Ajdhfkaieckirlcsrmkviksrhfnks
Ajdhfkaieckirlcsrmkviksrhfnks
PENDAHULUAN
Kejang pada anak terutama pada balita sering kali tidak dimengerti oleh para orang tua.
Akibatnya, orang tua kerap menjadi panik dan berpotensi melakukan langkah yang justru
salah dan membahayakan kejang pada anak, kita harus lebih mengetahui apa sesungguhnya
yang menjadi penyebabnya. Otak manusia terdiri atas jutaan sel saraf, dimana sel-sel tersebut
berkomunikasi satu sama lain melalui hantaran arus listrik. Ketika terdapat kejadian abnormal
berupa pelepasan muatan listrik yang berlebihan diotak maka terjadilah kejang. (Tejani NR,
Bachur, RG. 2010 dalam Afida 2012)
Menurut the international league against yang dikutip oleh veisani 2014, kejadian kejang
demam mempengaruhi 2-5% anak-anak didunia. Anak-anak jarang mendapatkan kejang
demam pertamanya sebelum umur 6 bulan atau setelah 3 bulan. Insiden kejang demam
dibeberapa negara berbeda-beda. India 5-10%, Jepang 8,8%, Guam 14%. WHO
memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan
lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1
bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77 % (WHO,
2013).
Kejang demam dapat menyebabkan banyak gangguan seperti gangguan tingkah laku,
penurunan intelegensi dan peningkatan metabolisme tubuh. Berbagai gangguan ini jika
terjadi terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
kekurangan glukosa ,oksigen dan berkurangnya aliran darah ke otak. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%),
kerusakan saraf otak sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Hasil
pengamatan livingston menyebutkan bahwa diantara 201 pasien kejang demam sederhana
6 (3%) menderita epilepsi, sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsi yang diprovokasi
oleh demam 276 (93%) menderita epilepsi (Lumbantobing, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riandita (2012), bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan pertama anak kejang demam.
Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk melakukan
penanganan kejang demam yang buruk dari pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi
(Labir K, 2010). Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang
kejang demam, pengelolaan kejang demam dan pencegahan kejang demam sangat diperlukan
karena dapat menurunkan kecemasan orangtua.
Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan masalah berikut :” Bagaimana
pengetahuan ibu tentang penanganan kejang pada anak di wilayah X?”
a. tujuan umum
b. tujuan khusus
1. ibu dapat mengetahui apa itu kejang demam
2. ibu dapat mengetahui bahaya dari kejang demam
3. ibu dapat mengetahui penanganan kejang demam