Anda di halaman 1dari 14

Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI

perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL


digilib.uns.ac.id

Pengaruh Psikoedukasi Mengenai Dukungan Sosial Keluarga dalam


Menurunkan Kecemasan pada Pasien Depresi Rawat Jalan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Psychoeducation About Family Social Support to Reducing Anxiety


in Depression Outpatients at Surakarta Mental Hospital

Ratu Athina Mahmud, Salmah Lilik, Arif Tri Setyanto

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan yang seringkali
dialami pasien depresi rawat jalan dalam kehidupan sehari-hari. Psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga
dapat digunakan sebagai suatu bentuk intervensi dalam menangani kecemasan, dengan ketrampilan menyalurkan
dukungan sosial terhadap suatu situasi menekan yang cenderung mengarah pada timbulnya kecemasan.
Sebagaimana dinyatakan bahwa salah satu penanganan kecemasan adalah dengan program psikoedukasi
mengenai dukungan sosial keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga
dalam menurunkan kecemasan. Psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga merupakan suatu proses
pendidikan jangka pendek secara sistematis dan terorganisir untuk memberikan ketrampilan dukungan sosial
kepada keluarga subjek sehingga subjek mampu terhindar dari kecemasan.
Subjek penelitian ini adalah pasien depresi rawat jalan dan keluarga di Rumah Sakit Jiwa Surakarta yang
ditentukan menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh subjek berjumlah 14 orang. Desain penelitian
yang digunakan yaitu Randomized Control Group Pretest-Post Test Design, dengan 7 subjek pada kelompok
eksperimen dan 7 subjek pada kelompok kontrol. Keluarga kelompok eksperimen diberikan psikoedukasi
mengenai dukungan sosial keluarga sebanyak dua kali pertemuan, yang terdiri dari dua sesi psikoedukasi. Teknik
pengumpulan data menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) oleh Janet Taylor (1953), dan modul
psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga. Uji validasi isi TMAS diadaptasi oleh Djuni Utari (1978) dan
dosen pembimbing. Uji reliabilitas TMAS diadaptasi oleh Djuni Utari (1978) yang telah terstandarisasi dengan nilai
reliabilitas sebesar 0,912. Metode analisis data menggunakan uji Two Sampel Independen Mann-Whitney.
Analisis data dilakukan pada 14 subjek penelitian. Berdasarkan uji hipotesis dengan Two Sampel Independen
Mann-Whitney, diperoleh nilai z sebesar -3.165 dan nilai uji signifikansi sebesar 0.002 (p < 0.05). Hasil tersebut
menunjukan bahwa psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan kecemasan pada pasien depresi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Kata kunci: (kecemasan, psikoedukasi mengenai dukungan sosial keluarga, pasien depresi rawat jalan)

PENDAHULUAN pembangunan kesehatan pada masyarakat.


Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
adalah masyarakat yang sadar, mampu
teknologi semakin pesat dalam berbagai bidang
mengenali dan mengatasi permasalahan
kajian dan kelimuan. Di bidang kesehatan pun
kesehatan yang dihadapi sehingga dapat bebas
tidak mengenal kata mundur untuk ikut serta
dari gangguan kesehatan akibat bencana
commit to user
dalam memanfaatkan dan menjadi bagian dalam
maupun lingkungan serta perilaku yang tidak
kemajuan tersebut, terutama kemajuan teknologi
mendukung untuk hidup sehat termasuk
informasi untuk terus mengembangkan

1
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

masalah kesehatan jiwa (Farid, 2008) yang akan 1990 ; Greist dan Jefferson, 1988 ; Holmes,
mengarah kepada gangguan kejiwaan. 1991 ; Rathus dan Mevid, 1991 ; Sarason dan
Sarason, dalam Setiawan, 2011). Penemuan
Gangguan jiwa adalah respon maladaptif
Prawitasari dan Kahn (dalam Setiawan, 2011)
dari lingkungan internal dan eksternal yang
mengemukakan bahwa perempuan mempunyai
dibuktikan melalui pikiran, perasaan, dan
kehangatan, emosionalitas, sikap hati-hati,
perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal
sensitivitas, dan konformitas lebih tinggi
atau budaya setempat dan mengganggu fungsi
daripada laki-laki, sedangkan laki-laki lebih
sosial, pekerjaan dan atau fisik (Townsend,
tinggi dalam stabilitas emosi, dominasi dan
2005). Data dari WHO pada tahun 2006,
impulsivitas dari pada perempuan. Perbedaan
terdapat 26 juta penduduk Indonesia mengalami
sifat-sifat tersebut dapat dimungkinkan menjadi
gangguan jiwa.Berdasarkan data tersebut
timbulnya depresi terutama pada perempuan.
disimpulkan bahwa angka gangguan jiwa di
Indonesia mencapai 12% - 16% dari populasi Seseorang yang pernah mengalami
penduduk Indonesia salah satunya adalah gangguan jiwa seperti depresi dan telah kembali
depresi. ke tempat tinggalnya sering disebut pasien
rawat jalan. Pada pasien depresi rawat jalan
Depresi merupakan gangguan kejiwaan
yang baru saja keluar dari rumah sakit jiwa dan
pada alam perasaan (affective mood disoreder)
telah kembali ke tempat tinggalnya tidak dapat
yang ditandai dengan gejala krmurungan,
dengan langsung memulai berinteraksi dan
kecemasan, kelesuan, tidak ada gairah hidup,
beraktivitas layaknya orang normal. Pendapat
merasa tidak berguna, kekecewaan yang
tersebut ditunjang dengan wawancara dan
mendalam, rasa putus asa, pikiran kematian
observasi yang dilakukan pada keluarga pasien
hingga yang paling berat adalah keinginan
depresi rawat jalan yang menyatakan bahwa
bunuh diri (Hawari, 2010). Di Indonesia,
pasien lebih mudah merasa cemas dan stres saat
berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007,
pasien kembali ke rumah dan berbaur kembali
prevalensi gangguan mental emosional seperti
dengan lingkungan masyarakat daripada saat
depresi sebesar 11,6 % dari populasi orang
pasien menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa,
dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang
menurut keluarga jika tinggal di rumah sakit
dewasa di Indonesia lebih kuraang 150.000.000
jiwa pasien lebih tenang dan santai karena tidak
terdapat 1.740.000 orang yang saat ini
banyaknya orang yang berinteraksi dengan
mengalami gangguan mental emosional
pasien didukung dengan adanya perhatian yang
(Depkes, 2009). Beberapa penelitian
diberikan oleh perawat, dokter, psikolog dan
disimpulkan bahwa perempuan mempunyai commit to user
rekan medis lainnya, sehingga pasien lebih
resiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan
merasa nyaman tinggal di rumah sakit jiwa. Saat
depresi daripada laki-laki. (Davison dan Neale,
peneliti berkesempatan melakukan wawancara

2
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

dengan salah satu pasien depresi rawat jalan, menjadi faktor kunci dalam penyembuhan
pasien tersebut mengungkapkan pendapat yang pasien gangguan jiwa dan cara memberikan
sama dengan pendapat yang diungkapkan dari dukungan kepada anggota keluarga yang
keluarga pasien depresi rawat jalan lainnya. mengalami gangguan jiwa tersebut. Walaupun
Menurut Maslam (2003), seringkali bahkan anggota keluarga tidak selalu merupakan
dapat dikatakan sebagian besar dari para pasien sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka
rawat jalan memiliki kendala untuk dapat paling sering menjadi bagian terpenting dalam
berbaur dengan lingkungan yang penyembuhan (Kumfo, 1995, dalam Videbeck,
mengakibatkan kecemasan dengan munculnya 2008).
rasa takut, merasa harga dirinya rendah,
Berdasarkan hasil observasi dan
kepercayaan diri kurang, pesimis, tidur
wawancara kepada keluarga pasien depresi
terganggu, dan tidak nafsu makan.
rawat jalan menyatakan bahwa mereka sebagai
Kecemasan dapat dikatakan sebagai suatu keluarga masih tidak mengerti cara yang
keadaan emosional yang tidak menyenangkan digunakan untuk memberikan dukungan kepada
ditandai oleh adanya rasa cemas, ketakutan pada anggota keluarga mereka yang mengalami
sesuatu yang akan terjadi dan tekanan. Tekanan depresi supaya terhindar dari rasa kecemasan.
yang dialami pasien depresi yang baru saja Mereka mengaku minimnya informasi dan
keluar dari rumah sakit dan kembali ke tempat kurangnya waktu untuk mencurahkan perhatian
tinggalnya adalah saat menghadapi masyarakat kepada pasien yang menjadi kendala utama
dan lingkungannya. Sebagian besar dari pasien lemahnya dukungan sosial yang mereka
akan mengalami keputusasaan terhadap tekanan berikan. Selain itu, beberapa mengatakan bahwa
yang dihadapi (Steiner & Gebser, dalam mereka juga mengalami kesulitan dalam
Attamimi, 1988) karena kurangnya dukungan mengatur emosi saat sedang bersama atau
sosial dari keluarga. mengurus pasien depresi yang memiliki
keingininan beranekaragam, sehingga mereka
Dukungan sosial adalah suatu keadaan
terkadang semakin menambah rasa kecemasan
yang bermanfaat bagi seseorang yang diperoleh
pasien depresi dengan berbicara membentak
dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga
atau lebih keras dari biasanya dan tidak
seseorang akan mengetahui bahwa ada orang
mengerti cara untuk menurunkan kecemasan
lain yang memperhatikan, menghargai, dan
pada pasien. Sejalan dengan pernyataan dari
mencintainya (Cohen & Syme, 1996, dalam
Psikolog Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Setiadi, 2008). Menurut Canavan dan Dolan
bahwa pasien depresi rawat jalan memiliki rasa
(200), dukungan sosial lebih diaplikasikancommit
ke to user
kecemasan yang tinggi yang menyebabkan
dalam lingkungan keluarga seperti orang tua.
mereka sering kambuh dan memerlukan
Keluarga sebagai sumber dukungan sosial dapat
penanganan serius terlebih lagi peranan

3
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

keluarga harus mendukung pasien agar merasa mengambangkan sumber-sumber dukungan, dan
nyaman dan dapat percaya diri supaya paasien dukungan sosial dalam mengahadapi tantangan
tidak mengalami kecemasan yang berarti. tersebut dan mengembangkan keterampilan
Namun, masih banyak keluarga pasien yang coping untuk mengahadapi tantangan tersebut
belum mengetahui cara untuk mencegah pasien (Griffith, 2006 dikutip dari Walsh, 2010).
mengalami kecemasan atau penanganan yang Sehingga, psikoedukasi didasarkan pada
mampu membuat pasien merasa nyaman dan kekuatan partisipan dan lebih fokus pada saat ini
dapat mengontrol diri saat berada dirumah serta dan masa depan daripada kesulitan-kesulitan di
cara memberikan dukungan pada pasien. masa lalu. Berdasarkan penelitian dari The
Kendala-kendala tersebutlah yang menjadi Soedirman Journal of Nursing tahun 2010
hambatan dalam memberikan dukungan sosial ditemukan bahwa angka kecemasan pada pasien
kepada pasien depresi rawat jalan. yang keluarganya tidak diberikan psikoedukasi
sebesar 25% - 50%, sedangkan angka
Model dukungan sosial inilah yang
kecemasan pada pasien yang keluarganya
menjadi salah satu latar belakang munculnya
diberikan psikoedukasi sebesar 5% - 10%
psikoedukasi (Anderson, Reiss & Hogarty,
(Keliat, 2006).
1986, dikutip dari Lukens & McFarlene, 2004)
dan menjadi fokus dalam diterapkannya Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
psikoedukasi sehingga, kondisi keluarga yang menduga bahwa penerapan psikoedukasi
terapeutik dan mendukung pasien sangat mengenai dukungan sosialkeluarga dapat
membantu pasien dalam menghadapi menurunkan kecemasan pada pasien depresi
kecemasan pasca keluar dari rumah sakit jiwa. rawat jalan. Dengan diterapkannya psikoedukasi
Kebutuhan tersebut yang mendorong mengenai dukungan sosialkeluarga dapat
munculnya intervensi psikoedukasi yang memberikan pengarahan dan informasi pada
digunakan untuk kepentingan pasien dan keluarga pasien bahwa dengan adanya
memberikan informasi serta pengetahuan bagi dukungan sosial yang didapatkan oleh pasien
keluarga pasien agar mendukung penuh proses depresi rawat jalan dapat mencegah
penyembuhan pasien dalam menurunkan berkembangnya masalah akibat tekanan yang
kecemasan menghadapi lingkungan masyarakat menyebabkan timbulnya kecemasan, sehingga
yang sesungguhnya. kecemasan yang dialami oleh pasien dapat
menurun dan secara bertahap pasien dapat
Psikoedukasi adalah suatu intervensi yang
beraktivitas dalam ruang lingkup masyarakat
dapat dilakukan pada individu, keluarga dan
pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik
kelompok yang fokus commit to user
pada
mendidik
untuk mengetahui adanya pengaruh
partisipasinya mengenai tantangan signifikan
psikoedukasi mengenai dukungan
dalam hidup, membantu partisipan
sosialkeluarga dalam menurunkan kecemasan

4
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa dikatakan tidak etis. Pada kasus ini ego
Daerah Surakarta. mengingatkan terjadinya suatu
kemungkinan pembalasan dari super ego.
DASAR TEORI
c. Kecemasan Neurotik, sering dihasilkan bila
Kecemasan impuls id kelihatannya ingin ditampilkan,
akan tetapi ledakannya di kontrol oleh ego.
Kecemasan yang pernah dialami oleh
setiap manusia, merupakan bentuk perasaan Sedangkan Lazarus (dalam Zeidner, 1998)
yang biasanya diiringi oleh suasana hati yang membedakan kecemasan menjadi dua
kurang menyenangkan. Kecemasan dapat berdasarkan lamanya menetap, yaitu state
dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak anxiety dan trait anxiety. State anxiety adalah
sampai orang dewasa (Blackburn dan Davidson, kecemasan yang bersifat sementara yang timbul
1990). Kecemasan pada tingkat tertentu dapat ketika individu menghadapi situasi tertentu yang
dianggap sebagai bagian dari respon untuk dianggap mengancam, sedangkan trait anxiety
mengatasi masalah sehari-hari. Adanya adalah kecemasan yang bersifat menetap dan
pertentangan antara dorongan dan usaha telah menjadi bagian dari kepribadian individu.
individu dalam menyesuaikan diri juga dapat Spielberger, dkk. (1983) mengartikan state
memicu timbulnya kecemasan (Mujib dan anxiety sebagai respon emosional individu
Daradjat, 1999). Oleh karena itu, kecemasan terhadap situasi tertentu yang dirasakan sebagai
dapat diartikan sebagai suatu akibat dari ancaman.. apabilan ancaman mereda, maka
ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan kecemasan yang dialami juga akan menghilang.
masalah yang dihadapi. Pasien depresi rawat jalan yang baru saja keluar
dari rumah sakit jiwa setelah beberapa saat
Kecemasan menurut Freud (dalam
dirawat inap di rumah sakit jiwa dapat dikatakan
Ibrahim, 1997) dapat dibagi menjadi tiga tipe
berada dalam situasi yang mengancam bagi
kecemasan :
mereka dan dapat menimbulkan state anxiety
a. Kecemasan Realistik, yang terjadi bila karena ketika ancaman yang mereka rasakan
terdapat bahaya yang potensial dari saat kembali ke tempat tinggal mereda, maka
lingkungan luar. Bila seseorang mencium kecemasan yang dialami akan menghilang.
bau asap dalam suatu gedung, egonya akan
Psikoedukasi Mengenai Dukungan Sosial
meperingatkan untuk mengambil suatu
Keluarga
tindakan - tindakan penyelamatan diri dari
bahaya yang mengancam. a. Gambaran Psikoedukasi
commit to user
b. Kecemasan Moral, yaitu tidak dapat hidup
Psikoedukasi adalah treatment yang
leluasa dalam standar moralnya atau
diberikan secara profesional dimana
berlawanan terhadap suatu perilaku yang

5
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan atau medical psychology. Misalnya


edukasi (Lukens & McFarlane, 2004). psikoedukasi pada pasien skizofrenia, bipolar
Sedangakan menurut Stuart & Laraia (2005) disorder, depresi, penggunaan narkoba atau
psikoedukasi merupakan salah satu elemen alkohol. Psikoedukasi diberikan agar pasien
program perawatan kesehatan jiwa keluarga tersebut memiliki pemahaman dan penerimaan
dengan cara pemberian informasi dan edukasi terhadap gangguannya untuk menghindari
melalui komunikasi terapeutik. Walsh (2010) terjadinya kemungkinan kekambuhan yang
dalam Griffiths (2006) menarik kesimpulan dialami pasien baik rawat inap maupun rawat
berdasarkan pengertian psikoedukassi bahwa jalan. Psikoedukasi tidak hanya diberikan
fokus psikoedukasi adalah sebagai berikut : kepada pasien, tetapi juga anggota keluarga
pasien sebagai suatu sistem dukungan sosial
a. Mendidik partisipan mengenai tantangan
terdekat bagi pasien.
hidup,
b. Membantu partisipan mengembangkan b. Dukungan Sosial Keluarga
sumber-sumber dukungan dan dukungan
Pierce (dalam Kail and Cavanaug, 2000)
sosial dalam menghadapi tantangan hidup,
mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber
c. Mengembangkan keterampilan coping
emosional, informasional atau pendampingan
untuk menghadapi tantangan hidup,
yang diberikan oleh orang- orang disekitar
d. Mengembangkan dukungan emosional,
individu untuk menghadapi setiap permasalahan
e. Mengurangi sense of stigma dari partisipan,
dan krisis yang terjadi sehari- hari dalam
f. Mengubah sikap dan kepercayaan
kehidupan. Gottlieb (dalam Smet, 1994)
partisipan terhadap suatau gangguan
menyatakan dukungan sosial terdiri dari
(disorder),
informasi atau nasehat verbal maupun non
g. Mengidentifikasi dan mengeksplorasi
verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang
perasaan terhadap suatu isu,
didapatkan karena kehadiran orang lain dan
h. Mengembangkan keterampilan
mempunyai manfaat emosional atau efek
penyelesaian masalah,
perilaku bagi pihah penerima.
i. Mengembangkan keterampilan crisis-
intervention. Fungsi Dukungan Sosial Keluarga

Psikoedukasi dapat digunakan dalam Menurut Maquire (dalam Proctor, dkk.,


berbagai setting situasi. Untuk bidang klinis 1990) dukungan sosial mampu menyediakan
sendiri, psikoedukasi banyak digunakan lima fungsi :
commit to user
bersama dengan psikoterapi pada klien-klien
a. Dukungan sosial mampu membangun sense
dengan gangguan psikologi, di sekolah atau
of self. Identitas seseorang dibentuk dan
instansi pendidikan ataupun health psychology
diperkuat oleh orang-orang yang

6
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

berhubungan dengannya, yaitu mengenai Depresi


bagaimana posisinya dalam suatu jaringan
Depresi merupakan salah satu gangguan
sosial, sehingga seseorang mampu
mood atau emosional karena gambaran yang
bertindak sesuaai perannya.
menonjol pada penderita depresi adalah
b. Dukungan sosial mampu memberikan
terganggunya emosi. Masella, dkk (dalam
feedback yang positif, sehingga mampu
Meiwati, 1994) menyatakan bahwa depresi
meningkatkan self-esteem. Feedback yang
merupakan suatu gangguan yang umum, dan
positif mampu membuat seseorang
dapat terjadi pada siapa saja, namun berbeda
mempersepsi adanya harapan yang positif
didalam mengekspresikannya tergantung pada
atas penyelesaian suatu permasalahan.
individu yang bersangkutan. Gangguan depresi
c. Dukungan sosial mampu melindungi
dapat diawali dengan munculnya perasaan-
seseorang dari kecemasan dan stres.
perasaan negative antara lain : kesedihan,
Seseorang dengan tingkat dukungan sosial
keputusasaan, kekecewaan yang dialami oleh
yang tinggi akan lebih mampu mengatasi
seseorang secara berulang kali. Namun
kecemasan dan stres daripada seseorang
demikian depresi berbeda dengan kesedihan,
yang memiliki dukungan sosial yang
kekecewaan atau keputusasaan seperti biasanya
rendah. Adanya perasaan bahwa seseorang
teijadi. Perbedaan ini terdapat pada intensitas
didukung dan dipedulikan mampu
dan lamanya peristiwa-peristiwa negatif tersebut
menurunkan dampak negatif stressor.
terjadi.
d. Dukungan sosial mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan Seseorang dapat dikatakan depresi apabila
memberikan bantuan material. Dukungan kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan
sosial mampu membuat seseorang tersebut berkembang sehingga terjadi gejala-
memahami suatu permasalahan secara lebih gejala selanjutnya yang mempengaruhi fungsi-
objektif, membantu mencarikan jalan keluar fungsi psikologik dan fisiologik (Gazzaniga,
yang tepat atas permasalahan, melindungi 1980; Witting dan Williams, dalam Meiwati,
seseorang dari stres, dan meningkatkan 1994). Beck (1985) memberikan batasan
efektivitas intervensi ahli. mengenai depresi dengan atribut-atributnya
e. Dukungan sosial memberikan kesempatan yaitu : perubahan suasana hati yang spesifik
kepada seseorang untuk lebih bersosialisasi seperti kesedihan, kesepian dan apati : konsep
dan mengembangkan keterampilan sosial diri yang negatif disertai dengan perasaan-
yang lain, seperti komunikasi dan adaptasi. perasaan menyalahkan dan mencela diri sendiri
commit:tokeinginan
user untuk menghindar, sembunyi atau
mati : perubahan-perubahan vegetatif seperti
tidak ada nafsu makan, tidak dapat tidur dan

7
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

kehilangan dorongan seksual: perubahan tingkat mengisi surat persetujuan mengikuti seluruh
aktivitas seperti retardasi atau agresi. rangkaian penelitian.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan model penelitian


eksperimen dengan desain pretest-posttest
Populasi merupakah keseluruhan individu
randomized control group. Subjek dibagi secara
atau objek yang diteliti dan memiliki beberapa
acak menjadi dua kelompok dan kemudian
karakteristik yang sama (Latipun, 2006).
diberikan pretest kecemasan, kelompok
Populasi dalam penelitian ini yaitu keluarga
eksperimen yaitu kelompok yang akan diberikan
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
perlakuan berupa pengaruh psikoedukasi
Surakarta. Sampel penelitian ditentukan
mengenai dukungan sosial keluarga, dan
berdasarkan beberapa kriteria tertentu
kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak
(purposive sampling) dengan tujuan
diberikan perlakuan. Setelah pada kelompok
memperoleh subjek penelitian yang homogen.
eksperimen diberikan perlakuan, kedua
Berikut merupakan kriteria sampel dalam
kelompok diberikan posttest kecemasan.
penelitian ini yang terbagi menjadi dua kategori,
yaitu : Teknik Pengumpulan Data

a. Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik


pengumpulan data berupa skala kecemasan yang
Pasien depresi rawat jalan dengan taraf
sudah terstandarisasi yaitu dengan
depresi ringan hingga sedang berdasarkan
menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale
keterangan dari rekam medik, tingkat
(TMAS) oleh Janet Taylor (1953) terdiri dari 50
kecemasan tinggi dan sedang yang diperoleh
aitem. Di Indonesia sendiri TMAS diadaptasi
dari hasil pretest TMAS serta berjenis kelamin
oleh Djuni Utari (1978) dan telah banyak
perempuan dengan usia antara 20 tahun sampai
dipakai dalam penelitian di Indonesia untuk
50 tahun.
mengukur tingkat kecemasan dengan koefisien
b. Keluarga Subjek Penelitian reliabilitas sebesar 0,912. Penelitian ini juga
menggunakan modul sebagai landasan
Keluarga, baik pria maupun wanita yang
psikoedukasi mengenai dukungan sosial
tinggal bersama dengan pasien depresi rawat
keluarga bagi fasilitator maupun peserta. Modul
jalan, meliputi orangtua, kakak, adik, istri,
psikoedukasi yang akan digunakan, disusun
suami dan anak, belum pernah mengikuti
commitberdasarkan
to user pada pengertian, konsep, dan
program psikoeduksi mengenai dukungan sosial
praktek psikoedukasi mengenai dukungan sosial
keluarga, tingkat pendidikan minimal Sekolah
keluarga.
Menengah Pertama (SMP), dan bersedia

8
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

Metode Analisis Data D RS 37 th Tinggi Tinggi


E NT 26 th Tinggi Tinggi
Penelitian ini menggunakan uji non F S 43 th Tinggi Tinggi
parametrik, yaitu dengan teknik Two Sampel G M 49 th Rendah Tinggi

Independen Mann-Whitney. Sebagai tambahan Data awal berupa gain score kecemasan
juga dilakukan analisis kualitatif menggunakan yang diperoleh berasal dari 7 subjek masing-
data yang diperoleh dari lembar kerja pelatihan, masing pada kelompok kontrol dan kelompok
lembar wawancara, lembar evaluasi, dan lembar eksperimen, sebagaimana disajikan pada tabel
monitoring berikut.
Tabel 3. Gain Score Kecemasan
HASIL-HASIL
Kelompok Subjek Gain
Hasil Pretest dan Posttest Score
1 -4
Data yang dipeorleh dalam penelitian ini
2 -3
adalah skor kecemasan subjek yang diukur 3 -4
menggunakan skala TMAS (Taylor Manifest Eksperimen 4 -4
Anxiety Scale), sebelum dilakukan eksperimen 5 -2
6 -3
(pretest) dan setelah dilakukan eksperimen
7 -5
(posttest). Berikut ini deskripsi subjek penelitian A 1
dan hasil penelitian : B 3
C 1
Tabel 1. Deskriptif Subjek Kelompok Kontrol D 2
Eksperimen E 3
F 1
Tingkat Kecemasan G 4
Subjek Inisial Umur
Pretest Postest
1 W 50 th Tinggi Rendah Hasil Gain score kecemasan subjek pada
2 R 46 th Tinggi Rendah kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh
3 LP 34 th Tinggi Rendah
dari hasil skor pretest dan posttest. Hasil gain
4 SL 50 th Tinggi Tinggi
5 S 50 th Rendah Rendah score pada kelompok eksperimen menunjukkan
6 K 50 th Tinggi Rendah skor yang cenderung sama yaitu subjek
7 N 39 th Tinggi Tinggi
mengalami penurunan tingkat kecemasan mulai

Tabel 2. Deskriptif Subjek Kelompok Kontrol dari -2 hingga -5. Sedangkan pada kelompok
kontrol terjadi peningkatan skor, mulai dari 1
Tingkat Kecemasan hingga 4.
Subjek Inisial Umur
Pretest commit to user
Posttest
A K 45 th Tinggi Tinggi
B N 49 th Rendah Tinggi
C W 33 th Tinggi Tinggi

9
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

Uji Hipotesis perlakuan. Hal tersebut berarti bahwa


Psikoedukasi Mengenai Dukungan Sosial
Uji hipotesis dilakukan dengan uji Two
Keluarga secara signifikan dapat memberikan
Sampel Independen Mann-Whitney, yang
pengaruh terhadap kecemasan pada pasien
termasuk dalam uji statistik non-parametrik.
depresi rawat jalan. Pengaruh yang dihasilkan
Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat
melalui pemberian psikoedukasi mengenai
perbedaan skor antara dua sampel, yaitu pada
dukungan sosial secara signifikan berupa
kelompok yang mendapat perlakuan (kelompok
penurunan skor kecemasan pada subjek
eksperimen) dengan kelompok yang tidak
kelompok eksperimen.
mendapat perlakuan (kelompok kontrol). Dalam
penelitian ini, uji Two Sampel Independen 40
Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui 30

adanya pengaruh psikoedukasi mengenai 20


Pretest
dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan 10
Posttest
0
pada pasien depresi rawat jalan, dengan
Eksperimen Kontrol
menggunakan data pretest dan posttest. Berikut
merupakan hasil pengujian pengaruh
Gambar 1. Skor rata-rata Kecemasan Kelompok
psikoedukasi mengenai dukungan sosial
Eksperimen dan Kontrol
keluarga terhadap kecemasan :
PEMBAHASAN
Tabel 4. Hasil Uji Two Sampel Independen
Mann-Whitney Berdasarkan pada hasil uji hipotesis
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa
Gain
psikoedukasi mengenai dukungan sosial
Mann-Whitney U .000
keluarga memiliki pengaruh dalam terhadap
Z -3.165
kecemasan pada pasien depresi rawat jalan
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pengaruh
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a
yang dimunculkan berupa adanya penurunan
Berdasarkan hasil uji statistik skor kecemasan subjek, yang telah diukur
menggunakan uji 2 Sampel Independen Mann- sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan
Whitney, diperoleh nilai Z sebesar -3.165 dan menggunakan skala Taylor Manifest Anxiety
nilai uji signifikansi sebesar 0.002. Dengan Scale. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis
demikian nilai uji signifikansi (p) < 0.05, menggunakan uji statistik, yaitu dengan uji Two
sehingga dapat dikatakan bahwa commitSampel
terdapat to user Independen Mann-Whitney yang
perbedaan skor antara kelompok eksperimen menunjukkan nilai z sebesar -3.165 dan nilai uji
dengan kelompok kontrol setelah diberi signifikansi (p) sebesar 0,002 (p<0,05).

10
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

Sehingga hal tersebut berarti bahwa menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa. Tanpa
psikoedukasi mengenai dukungan sosial sadar pasien dituntut untuk dapat bersosialisasi
keluarga memiliki pengaruh terhadap penurunan dengan keluarga maupun tetangga sekitar untuk
kecemasan. memulihkan kesehatan jiwanya. Pada pasien
yang memiliki tingkat kecemasan rendah,
Pada data yang telah disajikan dalam
mungkin dapat menghadapi kondisi tersebut,
Tabel 4, tampak bahwa pada kelompok
namun untuk pasien yang masih memiliki
eksperimen skor kecemasan menurun setelah
tingkat kecemasan dan ketakutan yang tinggi,
diberi perlakuan berupa psikoedukasi mengenai
dapat menyebabkan pasien menjadi tidak
dukungan sosial keluarga. Perubahan skor pada
terkontrol dan mudah stres yang memicu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
kemungkinan kambuh. Hal ini perlu
dalam penelitian ini terjadi secara signifikan.
penanganan dan perhatian yang serius dengan
Hal ini berarti bahwa pada keluarga subjek
berbagai pendekatan, baik kepada pasien itu
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
sendiri maupun kepada keluarga sebagai orang
berupa psikoedukasi mengenai dukungan sosial
yang terdekat dengan pasien. Sebagai keluarga
keluarga, terjadi penurunan skor kecemasan di
perlu ikut menangani masalah tersebut agar
antara sebelum dan sesudah keluarga subjek
jumlah resiko adanya kecemasan yang dapat
diberikan psikoedukasi mengenai dukungan
memicu memburuknya kesehatan jiwat pasien
sosial keluarga. Sedangkan pada keluarga
tidak semakin meningkat. Oleh karena itu,
subjek kelompok kontrol yang tidak diberikan
pelayanan kesehatan jiwa dapat dimulai pada
psikoedukasi mengenai dukungan sosial
keluarga pasien dalam membentuk pelayanan
keluarga tidak terjadi penurunan skor
mandiri kepada pasien depresi rawat jalan
kecemasan ada subjek dan subjek mengalami
(Keliat, 2006).
peningkatan skor.
Secara psikologis, pasien depresi tentu
Pengaruh Psikoedukasi Mengenai Dukungan
sangat membutuhkan adanya dukungan
Sosial Keluarga dalam Menurunkan Pasien
menghadapi lingkungan baru agar tidak merasa
Depresi Rawat Jalan
cemas. Keluarga adalah sumber pemberi
Pasien depresi yang diperbolehkan keluar dukungan yang dapat diandalkan pasien. Salah
dari rumah sakit jiwa dengan syarat tetap satu nilai keluarga yang penting adalah
melakukan rawat jalan memiliki kendala akan menganggap keluarga sebagai tempat untuk
kekambuhan pasien yang disebabkan oleh memperoleh kehangatan, dukungan, cinta dan
beberapa hal seperti adanya kecemasan dalam penerimaan (Friedman, 1998). Keluarga dengan
commit to user
diri pasien dimana pasien harus mulai terbiasa tulus hati bersedia memberi dukungan kepada
dengan lingkungan tempat tinggalnya yang anggota keluarganya yang sakit. Dukungan
beberapa saat harus ditinggalkan karena pasien keluarga merupakan unsur terpenting dalam

11
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

membantu individu menyelesaikan masalah. Demikian pula hasil akhir pada penelitian
Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan ini yang diperoleh dari skor skala, lembar
bertambah dan motivasi untuk menghadapi monitoring dan wawancara, dapat disimpulkan
masalah yang terjadi akan meningkat (Stuart bahwa subjek sebagai perawat setelah
dan Sundeen, 1995 dalam Tamher, 2009). berpartisipasi dalam pelatihan regulasi emosi
Menerima dan memperoleh dukungan sosial memiliki ketrampilan tambahan yang dapat
keluarga dapat menurunkan kecemasan pasien, digunakan dalam lingkungan kerja, seperti pada
karena cara terbaik untuk menyelesaikan saat berinteraksi dengan rekan kerja maupun
kecemasan adalah memilih kenyataan dan saat menangani pasien. Ketrampilan dalam
bukanlah hal yang dibayangkan (McKay, 2005). mengelola emosi tersebut secara ringkas
mencakup kemampuan dalam aspek afektif,
Berdasarkan B.J. Saddock dan V.A.
kognitif, konatif, dan psikomotor.
Saddock (2007) 4 dari 5 keluarga yang
dilakukan wawancara mengatakan bingung Secara lebih rinci dapat dijabarkan bahwa
dalam menghadapi anggota keluarganya yang subjek dapat lebih mampu merasakan dan
menderita gangguan jiwa dan keluarga tidak mengenali situasi-situasi emosional maupun
mengetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi yang mengarah pada munculnya stres
memberikan perawatan dan dukungan sosial kemudian menentukan sikap dan situasi yang
agar pasien merasa nyaman serta jauh dari sesuai, mengelola emosi dengan melibatkan
perasaan cemas. Seperti diungkapkan oleh proses berpikir, dan menyalurkan emosi dalam
Steins & Hollander (2008) bahwa salah satu bentuk ekspresi-ekspresi yang lebih terarah.
penanganan kecemasan adalah psikoedukasi Sebaliknya sebagai perbandingan, pada
mengenai dukungan sosial keluarga. Keluarga kelompok kontrol diperoleh hasil berbeda
adalah salah satu bagian yang ikut bertanggung berupa kecenderungan skor stres kerja yang
jawab terhadap penanganan masalah kecemasan meningkat. Hal tersebut salah satunya dapat
pada pasien depresi rawat jalan, agar kedepan disebabkan karena tidak adanya pemahaman
hal ini tidak menjadi cikal bakal kambuhnya dan penerapan pelatihan ketrampilan regulasi
atau munculnya gangguan kesehatan jiwa yang emosi, khususnya dalam menghadapi situasi
lain. Tujuan umum psikoedukasi mengenai kerja yang menimbulkan stres.
dukungan sosial keluarga. adalah menurunkan
PENUTUP
intensitas emosi seperti kecemasan pada
anggota keluarga yang baru saja keluar dari Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif
rumah sakit jiwa sampai pada tingkatan yang yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka
commit to user
rendah dari sebelumnya dengan menggunakan hipotesis diterima dan disimpulkan bahwa
materi dukungan sosial keluarga untuk pasien terdapat pengaruh psikoedukasi mengenai
depresi rawat jalan. dukungan sosial keluarga secara signifikan

12
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

dalam penurunan kecemasan pada pasien Kehidupan (Edisi kelima) Alih Bahasa:
Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta:
depresi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah
Erlangga.
Surakarta (p<0,05). Analisis kualitatif
Kail, C. 2000. Human-Development: A Life-
membuktikan pengaruh yang dimunculkan pada Span View. America: Wadsworth .
setiap subjek berupa adanya penurunan skor
Kaplan HI., Sadock BJ. 1998. Ilmu
kecemasan, yang telah diukur sebelum dan Keperawatan Jiwa Darurat. Jakarta:
Widya Medika.
sesudah pelaksanaan psikoedukasi mengenai
dukungan sosial keluarga. Kaplan & Saddock. 1997. Synopsis of
Psychiatry Science Clinical Psychiatry.
Baltimore: Williams & Wilkins.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
diharapkan dapat menambah referensi penelitian Keliat, B. 1996. Peran Serta Keluarga dalam
Perawatan Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC.
sehubungan dengan kecemasan sebagai satu
Latipun. (2006). Psikologi Eksperimen. Malang:
variabel yang seringkali dijumpai dalam kasus UMM Press Universitas Muhammadiyah
pasien depresi rawat jalan, maupun ketrampilan Malang.
dukungan sosial keluarga yang dapat digunakan Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis
sebagai suatu bentuk intervensi dalam bentuk Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: FK
Jiwa Unika Atmajaya.
psikoedukasi. Khususnya bagi pasien depresi
Muchlas, M. 1980. Perilaku Organisasi.
rawat jalan, sebagai salah satu alternatif dalam Yogyakarta: MMR UGM
menangani kecemasan.
Mujib, A., Daradjat, Z. 1999. Nuansa Psikologi
Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
DAFTAR PUSTAKA
Saddock, B.J., Saddock,V.A.2007.Kaplan &
Blackburn, I., & Davidson, K. 1990. Cognitive Saddock’s Synopsis of Psychiatry:
Therapy for Depression & Anxiety. Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,
London: Blackwell Sciencetific 10th edn, pp: 467. Philadelphia USA :
Publication. Lippincott Williams & Wilkins,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology :


2003. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa. Biopsychosocial Interactions. Fifth
Jakarta. Depkes. Edition.USA : John Wiley & Sons.

Farid, A. 2006. Membangun Kesadaran Baru Sarason, I.G., Sarason, B.R. 1999. Assesing
Tentang Kesehatan Jiwa. Social Support : The Social Support
www.suarakarya-online.com/news. Questionaire. Journal of Personality and
(diakses tanggal 20 Februari 2014) Social Psychology.

Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga Setiawan, I. Teguh. (2011). Hubungan


Teori dan Praktik Alih Bahasa: Ina Gambaran Diri dengan Tingkat Depresi
Debora dan Yokina Asy. Jakarta: EGC. Penderita Ulkus Diabetes Mellitus di
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Hall, C. S., & Lindzey, G. 1993. Psikologi Tesis. Universitas Muhamadiyah
commit to user
Kepribadian 1: teori-teori Psikodinamik Semarang.
(Klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E. B. 2006. Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

13
Mahmud, Lilik, dan Setyanto / PENGARUH PSIKOEDUKASI MENGENAI
perpustakaan.uns.ac.id DUKUNGAN SOSIAL
digilib.uns.ac.id

Sherida dan Radmacher. (1992). Health Zeidner, M. 1998. Test Anxiety: The State of
Psychology: Challenging the Biomedical The Art. New York: Springer.
Model. Wiley.
Simon, S.B., Howe, L.W., & Kirschenbaum, H.
1972. Values Clarification. A Handbook
of Practical Strategis for Teachers and
Students (h. 163-165). New York: Hart.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Grasindo.
Spielberger, C. D., Gorssuch, R. L., dkk. 1983.
Manual for The State-Trait Anxiety
Inventory. California: Consullting
Psychologists Press, Inc.
Stein, D.J., Hollander, E. 2008. Textbook of
Anxiety Disorder. Whasington DC:
American Psychiatric Publishing, Inc.
Stuart, G.W., Laraia. 2005. Principles and
Practice of Psychiatric Nursing.
Philadelphia: Alih Bahasa Budi Santosa.
Supratikya, A. 2011. Merancang Program dan
Modul Psikoedukasi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Taylor, S. E. 2003. Health Psychology. New
York: McGraw Hill Companies Inc.
Taylor, S., & Asmundeson, J. G. 2004. Training
Health Anxiety: A Cognitive Behavioral
Approach. New York: The Guilford Press.
Trismiati. 2004. Perbedaan Tingkat kecemasan
antara Pria dan Wanita Akseptor
Kontrasepsi mantap di RSUD Dr. Sardjito
Yogyakarta. Jurnal Psyche. Fakultas
Psikologi Universitas Bina Darma
Palembang.
Utari, D. 1978. Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS). Malang: UMM.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. commit to user
Walsh, Joseph. 2010. Psychoeducation In
Mental Health. Chicago: Lyceum Books,
Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai