Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF TUMOR MAMMAE


DEXTRA DENGAN TINDAKAN OPERASI EXCISI PADA NY. A
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

ANNISA TRI UTAMI

NIM. P1337420919060

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN – POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara.
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna.
Hampir 40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan
pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering
diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna
yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya
insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna.
Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,
berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu
terjadinya tumor jinak payudara yang ada.
Salah satu penatlaksanaan yaitu dengan proses pembedahan, eksisi. Proses
pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan hanya pada
jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh payudara.

2. WOC
(Terlampir)
BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF TUMOR MAMMAE


DEXTRA DENGAN TINDAKAN OPERASI EXCISI PADA NY. A
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
No RM :
Ruang/Kamar : IBS/II
Jenis Operasi : Minor
Operator : dr. B
Dokter Anastesi : dr. H
Perawat Anastesi : Perawat T
Perawat Asisten : Perawat D
Perawat Sirkuler : Perawat R
Perawat Scrub : Perawat E
Diagnosa Pre Op : Tumor Mammae Dextra
Tindakan Operasi : Excisi

II. PRE OPERASI

DS
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan takut untuk menjalani tindakan
operasi. Pasien mengatakan ada benjolan di payudara kanannya.
DO
Tekanan 143/85 Jantung Hb 14,0
Darah mmHg  Inspeksi g/dL
Nadi 102 Ictus cordis tidak Ht 40,5 %
x/menit nampak.
AL 13,29
 Palpasi 103/uL
Ictus cordis teraba di
RR 21 AT 652
x/menit intercosta V
103/uL
midklavikula.
GDS 96 g/dL
 Perkusi
Terdapat suara redup Golongan B Rh +
 Auskultasi Darah
Suhu 36.3oC Terdengar bunyi HBsAG Negatif
jantung I dan II, tidak
SpO2 99% Anti HIV Non
ada murmur dan
Reaktif
gallop.
BB 53 kg Anti HCV Negatif

CATATAN LAIN Paru-paru EKG -


Klien mengatakan  Inspeksi
terdapat benjolan Bentuk dada simetris,
CT 2 detik
payudara kanan. frekuensi pernafasan
21 x/menit, tidak
terdapat otot bantu BT 11 detik
Klien mengatakan
cemas karena akan pernafasan. IV LINE RL 20
menjalani operasi yang  Palpasi tpm
pertama kalinya, muka Focal fremitus teraba NGT -
tegang, badan tegang. sama kuat, tidak ada
Tidak ada obat-obatan nyeri tekan, tidak ada KATETER -
khusus yang benjolan.
dikonsumsi rutin, tidak  Perkusi
ada riwayat HT, DM Suara sonor pada
dan penyakit jantung. semua lapang paru
 Auskultasi
Suara nafas vesikuler.
ABDOMEN
 Inspeksi
Perut datar, tidak
mengkilap, tidak ada
spider navy
 Auskultasi
 Bising usus 8 x/menit.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri
tekan.
 Perkusi
Timpani

EKSTREMITAS :
 Ekstremitas atas
Tangan kanan
terpasang infus RL 20
tpm, tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak atas. Tidak ada
edema
 Ekstremitas bawah
Kaki tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak. Tidak ada
edema.

Pre Medikasi Granisentron Diagnosa


Sulfat Atropin Keperawatan
Cefoperazone 1. Ansietas (Cemas)
Produk Darah - berhubungan
Riwayat Alergi - dengan ancaman
USG Payudara pada status
1. Lesi inhomogen ireguler kesehatan saat ini
hipervaskuler subcutis-pre (tindakan operasi)
mammary zone lower inner
Rontgen
quadran 1, subcutis arah jam 9/
periareolar-areolar dan
mammary zone arah jam 9/4 cm
dari papilla mammae kanan:
curiga abses D/D susp. Maligna
lession (BIRADS US 4)
2. Tak tampak tumor mammae
kiri
3. Multiple reaktif
limfadenophaty axila dextra
4. Normolymphanode axilla kiri

1. Persiapan Operasi
a. Identitas pasien dan prosedur telah dikonfirmasi.
b. Marking telah dilakukan pada lembar pemeriksaan fisik, marking pada
mammae dextra
c. Informed consent telah ditanda tangani oleh pasien sendiri.
d. Telah dikonfirmasi bahwa pasien tidak memiliki alergi.
e. Pasien telah berpuasa sejak pukul 01.00 sehingga puasa telah
dilakukan selama ± 6 jam.

2. Daftar Masalah
No Tgl . jam Data focus Diagnosa Tgl Ttd
keperawatan teratasi
1 15 Oktober 2019 DS : pasien Ansietas 15 Okt
08.45 WIB mengatakan takut (Cemas) 2019
saat akan menjalani berhubungan
tindakan operasi dengan
untuk pertam ancaman pada
kalinya status
kesehatan
DO : saat ini
 Pasien tegang, (tindakan
wajah pasien operasi)
tampak cemas
dan gelisah
 TD : 143/85
mmHg
Nadi : 102
x/menit
RR : 21 x/menit

3. Rencana Keperawatan

Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1. 15 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
Oktober Cemas) tindakan kecemasan pasien
2019/ berhubung keperawatan 2. Dorong klien untuk
08.45 an dengan selama 15 menit mengekspresikan
WIB ancaman diharapkan cemas ketakutan atau
pada status berkurang kekhawatiran yang
kesehatan dengan kriteria dialami
saat ini hasil : 3. Berikan informasi
(tindakan yang membantu
 Terbina
operasi) menyingkirkan
hubungan
kekhawatiran klien
saling percaya
(menjelaskan
antara pasien
prosedur
dan perawat
pembedahan)
 Pasien dapat
4. Pertahankan
mengekspresik
komunikasi terbuka
an ketakutan
dengan klien
atau
5. Libatkan peran dari
kekhawatiran
keluarga atau
tentang
sahabat klien,
pembedahan
sepanjang
yang akan
memungkinkan
dihadapinya
 Pasien dapat 6. Ajarkan teknik
D Menggunakan relaksasi
teknik 7. Kolaborasi dengan
relaksasi tim medis untuk
I untuk pemberian
m menurunkan medikasi pre-
p cemas anesthesi
l  Pasien 8. Kaji tekanan darah,
e mengungkapk status pernapasan,
m an bahwa nadi dan status
tingkat psikologis pasien
kecemasannya
sudah hilang
atau berkurang
 Pasien
mengatakan
siap untuk
menjalani
operasi.
4. Implementasi
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1. 15 1. Mengkaji tingkat 1.
Oktober kecemasan pasien dan S: Pasien mengatakan
2019/ 2. mendorong klien untuk cemas
08.45 mengekspresikan O:
WIB ketakutan atau  Pasien mengalami
kekhawatiran yang tingkat kecemasan
dialami sedang
3. Memberikan informasi  Pasien
yang membantu mengekspresikan
menyingkirkan kecemasan dengan
kekhawatiran klien mengatakan secara
(menjelaskan prosedur) verbal, pasien
4. Mempertahankan komunikatif
komunikasi terbuka 2, 3, 4
dengan klien S: pasien mengatakn
5. Mengajarkan teknik cemas sedikit
relaksasi berkurang
6. Mengkaji tekanan O: Pasien mengontrol
darah, status cemas dengan beridoa
pernapasan, nadi dan dan napas dalam
status psikologis pasien
5, 6
S: pasien mengatakan
sedikit takut
O: Pasien tampak
tegang, raut wajah
gelisah dan cemas
TD : 143/85 mmHg
Nadi : 102 x/menit
RR : 21 x/menit

4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
15 Oktober Ansietas (Cemas) S
2019 2019/ berhubungan dengan Pasien mengatakan cemasnya
09.00 WIB ancaman pada status terhadap tindakan operasi sudah
kesehatan saat ini berkurang
(Tindakan operasi) O
 Pasien lebih tenang, namun
ada raut wajah cemas dan
gelisah
 TD. 136/88 mHg
N. 74 x/mnt
RR. 21 x/mnt
A
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
III. INTRA OPERASI

TGL OPERASI : 15 Oktober 2019 TEKNIK ANASTESI JENIS OBAT OBAT LAIN

WAKTU : 09.10 WIB General Anestesi Propofol Premedikasi :


Teknik Fask Mask 100mg Granisetron 1mg
POSISI : Supinasi Fentanyl
Sulfat Atropin 0,5
Ketamin
mg
Cefoperazone 1 gr

Analgesik post op :
Ketorolac30 mg/8
jam

JUMLAH INSTRUMEN : INDUKSI OKSIGEN : 4 lpm


OBAT :-

INSTRUMEN PRE INTRA POST


1. Duk Klem 6 6 6
2. Scapel no 3 1 1 1
3. Scalpel no. 4 1 1 1
4. Bisturi no 23 1 1 1
5. Pinset Anatomi 2 2 2
6. Pinset Cirugis 2 2 2
7. Gunting jaringan 2 2 2
8. Canul suction 1 1 1
9. Pean 6 6 6
10. Langen back 2 2 2
11. Needle Holder 2 2 2
12. Gunting benang 2 2 2
13. Ovarium klem 1 1 1
14. Kocher 3 3 3
15. Bengkok 1 1 1
16. Kocher 1 1 1
17. Hak Gigi 3 2 2 2
18. Hak Gigi 5 2 2 2
19. Kom 2 2 2
20. Kassa 25 25 25
21. Chromic no 1 1 1 1
22. Silk 2/0 1 1 1
23. Plain no 1 2 2 2

BAHAN HABIS PAKAI


ALAT PRE INTRA POST

Handscoon steril 4psg 4psg 4psg


Povidon iodine 100 cc -cc -cc
Alkohol 100 cc -cc -cc

BALANCE CAIRAN MASUK RL 500 cc TOTAL MASUK 567 cc

Propofol 10 cc

Fentanyl 2cc

Ketamin 1 cc

Midazolam 3cc

Ketorolac 1 cc

KELUAR Perdarahan 150 cc TOTAL KELUAR 150 cc

Urine -cc

BALANCE + 417cc
1

PENYULIT Tidak ada


DIAGNOSA Intra Operasi
KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakefektifan pola napad b.d kelemahan neuromuskuler
2. Kerusakan integritas jaringan b.d prosedur pembedahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
1. Daftar Masalah
Diagnosa Tgl
No Tgl/jam Data Fokus Ttd
keperawatan Teratasi
1 15 DS:- Risiko 15
Oktober DO: ketidakefektifa Oktober
2019 Terpasang ETT n pola napad 2019
2019 GCS: E2VettM4 b.d kelemahan
09.10 TD: 130/80 neuromuskuler
WIB HR 88 x/menit
SpO2 99%
1. 15 DS : - Kerusakan 15
Oktober DO : integritas Oktober
2019  adanya luka insisi pada jaringan b.d 2019
2019 payudara kanan prosedur
09.10  TD : 130/80 mmHg pembedahan
WIB Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 C
 Terdapat darah sebanyak
150 cc dalam
penampung suction
2 15 DS : - Resiko infeksi 15
Oktober DO : berhubungan Oktober
2019  Adanya luka insisi pada dengan dan 2019
09.10 payudara kanan trauma
WIB jaringan
2. Rencana Keperawatan
Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1 15 Okt Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
2019 ketidakefe tindakan 2. Posisikan headthin
09.10 ktifan keperawatan chin lift
wib pola selama 90 menit 3. Pertahankan ETT
napad b.d masalah teratasi 4. Kolaborasi
kelemaha dengan kriteria pemberian O2
n hasil :
neuromus 1. TTV dalam
kuler batas norma
2. Jalan naps
paten
1. 15 Kerusakan Setelah dilakukan 5. Monitor tanda-
Oktober integritas tindakan tanda perdarahan
2019 jaringan keperawatan 6. Monitor TTV
09.10 b.d selama 90 menit 7. Beri cairan sesuai
WIB prosedur diharapkan klien kebutuhan
pembedah tidak mengalami 8. Monitor input dan
an perdarahan, output
dengan kriteria 9. Dep perdarahan
hasil : dengan kassa
 TTV dalam 10. Hentikan
batas normal perdarahan dengan
TD 120/80 couter
mmHg
 Tidak terjadi
perdarahan
yang berlebih
pada saat
operasi
berlangsung
perdarahan <
500 cc
2. 15 Resiko Setelah dilakukan 1. Lakukan teknik
Oktober infeksi tindakan steril pada setiap
2019 berhubung keperawatan tindakan
09.10 an dengan selama 90 menit 2. Lakukan drapping
WIB dan jam diharapkan 3. Batasi personil
trauma klien terhindar operasi (maks 10
jaringan dari infeksi, orang)
dengan kriteria 4. Desinfeksi lokasi
hasil : operasi
 TTV dalam 5. Monitor tanda-
batas normal tanda infeksi pada
 TD : 120/80 klien
mmHg, HR : 6. Lakukan prosedure
80x/m, RR : operasi
22 x/m, suhu :
36,5 – 37,5 oC
 Tidak ada
instrument
atau kassa
yang tertinggal
di lokasi
pembedahan
 Prinsip steril
tetap terjaga
3. Implementasi Keperawatan
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1 15 1. Memonitor TTV 1. 2
Oktober 2. Memposisikan S:
2019/ headthin chin lift O: TD 130/87 mmHg
09.10 3. Mempertahankan ETT HR 80 x/menit
WIB 4. Berkolaborasi SpO2 99%
pemberian O2 Klien diposisikan head
thin chin lift
Ddiberi O2 fask mask 6
lpm
1. 15 1. Memonitor tanda- 2. S:-
Oktober tanda perdarahan O: Klien tidak
2019/ mengalami perdarahan,
09.10 2. Memonitor TTV darah yang keluar
WIB 150cc
3. Memonitor input dan 3. S:-
output O: TD : 130/87 mmHg
4. Dep perdarahan Nadi : 80 x/menit
dengan kassa RR : 20x/menit
Suhu : 36º C
SaO2 : 100 %

4. S:-
O: Tidak terjadi
gangguan
keseimbangan cairan
Balance cairan +350 cc

5. S:-
O: Perdarahan dapat
diminimalisir

2. 15 1. Melakukan teknik 1, 2, 3, 4
Oktober steril pada setiap S: -
2019/ tindakan O: Teknik aseptic telah
09.10 2. Melakukan drapping dilakukan, membatasi
WIB 3. Batasi personil operasi mobilisasi keluar
(maks 10 orang) masuk ruangan saat
4. Desinfeksi lokasi operasi sedang
operasi berlangsung. Drapping
5. Memonitor tanda- telah dilakukan dengan
tanda infeksi pada menggunakan 5 duk
klien operasi, untuk :
7. Lakukan manajemen
1. Menutupi bagian
prosedure operasi
atas, secara
horizontal
2. Menutupi bagian
bawah, secara
horizontal
3. Menutupi bagian
samping secara
vertical

5.
S:-
O: Suhu 36 C
Tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
Insisi pada payudara
kanan

6.
S:-
O: Telah dilakukan
sign in, time out, sign
out selama tindakan
operasi.
Sign out: Jumlah alat
dipakai:
Jumlah alat selesai:

4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
15 Oktober Resiko S:-
O: TD 130/87 mmHg
2019/ ketidakefektifan pola
HR 80 x/menit
09.10 WIB naps b.d kelemahan
SpO2 99%
neuromuskular Klien diposisikan head thin
chin lift
diberi O2 fask mask 6 lpm

A: masalah belum teratsi


P: Lanjutkan intervensi
15 Oktober Kerusakn integritas S:-

2019/ jaringan b.d prosedur O:

09.10 WIB pembedahan  Tidak ada tanda-tanda

perdarahan
 Darah keluar 150 cc

TD : 130/87 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36º C
SaO2 : 100 %

A :Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

23 Januari Resiko infeksi S:-

2019/ berhubungan dengan O:

09.10 WIB trauma jaringan  Tidak ada tanda-tanda infeks

 Suhu 36 C

 Jumlah alat dipakai:

Jumlah alat selesai op:

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
IV. POST OPERASI
Pengkajian

DS
-

DS
Ny. I dipindahkan ke recovery room pada pukul 10.10 post tindakan
Excisi dengan General Anestesi masih tampak lemah, terdapat luka
post tindakan excisi yang dibalut dengan kassa dan hepavic
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
HR : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
SaO2 : 99%

Jam Masuk Recovery Room :


POINT YANG DINILAI NILAI MASUK KELUAR
Kesadaran
 Sadar penuh, mudah 2 1 2
dipanggil
 Bangun jika 1
dipanggil 0
 Tidak ada respon
Pernafasan 2 2
 Mampu bernafas 2
dalam dan batuk
 Dsipneu, 1
hipoventilasi 0
 Apneu
Tekanan Darah
 TD ± 20% mmHg 2 2 2
nilai pra anestesi
 TD ± 20% - 50% 1
mmHg nilai pra
anestesi
 TD ±50 % mmHg 0
nilai pra anestesi

Aktivitas Motorik
 Mampu 2 2 2
menggerakkan 4
ekstremitas atas
perintah maupun
tidak
 Mampu 1
menggerakan 2
ekstremitas atas
perintah maupun
tidak
 Tidak mampu 0
menggerakkan
ekstremitas

Warna Kulit
 Kemerahan/ pink 2 1 1
 Pucat 1
 Sianosis 0
JUMLAH 8 9
WAKTU PUKUL : PUKUL :
10.10 WIB 10.30 WIB

Catatan Lain Pasien tidur terlentang selama


1x24 jam
Perawatan di Ruang GB setelah 3 hari
Kesakitan diberi Ketorolac 3 x 1 (IV)
Mual Muntah diberi Ondansentron 2 x 1 (IV)
Diagnosa Keperawatan Resiko cedera : jatuh
berhubungan dengan anastesi,
proses pemindahan pasien
5. Daftar Masalah
No Tgl . Data focus Diagnosa Tgl Ttd
jam keperawatan teratasi
1 15 DS : - Resiko cedera : 15
Oktober DO : jatuh Oktober
2019  Klien tampak lemah berhubungan 2019
10.40  Klien masih mengalami dengan anastesi,
WIB efek anestesi proses
pemindahan
pasien

6. Rencana Keperawatan

Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1. 15 Resiko Setelah dilakukan 1. Pindahkan klien
Oktober cedera : tindakan dengan aman.
2019/ jatuh keperawatan 2. Sediakan
10.40 berhubung selama 15 menit lingkungan yang
WIB an dengan diaharapkan aman untuk klien
anastesi, cedera jatuh tidak 3. Pasang side rail
proses terjadi, dengan tempat tidur.
pemindaha kriteria hasil : 4. Pasang lebel
n pasien  Klien terbebas kuning pada bed
dari cedera klien
jatuh 5. Posisikan klien
 Tidak terjadi sesuai dengan jenis
abserasi kulit anastesi yang
akibat diberikan
pemindahan
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1. 15 1. Memindahkan klien 1. S: -
Oktober dengan aman. O: klien berhasil
2019/ 2. Menyediakan dipindahkan ke bed
11.10 lingkungan yang aman dengan aman
WIB untuk klien 2. S:-
3. Mengatur posisi pada O: Klien berada di
klien ruang pemulihan, side
rell terpasang

3. S:-
O: Diposisikan supine

7. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
15 Oktober Resiko cedera : jatuh S:
2019/ 11.10 berhubungan dengan Pasien mengatakan sudah tidak
WIB anastesi, proses lagi merasa pusing atau
pemindahan pasien mengantuk.
O:
 Klien di pindahkan dengan
aman, side rile terpasang
 Skor Aldrete :8
 TD: 128/80 mmHg
 Suhu : 36,5oC, SaO2 = 100%
 RR: 20 kali/menit, HR: 80
x/menit
 Posisi tidur terlentang
A
Masalah teratasi
P:
 Advis dokter anastesi:
Program cairan RL 20 tpm
Injeksi ketorolac 3x1 ampul
per IV
Jika mual beri ondansentron
1 ampul IV
 Pindah ke ruangan perawatan
BAB III
PEMBAHASAN

1. Analisa Kasus
Klien Ny. A dengan keluhan ada tumor di payudara kanan, melakukan operasi
excisi. Klien cemas karena ini pengalaman pertama klien, klien mengatakan
masih kurang mengerti gambaran proses operasi, klien takut apabila saat
operasi terjadi hal yang tidak diinginkan.
Berdasar pengkajian, ditemukan diagnosa keperawatan sebagi berikut:
PRE OPERASI
Ansietas (Cemas) berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan saat ini
(tindakan operasi)
INTRA OPERASI
Kerusakan integritas jaringan b.d
Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan dan trauma jaringan
POST OPERASI
Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan anastesi, proses pemindahan pasien

2. Analisa Intervensi Keperawatan


PRA OPERASI
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.
Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan bedah, risiko pembedahan, dan komplikasi pascaoperatif dapat
diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan
praoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat waktu rawat
pasien di rumah sakit (Dalayon(1994) dalam Potter (2006)).
Rasa takut pasien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan
menurun dan pasien akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap
pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai (Potter,
2006). Keluarga juga merupakan elemen penting dalam memahami hasil akhir
yang telah ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosis,
perawat menetapkan tujuan perawatan dan hasil akhir yang harus dicapai untuk
memastikan pemulihan atau mempertahankan status praoperatif pasien.
Dengan menjelaskan prosdur pembedahan diharapkan pasien yang
teradapatasi dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa
lebih nyaman. Kemudian dengan memberikan dukungan emosional pra bedah
diharapkan hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi. Orientasi dapat menurunkan kecemasan

Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu peristiwa hidup


yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang pasien
dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan diminta
pendapat ikut menentukan hasil pembedahan. Egbert et al. (1963) dalam
Gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba di
kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi premedikasi
dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat premedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap cemas.

INTRA OPERASI
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabedah. Fokus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan
dan penurunan risiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang
dilaksanakan perawat perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi,
optimalisasi peran asisten pertama beah (pada beberapa kondisi di rumah sakit
di Indonesia memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first assistance),
optimalisasi peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran perawat sirkulasi.
Perawat instrumen mempunyai peran agar proses pembedahan dapat
dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas peran perawat instrumen
pada bab sebelumnya). Pada pelaksanaannya, perawat instrumen harus
memiliki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan keterampilan
interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti setiap jensi
pembedahan yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara keterampilan
yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang
dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Tanggung jawab yang penting dari
perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan bedah agar tidak
meningkatkan risiko infeksi intraoperatif. Perawat sirkulasi merupakan
penghubung antara zona steril dengan zona di luarnya. Peran lainnya adalah
menurunkan risiko cedera intraoperatif dimulai dari pengaturan posisi bedah
sampai selesai pembedahan.
Dengan melaksanakan proseduroperasi dengan benar mulai dari sign in-
time out- sign out dapat mengurangi risiko cedera intra operatif. Dengan
melaksankan manajemen aseptik diharapkan mapu menurunkan kejadian
infeksi.
POST OPERASI
Dengan melakukan pemindahan pasien dengan amn yaitu perawat
memindahkan pasien ke dengan menggunakan brankar dengan pagar
terpasang, pasien biasanya sadar namun masih lemah diharapkan mampu
mencegah terjadinya cidera.

Anda mungkin juga menyukai