matriks [T] ke dalam Persamaan (5.10), akhirnya didapat
matriks kekakuan untuk elemen portal bidang dalam sistem koordinat global.

I. KATILI
Portal Bidang 215

5.3 PERSAMAAN KEKAKUAN


Persamaan kekakuan untuk elemen portal bidang yang mengarah pada sudut φ
berlawanan arah jarum jam dari sumbu x adalah sebagai berikut:
BNE
 f X1  f 
 fY  U1   X1 
f 1  V1   fY1 
 m1 
[ k ] Uθ1  −  f m1 
f
=f 
 X2  V 2   X 2 
 fY2   2   fY2 
 θ2   f m 
 f m2   2
di mana:
 EA 2 12 EI 2  EA 12 EI  6 EI EA 2 12 EI 2  EA 12 EI  6 EI 
 L C + 3 S  − 3  CS − S − C − 3 S − + 3  CS − S
 L  L L  L2 L L  L L  L2 
  EA 12 EI  EA 2 12 EI 2 6 EI  EA 12 EI  EA 2 12 EI 2 6 EI 
− 3  CS S + 3 C − + 3  CS − S − 3 C
  L
C C
L  L L L2  L L  L L L2 
 6 EI 6 EI 4 EI 6 EI 6 EI 2 EI 
 − 2 S C S − 2 C 
[ k ] =  EA L 12 EI L2
 EA 12 EI 
L
6 EI
L2
EA 2 12 EI 2
L
 EA 12 EI 
L 
6 EI 
− C2 − 3 S2 − + 3  CS S C + 3 S  −  CS S
 L L  L L  L2 L L  L L3  L2 
  EA 12 EI  EA 2 12 EI 2 6 EI  EA 12 EI  EA 2 12 EI 2 6 EI 
 − + 3  CS − S − 3 C − 2 C  − 3  CS S + 3 C − 2 C
 L L  L L L  L L  L L L 
 6 EI
− 2 S
6 EI
C
2 EI 6 EI
S
6 EI
− 2 C
4 EI 
 L L2 L L2 L L 
=
atau secara simbolik: { f n } global [ k ]global {un } global − { f n }BNE
global
(5.11)
Perlu dicatat bahwa matriks kekakuan elemen lokal (5.2) dan persamaan untuk matriks
kekakuan elemen global (5.11) juga simetris.

5.4 Persamaan untuk Gaya Internal N, T dan M.


Perhitungan gaya internal elemen pada nodal dapat dilakukan bila d.k. elemen sudah
diketahui, yaitu:
 EA EA 
− L 0 0
L
0 0 
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 1 
N  0 − − 0 − 2   N1 
GIE
L3 L2 L3 L   u1 
T   6 EI 4 EI 6 EI 2 EI   v1  T 
 1   0 0 − 2  1 
M1 = L2 L L L   θ1  +  M1 
 N   EA EA  u2  (5.12)
 2  − 0 0 0 0  v   N2 
 T2   L L  2   T2 
 M 2   0 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI  θ2 lokal  M 2 
− 3 − 0 − 2
 L L2 L3 L 
 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
 0 − 2 − −
L 
0
 L L L2

I. KATILI
216 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

atau dengan memasukan Persamaan (5.8) kedalam Persamaan (5.12) diperoleh:


 EA EA EA EA 
− L C −
L
S 0
L
C
L
S 0 
 12 EI 12 EI 6 EI 12 EI 12 EI 6 EI 
 N1   L3 S − 3 C − − 3 S C − 2   N1 
GIE
L L2 L L3 L   U1 
 T   6 EI 6 EI 4 EI 6 EI 6 EI 2 EI   V1  T 
 1   − 2 S C S − 2 C 
 M1 
1
M L2 L L2 L   θ1  +
 N 1  =  EAL
EA EA
L
EA  U  N 
 2  − C − S 0 C S 0  V 2   2
 T2   L L L L   θ2   T2 
 M 2   12 EI S 12 EI 6 EI 12 EI 12 EI 6 EI   2  global  M 2 
− 3 C − − 3 S C − 2
 L3 L L2 L L3 L 
 6 EI 6 EI 2 EI 6 EI 6 EI 4 EI 
 2 S − 2 C − − 2 S −
L 
C
 L L L L L2
(5.13)
Sebagai contoh, untuk beban merata - f o dalam arah y lokal:

 N1 
GIE
 0 
T  − 1 f o L 
 1   2 2
M  121 f o L 
 1 =
0 
(5.14)
 N2   1 
 T2   2 fo L 
 M 2   1 f o L2 
 12 
Untuk tipe pembebanan lainnya, Gaya Internal Ekuivalen (GIE) dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Pada nodal i gaya internal N, T dan M untuk setiap nilai positif atau negatif dan
pengaruhnya terhadap elemen diferensial dx adalah sebagai berikut:

Ni + Ni Ni _ Ni

dx dx

Ti + Ti Ti _ Ti
dx dx

Mi _ Mi
Mi
+ Mi

dx dx

Gambar 5.4 Pasangan Gaya internal N, T dan M untuk Setiap Nilai Positif dan Negatif pada Nodal i.

I. KATILI
Portal Bidang 217

5.5 APLIKASI PORTAL BIDANG


Metode penggabungan dan prosedur solusi untuk elemen portal bidang akan disajikan
berikut ini dengan beberapa contoh ilustrasi.

5.5.1 Pengabaian Deformasi Aksial.


Prosedur standar dengan komputer mengharuskan kita memperhitungkan deformasi
aksial dan lentur pada formulasi kekakuan elemen portal. Analisis struktur portal dengan metode
slope deflection dan momen distribusi mengabaikan deformasi aksial dalam perhitungannya.
Pengabaian regangan aksial pada metode tersebut berarti bahwa panjang elemen dalam hal ini
menjadi tidak berubah walau terdefleksi akibat beban. Asumsi panjang elemen tidak berubah
memiliki keuntungan, yaitu tentu saja pengurangan jumlah derajat kebebasan.
Kita juga dapat melakukan hal yang sama dengan metode elemen hingga dengan tujuan
melihat kesamaan dengan hasil yang diperoleh dengan metode slope deflection atau moment
distribution. Pada MEH, pengabaian regangan aksial pada elemen berarti pada sistem koordinat
lokal, u 1 = u 2 dan sebab itu keadaaan EA/L dapat diabaikan.
Hitung peralihan pada nodal 2 dari portal dengan join kaku yang ditunjukkan pada
Gambar 5.5, masing-masing elemen memiliki penampang dengan luas A dan momen inersia I.

1 M
Y
2

L
X 3

Gambar 5.5 Analisis Portal Bidang dengan Mengabaikan Deformasi Aksial.

Untuk solusi lengkap di mana deformasi aksial dan lentur diperhitungkan, maka kontribusi
kekakuan masing-masing elemen setelah kondisi batas Persamaan (5.11),
 EA 
 L 0 0 
 fX 2   U 
   12 EI 6 EI   2 
untuk elemen=1-2:  fY 2  0 
− 2  V2 
 f m 2   L3 L  θ 
 6 EI 4 EI   2 
 0 − L2 L 

12 EI 6 EI 
 L3 0
 f X 2   L2  U 
EA  2
untuk elemen 2-3:  fY 2  =  0 0   V2 
 f m 2   6 EI L  θ
4 EI   2 
 0
 L2 L 
Persamaan kekakuan struktur setelah kondisi batas adalah:

I. KATILI
218 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 EA 12 EI 6 EI 
 L + L3 0
L2 
 0   12 EI EA 6 EI  U 2 
= 0  0 + − 2   V2 
M   6 EI L3
6 EI
L
8
L   θ2 
EI
 − 2 
 L2 L L 
Jika digunakan parameter s, di mana s2 = AL2/I, solusi persamaan di atas adalah:
3 ML2 (12 + s 2 ) ML
U 2 =−V2 =− ; θ 2 =
4(3 + s 2 ) EI 8(3 + s 2 ) EI
2
Perlu diketahui bahwa s selalu nilai yang besar untuk elemen portal dengan rasio penampang
dan panjang yang umum dipakai. Untuk penampang melintang dengan tinggi h, sebagai contoh
A/I =12 h2 sehingga s2 = 12(L/h)2 dan biasanya L/h >10. Jadi, pada batas geometri ketika s2→ ∞,
ML
solusi lengkap memberikan: U 2 = V 2 → 0 dan θ2 =
8 EI
Jika kekakuan aksial EA sekarang diabaikan, solusi dapat diperoleh dengan menyatakan s = 0
ML2 ML
dan solusi memberikan: U= 2 V= 2 dan θ2 =
4 EI 2 EI
Perlu diketahui bahwa solusi eksak tidak diperoleh dari kedua cara di atas.
Bagaimanapun juga, solusi kedua jelas tidak realistis, memberikan nilai rotasi pada nodal 2
besarnya empat kali daripada solusi pertama yaitu kasus portal langsing. Hal ini terjadi di mana
kekakuan aksial telah dibuang sedangkan elemen tetap mempunyai kemungkinan memanjang.
Untuk mengakomodasi ciri dari elemen yang tidak dapat memanjang pada aplikasi
perhitungan nilai peralihan U 2 dan V 2 dinyatakan menjadi nol. Kemudian jumlah persaman
struktur di atas diubah dari tiga menjadi satu persamaan saja:
8 EI ML
M = θ2 atau θ=2
L 8 EI
Ini adalah nilai yang diperoleh bila digunakan cara slope deflection atau moment distribution.
Hitung peralihan struktur simpul kaku yang diperlihatkan pada Gambar 5.6a di mana E,
I dan A sama pada semua elemen. Untuk nilai numerik EA = 8×105 kN, EI = 4000 kNm2, L = 2m
dan P = 50 kN.
2L
P
1 2

Y L
3 2L

X 4

Gambar 5.6a Portal dengan Perbedaan Tinggi Kolom

I. KATILI
Portal Bidang 219

Portal dimodelisasi dengan elemen 1-3, 1-2, dan 2-4 yang matriks kekakuannya dapat dihasilkan
dengan menggunakan Persamaan (5.11).
 12 EI 
 L3 
 EA 
 f X1   0 simetris 
 fY   L  U1 
f 1 
6 EI
0
4 EI   V1 
 m1   2
L   θ1 
Elemen 1-3:  f  =  12LEI 6 EI 12 EI  U 3 
 X3
 − 3 0 − 2   V3 
 fY3   L L L3  θ 
 f m3   0 −
EA
0 0
EA  3 
 L L 
 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
 − 2
L 
0 0
 L2
L L

 EA 
 2L 
 3EI 
 f X1   0 simetris 
 U1 
3
 fY   2L
f  1  0
3EI 2 EI   V1 
 m1   2
L   θ1 
Elemen 1-2:  f  =  EA 2L
EA  U 2 
 X 2  − 0 0   
 fY2   2 L V
2L   θ2 
 f m2   3 EI
0 − 3 − 2
3 EI
0
3 EI  2 
 2L 2L 2 L3 
 3EI EI 3EI 2 EI 
 0 − 2
L 
0
 2 L2 L 2L
 3EI 
 2 L3 
 EA 
 f X2   0 simetris 
 fY   3EI
2L  U 2 
f  2  0
2 EI   V2 
 m2   2 L2 L   θ2 
Elemen 2-4:  f  =  3EI 3EI 3EI  U 4 
 X 4  − 3 0 − 2   V4 
 fY4   2 L 2L 2 L3  θ 
 f m4   EA EA   4
0 − 0 0
 L 2L 
 3EI EI 3EI 2 EI 
 − 2
L 
0 0
 2 L2 L 2L
Kondisi batas adalah U 3 = U 4 = 0 dan derajat kebebasan bebas adalah U 1 ,V 1 , θ 1 ,U 2 ,V 2 ,
θ 2 . Persamaan kekakuan struktur kemudian disusun dengan menggunakan prosedur superposisi
kekakuan, yaitu:

I. KATILI
220 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

12 EI EA 
 L3 + 2 L 
 EA 3EI 
 FX1   0 + 3 simetris 
 FY   6 EI L 2L  U1 
F  
1 3 EI 6 EI   V1 
 m1   2 2   θ1 
F  =  L
EA
2 L L
EA 3 EI  U 2 
 X2   − 0 0 + 3   V2 
 FY2   2L L 2L
  θ2 
 Fm2   0
3EI
− 3 − 2
3EI
0
3EI EA
+ 
 2L 2L 2 L3 2 L 
 3EI EI 3EI 3EI 4 EI 
0 −
 2 L2 L 2 L2 2 L2 L 
di mana untuk beban ditunjukkan pada Gambar 5.6a hanya F X1 = P tidak nol pada matriks
kolom dari beban. Dengan diketahui nilai numerik dari EA, EI, L, dan P persamaan ini dapat
diselesaikan untuk mendapatkan hasil, yaitu:
<U 1 V 1 θ 1 U 2 V 2 θ 2 > = < 13,477 m -0,028m 6,6015 rad 13,433 m 0,056 m 0,8840 rad >
10-3
Untuk menggambar diagram momen, diperlukan perhitungan gaya internal momen pada
nodal elemen. Ini dapat diperoleh dengan melakukan substitusi balik nilai nodal peralihan ke
dalam hubungan persamaan kekakuan elemen. Nilai momen pada sistem lokal adalah sama
dengan sistim global. Dengan menggunakan persamaan kekakuan elemen pada sistem global,
kita peroleh:
U1 
 6 4 6 2  V 1 
Untuk elemen 1-3:
M1
M3
= EI  L
6 { }
 2 0 − L − L2 0 − L   θ1 
− 2 0
2 6
0
4  U 3 
 
 L L L2 L   V3 
 θ3 
13, 477 
−0,028
= 4000 −1,5 =
M1
M3

 { }
1,5 0
0
− 2 −1,5 0 −1   66,015 
1 1,5 0 2   0  × 10
 0 
−3 28,048
−54, 454 kNm { }
 0 
 

=
Elemen 1-2 dan 2-4: { } {=
M1
M2 −16,613} kNm ; {M } {−18,381}
28,048 M 16,613 2
4
kNm

28,048 kN
−16, 613 kN

-54,454 kN

18,381 kN

I. KATILI
Portal Bidang 221

Gambar 5.6b Diagram M


Jika regangan aksial diabaikan, yaitu elemen yang diasumsikan tidak memanjang, ini
berarti: V 1 = V 2 = 0 dan U 1 = U 2 . Kondisi untuk V 1 dan V 2 dapat digunakan dengan cara biasa
dengan eliminasi baris dan kolom yang berhubungan dari matriks kekakuan struktur. Kondisi
U 1 =U 2 dapat diakomodasikan dengan mengambil U 1 sebagai yang tidak diketahui dan
penambahan sederhana koefisien pada kolom U 2 (kolom keempat dari matriks) ke kolom U 1
(kolom kesatu).
 12 6 
 L3 − 2 0 
L
 FX1   6 6 1 
 Fm1  − 2  U 
Cara=ini menghasilkan:   EI  L L L   θ 1 
F 1
 X2   3 0
3
− 2   θ2 
 Fm2   2L 3
2L 
 3 1 4 
 − 2 L2 L L 
Dua hal yang nampak dari persamaan ini:
1. Semua koefisien kekakuan adalah dalam koefisien EI dan tanpa EA.
2. Ada empat persamaan (empat komponen gaya) dengan tiga variabel anu (komponen tiga
peralihan). Untuk gaya FX1 dan FX 2 diketahui bahwa (lihat Gambar 5.6a): FX1 = P , FX 2 = 0 .
Dengan diabaikan regangan aksial, elemen 1-2 tidak mempunyai kemampuan untuk
memindahan gaya yang bekerja dinodal 1 ke nodal 2. Pertimbangan ini menyimpulkan
bahwa tidak penting jika beban horisontal P dibayangkan bekerja pada nodal 1 atau pada
nodal 2, atau menyebar antara dua nodal. Apa yang harus dilakukan pada kondisi ini adalah
bahwa: FX1 + FX 2 =P . Kondisi ini memberi wewenang kepada kita untuk menjumlahkan
baris ketiga dari persamaan di atas dengan baris pertama dan matriks kolom sebelah kiri
yang merupakan gaya luar, mempunyai hasil yang sama dengan P. Ini secara langsung
memberikan tiga persamaan dengan tiga yang tidak diketahui:
 27 6 3 
 2 L3 − L2 − 2 L2 
 FX + FX   P 
 1 2     6 6 1  U1 
 Fm1 =
  0 =
EI  − 2   θ1 
 Fm   0   L L L   θ2 
 2  − 3 1 4  
 L 2
L L 
solusi dari ketiga peralihan tersebut adalah:
U1 θ1 θ2 =0,13450 L 0,13158 0, 017544 PL2 / EI
untuk P = 50 kN, L = 2m, dan EI = 4000 kNm2. Hasilnya adalah:
U1= U 2 θ1 θ2 = 13, 450 m 6,5789 rad 0,8772 rad 10−3
dan hasil ini dapat dibandingkan dengan solusi yang memperhitungkan deformasi aksial. Momen
lentur pada perletakan dan nodal dapat dihitung dengan cara biasa. Besar momen pada nodal 1,
2, 3, dan 4 untuk solusi di atas adalah 28,070 ; 16,667 ; 54,386, dan 18,421 kNm, nilai ini hanya
berbeda tipis dari yang dihasilkan pada solusi dengan memperhitungkan deformasi aksial dan
hasil ini identik dengan metode slope deflection atau moment distribution.

I. KATILI
222 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

I. KATILI
222 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

5.5.2 Portal Bidang Bujur Sangkar Kaku.


Portal bidang bujur sangkar bekerja sepasang gaya P yang ditunjukkan dalam Gambar
5.7. Diasumsikan bahwa elemen-elemen portal bidang tidak dapat memanjang dan sudut-
sudutnya tetap (kaku). Carilah bentuk defleksi, diagram gaya geser, diagram momen lentur.

L L

2 3
L

-P 1 EI P

Gambar 5.7 Portal Bujur Sangkar yang Tidak Berdeformasi Aksial.

Karena portal bidang bujur sangkar adalah sebuah struktur yang simetri ganda, hanya
seperempat struktur saja kita modelkan dengan dua elemen 1-2 dan 2-3. Alasan bahwa kita
mengasumsikan elemen-elemen tersebut tidak berdeformasi aksial adalah untuk menghilangkan
derajat kebebasan aksial sehingga kita dapat mendapatkan contoh yang mudah untuk
mendemonstrasikan prosedur yang dibutuhkan. Untuk contoh kasus ini, dipakai asumsi bahwa
deformasi aksial diabaikan.
Kondisi batas untuk model dua elemen ditunjukkan dalam Gambar 5.7 adalah:
V1 = θ1 = U3 = θ3 = 0 akibat simetri
V 2 = U 2 = 0 akibat tidak dapat berdeformasi aksial.
Sebagai hasilnya, kita hanya perlu memformulasikan tiga persamaan kekakuan yang dirakit dari
kedua persaman kekakuan elemen yang didefinisikan dalam Persamaan (5.11). Sinus dan
cosinus arahnya adalah: untuk elemen 1-2: C = 0 dan S = 1, untuk elemen 2-3: C = 1 dan S = 0,
 12 6 
 P  L2 − 0 

 2 L
  EI  6 6  U1 
sehingga kita mendapatkan:  0  = − 4 + 4 −   θ2 
 0  L  L L  V 
   0 6 12   3 

 L L2 
 P
 60  − 
U1  L  72
3
 2  PL2 5 L 
solusinya adalah:  θ2  = tidak diperlukan  0  = − 6 (5.15)
288 EI  L  48 EI 3L 
V3   36  0 
  

Gaya geser transversal dan momen lentur dapat diperoleh dengan mensubstitusikan
peralihan titik nodal yang dihasilkan dan rotasi dalam persamaan kekakuan elemen (5.11).

I. KATILI
Portal Bidang 223

 6
 0 −   0 
 0
L  P 
0  −2 
 N1   6 EI  5 L 
 T1  − 2 tidak diperlukan 2  0  3PL 
M   L  PL  0 
2  
Untuk elemen =
1-2: N1  0 6=  + 48 EI  0   80 
 T2   L  0  P 
 M2   12 EI  6 − 
 2  L3 0     2 
 6 EI  − PL 
 2 4   8 
 L 

 0 0 
 6 EI 12 EI   0 
 − 2 
 N2  L L 3
 0   0 
 T2  tidak diperlukan 4 EI 6 EI
− 2

 0   PL 
M 2    PL2   − 
Untuk=  L = − 6
elemen 2-3: N  0
L
0  0   08 
 T3    48 EI   
0 
M 
3  6 EI
− 2
12 EI  
3L
  
 3  L L3   0  − PL 
 2 EI 6 EI   8 
 − 
L L 2

Kurva defleksi, gaya geser transversal, dan diagram momen lentur ditunjukan dalam Gambar
5.8.
Sangat penting untuk diingat bahwa gaya f X dan f X dalam elemen 2-3 diperoleh
2 3
harga nol, yang jelas-jelas seharusnya sama dengan -P/2 dan P/2.
Hal ini disebabkan oleh asumsi tanpa deformasi aksial bahwa U 2 = 0. Marilah kita abaikan
kondisi tanpa deformasi aksial tersebut.

-PL/8
θ2

θ2 V3 -P/2 3PL/8

U1 Titik belok
P/2

Kurva defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.8 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.7.

I. KATILI
224 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

5.5.3 Portal Bidang Bujur Sangkar Elastis.


Jika elemen-elemen dalam portal bidang bujur sangkar yang ditunjukkan dalam Gambar
5.7 diasumsikan dapat memanjang. Kita punya satu derajat kebebasan tambahan (U 2 ≠ 0)
sebagai tambahan terhadap yang kita peroleh dalam contoh 1 portal bidang.
Sehingga kita mempunyai 4 set persamaan kekakuan:
 12 12 6 
 L2 − 2 − 0 
 P L L
−  12 12 A 6  U 
 2  EI  2 − 2
+ 0  U 1 
 0  =  L L I L  2
6 6 6   θ2 
 0  L − 8 −  
 0   L L L   V3 
 6 12 
 0 0 − − 2
L L 
Dengan menggunakan metode partisi dan substitusi yang dijabarkan dalam Persamaan
(3.42) sampai (3.46), kita memperoleh:
 P  24 EI  1 −1 
{}
θ2
V3
= { }
3  2 −2  U1
5 L  L − L  U 2
dan: −
 2
 0 
=
5 L

{ }
3  −1 1 +


24 I 
U
5 AL2  1
U2

 PL 5 PL3 
 5 AL2   P  −
{ }

=
U1 L
= 1 + 1 −   2 EA 48 EI 
Solusinya adalah: 24 I  2  
U2 EA  1  0  
PL 
 1 −
 2 EA 

dan: {} θ2
V3
= − {}
PL2 6
48 EI 3L
(5.16)

Solusi untuk θ 2 dan V 3 adalah sama seperti yang diperoleh dalam kasus tanpa perpanjangan kaku
(Persamaan (5.15)). Solusi untuk U 1 dan U 2 adalah bagaimanapun berbeda. Tampak bahwa
ketika efek kekakuan aksial EA diperhitungkan dalam matriks kekakuan elemen 2-3 dengan
memasukkan U 2 ≠ 0, skala peralihan U 1 dan U 2 bertambah sebesar PL/2EA.
Ketika harga baru untuk peralihan dan rotasi disubtitusikan ke dalam kedua persamaan
gaya internal elemen, kita mendapatkan:
 0   P 
 P   2 
 −   
 N1   2   N2   0 
 T1   3PL   T2   PL 
 M1   8   M  − 
=  N  =  dan  2   8 
0 N P
 2    3  
T
  − 
2 P  T3   2 
M 2   2  M3   0 
 PL   PL 
− 8  − 8 
Jika dibandingkan dengan hasil yang didapat dalam kasus tanpa perpanjangan pada elemen 2-3
diperoleh, N 2 dan N 3 sekarang memiliki harga P/2 dan P/2, sebagai ganti dari nilai nol. Dengan
demikian gaya aksial untuk masalah ini tidak terabaikan.

I. KATILI
Portal Bidang 225

5.5.4 Portal Bidang Z yang Antisimetri.


Gambar 5.9 menunjukkan portal bidang Z yang antisimetri yang dibebani beban terpusat
-P pada join 2 dan 3. Semua elemen mempunyai panjang elemen yang sama yaitu L, kekakuan
aksial EA, dan kekakuan lentur EI. Hal itu dibutuhkan untuk memperoleh bentuk defleksi dan
diagram gaya geser transversal dan diagram momen lentur dengan menggunakan tiga elemen
portal bidang.

-P
L
1
2

L
4
3
L
-P

Gambar 5.9 Portal Z Antisimetris.

Kondisi jepit pada titik 1 dan 4 menunjukkan bahwa: U 1 = V 1 = θ 1 = U 4 = V 4 = θ 4 = 0


kita akan memperoleh enam persamaan kekakuan:
 EA 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 L + L3 0
L2

L3
0
L2 
 EA 12 EI 6 EI EA 
 0 + 3 − 2 0 − 0 
0   L L L L  U 2 
− P   6 EI 6 EI 8EI 6 EI 2 EI   V2 
 0   − 2 −  
L   θ2 
0
L2 L L L2
 0 = 12 EI 6 EI EA 12 EI 6 EI U 
   − 0 − 2 + 3 0 − 2  3

  P L3 L L L L   V3 
 
0  EA EA 12 EI 6 EI   θ3 
 0 − 0 0 + 3 
 L L L L2 
 6 EI 0
2 EI

6 EI 6 EI 8EI 
 L2 L L2 L2 L 
Ini adalah masalah portal bidang antisimetri dengan sepasang beban yang bekerja
sepanjang sumbu antisimetri. Peralihan dan rotasi harus mengikuti hubungan:
U 2 = -U 3 ; V2 = V3 ; θ 2 = -θ 3
Kondisi antisimetri tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi kolom ke-4 dari kolom
pertama, menambahkan dengan kolom kelima ke dalam kolom kedua, dan mengurangi kolom
keenam dari kolom ketiga dalam matrik kekakuan di atas:

I. KATILI
226 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 EA 24 EI 
 L + L3 0 0 
 12 EI 6 EI 
 0 − 2 
 0  L3 L 
− P   12 EI 6 EI 6 EI 
 0  − 2 U 2 
2
 0  =  EA L 24 EI L L   V 
 2
  − − 3 0 0   θ2 
− P   L L 
 0  12 EI 6 EI 
0 − 2
 L3 L 
 12 EI 6 EI 6 EI 
 − 
 L2 L2 L 
Persamaan pertama atau keempat memberikan: U 2 = 0
Persamaan ke-2 dan ke-3 (atau ke-5 dan ke-6) memberikan hasil yang sama:

{ }
U2
θ2
= { }
PL3 −1
6 EI −1/ L
Tampak bahwa kekakuan aksial EA tidak muncul dalam solusi. Jelas bahwa kekakuan
aksial dapat diabaikan sejak awal pembentukan formula. Hal ini mengacu pada fakta bahwa
ketiga elemennya hanya memikul momen lentur dan gaya geser transversal, tidak ada gaya
aksial. Bentuk defleksi ditunjukkan dalam Gambar 5.10. Gaya-gaya dan momen untuk elemen 1-
2 diperoleh dengan mengalikan masing-masing matrik kekakuannya dengan keenam derajat
kebebasan nodal.
 N1   0 
 T1   −1 
 M1   2L / 3
N  = P 0 
 2  
 T2   1 
M 2   − L / 3
Karena antisimetris, gaya geser transversal dan momen lentur untuk elemen 1-2 sudah cukup
untuk menggambar diagram geser transversal dan momen lentur untuk seluruh portal bidang
seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.10.

V2
2PL/3
Titik belok
θ2 Diagram T Diagram M
PL/3
P
V3
θ3 2PL/3

Gambar 5.10 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.9.

I. KATILI
Portal Bidang 227

5.5.5 Bujur Sangkar Kaku yang Diperkuat dengan Rangka.


Gambar 5.11 menunjukkan portal bidang bujur sangkar kaku yang diperkuat dengan
empat elemen rangka di mana ujung-ujung elemen rangka tersebut dihubungkan ke portal
dengan sendi. Portal bidang bujur sangkar tersebut mempunyai kekakuan lentur yang konstan
yaitu EI. Untuk kemudahan solusi, semua elemen rangka diasumsikan mempunyai kekakuan
aksial dengan EA=12√2EI/L2 .
Portal bidang tersebut dibebani dengan sepasang beban terpusat P. Carilah bentuk
defleksi dan diagram gaya geser transversal & diagram momen lentur serta gaya aksial pada
elemen rangka.
Karena simetri, hanya seperempatnya saja yang dibutuhkan untuk analisa. Seperempat
struktur mengandung dua elemen portal, 1-2 dan 2-3, dan satu elemen rangka, 1-3, seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 5.11. Kondisi batas untuk seperempat struktur tersebut adalah:
V1 = θ1 = U3 = θ3 = 0 karena simetri
U2 = V2 = 0 karena deformasi aksial diabaikan.

L L
2

3
L
-P 1 P
L

Gambar 5.11 Portal Bujur Sangkar Tak Berdeformasi Aksial Diperkaku dengan Rangka Batang.

Sebagai hasilnya kita hanya perlu merakit tiga persamaan kekakuan untuk kedua elemen portal
dan dua persamaan kekakuan untuk elemen rangka. Untuk dua sistem elemen portal:
 12 6 
 L2 − L 0 
 FX 1  EI  6 6  U1 
 0 = − 8 −   θ2  (5.17)
L  L L  V3 
 FY 3   
 0 − 6 12 
 L L2 
Untuk kedua elemen rangka dengan panjang √2L dan kekakuan aksial 12√2EI/L2, dari
Persamaan (3.27) kita peroleh:

= { }
FX 1
FY 3  1
2 L  − 2
{}
1 V
2 3
{}
EA  12 − 12  U1 6 EI  1 −1 U1
=
L3  −1 1 V3
(5.18)

P
Karena simetri, kondisi pembebanan untuk seperempat struktur adalah: F X1 = −
2
Persamaan kekakuan keseluruhan yang didapatkan dengan superposisi Persamaan (5.17) dan
(5.18).

I. KATILI
228 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 18 6 
 P  2 − 0 
− 2  L
L U 1 
  EI  6 6   
 0 = − 8 − θ 2 
 0  L  L L  
   6 12  V3 
   0 − 
 L L2 
 P
U1  108  −  9 L 
  L3 144  2  PL2  
Solusinya adalah: θ
 2 =  tidak diperlukan   0  = − 12 
V  576 EI  L  0  96 EI  
 3  84   7 L 
 
Kurva defleksi untuk struktur ditunjukkan dalam Gambar 5.12. Gaya geser dalam dan momen
lentur diperoleh dengan substitusi hasil peralihan dan rotasi ke dalam kedua persamaan
kekakuan elemen.
θ2 -PL/16 P/8
PL/16

-5PL/16
V3
5PL/16

-
-3PL/16 3P/8 -3P/8
U1
-3P/8 3P/8
3PL/16
Titik belok
P/8

-P/8
Kurva Defleksi Diagram M Diagram T

Gambar 5.12 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.11.

 N1  0  N2   0 
 T1  −
 6  T2   −2 
 M1  P  5L  M 2  P  − L 
= N  = 0 dan N   0 
T 2 16  −6   T 3  16  −2 
 M2  − L   M3  −3L 
 2    3  
Diagram gaya geser transversal dan momen lentur diplot dalam Gambar 5.12.
Gaya aksial pada elemen rangka diperoleh dengan menggunakan Persamaan (3.34):

=N13 =
EA
L 2
cos 450 sin 450
PL3 9 P 2
96 EI −7 8 { } tarik

Pada diagram geser transversal kita dapat melihat bahwa di sana terdapat lompatan 3P/4 dan
bukan P pada nodal 1. Selisih lompatan gaya ini sama besarnya dengan gaya yang diserap oleh
kedua elemen rangka, yaitu sebesar P/4. Pada nodal 3 juga terdapat lompatan gaya sebesar P/4
karena besaran ini terserap oleh kedua elemen rangka.

I. KATILI
Portal Bidang 229

5.5.6 Portal Bidang dengan Kolom Miring.


Gambar 5.13 menunjukkan sebuah portal dengan kolom-kolom bersudut 45°. Ketiga
elemennya mempunyai panjang yang sama yaitu L, kekakuan aksial EA, dan kekakuan lentur EI.
Beban horisontal P dikerjakan pada nodal 2. Mari kita cari bentuk defleksi dan diagram gaya
geser transversal serta diagram momen lenturnya

P= 20 kN 2 3 E= 2,1 × 105 kN/m2


A = 0,4 m × 0,8 m =0,32 m2
I = 0,171 × 10-1 m4
L=5m
1 450 450 4
L L
2 L 2

Gambar 5.13 Portal dengan Kolom Miring.

Tiga elemen portal digunakan untuk memodelkan struktur. Sinus dan cosinus arah dari
1 1 1 1
elemen 1-2: C = ; S= , elemen 2-3: C=1 ; S = 0, elemen 3-4: C = ; S= −
2 2 2 2
Kondisi jepit pada dasar struktur menunjukkan bahwa: U 1 = V 1 = θ 1 = U 4 = V 4 = θ 4 = 0
Kita mempunyai total enam persamaan kekakuan untuk sistem tiga elemen:
 3EA 6 EI 
 2 L + L3 
 EA 6 EI EA 18 EI 
 − 3 + 3 simetris 
 FX 2 = 0, 5 P   2 L L 2L L  U 2 
 FY = 0   3EI 2 6 EI − 3EI 2 8EI  V 
 2    2 
 Fm2 = 0   L 2
L 2 L   θ2 
 F = 0, 5 P  =
  −  U 3 
EA 3 EA 6 EI
 X3 0 0 + 3
 FY3 = 0   L 2L L   V3 
 Fm = 0    θ 
 3 
12 EI 6 EI EA 6 EI EA 18 EI
 3   0 − 3 − 2 − + 3 + 3
 L L 2L L 2L L 
 6 EI 2 EI 3EI 2 3EI 2 − 6 EI 8 EI 
 0 
 L2 L L2 L2 L 

Karena kasus ini adalah portal simetris dan bebannya tegak lurus pada sumbu simetri,
diharapkan bahwa bentuk defleksi akan antisimetri seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
5.14. Peralihan dan rotasi pada nodal 2 dan 3 dapat dihubungkan seperti di bawah ini:
U2 = U3 ; V 2 = -V 3 ; θ2 = θ3
Tiga kondisi antisimetri diterapkan dengan menjumlahkan kolom keempat dengan kolom
pertama, mengurangi kolom kelima dari kolom kedua, dan menambahkan kolom keenam ke
kolom ketiga, dalam matriks kekakuan di atas.

I. KATILI
230 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 EA 6 EI EA 6 EI 3EI 2 
 + 3 − 
 2L L 2 L L3 L2 
 EA 6 EI EA 30 EI 12 EI − 3EI 2 
− + 3
 FX 2   2 L L3 2L L L2 
 0   3EI 2 12 EI − 3EI 2

   U 
10 EI

 0   L2 L2 L  2
F  =    V2  (5.19a)
 X 3   EA + 6 EI EA 6 EI

3EI 2
  θ2 
 0   2L L3 2 L L3 L 2

 0   EA 6 EI EA 30 EI 3EI 2 − 12 EI 
− + 3 − − 3 
 2L L 2L L L2 
 3EI 2 12 EI − 3EI 2 10 EI 
 
 L2 L2 L 
Tampak dalam Persamaan (5.19a) bahwa tiga persamaan pertama dan tiga persamaan kedua
adalah identik yang menunjukkan bahwa dua gaya horisontal pada nodal 2 dan 3 adalah sama,
yaitu: FX 2 = FX 3 . Untuk memenuhi syarat ini, kita pecah beban P menjadi: F X 2 = F X 3 = P / 2

0,5P   6892,368 6547,632 609, 413


 0   6547,632 7581,84 1114, 267 
 0   609, 413 U 
1114, 267 7182   2 
0,5P  =  6892,368   V2  (5.19b)
 
6547,632 609, 413
 θ 
 0   −6547,632 −7581,84 −1114, 267   2 
 0   609, 413 1114, 267 7182 

U3
U2 θ3 -4,078
-10,575

V3
V2
4,228 9,819
θ2 10,575
-4,078
Kurva Defleksi 9,819
Diagram T Diagram M

Gambar 5.14 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.13.

Pemecahan beban P ini membuat kondisi pembebanan antisimetris, yang tidak mengubah soal.
Mari kita ambil tiga persamaan pertama dalam Persamaan (5.19b) untuk mendapatkan
solusinya. Dengan menggunakan metode invers mendapatkan solusi:
−2
U 2   0,819 × 10 
   −2 
 V2  = −0, 713 × 10  (5.20)
 θ2   0, 412 × 10−3 
 
Karena ini adalah masalah antisimetris, hasil yang diperoleh dari Persamaan (5.20)
sudah memadai untuk kita memplot kurva defleksi yang ditunjukkan pada Gambar 5.14.

I. KATILI
Portal Bidang 231

Dengan mensubstitusi hasil yang didapat untuk peralihan nodal dan rotasi ke dalam
persamaan kekakuan untuk elemen 1-2 dan 2-3, kita mendapatkan gaya internal elemen. Untuk
1 1
elemen 1-2 dengan C = dan S = , kita memperoleh:
2 2

 EA EA 
 L C L
S 0 
 12 EI 12 EI 6 EI 
 N1   − L3 S L3
C − 2 
L 
 T   6 EI 6 EI 2 EI 
 1   2 S − 2 C U 2 
M
 1  =  EA L L L  V 
EA  2
 N2   C S 0  θ2 
 T2   L L 
 M 2   − 12 EI S 12 EI
C
6 EI
− 2 
 L3 L3 L  (5.21)
 6 EI 6 EI 4 EI 
− 2 S C −
L 
 L L2

 9503,515 9503,515 0   10,073


 −243,765 243,765 −861,84   0,819 × 10−2   −4,09 
 609, 413 −609, 413 1436, 4     9,928
=   −0,713 × 10−2  =
 10,073
9503,515 9503,515 0
   0, 412 × 10−3   
 −243,765 243,765 −861,84     −4,09 
 −609, 413 609, 413 −2872,8 −10, 483

Untuk elemen 2-3 dengan C = 1 dan S = 0:


 EA EA 
− L 0 0
L
0 0 
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 0 − 3 − 2 0 − 2 
 N2   L L L3 L  U 2 
 T2   6 EI 4 EI 6 EI 2 EI   V2 
0 − 2
 M 2  
0
= L 2
L L L   θ2 
 N   EA EA  U 
 3  − 0 0 0 0   V3 
 T3   L L  3 
 M 3   12 EI 6 EI 12 EI 6 EI   θ3 
0 − 3 − 2 0 − 2
 L L L3 L 
 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
 0 − 2 − −
L 
0
 L L L2
−2
 N 2   −13440 0 0 13440 0 0   0,819 × 10   0
 −2 
 T2   0 −344,736 −861,84 0 344,736 −861,84  −0,713 × 10   4, 206 
 M   0 861,84 2872,8 0 −861,84 1436, 4   0, 412 × 10−3  −10,514 
 N 2  =  −13440 0 0 13440 0 0   0,819 × 10−2  
=
0
 3     
 T3   0 −334,736 −861,84 0 344,736 −861,84   0,713 × 10−2   4, 206 
 M 3   0 −861,84 −1436, 4 0 861,84 −2872,8  0, 412 × 10−3   10,514 
 
(5.22)

I. KATILI
232 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

1 1
Untuk elemen 3-4 dengan C = dan S = − :
2 2
 EA EA 
− L C −
L
S 0 
 12 EI 12 EI 6 EI 
 3 S − 3 C − 2 
 N3   L L L   −9503, 515 9503, 515 0
 T3   6 EI 6 EI 4 EI   −243, 765 −243, 765 −861,84   0,819 × 10−2 
 M   − 2 S C U 3 
L  V   609, 413 609, 413 2872,8  
 3  = L L2 0, 713 × 10−2 
EA EA  3
  −9503, 515 9503, 515 0 
 N4   − − 0   θ3    − 
−243, 765 −861,84  0, 412 × 10 
C S 3
 T4   L L   −243, 765
 M 4   12 EI S − 12 EI C − 6 EI   −609, 413 −609, 413 −1436, 4 
 L3 L3 L2 
 6 EI 6 EI 2 EI 
 2 S − 2 C − 
 L L L 
−10, 073
 −4, 09 
 10, 52 
=
−10, 073
(5.23)
 
 −4, 09 
 −9, 928

Untuk masalah portal bidang seperti ini, efek peralihan aksial pada elemen-elemen
sangat sedikit terhadap defleksinya. Maka kita dapat asumsikan bahwa elemen 1-2 adalah tidak
berdeformasi aksial. Karena nodal 2 berdefleksi dengan sudut 45° terhadap garis horisontal atau
tegak lurus sumbu elemen 1-2, maka V 2 = - U 2 . Berdasarkan asumsi tersebut, kita dapat
mereduksi dan memodifikasi persamaan kekakuan struktur (5.19b) dengan cara mengalikan
kolom 2 dengan minus dan menjumlahkannya dengan kolom satu, sehingga menjadi:
0,5P   6892,368 6547,632 609, 413  344,736 609, 413
 0   6547,632 7581,84 1114, 267   −1034, 208 1114, 267 
U 2  
 0   609, 413 1114, 267 7182   −504,854 7182  U 2 
0,5P  =  6892,368 6547,632  V2 = −U 2  =  
609, 413  θ2 
   
609, 413 344,736
 θ2
 0   −6547,632 −7581,84 −1114, 267   1034, 208 −1114, 267 
 0   609, 413 1114, 267 7182   −504,854 7182 
Kemudian mengalikan baris dua dengan minus dan menjumlahkannya dengan baris pertama,
sehingga menjadi:
0,5P   1378,944 −504,854 
 0   −504,854 7182  U 2 
0,5P  =  1378,944 −504,854   θ 
    2 
 0   −504,854 7182 
Dari dua persamaan pertama atau kedua, diperoleh:

{ }
0,5 P  1378,944 −504,854  U 2 
0
=
 −504,854 7182   θ2 

Dari hasil invers diperoleh: { }


U 2 0 ,744 × 10−2 
θ2
= −3 
 0 ,523 × 10 

I. KATILI
Portal Bidang 233

 −2 
U 2   0 ,744 × 10−2 
 V2  −0 ,744 × 10 
 θ   0 ,523 × 10−3 
Secara lengkap, peralihan dk tidak nol adalah:  2  =  −2  (5.24)
 3   0 ,744 × 10−2 
U
 V3   0 ,744 × 10 
 θ3   0 ,523 × 10−3 
 
Gaya internal dimana deformasi aksial diabaikan adalah:
Untuk elemen 1-2,:
 EA EA 
 L C L
S 0 
 12 EI 12 EI 6 EI 

 N1   L3 − S C − 
L3 L2   0
 T   6 EI 6 EI 2 EI   0,744 × 10−2   −4,078
 1   2 S − 2 C  9,819 
M L L = L  −0,744 × 10−2 
 1   EA EA    0
(5.25)
 N2   C S 0   0,523 × 10−3   
 T2   L L   −4,078
 M 2   − 12 EI S 12 EI C − 6 EI  −10,575
 L3 L3 L2 
 6 EI 6 EI 4 EI 
− 2 S C −
L 
 L L2
Untuk elemen 2-3:
−2
 N 2   −13440 0 0 13440 0 0   0,744 × 10   0
 −2 
 T2   0 −344,736 −861,84 0 344,736 −861,84  −0,744 × 10   4, 228
 M   0 861,84 2872,8 0 −861,84 1436, 4   0,523 × 10−3  −10,575
 N 2  =  −13440 0 0 13440 0 0   0,744 × 10−2  
=
0
 3     
 T3   0 −334,736 −861,84 0 344,736 −861,84   0,744 × 10   4, 228
−2

 M 3   0 −861,84 −1436, 4 0 861,84 −2872,8  0,523 × 10−3   10,575


 
(5.26)
 N3   −9503,515 9503,515 0  0
 T3   −243,765 −243,765 −861,84   −2   −4,078 
   609, 413 609, 413 0,744 × 10
2872,8    10,575
Untuk elemen 3-4:  M 3  
=  −0,744 × 10−2  = 
−9503,515 9503,515 0  0
 N4     0,523 × 10−3   
 T4   −243,765 −243,765 −861,84    −4,078
 M 4   −609, 413 −609, 413 −1436, 4   −9,819 
Berdasarkan pada Persamaan (5.25), (5.26) dan (5.23), kita dapat memplot diagram gaya geser
transversal dan momen lentur seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.14. Perlu diingat bahwa
dalam masalah ini, kolom-kolom miring tidak tegak lurus terhadap beban. Karenanya, kolom-
kolom ini mengalami beban transversal di samping beban aksial.
Untuk mentransmisikan beban aksial, kekakuan aksial EA harus diikutsertakan dalam
matriks kekakuan seperti yang telah kita lakukan dalam soal ini. Jika EA tidak diikutsertakan,
solusi yang dihasilkan akan salah. Sebagai contoh, peralihan V 2 yang seharusnya turun dalam
Persamaan (5.20) akan menjadi positif jika A/I bernilai nol.

I. KATILI
234 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

5.5.7 Portal Dua Lantai yang Dibebani Beban Terbagi Merata.


Gambar 5.15 memperlihatkan sebuah portal dua lantai yang dibebani beban terbagi
merata –f o pada lantai kedua. Panjang dan kekakuan lentur dapat dilihat dalam gambar tersebut.
Ingin didapatkan bentuk defleksi dan diagram gaya geser dan momen lentur dengan
menggunakan enam elemen portal.
-fo / m’

3 12EI 4

EI EI L

2 12EI 5

EI EI L

1 6
2L

Gambar 5.15 Portal Dua Lantai yang Dibebani Beban Terbagi Merata pada Lantai Kedua.

Telah ditunjukkan dalam Subbab 4.8.1 bahwa beban kerja ekuivalen yang terkonsentrasi
pada nodal dapat diperoleh untuk menggantikan beban terbagi merata -f o . Menggunakan Tabel
4.2 untuk beban nodal ekuivalen, kita mendapatkan untuk elemen 3-4:
BNE
 1
 6
BNE
− L 
− L   1
BNE
 f y3 
 fm  f o L  −1 
2  − 
2 
=
f 3 =   f L  13  (5.27)
12 − 6 
o
 y4  − 
 f m4   L  L
 1   1
 3 
di mana panjang elemen tersebut adalah 2L. Kondisi batas: U 1 = V 1 = θ 1 = U 6 = V 6 = θ 6 = 0.
Asumsi tidak berdeformasi aksial tidak akan mengubah solusi tetapi akan
menyederhanakan matriks kekakuan. Untuk model enam elemen yang diperlihatkan dapat
Gambar 5.15, kita memiliki kondisi peralihan berikut ini:
U2 = V2 = U3 = V3 = U4 = V4 = U5 = V5 = 0
Kita telah membuat empat persamaan kekakuan:
ENL
 0 
 Fm2 = 0   4 + 4 + 24 2 0 12  θ2   f o L2 

 Fm3 = 0 

EI  2 4 + 24 12 0   θ3  − 3 
= F 0  0 12 24 + 4 2  θ  −  2 
(5.28)
 m4  L    4   fo L 
4 + 4 + 24  θ5   3 
 Fm5 = 0   12 0 2
 0 

I. KATILI
Portal Bidang 235

Tercatat bahwa karena asumsi diabaikannya deformasi aksial, gaya f y3 dan f y4 yang ada dalam
Persamaan (5.27) tidak diperlukan dalam formulasi (5.28). Untuk memaksakan kondisi simetris
yaitu: θ 2 = -θ 5 dan θ 3 = -θ 4 . Kita tinggal mengurangkan kolom pertama dengan keempat dan
kolom kedua dengan ketiga dalam matriks kekakuan dalam Persamaan (5.28):
 0 
 f L2   20 2
− o 
 3  EI  2 16  θ2 
 2 
=  −2 −16   θ 
 fo L  L   3
 3   −20 − 2 
 0 
Dua persamaan pertama (atau terakhir) akan menghasilkan solusi:
θ 2 
θ  = { }
f o L3
 3  474 EI −
1
10
(5.29)

Gaya-gaya internal geser transversal dan momen lentur diperoleh dengan


mensubstitusikan solusi untuk rotasi dan peralihan nol ke dalam Persamaan 5.13 untuk masing-
masing elemen 1-2, 2-3, 2-5, dan 3-4.
 N1   0   N2   0 
 T1   −3   T2   27 
 M1  f o L  L   M 2  f o L −8 L 
= N  =  0  ; N   0  (5.30a)
 2  237    3  237  
 T2   −3   T3   27 
 2
M  −2 L   3
M 19 L 
 0
 N2   
0  N3   −1
 T2  0   T3  19 L 
 M 2  2 f o L2 1  M   
=N  = 0  ;  N 3  f o L  2370  (5.30b)
 5 79    4  
T
 5 0
   T4   1
M 5  1  M 4  19 L 
 237 
Sampai pada bagian ini harus diingat bahwa elemen 3-4 dibebani oleh beban terbagi
rata. Momen lentur M 3 dan M 4 diperoleh dalam Persamaan (5.30b) untuk elemen 3-4 harus
dijumlahkan dengan Gaya Internal Ekuivalen yang ditimbulkan oleh beban terbagi rata.
Karena simetris, gaya-gaya geser transversal dan momen-momen lentur yang diperoleh
dari Persamaan (5.30) adalah cukup untuk kita untuk menggambarkan diagram gaya geser dan
momen untuk seluruh portal seperti diperlihatkan dari Gambar 5.17. Akibat deformasi aksial
yang diabaikan, gaya-gaya aksial tidak diperoleh dalam Persamaan (5.30). Jelas bahwa kolom 1-
3 dan 4-6 mengalami gaya tekan aksial f o L. Balok 2-5 mengalami gaya tarik aksial 10f o L/79 dan
balok 3-4 berada di bawah gaya tekan aksial 9f o L/79. Kedua nilai ini diperoleh dari lompatan
gaya geser transversal pada nodal 2 dan 3.

I. KATILI
236 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

20 f o L2
-fo 19 f o L2
20 f o L2 f o L2 f o L2 19 f o L2
79 79 3 237 237
3
3 4 -fo
+ =
θ3 θ4 θ4

Gambar 5.16 Superposisi Beban Nodal Ekuivalen

θ3
fo L
19 f o L2
237

Titik belok 9 fo L/79


- fo L 2 f o L2
79

- fo L/79 8 f o L2
θ2 - 237
2 f o L2
f o L2 - 237
Diagram T 237
Kurva Defleksi Diagram M

Gambar 5.17 Bentuk Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal pada Gambar 5.15.
Catatan:
− Seperti halnya Bab 3 dan 4, prosedur formulasi dan solusi yang diilustrasikan pada bab ini
berdasarkan pada metoda elemen hingga. Metoda ini menghitung peralihan dan rotasi
terlebih dahulu, yang kemudian digunakan untuk menghitung gaya-gaya dan momen-
momen lentur pada tiap nodal.
− Karena peralihan dan rotasi nol menghasilkan reduksi dan penyederhanaan dari matriks
kekakuan, metode ini cukup menguntungkan untuk struktur dengan jumlah pengekangan
yang banyak.
− Prosedur formulasi dan solusi secara sistematik diperlihatkan sehingga dapat langsung
digunakan pada program komputer.
− Dengan pengaturan khusus, formulasi kekakuan untuk elemen portal dapat direduksi
menjadi bentuk yang sama seperti persamaan slope-deflection konvensional.

I. KATILI
Portal Bidang 237

5.6 BERBAGAI PROBLEM PORTAL BIDANG

Portal Bidang 1:

3
L
-M
1 4
2

L
5

L L

Gambar 5.18 Portal Bidang 1 dengan Simetri Dua Sumbu dengan Momen Terpusat

Kondisi batas: U 2 = U 3 = U 4 = U 5 = V 2 = V 3 = V 4 = V 5 = θ 2 = θ 3 = θ 4 = θ 5 = 0
Kondisi simetri: U 1 = V 1 = 0
maka persamaan kekakuan dapat dinyatakan:
EI −ML
M
-= ( 4 + 4 + 4 + 4 ) θ1 ; = θ1
L 16 EI
Gaya internal elemen, yaitu:
 0 
 6 EI 
 N1   − L2   0 
 T   4 EI  3M / 8 L 
 1   
 -M / 4 
Elemen 1-2:  1  = L  {θ1 =−ML /16 EI } =
M
 0  0 
 N2    
3M / 8L 

 T2   − 6 EI 
 M 2   L 
2  M/8 
− 2 EI 
 L 
 0 
 6 EI 
 N1   − L2   0 
 T   4 EI  3M / 8 L 
 
 M1   L   -M / 4 
1
Elemen 1-3:   =
 0 
{θ1 =−ML /16 EI } =
0 
 N3    
3M / 8L 

 T3   − 6 EI 
 M 3   L2   M/8 
− 2 EI 
 L 

I. KATILI
238 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 0 
 6 EI 
 N1   − L2   0 
 T   4 EI  3M / 8 L 
 1   
 -M / 4 
Elemen 1-4:  1  = L  {θ1 =−ML /16 EI } =
M
N  0  0 
 4   
3M / 8 L 

 T4   − 6 EI 
 M 4   L2   M/8 
 − 2 EI 
 L 
 0 
 6 EI 
 N1   − L2   0 
 T   4 EI  3M / 8 L 
 1   
 -M / 4 
Elemen 1-5:  1  = L  {θ1 =−ML /16 EI } =
M
N  0  0 
 5   
3M / 8L 

 T5   − 6 EI 
 M 5   L2   M/8 
 − 2 EI 
 L 

M/8

θ1 3M 3M
8L -M/4 M/8
8L
θ1 -M/4
θ1 -M/4
3M M/8 -M/4
θ1 8L
3M
8L

M/8
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.19 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 1.

I. KATILI
Portal Bidang 239

Portal 2:

L 2 L

P P
1 3
θ1 = 0 θ3 = 0
R R

Gambar 5.20 Portal Bidang 2 dengan Perletakan Rol Miring dan Beban Terpusat.

Kondisi perletakan: θ 1 = θ 3 = 0
Kondisi simetri: U 2 = θ 2 = 0 ; U 1 = - U 3 ; V 1 = V 3
Persamaan kekakuan elemen dalam sistim koordinat global setelah kondisi batas:

 EA + 6 EI EA − 6 EI − EA + 6 EI 
 f X   2L L3 2 L L3 2L L3 
 1  

EA − EI
6 EA + 6 EI − EA − 6 EI
 Y 
f 2 L L3 2L L3 2 L L3 
   
− 3 22EI  U1 
1
3 2 EI 3 2 EI
 f m1   − L2 L  V 
Elemen 1-2:  =  L2
f  EA − 6 EI   1 
 X 2   − 2L − 3
EA 6 EI − EA + 6 EI
f   L 2L L3 2 L L3  V2 
 Y2   − EA + 6 EI − EA − EI
6 EA + 6 EI 
 f   2L L3 2 L L3 2L L3 
 2 
m
3 2 EI 3 2 EI 
 − − 3 22EI 
 L2 L2 L 

 − EA + 6 EI − EA − 6 EI EA − 6 EI 
 f X   2L L3 2 L L3 2 L L3 
 2  EA + 6 EI EA − 6 EI 
− EA − 6 EI
 fY   2 L L3 2 L L3 2L L  3
   
− 3 22EI  V2 
2
EI 3 2 − 3 22EI
 f m2   L  U 
Elemen 2-3:   = L2 L
 X3   2L − 3   3
f EA 6 EI EA + 6 EI − EA + 6 EI
f   L 2L L3 2L L3   V3 
 3 −
Y  EA 6
− EI − EA + 6 EI EA + 6 EI 
 f   2L L L3 
3 2L L3 2L
 3m  3 2 EI 
 − 3 22EI − 3 22EI 
 L2 L L 

Dengan menggunakan kondisi batas, persamaan kekakuan struktur dinyatakan sebagai berikut:

I. KATILI
240 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 P 2 R 2   EA 6 EI 
 FX1 = − +   + 3 − EA + 6 EI − EA − 6 EI 0 0
 2 2   2 L L 2 L L3 2 L L3 
 P 2 R 2  − EA 6 EI EA 6 EI EA 6 EI  U 
= F +  + 3 + 3 − 3 0 0  1
 1 Y
2 2   2 L L 2 L L 2 L L   V1 
F = 0  EA 6 EI EA 6 EI EA 12 EI EA 6 EI EA 6 EI
 Y2 −
 =  2L − − + − − −  V
 L3 2 L L3 L L3 2 L L3 2 L L3   2 
 P 2 R 2  U 
= FX 3 −   0 0 − EA − 6 EI EA + 6 EI − EA − 6 EI   3 
 2 2   2 L L3 2 L L3 2 L L3   V3 
 P 2 R 2   0 0 − EA − 6 EI − EA − 6 EI EA + 6 EI 
= FY3 +   2 L L3 2 L L3 2 L L3 
 2 2 
Karena rol membentuk sudut 450 maka: U 1 = −V 1 = − U 2 = − V 2 , dengan memasukkan nilai-
nilai tersebut ke dalam persamaan di atas dan juga dengan memindahkan R ke sebelah kanan
persamaan, maka persamaan menjadi:
 P 2   12 EI − EA + 6 EI − EI 2 
−   3 2L L3 2L 
 2   L 
 P 2   − 12 EI − EI − 6 EI − EI 2 
 2   L 2L 
3 2 L L3
   24 EI  U1 
EA + 12 EI  V 
 0 = 3 0
 RL /2EI 

 P 2   L
L L3 
EI 2   
   − 12 EI EA − 6 EI
 2   L3 2 L L3 2L 

 P 2   12 EI EA − 6 EI − EI 2 
 2   − −
 L3 2 L L3 2 L 
Untuk menyelesaikan persamaan, diambil 3 persamaan pertama:
 P 2  
−   12 EI 3
− EA + 6 EI 3
− 2 EI 
 2  L 2 L L 2 L
 P 2   12 EI  U 
2 EI   V 1 
  =− 3 − EA − EI
6 −
 2   L 2 L L3 2 L   RL /2EI 
 
   24 EI EA + 12 EI 0 
 0   L 3 L L 3 
  
Dari persamaan ke tiga didapatkan:
24  A 12  L2  A 12 
0= U 1 +  +  V2 ; U 1 = −  +  V2
L2  I L2  24  I L2 
Dengan mensubstitusikan nilai U 1 ke dalam persamaan kekakuan maka persamaan menjadi:
 P 2   EA 2 EI 

{ }
−   − − 
2 =  L 2 L  V2
 
 P 2   0 −
2 EI  RL / EI
 2    2 L 
Dari persamaan kedua didapatkan:
P 2 2 RL
=−
2 2 EI
R = −P

I. KATILI
Portal Bidang 241

Dengan mensubstitusikan nilai R nilai maka didapatkan:


PL 2
V2 =
EA
L2  A 6  PL3 PL
U1 = −  +  V2 = − −
2
12 EA  2 I L  24 EI 2 EA
PL3 PL
V1 = U 3 = V3 = −U 1 = +
24 EI 2 EA
Gaya internal dapat dihitung sebagai berikut:
Elemen 1-2:
 EA EA EA 
 − L C12 − S12 S12 
 12 EI
L L
  P 

12 EI 12 EI
C12    
 N1   L3 S12 − L3 C12  − 2P
3
PL PL
 U1 =
3
L − −  2
 T   6 EI 6 EI 6 EI   24 EI 2 EA   2 
   − 2 S12
1 C12 − C 12  PL 3
PL   4  PL 

M
 N 1  =  EAL L2 L2 V = + =
EA EA   1 24 EI 2 EA   P 
 2  − C12 − S12 S12     
 T2   L L L  V2 = PL 2  − 2P
 M 2   12 EI S 12 EI
− 3 C12
12 EI
C12     2 
EA   
 L3 12 L L 3  − 2 PL 
 6 EI 6 EI 6 EI   4 
 S12 − 2 C12 C12 
 L2 L L2 
Elemen 2-3:
 EA EA EA 
 − L S 23 C23 S 23 
 12 EI
L L
  P 
  2P 
12 EI 12 EI

 N 2   − L3 C23 − L3 S 23 C23   PL 2
L3  2
V =   2 
 T   6 EI 6 EI 6 EI   EA   
 2   C23 S 23 − 2 C23  PL3
2
PL  − 4 PL 
M2 = 2 2 
 U 3 = 24 EI + 2 EA  =  P 
N   L L L
EA EA EA
 3  − S 23 C23 S 23     
 T3   L L L = PL3 PL   2 P 
 M 3   − 12 EI C −
12 EI 12 EI  V3 24 EI + 2 EA   2 
 L3 23
L 3
S 23
L 3
C 23
    2 
 6 EI 6 EI 6 EI   4 PL 
 − 2 C23 − 2 S 23 C23 
 L L L2 
2

− 22 P 2 2
P − 42 PL − 4
2
PL
2
2
4
PL
2
4
PL
1 3 1 3
Gambar 5.21 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 2.

I. KATILI
242 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 3:
−P
2 4
3
L

1 5
L L

Gambar 5.22 Portal Bidang 3 dengan Beban Terpusat Vertikal.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = θ 1 = U 5 = V 5 = θ 5 = 0 ; Kondisi simetri: U 3 = θ 3 = 0


Asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan matriks kekakuan. Dengan asumsi
tersebut maka kondisi batas untuk portal di atas adalah: U 2 =V 2 = U 4 = V 4 = 0
Persamaan kekakuan elemen dalam sistim global setelah kondisi batas:

Elemen 1-2: Elemen 2-3: Elemen 3-4:


 6 EI   0 0   0 0 
 − L2   6 EI 12 EI   12 EI 6 EI 
 f X1     f X2   2 − 3   f X3   
 f   L L  f   L L2 
0  3
f 
 1 Y  2 EI   Y2   4 EI 6 EI 
− 2   Y3   6 EI 2 EI 
    f m3   L2 
 f m1   f m2   L L   θ2  L  V3 
=   L 
{θ 2 } ;   =   ;  =  
 f X 2   6 EI   f X3   0 0  V3   f X4   0 0   θ4 
 fY2   L2   fY3   6 EI 12 EI 
  fY4   12 EI 6 EI

      − 2   − 3 − 2 
 f m2    f m3   L L3   f m4   L L 
0 
 4 EI   2 EI 6 EI   6 EI 4 EI 
   − 2   
 L   L L   L2 L 

Elemen 4-5:
 0  Persamaan kekakuan struktur untuk d .k . ≠ 0 menjadi:
 6 EI 
 f X4   2  F = 0  4+4 −6 / L 0  θ 2 
f   L   m2
 FY3 =
 EI
−P =  −6 / L 1 2/ L2 + 1 2/ L2  
6 / L  V3 
 Y4   4 EI   Fm4 = 0  L  4 + 4  θ4 
 f m4   L   0 6/ L
=    {θ4 } ;
 f X 5   0  Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas:
 fY5   6 EI 
  − 2  θ2  PL2  −3
 f m5   L  =V3  −4 L 
 2 EI 
  θ4  60 EI  3
 L 

Persamaan Reaksi Perletakan Pada d .k = 0 :

I. KATILI
Portal Bidang 243

 6   3P 
 RX = FX   − L 0 0   −3  10 
 1 1
 EI PL2     
 RY1 =FY1  = ×  0 0 0  −4 L  = 0 
  L 60 EI  2 0 0   3  PL 
 Rm1 = Fm1     − 
   10 
Nilai RY1 dan RY5 bernilai nol karena diasumsikan deformasi aksial = 0. Nilai yang
sebenarnya, kita peroleh dengan keseimbangan titik: R=
Y1 T=
23 0,5 P ; R=
Y5 R=
Y1 0,5P
Gaya internal elemen diperoleh sebagai berikut:

Elemen 1-2: Elemen 2-3:


 EA 
 0 S 23 
 0  0 L  0 
 6 EI   3P   6 EI 12 EI   P 
− 2    − 2 C23   − 
 N1  10   N2   L L 3

 T1   2LEI   PL  T2   4 EI  PL2   PL2 
   −  −
6 EI  −  
 M1      20 EI 

C
 L  − PL   10     L  5 
2 23
 N = = = 
  ;  M 2  = L2    0 
 0   20 EI  0 N3  EA  PL3 
 2  6 EI      0 S 23   −  
 T2  − 2   3P   T3   L   15EI   −P 
 M 2     3  
 M 6 EI 12 EI  2 
L
 4 EI  10
 PL  − C23   PL 
−   L2 L3 
 L   5   2 EI 6 EI  −3 10 
− L C23 
 L 2

Elemen 3-4: Elemen 4-5:

 N3   0   N4   0 
T   P/2   T   −3P / 10 
 M 3  −3PL / 10   M 4   PL / 5 
3 4
N =  0  ; N = 0 
 4  P/2   5   3P / 10 
 T4   PL / 5   T5  − PL / 10 
 M 4     M 5   

-0,5 P
θ2 0,2 PL 0,2 PL
θ4
V3
0,5 P
Titik belok 0,3 P -0,3 PL
- 0,3 P
-0,1 PL -0,1 PL
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.23 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 3.

I. KATILI
244 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 4:
P P
P=15 kN ; A= 0,4m × 0,7m
2 3
L I = (1/12)×0,4× (0,7)3=0,1143×10-1
L=8m ; E=2,1×105 kN/m2
1 4
L

Gambar 5.24 Portal Bidang 4 dengan Beban Terpusat Horisontal.

Deformasi aksial diperhitungkan dan di mana kondisi perletakan: θ 1 = θ 4 = U 1 =V 1 = U 4 =V 4 =


0
Persamaan kekakuan elemen 1-2:
Karena U 1 =V 1 = θ 1 = 0, maka dari matriks kekakuan elemen 1-2, kolom 1, 2, 3 dihapus.

 −12 EI 6 EI 
 L3 0 − 2 
L
 EA 
 0 − 0 
 fX1   L   −56, 273 0 −225,094 
 fY 1   6 EI 2 EI   0 −7350 0
U 2  600, 25  2 
f  0  225,094 U
=
 L2
= L  V  0
 f m1   12 EI 6 EI  2 
  56, 273 0 225,094   V2 
 X2  3 0   θ2     θ2 
 fY 2   L L2   0 7350 0
 fm2   0 EA  225,094 0 1200,5
0 
 L 
 6 EI 4 EI 
 2 0
L 
 L

Persamaan kekakuan elemen 2-3:

 EA EA 
 L 0 0 − 0 0 
L
 12 EI 6 EI −12 EI 6 EI 
 0 0 
 fX 2   L3 L2 L3 L2  U 2 
 fY 2   6 EI 4 EI 6 EI 2 EI   V2 
 fm2   0 0 − 2
L2 L L   θ2 
 f  =  EA EA
L
 U 
 X 3  − 0 0 0 0   V3 
 fY 3   L L  3 
 f m3   12 EI 6 EI 12 EI 6 EI   θ3 
0 − 3 − 0 − 2
 L L2 L3 L 
 6 EI 2 EI 6 EI 4 EI 
 0 0 − 2 
 L2 L L L 

I. KATILI
Portal Bidang 245

 fX 2   7350 0 0 −7350 0 0  U 2 
 fY 2   0 56, 273 225, 094 0 −56, 273 225, 094   V2 
f   0 225, 094 1200, 5 0 −225, 094 600, 25  θ2 
 f m 2  ==  −7350 0 0 7350 0 0  U 3 
 X3    
 fY 3   0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094   V3 
 f m3   0 225, 094 600, 25 0 −225, 094 1200, 5  θ3 

Persamaan kekakuan elemen 3-4:


Karena U 4 =V 4 = θ 4 = 0, maka dari matriks kekakuan elemen 3-4, kolom 4, 5, 6 dihapus.
 12 EI 6 EI 
 L3 0
L2 
 EA 
 0 0 
 fX 3   L   56, 273 0 225,094 
 fY 3   6 EI 4 EI   0 7350 0
  3   225,094 1200,5  3 
 f m3   L2 0 U U
L 0
=
Elemen 3-4:  =
f   12 EI 6 EI   3   −56, 273 0 −225,094   3 
V V
 X 4  − 3 
− 2  3  θ   θ 

 fY 4   L
0
L   0 −7350 0  3 
 fm4   EA  225,094 0 600, 25
0 − 0 
 L 
 6 EI 2 EI 
 2 0
L 
 L
Persamaan kekakuan struktur dapat disusun dengan mensuperposisi persamaan kekakuan
masing-masing elemen, dan menghilangkan baris dan kolom yang berhubungan dengan derajat
kebebasan yang bernilai 0.
12 EI EA 6 EI EA 
 L3 + L 0
L 2

L
0 0 
 EA 6 EI 
 X2
F = P   0 12 EI + 0 − 12 EI 6 EI 
F = 0   L3 L L2 L3 L2  U 2 
 2Y   6 EI 6 EI 8 EI 2 EI   V2 
 Fm2 = 0   0 − 6 EI  
= L 2
L 2
L L2
L   θ2 
F = P    
 X3   −
EA 12 EI + EA 6 EI  U 3 
0 0 0 
 FY3 = 0   L L3 L L2   V3 
F = 0   0 − 12 EI − 6 EI 0 12 EI + EA
− 6 EI   θ3 
 m3   L 3
L 2
L 3
L L2 
 6 EI 2 EI 6 EI 6 EI 8 EI 
 0 − 2 
 L2 L L2 L L 

15kN  7406, 273 0 225,094 −7350 0 0  U 2 


0   0 7406, 273 225,094 0 −56, 273 225,094   V2 
0   225,094 225,094 2401 0 −225,094 600, 25  θ2 
15kN  =  −7350 0 0 7406, 273 0 225,094  U 3 
    
0   0 −56, 273 −225,094 0 7406, 273 −225,094   V3 
0   0 225,094 600, 25 225,094 −225,094 2401  θ3 
Relasi invers memberikan nilai peralihan bebas:

I. KATILI
246 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

U 2  38, 229 
 V2   0,175
 θ  −2,893 −2
=U2  38, 229  × 10
 3  
 V3   −0,175
 θ3  −2,893
Gaya internal elemen 1-2:
Karena U 1 =V 1 = θ 1 = 0, maka dari persamaan gaya internal elemen 1-2, kolom 1, 2, 3 dihapus.
 N1 
T   0 7350 0  12,836 
 − −   −2   −15,001
 1  56, 273 0 225,094 = U 38, 229 × 10
 M1   225,094 0 600, 25  2   68,679 
 =   V2 =0,175 × 10−2  =  12,863
0 7350 0
 N2    θ2 =−2,893 × 10−2   
 T2   −56, 273 0 −225,094    −15, 001
 M   −225,094 0 −1200,5  −51,321
 2
Gaya internal elemen 2-3:
 N2 
 T   −7350 0 0 7350 0 0  38, 229 
 2   0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094   0,175
M 2   0 225, 094 1200, 5 0 −225, 094 600, 25  −2, 893
  =  −7350 × 10−2
0 0 7350 0 0  38, 229 
 N3    
 T3   0 −56, 273 −225, 094 0 56, 273 −225, 094   −0,175
M   0 −225, 094 −600, 25 0 225, 094 −1200, 5  −2, 893
 3
 0
 12, 827 
 −51, 315
=
0
 
 12, 827 
 51, 315
Gaya internal elemen 3-4:
Karena U 4 =V 4 = θ 4 = 0, maka dari persamaan gaya internal elemen 3-4, kolom 4, 5, 6 dihapus.
 N3 
T   0 7350 0  −12,863
 3   −56, 273 0 − 225, 094= U 3 38, 229 × 10   −15, 001
−2
 M 3   225, 094 0 1200, 5    51, 321
 = V = −0,175 × 10−2  =
N  0 7350 0  3  −12,863
 4   θ =−2,893 × 10−2   
 T4   −56, 273 0 −225, 094   3   −15, 001
 M   −225, 094 0 −600, 25  −68, 679 
 4
U2 U3
12,827
θ2 -51,321 51,321
V2 V3
θ3

-68,679
Kurva Defleksi -15 Diagram T -15 68,679 Diagram M
Gambar 5.25 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 4.

I. KATILI
Portal Bidang 247

Portal 5:

L L

-P P

Gambar 5.26 Portal Bidang 5 dengan Dua Beban Terpusat Horisontal Berlawanan Arah.

Deformasi aksial diperhitungkan dan pemodelan simetri seperempat struktur dengan 1 elemen
adalah:
2
U2= θ 2= 0

-P 1
V1 = θ 1= 0

Persamaan kekakuan struktur untuk pemodelan struktur seperti di atas:


P 
EA 6 EI EA 6 EI 
 + 3 − + 3 
 FX1 = −   2 L L 2L L U1 
 2  =  EA 6 EI EA 6 EI  V2 
 FY2 = 0   − 2 L + 3 + 3 
 L 2L L 
Relasi invers memberikan (R=A/I):
U 1  PL − RL2 − 12
 =  
V2  48 REI − RL + 12
2

Gaya internal elemen :


Elemen 1-2: Elemen 1-4: Elemen 2-3: Elemen 3-4:

 P 2   P 2   P 2   P 2 
 N1   4   N1   4   N2   4   N3   4 
   P 2     P 2     P 2     P 2 
 T1   − 4   T1   4   T2   4   T3   − 4 
   2     2     2     2 
 M 1   8 PL   M 1  − 8 PL  M 2  − 8 PL   M 3   8 PL 
 =  ;  =  ;  =  ;  = 
 N2   P4 2   N4   P4 2   N3   P4 2   N4   P4 2 
   P 2     P 2     P 2     P 2 
 T2   − 4   T4   4   T3   4   T4   − 4 
               
M 2  − 2 PL  M 4   2 PL   M 3   2 PL  M 4  − 2 PL 
 8   8   8   8 

I. KATILI
248 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

PL
− 2
P P 8
− 2 2
V2 4 4 PL
U1 2
8

PL
2
8 PL
P P − 2
2 − 2 8
4 4
Kurva defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.27 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal 5.

I. KATILI
Portal Bidang 249

Portal bidang 6:

3
fy = - fo L
4
2
L
L
1

2L

Gambar 5.28 Portal dengan Beban Merata dan Pemodelan Simetris.

Pemodelan struktur simetri dapat dilakukan dengan setengah portal dan 3 elemen
Kondisis perletakan: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = 0 ; Kondisi simetri: U 4 = θ 4 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan
matriks kekakuan. Dan karena portal dan pembebanan simetris, maka yang akan dihitung hanya
setengah bagian struktur. Dengan asumsi tersebut maka kondisi batas untuk portal di atas adalah:
U2 = V2 = 0
Elemen 2-4 :
Elemen 1 - 2 Elemen 2 - 3 BNE
 6 6  6 6  0 0  0
 f X1  − L − L   f X2  − L − L   6 12   f0 L 
− 2 
 fY    fY   f X2   L − 2
 f 1  EI  0 0 
 f 2  EI  0 0  L  f L2 
{}
; ;  
{}
 
2  θ1 2  θ2
 m1   m2  fY 6
 f 2  EI  4 −  − 0 
{}
4 4
f =  6 6  θ f =  6 6= θ  m2   L  θ2 −  12 
 X2  L   2  X3
 L   3  f  0 0  V4 0
f
 Y2   L L  fY3   L L  X4  L  6  f L
 fY4  − 12 
 − 0 
 f m2   0 0  f m3   0 0   L L2 
 2 4  2 4  f m4   6
 2 
− 
2
 f0 L 
 2  12 
 L
Persamaan kekakuan dapat disusun sebagai berikut:
BNE
4 2 0 0  0 
 Fm1 = 0   6   θ   f L2 
 Fm = 0  EI  2 12 2 −  θ1  − o 
= F 2 0 0 2 4
L  2  −  12 
0  θ3
  L 0
m3
  V   f L 
 4
FY = 0  0 −
6
0
12
  4  − o 
 L L2   2 
karena θ1 = θ3 , persamaan menjadi: Dari tiga persamaan terakhir diperoleh:

 0  4 2 0  −1  
 f L2   6  6  0 
 4 12 − 
− o  EI  4 12 −   θ1   θ1   f o L2   4 
L  =    L  f o L3
L
= 012  4 2 θ ; θ 2  0   − =  −8 
0  2
4 2
  L  V4  V4  EI  6 12   12  168 EI −11L 
 − fo L  0 − 6 12  0 −  − fo L 
  L L2 
 2  L L2   2 

I. KATILI
250 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Gaya internal N, T dan M sebagai berikut:

 0 0 
 6 EI 6 EI 
 N1  − 2 − 2 
L
 4 EI L  0 
T  2 EI 1 
 
{}
 1  fo L  0 
Elemen 1-2:  M1 
3
= = L L  fo L 4
 0 0  168 EI −8  
 N2  7 0 
 6 EI 6 EI 
 T2  − 2 − 2  1 
 M 2   L L  L
 − 2 EI − 4 EI 
 L L 

 0 0   0 
 N2   6 12   fo L   0 
 −    
  2 2  − f L 
 T2   L L    o
 4   2
  2 fo L 
2
  −
6
3  −8  
f o L
 
 2  EI 
M
L  fo L    12    
Elemen 2-4:   =  0   +
  0   = 7 
 168EI − 11L  
 N4  L  0   0 
  − 6 12   fo L   0 
 T4   L L 2   2   2
     f L2   3 f o L 
− o  − 14 
M 4  6
 2 − 
 L  12 
Dari besarnya gaya internal dua elemen di atas, maka diagram kurva defleksi, gaya geser dan
momen lentur portal sudah dapat digambarkan.

Catatan:
Dari perhitungan gaya internal di atas, terlihat bahwa gaya internal aksial bernilai nol. Hal ini
disebabkan oleh pengabaian deformasi aksial dan hasil ini tentu saja tidak benar. Koreksi pada
akhir perhitungan diperlukan agar diperoleh hasil yang benar.

foL -foL
7
-foL
7
2foL2 2foL2
7 7
θ2 V4 foL2
foL2 7
7
-3foL2
foL foL
θ1 -foL 14
7
7

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.29 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 6.

I. KATILI
Portal Bidang 251

Portal Bidang 7:

-P -P -P
2
2 5 7 10 12 5 7
-P -P L -P

1 4 6
1 4 6 9 11
L
3 8 3
0,5L L 0,5L

Gambar 5.30 Portal dengan beban terpusat dan pemodelan simetris.

Kondisi perletakan: U 3 = V 3 = θ 3 = 0 ; Kondisi simetri: U 6 = U 7 = θ 6 = θ 7 = 0


Dengan menggunakan asumsi tidak terjadi deformasi aksial maka diperoleh kondisi batas:
U1 = U2 = U4 = V4 = U5 = V5 = U6 = U7 = 0

Elemen 1-4: Elemen 4-6:


 96 EI 24 EI 24 EI   24 EI 96 EI 
 L3 −
L2 L2   L2 L3 
 4 EI   24 EI 
 fY 1   24 EI 8 EI
 V1   fY 4   8 EI − 2 
 f m1   L2
f 
 Y 4  −
96 EI
L
24 EI
− 2
L   θ 
1
− 2  θ4 
24 EI
;
 f m4   L
 f  = 24 EI
 Y 6  −
L  θ4
{}
96 EI  V6
 f m 4   L3 L L  f m 6   L2 L3 
 24 EI 4 EI 8 EI   4 EI 24 EI 
   − 2 
 L2 L L   L L 
Elemen 2-5: Elemen 5-7:
 96 EI 24 EI 24 EI   24 EI 96 EI 
 L3 −
L2 L2   L2 L3 
 24 EI 4 EI   24 EI 
 fY 2  
8 EI
 V2   fY 5   8 EI − 2 
 fm2 
f 
 Y5 
 L2
 − 96 EI
L
24 EI
− 2
L  θ  ;
24 EI 2
− 2  θ5 
 f m5   L
 f  = 24 EI
 Y 7  −
{}
L  θ5
96 EI  V7
 f m5   L3 L L  f m 7   L2 L3 
 24 EI 4 EI 8 EI   4 EI 24 EI 
   − 2 
 L2 L L   L L 

I. KATILI
252 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 3-4: Elemen 4-5:


 6 EI   6 EI 6 EI 
 L2   L2 L2 
   2 EI 
 fY 3   2 EI   fY 4   4 EI 
=
 f m3   L 
f 
 Y 4  −
6 EI  { θ4 } ;
 fm4   L
  =
 Y 5  −
f 6 EI 6 EI θ
− 2  5
{}
L  θ4

 m4 
f  L2   m5 
f  L2
L 
 4 EI   2 EI 4 EI 
   
 L   L L 
Maka persamaan kekakuan struktur menjadi:
 96 24 0 0 24 0 0 0 
 L2 L L 
 24 8 0 0 4 0 0 0 
 FY1 = − P  L
 Fm = 0    V1 
0 0 962 24 0 24 0 0  θ 
 F 1= − P  L L L 1
 Y2   24  V2 
 Fm = 0  EI  0 0 8 0 4 0 0  θ 
 F 2 =0 =  24
L
24  θ 4 
2

 m4
 L L 4 0 0 24 2 − 0  
 Fm5 = 0  L θ
 24 24  5
 FY6 = 0  0 0 4 2 20 0 −  6 V
 FY = 0  L L V7 
 7   24 96  
 0 0 0 0 − 0 2
0 
L L
 96 
0 0 0 0 0 − 24 0
 L L2 
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal bebas sebagai berikut:
V1  −20 L 
 θ1   54 
V2  −26 L 
θ  2  66 
PL
θ2  = 336 EI  12 
 θ4   
 5  24 
V6   3L 
V7   6 L 
Gaya internal elemen dapat diperoleh sebagai berikut:
Elemen 1-2:
 0 0 0 
 96 EI 24 EI 24 EI 
 N1   − L3 − 2 − 2   0 
T   L L   P 
 24 EI 8 EI 4 EI   0 
 1  2  −20 L 
M1 = L2
L L  PL  54   
N   0 0 0  336 EI    0 
 2    12   P 
 T2   − 96 EI − 24 EI − 24 EI   PL 
 M 2   L3 L2 L2   
24 EI 4 EI 8 EI   2 
− − −
 L 2
L L 

I. KATILI
Portal Bidang 253

Elemen 2-5:
 0 0 0 
 96 EI 24 EI 24 EI 
 N2  − 3 − 2 − 2   0 
T   24LEI L L   P 
 8 EI 4 EI   0 
 2  2  −26 L 
M
 N2
= L2 L L  PL  66   
 0 
 0 0 0  336 EI
 5  96 EI  24   P 
 T5  24 EI 24 EI   PL 
− 3 − 2 − 2 
 M 5   L L L   
 2 
 − 24 EI − 4 EI −
8 EI 
 L2 L L 
Elemen 3-4: Elemen 4-5: Elemen 4-6: Elemen 5-7:
 0   0 
 0   0 
 N 3   − 3P   N4   − 9P   N4     N5   
 T   14   T   14  T   0  T   0 
 3   PL   4   2 PL   4   PL   5   PL 
M M M M
 3  =  14 0 
;  N 4  =  70  ;  N 4  =  14
0 
;  5  =  70 
 N4     5    6    N7   
 T4   − 3P   T5   − 9 P   T6   0   T7   0 
 M 4   14   M 5   14   M 6   PL   M 7   PL 
− PL  − 5 PL   14   7 
 7   14 

PL PL
V7 2 7
θ5 P
V2 5PL
14
9P
PL PL
V6 14
θ4 P 2 14
V1 2P PL
L 7
3P
14 PL
14

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.31 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 7.

I. KATILI
254 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 8:
-fo
fo= 6 kN/m’
3 E = 2,1×105 kN/m2
3 A = 0,4m×0,8m = 0,32m2
U3 = θ3 = 0
2 4
2 I = 0,4 × (0,8)3 = 0,171× 10-1 m4

1 5 1

Gambar 5.32 Portal dengan Beban Merata dan Pemodelan Simetris.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = θ 1 = 0
Deformasi aksial diperhitungkan dan karena struktur simetri maka: U 3 = θ 3 = 0
Elemen 1-2:
 12 EI 6 EI 
 − L3 0 − 2 
L 
 EA
 0 − 0 
 fX1   L   −673, 313 0 −1346, 625
 fY 1   6 EI 2 EI   0 − 16800 0
 f m1   L2 0
 U 2  1346, 625 0 1795, 5  2 
U
= = L
 f   12 EI 6 EI   2   673, 313
V
0 1346, 625  2 
V
 X2   θ
 2      θ 
 fY 2   L3
0
L2   0 16800 0  2 
 fm2   1346, 625 0 3591
0 
EA
0
 L 
 6 EI 4 EI 
 2 0 
 L L 
Elemen 2-3:
 EA 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI   1 
BNE
 + 3 − 3 − − + 
 2L L 2L L L2 2L L3  − 4 foL 2 
 f X 2   EA − 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI  U 2   1 
+ − −  − foL 2

 fY 2   2 L L3 2L L3 L2 2L L3   V2  −  24
f = 
 m 2   − 3 2 EI 3 2 EI 4 EI 3 2 EI   θ2  − 1 foL 2 
− 
 fY 3    3   4
V 
L2 L2 L L2
 EA 6 EI EA 6 EI 3 2 EI EA 6 EI   1
foL 
2
− + 3 − − 3 − +  
 24 
 2L L 2L L L2 2L L3 

BNE
 f X 2   8736,656 8063,334 −952, 208 −8063,344  U 2   0 
 fY 2   8063,344 8736,656 952, 208 −8736,656   V2   −8, 485
 f   −952, 208 −
952, 208 3591 −952, 208  θ2   −4 
 m2       
 fY 3   −8063,344 −8736,656 −952, 208 8736,656   V3  −8, 485
Persamaan kekakuan struktur setelah memperhitungkan kondisi batas:

I. KATILI
Portal Bidang 255

 EA 18 EI EA − 6 EI 6 EI − 3 2 EI − EA + 6 EI 
 2L + 3 
 L 2L L3 L2 L2 2L L3   FX 2 = 0 
BNE
 FX 2 = 0   EA 6 EI 3EA + 6 EI 3 2 EI  U 2   F = − 1 f L 2 
 FY = 0   2 L − 3 − EA − 6 EI
F = 0  = 
2 L 2L L3 L2 2L L3   V2  −  Y2 4 o 

3 2 EI   θ2   Fm2 = 24 f o L
1 2
 m2   6 EI − 3 2 EI 3 2 EI 8 EI 
= − 
 Y3
F 0   L2 2
L2 L L2  V3   F = − 1 f L 2 
L   Y3 4 o 
 − EA + 6 EI − EA − 6 EI −
3 2 EI EA + 6 EI 
 2 L L 3 2L L3 L2 2L L3 
0   9409, 969 8063, 344 394, 417 −8063, 344  U 2  0 
0   8063, 344 25536, 656 952, 208 −8736, 656   V2   −8, 485
0   394, 417 −
952, 208 7182 −952, 208  θ2  −4 
       
0   −8063, 344 −8736, 656 −952, 208 8736, 656   V3   −8, 485
−2
U 2  −0, 422 × 10 
 V2   −0,101 × 10−2 
θ  =  −3 
 2   −0, 985 × 10−2 
 V3   −0, 598 × 10 

Gaya internal elemen dapat dihitung dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Elemen 1-2: Elemen 2-3:

 N1   0 16800 0   −24   N 2  −9, 202 


T   −673,313 0 −1346,625 −0, 422 × 10−2  6, 404   T  −4, 232 
 1   2  
M  1346,625 0 1795,5   −2  7, 205 M 1,894 
N1  0 16800
=
0   −0,101 × 10   −24  ;  N 2  = −9, 202 
 2   −3     3  
 T2   −673,313 0 −1346,625  −0,985 × 10  6, 404   T3  −4, 232 
 M 2   −1346,625 0 −3591  7, 205  M 3  
1,854 

4,232
U2 V3

-4,232
V2
6,404

-6,404

θ2
7,205

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.33 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal 8.

I. KATILI
256 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 9
3 6
0,5 L
P P
2 5
L

1 4
L

Gambar 5.34 Portal dengan Beban Terpusat Horisontal.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = U 6 = V 6 = θ 1 = θ 3 = θ 4 = θ 6 = 0
Untuk kasus di atas diasumsikan struktur tidak berdeformasi aksial, maka: V 2 = V 5 = 0
Struktur antisimetris: U 2 = U 5 dan θ 2 = θ 5
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1–2 90 0 1 0 1 0 L EA EI
2–3 90 0 1 0 1 0 0,5L 2EA 2 EI
4–5 90 0 1 0 1 0 L EA EI
5–6 90 0 1 0 1 0 0,5L 2 EA 2 EI
2-5 0 1 0 1 0 0 L EA EI

Matrik kkakuan elemen Pada Sumbu gobal:


Elemen 1-2: Elemen 2-3:
 −12 EI −6 EI   96 EI −24 EI 
 L3 L2   L3
 f X1   0 L2 
0   f X2   0 0 
 fY   6 EI  
f 1 
2 EI

 f  −24 EI 8EI 
{ }
 
Y2

{ }
 m1   L2  
 f m2   L
f = L  U2 ; =
2
L  U2
6 EI  θ2 f 
 X 2   12
 3 X  −96 EI 24 EI  θ2
f
 2 Y  L2
L2  f
 3 Y  L3
L 2 
 f   0 0   f   0 0 
 m2    m3  
6 EI 4 EI  −24 EI 4 EI 
   2 
 L 2
L   L L 
Elemen 4-5: Elemen 5-6:
 −12 EI −6 EI   96 EI −24 EI 
 L3 2   L3 L2 
L 
 f X4   0 0   f X  0 0 
 fY   −24 EI 
5
 fY   6 EI 2 EI  8 EI
 f 5   2 
{ }
 f 4   2 
 f 4  =  12LEI
m

 X5  
{ }
L  U5
6 EI  θ5
; 
m5

 X6  
f  = L
−96 EI
L  U5
24 EI  θ5
 fY5   L
3
L 
2 f
 Y6   L3
L2 
 f m5   0 0   f m6   0 0 
 6 EI 4 EI   −24 EI 4 EI 
 2   2 
 L L   L L 

I. KATILI
Portal Bidang 257

 EA EA 
 L 0 − 0 
L
 6 EI 6 EI 
 f X2   0 L2
0
L2 

 fY   4 EI 2 EI  U 2 
 f 2   0 0
Elemen 2-5:  m2
= L L   θ2 
f X 5   EA EA  U
  − 0 0   θ5 
 fY5   L L  5
 f m5   0 6 EI 6 EI 
− 2 0 − 2 
 L L 
 0 2 EI
0
4 EI 
 L L 

Persamaan kekakuan struktur diperoleh dari gabungan persamaan kekakuan elemen dan setelah
memperhitungkan kondisi batas:

 EA 108EI −18EI EA 
 L + L3 L 2

L
0 
 FX 2 = P   −18EI 16 EI 2 EI  U 2 
 Fm2 = 0   
0
F = P  =  L 2
L L   θ2 
− EA EA 108EI 18EI U
 X5   0 + − 2   θ5 
 Fm5 = 0   L L L3
L  5 
 2 EI 18 EI 16 EI 
 0 − 2
L L L 
dengan menggunakan kondisi simetris struktur, persamaan kekakuan struktur dapat
disederhanakan menjadi:
 108 EI − 18 EI 
 L3 L2 

 P  − 18 EI 18 EI 

{ }
0  
 P  =  108LEI
2
L  U2
   3 − 18 EI  θ2
  
2
0 L L 
 − 18 EI 18 EI 
 L2 L 
Dengan mengambil 2 persamaan pertama dari persamaan kekakuan di atas maka didapatkan:
 18   PL3 

{ } {}  
 18
L  P  90 EI  sehingga
3
U2 L PL3 PL2
= = = θ
θ2 1620 EI 18 108  0 2 : U 5 dan 5
   PL  90 EI 90 EI
 L L 
2
 90 EI 

Gaya internal elemen dapat diperhitungkan dari:

I. KATILI
258 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 1-2: Elemen 2-3:


 0 0   0   0 0   0 
 −12 EI −6 EI   −P   96 EI −24 EI   4P 
       
 N1   L3 L2   5   N 2   L3 L2   −85PL 
 T1   6 EI −2 EI   4 PL   T2   −24 EI −8EI   
 M1   L2  
{}
45  ;  M 2  =
{}  45 
2 2
= N  = L  PL L
=  L2 L2  PL L  0 
0 0  90 EI 1 0 N  0 0  90 EI 1
 2      3   
T
 2  −12 EI −6 EI  − P  T
 3  96 EI −24 EI   4P 
 2   3 
M
 L
3 2
L   5  M
 L
3 2
L   5 
 −6 EI −4 EI   − PL   24 EI −4 EI   2 PL 
 L2   9    9 
L     L 2
L2   

Elemen 2-5:
 − EA EA 
 L 0 0 
L  0 
 −6 EI −6 EI   −2 P 
 0 0   
 N2   L2 L2  15 
 PL
 T2   4 EI 2 EI  L  
M 2   0 0
 PL2  1   15 
 N  = − EA
L
EA
L
 90 EI  L   0 
 5  0 0     
 T5   L L   1  −2 P 
M 5   −6 EI −6 EI   15 
0 0  − PL 
 L2 L2 
 −2 EI −4 EI   15 
 
 0 0 
 L L 

4P/5 2PL/9

V2 -2P/15
PL/15 -8PL/45
-PL/9 -PL/15

θ2 -P/5

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.35 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 9.

I. KATILI
Portal Bidang 259

Portal Biang 10:


−fo

3 4 5
L

1 2
L L

Gambar 5.36 Portal dengan Beban Merata.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 2 =V 2 = U 5 = V 5 = θ 1 = θ 2 = θ 5 = 0
Untuk struktur di atas diasumsikan bahwa elemen-elemennya tidak berdeformasi aksial,
Berdasarkan asumsi tersebut didapatkan kondisi batas : U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = 0
Persamaan kekakuan dapat disusun dengan mensuperposisi persamaan kekakuan masing-masing
elemen dan menghilangkan baris dan kolom yang bersesuaian dengan derajat kebebasan yang
bernilai nol.

Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1–3 90 0 1 0 1 0 L EA EI
2–4 90 0 1 0 1 0 L EA EI
3–4 0 1 0 1 0 0 L EA EI
4–5 0 1 0 1 0 0 L EA EI

Beban nodal ekuivalen untuk beban terbagi rata f o (arah ke bawah) adalah:
f m3 = − f m4 = − 12 f o L2
1

f Y3 = f Y4 = − 2 f o L
1

Matrik Kekakuan Elemen Pada Sumbu Global:


Elemen 1-3: Elemen 2-4:

 6 EI   6 EI 
 − L2   − L2 
 0   0 
 fX1   2 EI   fX 2   2 EI 
 fY 1     fY 2   
 fM 1   L  {θ } f   L  {θ }
=
f  ; =
 fM 2 
 6 EI  3  6 EI  4
 X3   L2   X4  L2 
 fY 3   0   fY 4   0 
 fM 3   fM 4 
   
 4 EI   4 EI 
 L   L 

I. KATILI
260 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 3-4: Elemen 4-5


BNE
 0 0   0   0 
 6 EI 6 EI   − fo L   6 EI 
     2 
 f X 3   L2 L2   2 2  fX 4   4LEI 
 fY 3   4 EI 2 EI   − fo L   fY 4   
=
 fM 3   L
f   0
 X4  
L  3 −  12 
0  θ4
θ

0 {}
;
f 
=
 fM 4 
 X5 
 L  {θ }
 0  4
f  −  6 EI 
 Y 4  − 6 EI

6 EI
  f oL   fY 5  − 2 
 fM 4  L2 L2   2   fM 5 
 2 EI  L 
 4 EI   f o L2   2 EI 
 L L     L 
 12 
Matrik Kekakuan Struktur:
BNE
 f 0 L2 

{}

 Fm3 = 0  EI 8 2  θ3  12 
=
 F = 0 −  2
 m4  L  2 12  θ4 + f 0 L 
 12 

{}
L 12 −2  − 12 f o L 
{}
1 2
θ3 f o L3 −7
= =  
θ4 92 EI  −2 8   1 2 552 EI 5
 12 f o L 
Gaya internal dapat dihitung sebagai berikut:
 0 
 6 EI 
 N1   − L2   0 
 T   2 EI   21 
 
 M1   L   7 f o L3  f o L −7 L 
1
Elemen 1-3:   = 0  θ3 =− =  
 N3    552 EI  276  0 

 T3   − 6 EI   21 
 M 3   L 
2 14 L 
− 4 EI 
 L 
 0 0 
 6 EI 6 EI 
 − 2 − 2   0 
GIE
 N3   L L −1   0 
 T3   4 EI 2 EI    −132 

{}
2
M3   L −7   o  14 L 
3 1
L  o f L L f L
Elemen =3-4:   + f=oL 
12
  
 4  
N 0 0  552 EI 5 0 276  0 
  1 
 T4   − 6 EI − 6 EI   2   144 
M 4  2 2  1   20 L 
 2LEI 4
L 
EI  12 L 
− − 
 L L 

I. KATILI
Portal Bidang 261

 0 
 6 EI 
 N4  − 2 
 4 EIL   0 
 T4   −15 
 M    3 
= L   5 f L  f L 10 L 
= 4-2:  4  o o
 0   552 EI  276  0 
Elemen
N
 2  6 EI     
 T2   −15 
 − 2 
 M 2   L  −5 L 
 − 2 EI 
 L 
 0 
 6 EI 
 N4  − 2 
T  L 
 4 EI  0 
 4     −15 
3  
M 4  = L   5 f L  f L 10 L
= 4-5:   o o
 0   552 EI  276  0 
Elemen
 N5   6 EI     
 T5   −15 
 − 2 
M   L  −5 L 
 5
 − 2 EI 
 L 

20foL2
-132foL
15foL 14foL2 276 10foL2
θ3 θ4 276
276 276 276
-10foL2
-5foL2
144foL 276
21foL 276
276 276 -15foL 5foL2
276 -7foL2 276
276

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.37 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 10.

I. KATILI
262 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 11:


−fo
2 3
L
2
1 4
L L
2 L 2

Gambar 5.38 Portal Kolom Miring dengan Beban Merata.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 4 = V 4 = θ 1 = θ 4 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, deformasi aksial pada semua elemen struktur dapat diabaikan.
Asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan penyelesaian secara manual. Dengan
asumsi tersebut maka kondisi batas untuk nodal 2 dan 3 adalah: U 2 =V 2 =U 3 = V 3 = 0
Persamaan kekakuan struktur dapat disusun dengan mensuperposisi persamaan kekakuan
masing-masing elemen, sehingga diperoleh:

{}
BNE
 Fm2 = 0  EI 8 2  θ2 − 12 f o L 
1 2
= F = 0 − 1 
 m3  L  2 8  θ3  12 f o L2 

{}
L  4 −1 − 12 f o L  f o L3 −1
1 2
θ 2 
=
Relasi invers memberikan:   =  
 θ3  30 EI  −1 4   12 f o L2  72 EI 1
1

Gaya internal dapat diperoleh sebagai berikut:


 0 
 6 EI 
 1   − L2 
N 0
 T   2 EI   3
 1   

 L
3 
M   θ =− f L f L −
 1  = L =
o o
Elemen 1-2:
0   2 0
 N2   
72 EI  36  
 T2   − 6 EI  3
 M 2   L  2  2L 
 − 4 EI 
 L 

I. KATILI
Portal Bidang 263

 0 0 
 6 EI 6 EI   0 
GIE
 0 
 − − 2 
 N2  L 2
L − 1 f L  1 
 4 EI   3 
  − 
 T2 
o
 2 EI  fo L 2
M 2  θ
 2 =−   f o L 
1 2 2 
 L /18
 L L  
=
Elemen 2-3: N  72
3=
EI  +  12 0  fo L  
 3  0 0 
 f L    
0

 6 EI 6 EI   3θ =+ o
 T3 
1 1 
 
  f L  
M3  − 2 − 2  72 EI
1
2 o
2  2 
 2LEI L 
 12 f o L   L /18
− 4 EI  

 L L 
 0 
 6 EI 
 N3  − 2 
L 
 4 EI 0
T   −3 
 3   
M3  L =  f o L3  f o L  2 L 
Elemen 3-4: =  θ =
 0   3 72 EI  36  0 
 N4   6 EI   
 T4  − 2   −3 
 M 4   L  − L 
− 2 EI 
 L 
-foL foL2 foL2
2 18 18
θ2 θ2
-foL
12
foL -5foL2
foL
2 72
12 -foL2 -foL2
36 36
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
Gambar 5.39 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal 11.

I. KATILI
264 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 12:


−fo

4 5

3 6
L

2 7

L
1 8
L

Gambar 5.40 Portal Bertingkat dengan Beban Merata.

Kondisi perletakan: U 1 = V 1 = U 8 = V 8 = θ 1 = θ 8 = 0
Untuk soal lentur simetris di atas, asumsi tidak berdeformasi aksial akan menyederhanakan bila
diselesaikan secara manual. Dengan asumsi tersebut maka kondisi batas untuk portal di atas
adalah: U 2 =V 2 =U 3 = V 3 = U 4 = V 4 = U 5 = V 5 = U 6 = V 6 = U 7 = V 7 = 0
Persamaan kekakuan menjadi:
 Fm2 = 0 4 4 4 2 0 0 0 2
θ 2  0 
BNE

 Fm = 0 2 4 4 4 2 0 2 0  θ3  0 
 F 3 = 0  EI 0 2 4 4 2 0 0 θ  − f L 
 1 2
F 4 = θ4  −  1 12 2 
o
= 0 L
m

 m5  0 0 2 4 4 2 0  5   12 f o L 
 Fm6 = 0 0 2 0 2 4 4 4 2  θ6   0 
 Fm7 = 0  θ7  0 
2 0 0 0 2 4 4 4 -
Karena kondisi portal dan pembebanan simetris, maka: θ 2 = −θ 7 ; θ 3 = −θ 6 ; θ 4 = −θ 5 ,
dengan hubungan di atas, persamaan kekakuan dapat disederhanakan menjadi:
 0 
 0   10 2 0
 1 2
 2 10 2  θ  θ 
− 12 f o L  EI  0  2  f o L  −621  −6
3
2 6  2
=
 1 2 
θ = θ
 0 −2 −6   3   3  3109 10
sehinggadiperoleh:
 12 f o L  L   θ  θ  EI −14920 
 0   −2 −10 −2   4   4
 0   −10 −2 0 
 
Gaya internal elemen bila dihitung akan memberikan gaya normal nol karena pengabaian
deformasi aksial. Hal ini tentu saja tidak benar dan penghitungan gaya normal harus dilakukan
dengan menggunakan persamaan keseimbangan.

I. KATILI
Portal Bidang 265

 6 EI   1 
 − L2   268 
   1 
 T1   2 EI   − L  3726 
 M1   L   3
f o L −6   804  −1242 L  −6
Elemen 1-2:  T  = 6 EI θ2 =−621 10  =f o L  =f L
1  o  3726 
10
 2  −  EI     
 M 2   L2   268   2484 L 
 4 EI   1 
−   402 L 
 L 
 6 EI 6 EI 
 − L2 − L2 
 2 EI   f L3 
 T2   4 EI  θ2 =−621 o 10−6   0 
M 2   L L    2 −1242  −6

Elemen 2-7: T  = EI  f o L  0 10
 7  − − 2  θ7 =+621 f o L 10−6 
6 EI 6 EI 3
 
 M 7   L2 L   EI  −1242 
 2 EI 4 EI 
− − 
 L L 
 6 EI 6 EI 
 − L2 − L2 
 T2   4 EI 2 EI   f o L3 −6   −15000 
M 2     θ = − 621 10 
 2   3734 L  −6
Elemen 2-3:  T  = L L  EI  f o L  −15000 10
 3  − − 2   θ3 =3109 f o L 10−6 
6 EI 6 EI 3
 
 M 3   L2 L   EI  −11200 L 
 2 EI 4 EI 
− − 
 L L 
 6 EI 6 EI 
 − L2 − L2 
 2 EI   f L3 
 T3   4 EI  θ3 =3109 o 10−6  f L2  0 
M 3   L L    6218 −6
T  = EI o
Elemen 3-6:   10
 6  − 
6 EI 6 EI 3
− f o L −6  EI  0 
θ = − 3109 10
 M 6   L2 L2   6 EI  6218
 2 EI 4 EI 
− − 
 L L 
 6 EI 6 EI 
 − L2 − L2 
 2 EI   f L3 
 T3   4 EI  θ3 =3109 o 10−6   7087 
M3   L L    −1740 L  −5
Elemen 3-4: T  = EI  f o L  7087 10
 4  − − 2  θ4 =−14920 f o L 10−6 
6 EI 6 EI 3
 
 M 4   L2 L   EI   5346 L 
 2 EI 4 EI 
− − 
 L L 

I. KATILI
266 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 4-5:
GIE
 6 EI 6 EI   1 
 − L2 −
L 2   − fo L 
2
 4 EI 2 EI   f o L3 −6   1   −5000 
 T4    θ4 =−14920 10   f o L2 
M 4   L L  12   535L  −4
=T  =EI +
f o L3 −6   1  fo L 
5000 
10
 5   − 6 EI 6 EI 
− 2  θ5 =+14920 10   fo L   
M 5   L2 L  EI   2   535 L 
 2 EI 4 EI   f L2 
1
− −  12 o 
 L L 
535 foL2×10-4
-0,5 foL
θ4 θ5

0,5 foL -535 foL2×10-4


Titik belok 2 -4 2 -4
-174 foL ×10 622 foL2×10-5 174 foL ×10
7086 foL×10-5
θ3 θ6
-112 foL2×10-4 112 foL2×10-4
-15foL×10-3
-373 foL2×10-5
θ2 θ7
2
373 foL ×10 -5
-248 foL2×10-5
248 foL2×10-5 124 foL2×10-5

372 foLx10-5 124 foL2x10-5

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.41 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 12.

Portal Bidang 13:


−fo

4 5 6
L

1 2 3
L L

Gambar 5.42 Portal Dua Bentang dengan Beban Merata.

Kondisi perletakan: θ 1 = θ 2 = θ 3 = U 1 = V 1 = U 2 = V 2 = U 3 = V 3 = 0
Dengan asumsi tidak terjadi deformasi aksial diperoleh:
kondisi batas: U 4 = V 4 = U 5 = V 5 = U 6 = V 6 = 0 ; Kondisi simetri: θ 5 = 0 ; θ 4 = -θ 6

I. KATILI
Portal Bidang 267

Elemen 1-4: =
f m4{ } EI
L
[ 4]{θ4 } ; Elemen 4-5: = { }
EI
f m4
L
[ 4]{θ4 }
Elemen 5-6: = { }
f m6
EI
L
[ 4]{θ6 } ; Elemen 3-6: = f m6 { }
EI
L
[ 4]{θ6 }
Maka persamaan kekakuan dapat dinyatakan sebagai berikut:

{}
BNE
 Fm4 = 0  EI 8 0  θ4 − 12 f o L 
1 2
=
F = 0 −  
 L 0 8  θ6  12 f o L2 
1
 m6
Relasi invers memberikan:
1 

{}
0  − 1 f L2  f L3
θ4  L  L2 −1
3
θ  =
o
  1 2
12 o

 6  8 EI  0 1
  12 o  96 EI
f L 1
 L 
2

Gaya internal dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:


 0
 6 EI 
 N1   − L2   0
 T   2 EI   3
 1   
 3  − L 
Elemen 1-4:  1  = L  θ4 =−
M f o L
 =
f o L
 
 0 96 EI  48  0 
 N4    
 T4   − 6 EI   3
 M 4   L2   2L 
− 4 EI 
 L 
GIE
 0  0 
 6 EI   1 
 N4  − 2   − fo L 
T   L   12   0 
 4   4 EI   −21
3  
2
Elemen 4-5:  M 4   L    f L   f o L
 fo L  2L 
  = 0 
θ4 =− o  + 12
0  =  
N
 5  
 96 EI  
  48  0 
 T5   − 6 EI   1 f L   27 
 M   L2   2 o   5L 
 5 2 EI 1 
−   f o L2 
 L  12 
GIE
 0   0 
 6 EI   1 
 N5   − 2   − fo L 
T   L   12   0 
 5   2 EI   2  −27 
Elemen 5-6:  M 5   L   fo L 
3
 12 o 
f L fo L  5L 
=   0 =  θ6  +  0 =  
N
 6  
 96 EI    48  0 
 T6   − 6 EI   1 f L   21 
 M   L2   2 o   2L 
 6 4 EI 1 
−   f o L2 
 L  12 

I. KATILI
268 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 0 
 6 EI 
 N3   − 2 
T   L   0 
 3   2 EI   −3 
Elemen 3-6:  M 3   L   
f o L3  fo L  L 
=   0 =  θ6 =   
 N6    96 EI  48  0 
 
 T6   − 6 EI   −3 
 M   L2   −2 L 
 6
 − 4 EI 
 L 
Catatan:
− Gaya normal N pada semua elemen bernilai nol karena hal ini disebabkan oleh pengabaian
deformasi aksial. Hal ini tentu tidak benar dan harus dikoreksi dengan persamaan
keseimbangan titik.
− Semua gaya internal pada elemen 2-5 bernilai nol karena kondisi simetri ( U 5 =θ5 =0 ) dan
pengabaian deformasi aksial (V 5 = 0)
− Reaksi vertikal pada perletakan juga menjadi nol karena pengabaian deformasi aksial dan
harus dikoreksi dengan persamaan keseimbangan titik. 2
5foL
48
-21foL -27foL 2foL2
48 48
θ4 θ6 48

21foL
3foL 27foL 48 -3foL
48 48 -foL2
48
48
Kurva Defleksi Diagram T Diagram M
Gambar 5.43 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 13.

Portal Bidang 14:


P
P
3 6
L

P
P
2 5
L

1 4
L

Gambar 5.44 Portal Bertingkat Dua Dengan Beban Horisontal.

Untuk kasus di atas diasumsikan struktur tidak berdeformasi aksial.


Kondisi perletakan : U1 = V1 = U4 = V4 = θ1 = θ4 = 0

I. KATILI
Portal Bidang 269

Tidak berdeformasi aksial : V 2 = V 5 = V 3 = V 6 = 0, U 2 = U 5 , U 3 = U 6


Kondisi anti simetris : U 3 = U 6 ; U 2 = U 5 ; θ 2 = θ 5 dan θ 3 = θ 6
 12 EI 6 EI 
 − L3 − 2 
L
 2 EI 
 f X 1   6 EI 
f 
Elemen 1-2:  m1  = 
 X 2  
f
L2
12 EI
L  U2
6 EI  θ2 { }
 m2 
f
 6LEI
3
L2 
4 EI 
 
 L2 L 
12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 L3 − − −
 L 2
L 3
L2 
 f X 2   − 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI U 2 

f  L  θ 2 
Elemen 2-3:  m 2  =  L
2
L L2
6 EI  U 3 
  −
fX 3 12 EI 6 EI 12 EI
  
 m3 
f
 6 EIL3 L2 L3 L2  θ3 
2 EI 6 EI 4 EI
− 
 L2 L L2 L 
Elemen 2-5: Elemen 3-6:
 EA EA   EAEA 
 L 0 −  0 0 −
 L 0
L L
 2 EI  U 2   2 EI  U 3 
 f X 2  0 4 EI
0   fX 3  
4 EI
0 0 
 fm2   L  θ2   f m3   L  θ3 
 f  = EA L ;  f  = EA
L
 X 5  − 0  θ 5   X 6  − 0  θ 6 
EA U EA U
0 0
 f m5   L L  5   f m6   L L   6 
 4 EI  2 EI  4 EI 
 −0 2 0   0 0 
 L  L  L 
Elemen 4-5: Elemen 5-6:
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 L3 − 2 − 3 − 2 
 L L L
12 EI 6 EI   f X 5   − 6 EI 4 EI 6 EI 2 EI  U 5 

{ }
f X 5  L3
f m5
=

L2  U 5
6 EI 4 EI θ5

{ } ;
 f m5  
f  =
 X 6   −
L 2
12 EI
L
6 EI
L2
12 EI
L  θ5 
6 EI  U 6 
 
 L2 L   f m6 
 6LEI
3
L2 L3 L2  θ6 
2 EI 6 EI 4 EI
 − 
 L 2
L L2
L 
Persamaan kekakuan struktur setelah kondisi batas diperhitungkan:

I. KATILI
270 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 24 EI EA 12 EI 6 EI EA 
 L3 + L 0 − 3
L
− 2
L

L
0 0 0
 12 EI 6 EI 2 EI 2 EI 
 0 0 0 0
 L L2 L L 
 FX 2 = P 
0  U 2 
12 EI 6 EI 12 EI EA 6 EI EA
 Fm =0  − 3 + 0 0 −
F 2  L L2 L3 L L2 L  θ2 
 X3 = P  6 EI 2 EI 6 EI 8 EI 2 EI  U 3 
=0  − 2 0 0 0  
 Fm3 L2 L   θ3 
F  = L L L
=P  − 2   θ5 
EA 24 EI EA 12 EI 6 EI U
 X5  − 0 0 0 + 0 −
 Fm5 =0  L L3 L L3 L  5 
 FX 6 = P  2 EI 12 EI 6 EI 2 EI  U 6 
 0 0 0 0  θ
 Fm
 6 = 0   L L L2 L   6 
 EA 12 EI 6 EI 12 EI EA 6 EI 
0 0 − 0 − +
 L L3 L2 L3 L L2 
 2 EI 6 EI 2 EI 6 EI 8EI 
 0 0 0 − 2 
 L L L L2 L 
Dengan memanfaatkan kondisi simetris struktur, persamaan kekakuan dapat disederhanakan
dengan menjumlahkan kolom ke-1 dengan kolom ke-5 menjadi kolom ke-1, kolom ke-2 dengan
kolom ke-6 menjadi kolom ke-2, kolom ke-3 dengan kolom ke-7 menjadi kolom ke-3 dan kolom
ke-4 dengan kolom ke-8 menjadi kolom ke-4.
 24 EI 12 EI 6 EI 
 L3 0 − 3 − 2 
L L
 14 EI 6 EI 2 EI 
 0 
 L L2 L 
 P   − 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
0  L 3
L 2
L3
L2 
 P   6 EI 2 EI 6 EI 10 EI  U 2 
 0   − 2 
 P  =  24LEI L L2 L   θ2 
   − 2   θ3 
12 EI 6 EI U
0 − 3
   L
0 3
L L  3 
P  14 EI 6 EI 2 EI 
 0   0 L L2 L 


 − 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 L 3
L 2
L3
L2 
 6 EI 2 EI 6 EI 10 EI 
− 
 L2 L L2 L 
dengan menggunakan empat persamaan pertama, maka didapatkan:
U 2  19 L2 /165 −7 L /110 5 L2 / 33 − L /110   P  4 L /15
 θ2  L  −7 L /110 7 / 55 − 3 L / 22 1/ 55   0  PL2  −1/ 5 
U  =     
2 −3L / 22 23L2 / 66 − L /11   P  EI  L / 2 
 3  EI  5 L / 33
 θ3   − L /110 1/ 55 − L /11 8 / 55   0   −1/10 
Gaya internal elemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

I. KATILI
Portal Bidang 271

 0 0 
 12 EI 6 EI 
− 3 − 2 
 N1  L
 6 EI L   0 
 T1   2 EI  2  −2 P 
=
M 
Elemen 1-2:  1 
N
 2
=
 0
L2

 12 EI
L  PL
0  EI −1/ 5{ 4 L /15
}  6 PL / 5 
 0 
 
 T2  6 EI   −2 P 
M 2  − 3 − 2 
−4 PL / 5
 L L 
 − 6 EI − 4 EI 
 L2 L 
 0 0 0 0 
 12 EI 6 EI 12 EI 6 EI 
 N2   3 − 2 − 3 − 2 
 6LEI L L L   0 
T  4 EI 6 EI 2 EI  4 L /15   −P 
 2  −  2
= 2 2
L  PL  − 1/ 5   2 PL / 5 
Elemen 2-3:  M 2  L L L
 0 0 0 0  EI  L / 2   0 
 N3   12 EI    
 T3  6 EI 12 EI 6 EI   −1/10   − P 
 3 − 2 − 3 − 2 
 M 3   L L L L  −3PL / 5
 6 EI − 2 EI − 6 EI − 4 EI 
 L2 L L2 L 
 EA EA 
− L 0
L
0 
 6 EI 6 EI 
 N2   0 − 2 0 − 2 
 L L   0 
T   0 4 EI 2 EI  2 4 L /15   12 P / 5 
 M 2 
0  6 PL / 5
2
  PL  − 1/ 5  −
=
Elemen 2-5:   L L
EA EA  EI 4 L /15  0 
 N5  − 0 0     
 T5   L L   −1/ 5   1 2P / 5 
 M 5   0 6 EI 6 EI  6 PL / 5 
− 2 0 − 2 
 L L 
 2 EI 4 EI 
 0 − 0 − 
 L L 
 EA EA 
− L 0
L
0 
 6 EI 6 EI 
 N3   0 − 2 0 − 2 
 L L   0 
T   0 4 EI 2 EI   L / 2   6P / 5 
 
3 0
 L  PL −1/10  −3PL / 5
2
Elemen 3-6:  M 3  =
 EA
L

EA L/2 0
 N6  − 0 0  EI −1/10   6 P / 5 
 T6   L L     
 M 6   0 6 EI 6 EI   3PL / 5 
− 2 0 − 2
 L L 
 2 EI 4 EI 
 0 − 0 − 
 L L 

I. KATILI
272 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

V3 θ3 3PL
-3PL
5
5
12P/10
θ2 -P -P
6PL
-4PL 5
2PL 5
5 -4PL
-6PL 5
V2 5
24P/10 -2P
-2P

6PL 6PL
5 5

Kurva Defleksi Diagram T Diagram M

Gambar 5.45 Kurva Defleksi, Diagram T dan M untuk Portal Bidang 14.

Portal Bidang 15:


-fo -fo
2 5 E,A,I
3 2
3
L EA
L= 4 m EA=EI/L2 1 (b)
1 (a) 4
L L L L L L

Gambar 5.46 Portal dengan perkuatan rangka dan pemodelan simetri.

Karena dari bentuk geometri dan sistem pembebanan pada struktur simetri, maka analisa dapat
memanfaatkan kondisi simetri seperti pada Gambar 5.46b.

Tabel 5.1 Cosinus, Sinus, Panjang dan Krakteristik Penampang Tiap Elemen
Elemen φ C S C2 S2 CS L EA EI
1-2 135o − 1 2 1 2 1 1
− 1 2L EI EI
2 2 2 2 2
L2
2-3 0 1 0 1 0 1 2L EI EI
L2
1-3 45o 1 2 1 2 1 1 1 2L EI -
2 2 2 2 2
2
L

Kondisi batas:U 1 = V 1 = 0 ; Kondisi simetri: U 3 = θ 3 = 0.


Persamaan kekakuan elemen:
Elemen 1-2:

I. KATILI
Portal Bidang 273

 f X1   7 5 −24 −7 −5 −24  U1 = 0   −24 −7 −5 −24 


 fY   5 7 −24 −5 −7 −24   V1 = 0   −24 −5 −7 −24   θ1 
f 1 2 EI  −24 −24 128 24 24 64   θ1  2 EI 128
 m  24 24 64  U 2 
f 1  = 
256  −7 −5 24 7 5 24   U 2  
256  24 7 5 24   V2 
 X2     
 fY2   −5 −7 24 5 7 24   V2   24 5 7 24   θ2 
 f m2   −24 −24 64 24 24 128   θ2   64 24 24 128 
BNE
 f X2  2 0 0 −2 0 0   U2   0 
 fY   0 6 24 0 −6 24   V2   −4 f o 
 2 EI 0 24 128 0 −24 64   θ2  − 163 f o 

 f m2 
Elemen 2-3:  −
f  
256  −2 0 0 2 0 0  U 3 = 0   0 
 X3   V   
 fY3   0 −6 −24 0 6 −24   3   −4 f o 
 f m3   0 24 64 0 −24 128   θ3 =0   3 f o 
16

 f X1   1 1 −1 −1 U1 = 0   −1


 fY1  2 EI  1 1 −1 −1  V1 = 0  2 EI  −1
=
Elemen 1-3: 
f 
=  −1 −1 1 1 U 3 = 0  256  1 {V3}
 X 3  256     
 fY3   −1 −1 1 1  V3   1
Gaya nodal struktur pada d.k.≠ 0 setelah penggabungan persamaan kekakuan elemen:
128 2 24 2 0 θ   0 
BNE
 Fm1 = 0 24 2 64 2
  1
 FX = 0
 24 2 2 + 7 2 5 2 24 2 0  U 2   0 
 2  EI    −4 f o 
 FY2 = 0  24 2 5 2 6+7 2 24 + 24 2 −6   V2  −  
16
−24   θ2  − 3 f o 
 Fm2 = 0 256 
64 2 24 2 24 + 24 2 128 + 128 2
F = 0    V   
 Y3  0 0 −6 −24 6 + 2   3   −4 f o 
Relasi invers memberikan nilai peralihan nodal sebagai berikut:
 θ1   112,099 
U 2   −100,527  f
 V2  =  −657,874 
o

 θ2   60, 202  EI
 V3   −475,627 
Gaya internal elemen diperoleh dari persamaan berikut:
Elemen 1-2: U1 = V1 = 0

I. KATILI
274 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 EA  2 EA  2  
 0 −    0
 L  2  L  2  
 6 EI 12 EI  2  12 EI  2  6 EI 
− 2 − 3   3 
−  − 2 
 N1  
L L  2  L  2  L 
 −4,354 
 T   4 EI 6 EI  2  6 EI  2 2 EI  112,099  3,244 
  −  −    
 1   L 2
2 2
2 L   −   0
M L   L   100,527 f
N1 =  = fo 
o
  −657,874  − 
 2  EA  2 EA  2    EI 
4,354

0 −    
0  60,202 
 T2   L  2  L  2    3,244 
 M 2     18,349 
6 EI 12 EI  2  12 EI  2  6 EI
− − 3   −  − 2 
 L2 L  2  L3  2  L 
 
 − 2 EI 6 EI  2  6 EI  2 4 EI 
− 2    −  −
 L L  2  L2  2  L 
Elemen 2-3: U3 = θ3 = 0
 EA 
− L 0 0 0 
 12 EI 6 EI 12 EI 
 0 − 3 −   0 
 N2  L2 L3  −4 f o   −0,785
T   L 
 0 6 EI 4 EI 6 EI   −100,527  16   5,373
 2  − 2
  −657,874  f o +  3 o  = f  18,349 
f
M  L2 L L
 N2   EA   60,202  EI  0  o
0,785
 3 − 0 0 0  
  −475,627     
 T3   L   4 fo   2,627 
 M 3   0
12 EI
− 3 −
6 EI 12 EI
 16 f o   −7,369 
3 
 L L2 L3 
 0 6 EI
− 2 −
2 EI 6 EI 
 L L L2 
Elemen 1-3: U1 = V1 = U3 = 0
2 EI f
N13 =12 2 o ( −475,627 ) = −3,716 f o
128 EI
Portal Bidang 16:

5
8m
EA EA
2EA fo =5 kN/m

1 8
4m 3 EI 4 6
EA EA
2 7

4m 4m 8m 8m 4m 4m

Gambar 5.47 Balok dengan Penyokong Rangka

I. KATILI
Portal Bidang 275

Problem ini adalah sama dengan Problem Balok 14 (halaman 207) di mana sekarang deformasi
aksial pada balok diperhitungkan.
Elemen 1-3, 3-4, 4-6, 6-8 adalah balok beton di mana:
A = 0,4×1m2 ; E = 2,1×105kN/m2 ; I = (0,4×13)/12= 0,0333m4 ; EI = 7000kNm2
Elemen 1-2, 2-3, 3-5, 6-5, 7-6, 7-8 adalah rangka baja di mana: Dluar = 35cm ; Ddalam = 30cm ;
A = π(0,352 – 0,302)/4 = 255,254×10-4 m2 ; E = 2,1×106kN/m2 ; EA = 53603,425kN
Karena simetris maka struktur dimodelkan sebagian saja, yaitu:

EA
8m EA
fo =5 kN/m’

1
EI 3 EI 4
4m
EA
2

4m 4m 8m

Gambar 5.48 Pemodelan simetris Portal Bidang 16

Kondisi batas U2 = V2 = 0, Kondisi simetris: U4 = θ4 = U5 = 0


Persamaan Kekakuan Elemen 2-1
Elemen 2-1 (rangka): kondisi batas U2 = V2 = 0
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
2-1 135o -√2/2 √2/2 0,5 0,5 -0,5 4√2 53603,425
 fX 
 f 2  −0,5 0,5  −4737,918 4737,918

 X1  4 2  0,5 −0,5 V1

{ }
 Y2  53603,425  0,5 −0,5 U1  4737,918 −4737,918 U1
f  =  4737,918 −4737,918 V1 { }
 fY1 

 0,5 0,5 
  −4737,918 4737,918
Elemen 2-3 (rangka): kondisi batas U2 = V2 = 0
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
√2/2 √2/2
o
2-3 45 0,5 0,5 0,5 4√2 53603,425
 fX 
 f 2  −0,5 0,5  −4737,918 4737,918
f 
 X3 
=
4 2  0,5 −0,5 V3
 − 
{ }
 Y2  53603,425  −0,5 0,5 U 3  −4737,918 4737,918 U 3
 4737,918 −4737,918 V3
 4737,918 −4737,918
{ }
 fY3   0,5 0,5 

Elemen 3-5 (rangka): kondisi simetris U5 = 0

I. KATILI
276 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
√2/2 √2/2
o
3-5 45 0,5 0,5 0,5 8√2 53603,425
 fX 
 f 3  0,5 0,5 −0,5  2368,959 2368,959 −2368,959  U 
 Y  53603,425  0,5 0,5 −0,5 U 3   2368,959 2368,959 −2368,959   V 3 
f 3  =
 −0,5 −0,5 0,5  V3  2368,959 2368,959   3 
V − −
 2368,959
 X5   −2368,959 − 2368,959 2368,959   5 
8 2
 −0,5 − 0,5 0,5  5 
V
 fY5 

Elemen 4-5 (rangka): kondisi simetris U4 = U5 = 0


Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA
o
4-5 90 0 1 0 1 0 8 26801,7125
 fX 
 f 4  0 0  0 0
=
 Y4  26801, 7125  1 −1 V4
f  =
 X5  8  0 0  V5

{}  3350, 214 −3350, 214  V4
 0 0  V5 {}
 fY5   −1 1  −3350, 214 3350, 214 

Elemen 1-3 (balok) :


 fX 
 f 1   10500
BNE
0 0 −10500 0 0  U1   0 
 1  0
Y
164,063 656, 25 0 −164,063 656, 25   V1   −20 
 f m1   0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750   θ1  − −26,667 
 f  =  −10500 0 0 10500 0 0  U 3   0 
 X3   0 −164,063 −656, 25 0 164,063 −656, 25  V3   −20 
 fY3   0 −656, 25 3500   θ3   26,667 
 fm  
656, 25 1750 0
 3

Elemen 3-4 (balok) : kondisi simetris U4 = θ4 = 0

 FX = 0 
 F 1= 0 
 U1   0
BNE
 Y1  15237,918 −4737,918 0 −10500 0 0 0 0 
− −  V   − 
 Fm1 = 0   4737,918 4901,918 656, 25 0 164,063 656, 25 0 0  1 20
 FX = 0   0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750 0 0   θ1  −26,67 
F = 0  =   − 10500 0 0 28106,877 7106,877 0 0 − 2368,959  U 3   0 
−164,063 −2368,959  V3  −  −40 
3
0 164,063 −656, 25 7106,877 7435,003 0
 Y3   0 656, 25 175 0 0 7000 −656, 25 0 
 θ3   0 
 Fm3 = 0   0 0 0 0 −164,063 −656, 25 3514, 277 −3350, 214   V4   −20 
 FY = 0   0 0 0 −2368,959 −2368,959 0 −3350, 214 5719,173   V   0 
 4   5
F = 0
 5Y 
Relasi invers akan memberikan nilai peralihan nodal tidak nol sebagai berikut:

I. KATILI
Portal Bidang 277

U1   1, 407 
V1   −1,906 
θ1   −10,505
U   2,902  −3
=
V 3  −16, 474  × 10
θ   0,308
3
V3  −26,637 
 4   −21, 225
V5 
Gaya nodal struktur pada dk = 0 setelah kondisi batas adalah sebagai berikut:
=U1 1, 407 × 10−3 
 
 RX 2 = FX 2   −4737, 918 4737, 918 −4737, 918 −4737, 918 V1 = −1, 906 × 10−3 
 =  −3 
= RY2 FY2   4737, 918 −4737, 918 −4737, 918 −4737, 918= U 3 2, 902 × 10 
 −3 
V3 =−16, 474 × 10 
48, 606 
=  kN
 80 
Gaya internal elemen:
Elemen 2-1:
U 2 = 0 
V = 0 
  −3
N 21 ==
N 78 6700, 4281 −6700, 4281 −6700, 4281 6700, 4281  2  × 10 = −22, 2kN
U
 1 = 1, 4072 
V1 = −1, 90605
Elemen 2-3:
U 2 = 0 
V = 0 
  −3
N 23 ==
N 76 −6700, 4281 −6700, 4281 6700, 4281 6700, 4281  2  × 10 = −90, 937 kN
U
 3 = 2, 902242 
V3 = −16, 474 
Elemen 3-5:
U 3 = 2,902242 
V = −16, 474 
  −3
N35 =
N 65 =
−3350, 214 −3350, 214 3350, 214 3350, 214  3  × 10 = −25,641 kN
U
 5 = 0 
V5 = −21, 2252 
Elemen 4-5:
 0 
−26,637 
  −3
N 45 =2 0 −3350, 214 0 3350, 214   × 10 = −36, 263 kN
 0 
 −21, 225 
Gaya internal elemen 4-5 di kali dua karena pada awal perhitungan penampang dibagi dua
berdasarkan kondisi simetris
Elemen 1-3:

I. KATILI
278 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

GIE
 N1   10500 0 0 −10500 0 0   1, 407   0 −15,698
 T1   0 164,063 656, 25 0 −164,063 656, 25   −1,906   −20  −15,698
 M1   0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750   −10,505 −26,667   0 
 N  =  −10500 × 10−3 +  =
0 0 10500 0 0   2,902  0 −15,698
  
3
     
T
  
3 0 −164,063 −656, 25 0 164,063 −656, 25  −16, 474   −20   24,302 
  
M 3 0 656, 25 1750 0 −656, 25 3500  0,308   26,667   34, 414 
Elemen 3-4:
GIE
 N3   10500 0 0 −10500 0 0   2,902   0  −30, 474 
 T3   0 164,063 656, 25 0 −164,063 656, 25  −16, 474   −20   −21,869 
M3   0 656, 25 3500 0 −656, 25 1750   0,308 26,667   34, 414 
 N  =  −10500 × 10−3 +  =
0 0 10500 0 0  0 0  −30, 474 
  
4
     
T
  
4 0 −164,063 −656, 25 0 164,063 −656, 25  −26,6 37   20   18,131
 4 
M 0 656, 25 1750 0 −656, 25 3500  0   26,667   19, 459 

24,302
18,131 21,869 15,698
Diagram T

-15,698 -21,869 -18,131


- 24,302

34,414 34,41
19,459
Diagram M

Gambar 5.49 Diagram T dan M Portal Bidang 16

I. KATILI
278 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 17:


f 0 = 7 kN / m '

2 6
3 4 5

5,196 m
˚ ˚
30 30

1 7
3m 3m 3m

Gambar 5.50 Portal dengan Penyokong kolom miring

f o = -7 kN/m ; E = 2,1×105 kN/m2 A= 0,2×0,4 = 0,08m2 ; I = 1/12×0,2×0,43 = 1,067×10-3m4

f o = 7kN / m '

2
3 4
5,196 m

˚
30

1
3m 1,5 m

Gambar 5.51 Pemodelan simetris terhadap Portal Bidang 17

Persamaan Kekakuan Elemen Setelah Kondisi Batas dan kondisi simetri:


Elemen 1–2 (U 1 = V 1 = 0):
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA EI
o
1-2 90 0 1 0 1 0 5,196 16800 224,07

 f X1   −49, 796 −19,167 0 −49, 796 


 f   0 0 −3233, 256 0  θ1 
 Y1

 f m1   172, 494 49, 796 0 86, 247  U 2 
  =  49, 796 19,167 0 49, 796  V2 
 f X2    
 fY2   0 0 3233, 256 0  θ 2 
 f m2   86, 247 49, 796 0 172, 494 

Elemen 1–3 (U 1 = V 1 = 0):


Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA EI
o
1-3 60 0,5 0,866 0,25 0,749 0,433 6 16800 224,07

I. KATILI
Portal Bidang 279

 f X1   −32, 341 −709, 336 −1207, 009 −32, 341


 f   18, 673 −1207, 009 −2102, 989 18, 673
 Y1   θ1 
 f m1  149, 381 32, 341 −18, 673 74, 690  U 3 
  =  32, 341 709, 336 1207, 009 32, 341 V3 
 f X3    
 fY3   −18, 673 1207, 009 2100, 312 −18, 673 θ3 
 f m3   74, 690 32, 341 −18, 673 149, 381

Elemen 2–3:
Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA EI
o
2-3 0 1 0 1 0 0 3 16800 224,07

 f X 2   5600 0 0 −5600 0 0  U 2   0  BNE


f   0 99, 587 149, 380 0 −99, 587 149, 380  V2   −10, 5 
 Y2 
 f m2   0 149, 380 298, 760 0 −149, 380 149, 380  θ 2  −5, 25 
  =  −5600 0 0 5600 0

0  U 3   0 
 f X3    V   −10, 5 
 fY3   0 −99, 587 −149, 380 0 99, 587 −149, 380   3   
 f m3   0 149, 380 149, 380 0 −149, 380 298, 760  θ3   5, 25 

Elemen 3–4 (U 4 = θ 4 = 0):


Elemen φ C S C2 S2 CS L (m) EA EI
3-4 0o 1 0 1 0 0 1,5 16800 224,07

 f X3   11200 0 BNE
f 
0 0  0 
 
0 796, 693 597, 520 −796, 693 U 3   −5, 25 
 Y3  
 f m3  0 597, 520 597, 520 −597, 520  V3  −1, 313
  −
 −11200 0 0 0  θ3   0 
 f X4    V   −5, 25 
 fY4   0 −796, 693 −597, 520 796, 693  4   
 f m4   0 597, 520 298, 760 −597, 520   1, 313 

Persamaan Kekakuan Struktur Pada d.k. ≠ 0 setelah Kondisi Batas:


 Fm1 = 0   321,875 49,796 0 86, 247 32,341 −18,673 74,690 0  BNE
 FX = 0   49,796 5619,167 θ1  0 
0 49,796 −5600 0 0 0  U 2  0 
F = 0   0
2
−99,587 149,380 
 Y2

0 3332,843 149,380 0 0 V2  −10,5 
 Fm2 = 0   86, 247 49,796 149,380 471, 254 0 −149,380 149,380 0  θ 2  −5, 25 
 F = 0  =  32,341 −5600 0 0 17509,336 1207,009 32,341 0
 U  − 0 
 X3    V 3  −15,75
 FY3 = 0   −18,673 0 − 99,587 −149,380 1207,009 2996,592 429, 467 −796,693  θ3  3,94 
 Fm3 = 0   74,690 0 149,380 149,380 32,341 429, 467 1045,661 −597,520  V3  −5, 25 
 FY4 = 0   0 0 0 0 0 −796,693 −597,520 796,693   4  

Dengan relasi invers didapat peralihan nodal d.k. ≠ 0:

I. KATILI
280 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

θ1   0,278 
U 2   0,128 
V2   −0,286 
θ2   −1,470  −2
=
U   0,117  × 10
V 3   −1,122 
 θ3   0,082 
V3   −1,719 
 4  
Reaksi Perletakan pada d.k. = 0:
θ1 
U 2 
V2 
 RX1 = FX1   −82,137 −19,167 0 −49, 796 −709, 336 −1207, 009 −32, 341 0  θ 2 
 = −1207, 009 −2102, 989 18, 673 0  U 3 
 RY1 = FY1   18, 673 0 −3233, 256 0
V 
θ3 
V3 
 4 
{
 RX1 = FX1  13, 975kN
 R = F  = 31, 500kN
 Y1 Y1 
}
Gaya internal Elemen:
Elemen 1–2:

 N1   0 0 3233, 256 0  −9, 376 


 T1   −49, 796 −19,167 0 −49, 796  θ=1 0, 28 × 10−2   0, 568 
 M1  172, 494 49, 796 0 86, 247  U
= 0,13 × 10−2   0 
N =    2
 = −9, 376 
 2 
0 0 3233, 256 0
 V2 =−0, 29 × 10−2   0, 568 
 T2   −49, 796 −19,167 0 −49, 796  θ2 =−1, 47 × 10−2
   2, 229 
 M 2   −86, 247 −49, 796 0 −172, 494   
Elemen 1–3:
 N1   0 1400 2424,8 0  −25, 478 
−37, 345   0, 28 × 10   −0, 218
−2
 T1   −37, 345 −10, 780 6, 224 
  
 M  149, 380 32, 341 −18, 673 74, 690  0,12 × 10−2   0 
 N1  =  0  −2  = −25, 478 
−1,12 × 10−2
1400 2424,8 0
 3     −0, 218 
 T3   −37, 345 −10, 780 6, 224 −37, 345   0, 08 × 10
   −0, 579 
 3 
M −74, 69 −32, 341 18, 673 −149, 380   
Elemen 2–3:

0   0,13 × 10   0 GIE −0,560 


−2
 N 2   −5600 0 0 5600 0
99,587 −149,380 −0, 29 × 10  −10,5
 −2
 T2   0 −99,587 −149,380 0   −9, 253
 M 2   0 149,380 298,760 0 −149,380 149,380   −1, 47 × 10−2   5, 25   2, 221
 =
  −5600  +
−2   0  =
−0,560 
N
 3 
0 0 5600 0 0
 0,12 × 10   10,5   11,747 
T3   0 −99,587 −149,380 0 99,587 −149,380 −
  −1,12 × 10  
2
  
 M 3   0 −149,380 −149,380 0 149,380 −298,760   0,08 × 10−2   5, 25   5,961
 

I. KATILI
Portal Bidang 281

Elemen 3–4:

 N 3   −11200  GIE
−13, 440 
−2   0 
0 0 0
 T3   0 
−796,693 −597,520 796,693  0,12 × 10 −5, 25  −10,520 
 M   0 597,520 597,520 −597,520   −1,12 × 10−2   1,313   5,388
 3  =  −11200   −  +  =
−13, 440 
  0,08 × 10−2   5, 25 
0 0 0 2 0
 N4    
T4   0 −796,693 −597,520 796,693   −1,72 × 10   0
  1,313  
 M 4   0 −597,520 −298,760 597,520     −2,517 

- 13,44 kN
2 - 0,560 kN - 0,560 kN
3 4 5
2 6 6
3 4 5

- 9,376 kN
- 9,376 kN
- 25,478 kN

1 7 - 25,478 kN 7
1

Kurva defleksi Diagram N

5,961 5,961
- 9,253 -10,520 kN -11,747 kN
2 3 5,388
3 4 5 6 2,229 4 5 6
2 2,229
9,253 -2517 kNm
11,747 10,520
-0,579 kNm
-0,568
-0,218 kN
-0,218 -0,568
1 1 7
7

Diagram T Diagram M

Gambar 5.52 Kurva Defleksi, Diagram N, Diagram T dan Diagram M untuk Portal Bidang 17

I. KATILI
282 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Portal Bidang 18:

-30 kN

f0 = 6 kN/ m 4
f0 = 6 kN/ m

1 7
2 5

4m
3 6

7m 5m 5m 7m

Gambar 5.53 Portal Tiga Bentang dengan Gable Frame

Properti Penampang:
E = 2,1 × 105 kN / m 2 ; A = 0, 4 × 0,8 = 0,32m 2 ; I = 0, 4 × 0,83 /12 = 1,707 × 10−2 m 4

-15 kN

4 Kondisi batas:
f0= - 60 kN/ m

7 U 6 =V6 =θ6 =U 7 =V7 =0


5
Kondisi simetris:
6 U 4 =θ4 =0

5m 7m

Gambar 5.54 Pemodelan Simetri dengan 3 elemen

Tabel Cosinus, Sinus, dan properti tiap elemen:

Elemen φ C S EI EA L
o
4-5 -30 0,866 -0,5 3584 67200 5,774 m
5-6 -90o 0 -1 3584 67200 4m
5-7 0 1 0 3584 67200 7m

Persamaan kekakuan elemen:


Elemen 4-5:
Persamaan kekakuan elemen dalam sistem koordinat global dengan kondisi simetris, U 4 = θ 4 =
0, maka yang diperlukan hanya baris dan kolom 2, 4, 5, 6.

I. KATILI
Portal Bidang 283

 f X 4   −4942,823 −8784,639 4942,823 322,504 


 fY   3077,159 4942,823 −3077,159 558,594  V4 
f 4  
 m4  558,594 −322,504 −558,594 1241, 427  U 5 
 f  =  4942,823 8784,639 −4942,823 −322,504   V5 
 X5    
 fY5   −3077,159 −4942,823 3077,159 −558,594   θ5 
 f m5   558,594 −322,504 −558,594 2482,854 

Elemen 5-6:
Persamaan kekakuan elemen dalam sistem koordinat global setelah kondisi batas, di mana:
U 6 = V 6 = θ 6 = 0, maka yang diperlukan hanya baris dan kolom 1, 2, 3.
 f X 5   672 0 1344 
 fY   0 16800 0
f  
0 3584   5 
5
U
 m5  1344
 f  =  −672 0 −1344  5 
 V
 X6     θ5 
 fY6   0 −16800 0
 f m6   1344 0 1792 

Elemen 5-7:
Persamaan kekakuan elemen dalam sistem koordinat global setelah kondisi batas, dengan
kondisi perletakan yang ada U 7 = V 7 = 0, maka yang diperlukan hanya baris dan kolom 1, 2, 3, 6.
 f X5   9600 0 0 0  0 
BNE
 fY   0 125,388 438,857 438,857  U 5   −21 
f 5  
 m5  0 438,857 2048 1024   V5  −24,5
f  −
 −9600 0 0 0   θ5   0 
 X7    θ   
 fY7   0 −125,388 −438,857 −438,857   7   −21 
 f m7   0 438,857 1024 2048  24,5 

Persamaan kekakuan struktur:


 FY4 = −15  3077,159 4942,823 −3077,159 558,594 0  V4   0
BNE
 FX = 0   4942,823 19056,639 −4942,823 1021, 496 0  U 5   0
 5       
 Y5
F = 0  = −3077,159 −4942,823 20002,547 −119,734 438,857  5 
V − −21
 Fm5 = 0   558,594 1021, 496 −119,734 8114,854 
1024  θ5  −24,5
 F = 0   0 0 438,857 1024

2048  θ7   24,5
 m7 
Dari hasil invers diperoleh nilai dk ≠ 0:
V4   −1,001
U 5   0, 222 
    −2
=
 V5  −0, 239  × 10
 θ5   −0, 45 
 θ7   1, 470 
Reaksi perletakan dapat diperoleh sebagai berikut:
 R=
X6 F=
X6 0   −672 0 −1344 0 =U 5 0, 222 × 10−2   0 
BNE
 4,556 
 RY= F= 0   0 −16800 0 0  −2   0   40,152 
 6 Y6
 V = −0, 239 × 10     
 R=
m6 F=
m6 0  =  1344 0 1792 0  5 −2  −  0  = −5,08 
 R= F= 
0  −9600 0 0 
0  5 θ =−0, 45 × 10   0 −21,312 
X7 X7   θ 1, 475 × 10−2  
 0   0 −125,388 −438,857 −438,857  =  −21  16,692 
 R=Y7 F=
Y7 7

I. KATILI
284 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Menghitung gaya dalam:


Elemen 4-5:
 N 4   5819,189 10079,132 −5819,189 0  −21,967 
 T4   −193, 486 111,709 193, 486 −645 V4 = −1,001 × 10−2   4,625
 M 4   558,594 −322,504 558,594 1247, 427 =U 0, 222 × 10−2  −10,559 
=
 N   5819,189 10079,132 −5819,189 =
0  V5 = 
5

  
5
  −0, 239 × 10−2   −21,967 
 T5   −193, 486 111,709 193, 486 −645 θ =−0, 45 × 10−2   4,625
 M 5   −558,594 322,504 558,594 −2482,854   5 
 16,145
Elemen 5-6:
 N5   0 16800 0 −40,152 
 T5   −672 0 −1344   0, 222 × 10−2   4,556 
 M 5   1344 0 3584     −13,144 
=N   = −0, 239 × 10−2 
0 16800 0  −40,152 
  
6
 −2   
 T6   −672 0 −1344   −0, 45 × 10   4,556 
 M 6   −1344 0 −1792   5,080 
Elemen 5-7:
GIE
 N5   −9600 0 0 0  0   −21,312 
0 −125,388 −438,857 −438,857   0, 222 × 10   −21 
−2
 T5   −24,308
 
M 5   0 438,857 2048 1024  −0, 239 × 10−2   24,5  29,595
−2  +  0  =
N   −9600   −21,312 
  −0, 45 × 10  
0 0 0
 7    
 T7   0 −125,388 −438,857 −438,857   1,5 × 10 −2   21   16,692 
0 −438,857 −1024 −2048 
M 7    24,5  0

4,562

24,308
- 4,562
4,562
4,556 16,692
- 4,556 - 4,562
-16,692 - 24,308

- 4,556 4,556

Diagram T

29,595 - 10,559 29,595


16,145 16,145
13,144 - 13,144

5,080 5,080

Diagram M

Gambar 5.55 Diagram T dan M untuk Portal Bidang 18

I. KATILI
Portal Bidang 285

Portal Bidang 19:


-5 kN/m’

5 6 30 kN
4m

-5 kN/m’

2 4 15 kN
4m

1 3 7

4m 6m 6m

Gambar 5.56 Portal Non - Simetris Dua Bentang dengan Kolom miring

Properti penampang:
1 3 1
bh = × 0, 4 × ( 0,7 ) =0,0114 m 4
3
E = 2,1 × 105 kN/m2 ; A = 0, 4m × 0,7 m = 0, 28m 2 ; I =
12 12
( ) (
EI = 2,1 × 105 × 0,0114 = 2394kN − m 2 ; EA = 2,1 × 105 × 0, 28 = 58800kN )
Kondisi Batas: U= 1 θ=
1 V= 3 V3 = θ=
1 U= 7 V7 = θ=
3 U= 7 0
φ
Elemen EI (kN-m2) EA (kN) L (m) C S C2 S2 CS
1-2 2394 58800 5,657 45o 0,707 0,707 0,5 0,5 0,5
2-4 2394 58800 6 0o 1 0 1 0 0
3-4 2394 58800 4 90o 0 1 0 1 0
4-5 2394 58800 4 90o 0 1 0 1 0
5-6 2394 58800 6 0o 1 0 1 0 0
7-6 2394 58800 8 90o 0 1 0 1 0

Elemen 1-2: U= 1 θ=
1 V= 1 0
 f X2  5276, 445 5117,756 317,338 U 2 
  5117,756 5276, 445 −317,338  V2 
 fY2 
 317,338 −317,338 1692,770   θ 2 
 f m2   
Elemen 2-4:
 f X2   9800 0 0 −9800 0 0  U 2   0 
BNE
 fY   0 133 399 0 −133 399   V2  −15
 2 
 f m2  0 399 1596 0 −399 798  θ 2  −15
f  −
 −9800 0 0 9800 0 0  U 4   0 
 X4    V   
 fY4   0 −133 −399 0 133 −399   4  −15
 f m4   0 399 798 0 −399 1596   θ 4   15

I. KATILI
286 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 f  448,875
 X 4  
0 897,750  U 4 
 
Elemen 3-4: U=
3 V=
3 θ=
3 0 :  fY4  = 0 14700 0   V4 
 f m4  897,750 0 2394   θ 4 
 f X 4   448,875 0 −897,750 −448,875 0 −897,750  U 4 
 fY   0 14700 0 0 −14700 0   V4 
f  4
 m4  −897,750 0 2394 897,750 0 798  θ 4 
Elemen 4-5:  =
f   −448,875 0 897,750 448,875 0 897,750  U 5 
 X5    
 fY5   0 −14700 0 0 14700 0   V5 
 f m5   −897,750 0 1197 897,750 0 2394   θ5 

 f X5   9800 0 0 −9800 0 0  U 5   0 
BNE
 fY   0 133 399 0 −133 399   V5  −15
f 5  
  0 399 1596 0 −399 798  θ5  −15
Elemen 5-6:  m5  −
f  −9800 0 0 9800 0 0  U 6   0 
 X6      
 fY6   0 −133 −399 0 133 −399   V6  −15
 f m6   0 399 798 0 −399 1596   θ 6   15
 f X 6   56,109 0 224, 438 U 6 
   
Elemen 7-6, U=7 V=7 θ=
7 0 :  fY6  =  0 7350 0   V6 
 f m6   224, 438 0 1197   θ 6 
Gaya nodal struktur pada d.k ≠ 0:
 FX 2 = 0  BNE
 FY = 0  15076, 445 5117,756 317,338 −9800 0 0 0 0 0 0 0 0  U 2   0 
F 2 = 0   5117,756 5409, 445 81,662 0 −133 399 0 0 0 0 0 0   V2  −15
 m2   317,338 81,662 3288,770 0 −399 798 0 0 0 0 0 0   θ 2  −15
 FX 4 = 15kN   −9800 0 0 10697,750 0 0 −448,875 0 −897,750 0 0 0  U 4   0 
 FY4 = 0   0 −133 −399 0 29533 −399 0 −14700 0 0 0
 
0   V4  −15

 F = 0   −399
 
0   θ 4   15
m4
=  0 399 798 0 6384 897,750 0 1197 0 0

F = 0  0 −448,875 −9800 0  U 5   0 
 
0 0 0 897,750 10248,875 0 897,750 0
 X5    
 FY5 = 0   0 0 0 0 −14700 0 0 14833 399 0 −133 399   V5  −15
 Fm5 = 0   0 0 0 −897,750 0 1197 897,750 399 3990 0 −399 798  θ5  −15
 FX = 30kN   0 0 0 0 0 0 −9800 0 0 9856,109 0 224, 438 U 6   0 
 6   0 0 0 0 0 0 0 −133 −399 0 7483 −399   V6  −15
F = 0 
 6 Y   0 0 0 0 0 0 0 399 798 224, 438 −399 2793  θ 6   15
 Fm6 = 0 

Hasil invers adalah:

U 2   65, 213
 V2   −63, 284 
 θ2   −5,763
U   67,090 
V 4   
 4  −2,347 
 θ4   −15,678 −3
=
U   197,731 × 10
V5   
 5  −2,541
 θ5  −27,997 
U 6   199,714 
 V6   −3,694 
 θ 6   −2,843

I. KATILI
Portal Bidang 287

Reaksi Perletakan:
 RX1   −5276, 445 −5117,756 −317,338  65, 213 −18,392 kN 
      −3
 Y1 
R = −5117,756 −5276, 445 317,338  −63, 284  × 10 =−  1,658 kN 
 −  −
 Rm1   317,338 317,338 846,385   5,763   35,899 kN − m 
 RX 3   −448,875 0 −897,750   67,090  −16,040 kN 
      −3
=
 Y3 
R 0 −14700 0  − 2,347  =
× 10  34,500 kN 
 Rm3   897,750 0 1197  −15,678  41, 463 kN − m 
 RX 7   −56,109 0 −224, 438 199,714  −10,568 kN 
      −3
R=Y7  0 −7350 0  −3,694  ×=10  27,151 kN 
 Rm7   224, 438 0 598,5  −2,843  43,122 kN − m 

Gaya Dalam elemen:


Elemen 1-2:
 N1   7348, 701 7348, 701 0  14,176 kN 
 T1   −112,193 112,193 −448,852   −11,830 kN 
 M1   317, 338 −317, 338  65, 213
846, 385  −3  35,899 kN − m 
 N   7348, 701 7348, 701 0  −63, 284  × 10 =  14,176 kN 
 2    −5, 763  
 T2   −112,193 112,193 −448,852   −11,830 kN 
 M 2   −317, 338 317, 338 −1692, 77  −31, 022 kN − m 
Elemen 2-4:
GIE
 N2   −9800 0 0 9800 0 0   65, 213  0  18, 218 kN 
 T2   0 −133 −399 0 133 −399  −63, 284  −15  1,699 kN 
M   0 399 1596 0 −399 798  −5,763 −3  15  −31,182 kN − m 
N2 × 10 +  =
 −9800 0 0 9800 0 0   67,090  0 18, 218 kN 
 4       
 T4   0 −133 −399 0 133 −399   −2,347   15  31,699 kN 
M 4   0 −399 −798 0 399 −1596   −15,678  15  69,015 kN − m 
 N3   0 14700 0   −34, 501 kN 
 T3   −448,875 0 −897, 750   −16, 040 kN 
1197  
M   897, 750 67, 090   41, 463 kN − m 
0 
=
Elemen 3-4:  3   =   −2, 347  × 10−3  −34, 501 kN 
N 0 14700 0
 4   −15, 678  
 T4   −448,875 0 −897, 750    −16, 040 kN 
M 4   −897, 750 0 −2394  −22, 697 kN − m 
Elemen 4-5:
 N4   0 −14700 0 0 14700 0   67, 090   −2,852 kN 
 T4   448,875 0 −897, 750 −448,875 0 −897, 750   −2, 347  −19, 432 kN 
 M 4   −897, 750 0 2394 897, 750 0 1197   −15, 678 −3  46, 237 kN − m 
N = 0 −14700 0 0 14700 0   197, 731
× 10 =  −2,852 kN 
 5      
 T5   448,875 0 −897, 750 −448,875 0 −897, 75  −2, 541 −19, 432 kN 
 5 
M 897, 750 0 −1197 −897, 750 0 −2394  −27, 997   −31, 492 kN − m 

I. KATILI
288 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Elemen 5-6:
GIE
 N5   −9800 0 0 9800 0 0   197,731  0  19, 433 kN 
 T5   0 −133 −399 0 133 −399   −2,541 −15  −2,848 kN 
M 5   0 399 1596 0 −399 798 −27,997  −3  15  −31, 492 kN − m 
× 10 +  =
N   −9800 0 0 9800 0 0   199,714  0 19, 433 kN 
 6       
 T6   0 −133 −399 0 133 −399   −3,694   15  27,152 kN 
M 6   0 −399 −798 0 399 −1596   −2,843  15  41, 419 kN − m 
Elemen 7-6:
 N7   0 7350 0  −27,151 kN 
 T7   −56,109 0 −224, 438 −10, 568 kN 
598, 500  
 M 7   224, 438 199, 714   43,122 kN − m 
0 
=N   = −3, 694  × 10−3
0 7350 0   −27,151 kN 
 6
    −2,843  
 T6   −56,109 0 −224, 438   −10, 568 kN 
 M 6   −224, 438 0 −1197   −41, 420 kN − m 

- 41,420

5 - 31,492 6
- 41,419
- 31,492
- 69,015

2 4
- 46,237
- 22,697
- 31,022

35,899
-41,463 3 - 43,122 7
1

Diagram M
27,152
5
6
- 19,432

- 2,848

- 31,699
1,699
- 10,568

2 4
- 16,040

- 11,830
1 3 7

Diagram T

Gambar 5.57 Diagram M dan Diagram T untuk Portal Bidang 19

I. KATILI
Portal Bidang 289

Portal Bidang 20:


Soal di bawah ini adalah sebuah portal non-prismatis dengan hubungan sendi (pin
connection) pada nodal 4 dan mengalami pembebanan merata f z = –f o sepanjang nodal
1-2-4-6-7. Elemen 1-2, 2-3, 2-4, 4-6, 6-5 dan 6-7 adalah balok beton dengan E Beton = 2,1×105
kN/m2, Penampang Kecil: A 1 = 0,5 m×0,5 m = 0,25 m2, I 1 = (1/12)×0,5×0,53 = 5,208 × 10-3 m4.
Penampang Besar: A 2 = 0,5 m×1 m = 0,5 m2 , I 2 = (1/12)×0,5×13 = 4,167×10-2 m4. Elemen 3-4
dan 5-4 adalah rangka baja dengan E Baja = 2,1 × 106 kN/m2 dan penampang A 3 = 6 × 10-3 m2.

fo = 8 kN/m’

1 2 6 7
4

L
3 5
L=8m L L L L L

Gambar 5.58 Portal Bidang Non-Prismatis.

Karena simetris, kita dapat menganalisis separuh dari struktur, yaitu:

fo = 8 kN/m’

1 2
4

L
3
L=8m L L

Gambar 5.59 Pemodelan Simetris

Kondisi Batas: U 1 = V 1 = U 3 = V 3 = 0 ; Kondisi simetris: U 4 = 0

ELEMEN φ C S I 1 (kNm²) I 2 (kNm²) A 1 (m²) A 2 (m²) L (m)


1-2 0 1 0 0,00521 0,0417 0,25 0,5 8
2-3 -45o 0,707 -0,707 0,0417 0,00521 0,5 0,25 11,314
2-4 0 1 0 0,00521 0,0417 0,5 0,25 16
o
3-4 45 0,707 0,707 0,005 0,005 0,006 0,006 11,314

I. KATILI
290 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

Matriks kekakuan elemen portal non-prismatis, adalah : [=


k] [ ka ] + [ kb ] , di mana: Efek
L
 x
aksial diwakili oleh: [ ka ] = E ∫ A ( x ) { Ba } Ba dx di mana: A ( x ) =
x
1 − L  A1 + L A2 , dan:
0  
 1  1 1 
E  2( 1
− L  1 A + A2 ) − ( A1 + A2 ) 
1
{ Ba=
} Ba   − L , sehingga diperoleh: [ ka ] =  2

 1  L L 1 1 
 L 
− (
 2 1
A + A 2) (
2 1
A + A2 )

L
 x
Efek lentur diwakili oleh : [ kb ] = E ∫ I ( x ) { Bb } Bb dx di mana: I ( x ) =−
x
1 L  I1 + L I 2 dan:
0  
 6 12 x 
 L2 − L3 
 
 4 6x 
 L − L2 
{ Bb } Bb   6 12 x 4 6x 6 12 x 2 6x
=  L2 − L3 − 2 − 2+ 3 − , sehingga diperoleh:
 6 12 x  L L L L L L2
− L2 + L3 
 
 2 6x 
 L − L2 

 6 ( I1 + I 2 ) ( 4 I1 + 2 I 2 ) L −6 ( I1 + I 2 ) ( 2 I1 + 4 I 2 ) L 
 
E ( 4 I1 + 2 I 2 ) L ( 3I1 + I 2 ) L2 − ( 4 I1 + 2 I 2 ) L ( I1 + I 2 ) L2 
[ kb ] = L3  
 −6 ( I1 + I 2 ) − ( 4 I1 + 2 I 2 ) L 6 ( I1 + I 2 ) − ( 2 I1 + 4 I 2 ) L 
 
( 2 I + 4 I ) L ( I1 + I 2 ) L2 − ( 2 I1 + 4 I 2 ) L ( I1 + 3I 2 ) L2 
 1 2

Dari menggabungkan efek aksial dan lentur diperoleh matriks kekakuan elemen portal
non-prismatis dalam sistim lokal, yaitu:
 ( A1 + A2 ) L2 − ( A1 + A2 ) L2 
 0 0 0 0 
 2 2 
 0 6 ( I1 + I 2 ) 2 L ( 2 I1 + I 2 ) 0 −6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 ) 

[ k ] = 3  − A +0A L2 2 L ( 2 I1 + I 2 ) L ( 3I1 + I 2 ) A + 0A L2 −2 L ( 2 I1 + I 2 ) L ( I1 + I 2 ) 
E 2 2 
L  ( 1 2) ( 1 2) 
0 0 0 0
 2 2 
 0 −6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( 2 I1 + I 2 ) 0 6 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 ) 
 2 L ( I1 + 2 I 2 ) L2 ( I1 + I 2 ) −2 L ( I1 + 2 I 2 ) L2 ( I1 + 3I 2 ) 
 0 0

Dalam sistim global matriks kekakuan elemen portal non-prismatis, adalah:

I. KATILI
Portal Bidang 291

 AL2 C 2 + 6( I1 + I 2 ) S 2 AL2 CS − 6( I1 + I 2 )CS −2(2 I1 + I 2 ) LS − AL2 C 2 − 6( I1 + I 2 ) S 2 − AL2 CS + 6( I1 + I 2 )CS −2( I1 + 2 I 2 ) LS 


 AL2 CS − 6( I + I )CS AL2 S 2 + 6( I1 + I 2 )C 2 2(2 I1 + I 2 ) LC − AL2 CS + 6( I1 + I 2 )CS − AL2 S 2 − 6( I1 + I 2 )C 2 2( I1 + 2 I 2 ) LC

 2 1

E  −2(2 I1 + I 2 ) LS 2 (2 I1 + I 2 ) LC (3 I1 + I 2 ) L2 2(2 I1 + I 2 ) LS −2(2 I1 + I 2 ) LC ( I1 + I 2 ) L2 
 k  =  − AL2 C 2 − 6( I + I ) S 2 
L3 − AL CS + 6( I1 + I 2 )CS
2
2(2 I1 + I 2 ) LS AL C + 6( I1 + I 2 ) S
2 2 2
AL CS − 6( I1 + I 2 )CS
2
2( I1 + 2 I 2 ) LS
 1 2 
− AL2 CS + 6( I1 + I 2 )CS − AL2 S 2 − 6( I1 + I 2 )C 2 −2(2 I1 + I 2 ) LC AL2 CS − 6( I1 + I 2 )CS AL2 S 2 + 6( I1 + I 2 )C 2 −2( I1 + 2 I 2 ) LC 
 
 −2( I1 + 2 I 2 ) LS 2( I1 + 2 I 2 ) LC ( I 2 + I1 ) L2 2( I1 + 2 I 2 ) LS −2( I1 + 2 I 2 ) LC ( I1 + 3 I 2 ) L2 

1
=
Di mana: A ( A + A2 )
2 1
Elemen 1-2: L= 8 m, φ = 0º, U 1 = V 1 = 0

 f X1  
BNE
 fY   0 −9843,75 0 0 
0 
f 1  341,797 0 −115,356 581,055  θ1   −32 
 m1   1503,906 0 −341,797 1230, 469 U 2  − −42,667
f   0 9843,75 0 0 V2   0 
 X2  −341,797 0 115,355 −581,056  θ2   −32 
 fY2  1230, 469 0 −581,055 3417,969  
 f m2   42,667 

Elemen 2-4: L = 16 m, φ = 0º, U 4 = 0


 f X2  BNE
 fY   4921,875 0 0 0 0  U   0 
f 2   0 14, 420 145, 264 −14, 420 85, 449   V 2   −64 
 m2   0 145, 264 1708,984 −145, 264 615, 234   θ2  − −170,667 
 f  =  −4921,875 0 0 0 0  2   0 
 X4   0 −14, 420 −145, 264 14, 420 −85, 449   V4   −64 
 fY4   −   θ 4   170,667 
 f m4   
0 85, 449 615, 234 85, 449 751,953  

Elemen 2-3: L = 8√2 m, φ = - 45º, U 3 = V 3 = 0


 f X2 
 fY   3500,684 −3459,899 205, 434 120,843
 f 2   −3459,899 3500,684 205, 434 120,843 U 2 
 m2   205, 434 205, 434 2416,869 870,073  V2 
 f  =  −3500,684 3459,899 −205, 434 −120,843  θ 
 X 3   3459,899 −3500,684 −205, 434 −120,843  θ2 
 fY3   120,843  3
120,843 870,073 1063, 422 
 f m3  
6 2
Elemen 3-4 (Elemen Rangka): L= 8√2 m, E = 2,1×10 kN/m ; φ = 45º, U 3 = V 3 = U 4 = 0
 fX 
 f 3   −556,846
 Y3   −556,846
 f  =  556,846 {V4 }
 X 4   556,846
 fY   
 4
Persamaan kekakuan struktur setelah penggabungan adalah:

I. KATILI
292 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

 Fm1 = 0 
0  θ1  
BNE
 FX = 0   1503,906 0 −341,797 1230,469 0 0 −42,667 
F = 0  
2 0 18266,309 −3459,899 205,434 120,843 0 0  2U   0 
 Y2   −341,797 −3459,899 3630,46 −230,357 120,843 −14,42 85,449   V2   −32 − 64 
 m2
F = 0 =
  1230,469 205,434 −230,357 7543,822 8 70,073 −145,264 615,234   θ2  − 42,667 − 170,667 
 Fm3 = 0   0 120,843 −120,843 870,073 1063,422 0 0  θ3   0 
 FY = 0   0 0 −14,42 −145,264 0 571,31 −85,449   V4   −64 
F = 0  
4 0 0 85,449 615,235 0 −85,449 751,953   θ4   170,667 
 4m 

Hasil invers memberikan:


 θ1  
 −0,120
U 2  
 −0,836
 V2  
 −4,534 
= θ2 



−4,580 × 10−2
 θ3  

4,357 
 V4  

−8,596
 θ4  

25,982 

Reaksi perletakan:
Dari elemen 1-2 diperoleh:
−0,120 

{ }

 RX1   0 −9643,75 = 0 0  −0,836 × 10−2 − 0
BNE
82,3 





  −115,356 581,055 −4,534  −32
  

 RY1  341,797 0 10,207 







−4,580 

Dari elemen 2-3 diperoleh:


 −0,836
 

 RX 3   −3500,684 3459,899 205, 434 120,843 −4,534


  = 

 RY3   3459,899 −3500,684 205, 433 120,843 −4,357


 4,580
 × 10 −2


{−181,793
75,585
}
 

Gaya internal elemen dihitung dengan persamaan:


 E  A1 + A2  E A +A  E  A1 + A2  E  A1 + A2  
−  C −  1 2 S 0  2 C  2 S 0 
 L  2  L  2  L   L   
 
 N1   ( 6 EI1 + 6 EI 2 ) S − ( 6 EI1 + 6 EI 2 ) C − ( 4 EI1 + 2 EI 2 ) − ( 6 EI1 + 6 EI 2 ) S ( 6 EI1 + 6 EI 2 ) C − ( 2 EI1 + 4 EI 2 )  U1 
   L3 L3 L2 L3 L3 L2   
T    V
   ( 4 EI1 + 2 EI 2 )
1
( 4 EI1 + 2 EI 2 ) C ( 3 EI1 + EI 2 ) ( 4 EI1 + 2 EI 2 ) S − ( 4 EI1 + 2 EI 2 ) C EI1 + EI 2   1 
M   −
  θ1 
S
 1 L2 L2 L L2 L2 L
 =  
 N 2   E  A1 + A2  E  A1 + A2  E  A1 + A2  E  A1 + A2   U 2 
   L 2 − C −  2  S 0  2  C  2  S 0  
 T2     L   L   L     V2 
    
M 
 2 
 ( 6 EI + 6 EI ) ( 6 EI + 6 EI ) ( 2 EI + 4 EI ) ( 6 EI + 6 EI ) ( 6 EI + 6 EI ) ( 2 EI + 4 EI )
2  θ 
S − − C −   2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
C S
L3 L3 L2 L3 L3 L2
 
 ( 2 EI + 4 EI ) ( 2 EI + 4 E I ) EI + EI ( 2 EI + 4 EI ) ( 2 EI + 4 EI ) ( EI + 3 EI ) 
 1 2
S 1 2
C − 1 2
− 1 2
S 1 2
C − 1 2 
 L 2 L2
L L2 L 2
L 

Elemen 1-2:

I. KATILI
Portal Bidang 293

GIE
 N1   0 9843,75 0 0  0  −82,301


 T1   −341,797 0 115,356 −581,055  −0,120  −32  
−10, 207

 M   1503,906  
0 −341,797 1230, 469  −0,836
 42,667 

 1  
−2

 0
N =     × 10
0  −4,534
+  0  = 
−82,301

 2 
0 9843,75 0 
  

 T2   −341,797 0 115,356 −581,055 −4,580  



 32  53,792


 M 2   −1230, 47 0 581,055 −3417,97  42,667  
174,341


Elemen 2-3:
 N 2   4921,875 −4921,875 0 0  −181,994 
 T2   28,839 
28,839 −28,839 −28,839  −0,836
   7,407 
 M   −205,434 −205,434 2416,869  
870,073  −4,534 


 
 −83,808 
−2
 N  =  4921,875 −4921,875    × 10 =
2
0 0  −4,580  −181,994 
 3   
 T3   28,839 28,839 −290,527  
120,843  4,357   7,408 
 M 3   120,843 120,843 −870,073 −1063,42   0 

Elemen 2-4:
GIE
 N 2   −4921,68 0 0 0 0   0   41,150 
 −0,836

 T2   0 −14, 42 −145, 264 14, 42 −85, 449     −64  −80,134 
  −4,534
M 2   1708,984 −145, 264 615, 234   170,667   258,149 

0 145, 264
 N  =  −4921,88  −4,580 × 10−2 +  =
0   41,150 
 4    −8,596
0 0 0 0
   
 T4   0 −14, 42 −145, 264 14, 42 −85, 449   
  64   47,866 
25,982
 M 4   0 −85, 449 −615, 234 85, 449 −751,953  
170,667   0 

Gaya internal rangka:


{N 34 } =787,5 {−8,596} × 10−2 =
{−67,692}

I. KATILI
294 Metode Elemen Hingga untuk Skeletal

2 41,150 kN
6 7
1
4
-82,301 kN -82,301 kN

181,994 kN
-181,994 kN 3 5
-67,692 kN
-67,692 kN

a. Diagram N

80,134 kN
53,793 kN 47,866 kN
10,207 kN
1 4 6
7
2
-10,207 kN 7,408 kN -53,793 kN
-47,866 kN
-80,134 kN
7,408 kN
3 5
b. Diagram T

258,149 kNm 258,149 kNm


174,341 kNm 174,341 kNm
1 7
2 4 6
-83,808 kNm
-83,808 kNm

3 5
c. Diagram M

Gambar 5.60 Diagram N, T, dan M Portal 20

I. KATILI

Anda mungkin juga menyukai