Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

MASTEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI

Oleh:
Queen Yosefin Mailoa, S.Ked

Pembimbing :
dr. Achmad Tuahuns, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
RSUD dr. M. HAULUSSY
AMBON
2019
Mastektomi Radikal Modifikasi

Pendahuluan
Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM) adalah suatu tindakan pembedahan
onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan
payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkim payudara, areola dan puting
susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila
ipsilateral level I, II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pectoralis major dan
minor.1

Tingkat mastektomi radikal modifikasi sangat bervariasi di seluruh dunia.


Tingkat MRM tertinggi di Eropa Tengah dan Timur pada 77%. Di Amerika sebanyak
56%, Eropa Barat dan Utara rata-rata 46%, Eropa Selatan 42%, Australia dan
Selandia Baru sebanyak 34%.2

Di Indonesia, penanganan kanker payudara dengan menggunakan teknik


MRM adalah sebanyak 25%. Penelitian oleh Dewi et al menyatakan bahwa
mastektomi radikal modifikasi dapat menghambat proses perkembangan sel kanker
hingga mencapai taraf kesembuhan 85% sampai 87%.3

Anatomi Payudara

Untuk dapat mengetahui bagaimana dasar tindakan operasi di daerah


payudara, sangatlah penting untuk mengetahui stuktur payudara. Payudara terletak
pada hemitoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak sebagai berikut:
-
Batas Superior : costae II atau III
-
Batas Inferior : costae VI atau VII
-
Batas Medial : pinggir sternum
-
Batas Lateral : garis aksillaris anterior
Payudara terdiri dari tiga struktur utama diantaranya, kulit, jaringan lemak
subkutaneus, jaringan payudara (parenkim dan stroma). Kulit terdiri atas folikel
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Kelenjar payudara dibentuk oleh
kurang lebih dari 15-20 lobus, yang bermuara ke puting susu untuk mengalirkan
pruduksinya. Diantara lobus tadi terdapat jaringan penyangga subkutaneus.4

Fasia pektoralis superfisial membungkus payudara dan akan menyambung


dengan fasia campers abdomen superfisial di inferior. Bagian bawah payudara
membentang diatas fasia pectoralis profunda dan dihubungkan oleh ligamentum
cooper dengan permukaan anterior, yang berfungsi sebagai penyangga.4

Payudara mendapat aliran darah dari:

- Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, IV,


V dari a.mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi sternum
pada intercostae yang sesuai, menembus m.pectoralis mayor dan memberi
aliran darah pada tepi medial glandulla mammae
- Rami pectoralis a.thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara
m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor. Pembuluh ini merupakan
pembuluh utama m.pectoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran darah
ke glandulla mammae bagian dalam (deep surface)
- A.thorakalis lateralis (a.mammae eksterna). Pembuluh darah ini berjalan turun
menyusuri tepi lateral m.pectoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral
payudara
- A.thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari
a.subskapularis. Arteri ini memberikan aliran darah ke m.latissmus dorsi dan
m.saerratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandulla mammae, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal
mastektomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sangat sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angel”
Pada payudara terdapat tiga grup vena, yaitu:
- Cabang-cabang perforantes, v.mammaria interna, vena ini merupakan vena
yang tersebar pada jaringan payudara yang mengalirkan darah dari payudara
dan bermuara pada v.mammaria interna yang kemudian bermuara pada
v.minominata
- Cabang-cabang v.aksillaris, yang terdiri dari v.thorako-akromialis,
v.thorakalis lateralis dan v.thorako-dorsalis
- Vena-vena kecil bermuara pada v.intercostalis, vena intercostalis bermuara
pada v.vertebralis, kemudian bermuara pada v.azygos (melalui vena-vena ini,
keganasan pada payudara akan dapat bermetastase langsung ke paru)

Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan nervus
intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatis. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati
rasa pasca pembedahan yakni nervus intercostabrakhialis dan nervus kutaneus
brakhius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagial medial lengan
atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak
terjadi mati rasa di daerah tersebut. Nervus pectoralis yang mempersarafi m.
pectoralis mayor dan minor, nervus torakodorsalis yang mempersarafi m. latissiumus
dorsi, dan nervus thorakalis longus yang mempersarafi m. serratus anterior sedapat
mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.4
Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian sentral dan medial serta ada pula aliran
yang menuju ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakhialis. Saluran
limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral
aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjng v.aksillaris dan yang
berlanjut langsusng ke kelenjar servikal bagian kauda di dalam fossa supraklavikula.4

Indikasi Mastektomi Radikal Modifikasi

Berikut ini merupakan indikasi dilakukan tindakan mastektomi radikal


modifikasi yakni:5
1. Ca. mammae yang terbatas pada payudara dan aksila tanpa invasi pada
otot pektoralis mayor
2. Ca. mammae stadium dini yang tidak memenuhi syarat BCS
3. Ca. mammae stadium lokal lanjut dengan syarat tertentu
4. Ca. mammae yang mengalami rekurens setelah BCS

