Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengelolaan disektor publik sering dinilai oleh masyarakat tidak


produktif, tidak efisien, rendah kualitasnya danbanyak kekurangan lainya. Hal
tersebutmemunculkan kritik keras yang mendorong lahirnya berbagai gerakan
reformasi disektor publik,yaitu reformasi birokrasi, reformasi keuangan negara
dan reformasi manajemen sektor publik atau yang populer disebut New Public
Management. Dengan adanya reformasi tersebut,diharapkan terjadi perubahan
pengelolaan manajemen disektor publik untuk dapat mencapai kinerja yang baik
serta terwujudnya akuntabilitas disektor publik.
Reformasi keuangan negara dan pertanggungjawabannya merupakan hal
yang penting dalam sistem pengelolaan keuangan negara yang akuntabel dan
transparan dalam mewujudkan good governance. Titik awal lahirnya reformasi
keuangan Negara di Indonesia ditandai dengan disahkannya tiga paket Undang-
Undang Keuangan Negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Sebagai salah satu instrumen ekonomi yang penting, anggaran memiliki
peran utama untuk mensejahterakan rakyat. Tatakelola anggaran yang baik
menentukan arah kebijakan anggaran dalam mencapai tujuan bernegara. Oleh
karena itu, sebagai penanda mengembalikan anggaran ke tujuannya,
makaUndang-Undang paket Keuangan Negara tersebut dibuat.
Penganggaran mengalami perubahan dari Line Item Budgeting atau
tradisional memakai cara incrementaldalam pengalokasian anggarannya menjadi
penganggaran berdasarkan kinerja. Perubahan inilah yang merubah orientasi

1
2

penyusunan anggaran yang semulahanya dititikberatkan pada input, tidak terkait


pada rencana jangka panjang, kaku dan sentralis berubah menjadi sistem
penganggaran baru yang berfokus pada input, output dan outcome(value for
money), berdasarkan sasaran kinerja serta utuh dan komprehensif dengan
perencanaan jangka panjang.
Perubahan sistem penganggaran tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki proses penganggaran disektor publik. Perbaikan tersebut mendorong
adanya akuntabilitas yang berorientasi hasil dan peningkatan transparansi dalam
penggunaan anggaran. Selanjutnya,Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)sebagai
representasi dari masyarakat atau publik akan membahas dan menetapkan manfaat
yang diperoleh atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan beserta
anggarannya sebagai kontrak kinerja pemerintah.
Penerapan anggaran berbasis kinerjamenjelaskan tujuan dan indikator
kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran yang mendukung
perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan
memperkuat proses pengambilan keputusan sehingga penekanan dari
penganggaran berbasis kinerja adalah pada ketersediaan rencana kerja yang benar-
benar mencerminkan komitmen Kementerian Negara/Lembaga dalam
melaksanakan program-program yang menjadi prioritas.
Penyusunan anggaran berbasis kinerja menekankan adanya keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi
dalam pencapaian, hasil dan keluaran tersebut, mendorong peningkatan
akuntabilitas, peningkatan efisiensi pengeluaran, mengurangi tingkat pemborosan
keuangan negara dan meningkatkan manajemen pelayanan publik, karena setiap
penyediaan alokasi dana akan selalu dikaitkan dengan kinerja yang akan dicapai
sehingga dasar pengalokasian dana menjadi lebih obyektif. Penerapan anggaran
berbasis kinerja membuka ruang untuk semakin mempertajam tujuan dan sasaran
dalam pencapaian visi dan misi pemerintah yang dilaksanakan melalui program
dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga.
3

Anggaran pada instansi pemerintah, selain berfungsi sebagai alat


perencanaan dan alat pengendalian, juga berfungsi sebagai instrumen akuntabilitas
publik atas pengelolaan dana publik dan pelaksaan program program yang
dibiayai dengan uang publik. Sebagai alat akuntabilitas publik, penggunaan
anggaran harus dapat dipertanggung jawabkan dengan menggunakan hasil dari
dibelanjakannya dana publik tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh
gambaran mengenai kinerja instansi pemerintah.
Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan
dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun. Dalam rangka untuk
meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dikeluarkan regulasi yang
mengatur mengenai perubahan pengelolaan keuangan daerah untuk lebih
meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna,
bersih dan bertanggungjawab, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden
Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
adalah salah satu Lembaga non-Kementerian yang menerapkan anggaran berbasis
kinerja. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 52 tahun 2009, BKKBN bertugas melaksanakan pengendalian
penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Dalam melaksanakan
tugasnya, BKKBN mempunyai fungsi yaitu perumusan kebijakan nasional,
pentapan norma, standar prosedur dan kriteria, pelaksanaan advokasi dan
koordinasi,penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi, penyelenggaraan
pemantauan dan evaluasi, pembinaan pembimbingan, dan fasilitasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
Setelah dilakukan restrukturisasi dan reorganisasi sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009, BKKBN mulai menerapkan anggaran
berbasis kinerja pada tahun 2011. Namun pada aplikasinya dari seluruh satuan
kerja yang ada di BKKBN pusat terdapat salah satu satuan kerja yang realisasi
anggarannya berada dibawah 90% dalam kurun waktu 4 tahun terakhir.
4

Perkembangan realisasi anggaran Satuan KerjaDeputiX tersebut dari tahun 2011


sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Perkembangan realisasi anggaran satuan kerja X
Dari tahun 2011 – 2014 (dalam milyar)

Tahun 2011 2012 2013 2014

Dana DIPA (Rp) 28,883 24,524 25,508 16,187

Realisasi (Rp) 22,618 19,895 21,414 14,149

Persentase (%) 78,31 81,12 83,95 87,41

Sumber: (LaporanRealisasiAnggaranBKKBN, 2011-2014, data telah diolah kembali)

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja semestinya berpengaruh baik pada


Akuntabilitas Kinerja di instansi satuan kerja BKKBN, kondisi ini menarik bagi
penulis untuk melakukan penelitian. Atas dasar latar belakang dan fenomena yang
telah dijelaskan diatas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam
bentuk skripsi dengan judul“PengaruhPenerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Di Satuan Kerja Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Survey padaSatuanKerjaDeputi X)

1.2 Identifikasi Masalah

Beradasarkan Latar Belakang yang telah diuraiakan diatas, maka rumusan


masalah pada penilitian ini adalah:

1. Bagaimana Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Satuan Kerja Deputi


Bidang X di BKKBN.
2. Bagaimana Akuntabilitas Kinerja pada Satuan Kerja DeputiBidang X di
BKKBN.
3. Bagaimana pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap
Akuntabilitas Kinerja pada Satuan Kerja Deputi Bidang X di BKKBN.
5

1.3 Maksud dan Tujuan Penilitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Satuan Kerja


Deputi Bidang X di BKKBN.
2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kinerja pada Satuan Kerja Deputi Bidang
X di BKKBN.
3. Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap
Akuntabilitas Kinerja pada Satuan Kerja Deputi Bidang X di BKKBN.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan mempunyai kegunaan


bagi semua pihak antara lain :

1. Kegunaan Praktis
Dengan dibuatnya hasil penelitian ini, diharapkan dapat menghimpun
informasi sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi instansi yang terkait
untuk dijadikan referensi serta masukan bagi Satuan Kerja DeputiBidang X
padaBKKBN.
2. Kegunaan Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
serta masukan atas pertimbangan untuk mengembangkan keilmuan
akuntansi, khususnya mengenai mata kuliah akuntansi sektor publik.
6

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
penulisan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian pada Satuan Kerja Deputi
Bidang X pada BKKBN yang berlokasi di Jalan Permata No.1 Halim Perdana
Kusuma Jakarta. Waktu penelitian dilakukan dari bulan agusutus 2015 sampai
dengan 31 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai