Anda di halaman 1dari 48

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep pada Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Aging merupakan proses biologis yang tidak dapat dihindarkan. Dalam

terminologi umum, menua (aging) mudah dimengerti oleh kebanyakan individu.

Akan tetapi dalam terminologi biologi, aging sulit untuk didefinisikan, karena

proses aging jauh lebih kompleks dari sekedar bertambahnya usia. Oleh sebab

itu berbagai usaha telah dicoba untuk mendefinisikan aging dan berbagai teori

mengenai aging telah dikemukakan oleh para sarjana.

Menurut Paris Constantinides, 1994: Aging adalah hilangnya kemampuan

jaringan tubuh kita secara graduil untuk dapat memperbaharui dirinya sendiri,

mempertahankan struktur dan fungsinya secara normal. Ketahanannya terhadap

injury (termasuk infeksi)dan untuk memperbaiki kembali kerusakan yang

dialaminya tidak seperti pada saat kelahirannya.

Menurut Budi Ana Keliat, 1999 : usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir

perkembangan pada daur kehidupan manusia. sedangkan menurut pasal 1 ayat

(2),(3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatatn dikatakan bahwa usia

lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Dan

menurut UU No. 4 th 1965, pasal 1 : seseorang dapat dinyatakan sebagai jompo

atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sehari- hari dan menerima

nafkah dari orang lain.


2.1.2 Teori Penuaan

Menurut Kane RL. Aouslander JG & Abrass I, 1989, terdapat dua

mekanisme yang merupakan dasar mekanisme utama pada proses penuaan

seluler. Pertama adalah konsep yang berdasarkan ketidakstabilan genetikdan

kedua kerusakan sel akibat pengaruh faktor interna dan eksterna. Kedua

mekanisme ini berperan di dalam proses penuaan.

Tabel 2.1 Teori-teori Aging menurut Kane et al, 1989

TEORI MEKANISME MANIFESASI


Seluler Ketidakstabilan genetik Kesalahan mengkopi
Kerusakan seluler “Wear and Tear”
toksin

Autoimun Genetik Cell mediated immu-


Lingkungan nity
Endokrin Penyakit autoimun
Keganasan

Neuroendokrin Kontrol neural/ endokrin Multiple end organ


aktivitas Gene effects

2.1.3 Teori Biologis

Teori biologis dibagi dalam:

1. Teori Genetik/Teori Clock

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam

tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalnnya

proses penuaan. Setiap species mempunyai jam biologis sendiri dan masing-

masing spesies mempunyai batas usianya. Teori genetik mengakui adanya

mutasi somatik (somatic mutation) yang mengakibatkan kegagalan atau

kesalahan di dalam penggandaan deoxyribonucleic acid (DNA). Sel tubuh

sendiri membagi diri maksimal 50 kali (Haylick Limit)


2. Teori Non Genetik

Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri dari berbagai teori

seperti:

a) Teori Radikal Bebas

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Harman, 1955 dan

secara sederhana radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap

kendaraan bermotor, rokok, zat pengawet makan, radiasi sinar ultraviolet

mengakibatkan kerusakan acak yang tidak spesifik pada makromolekul

(enzim dan protein, asam lemak tidak jenuh, fosfolipid, DNA serta

kerusakan seluler yang serupa dengan ciri-ciri aging)

b) Teori Cross Link (Cross Link Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia

mengubah fungsi jaringan, mengakibatkan terbentuknya jaringan yang

kaku pada proses penuaan.

c) Teori kekebalan (Immunologic Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan

limfoid,mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam T sel sehingga

produksi antibodi dan kekebalan menurun.

d) Teori Fisiologis

Teori ini merupakan teori intrinsik dan terdiri dari teori stress

oksidasi (oxidative stress theory) dan teori pakai dan aus (wear and tear

theory).
2.1.4 Teori Kejiwaan Sosial

1. Aktivitas (Activity Theory)

a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan

bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat

dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.

3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama di

ajukan oleh Cumming and Henry, 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan

bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri

dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

kualitas maupun kuantitas sehinggan sering terjadi kehilangan ganda (Triple

Loss), yakni:

a. Kehilangan peran (Loss of Role)

b. Hambatan kontak sosial (Restraction Of Contacts and Relationships)


c. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment ti Social Mores and

Values).

2.1.5 Batasan Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

1. Usia Pertengahan : 45-59 tahun

2. Usia Lanjut : 60-74 tahun

3. Usia Tua : 75-89 tahun

4. Usia Sangat Lanjut :  90 tahun

Birren and Jenner membedakan usia biologis, usia psikologis dan usia

sosial:

1. Usia Biologis : menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya

berada dalam keadaan hidup tidak mati.

2. Usia Psikologis : menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

3. Usia Sosial : menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan

masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

2.1.6 Pengelompokan lansia

Lanjut usia dapat dikelompokan dalam beberapa tipe yang bergantung

pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan

ekonomi. Tipe ini antara lain:

1. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka

memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan

sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini sering

disebut juga lanjut usia tipe kursi goyang.


2. Tipe konstruktif : lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati

hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristic, fleksibel, dan tahu diri.

Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi

proses menua dan menghadapi akhir.

3. Tipe ketergantungan : lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah

masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak

mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Senang pensiun,

tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.

4. Tipe defensive : lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat

pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,

emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat kompulsif

aktif, anehnya mereka takut menghadapi “ menjadi tua “ dan menyenangi

masa pensiun.

5. Tipe militant dan serius : lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius,

senang bejuang, bisa menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustasi: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung,selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang

buruk. Lanjut usia sering mengekspreasikan kepahitan hidupnya.

7. Tipe bermusuhan : lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang

menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.

Biasanya, pekerjaannya saat ia mudah tidak stabil. Menganggap menjadi tua

itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang

mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.

8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri : lanjut usia ini

bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,


mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lanjut

usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang

lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya

perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri

sendiri, dan ingin cepat mati.

2.1.7 Perubahan Yang Terjadi Akibat Penuaan

Seiring dengan proses menua, maka terjadi berbagai perubahan secara

cepat dari semua sisi kehidupan usia lanjut. Perubahan tersebut dapat dirasakan

pada sisi biologis/fisik/tubuh, psikologis/kejiwaan, sosial/hubungan

kemasyarakatan, dan spiritual/keagamaan.

1. Perubahan Biologis/fisik/tubuh

a. Tingkat sel

1) Ketidak teraturan jumlah sel

2) Ketidak teraturan besar sel

3) Perubahan pada sel-sel syaraf (otak, dll)

b. Tingkat organ/sistem

1) Sistem Pernafasan (Paru-Paru)

a) Pengeroposan dan pengapuran tulang dinding dada

b) Perubahan bentuk dan ukuran dada

c) Kelemahan otot pernafasan

d) Elastisitas/kelenturan paru-paru berkurang

e) Pernafasan dangkal

f) Timbul keluhan sesak nafas

g) Kekuatan gerak bernafas menurun


h) Gangguan distribusi/penyebaran udara ke paru-paru

i) Gangguan keluar masuknya udara ke paru-paru.

2) Sistem Cardio Vaskuler (Jantung dan Peredaran Darah)

a) Elastisitas/kelenturan pembuluh darah menurun

b) Penyempitan pembuluh darah

c) Pembuntuan pembuluh darah oleh lemak, nikotin, dll.

d) Pembesaran ukuran jantung

e) Berkurangnya jumlah inti sel pembuluh darah jantung

f) Pengapuran jaringan, katub dan pembuluh darah di jantung

g) Ukuran katup jantung bertambah

h) Penebalan katub jantung

i) Penurunan berat jantung

j) Ketidakteraturan irama jantung

k) Denyut jantung setelah beraktivitas menjadi berkurang

l) Daya cadangan jantung menurun

m) Pengeluaran darah dari jantung menurun

3) Sistem Persyarafan (Otak)

a) Berkurangnya jumlah sel syaraf di otak

b) Berkurangnya fungsi sel syaraf di otak

c) Kematian sel syaraf otak

d) Berkurangnya/menurunnya daya ingat

e) Berkurangnya reaksi syaraf terhadap rangsangan panas, dingin,

benda tajam, benda halus dan berbagai rangsangan

f) Gangguan syaraf pendengaran, penglihatan, pengecapan, perabaan,

berbicara, bergerak dll


g) Gangguan pada pembuluh darah otak dengan tertimbunya flak atau

penyempitan pembuluh darah otak

h) Perubahan tingkat kesadaran dan derajat kewaspadaan

i) Terganggunya proses berfikir

4) Sistem Gastrointestinal (Perut)

Walaupun terdapat kemunduran, fungsi sistem ini dapat

dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya

terjadi apabila terdapat proses penyakit pada organ tubuh tertentu atau

bila terdapat stres yang memperberat beban organ tubuh yang sudah

mulai menurun fungsinya.

a) Gigi mulai banyak yang tanggal

b) Kerusakan gigi

c) Produksi air liur/ludah berkurang

d) Berkurangnya fungsi ludah sebagai pelicin makanan

e) Penurunan fungsi pengecap/perasa terutama asin.

f) Kelemahan otot polos kerongkongan sehingga sulit menelan

g) Berkurangnya produksi asam lambung

h) Mengecilnya ukuran lambung sehingga daya tampung makanan

berkurang

i) Berkurangnya rasa lapar

j) Penurunan fungsi usus

k) Penurunan penyerapan usus terhadap makanan

l) Berkurangnya fungsi hati untuk menetralkan racun, menyimpan

vitamin dan lain-lain

m) Pergerakan usus besar berkurang/melemah


n) Sangat rentan dengan masuknya kuman/virus melalui mulut

5. Sistem Urinaria (Kencing)

a) Fungsi ginjal untuk mengencerkan dan penyaringan menurun

b) Jumlah otot ginjal berkurang

c) Produksi ureum berkurang

d) Otot perkencingan melemah

e) Mudahnya terjadi kekurangan cairan

f) Pembuntuan dan penyumbatan saluran kencing

6. Sistem Muskuloskeletal (Kulit, Rambut dan Tulang)

a) Kulit

1) Kulit kering

2) Kulit kendor dengan kerutan dan garis yang jelas

3) Permukaan kulit kasar dan bersisik

4) Menurunnya respon terhadap perlukan

5) Mekanisme penjagaan keamanan oleh kulit berkurang

6) Respon peredaran darah menurun

7) Penurunan produksi vitamin D

8) Persepsi/anggapan sensorik menurun

9) Daya pembersihan terhadap bahan kimia yang terserap

menurun

10) Respon kekebalan berkurang

11) Produksi kotoran kulit menurun

13) Menurunnya kemampuan mengatur suhu (panas, dingin)

14) Produksi kelenjar keringat berkurang/menurun

15) Gangguan pewarnaan pada kulit


16) Rambut

17) Pertumbuhan rambut menjadi lambat

18) Rambut lebih halus

19) Jumlah lebih sedikit

20) Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh

lebih panjang

21) Rambut memutih

22) Banyak yang rontok

b) Tulang

1) Pertumbuhan kuku lebih lambat

2) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan rapuh

3) Warna kuku agak kekuningan

4) Kuku menjadi tebal dan keras

5) Pengeroposan dan pengapuran tulang

6) Pergerakan sendi terbatas

7) Pergerakan menjadi lambat

8) Aktivitas berkurang

9) Mudah jatuh

11) Keseimbangan berkurang

12) Rahang mengecil

7. Sistem Pendengaran

a) Prebiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.


b) Membrana timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin

d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa/stress

8. Sistem Penglihatan

a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi karak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan ebih lambatdan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi

f) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala

9. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipothalamus dianggap bekerja sebagai

suatu termostat, yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara

lain:

a) Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik  35 0C

ini akibat metabolisme yang menurun

b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.


9. Endokrin

a) Produksi dari hampir semua hormin menurun

b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

c) Pituitari: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya

di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH,

TSH, FSH dan LH

d) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal

Metabolisme Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat

e) Menurunnya produksi aldosteron

f) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,

estrogen dan testoteron.

Beberapa perubahan fungsi organ sistem yang terjadi akibat proses

penuaan dapat dilihat ringkasannya dari tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Perubahan Akibat Penuaan

ITEM MORFOLOGI FUNCTION


Keseluruhan Berkurangnya TB dan BB
Bertambahnya fat to lean body
mass ratio.
Berkurangnya cairan tubuh
Kulit Bertambah kisut
Atropi kelenjar lemak
Sistem Bertambah panjang dan lekukan Berkurangnya cardiac
kardiovaskuler arteria, termasuk aorta. output
Intima bertambah tebal, fibrosis
Berkurangnya heart rate
di media arteri. terhadap respon stress.
Sklerosis katub jantung. Berkurangnya kepatuhan
pembuluh darah perifer.
Ginjal Bertambahnya glumeruli yang Berkurangnya creatine
abnormal. clearance.
Berkurangnya renal
blood dlow.
Berkurangnya maximum
urine osmolity.
Paru Berkurangnya elastisitas. Berkurangnya vital
Berkurangnya aktivitas cillia capacity.
Berkurangnya maximal
oxygen uptake.
Berkurangnya refleks
batuk.
Gastrointestina Berkurangnya asam lambung,
l aliran ludah, reseptor lidah.
Rangka Tubuh Osteoartritis.
Hilangnya bone substance.
Mata Arkus senilis Berkurangnya akomodasi
Berkurangnya ukuran pupil Hyperopia
Lens tumbuh Berkurangnya
penglihatan.
Berkurangnya
sensitivitas terhadap
warna dan perception.
Pendengaran Perubahan degeneratif osikel Berkurangnya persepsi
nada tinggi.
Bertambahnya obstruksi tuba Berkurangnya pitch
eustachii discrimination.
Sistem imun Berkurangnya aktivitas
sel –T
Sistem saraf. Berkurangnya berat otak Bertambahnya waktu
jawaban motorik
Berkurangnya sel kortikal Psikomotor melambat.
Endokrine Bertambahnya insulin,
norefineprin, parathormon,
vasopresin.
Berkurangnya triiodotironin.

2. Perubahan Psikologis/kejiwaan

Pada umumnya, setiap orang usia lanjut menginginkan hal-hal sebagai

berikut: panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial,

mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara

hormat dan masuk surga.

Perubahan-perubahan yang dialami usia lanjut antara lain:

a. Keinginan-keinginan diatas

b. Beban mental terhadap perubahan dan keinginan

c. Kegusaran terhadap penyakit yang dialami

d. Menjalani masa pensiun

e. Ditinggal suami atau istri

f. Kehilangan pekerjaan

g. Kesedihan, kebingungan, perasaan tidak berdaya, tidak berguna lagi dan

merepotkan sekitarnya
h. Perubahan perasaan dan emosi terhadap perubahan fisik (kemunduran

yang di alami)

i. Merasa tidak senang dengan diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan

kehidupannya

j. Motivasi berkurang

3. Perubahan Sosial/hubungan kemasyarakatan

a. Kehilangan pekerjaan

b. Perubahan status dalam keluarga dan masyarakat

c. Perubahan peran karena berubahnya kondisi fisik dan sikap sosial yang

menganggap lansia tidak berguna

d. Malas berinteraksi dengan sekitar

e. Membentuk hubungan dengan orang yang seusai

4. Perubahan Ekonomi

a. Berkurangnya penghasilan

b. Tidak berpenghasilan

c. Kehilangan wewenang, kekuasaan dan kewibawaan

d. Ketidak pastian jaminan/ekonomi

5. Perubahan Spiritual/keagamaan

a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

b. Mengikuti ritual keagamaan

c. Meningkatkan ibadah keagamaan

d. Menolak takdir Tuhan akan perubahan yang dialami

e. Apatis terhadap agama

f. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970)
g. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini dapat

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan

Zentner, 1970).

h. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan

keadilan.

2.2 Konsep Dasar Cemas

2.2.1 Definisi Cemas

Cemas atau ansietas adalah gangguan perasaan ( Affective ) yang di

tandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang berkelanjutan tetapi

tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas ( reality teasting ability /

RTA atau sputing of personalitiy ) perilaku dapat tergantung tetapi masih

dalam batas –batas normal (Dadang, Hawari. 2006).

Isilah “ kecemasan “ mengacu pada perasaan tidak nyaman dan

ketakutan ditambahkan dengan beberapa gajala fisik yang tidak

menyenangkan, termasuk ketegangan otot, denyut jantung yang bertambah

cepat, nafas cepat, mulut kering, berkeringat atau gemetar. Apabila rasa cemas

semakin parah bisa muncul juga rasa pusing, pingsan, dada sesak, pandangan

buram, badan terasa panas dan dingin, mual dan sering buang air kecil dan

diare (froggatt, 2003). sedangkan menurut Capernito (2000), Ansietas adalah

keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah

(penilaian atau opini ) dan aktivitas system saraf otonom dalam berespon

terhadap ancaman yang tidak jelas (non spesifik) .


2.2.2 Teori – teori Mengenai Kecemasan

2.2.2.1 Teori Psikoanalitik

Ada dua tipe kecemasaan yaitu :

1) Kecemasan Primer

Kejadian trauma yang diawali saat bayi adalah saat simulasi tiba –

tiba dan trauma pada saat persalinan kemudian berlanjut dengan

kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau

kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan oleh factor eksternal.

2) Kecemasan Subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis

kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen

kepribadian yaitu id dan super ego. Freud menjelaskan bila terjadi

kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan super ego

berada pada kondisi berbahaya. ego tidak dapat menengahi 2

elemen ( id – superego ) yang bertentangan, biasanya Terjadi pada

diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan berkaitan

dengan kehilangan / self image (Suliswati, 2005 : 111 ).

2.2.2.2 Teori Interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat dari

ketidak mampuan individu untuk berhubungan secara interpersonal

dan sebagai akibat dari penolakan. Kecemasan biasanya dirasakan

bila individu mempunyai kepekaan terhadap lingkungan.


Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau

kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan

yang timbul pada masa berikutnya muncul saat individu

mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya.

Harga diri seseorang merupakan factor penting yang berhubungan

dengan kecemasan. Orang yang mempunyai predisposisi mengalami

kecemasan adalah orang yang mudah terancam, mempunyai opini

negative terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya.( Suliswati,

2005 : 112 ).

2.2.2.3 Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil

frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam

mencapai tujuan yang di inginkan, misalnya memperoleh pekerjaan,

berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Perilaku merupakan hasil

belajar dari pengalaman yang pernah di alami. Kecemasan dapat juga

muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan

individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan

dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan

timbulnya perasaan ketidak berdayaan ( Suliswati, 2005 : 112 ).

2.2.2.4 Teori Keluarga

Studi pada keluarga epidemologi memperlihatkan bahwa

kecemasan hampir selalu ada pada tiap – tiap keluarga dalam berbagai

bentuk dan sifatnya heterogen ( Suliswati, 2005 : 112 ).


2.2.2.5 Teori Biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepine,

reseptor tersebut berfungsi dalam membantu regulasi kecemasan.

Regulasi tersebut berhubungan dengan aktifitas neurotransmitter

gamma amino butyric acid ( GABA). Bila GABA bersentuhan dengan

sinaps akan membuka saluran atau pintu reseptor sehingga terjadi

perpindahan ion. Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering

mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses

neurotransmitter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena

pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplay darah,

perubahan hormone dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat

meningkatkan reliabilitas dan perasaan cemas ( Suliswati, 2005

: 113 ).

2.2.3 Proses Kecemasan

Adaptif
Ancaman Cemas Koping

stressor Paliatif
Behavior

Mal adaptif

Disfungsional
Gambar 2.1 proses kecemasan

Dengan adanya berbagai macam stressor yang ada pada individu dapat

menimbulkan respon cemas, respon cemas dapat dikaji oleh perawat dengan
menanyakan kepada klien bagaimana dia bereaksi terhadap kecemasan itu.

Cara lain respon seseorang terhadap situasi cemas dapat dikaji dengan cara

mengobservasi perilaku secara subyektif.

2.2.4 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Stressor pencetus kecemasan dapat berasal dari sumber internal dan

ekternal.

1) Sumber Eksternal

1. Ancaman terhadap integritas fisik

Meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari.

2. Ancaman terhadap system diri

Ancaman ini membahayakan harga diri, identitas diri dan

fungsi sosial individu.

2) Sumber Internal

Kemampuan individu dalam merespon terhadap kecemasan ditentukan

oleh :

1. Potensi Stressor

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang

itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer, 2002).

2. Maturitas

Individu yang memiliki kematangan akan lebih sukar


mengalami gangguan akibat kecemasan, karena memilki daya adaptasi

yang lebih besar terhadap kecemasan. (Smeltzer, 2002).

3. Pendidikan dan Status ekonomi

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin

mudah berfikir rasional dan semakin mudah menangkap informasi baru

termasuk dalam menguraikan permasalahan baru.

4. Keadaan Fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisiknya seperti cedera,

operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah

mengalami kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan

fisik lebih mudah mengalami kecemasan (Smeltzer, 2002).

5. Tipe Kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan dari pada individu dengan tipe kepribadian

B. Ciri kepribadian tipe A yang melekat pada seseorang diantaranya

tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburu

– buru waktu, mudah gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung,

otot – otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B

mempunyai ciri – cirri sebaliknya, karena biasanya orang tersebut

memiliki sifat penyabar, tenang, teliti dan rutinitas (Stuart & Sundeen,

2002).

6. Lingkungan dan Situasi


Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan disbanding ketika berada di lingkungannya

yang biasa ia tempati.

7. Umur

Usia yang lebih muda ternyata membuat seseorang lebih mudah

mengalami kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua.

8. Jenis Kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang

ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodic. Gangguan ini

lebih sering dialami wanita dari pada pria.

2.2.5 Manifestasi Kecemasan

Kecemasan mempunyai gejala baik secara fisiologis, emosional,

maupun kognitif. Gejala secara fisiologis meliputi peningkatan denyut nadi,

peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas, palpitasi, mual,

sering kencing, badan terasa sakit, pusing, panas dingin, parastesia (Smeltzer

& Bare, 2002).

Gejala cemas secara emosional ditandai dengan individu mengatakan

merasa takut, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan control, tegang, tidak

dapat rileks dan antisipasi kemalangan. Selain itu individu juga

memperlihatkan peka rangsang tidak sabar, marah meledak – ledak, menangis,

cenderung menyalahkan orang lain, reaksi terkejut, mengkritik diri sendiri dan

orang lain (Smeltzer & Bare, 2002).

Sedangkan berdasarkan reaksi kognitif kecemasan ditandai dengan

tidak mampu konsentrasi, disorientasi lingkungan, pelupa, termenung,

orientasi masa lalu, dan pada saat ini serta masa yang akan datang, memblok
pemikiran dan perhatian yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2002).

Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama

timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan

pernafasan, pergerakan tekanan darah dan peningkatan suhu tubuh, relaksasi

otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab,

peningkatan respirasi, dilatasi pupil dan mulut kering (Smeltzer & Bare,

2002).

2.2.6 Kecemasan Pre – Operasi

kecemasan pasien menghadapi pre – operasi adalah kecemasan

terhadap masalah menjelang pelaksanaan operasi yang akan dihadapi pasien

dimana merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan merupakan

reaksi normal terhadap situasi yang menimbulkan stress dan konflik, bersifat

subyektif, dan timbul karena individu merasa dirinya menghadapi ketegangan.

Kecemasan pasien pre – operasi termasuk state anxiety yaitu : gejala

kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu. Situasi

– situasi ini akan menyebabkan individu mengalami kecemasan dan gejalanya

akan selalu tetap tampak selama situasi tersebut ada. Pada kecemasan pre –

operasi sering ditandai oleh perasaan tegang, apprehension, gelisah dan

perasaan khawatir, pada anak – anak juga mengalami ketakutan berpisah

dengan orang tua dan lingkungan rumah, kehilangan control yang sering

disebabkan karena rutinitas rumah sakit yang kurang familier, instrument

pembedahan dan prosedur rumah sakit (Vagnoli, et.al., 2005).


2.2.7 Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh

individu yaitu : ringan, sedang, berat dan panik.

1) Kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari – hari.

Individu masih waspada pada lapang persepsinya, menajamkan indra.

Serta dapat memotivasi individu untuk belajar dan memecahkan

masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas

(Suliswati,2005).

2) Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang sedang menjadi

perhatiannya. Terjadi penyempitan pada lapang persepsi sehingga

perhatian terhadap rangsangan dari lingkungan berkurang (

Suliswati,2005 ).

3) Kecemasan berat

Lapang persepsi individu sangat sempit, pusat perhatian pada

detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal – hal

yang lain (mengurangi lahan persepsi). Seluruh perilaku dimaksudkan

untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah / arahan untuk

terfokus pada area lain.( Suliswati,2005 )

4) Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang.

Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun


meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,

berkurang kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan

persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara

efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian ( Suliswati,

2005 ).

Respon Adaptif Respon Maldaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan

Dalam menilai tingkat kecemasan dilakukan dengan komunikasi

langsung pada klien dengan tujuan meringankan gangguan emosional

yang ada, mengubah perilaku yang terganggu, mengembangkan

kepribadian secara pasif dan meningkatkan aktivitas serta menangani

persoalan ( Suliwati,2005 ).

Menurut Dadang Hawari ( 2006) gejala kecemasan dapat

diukur dengan teknik HARS – A yang mengandung 14 item sebagai

berikut:

1) Perasaan cemas

a) Cemas

b) Firasat buruk

c) Takut akan pikiran sendiri

d) Mudah tersinggung
2) Ketegangan

a) Merasa tegang

b) Lesu

c) Tidak mudah istirahat tenang

d) Mudah terkejut

e) Mudah menangis

f) Gemetar

g) Gelisah

3) Ketakutan

a) Pada gelap

b) Pada orang asing

c) Ditinggal sendiri

d) Pada binatang besar

e) Pada keramaian lalu lintas

f) Pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur

a) Sukar masuk tidur

b) Terbangun malam hari

c) Tidur tidak nyenyak

d) Bangun dengan lesu

e) Banyak mimpi – mimpi buruk

f) Mimpi menakutkan

5) Gangguan kecerdasan

a) Sukar konsentrasi

b) Daya ingat menurun

c) Daya ingat buruk


6) Perasaan depresi ( murung)

a) Hilangnya minat

b) Berkurangnya kesenangan pada hobi

c) Sedih bangun dini hari

d) Perasaan berubah – ubah sepanjang hari

7) Gejala somatik / fisik ( otot )

a) Sakit dan nyeri di otot – otot

b) Kaku

c) Kedutan

d) Gigi gemletuk

e) Suara tidak stabil

8) Gejala fisik / somatik ( sensorik)

a) Tinitus ( telinga berdengung)

b) Penglihatan kabur

c) Muka merah atau pucat

d) Merasa lemas

e) Perasaan ditusuk - tusuk

9) Gejala kardiovaskuler ( jantung dan pembuluh darah )

a) Takikardi ( denyut jantung cepat)

b) Berdebar – debar

c) Nyeri di dada

d) Denyut nadi mengeras

e) Rasa lesu / lemas seperti mau pingsan

f) Detak jantung menghilang ( berhenti sekejap)

10) Gejala respiratoris ( pernafasan )


a) Rasa tertekan atau sempit di dada

b) Rasa tercekik

c) Sering menarik nafas

d) Nafas pendek / sesak

11) Gejala gastrointestinal (pencernaan)

a) Sulit menelan

b) Perut melilit

c) Gangguan pencernaan

d) Nyeri sebelum dan sesudah makan

e) Perasaan terbakar di perut

f) Rasa penuh atau kembung

g) Mual

h) Muntah

i) Buang air besar lembek

j) Sukar buang air besar ( konstipasi)

k) Kehilangan berat badan

12) Gejala urogenital ( perkemihan dan kelamin )

a) Sering buang air kecil

b) Tidak dapat menahan air seni

c) Tidak datang bulan ( tidak ada haid)

d) Darah haid berlebihan

e) Darah haid amat sedikit

f) Masa haid berkepanjangan

g) Masa haid amat pendek beberapa kali dalam sebulan

h) Menjadi dingin ( frigid)


i) Ejakulasi dini

j) Ereksi melemah

k) Ereksi hilang

l) impotensi

13) Gejala autonom

a) Mulut kering

b) Muka merah

c) Mudah berkeringat

d) Kepala pusing

e) Kepala terasa berat

f) Kepala terasa sakit

g) Bulu – bulu berdiri

14) Tingkah laku ( sikap) pada wawancara

a) Gelisah

b) Tidak tenang

c) Jari gemetar

d) Kerut kening

e) Muka tegang

f) Otot tegang / mengeras

g) Nafas pendek dan cepat

h) Muka merah

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah

ringan, sedang, berat atau berat sekali, orang menggunakan alat ukur (

instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (

HARS – A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala. Masing – masing
gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4, yang artinya adalah:

Jumlah gejala yang timbul tiap kelompok

X 100 %

Jumlah gejala pada kelompok gejala

Nilai 0 = 0 % ( tidak ada gejala sama sekali )

Nilai 1 = 1% - 25 % ( satu gejala dari pilihan yang ada )

Nilai 2 = 26 % - 50 % ( separuh dari gejala yang ada )

Nilai 3 = 51 % - 75 % ( lebih dari separuh dari gejala

yang ada )

Nilai 4 = 76 % - 100 % ( semua gejala ada )

Masing – masing nilai angka ( skor ) dari kerja kelompok gejala

tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut diketahui derajat

kecemasan seseorang, yaitu :

kurang dari (< ) 14 = Tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan Ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali ( panik )

( Dadang Hawari,2006 )

2.2.8 Penatalaksanaan Cemas

Menurut Dadang Hawari (2006), penatalaksanaan ansietas pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat

holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik), psikologik atau psikiatrik,

psikososial dan psikoreligius.

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress dengan cara :


a) Makan makanan yang bergizi dan seimbang

b) Tidur yang cukup

c) Cukup olah raga

d) Tidak merokok

e) Tidak meminum minuman keras

2) Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat – obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neuro - transmitter ( sinyal penghantar saraf ) di susunan saraf pusat

otak ( limbik sistem). Terapi psikofarmaka yang sering di pakai adalah

obat anti cemas ( anxiolyic) seperti diazepam, clobazam, bromazepam,

buspirone HCL, meprobamate, alprazolam.

3) Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik ( somatik) sering di jumpai sebagai

gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk

menghilangkan keluhan – keluhan somatik ( fisik) itu dapat diberikan

dengan obat – obatan yang di tujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara

lain:

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa

dan diberi keyakinan serta percaya diri.


b. Psikoterapi re–edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi

bila di nilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, dimaksudkan untuk memperbaiki

kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,

yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan

daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan mengurangi

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa

seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga

mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,

agar keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan dapat

dijadikan sebagai pendukung.

5) Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya

dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem

kehidupan yang merupakan stressor psikososial. Meliputi :

1. Active Behavior Strategis adalah suatu cara yang digunakan pasien

untuk mengalihkan rasa cemas yang dialami saat menjelang operasi

atau saat disarankan untuk menjalani operasi.

2. Emotion Focused Coping adalah mengatasi rasa cemas dengan cara


berdoa.

3. Proactive Coping adalah mengatasi rasa cemas dengan cara

memikirkan hal apa yang harus dilakukan kemudian sebagai

langkah solusi yang harus dilakukan.

2.3 Konsep Terapi Dzikir

2.3.1 Penegertian Terapi Dzikir

Terapi medis saja tanpa do’a dan dzikir tidaklah lengkap, demikian

juga sebaliknya jika do’a dan dzikir saja tanpa terapi medis tidaklah efektif

(snyderman, 1996). Salah satu bentuk komitmen keagamaan atau ke imanan

seseorang dalam islam adalah do’a dan dzikir. (hawari, 2001)

Istilah dzikir sebenarnya merupakan penyingkatan dari ungkapan

dzikrullah (mengingat Allah), sebagaian amalan yang mesti ada dalam sebuah

tarekat. Yang di maksud dzikir dalam sebuah tarekat adalah mengingat dan

menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara batin. Di dalam tarekat

dzikir di yakini sebagai cara yang efektif dan efesien untuk membersihkan

jiwa dari segala macam kotoran dan penyakit-penyakit hati. (aqid,

kharisuddin, 2005, 19)

Dzikir adalah kedudukan terbesar yang di jadikan oleh orang-orang

arif sebagai tempat mengambil bekal, lahan bisnis dan tempat yang sering

mereka kunjungi, (ahmad farid, 2008)

Dzikir berarti ingat kepada Allah, ingat ini tidak hanya sekedar

menyebut nama Allah dalam lisan atau dalam pikiran dan hati. Akan tetapi

dzikir yang di maksud adalah ingat akan Zat, Sifat, dan PerbuatanNya
kemudian memasrahkan hidup dan mati kepadaNya, sehingga tidak takut

maupun gentar menghadapi segala macam bahaya dan cobaan (sangkan. 2002)

Menurut Bahjad (1998), memberika pengertia tentang dzikir sebagai

berikut, dzikir secara lisan seperti menyebut nama Allah berulang-ulang, dan

satu tingkat dzikir lisan adalah hadirnya pemikiran tentang Allah dalam kalbu.

Kemudian upaya menegakkan hukum syari’at Allah di muka bumi dan

membumikan al qura’an dalam kehidupan demikan pula memperbagus

kualitas amal sehari-hari dan menjadikan dzikir ini sebagai pemacu kreativitas

baru dalam bekerja dengan mengarahakan niat kepada Allah.

Melalui aktifitas dzikir, maka superego yang terdapat pada diri

manusia akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan

dzikir manusia akan lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah

laku individu dan sosialnya, individu akan mampu menerima kenyataan yang

ada, dan dapat meletakkan hakekat kemanusiaannya, dzikir dapat juga di

jadikan alat peneyeimbang bagi jiwa dan rohani manusia.(sangkan. 2002)

Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang

dipusatkan pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada

khirnya muncul satu harapan, ketenangan, sehingga membentuk kondisi tubuh

yang homoestasis sehingga kekebalan tubuh meningkat, kondisi ini tidak

terlepas dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan manusia yaitu

hormon (ahmad farid. 2008)


2.3.2 Faidah Dzikir

Imam Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah di dalam kitabnya yang sangat

berharga, Al Wabil Ash Shayyib menyatakan, bahwa dzikir memiliki 70 (tujuh

puluh)faidah. Di antaranya sebagai berikut :

1. Mengusir setan dan menjadikannya kecewa.

2. Membuat Allah ridah.

3. Menghilangkan rasa sedih,dan gelisah dari hati manusia.

4. Membahagiakan dan melapangkan hati.

5. Menguatkan hati dan badan.

6. Menyinari wajah dan hati.

7. Membuka lahan rezeki.

8. Menghiasi orang yang berdzikir dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan

dicintai manusia.

9. Melahirkan kecintaan.

10. Mengangkat manusia ke maqam ihsan.

11. Melahirkan inabah, ingin kembali kepada Allah.

12. Orang yang berdzikir dekat dengan Allah.

13. Pembuka semua pintu ilmu.

14. Membantu seseorang merasakan kebesaran Allah.

15. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.

16. Menghidupkan hati.

17. Menjadi makanan hati dan ruh.

18. Membersihkan hati dari kotoran.

19. Membersihkan dosa.

20. Membuat jiwa dekat dengan Allah.


21. Menolong hamba saat kesepian.

22. Suara orang yang berdzikir dikenal di langit tertinggi.

23. Penyelamat dari azab Allah.

24. Menghadirkan ketenangan.

25. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.

26. Majlis dzikir adalah majlis malaikat.

27. Mendapatkan berkah Allah dimana saja.

28. Tidak akan merugi dan menyesal di hari kiamat.

29. Berada dibawah naungan Allah dihari kiamat.

30. Mendapat pemberian yang paling berharga.

31. Dzikir adalah ibadah yang paling afdhal.

32. Dzikir adalah bunga dan pohon surga.

33. Mendapat kebaikan dan anugerah yang tak terhingga.

34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.

35. Dalam dzikir tersimpan kenikmatan surga dunia.

36. Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi.

37. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.

38. Dzikir sebagai pintu menuju Allah.

39. Dzikir merupakan sumber kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.

40. Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh

Allah.

41. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia.

42. Menjadikan hati selalu terjaga.

43. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.

44. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
45. Dzikir adalah pangkal kesyukuran.

46. Mendekatkan jiwa seorang hamba kepada Allah.

47. Melembutkan hati.

48. Menjadi obat hati.

49. Dzikir sebagai modal dasar untuk mencintai Allah.

50. Mendatangkan nikmat dan menolak bala.

51. Allah dan Malaikatnya mengucapkan shalawat kepada pedzikir.

52. Majlis dzikir adalah taman surga.

53. Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat.

54. Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.

55. Dzikir adalah tujuan prioritas dari kewajiban beribadah.

56. Semua kebaikan ada dalam dzikir.

57. Melanggengkan dzikir dapat mengganti ibadah tathawwu’.

58. Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan.

59. Menghilangkan rasa berat dan mempermudah yang susah.

60. Menghilangkan rasa takut dan menimbulkan ketenangan jiwa.

61. Memberikan kekuatan jasad.

62. Menolak kefakiran.

63. Pedzikir merupakan orang yang pertama bertemu dengan Allah.

64. Pedzikir tidak akan dibangkitkan bersama para pendusta.

65. Dengan dzikir rumah-rumah surga dibangun, dan kebun-kebun surga

ditanami tumbuhan dzikir.

66. Penghalang antara hamba dan jahannam.

67. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.

68. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang
berdzikir.

69. Membersihkan sifat munafik.

70. Memberikan kenikmatan tak tertandingi.

2.3.3 Keutamaan Dzikir

Allah S.W.T berfirman:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)

“Hai orang-orang yang beriman ber-dzikirlah yang banyak kepada Allah

(dengan menyebut nama-Nya)” (QS. Al Ahzaab: 41)

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan

rasa takut (pada siksaan-Nya), tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore

hari. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”(QS. Al A’raf:

205)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati


menjadi tenteram.”[QS AR-RA'D 13:28]

Rasulullah saw bersabda:

ِ ِ‫ِي الَ يَ ْذك ُُر َربَّهُ َمث َ ُل ا ْلحَي ِ َوا ْل َمي‬


‫ت‬ ْ ‫َمث َ ُل الَّذِي يَ ْذك ُُر َربَّهُ َوالَّذ‬

“Perumpamaan orang yang menyebut (nama) Tuhannya dengan orang yang

tidak menyebut (nama)-Nya, laksana orang hidup dengan orang yang mati ”.

Rasulullah saw juga bersabda:

ِ ‫ب َوا ْل َو َر‬
‫ َو َخي ٍْر لَ ُك ْم ِم ْن‬،‫ق‬ ِ ‫ َو َخي ٍْر لَ ُك ْم ِم ْن إِ ْن َف‬،‫ َوأ َ ْرفَ ِعهَا في ِ د ََرجَاتِ ُك ْم‬،‫ َوأ َ ْزكَا َها ِع ْن َد َم ِل ْي ِك ُك ْم‬،‫أَالَ أُنَبِئ ُ ُك ْم بِ َخي ِْر أ َ ْع َما ِل ُك ْم‬
ِ ‫اق الذَّ َه‬

.‫ ِذك ُْر هللاِ تَعَالَى‬:َ‫ َقال‬.‫ض ِربُوا أ َ ْعنَاقَ ُك ْم؟ قَالُوا بَلَى‬
ْ َ‫ض ِربُوا أ َ ْعنَاقَ ُه ْم َوي‬ َ ‫أَ ْن ت َ ْلقَوا‬
ْ َ ‫عد َُّو ُك ْم فَت‬

“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci disisi

rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari

infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu dari-pada bertemu dengan

musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal

lehermu?”. Para shahabat yang hadir berkata: “Mau wahai Rasulullah!”.

Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah yang Maha Tinggi”.

‫ث‬ َ َ‫علَ َّي فَأ َ ْخبِ ْرنِي بِش َْيءٍ أَت‬


ُ َّ‫شب‬ َ ْ‫سالَ ِم قَ ْد َكث ُ َرت‬ ُ ‫ يَا َر‬:َ‫ع ْنهُ أَنَّ َر ُجالً قَال‬
ِ ‫س ْو َل هللاِ إِنَّ ش ََراِئ َع‬
ْ ‫اإل‬ َ ُ‫س ٍر َر ِض َي هللا‬ َ ‫َوع َْن‬
ْ ُ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن ب‬

َ ‫ الَ يَ َزا ُل ِل‬:َ‫ قَال‬.‫بِ ِه‬


ِ‫سانُكَ َر ْطبا ً ِم ْن ِذك ِْر هللا‬

“Dari Abdullah bin Busr t dia berkata: Sesungguhnya seorang laki-laki

berkata: “Wahai Rasulullah! sesungguhnya syari’at Islam telah banyak aku

terima, oleh karena itu, beri tahulah aku sesuatu hal buat peganganku”.

Beliau bersabda: “Tidak henti-hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada

Allah (lidahmu selalu mengucapkannya) ”.


Dari beberapa firman Allah dan hadis di atas, dapat menyimpulkan

bahwa berdzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia,

dzikir adalah peringkat do’a yang paling tinggi yang di dalamnya tersimpan

berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan kita,

bahkan kualitas diri kita di hadapan Allah sangat di pengaruhi oleh kuantitas

dan kualitas dzikir kita kepadaNya serta aktivitas dzikir tidak bisa di makan

waktu, karena kita ketuhui bahwa Allah SWT senang dan encintai pada

habanya yang selalu berdo’a dan berdzikir tiap waktu (ibnu qoyyim,)

Melalui aktifitas dzikir, maka superego yang terdapat pada diri manusia

akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan dzikir

manusia akan lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku

individu dan sosialnya, individu akan mampu menerima kenyataan yang ada,

dan dapat meletakkan hakekat kemanusiaannya, dzikir dapat juga di jadikan

alat peneyeimbang bagi jiwa dan rohani manusia.(sangkan. 2002)

Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang dipusatkan

pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada khirnya

muncul satu harapan, ketenangan, sehingga membentuk kondisi tubuh yang

homoestasis sehingga kekebalan tubuh meningkat, kondisi ini tidak terlepas

dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan manusia yaitu hormon

(ahmad farid. 2008) Terapi spiritual dalam bentuk berdzikir mempunyai nilai

psikoterapeutik lebih tinggi. Lansia yang religious lebih kuat dan tabah

menghadapi stress daripada yang kurang atau non religious, sehingga

gangguan emosional jauh lebih kecil(Larson,et.al,2000). Penghayatan dan

pengamalan spiritual dapat memberikan ketenangan dan kepuasan batin,

sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah al Fajr ayat 27 – 30, yang
artinya sebagai berikut:”hai jiwa yang tenang,kembalilah kepada tuhan mu

dengan hati yang puas lagi diridhoi nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah

hamba – hambaku (yang sholeh) dan masuklah ke dalam surgaku”(Q.S. Al

Fajr 27 – 30). Terapi dzikir dapat memberi ketenangan batin sehingga dapat

meningkatkan kekebalan terhadap sesuatu penyakit, serta dapat menimbulkan

harapan dan pemulihan rasa percaya diri serta kemampuan mengatasi

penderitaan yang dihadapi nya. Apabila yang bersangkutan ditakdirkan untuk

meninggal ia dalam keadaan beriman dan tenang menghadap tuhan nya (Allah

SWT) (Hawari, D 2007).

2.3.4 Macam-macam Dzikir

Pertama : menyebut nama-nama dan sifat Allah dan menggunakannya untuk

memuji dan menyangjungNya. Misalnya “subhanaallah”

Kedua : menyebut perbuatan Allah yang berkaitan dengan nama dan sifatNya.

Misalnya “ Allah mendengar suara hamba-hambaNya dan melihat gerak gerik

mereka.”

Ketiga : meneyebut perintah dan laranganNya. Misalnya “sesungguhnya

Allah memerintahkan begini dan melarang begini”

Keempat : meneyebut karunia dan kebaikaNya

Dzikir bisa di akukan dengan hati atau lisan. Dzikir yang paling bagus

iyalah dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan secara simultan (

bersamaan). Namun dzikir hati lebih baik dari dzikir lisan. (ahmad Farid.

2008)
2.3.5 Adab pemeberian terapi Dzikir

Adab adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas dan baik, kehalusan

budi bahasa dan tata susila. Adapun adab – adab dalam berdzikir antara lain:

1. Bersuci

Walaupun menurut ilmu fiqih dzikir yang kita lakukan dalam keadaan

tidak suci tetap sah, akan tetapi tidak etis, karena berdzikir merupakan

mengingat Allah yang mana kita ketahui Allah maha suci dan mencintai

yang suci. Maka dari itu untuk melakukan berdzikir kita harus

mempersiapkan diri dan lingkungan misalkan badan, pakaian dan

lingkungan kita harus suci atau bebas dari najis.(Muhammad albani.2007)

2. Bertempat di tempat yang tenang

Lingkungan yang tenang dan suci akan membuat anda fokus dengan

aktifitas yang di lakukan. .(Muhammad albani.2007)

3. Posisikan badan dengan nyaman

Untuk mengantisipasi ketegangan otot, atau pun gangguan pada sendi,

biasanya ketika berdzikir sering kita jumpai dengan posisi bersilah atau

pun seperti duduk pada tasahud akhir pada sholat .(Muhammad

albani.2007)

4. Menghadap kiblat

Sholat dan ibadah yang lain juga menghadap kiblat misalnya ketika

berdo’a, dan kita ketahui bahwa do’a merupakan salah satu bagian dari

do’a..(Muhammad albani.2007)

5. Menggunakan ayat-ayat dari al qur’an

Menurut tafsir Syaikh Abdurrahman binNashir dalam surat Al Isra’ ; 82

mengatakan bahwa al qur’an mengandung kesembuhan dan rahmat,


kesembuhan yang dikandungi Al qur’an bersifat umum yaitu untuk

penyembuhan hati/jiwa serta fisik dari segala keluhan dan penyakitnya

6. Mencari waktu yang mulia dalam berdzikir

Dzikir bisa dilakukan pada setiap keadaan, akan tetapi yang paling di

tekankan adalah dzikir-dzikir setelah sholat lima waktu, dan yang perlu

kita ketahui bahwa banyak al-qur’an maupun asunnah yang menjelaskan

tentang keutamaan berdzikir pagi dan sore yaitu ketika waktu sholat ashar

dan subuh, yang pada waktu tersebut di jadikan waktu yang paling utama.

(Dr. Ahmad bin abdul aziz. 2008)

7. Merendahkan suara dan mengulang ulang dzikir

“yaitu ketika berdo’a kepada tuhannya dengan suara yang lembut” (QS.

Maryam ; 3)

8. Menghadirkan allah

Salah satu kunci dikabulkanya doa adalah dengan merasakan kehadiran

Allah dimanapun dalam keadaan bagaimanapun. Selalu sadar bahwa saat

kita berdoa.Allah sedang melihat dan mengawasi kita.Allah maha

Megetahui bisikan hati kita.Allah begitu dekat dengan kita lebih dekat dari

urat nadi kita.(Khalid bin sulaiman Ar Rib’i. 2010)

9. Rasa takut dan penuh harap

Disaat kita berdzikir sekali kali jangan pernah ada keraguan dalam hati.

Tapi pasrahkan segalanya kepadaNya dan selalu berprasangka baik di

setiap ketetapannya..Teruskan ihtiyar dan tunggu hasilnya dengan sabar

dan terus berbuat kebaikan.Tidak ada yang mustahil bagi Allah

SWT.(Khalid bin sulaiman Ar Rib’i. 2010)


10. Menghadirkan Menyesal dan Mengakui dosa.

Ketika sedang berdzikir hendaknya senantiasa berdoa dengan penuh

kekhusyukan dan kerendahan hati, seraya diawali doanya dengan memuji

dan mensucikan Allah serta menyisipkan penyesalannya, mengakui dosa –

dosa dan kelemahan dirinya.(Khalid bin sulaiman Ar Rib’i. 2010)

11. Memejamkan mata

Untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus pada dzikir yang di baca.

12. Berdzikir dengan dzikir ma’surat (maklumi)

Dalam hal ini bacaan dzikir yang di terapkan adalah yang pertama “laa

Ilahaa Illah” ini meruapak salah satu kalimat yang di agungkan dan

mengandung unsur tauhid, serta merupakan dzikir yang paling utama,

yang kedua adalah “Astagfirullah Hal Adiim” menurut Qatada r.t berkata

“sesungguhnya al qur’an itu menunjukkan penyakit dan obat kalian.

Penyakit kalian adalah dosa, sedangkan obat kalian adalah istigfar

13. Hayati bacaan dengan penuh rasa tobat

Dengan menghayati suatu bacaan akan tercipta suatu ke khusuan dan akan

menjadikan kita lebih fokus dan lebih berpasrahkan diri kita kepada allah,

serta dengan rasa tobat kita akan menjadika kita seberapa banyak kita

melakukan dosa, yang kita ketahui dosa merupakan salah satu timbulnya

penyakit.(Khalid bin sulaiman Ar Rib’i. 2010)

2.2.6 Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan

Melalui aktifitas dzikir, maka superego yang terdapat pada diri manusia akan

berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan dzikir manusia akan

lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan sosialnya,
individu akan mampu menerima kenyataan yang ada, dan dapat meletakkan hakekat

kemanusiaannya, dzikir dapat juga di jadikan alat peneyeimbang bagi jiwa dan rohani

manusia.(sangkan. 2002)

Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang dipusatkan pada

sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada khirnya muncul satu

harapan, ketenangan, sehingga membentuk kondisi tubuh yang homoestasis sehingga

kekebalan tubuh meningkat, kondisi ini tidak terlepas dari sistem kerja yang mengatur

irama kehidupan manusia yaitu hormon (ahmad farid. 2008) Terapi spiritual dalam

bentuk berdzikir mempunyai nilai psikoterapeutik lebih tinggi. Lansia yang religious

lebih kuat dan tabah menghadapi kecemasan daripada yang kurang atau non religious,

sehingga gangguan emosional jauh lebih kecil(Larson,et.al,2000). Penghayatan dan

pengamalan spiritual dapat memberikan ketenangan dan kepuasan batin,

sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah al Fajr ayat 27 – 30, yang artinya

sebagai berikut:”hai jiwa yang tenang,kembalilah kepada tuhan mu dengan hati yang

puas lagi diridhoi nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba – hambaku (yang

sholeh) dan masuklah ke dalam surgaku”(Q.S. Al Fajr 27 – 30). Terapi dzikir dapat

memberi ketenangan batin sehingga dapat meningkatkan kekebalan terhadap sesuatu

penyakit, serta dapat menimbulkan harapan dan pemulihan rasa percaya diri serta

kemampuan mengatasi penderitaan yang dihadapinya. Apabila yang bersangkutan

ditakdirkan untuk meninggal ia dalam keadaan beriman dan tenang menghadap tuhan

nya (Allah SWT) (Hawari, D 2007).

Ketenangan jiwa dalam pandangan psikilogi merupakan factor yang amat

penting bagi kesehatan.Karena ketenangan sendiri mampu meningkatkan daya

imunitas saat tubuh mengalami gangguan, dan gangguan itu bisa disebabkan karena

kecemasan.
Saat tubuh dalam keadaan seperti ini, maka yang dibutuhkan adalah suatu

kondisi yang tenang untuk dijadikan sebagai koping dalam mengelola kecemasan.

Saat tubuh seseorang mengalami keadaan yang tenang, maka tubuh akan

menghasilkan berbagai hormon, diantaranya hormon endorphin dan serotonin, yang

nantinya hormon ini akan membuat tubuh seseorang menjadi khusyuk, focus, dan

tenang. Seorang muslim yang benar-benar menghayati dan mengamalkan spiritualitas

nya, maka dengan mudah seseorang itu akan merasakan ketengan batin karena telah

menghadap dan bermunajat kepada tuhan nya (Hawari, D.2007) . Apabila ketenangan

sudah tercipta maka tanpa disadari tubuh akan mengluarkan kedua hormone tersebut,

yakni hormon Endorpin dan Serotonin sebagai hormone penenang. Untuk itu, terapi

spiritual merupakan salah satu usaha yang baik untuk untuk menciptakan suasana

yang tenang untuk menanggulangi seseorang yang mengalami kecemasan. Hal ini

juga di lakukan pada peneliti yang menggunakan terapi Dzikir.

Suatu penelitian terhadap pasien-pasien yang akan menjalani operasi

dilakukan oleh Larson et. al. (1992) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pasien-

pasien lanjut usia dan religius (banyak berdoa dan berdzikir) kurang mengalami rasa

ketakutan atau kecemasan terhadap operasi yang akan dijalaninya. Mereka tidak

merasa takut mati serta tidak menunda-nunda jadwal operasi. Temuan ini berbeda

dengan pasien-pasien yang muda usia dan tidak religius dalam menghadapi operasi;

mereka mengalami ketakutan, kecemasan dan takut mati serta seringkali menunda-

nunda jadwal operasi. Penelitian lain yang telah dilakukannya berjudul “Religious

Commitment and Health” (APA, 1992) menyimpulkan bahwa komitmen agama amat

penting dalam pencegahan agar seseorang tidak jatuh sakit, meningkatkan

kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit, serta

mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.


Abernethy (2000) dalam penelitiannya yang berjudul

“Psychoneuroimmunology, Spirituality and Medicine” menyatakan adanya hubungan

yang positif antara kekebalan tubuh dengan spiritualitas (agama). Dengan cabang

ilmu psikoneuroimunologi yang ditekuninya itu terbukti bahwa tingkat spiritualitas

atau keimanan seseorang dapat meningkatkan kekebalan yang bersangkutan terhadap

penyakit dan mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis yang

diberikan.

Anda mungkin juga menyukai