Kontraindikasi Mastektomi Radikal Modifikasi

Sementara itu kontraindikasi mastektomi radikal modifikasi adalah:5

1. Edema luas kulit payudara > 1/3 luas


2. Edema lengan
3. Nodul parasternal
4. Metastase supraclavicular
5. Inflammatory carcinoma

Teknik Operasi Modifikasi Radikal Mastektomi

Secara singkat teknik operasi dari modifikasi radikal mastektomi dapat


dijelaskan sebagai berikut: 6,7
1. Setelah pasien dianaesthesia dan didesinfeksi lapangan operasi, bila didapatkan ulkus
pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa steril tebal (buick gaas)
dan dijahit melingkar.
2. Dilakukan insisi (macam-macam insisi adalah Stewart, Orr, Halsted, insisi S) dimana
garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.
3. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap
bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus
dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
4. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan,
terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada saat sampai
pada tepi lateral m.pectoralis mayor dengan bantuan haak jaringan mammae
dilepaskan dari m. pectoralis minor dan serratus anterior (mastektomi simpel).
5. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I
(lateral m. pectoralis minor), Level II (di belakang m. pectoralis minor) dan level III
(medial m. pectoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris,
karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan
mammae diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus, dan
thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. Kelenjar getah bening internerural
selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mammae kelenjar getah bening aksila
terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
6. Lapangan operasi dicuci dan luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukan tindakan mastektomi radikal


modifikasi antara lain:8,9,10

1. Cedera N. Thorakalis longus


Cedera pada N. Thorakalis longus akan menyebabkan timbul kelumpuhan
pada otot serratus anterior.
2. Cedera N. Thorakordorsalis
Cedera pada N. Thorakordorsalis dapat mengakibatkan terjadi kelumpuhan
otot latissimus dorsi.

3. Seroma
Seroma sering didefinisikan sebagai cairan serous yang terjadi setelah
pembedahan yang berkumpul di bawah flap kulit serta mengisi dead space.
Setelah tindakan mastektomi, seroma segera berkumpul di bawah flap kulit dan di
dead space daerah aksila. Biasanya seroma akan diserap sendiri dalam beberapa
minggu. Jika cairan seroma yang terbentuk sangat banyak, maka kulit bekas
operasi akan teregang yang dapat menyebabkan ketidak nyamanan pasien. Pada
beberapa pasien penumpukan cairan ini akan memberikan beberapa masalah
seperti memperlama masa rawatan, dan akan menambah biaya rawatan. Selain itu
juga akan disedot secara berulangkali sehingga pasien akan merasa sangat tidak
nyaman.
Seroma bukan merupakan komplikasi yang bersifat mengancam jiwa, namun
keadaan ini mampu menimbulkan morbiditas yang cukup serius, karena keadaan
ini berhubungan dengan penyulit lain seperti nekrosis flap kulit, rasa nyeri,
infeksi, keterlambatan penyembuhan luka, luka operasi yang terbuka kembali,
predisposisi terjadi sepsis, dan limfedema. Selain itu pengumpulan cairan yang
berlebihan akan meregangkan kulit sehingga menjadi bergelambir dan
menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Penyulit tersebut dapat
memperpanjang hari perawatan dan juga memperlambat pemberian terapi
adjuvant.
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Sjamsuhidajat Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:


EGC, 2005
2. Keneth Koroltchouk. Journal reading Women And Cancer. WHO Statist.
2000
3. Dewi, F. I. R, Djoenaina V. Hubungan antara resiliensi dengan depresi pada
perempuan pasca pengangkatan payudara. Jurnal Psikologi, 2004
4. Daniel Wibowo, Widjaja Paryana. Anatomi Tubuh Manusia. Jogyakarta:
Graha Ilmu, 2009
5. Ford M, Finlayson CA. Surgical therapy of early breast cancer in Early
diagnosis and treatment of Breast cancer. Philadelphia: Elsevier, 2013
6. Hunt KK, Buchholz TA. Breast conserving therapy in in Harris JR etal.
Disease ofthe breast. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010
7. Rao R, Leitch M. Modified radical mastectomy and techniques for avoiding
skinnecrosis in Kuerer HM. Kuerer’s Breast surgical oncology. New York:
Mc Graw Hill Book Company, 2012
8. Prier E. Surgical biopsy in Jacobs L, Finlayson CA. Eds. in Early diagnosis
and treatment of Breast cancer. Philadelphia: Elsevier, 2011
9. Henderson. Breast Cancer Management Progress And Prospects. New Jersey,
2015
10. Pilch. Surgical Oncology. New York: Mc Graw Hill Book Company, 2012

Anda mungkin juga menyukai