Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ERGONOMI
“ PHSYCOLOGICAL PERFORMANCES ”

Oleh :
Achmad Alvin Alauddin ( 0516040064 )
M. Yusril Fahmi ( 0516040071 )
Nadia Imroati Fitriyah ( 0516040076 )
Kelompok : 5 / K3-5C

PROGRAM STUDI
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Tahun 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengetahui recovery time tiap-tiap operator setelah melakukan


aktivitas?
2. Bagaimana mengetahui heart rate normal dan konsumsi energi / konsumsi VO2
maksimal operator sebelum dan setelah melakukan aktivitas?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui recovery time tiap-tiap operator setelah melakukan aktivitas.


2. Mengetahui heart rate normal dan konsumsi energi / konsumsi VO2 maksimal
operator sebelum dan setelah melakukan aktivitas.
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Definisi Phsycological Performances


Physiological performance didalamnya mempelajari aplikasi mekanika
teknik untuk menganalisa sistem kerangka dan otot manusia. Disiplin ilmu
phisiologikal performance ini akan memberikan dasar untuk mengatasi masalah
serta pergerakan manusia ditempat dan ruang kerjanya. Didalam mempelajari
ilmu ini diperlukan pengetahuan dasar tentang anatomi tubuh dan otot manusia.
Dimana beberapa contohnya adalah kerangkamanusia yang digunakan untuk
pembentuk tubuh, tempat melekatnya otot, mengganti sel-sel yang rusak,
memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali serta pelindung organ
tubuh yang lunak. Selain kerangka, kita juga tahu bahwa tulang akan sangat
penting bagi tubuh manusia diantara fungsinya yaitu meredam dan
mendistribusikan gaya atau tegangan yang ada padanya. Didalam anatomi tubuh
dikenal beberapa sambungan yang berada diantara tulang. Diantaranya yaitu :

1. Sambungan cartilagenous berfungsi untuk pergerakan relatif kecil,


seperti sambungan antara tulang iga dengan pangkal tulang iga.
2. Sambungan synovial adalah sambungan yang terdapat paling banyak
pada tangan dan kaki dan berfungsi untuk pergerakan/perputaran bebas,
walaupun tangan dan kaki tersebut amat terbatas pergerakannya.
Selain itu ada juga Ligamen, dimana fungsinya yaitu membentuk bagian
sambungan, sebagai pencegah dislokasi dan juga menempel pada tulang. Serta
Otot, karena otot ini sangat berpengaruh terhadap gerakan tubuh yang dilakukan
oleh manusia. Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang 10 sampai 400
mm dan berdiameter 0,01 sampai 0,1 mm. Fiber ini terdiri dari myofibril yang
tersusun atas sel-sel filamen dari molekul miosin yang saling overlap dengan
molekul aktin. Otot mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksasi. Analogi
mekanisnya adalah seperti silinder pneumatik aktivitas tunggal dengan sistem
pegas. Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak utama
maupun yang antagonis berada pada posisi tegang (tension) selama
pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan cepat, otot antagonis akan relaks.
Sumber utama energi otot berasal dari pemecahan senyawa phospat kaya energi
(energy rich phospat compounds) dari kondisi energi tinggi ke energi rendah,
yang mana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan elektro statis dan
menyebabkan gerakan relatif dari molekul aktin dan miosin.

Didalam melakukan analisa biomekanika, tubuh manusia dilihat sebagai


suatu sistem yang terdiri dari link (penghubung) dan joint (sambungan). Tiap link
mewakili segmen tubuh tertentu dan tiap joint menggambarkan sendi yang ada.
Menurut Chaffin dan Anderson(1984) tubuh manusia terdiri dari enam link,
yaitu:

1. Link lengan bawah yang dibatasi joint telapak tangan dan siku.
2. Link lengan atas yang dibatasi joint siku dan bahu.
3. Link punggung yang dibatasi joint bahu dan pinggul.
4. Link paha yang dibatasi joint pinggul dan lutut.
5. Link betis yang dibatasi joint lutut dan mata kaki.
6. Link kaki yang dibatasi joint kaki dan telapak kaki.
Panjang setiap link dapat diukur berdasarkan prosentase tertentu dari
tinggi badan, sedangkan beratnya berdasarkan dari berat badan. Penentuan letak
pusat massa dari setiap link didasarkan pada prosentase standart yang ada.
2.2 Konsumsi Energi

Mekanisasi pekerjaan pada akhir dekade ini telah semakin bertambah


maju, damn jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot telah berangsur
diganti dengan kekuatan mesin yang dapat mengatasi pekerjaan berat. Perlunya
menganalisa konsumsi energi yang dipakai pada beberapa pekerjaan tertentu
adalah masih mendudduki prioritas utama yang bertujuan antara lain:
1. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajeman waktu kerja.
2. Perbandingan metode alternatif pemilihan peralatan untuk mengerjakan suatu
jenis pekerjaan
3. Dan lain- lain
2.3 Metabolisme Basal

Metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat


istirahat dengan perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada
ukuran, berat badan, dan jenis kelamin.

2.4 Kalori Saat Bekerja

Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin


Banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan maka
semakin banyak pula energi yang dikomsumsi dan diekspresikan sebagai kalori
kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada saat
bekerja kemudian dikurangi dengan konsumsi energi pada saat istirahat atau pada
saat metabolisme basal.

Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia


dalam hubungannyan dengan:

1. Jenis kerja berat


2. Tingkat usaha kerjanya
3. Kebutuhan waktu untuik istirahat
4. Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja
5. Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja
2.5 Konsumsi Energi Untuk Aktivitas Individu

Para fisiolog kerja (Lehmann dkk,1962) telah meneliti konsumsi energi


yang dibutuhkan untuk berbagai macam jenis pekerjaan untuk aktivitas individu
yang ditabulasikan.
2.6 Heart Rate
Denyut nadi atau Heart Rate (HR) adalah banyaknya detak jantung per
menit. Sudah sejak lama diketahui bahwa pembebanan pada jantung dapat
digunakan, apakah tambahan beban yang diberikan itu sudah mencapai sasaran
atau belum. Jadi setiap latihan biasanya ditentukan berapa besarnya denyut
jantung yang harus dicapai (Soekarman, 1987: 63).

Heart rate adalah jumlah detak jantung per satuan waktu, biasanya
dinyatakan dalam denyut per menit atau beats per minute (bpm). Detak jantung
bervariasi,tergantung pada kebutuhan tubuh untuk menyerap Oksigen dan
mengeluarkan CO2 dalam berbagai keadaan, misalnya saat olah raga atau tidur.

1) Peran Kardiovaskuler dalam Kerja Fisik


Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut
dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat
kerja dilakukan, adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh
suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu
pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme
penyesuaian dari alat atau organ tubuh bergantung kepada usia, suhu
lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ
yang terlibat selama kerja fisik tersebut. Fungsi utama sistem kardiovaskuler
selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktif termasuk
oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut
ke alat ekskresi.
2) Frekuensi Heart Rate dengan Kerja Fisik
Frekuensi denyut nadi adalah gambaran dari frekuensi denyut jantung,
dimana ini adalah merupakan parameter cara sederhana dan mudah diukur dan
cukup informatip untuk faal kardiovaskuler, karena hal tidak mungkin bila kita
mengukur denyut jantung langsung ke jantungnya. Pada keadaan istirahat
frekuensi denyut nadi berkisar antara 60-80 per menit. Hal ini mudah dideteksi
dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter,
cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran dapat di a. radialis, a.
carotis dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah
diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal
ini disebabkan oleh efek gravitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke
jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar
curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat,
curah jantung = frekuensi denyut jantung X isi sekuncup.
Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja
meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Hal ini merupakan refleks
anticipatory yang mungkin melalui sekresi catecholamine dari medula kelenjar
adrenal. Begitu kerja fisik dimulai, frekuensi denyut jantung segera meningkat.
Terdapat hubungan linier antara frekuensi denyut jantung dengan intensitas
kerja.
Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung
yang lebih rendah untuk beban kerja yang sama. Pada suatu saat meskipun
beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung
pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai
frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat
dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal denyut jantung = 220 - usia dengan
standar deviasi ± 10 denyut).
2.7 Pengukuran Konsumsi Oksigen

Satuan pengukuran konsumsi energi adalah kilo kalori. 1 Kcal adalah


jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkkan temperatur 1 liter air dari
14,50c menjadi 15,50c. Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung
dengan mengukur komsumsi oksigen,karena keduanya merupakan faktor yang
berhubungan langsung.
Jika satu liter oksigen konsumsi oleh tubuh ,maka tubuh akan
mendapatkan 4,8 kcal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu
oksigen selama 5 menit dari suatu kerja berat yang telah dilakukan.

2.8 Kapasitas Kerja

Experimen untuk pengukuran konsumsi oksigen dengan


meningkatnya beban kerja ,menunjukkan bahwa setiap individu.mempunyai
keterbatasan maksimum untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin
meningkatnya beban kerja maka konsumsi oksigen akan meningkat secara
proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih
tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dengan kondisi aerobik disebabkan oleh
adanya kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.
Akibatnya adalah manofestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatnya
kandungan asam laktat.

2.9 Pengukuran Denyut Jantung

Derajat beratnya beban tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang
di konsumsi akan tetapi juga tergantung pada jumlah otot yang terlibat pada
pembebanan otot statis.Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika
hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar
otot.Begitu juga untuk konsumsi energi dapat juga untuk menganalisa
pembebanan otot statis dan ekonomis. Meningkatnya denyut jantung
dikarenakan oleh faktor:

a. Temperatur sekeliling yang tinggi


b. Tingginya pembebanan otot statis
c. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja
Untuk berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut jantung telah
dipakai sebagai indeks beban kerja. Pengukuran denyut jantung adalah
merupakan salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Merasakan denyut yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan .
b. Mendengarkan denyut dengan stethoscope
c. Menggunakan ECG (Electrocardiogram), yaitu mengukur signal electrik yang
diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.Muller (1962)
memberikan definisi sebagai berikut:
1. Denyut jantung pada saat istirahat adalah rata-rata denyut jantung sebelum
suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut jantung selama bekerja adalah rata-rata denyut jantung selama atau
pada saat seseorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk kerja adalah selisih antara denyut jantung selama
bekerja dan selama istirahat
4. Deyut jantung selama istirahat total adalah jumlah aljabar denyut jantung
dari berhentinya denyut pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakaan
sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
5. Denyut kerja total adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu
pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
Pada pengukuran denyut jantung yang terpenting adalah bahwa istirahat
yang cukup untuk suatu jenis pekerjaan adalah mutlak harus dipertimbangkan
dengan teliti.

2.10 Panjang Periode Kerja Dan Istirahat

Jika seseorang bekerja pada tingkat energi diatas 5,2 kcal per menit,
maka pada saat itu akan timbul rasa lelah. Menurut Murrel(1965) kita masih
mempunyai cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya Asam Laktat
sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang
jika kita bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit. Selama periode istirahat,
cadangan energi tersebut dibentuk kembali.

A. Lamanya waktu istirahat


Untuk menghitung waktu kerja maka menggunakan rumus seperti dibawah
ini jika diketahui bahwa:
E=Konsumsi energi selama pekerjaan berlagsung (kcal/menit)

(E-5,0)=Habisnya cadangan ebergi (kcal/menit)

Tw=Waktu kerja( working time)( menit )

Yang dirumuskan sebagai berikut:

25
Tw  menit
E 5

B. Lamanya waktu istirahat


1. Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk menghasilkan cadangan
energi tersebut.
2. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5 kcal/menit.
3. Tingkat energi dimana cadangan energi akan dibangun kembali adanya
adalah (5,0 – 1,5) kcal/menit.
4. Periode istirahat yang dibutuhkan adalah :
25
TR   7,1menit
5  1,5

Waktu istirahat ini adalah konstan atau tetap dan diasumsikan berdasar
pada 25 kcal.

Penerapan dari Konsumsi Energi

Beberapa contoh dari penerapan konsumsi oksigen untuk perancangan


produk dan kerja ,alternatif metode kerja dan lain-lain

1. Perancangan kerja untuk pemindahan beban variebel yang ditinjau adalah :


a. Pemindahan material pada satu macam beban
b. Pemindahan material pada beberapa macam beban yang bervariasi
c. Analisis resiko untuk beban yang terlalu berat
2. Perancangan produk parameter yang diasumsikan adalah:
a. Energi yang dikonsumsi sebagai fungsi dari diameter roda yang diputar
pada perancangan produk
b. Meningkatnya energi dengan bertambah besarnya diameter dan tekanan
udara didalam suatu produk
c. Menurunnya beban otot statis
d. Pengukuran frekuensi optimum untuk berbagai macam power output
pada produk.
2.11 Perhitungan Waktu Istirahat

Setelah melakukan aktivitas lari selama 5 menit dengan treadmill, maka


dihitung pengeluaran energi yang digunakan pada waktu aktivitas tersebut
dengan menggunakan persamaan Astuti (1985) sebagai berikut :

Y = 1,804 – 0,0229 X + 4,717.10-4 X2

dimana : Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung / heart rate (denyut per menit)

Perhitungan dilakukan dua kali, yaitu dengan :

X1 = HR Normal, akan diperoleh Y1 = energi pada saat istirahat

X2 = HR saat Aktivitas tertinggi (pada detik ke-10 setelah aktivitas),


akan diperoleh Y2 = energi pada saat aktivitas

Selanjutnya untuk menghitung konsumsi energi saat berlari pada


treadmill,dapat ditulis dengan persamaan berikut :
KE = Et – Ei
Dengan : KE = konsumsi energi (kilokalori per menit)
Et = Y2 = pengeluran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori
per menit)
Ei = Y1 = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)
Konsumsi energi pada waktu berlari di tread mill merupakan selisih
antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi
saat istirahat.
Selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai waktu istirahat agar
sejalan dengan beban kerja. Berikut ini persamaan matematis (Murrel) yang
digunakan :

𝑻 (𝑾−𝑺)
R= 𝑾−𝟏,𝟓

Dengan : R = waktu istirahat yang dibutuhkan (menit)

T = total waktu kerja ( = 5 menit )

W = KE = konsumsi energi rata-rata untuk bekerja (kilokalori per


menit)

S = pengeluaran energi rata2 yang direkomendasikan (gunakan 4 kcal/min untuk


wanita atau 5 kcal/min untuk pria).
BAB 3

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan

1. Timbangan Badan
2. Observation sheet
3. Tread mill
4. Pulsemeter
5. Stopwatch
6. Microsoft Excel

3.2 Prosedur Praktikum

1. Masing-masing kelompok memilih 2 orang operator yang cukup sehat


(baik pria maupun wanita).
2. Mengukur berat badan dan HR tiap operator.
3. Setiap opertor menjalankan aktivitas sebagai berikut :
a. Ergocycle
 Pada program 9 operator mengayuh selama 5 menit, istirahat 3
menit lalu mengayuh lagi selama 5 menit dan istirahat 10 menit.
 Pada program 9 operator mengayuh selama 10 menit, istirahat 3
menit lalu mengayuh lagi selama 10 menit dan istirahat 10 menit.
 Pada program 6 opertor mengayuh selama 5 menit, istirahat 10
menit lalu mengayuh lagi selama 10 menit dan istirahat 10 menit.
b. Tread mill
 Berjalan (kec. 7-8 kph) selama 5 menit, istirahat selama 3 menit lalu
berjalan lagi selama 5 menit dan istirahat selama 10 menit.
 Berjalan (kec. 7-8 kph) selama 10 menit, istirahat selama 3 menit
lalu berjalan lagi selama 10 menit dan istirahat selama 10 menit.
 Berlari (kec. 10-11 kph) selama 5 menit, istirahat selama 10 menit
lalu berlari lagi selama 10 menit dan istirahat selama 10 menit.
4. Mengukur HR operator tiap menit pada detik ke-51 sampai dengan detik
ke-60 baik pada saat operasi maupun istirahat.
5. Membuat rekap data berdasarkan variabilitas jenis kelamin, berat badan,
working time dan recovery time.
6. Membuat grafik (dari tiap rekap data) yang menunjukan hubungan HR
terhadap waktu, baik waktu operasi maupun waktu istirahat untuk masing-
masing treatment.
7. Menghitung recovery time dan waktu istirahat yang dibutuhkan
berdasarkan jenis kelaminnya.
8. Menghitung kebutuhan konsumsi energi oleh setiap operator sesuai dengan
jenis kelaminnya.
9. Membuat grafik konsumsi energi terhadap heart rate normal.
10. Membuat grafik hubungan antara VO2 max dengan HR normal.
11. Menganalisa data hasil praktikum.
12. Membuat kesimpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai