Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era yang serba digital ini, dimana teknologi menjadi kunci penting dalam memenangkan
persaingan dalam bisnis dari mulai yang kecil sampai bisnis yang besar. Para usahawan yang masih
mempertahankan strategi dan budaya bisnis yang kuno sudah mulai tergeser dengan masuknya
pengusaha-pengusaha baru (start-up) yang lebih bisa kompetitif dan memiliki inovatif lebih dalam
menjalankan dan memberikan pelayanan yang memuaskan pada konsumen. Seiring berkembangnya
zaman dan meningkat pesatnya ilmu teknologi, dalam ilmu ekonomi saat ini sudah mulai
dikembangkan sebuah sistem finansial berbasis teknologi atau yang dikenal dengan Fintech (Financial
Technology). Fintech berasal dari istilah financial technology atau dalam Bahasa indonesia berarti
teknologi finansial. Teknologi finansial menurut peraturan bank Indonesia NOMOR 19/12/PBI/2017
adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi,
dan atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stbalitas moneter, stabilitas sistem
keuangan, dan atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan kendala sistem pembayaran. 1

Kemajuan teknologi dewasa ini mulai menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan. Banyak orang
menyadari bahwa dengan kondisi zaman sekarang ini gagap teknologi menjadi masalah yang besar.
Semua hal yang ada selalu dilakukan dengan menggunakan teknologi tanpa terkecuali. Bahkan
sekarang ini handphone sebagai media komunikasi menjadi media yang sangat canggih dan bisa
menjangkau semua orang di belahan dunia manapun. Akan tetapi kecanggihan teknologi yang tidak
dibarengi dengan adanya pendidikan yang memadai mengenai teknologi sendiri akan membuat
masyarakat semakin tertinggal dan bisa juga dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak
bertanggungjawab. Survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dilakukan
pada tahun 2016 menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet jumlahnya mencapai 132,7 juta
penduduk atau 51,8% dari total populasi penduduk Indonesia. Survei tersebut menyebutkan ada
beberapa fasilitas internet yang sering dipakai oleh masyarakat. Ada yang menggunakan internet
mobile, rumah, fasilitas kantor, fasilitas kampus, warnet ataupun penggunaan internet di cafe atau
rumah makan. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa penggunaan internet mobile

1
Muhammad Nur Firdaus Patria Rizky, Skripsi: “ANALISIS KESESUAIAN PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH
BERBASIS FINTECH SYARIAH DI SYARQ.COM DENGAN FATWA DSN NO: 117/DSN-MUI/II/2018” (Yogyakarta: UII
2019) H. 5
mencapai 92,8 juta, sedangkan untuk penggunaan internet dalam fasilitas lainnya jumlahnya jauh di
bawah internet mobile.

Perkembangan teknologi kini berperan penting terhadap adanya perdagangan terutama dalam
perdagangan online (ecommerce). Teknologi telah mengajak perdagangan semakin berkembang
dengan melakukan sinergi yang membuat kedua hal ini bisa berkembang secara berdampingan.
Jangkauan penjualan suatu barang ataupun pelayanan jasa semakin berkembang melalui bantuan
teknologi. Jarak dan waktu bisa ditembus melalui teknologi. Begitu juga perdagangan bisa ditembus
dengan menggunakan teknologi sehingga tidak ada batasan terhadap mangsa pasar. Wilayah pasar
jika dulunya hanya lingkupnya kecil sekarang sudah bisa dijangkau secara luas hanya dalam hitungan
detik. Konsep Finance Technology merupakan bentuk adaptasi dari perkembangan teknologi yang
dipadukan dengan bidang keuangan. Awal mula teknologi ini dimulai dengan istilah start up. Start up
masih merupakan konsep tentang model bisnis yang masih dalam rangka uji coba, sedangkan finance
technology merupakan hasil jadinya. Dengan adanya perkembangan ini maka diharapkan bisa
memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis dibandingkan dengan transaksi keuangan
yang tradisional. Diharapkan dengan adanya fintech dapat diciptakan proses transaksi keuangan yang
lebih praktis dan lebih modern. Layanan yang dilakukan meliputi payment channel system, digital
banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P) Lending serta layanan crowd funding.8 Professor
Douglas W. Arner melakukan pengklasifikasian mengenai era fintech. Era 1.0 merupakan era dimana
komputerisasi dan infrastruktur mulai membentuk jaringan keuangan yang sifatnya global. Era 2.0
memasuki era penggunaan internet dan dimulainya digitalisasi dalam keuangan. Era 3.0 merupakan
era mulai digunakannya smartphone dalam keuangan. Praktek transaksi fintech yang banyak
dipromosikan melalui website adalah adanya pinjaman online. Bentuk peminjaman online ini ada
beragam tergantung kepentingan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Peminjaman online
membebaskan adanya jaminan karena sistemnya adalah pinjaman tunai. Nilai peminjaman ini
tentunya tidak sebesar jika menyertakan jaminan. Meskipun begitu peminjaman online dengan
segala kemudahannya tetap menjadi primadona masyarakat. Sekalipun tanpa meninggalkan jaminan
apapun dalam pengisian data yang disertakan sebelum melakukan peminjaman telah ditulis lengkap
mengenai identitas juga bentuk pinjamannya akan digunakan untuk konsumtif atau produktif. Fintech
merupakan salah satu bentuk usaha di bidang keuangan yang berbasis teknologi. Perkembangan
teknologi menjadi suatu alasan besar kenapa sebuah usaha berbasis keuangan harus bersinergi
dengan teknologi. Jika suatu usaha tidak bisa bersinergi dengan teknologi maka bisa jadi usaha
tersebut akan ditinggalkan. Hal ini karena pada zaman modern ini semua sudah menyatu dengan
teknologi. Maka untuk pembaharuan sistem maka suatu usaha harus bisa bersinergi dengan yang
namanya teknologi.2

Di Indonesia sendiri, fintech juga telah berkembang, meskipun masih tertinggal jika dibandingkan
dengan negara lain seperti China, Hong Kong dan India. Saat ini, berdasarkan data yang dikeluarkan
oleh perusahaan konsultan manajemen bisnis McKinsey & Company dalam laporan terbarunya
berjudul Digital Banking in Indonesia: Building Loyalty and Generating Growth, tingkat penetrasi
penggunaan layanan keuangan melalui fintech di Indonesia masih sekitar 5%. Angka tersebut
tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara China dengan presentasi 67%, Hong Kong
57% dan India 39%. Meskipun demikian, fintech di Indonesia tetap mempunyai potensi besar untuk
lebih berkembang ke depannya, karena berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2017,
pertumbuhan digitalisasi di Indonesia menjadi salah yang tercepat di dunia, bahkan mengalahkan
China dan Brazil. 3

Semakin berkembangnya fintech di Indonesia maka dari itu, penulis ingin mengamati dan
menganalisis bagaimana fintech ini menurut pandangan DSN MUI selaku badan yang bertanggung
jawab mengeluarkan fatwa-fatwa mengenai keuangan berbasis syariah di Indonesia terkhusus
dengan menggunakan teknologi sebagai sarana operasionalnya. Sesuai kesepakatan antara MUI dan
Bank Indonesia, BI menempatkan DSN-MUI sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam hal-
hal menyangkut syariah, menempatkan posisi DSN-MUI menjadi sangat strategis dan sentral
dalam hal pengembangan ekonomi syariah di negeri ini. Dalam pengembangan lembaga
keuangan syariah, BI jauh lebih maju dibandingkan Departemen Keuangan. Salah satunya dapat
dilihat dimana BI telah menempatkan pejabat setingkat direktur untuk menangani bank-bank
syariah, sementara Departemen Keuangan sama sekali belum ada pejabat setingkat Kasubdit
yang dikhususkan untuk menangani asuransi-asuransi syariah.

Sejalan dengan perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah, ulama semakin tertuntut


untuk turut serta dalam memberikan masukan untuk kemajuan lembaga tersebut, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dianggap sebagai
langkah efisien untuk mengkoordinasikan ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan
dengan masalah ekonomi atau keuangan. Disamping itu, DSN diharapkan berfungsi sebagai
pendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, DSN berperan
serta secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia dalam bidang
2
Fajrina Eka Wulandari , ” Peer to Peer Lending Dalam POJK, PBI dan Fatwa DSN MUI”. AHKAM, Volume 6,
Nomor 2, November 2018, H. 241-266
3
(https://business-law.binus.ac.id/2019/03/19/sekilas-perkembangan-fintech-di-indonesia/ diunduh 27 juli
2019 pukul 22:21 WIB
ekonomi dan keuangan. Selain dari itu, lahirnya lembaga pengawas seperti DSN merupakan
langkah maju dalam dunia keuangan di tanah air, terutama disaat terjadinya moral hazard di
kalangan praktisi keuangan, dimana mereka dengan seenaknya berbuat curang, menipu dan
membungakan uang, yang tidak hanya berakibat pada krisis keuangan semata, tapi juga
berakibat pada hilangnya trust masyarakat terhadap beberapa lembaga keuangan di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

C. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

2. Subfokus Penelitian

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan fintech di Indonesia ?

2. Bagaimana fintech menurut fatwa DSN MUI ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tentang perkembangan fintech dan kesesuainnya
dengan syariah dalam tinjauan DSN MUI.

F. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap perkembangan industri
keuangan dengan menggunakan teknologi

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada mahasiswa mengenai peranan DSN
MUI dalam menyikapi berkembanganya fintech di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian

B. Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berfikir
BAB III

METODLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Latar Penelitian

D. Metode Penelitian

E. Data dan Sumber Data

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Pedoman Observasi

2. Pedoman Wawancara

G. Prosedur Analisis Data

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

1. Kredibilitas

2. Transferabilitas

3. Dependabilitas

4. Konfirmabilitas
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai