Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia, guna
mengembangkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam mengembangkan
pertumbuhan dan produksi tanaman diperlukan beberapa faktor pendukung untuk
itu, faktor pendukung dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal. Dimana
faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi tanaman dari luar seperti
nutrisi, cahaya matahari, air dan kelembaban, suhu, tanah dan lain lain.
Oksigen adalah elemen yang diperlukan untuk hidup bagi manusia,
tumbuhan , hewan dan makhluk hidup lainnya. Oksigen juga merupakan sumber
energi yang paling penting bagi makhuk hidup karena pada prinsipnya makhluk
hidup memasok bahan makanan dari luar ke dalam tubuh, membakarnya dengan
oksigen dan dengan demikian mendapatkan energi. Tanpa elemen oksigen
makhluk hidup tidak akan bertahan lebih lama.
Jumlah oksigen yang melimpah dapat bermanfaat bagi tanaman dalam
bentuk air (H2O). Oksigen berperan pada proses respirasi tanaman, dimana proses
respirasi tanaman adalah proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis
dan hasil akhir dari proses respirasi yaitu terbentuknya ATP yang merupakan
sumber energi utama bagi tanaman untuk melakukan semua kegiatan seperti
absorbsi, transpirasi, transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun
fotosintesis. Oksigen digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan
adenosina trifosfat (ATP) selama fosforilasi oksidatif. Reaksi respirasi aerob ini
secara garis besar merupakan kebalikan dari fotosintesis, secara sederhana:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 2880 kJ•mol-1
Pada awal pertumbuhan tanaman, oksigen sangat diperlukan karena pada
masa ini tumbuhan belum mempunyai organ yang lengkap. Saat tumbuhan
dewasa dan organ tubuhnya sudah lengkap maka penggunaan oksigen menjadi
berkurang. Tanaman selanjutnya akan menggunakan gas karbon dioksida untuk
mendukung proses metabolismenya. Oksigen sendiri baru digunakan pada waktu
tertentu seperti di malam hari. Hal ini disebabkan juga karena oksigen merupakan
salah satu mineral makronutrisi yang diperlukan tumbuhan sebagai penyusun
utama materi organik. Materi organik ini sendiri akan dipergunakan tanaman
untuk mendukung proses pertumbuhannya.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air. Proses respirasi tumbuhan
air dan hewan serta proses dekomposisi bahan organik dapat menyebabkan
hilangnya oksigen dalam suatu perairan. Selain itu, peningkatan suhu akibat
semakin meningkatnya intensitas cahaya juga mengakibatkan berkurangnya
oksigen. Meningkatnya suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk
mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam air juga akan
menurun. Peningkatan suhu juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan
demikian laju pengunaan oksigen juga meningkat (Effendi, 2003).
Bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah bisa mendapatkan
oksigen melalui atmosfir sedangkan bagian bawah permukaan tanah seperti akar
juga mendapatkan oksigen dari atmosfir tetapi harus diperlukan bantuan aerasi.
Aerasi yang memadai sangat dibutuhkan oleh akar untuj bernafas sehingga
kebutuhan oksigen dapat tercukupi. Kekurangan oksigen di akar dapat
menyebabkan kematian akar sehingga pertumbuhan tanaman terhambat serta
produksi pun berkurang.
Pengunaan oksigen bukan hanya dibutuhkan oleh tanaman darat tetapi juga
tanaman perairan karena dinamika oksigen terlarut dalam ekosistem perairan
ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen. Tumbuhan
akuatik merupakan faktor yang penting dalam menentukan keseimbangan oksigen
dalam ekosistem perairan. Produksi oksigen berlangsung pada tumbuhan melalui
proses fotosintesis oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen pda
tumbuhan dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi dan
perombakan bahan organik (Boyd, 1990).
Budidaya perairan merupakan usaha membudidayakan organisme akuatik
seperti ikan, Mollusca, Crustacea, dan sebagainya yang bernilai ekonomi untuk
pemenuhan hajat hidup. Usaha ini dapat mendatangkan keuntungan yang sangat
besar. Keberhasilan dari kegiatan ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh kualitas
perairan tempat tanaman tumbuh (Hidayat, 2011).
Produksi tanaman juga dapat dipengaruhi oleh oksigen di udara karena
oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan sehingga akan berdampak pada
produksi tanaman. Pertumbuhan yang baik akan berpengaruh pada produksinya,
produksi akan meningkat. Oksigen sangatlah berlimpah sehingga kita dapat
menggunakannya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan pengkajian mengenai
pengaruhoksigen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
B. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk membahas dan memecahkan masalah tentang
pengaruh oksigen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
PERMASALAHAN

Udara di bumi mulai tercemar karena banyaknya polusi-polusi yang ada


seperti akibat dari penggunaan kendaraan, pabrik dan lain lain. Pencemaran ini
berdampak pada tumbuhan, dapat berupa dampak fisik, fisiologis, maupun
antonis. Dampak fisik terjadi setelah terjadi perubahan fisiologis pada tumbuhan
yang tercemar. Tumbuhan dapat rusak juga karena CO2 yang terdispersi di udara
bereaksi dengan ozon sehingga dapat terbentuk kabut fotokimia lalu terserap oleh
tumbuhan dan menyebabkan pucatnya daun. Pencemaran udara juga berdampak
pada penghambatan mekanisme pembentukan klorofl sehingga daun akan
menguning kemudian diikuti dengan kematian karena banyaknya gas SO2 di
udara. Sedangkan gas NOx akan menimbulkan bintik-bintik pada daun sehingga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman seperti tinggi tanaman,
banyaknya daun serta pembungaan (Muslihati, 2016).
Permasalahan yang terjadi pada budidaya organisme perairan berbenturan
dengan masalah penurunan kualitas air seperti kekeruhan, pengkayaan nutrisi
(eutrofikasi), dan polusi. Kondisi ini akan dapat menghambat pertumbuhan dan
menurunkan sistem imunitas organisme perairan. Akibatnya, kondisi perairan
menjadi kurang layak untuk dijadikan sebagai lahan budidaya (Hidayat, 2011).
SOLUSI PEMECAHAN MASALAH

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu solusi yang telah
dilakukan pemerintah kota Semarang untuk mengurangi pencemaran udara.
Ruang Terbuka Hijau merupakan daerah permukaan tanah yang banyak ditanami
tumbuhan yang fungsinya untuk perlindungan habitat, sarana lingkungan atau
kota, pengamanan jaringan prasarana dan budidaya pertanian. Sesuai dengan UU
No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dengan luas Ruang Terbuka Hijau
minimal 30% dari wilayah kota. Disamping berperan membentuk struktur kota,
RTH juga harus tercermin dalam pola ruang kota. Selain membuat RTH, dapat
juga dilakuan penanaman sansevieria (Rosha, 2013).
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan mengembalikan keseimbangan
ekosistem perairan, diantaranya dengan menambahkan komponen-komponen
yang sangat penting dalam sistem perairan seperti tumbuhan air. Sebagai
produsen utama dalam perairan, tumbuhan air dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan bagi organisme perairan lainnya. Fungsi penting lainnya adalah sebagai
bioaerator atau pemasok oksigen utama yang nantinyadapat menjamin kehidupann
ekosistem di dalamnya (Hidayat, 2011).
HAMBATAN DAN TANTANGAN

Hambatan dan tantangan yang dihadapi yaitu banyaknya pencemaran


sehingga tidak dapat di tanggulangi semua. Pencemaran udara yang telah
berkepanjangan karena semakin majunya zaman sehingga semua menggunakan
kendaraan sendiri, dimana yang dapat membuat polusi udara. Serta kurangnya
lahan untuk menanam tanaman sansevieria dalam skala besar.
Pada perairan memiliki hambatan dan tantangan seperti sulitnya
menyeimbangkan keseimbangan dengan tumbuhan air. Hal ini di sebabkan karena
perairan yang ada di Indonesia begitu luas dan pencemarannya yang banyak serta
sulitnya menyimpan tumbuhan air karena bergantung pada gelombang air.
PEMBAHASAN

Oksigen berperan pada proses respirasi. Proses respirasi tanaman adalah


proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis dan hasil akhir dari proses
respirasi yaitu terbentuknya ATP yang merupakan sumber energi utama bagi
tanaman untuk melakukan semua kegiatan seperti absorbsi, transpirasi,
transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun fotosintesis. Oksigen
digunakan di mitokondria untuk membantu menghasilkan adenosina trifosfat
(ATP) selama fosforilasi oksidatif.
Oksigen sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman
karena oksigen berperan dalam proses pembelahan sel. Namun oksigen tidak
memiliki peran sepenting air karena oksigen hanya diperlukan oleh tanaman pada
awal masa pertumbuhannya karena belum memiliki organ yang lengkap. Setelah
organ tanaman tumbuh dewasa dan organnya lengkap tanaman lebih banyak
memerlukan karbondioksida untuk melakukan metabolisme sedangkan oksigen
hanya diperlukan dalam waktu tertentu saja misalnya pada malam hari.
Oksigen merupakan salah satu mineral makronutrisi yang diperlukan
tumbuhan sebagai penyusun utama materi organic. Materi organic ini sendiri akan
dipergunakan tanaman untuk mendukung proses pertumbuhannya.
Pada awal pertumbuhan tanaman, oksigen sangat diperlukan karena pada
masa ini tumbuhan belum mempunyai organ yang lengkap. Saat tumbuhan
dewasa dan organ tubuhnya sudah lengkap maka penggunaan oksigen menjadi
berkurang. Tanaman selanjutnya akan menggunakan gas karbon dioksida untuk
mendukung proses metabolismenya. Oksigen sendiri baru digunakan pada waktu
tertentu seperti di malam hari.
Oksigen merupakan faktor pembatas pada setiap organisme. Kondisi ini
juga berlaku untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Kosentrasi
oksigen sangat ditentukan oleh medium empat tumbuhan berada. Bagian akar
tumbuhan memerlukan aerasi yang baik untuk mendapatkan oksigen yang cukup.
Dengan dasar itulah petani sering menggemburkan tanaman mereka secara
berkala. Aerasi yang baik mampu meningkatkan proses respirasi akar untuk
mengedarkan unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah ke bagian daun.
Salah satu contoh penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
oksigen terhadap proses pertumbuhan tanaman yaitu dari blogspot Nirmalasari
yaitu sebagai berikut :

Pada hari ke-1 (Rabu, 20 Juli 2016)


Proses pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau masih belum terlihat
secara jelas. Kacang hijau yang diletakkan pada ketiga sampel tersebut masih
terlihat sama seperti awal. Namun sebenarnya biji kacang hijau tersebut sudah
mulai menyerap air sehingga tanpa disadari biji kacang hijau tersebut semakin
membesar. Dan perubahan tersebut dinamakan proses imbibisi. Proses tersebut
menandakan awal perkecambahan mulai berjalan.
Pada hari ke-2 (Kamis, 20 Juli 2016)
Perubahan biji pada ketiga sampel sudah mulai terlihat jelas, dikarenakan
radikula dan plumula telah terlihat. Pada sampel A (netral), radikula dan plumula
telah terlihat pada keempat biji. Pada sampel B (15 ml minyak), radikula hanya
terlihat pada dua biji. Pada sampel C (30 ml minyak), radikula hanya terlihat pada
satu biji. Namun, pertumbuhan dan perkembangan biji diantara kedua tabung
tersebut belum terlihat perbedaan yang signifikan.
Pada hari ke-3 (Jum’at, 20 Juli 2016)
Perubahan biji pada ketiga sampel sudah mulai terlihat jelas perbedaannya,
dikarenakan pada sampel A (netral) kotiledon telah muncul ke permukaan dan
telah terdapat daun sejati. Ini menandakan perkecambahan biji kacang hijau
termasuk ke dalam perkecambahan epigeal. Pada sampel A rata-rata pertumbuhan
2,875cm sedangkan pada sampel B (15 ml minyak) dan C (30 ml minyak)
radikula hanya terlihat pada ketiga biji, dimana biji yang lain tidak mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan pada saat perkecambahan berlangsung, proses
respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbon dioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen
yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan
pada biji.
Pada hari ke-4 (Sabtu, 21 Juli 2016)
Pada sampel A (netral) pertumbuhan tumbuhan lebih cepat dan tinggi dengan
rata-rata pertumbuhan 9,625cm yang dikarenakan tersediannya oksigen yang
cukup untuk melakukan proses respirasi. Sedangkan pada sampel B (15 ml
minyak) dan C (30 ml minyak) tidak mengalami pertumbuhan, tetapi mengalami
pembusukan. Hal ini dikarenakan sampel B (15 ml minyak) dan C (30 ml minyak)
berada dalam keadaan kekurangan oksigen yang disebabkan oleh pemberian
minyak yang dapat menghambat oksigen. Padahal oksigen dibutuhkan untuk
metabolisme. Melalui metabolisme inilah tumbuhan mendapatkan energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Akibatnya, biji kacang hijau pada sampel B (15
ml minyak) dan C (30 ml minyak) mengalami pembusukan.
Pada hari ke-6 (Senin, 25 Juli 2016)
Pada hari terakhir pengamatan, sampel A (netral) telah menunjukkan
perbedaan yang jauh signifikan terhadapa sampel B (15 ml minyak) dan C (30 ml
minyak). Dimana rata-rata pertumbuhan 18cm. Sampel B (15 ml minyak) dan C
(30 ml minyak) pertumbuhan biji telah terhenti dan tetap mengalami pembusukan.
Oksigen sangat berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan biji kacang
kacang hijau, karena biji memerlukan oksigen untuk prosess respirasi dalam
perkecambahan. Hal ini dibuktikan pada hasil percobaan sampel A, B, dan C yang
mengalami perkecambahan dengan munculnya radikula. Selain itu, oksigen juga
dibutuhkan dalam proses metabolisme. Melalui metabolisme inilah tumbuhan
mendapatkan energi yang dibutuhkan pertumbuhan. Hal ini dibuktikan pada
sampel A yang mendapatkan oksigen yang cukup sehingga pertumbuhannya
berlangsung dengan baik, pertumbuhan biji dimulai dari munculnya radikula,
plumula, dan muculnya kotiledon diatas permukaan tanah sehingga mempunyai
daun sejati sedangkan pada sampel B dan C pertumbuhannya terhambat dan
mengalami pembusukan karena berada dalam keadaan kekurangan oksigen yang
disebabkan oleh pemberian minyak.
PENUTUP
REFERENSI

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama: Birminghan
Publishing.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Nirmalasari. 2016. Pengaruh Oksigen Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Biji


Kacang Hijau Selama Enam Hari.
http://remajasalingberbagi.blogspot.com/2016/08/laporan-penelitian-
pengaruh-oksigen.html

Anda mungkin juga menyukai