Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan terutama dibidang kesehatan secara tidak langsung

telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta meningkatkan usia

harapan hidup. Hal tersebut juga memicu perkembangan jumlah penduduk lanjut usia

(lansia) yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan pada 2025 lebih dari seperlima

penduduk Indonesia adalah lanjut usia (Megarani, 2007).


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan

proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak,

dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Pada

usia tua beresiko mengalami kemunduran diantaranya kemunduran fisik, psikososial

mental dan psikologis. Masalah psikologis yang sering dialami lansia diantaranya

depresi, stress, cemas. (Nugroho, 2008).


Menurut Setiohadi (2006) data prevalensi kecemasan pada lansia di jawa timur

diperoleh oleh ruang rawat akut geriatrik dengan kejadian kecemasan sebanyak 76,3%.

Proporsi pasien dengan kecemasan ringan adalah 44,1% degenerative, kecemasan

sedang sebanyak 18% dan kecemasan berat 3,2%. Dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti pada tanggal 03 Januari 2015 di UPT Pelayanan Lansia Glenmore

Banyuwangi, diperoleh data bahwa jumlah lansia yang ada di UPT Pelayanan Lansia

Glenmore banyuwangi saat ini yaitu sebanyak 70 orang. Dengan menggunakan

kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang diberikan pada 4 orang
lansia yang terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan, peneliti mendapatkan 1 orang lansia

yang mengalami kecemasan berat dengan respon perilaku diantaranya perasaan terancam

meningkat dan komunikasi menjadi terganggu. Terdapat 1 lansia mengalami kecemasan

sedang dengan respon perilaku diantaranya bicara banyak dan lebih cepat,gerakan

tersentak-sentak,terlihat lebih tegang,susah tidur,dan perasaan tidak aman. Terdapat 2

lansia mengalami kecemasan ringan dengan respon perilaku diantaranya tidak dapat

duduk tenang,tremor halus pada tangan,dan suara kadang-kadang meninggi. Berdasarkan

hasil wawancara dengan kepala UPT Pelayanan Lansia Glenmore banyuwangi

mengatakan bahwa dalam mengatasi kecemasan lansia tersebut pihak panti mengadakan

kegiatan kerohanian, bimbingan rekreatif seperti bernyanyi dan bimbingan konseling.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut belum bisa menurunkan tingkat

kecemasan pada lansia. Di UPT Pelayanan Lansia Glenmore banyuwangi belum pernah

dilakukan terapi dzikir untuk membantu menurunkan kecemasan pada lansia.

Melalui aktifitas dzikir maka superego yang terdapat pada diri manusia akan

berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik. Dengan berdzikir manusia akan

lebih sejahtera jiwanya sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan

sosialnya.Individu akan mampu menerima kenyataan yang ada dan dapat meletakkan

hakekat kemanusiaannya. Dzikir dapat juga dijadikan alat penyeimbang bagi jiwa dan

rohani manusia (Sangkan, 2005).


Di dalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual pikiran yang dipusatkan pada sang

pencipta menimbulkan perasaan berserah diri yang pada akhirnya muncul satu harapan

ketenangan sehingga membentuk kondisi tubuh yang homeostasis sehingga kekebalan

tubuh meningkat. Kondisi ini tidak terlepas dari sistem kerja yang mengatur irama

kehidupan manusia yaitu hormon (Ahmad farid, 2008). Terapi spiritual dalam bentuk

berdzikir mempunyai nilai psikoterapeutik lebih tinggi. Lansia yang religious lebih kuat

dan tabah menghadapi kecemasan daripada yang kurang atau non religius sehingga
gangguan emosioanal jauh lebih kecil. Dengan ini menunjukkan bahwa terapi dzikir bisa

dijadikan salah satu cara mengatasi kecemasan (Larson,et.al 2006).


Selain dengan terapi Dzikir kecemasan dapat dicegah ataupun diatasi dengan

berbagai cara antara lain memberikan penyuluhan tentang kecemasan dan dampak dari

kecemasan, bisa berolahraga secara rutin yang memperlancar sirkulasi darah dan

membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen sehingga dampaknya akan

memperoleh kesehatan yang lebih baik. Melakukan kegiatan seperti ini dapat

menghilangkan pikiran yang menyebabkan kecemasan (Potter perry, 2005:490).


Dari kesimpulan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian

“Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lansia di UPT Pelayanan

Lansia Glenmore Banyuwangi”. Agar bisa menjadi salah satu dari beberapa solusi

pengobatan syar’i bagi masyarakat yang mengalami tingkat kecemasan khususnya pada

penelitian ini peneliti terfokus pada tingkat kecemasan di lansia disebabkan pada lansia

lebih banyak mengalami penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual,

penurunan aspek psikologis, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan

dalam peran sosial di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

Adakah pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat kecemasan pada lansia di UPT

pelayanan lanjut usia glenmore banyuwangi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui adakah pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat

Kecemasan pada lansia di UPT pelayanan lanjut usia glenmore banyuwangi ?

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi Tingkat kecemasan pada Lansia sebelum dilakukan Terapi

Dzikir.

2. Mengidentifikasi Tingkat kecemasan pada Lansia sesudah dilakukan Terapi

Dzikir.

3. Menganalisis pengaruh terapi Dzikir terhadap tingkat Kecemasan pada

lansia di UPT pelayanan lanjut usia glenmore banyuwangi ?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang keperawatan. Mendapatkan informasi mengenai

perawatan kecemasan pada lansia.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Keperawatan

Sebagai sumber informasi tentang tata cara bagi petugas kesehatan agar

dapat digunakan sebagai salah satu alternative pengobatan masa kini baik dalam

ilmu gerontik maupun juga bias digunakan sebagai pilihan pengobatan bagi

pasien yang mengalami kecemasan.

2. Bagi Institusi UPT Pelayanan Lansia

Sebagai sumber informasi dalam proses asuhan keperawatan pada lansia

yang mengalami kecemasan dan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu

pelayanan bagi institusi terkait.


3. Bagi Peneliti selanjutnya

Memberikan informasi dan referensi tentang penatalaksanaan pada lansia

yang mengalami kecemasan dan sebagai upaya untuk dijadikan pertimbangan

dalam penelitian selanjutnya.

4. Bagi Responden

Memberikan informasi mengenai tindakan yang harus diterapkan pada

lansia yang mengalami kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai