TINJAUAN PUSTAKA
Akan tetapi dalam terminologi biologi, aging sulit untuk didefinisikan, karena
proses aging jauh lebih kompleks dari sekedar bertambahnya usia. Oleh sebab
itu berbagai usaha telah dicoba untuk mendefinisikan aging dan berbagai teori
jaringan tubuh kita secara graduil untuk dapat memperbaharui dirinya sendiri,
Menurut Budi Ana Keliat, 1999 : usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
(2),(3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatatn dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Dan
atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sehari- hari dan menerima
kedua kerusakan sel akibat pengaruh faktor interna dan eksterna. Kedua
tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalnnya
proses penuaan. Setiap species mempunyai jam biologis sendiri dan masing-
Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri dari berbagai teori
seperti:
(enzim dan protein, asam lemak tidak jenuh, fosfolipid, DNA serta
d) Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan terdiri dari teori stress
oksidasi (oxidative stress theory) dan teori pakai dan aus (wear and tear
theory).
2.1.4 Teori Kejiwaan Sosial
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
ajukan oleh Cumming and Henry, 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
Loss), yakni:
Values).
Birren and Jenner membedakan usia biologis, usia psikologis dan usia
sosial:
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
1. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristic, fleksibel, dan tahu diri.
Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Senang pensiun,
tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.
pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan,
masa pensiun.
5. Tipe militant dan serius : lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius,
6. Tipe pemarah frustasi: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah
7. Tipe bermusuhan : lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang
itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
8. Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri : lanjut usia ini
lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya
cepat dari semua sisi kehidupan usia lanjut. Perubahan tersebut dapat dirasakan
1. Perubahan Biologis/fisik/tubuh
a. Tingkat sel
b. Tingkat organ/sistem
e) Pernafasan dangkal
terjadi apabila terdapat proses penyakit pada organ tubuh tertentu atau
bila terdapat stres yang memperberat beban organ tubuh yang sudah
b) Kerusakan gigi
berkurang
a) Kulit
1) Kulit kering
menurun
20) Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh
lebih panjang
b) Tulang
8) Aktivitas berkurang
9) Mudah jatuh
7. Sistem Pendengaran
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
meningkatnya keratin
ketegangan jiwa/stress
8. Sistem Penglihatan
sinar
lain:
2. Perubahan Psikologis/kejiwaan
a. Keinginan-keinginan diatas
f. Kehilangan pekerjaan
merepotkan sekitarnya
h. Perubahan perasaan dan emosi terhadap perubahan fisik (kemunduran
yang di alami)
i. Merasa tidak senang dengan diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan
kehidupannya
j. Motivasi berkurang
a. Kehilangan pekerjaan
c. Perubahan peran karena berubahnya kondisi fisik dan sikap sosial yang
4. Perubahan Ekonomi
a. Berkurangnya penghasilan
b. Tidak berpenghasilan
5. Perubahan Spiritual/keagamaan
(Maslow, 1970)
g. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini dapat
Zentner, 1970).
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan
keadilan.
cepat, nafas cepat, mulut kering, berkeringat atau gemetar. Apabila rasa cemas
semakin parah bisa muncul juga rasa pusing, pingsan, dada sesak, pandangan
buram, badan terasa panas dan dingin, mual dan sering buang air kecil dan
(penilaian atau opini ) dan aktivitas system saraf otonom dalam berespon
1) Kecemasan Primer
Kejadian trauma yang diawali saat bayi adalah saat simulasi tiba –
2) Kecemasan Subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, freud melihat ada jenis
diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan berkaitan
2005 : 112 ).
muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan
kecemasan hampir selalu ada pada tiap – tiap keluarga dalam berbagai
: 113 ).
Adaptif
Ancaman Cemas Koping
stressor Paliatif
Behavior
Mal adaptif
Disfungsional
Gambar 2.1 proses kecemasan
Dengan adanya berbagai macam stressor yang ada pada individu dapat
menimbulkan respon cemas, respon cemas dapat dikaji oleh perawat dengan
menanyakan kepada klien bagaimana dia bereaksi terhadap kecemasan itu.
Cara lain respon seseorang terhadap situasi cemas dapat dikaji dengan cara
ekternal.
1) Sumber Eksternal
2) Sumber Internal
oleh :
1. Potensi Stressor
2. Maturitas
4. Keadaan Fisik
5. Tipe Kepribadian
memiliki sifat penyabar, tenang, teliti dan rutinitas (Stuart & Sundeen,
2002).
7. Umur
8. Jenis Kelamin
sering kencing, badan terasa sakit, pusing, panas dingin, parastesia (Smeltzer
merasa takut, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan control, tegang, tidak
cenderung menyalahkan orang lain, reaksi terkejut, mengkritik diri sendiri dan
orientasi masa lalu, dan pada saat ini serta masa yang akan datang, memblok
pemikiran dan perhatian yang berlebihan (Smeltzer & Bare, 2002).
timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan
otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab,
peningkatan respirasi, dilatasi pupil dan mulut kering (Smeltzer & Bare,
2002).
reaksi normal terhadap situasi yang menimbulkan stress dan konflik, bersifat
kecemasan yang timbul bila individu dihadapkan pada situasi tertentu. Situasi
akan selalu tetap tampak selama situasi tersebut ada. Pada kecemasan pre –
dengan orang tua dan lingkungan rumah, kehilangan control yang sering
1) Kecemasan ringan
(Suliswati,2005).
2) Kecemasan sedang
Suliswati,2005 ).
3) Kecemasan berat
detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal – hal
4) Panik
2005 ).
persoalan ( Suliwati,2005 ).
berikut:
1) Perasaan cemas
a) Cemas
b) Firasat buruk
d) Mudah tersinggung
2) Ketegangan
a) Merasa tegang
b) Lesu
d) Mudah terkejut
e) Mudah menangis
f) Gemetar
g) Gelisah
3) Ketakutan
a) Pada gelap
c) Ditinggal sendiri
4) Gangguan tidur
f) Mimpi menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
a) Sukar konsentrasi
a) Hilangnya minat
b) Kaku
c) Kedutan
d) Gigi gemletuk
b) Penglihatan kabur
d) Merasa lemas
b) Berdebar – debar
c) Nyeri di dada
b) Rasa tercekik
a) Sulit menelan
b) Perut melilit
c) Gangguan pencernaan
g) Mual
h) Muntah
j) Ereksi melemah
k) Ereksi hilang
l) impotensi
a) Mulut kering
b) Muka merah
c) Mudah berkeringat
d) Kepala pusing
a) Gelisah
b) Tidak tenang
c) Jari gemetar
d) Kerut kening
e) Muka tegang
h) Muka merah
ringan, sedang, berat atau berat sekali, orang menggunakan alat ukur (
instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (
HARS – A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala. Masing – masing
gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4, yang artinya adalah:
X 100 %
yang ada )
14 – 20 = kecemasan Ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
( Dadang Hawari,2006 )
d) Tidak merokok
2) Terapi psikofarmaka
3) Terapi somatik
bersangkutan.
4) Psikoterapi
lain:
daya ingat.
mengalami kecemasan.
5) Terapi psikoreligius
Terapi medis saja tanpa do’a dan dzikir tidaklah lengkap, demikian
juga sebaliknya jika do’a dan dzikir saja tanpa terapi medis tidaklah efektif
dzikrullah (mengingat Allah), sebagaian amalan yang mesti ada dalam sebuah
tarekat. Yang di maksud dzikir dalam sebuah tarekat adalah mengingat dan
menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara batin. Di dalam tarekat
dzikir di yakini sebagai cara yang efektif dan efesien untuk membersihkan
arif sebagai tempat mengambil bekal, lahan bisnis dan tempat yang sering
Dzikir berarti ingat kepada Allah, ingat ini tidak hanya sekedar
menyebut nama Allah dalam lisan atau dalam pikiran dan hati. Akan tetapi
dzikir yang di maksud adalah ingat akan Zat, Sifat, dan PerbuatanNya
kemudian memasrahkan hidup dan mati kepadaNya, sehingga tidak takut
maupun gentar menghadapi segala macam bahaya dan cobaan (sangkan. 2002)
berikut, dzikir secara lisan seperti menyebut nama Allah berulang-ulang, dan
satu tingkat dzikir lisan adalah hadirnya pemikiran tentang Allah dalam kalbu.
kualitas amal sehari-hari dan menjadikan dzikir ini sebagai pemacu kreativitas
manusia akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan
dzikir manusia akan lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah
laku individu dan sosialnya, individu akan mampu menerima kenyataan yang
dipusatkan pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada
terlepas dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan manusia yaitu
dicintai manusia.
9. Melahirkan kecintaan.
34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
40. Dzikir merupakan penyatu hati orang beriman dan pemecah hati musuh
Allah.
43. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan pola hidup orang shalih.
44. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah.
45. Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
68. Pegunungan dan hamparan bumi bergembira dengan adanya orang yang
berdzikir.
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut (pada siksaan-Nya), tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore
205)
tidak menyebut (nama)-Nya, laksana orang hidup dengan orang yang mati ”.
ِ ب َوا ْل َو َر
َو َخي ٍْر لَ ُك ْم ِم ْن،ق ِ َو َخي ٍْر لَ ُك ْم ِم ْن إِ ْن َف، َوأ َ ْرفَ ِعهَا في ِ د ََرجَاتِ ُك ْم، َوأ َ ْزكَا َها ِع ْن َد َم ِل ْي ِك ُك ْم،أَالَ أُنَبِئ ُ ُك ْم بِ َخي ِْر أ َ ْع َما ِل ُك ْم
ِ اق الذَّ َه
. ِذك ُْر هللاِ تَعَالَى:َ َقال.ض ِربُوا أ َ ْعنَاقَ ُك ْم؟ قَالُوا بَلَى
ْ َض ِربُوا أ َ ْعنَاقَ ُه ْم َوي َ أَ ْن ت َ ْلقَوا
ْ َ عد َُّو ُك ْم فَت
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci disisi
rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari
infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu dari-pada bertemu dengan
terima, oleh karena itu, beri tahulah aku sesuatu hal buat peganganku”.
bahwa berdzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia,
dzikir adalah peringkat do’a yang paling tinggi yang di dalamnya tersimpan
berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan kita,
bahkan kualitas diri kita di hadapan Allah sangat di pengaruhi oleh kuantitas
dan kualitas dzikir kita kepadaNya serta aktivitas dzikir tidak bisa di makan
waktu, karena kita ketuhui bahwa Allah SWT senang dan encintai pada
habanya yang selalu berdo’a dan berdzikir tiap waktu (ibnu qoyyim,)
Melalui aktifitas dzikir, maka superego yang terdapat pada diri manusia
akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan dzikir
manusia akan lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku
individu dan sosialnya, individu akan mampu menerima kenyataan yang ada,
pada sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada khirnya
dari sistem kerja yang mengatur irama kehidupan manusia yaitu hormon
(ahmad farid. 2008) Terapi spiritual dalam bentuk berdzikir mempunyai nilai
psikoterapeutik lebih tinggi. Lansia yang religious lebih kuat dan tabah
sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah al Fajr ayat 27 – 30, yang
artinya sebagai berikut:”hai jiwa yang tenang,kembalilah kepada tuhan mu
dengan hati yang puas lagi diridhoi nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah
Fajr 27 – 30). Terapi dzikir dapat memberi ketenangan batin sehingga dapat
meninggal ia dalam keadaan beriman dan tenang menghadap tuhan nya (Allah
Kedua : menyebut perbuatan Allah yang berkaitan dengan nama dan sifatNya.
mereka.”
Dzikir bisa di akukan dengan hati atau lisan. Dzikir yang paling bagus
iyalah dzikir yang dilakukan dengan hati dan lisan secara simultan (
bersamaan). Namun dzikir hati lebih baik dari dzikir lisan. (ahmad Farid.
2008)
2.3.5 Adab pemeberian terapi Dzikir
Adab adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas dan baik, kehalusan
budi bahasa dan tata susila. Adapun adab – adab dalam berdzikir antara lain:
1. Bersuci
Walaupun menurut ilmu fiqih dzikir yang kita lakukan dalam keadaan
tidak suci tetap sah, akan tetapi tidak etis, karena berdzikir merupakan
mengingat Allah yang mana kita ketahui Allah maha suci dan mencintai
yang suci. Maka dari itu untuk melakukan berdzikir kita harus
Lingkungan yang tenang dan suci akan membuat anda fokus dengan
biasanya ketika berdzikir sering kita jumpai dengan posisi bersilah atau
albani.2007)
4. Menghadap kiblat
Sholat dan ibadah yang lain juga menghadap kiblat misalnya ketika
berdo’a, dan kita ketahui bahwa do’a merupakan salah satu bagian dari
do’a..(Muhammad albani.2007)
Dzikir bisa dilakukan pada setiap keadaan, akan tetapi yang paling di
tekankan adalah dzikir-dzikir setelah sholat lima waktu, dan yang perlu
tentang keutamaan berdzikir pagi dan sore yaitu ketika waktu sholat ashar
dan subuh, yang pada waktu tersebut di jadikan waktu yang paling utama.
“yaitu ketika berdo’a kepada tuhannya dengan suara yang lembut” (QS.
Maryam ; 3)
8. Menghadirkan allah
Megetahui bisikan hati kita.Allah begitu dekat dengan kita lebih dekat dari
Disaat kita berdzikir sekali kali jangan pernah ada keraguan dalam hati.
Dalam hal ini bacaan dzikir yang di terapkan adalah yang pertama “laa
Ilahaa Illah” ini meruapak salah satu kalimat yang di agungkan dan
yang kedua adalah “Astagfirullah Hal Adiim” menurut Qatada r.t berkata
Dengan menghayati suatu bacaan akan tercipta suatu ke khusuan dan akan
menjadikan kita lebih fokus dan lebih berpasrahkan diri kita kepada allah,
serta dengan rasa tobat kita akan menjadika kita seberapa banyak kita
melakukan dosa, yang kita ketahui dosa merupakan salah satu timbulnya
Melalui aktifitas dzikir, maka superego yang terdapat pada diri manusia akan
berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik, dengan dzikir manusia akan
lebih sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan sosialnya,
individu akan mampu menerima kenyataan yang ada, dan dapat meletakkan hakekat
kemanusiaannya, dzikir dapat juga di jadikan alat peneyeimbang bagi jiwa dan rohani
manusia.(sangkan. 2002)
Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, pikiran yang dipusatkan pada
sang pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada khirnya muncul satu
kekebalan tubuh meningkat, kondisi ini tidak terlepas dari sistem kerja yang mengatur
irama kehidupan manusia yaitu hormon (ahmad farid. 2008) Terapi spiritual dalam
bentuk berdzikir mempunyai nilai psikoterapeutik lebih tinggi. Lansia yang religious
lebih kuat dan tabah menghadapi kecemasan daripada yang kurang atau non religious,
sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah al Fajr ayat 27 – 30, yang artinya
sebagai berikut:”hai jiwa yang tenang,kembalilah kepada tuhan mu dengan hati yang
puas lagi diridhoi nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba – hambaku (yang
sholeh) dan masuklah ke dalam surgaku”(Q.S. Al Fajr 27 – 30). Terapi dzikir dapat
penyakit, serta dapat menimbulkan harapan dan pemulihan rasa percaya diri serta
ditakdirkan untuk meninggal ia dalam keadaan beriman dan tenang menghadap tuhan
imunitas saat tubuh mengalami gangguan, dan gangguan itu bisa disebabkan karena
kecemasan.
Saat tubuh dalam keadaan seperti ini, maka yang dibutuhkan adalah suatu
kondisi yang tenang untuk dijadikan sebagai koping dalam mengelola kecemasan.
Saat tubuh seseorang mengalami keadaan yang tenang, maka tubuh akan
nantinya hormon ini akan membuat tubuh seseorang menjadi khusyuk, focus, dan
nya, maka dengan mudah seseorang itu akan merasakan ketengan batin karena telah
menghadap dan bermunajat kepada tuhan nya (Hawari, D.2007) . Apabila ketenangan
sudah tercipta maka tanpa disadari tubuh akan mengluarkan kedua hormone tersebut,
yakni hormon Endorpin dan Serotonin sebagai hormone penenang. Untuk itu, terapi
spiritual merupakan salah satu usaha yang baik untuk untuk menciptakan suasana
yang tenang untuk menanggulangi seseorang yang mengalami kecemasan. Hal ini
dilakukan oleh Larson et. al. (1992) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pasien-
pasien lanjut usia dan religius (banyak berdoa dan berdzikir) kurang mengalami rasa
ketakutan atau kecemasan terhadap operasi yang akan dijalaninya. Mereka tidak
merasa takut mati serta tidak menunda-nunda jadwal operasi. Temuan ini berbeda
dengan pasien-pasien yang muda usia dan tidak religius dalam menghadapi operasi;
mereka mengalami ketakutan, kecemasan dan takut mati serta seringkali menunda-
nunda jadwal operasi. Penelitian lain yang telah dilakukannya berjudul “Religious
Commitment and Health” (APA, 1992) menyimpulkan bahwa komitmen agama amat
yang positif antara kekebalan tubuh dengan spiritualitas (agama). Dengan cabang
diberikan.