Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang pada anak terutama pada balita sering kali tidak dimengerti oleh para orang tua.
Akibatnya, orang tua kerap menjadi panik dan berpotensi melakukan langkah yang justru
salah dan membahayakan kejang pada anak, kita harus lebih mengetahui apa sesungguhnya
yang menjadi penyebabnya. Otak manusia terdiri atas jutaan sel saraf, dimana sel-sel tersebut
berkomunikasi satu sama lain melalui hantaran arus listrik. Ketika terdapat kejadian abnormal
berupa pelepasan muatan listrik yang berlebihan diotak maka terjadilah kejang. (Tejani NR,
Bachur, RG. 2010 dalam Afida 2012)

Menurut the international league against yang dikutip oleh veisani 2014, kejadian kejang
demam mempengaruhi 2-5% anak-anak didunia. Anak-anak jarang mendapatkan kejang
demam pertamanya sebelum umur 6 bulan atau setelah 3 bulan. Insiden kejang demam
dibeberapa negara berbeda-beda. India 5-10%, Jepang 8,8%, Guam 14%. WHO
memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan
lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1
bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77 % (WHO,
2013).

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, di


Indonesia tahun 2005 kejang demam termasuk sebagai lima penyakit anak terpenting yaitu
sebesar 17,4% dan meningkat pada tahun 2007 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%
(Hasan, 2007). Pada tahun 2013-2014 angka kejadian kejang demam di Indonesia mencapai
3-4 % dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan dari anak yang berusia
6bulan-5tahun. Tahun 2013 penderita dengan kejang demam umur 0-1 tahun berjumlah 2.220
orang, sedangkan untuk umur 1-4 tahun berjumlah 5.696 orang.(Wibisono 2015). 25-50%
kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang.( Gunawan,2005)

Kejang demam dapat menyebabkan banyak gangguan seperti gangguan tingkah laku,
penurunan intelegensi dan peningkatan metabolisme tubuh. Berbagai gangguan ini jika
terjadi terus menerus dan berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
kekurangan glukosa ,oksigen dan berkurangnya aliran darah ke otak. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%),
kerusakan saraf otak sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Hasil
pengamatan livingston menyebutkan bahwa diantara 201 pasien kejang demam sederhana
6 (3%) menderita epilepsi, sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsi yang diprovokasi
oleh demam 276 (93%) menderita epilepsi (Lumbantobing, 2003).

Kejadian kejang demam dapat menyebabkan perasaan ketakutan berlebihan, trauma


secara emosi dan kecemasan pada orangtua. Penanganan kejang demam pada anak sangat
tergantung pada peran orang tua, terutama ibu. Ibu adalah bagian integral dari 4
penyelenggaraan rumah tangga yang dengan kelembutannya dibutuhkan untuk merawat anak
secara terampil agar tumbuh dengan sehat. Ibu yang tahu tentang kejang demam dan
memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan, dapat menentukan penanganan
kejang demam yang terbaik bagi anaknya (Wardani, 2012). Langkah awal yang dapat
dilakukan dalam melakukan pertolongan pertama untuk mencegah kejang adalah segera
memberi obat penurun panas, kompres air biasa, beri anak banyak minum, dan jangan
selimuti anak dengan selimut tebal (Candra, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riandita (2012), bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan pertama anak kejang demam.
Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk melakukan
penanganan kejang demam yang buruk dari pada ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi
(Labir K, 2010). Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang
kejang demam, pengelolaan kejang demam dan pencegahan kejang demam sangat diperlukan
karena dapat menurunkan kecemasan orangtua.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah X dengan


wawancara dengan ibu-ibu yang mempunyai balita atau anak mereka mengatakan cemas dan
panik terhadap kondisi anak. Mereka tidak tahu tentang apa yang terjadi pada anak mereka
dan tidak mampu memberikan pertolongan terhadap anak mereka.Sebagian ibu dalam
menangani kejang demam dengan memasukan sendok ke mulutnya saat kejang terjadi .
penanganan yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut tanpa dilandasi dengan pengetahuan
bagaimana menangani kejang demam sehingga jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak
yang kurang baik bagi kesehatan anak. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti
“gambaran pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam pada anak di wilayah X

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan masalah berikut :” Bagaimana
pengetahuan ibu tentang penanganan kejang pada anak di wilayah X?”

1.3 tujuan peneliti

a. tujuan umum

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penanganan


kejang demam

b. tujuan khusus
1. ibu dapat mengetahui apa itu kejang demam
2. ibu dapat mengetahui bahaya dari kejang demam
3. ibu dapat mengetahui penanganan kejang demam

1.4 Manfaat penelitian


1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan
kesehatan khususnya ilmu kesehatan anak yang berkaitan dengan kejang demam.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman dan informasi mengenai pengetahuan ibu
tentang kejang demam
b. Bagi peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan literatur dan
bahan bacaan serta dapat memberikan informasi serta dapat dijadikan
perbandingan untuk penelitian yang lebih baik lagi kedepannya
c. Bagi masyarakat
Sebagai dasar untuk menambah pengetahuan yang baik tentang kejang demam
dan penanganan kejang demam
d. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan literatur dan
bahan bacaan serta dapat memberikan informasi serta dapat dijadikan
perbandingan untuk penelitian yang lebih baik lagi kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai