Anda di halaman 1dari 2

Tugas Reading Report 13 Mata Kuliah Diplomasi Modern

Nama : Alham Kurnia Rasyid Ananto


NPM : 1806218694
Kelas : Diplomasi Modern B
Bahan Utama : Pluijm, Rogier van der. (2007) City Diplomacy: The
Exanding Role of Cities in International Politics,
Netherlands Institute of International Relations Clingendael,
Clingendael Diplomacy Papers, No. 10

Kota sebagai Aktor Diplomasi

Kegiatan diplomasi sebagai upaya untuk mendapatkan kepentingan suatu pihak dengan
cara menjalin hubungan dengan pihak lain terus mengalami dinamika. Aktor-aktor yang dapat
melakukan diplomasi terus berkembang seiring dengan kapabilitas mereka dalam melakukan
diplomasi. Pada reading report ini, penulis akan memaparkan mengenai tulisan Pluijm terkait
diplomasi yang dilakukan oleh aktor selain negara, yaitu kota. Pluijm dalam tulisannya yang
berjudul City Diplomacy: The Exanding Role of Cities in International Politics, memaparkan
mengenai peran kota yang merupakan bagian dari suatu negara dalam melakukan diplomasi
secara langsung dalam panggung politik internasional. Penulis akan membagi reading report
ini menjadi dua bagian. Bagian pertama akan membahas tentang konsep dasar diplomasi kota
menurut Pluijm. Sedangkan pada bagian kedua, penulis akan memaparkan kesimpulan dari
reading report ini.

Konsep Diplomasi Kota

Pluijm menjelaskan bahwa sebelum adanya Perjanjian Westphalia, tepatnya setelah


Renaissance, kota-kota di Italia seperti Venesia dan Milan memiliki peran yang besar dalam
melakukan diplomasi. Namun setelah pejanjian Westphalia, kota-kota tersebut tidak
melakukan diplomasi atau memberlakukan kebijakan luar negeri karena hal tersebut telah
dimonopoli oleh negara. Namun, pada tulisannya, Pluijm memaparkan bahwa besarnya
populasi kota pada saat ini menjadikan kota kembali memiliki peran yang besar di dunia.
Besarnya populasi kota juga menyebabkan kota memiliki power yang terus berkembang dalam
era globalisasi. Ia memaparkan bahwa peran aktor non-negara dalam melakukan diplomasi
semakin berkembang setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2.

Aktor-aktor non-negara ini dapat berupa aktor yang tidak memiliki wilayah teritorial
seperti NGO dan MNC, ataupun aktor yang memiliki wilayah seperti negara dalam sistem
federal, region, dan kota. Meningkatnya peran aktor non-negara tesebut dalam melakukan

1
diplomasi oleh Pluijm disebut sebagai akibat dari globalisasi. Globalisasi membuat negara
kehilangan monopoli atas kegiatan diplomasi. Menurut Pluijm, konsep dari diplomasi kota
didefinisikan sebagai institusi atau proses kota dalam menjalin hubungan dengan aktor dalam
panggung politik internasional dengan tujuan merepresentasikan kota itu sendiri dan
kepentingannya kepada pihak lain. Hal ini mendukung kota untuk dapat melakukan kegiatan
diplomasi untuk memperjuangkan kepentingannya.Pluijm bependapat bahwa diplomasi kota
termasuk dalam bentuk diplomasi kontemporer. Diplomasi kontemporer telah membuat
interaksi antar aktor menjadi lebih bervariasi tergantung pada isu yang dihadapi, kepentingan
yang dimiliki, dan kapasitas untuk mengoperasikan multilayered diplomatic environment.

Pluijm kemudian memaparkan bahwa terdapat enam dimensi dalam diplomasi kota
yang menurutnya penting, yaitu keamanan, pembangunan, ekonomi, budaya, kerjasama, dan
representasi dari diplomasi kota. Keenam dimensi tersebut diekstrapolasi dari lima fungsi
diplomasi yaitu memfasilitasi komunikasi, menegosiasikan kesepakatan, mengumpulkan
informasi, mencegah konflik, dan sebagia simbol dari keberadaan masyarakat internasional.
Dimensi keamanan ada atas pertimbangan bahwa konflik yang terjadi, berserta penyebab dan
korbannya, biasanya terjadi di kota. Untuk itu, pemerintahan lokal diperlukan dalam resolusi
konflik karena dianggap sebagai pihak yang paling memahami terkait wilayah tersebut.
Dimensi pembangunan berangkat dari fakta bahwa komunitas lokal memiliki peran yang cukup
penting dalam melakukan pembangunan daerah tersebut. Begitupun dengan dimensi lainnya,
didasari oleh kesadaran bahwa masyarakat kota memiliki peran yang besar terhadap kota itu
sendiri.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan penulis diatas menganai diplomasi kota yang dibahas oleh
pluijm dalam karyanya, penulis menarik kesimpulan bahwa diplomasi kota merupakan sebuah
“kisah lama yang terulang kembali”. Karena hal ini pernah terjadi sebelum adanya konsep
negara, atau sebelum Perjanjian Wesphalia. Setelah Westphalia, diplomasi kota melemah
karena diplomasi dimonopoli oleh negara. Namun setelah Perang Dunia ke-2 dan dimulainya
era globalisasi, diplomasi kota kembali muncul sebagai sarana untuk memenuhi kepentingan
kota. Diplomasi kota tidak memiliki landasan hukum yang legal, namun bukan berarti
diplomasi kota tidak dapat dilakukan. Prosesnya mungkin tidak memiliki landasan hukum,
namun output-nya tetap memiliki dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat kota.

Anda mungkin juga menyukai