PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang data dasar
pengkajian pada landasan teori dalam BAB 2 dengan hasil pengkajian kasus yang
antara landasan teoritis dan tinjauan kasus pada pasien Ulkus diabetic Foot Grade
II tidak jauh berbeda, tetapi apabila kita bahas satu persatu secara terperinci dan
sistematis maka akan terlihat beberapa masalah yang berbeda antara landasan
6.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam data dari berbagai sumber, data untuk mengevaluasi
sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
respon individu, sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktik dari
80
81
komunikasi yang direncanakan dan meliputi tanya jawab antara penulis dan
pasien. Pada saat melakukan pengkajian dengan metode wawancara penulis tidak
menjawab semua pertanyaan yang diajukan penulis dan mampu bekerja sama
dengan baik.
Kelas III Wanita dengan diagnosa Ulkus dibetes mellitus Grade II bahwa klien
mengeluh nyeri pada jari kaki kanan digiti II,III,IV,V dikarenakan adanya luka
gangren akibat tertusuk duri, nyeri terasa panas dan perih, skala nyeri 5. Dari hasil
observasi ditemukan klien terlihat meringis kesakitan, gelisah dan lemah, TD:
Data fokus yang ditemukan penulis dalam pengkajian kasus Ny. M tidak jauh
berbeda dengan data fokus yang ada pada teoritis sehingga terdapat
kesinambungan antara teori dengan kasus nyata. Hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 07 Oktober 2019 data fokus yang terdapat pada kasus adalah klien
mengeluh nyeri dikarenakan adanya luka gangreng pada jari kaki kanan digiti
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara data yang
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan
mengatakan nyeri pada daerah jari kaki kanan digiti II,III,IV,V, tampak adanya
luka gangren, klien tampak meringis, skala nyeri 5, TD: 150/80 mmHg, HR:
ditandai dengan tampak adanya luka gangren pada jari kaki kanan digiti
gangren, ADL dibantu oleh keluarga, TD: 150/80 mmHg, HR: 89x/i, RR: 20
x/i, T: 36,9°c.
Dapat dilihat bahwa dari diagnosa tersebut disusun tidak secara diagnosa yang
terdapat pada teori Nanda yang terdapat dalam laporan ini, dikarenakan
83
disesuaikan berdasarkan kebutuhan pasien pada saat itu. Berikut ini adalah
regulasi d/d peningkatan suhu tubuh, peningkatan konsistensi urin, kulit kering,
insulin/penurunan intake oral d/d mual, muntah selama 3 hari, frekuensi 3-4
3. Nyeri b/d adanya ulkus (luka diabetes mellitus) d/d skala nyeri 6 dengan
interval 0-10.
4. Kerusakan integritas kulit b/d terputusnya inkontunuitas jaringan kulit d/d luka
menurun 1700 mm3 , teraba panas, edema di bagian luka ulkus dextra pedis
mengatakan kakinya sulit digerakkan karena adanya ulkus, ADL dibantu oleh
keluarga.
tinjauan kasus dan landasan teoritis adalah: pada landasan teoritis muncul 8
didapatkan dari hasil pengkajian sesuai prioritas masalah yang penulis jumpai
keperawatan lainnya tidak ditemukan data subjektif dan data objektif yang
perawat, klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana
tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang ada pada klien, dan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
yang sesuai dengan tiga diagnosa yang ditemukan pada tinjauan kasus. Diagnosa
pertama yaitu nyeri kronis b/d iskemik jaringan. Menurut Doengus (1999), pada
ketidaknyamanan.
85
Pada tinjauan kasus yang diintervensikan antara lain kaji keluhan nyeri, kaji
tanda-tanda vital, berikan obat sesuai indikasi, atur posisi klien, anjurkan klien
untuk istirahat, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Dari landasan teoritis dan
landasan teoritis berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai
indikasi tidak mungkin direncanakan pada tinjauan kasus karena ruangan rawatan
memberikan lingkungan yang tenang dan ruangan agak gelap tidak mungkin
dilakukan.
Diagnosa yang kedua adalah kerusakan integritas kulit b/d kerusakan jaringan
sekunder, pada landasan teoritis intervensi yang diberikan adalah inspeksi daerah
luka, monitor adanya infeksi, monitor warna kulit serta suhu kulit, melakukan
luka.
Diagnosa yang ketiga adalah hambatan mobilitas fisik b/d keterbatasan gerak.
mengkaji respon individu terhadap aktivitas, hal ini dilakukan untuk mengetahui
respon fisiologis terhadap stres, kaji aktifitas secara bertahap, dampingi dan bantu
didalam Nanda diambil dan disusun untuk rencana perawatan laporan. Intervensi
yang ada di dalam Nanda tersebut disaring untuk disusun dalam laporan ini karena
86
dianggap sesuai dengan kebutuhan yang dialami pasien selama masa perawatan.
tujuan yang spesifik. Implementasi membantu klien mencapai tujuan yang telah
Berdasarkan kajian diatas didapatkan diagnosa utama adalah nyeri kronis b/d
yaitu: inspeksi daerah luka, monitor adanya infeksi, monitor warna kulit serta
suhu kulit, melakukan perawatan luka serta mengajarkan kepada keluarga tentang
yaitu: mengkaji respon individu terhadap aktivitas, hal ini dilakukan untuk
dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu dalam pemenuhan kebutuhan
ADL.
Faktor pendukung dalam tahap pelaksanaan ini adalah adanya peran aktif
penulis untuk menjalankan setiap intervensi dan kesediaan klien untuk mengikuti
87
intervensi serta respon klien yang mengharapkan agar kegiatan ini dapat terus
6.5 Evaluasi
dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan format SOAP
Hasil yang diperoleh pada pengkajian ini bisa dilihat tujuan masing-masing
menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan. Yaitu klien mengatakan nyerinya
berkurang, tanda vital dalam batas normal. Semula dihari pertama pengkajian
didapatkan skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 3 dihari ke empat . Hal ini
menandakan bahwa keadaan klien sudah memenuhi tujuan hasil yang diharapkan
diagnosa nyeri kronis pada hari terakhir 10 oktober 2019 sebagai berikut:
masalah nyeri kronis b/d iskemik jaringan sudah teratasi sebagian dengan data
klien mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang dengan skala nyeri 3 terasa senut-
senut pada bagian jari kaki kanan digiti II,III,IV,V, klien sudah terlihat sedikit
proses penyakit yang dialami oleh klien, sehingga intervensi masih harus
Kemudian untuk diagnosa yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik, penulis
hambatan mobilitas fisik sudah teratasi sebagian dikarenakan adanya luka gangren
pada jari kaki kanan digiti II,III,IV,V sudah mulai mongering sehingga klien sulit
Pada tanggal 10 Oktober 2019 pasien sudah diperbolehkan PBJ dari dr.
spesialis Interna untuk perwatan mandiri dan sudah di beri kan penkes untuk
perawatan di rumah dan semua tujuan keperawatan sudah dapat dilakukan dengan
maksimal.