Anda di halaman 1dari 8

MIMBAR, Vol. XXVIII, No.

1 (Juni, 2012): 39-46

Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan


Kesejahteraan dan Peningkatan Kerjasama Antardaerah

AHMAD SURKATI
Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta KM 4 Pakupatan Serang, Banten
email: achmad.surkati@yahoo.com

Abstract. Regional autonomy legislation in terms of organizing his administration can


not be separated by the application of the prinsiple of decentralization, deconcentrationand
Co-principle (Medebewind). Basic Act 1945 section 18, 18 A andB, where the division
ofthisarea are givenautonomy to takecare of their own household. Zoning will be associ-
ated with geography and the potential in each region that are not comparable. Application
of the principle of local autonomy in order to keep the Republik of Indonesia between
central goverment and local goverment. Therefore, the question is how the application of
the principle of regional cooperation can improve the welfare andinter-national regions
with the potential conditions that are not comparableas the geographic and human re-
sources. Regional autonomy as an instrument to realize prosperity in an ideal form of
cooperation.

Key words: autonomy, growth, welfare.

Abstrak. Otonomi daerah dalam Peraturan Perundang-undangan dari segi penyelenggaraan


pemerintahannya tidak terlepas dengan proses penerapan Asas Desentralisasi, Asas
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Medebewind). Undang-Undang dasar 1945 pasal
18, 18 A dan B, dimana pembagian daerah ini diberikan hak otonomi untuk mengurusi
rumah tangganya sendiri. Pembagian daerah akan berkaitan dengan geografi dan potensi
di wilayahnya masing-masing yang tidak berimbang. Penerapan asas otonomi daerah dalam
rangka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah. Oleh karena itu, persoalannya adalah bagaimana penerapan
asas otonomi daerah dapat meningkatkan kesejahteraan dan kerjasama antardaerah secara
nasional dengan kondisi potensi wilayah yang tidak berimbang seperti keadaan geografi
dan sumber daya manusianya. Otonomi daerah sebagai salah satu instrumen untuk
mewujudkan kesejahteraan dalam bentuk kerjasama yang ideal.
Kata kunci: otonomi, pertumbuhan, kesejahteraan.

Pendahuluan berbagai bidang terutama bidang kesejahteraan


Negara Indonesia adalah negara kesatuan masyarakat dan kerjasama pembangunan antar
sebagai negara kepulauan yang terbagi menjadi daerah semakin meningkat, hal ini sangat menarik,
daerah-daerah otonom dengan kondisi geografi diperlukan kajian-kajian dalam penelitian untuk
dan potensi yang berbeda tentunya dalam proses mencari format ideal dalam bentuk konsepsional.
lajunya pertumbuhan kesejahteraan masyarakat (UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
dan pembangunan serta kerjasama antar daerah Peraturan Perundang-undangan Pasal 1 ayat (7).
tidak akan berimbang, oleh karenanya perlu Indonesia sebagai negara kesejahteraan (Welfare
peraturan daerah yang dibuat oleh DPRD dibahas State) dalam pelaksanaan otonomi daerah
bersama-sama dengan Kepala Daerah (Gubernur, tujuannya adalah melalui pemerataan pelaksanaan
Bupati dan Walikota) untuk mendapat persetujuan pembangunan di seluruh wilayah Negara Indone-
bers ama sebagai instrumen tertulis dalam sia (B.Hestu Cipto Handoyo, 1998: 9-10. Sesuai
melaks anak an prins ip dan asas otonom i dengan pendapat Bagir Manan (B.Hestu Cipto
(Des entralis as i, Dek onsentrasi dan Tugas Handoy o, 1 99 8: 1 3) bahwa f ungs i utam a
Pembantuan), yang diharapkan dapat mempercepat pemerintah daerah memberikan pelayanan untuk
lajunya pertumbuhan masyarakat di daerah dalam kesejahteraan masy arak at dalam bentuk

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 39


AHMAD SUKARTI. Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan Peningkatan ..

penyediaan atau pemenuhan kebutuhan seperti Landasan Teori


kesehatan, kebersihan, dan sebagainya.
I n s tru m en s e cara te rtu lis dal am Kekuasaan dan kewenangan merupakan
melaksanakan otonomi daerah telah diatur dalam implementasi dan amanat dari Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Dasar 1945 baik dalam hasil amandemen maupun
Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa pada naskah yang lama, turunannya adalah
hakekat dari otonomi daerah adalah untuk Undang-Undang sebagai peraturan perundang-
kesejahteraan masyarakat serta terlaksananya undangan organik, kaitan dengan penelitian ini
kerjasama dalam pembangunan antar daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang
maka yang menjadi masalah dalam penelitian Otonomi Daerah, yang didalamnya mengandung
ini adalah bagaimana konstruksi konsepsional teori dan asas serta prinsip kekuasaan dan
otonomi daerah sebagai salah satu instrumen kewenangan (Asas Desentralisasi, Dekonsentrasi
peningkatan lajunya pertumbuhan kesejahteraan dan Tugas Pembantuan), di mana kekuasaan ini
masyarakat di Indonesia dan Bagaimana format sama dengan kedaulatan yang melekat pada subyek
ideal kerjasama pembangunan antar daerah di hukum tidak dapat dibagi-bagi dan dapat
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor dilimpahkan serta diberikan sesuai dengan
32 Tahun 2004. kewenangan dan kehendaknya.
Menurut H, Zainuddin Ali, bahwa pada Kekuasaan secara umum diartikan sebagai
dasarnya melakukan penelitian itu adalah suatu suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang
upaya pencarian, yang menimbulkan pertanyaan lain/kelompok lain sesuai dengan pemegang
apakah yang dicari itu, yang dicari adalah kekuasaan itu sendiri dalam suatu pemerintahan
pengetahuan atau pengetahuan yang benar, (H. negara. Berkaitan dengan kekuasaan politik Mariam
Zainuddin Ali,: 1) senada dengan hal tersebut Budiardjo m engatakan bahwa “Merupak an
menurut Bambang Sunggono bahwa penelitian itu kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan
merupakan suatu usaha pencarian, melalui suatu umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun
proses atau prosedur dan tata cara yang sistematis akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang
atau metoda untuk mendapatkan data, mengolah kekuasaan sendiri, kekuasaan pemerintahan tidak
dan menyimpulkan yang dapat memecahkan suatu hanya mencakup kekuasaan untuk memperoleh
masalah (Sunggono, 2009: 27). ketaatan dari warga masyarakat, tapi juga
Pada penelitian ini digunakan metode menyangkut pengendalian orang lain, dengan
deskriptif analitis melalui pendekatan yuridis tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktifitas
normatif dengan melakukan kajian terhadap di bidang administratif (eksekutif), legislatif dan
k a idah - k a idah hu k um at au per atur an yudikatif, Kekuasaan bila diartikan secara yuridis
perundang-undangan yang berkaitan dengan maka k ek uasaan ini dis ebut k edaulatan
o t o no m i da era h s e bag ai p endo ro n g la ju sebagaimana yang dikemukakan oleh Jean Bodin.
pertumbuhan kesejahteraan masyarakat dan UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), bahwa “Negara
peningkatan kerjasama pembangunan antar Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
daerah di Indonesia. Republik”, (UUD 1945 dalam Naskah Lama dan
Sumber data dalam penelitian ini berupa Hasil Amandemen). istilah negara kesatuan
Bahan hukum primer, seperti UUD 1945, Undang- (bersusun tunggal) adalah susunan negaranya
Undang N om or 3 2 Tahun 20 04 tentang hanya terdiri dari satu negara, tidak mengenal
Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah RI konsep negara bagian dalam penyelenggaraan
No mo r 50 Tahun 2 007 tentang Tata Cara pemerintahan negaranya. (Pasal 18, 18A, dan 18B
Pelaksanaan Kerjasama Daerah, Peraturan UUD 1945 Hasil Amandemen).
Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Negara kesatuan, hanya ada satu pemerintah
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Bahan yaitu Pemerintah Pus at y ang mempunyai
hukum sekunder, seperti pandangan dan pendapat kekuasaan serta kewenangan tertinggi dalam
para ahli, akademisi, praktisi, buku-buku maupun bidang pem erintahan negara, menetapkan
literatur lainnya. Bahan hukum tersier, seperti kebijakan pemerintah dan m elak sanakan
kamus, ensiklopedia, jurnal dan data dari internet. pemerintahan negara baik di pusat maupun di
Metode pengumpulan datanya berupa kajian daerah-daerah, (Soehino, 2000: 24) Negara In-
pustaka, sedangkan analisis datanya adalah secara donesia adalah negara kepulauan yang paling
kualitatif yang hasilnya disajikan dalam bentuk banyak pulaunya dibandingkan negara-negara lain,
kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas, rinci, oleh karena itu dengan konsep otonomi daerah
sehingga memudahkan dalam pemberian arti, paling tepat dalam k erangka pelaks anaan
dalam mengolah dan menganalisa data dilakukan Pemerintahan N egara Kesatuan, hany a
dengan analisa kualitatif berdasarkan sajian persoalannya adalah bagaimana dalam negara
konstruksi data (pengkajian hasil penelitian) kesatuan ini untuk meringankan tugas-tugas
bersifat deskriptif (Soeryono Soekanto, 1986: 6). pemerintahan pusat dapat mendorong lajunya

40 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 39-46

pertumbuhan kesejahteraan masyarakat atau pelim pahan w ewenang pemerintahan oleh


peningkatan kerjasama pembangunan antar daerah pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
kondisi geografi, potensi wilayah dan SDM yang wilayah tertentu; Tugas Pembantuan adalah
berbeda, konsep dan format ideal yang bagaimana penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/
yang baik berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 atau desa; dari pemerintah provinsi kepada
Tahun 2004 dalam penerapan asas Desentralisasi, kabupaten/kota dan/atau desa serta pemerintah
Dekonsentrasi serta Tugas Pembantuan yang diatur kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan
dalam undang-undang tersebut. tugas tertentu.
Otonom i subs tans inya k ew enangan Bila dilihat dari sisi kepentingan pemerintah
mengatur urusan rumah tanganya sendiri, pusat, menurut Smith (1985) sedikitnya ada tiga
sedangkan daerah otonom adalah kesatuan tujuan utama dari desentralisasi, yaitu (Syamsudin
masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah. Haris, 2006: 68): Pertama, melalui praktek
Menurut Moh. Kusnadi dan Bintan R. Saragih bahwa desentralisasi, diharapkan masyarakat akan belajar
istilah otonomi secara etimologi dari Bahasa mengenali dan memahami berbagai persoalan
Yunani, yaitu Auto (sendiri) dan Nomos (peraturan) sosial, ekonomi dan politik yang mereka hadapi.
atau Undang-Undang (Dharma Setyawan Salam, Kedua, to provide training in political lead-
2004 : 88). menurut Muslim bahwa “otonomi” ership (untuk latihan kepemimpinan). Tujuan ini
diartikan sebagai pemerintahan sendiri (Dharma berangkat dari asumsi dasar bahwa Pemerintah
Setyawan Salam, 2004: 88) kemudian menurut Daerah merupakan wadah yang paling tepat untuk
Fernandez adalah pemberian hak, wewenang dan training bagi para politisi dan birokrat, sebelum
kewajiban kepada daerah yang memungkinkan mereka menduduki berbagai posisi penting di
daerah tersebut mengatur dan mengurus rumah tingkat nasional. Ketiga, desentralisasi dari sisi
tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna kepentingan Pemerintah Pusat adalah to create
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan political stability (untuk menciptakan stabilitas
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan politik). Melalui kebijaksanaan desentralisasi akan
pelaksanaan pembangunan (Dharma Setyawan mampu mewujudkan kehidupan sosial yang
Salam, 2004 : 88). Wewenang di sini merupakan harmonis dan kehidupan politik yang stabil.
substansi daerah otonom yang diselenggarakan Selanjutnya dilihat dari kepentingan
secara konseptual oleh pemerintah daerah, Pemerintah Daerah, menurut Smith (1985),
menurut Joeniarto bahwa dalam negara kesatuan sedikitnya ada tiga tujuan utam a dari
semua urus an negara menjadi wewenang desentralisasi, yaitu: Pertama, desentralisasi
sepenuhnya pemerintah (pusat) nya, kalau negara tujuannya untuk mewujudkan apa yang disebut
yang bersangkutan mempergunakan as as dengan political equality. Ini berarti, melalui
Desentralisasi di mana di daerah-daerah dibentuk pelaksanaan desentralisasi diharapkan akan lebih
pemerintah lokal yang berhak mengatur dan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
mengurus rumah tangga sendiri, kepadanya dapat berpartisipasi dalam berbagai aktifitas politik di
diserahkan urusan tertentu untuk diurus sebagai tingkat lokal. Kedua, desentralisasi dari sisi
urusan rumah tangganya sendiri (Titik Tri kepentingan Pemerintah Daerah adalah local ac-
Wulantutik, 2006: 177-178). countability. Maksudnya, melalui pelaksanaan
Pemahaman tentang Negara Kesatuan desentralisasi diharapkan akan dapat tercipta
menurut Moh. Kusnadi dan Bintan R. Siragih bahwa peningkatan kemampuan Pemerintah Daerah
yang disebut Negara Kesatuan apabila kekuasaan dalam memperhatikan hak-hak dari komunitasnya,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak yang meliputi hak untuk ikut serta dalam proses
sama dan tidak sederajat dan kewenangan pengambilan keputusan dan implementasi
pembentukan adalah kewenangan Legislatip pusat. kebijakan di daerah, serta hak untuk mengontrol
Kemudian kekuasaan di daerah bersifat Derevatif pelaksanaan Pemerintah Daerah itu sendiri.
(tidak langsung) dan dalam bentuk otonom yang Ketiga, desentralisasi dari sisi kepentingan
luas (Titik Tri Wulantutik, 2006; 177-178). Pemerintah Daerah adalah local responsiveness.
Presiden sebagai Kepala Pemerintahan Asumsi dasar dari tujuan desentralisasi yang ketiga
Pusat, sesuai dengan kekuasaan dan kewenangan ini adalah karena Pemerintah Daerah dianggap
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (lihat Undang- lebih mengetahui berbagai masalah yang dihadapi
Undang Nomor 32 Tahun 2004), menganut 3 asas oleh komunitasnya, maka melalui pelaksanaan
dalam penyelenggaraan pemerintahannya, yaitu: desentralisasi diharapkan akan menjadi jalan terbaik
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang untuk mengatasi dan sekaligus meningkatkan
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah akselerasi dari pembangunan sosial dan ekonomi
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan di daerah.
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Menurut C.S.T Kansil (2003: 142), asas
Republik Indonesia; Dekons entrasi adalah Desentralisasi adalah yang menyatakan penyerahan

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 41


AHMAD SUKARTI. Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan Peningkatan ..

sejumlah urusan pemerintahan dari Pemerintah kerjasama itu juga dipengaruhi keunggulan
Pusat atau Pemerintah Daerah yang lebih tinggi k o m par ati f ( k epe m il ik an s u m be r) d an
kepada Pemerintah Daerah tingkat yang lebih keunggulan kompetitif (efisiensi).
rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga Kerjasama akan saling menguntungkan
daerah tersebut, sedangkan asas Dekonsentrasi jika terjadi kesesuaian pada kedua keunggulan
adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah te rs eb ut a nta r pi hak y ang be k erj as am a.
Pusat kepada kepala wilayah atau kepala instansi Se bali k ny a s i f at s al ing m en gga ntik an
vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat- (subtitution) memunculkan persaingan (compe-
pejabatnya di daerah. titi o n) a nta r p iha k , s ehi ngg a b ent uk
Kebijakan penerapan asas Desentralisasi dan k e rjas am an y a adal ah s pes iali s as i y a ng
Deko ns entras i ada beberapa tujuan dan merupakan kesepakatan antar pihak. Dalam pasal
manfaatnya, yaitu: (1) Segi hakekatnya, 2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007
Desentralisasi dapat mencegah terjadinya Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
penumpukan (consentration of power) dan Daerah antara lain: kerjasama daerah dilakukan
pemusatan kekuasaan (centralized of power) dapat dengan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi,
menimbulkan tirani; (2) Segi politik, Desentralisasi saling menguntungkan, kesepakatan bersama,
merupakan wahana untuk pendemokratisasian itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional
kegiatan pem erintahan; (3 ) Segi tek nis dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
organisatoris, Desentralisasi dapat menciptakan Indonesia, kesamaan, kedudukan, transparansi,
pemerintahan yang lebih efektif dan efisien; (4) keadilan dan kepastian hukum, sedangkan pasal
Segi sosial, Desentralisasi dapat membuka peluang 4 mengatur tentang objek kerjasama daerah
partisipasi dari bawah yang lebih efektif dan adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah
berkembangnya kaderisasi kepemimpinan yang menjadi kewenanangan daerah otonomi dan
bertanggungjawab karena proses pengambilan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
keputusan tersebar di pusat-pusat kekuasaan di Tujuan dan manfaat penelitian dapat
seluruh daerah; (5) Segi budaya, Desentralisasi dijadikan dasar pengambil kebijakan dalam rangka
diselenggarakan agar perhatian dapat sepenuhnya pelaks anaan atau daerah yang dapat
di berikan kepada kekhususan-kekhususan yang mensejahterakan masyarakat serta membangun
terdapat di daerah, sehingga keanekaragaman kerjasama antar daerah di Indonesia. Kemudian
budaya dapat terpelihara dan s ek aligus diharapkan dapat bermanfaat secara khusus
didayagunakan sebagai modal yang mendorong memberikan informasi baru kepada pengamat dan
kemajuan pembangunan dalam bidang-bidang pengajar di bidang hukum pemerintahan daerah
lainnya; (6) Segi kepentingan pembangunan lebih khusus mengenai otonomi daerah, serta
ekonomi, karena pemerintahan daerah dianggap memberikan masukan kepada pemerintahan
lebih bany ak tahu dan secara langs ung melalui Dewan Perwakilan Republik Indonesia,
berhubungan kepentingan di daerah, maka dengan mengenai format otonomi daerah yang dapat
kebijakan Desentralisasi, pembangunan ekonomi mensejahterakan rakyat serta membangun
dapat terlaksana dengan lebih cepat dan dengan kerjasama dan menemukan teori baru berkaitan
ongkos yang lebih murah. dengan format otonomi daerah yang dapat
Pada prinsipnya penyelenggaraan mensejahterakan masyarakat dan membangun
pemerintahan dalam rangka Desentralisasi dan kerjasama daerah.
otonomi daerah adalah untuk meningkatkan Keutamaan dalam penelitian ini terletak
kesej aht eraan masyarakat , karena dalam pada pelaksanaan otonomi di daerah yang ada
pelaksanaan otonomi daerah dan Desentralisasi di Indonesia berdasarkan asas Desentralisasi,
t elah diberikan ruang yang cukup unt uk asas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
melaksanakan kerjasama antar daerah yang apakah s udah berjalan m ak sim al dengan
didasarkan pada prinsip efisiensi dan efektifitas. memperhatikan kesejahteraan masyarakat di
Pengelolaan kerjasama antar daerah tersebut daerahnya serta apakah dengan adanya otonomi
dapat dilaksanakan oleh badan pengelola yang da erah jug a m enin gk at k an k er jas a m a
pengaturannya dan pembentukannya dapat pembangunan antar daerah dalam kerangka
diatur dengan keputusan bersama antar daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
Pemerintah Pusat dapat menyediakan pelayanan melihat itu semua perlu adanya pengkajian
publik apabila daerah belum/tidak melakukan m engenai o to no m i daerah, k es ejahteraan
kerjasama antar daerah. Kerjasama akan terjadi masyarakat dan kerjasama pembangunan daerah
ketika pihak yang bekerjasama mendapatkan di Indonesia, sehingga tujuan penelitian dan
keuntungan dari kerjasama tersebut (simbiose manfaatnya dapat tercapai.
mutualisme) atau paling tidak ada pihak yang Pe m aha m an as a s D es en tra lis a s i
diuntungkan tapi tidak ada pihak yang dirugikan di k la s if ik as ik a n ( 1 ) s eb aga i pe ny e rah an
(simbiose komensalisme). Karena itu, bentuk k ekuas aan dan k ew enangan, (2 ) s ebagai

42 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 39-46

pelimpahan kekuasaan dan kewenangan, (3) pemerintah yang efektif, efisien, membangun
sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, demokrasi lokal, dan menghargai keragaman
dan pemberian kekuasaan dan kewenangan, (4) lo k al y ang tu juan ak h irny a m enci ptak an
sebagai sarana dalam pembagian pembentukan kesejahteraan rakyat (Sutoro: disampaikan
daerah pemerintahan (Agussalim Andi Gadjong, dalam Disk usi Publik “Suara Dari Daerah:
2 0 0 7 : 7 9 ). M e nurut B agi r M an an ba hw a M e ndek atk an N egar a p ada Pem enuh an
Desentralisasi dilihat dari hubungan pusat dan Kebutuhan Dasar Warga” Kerjasama Perkumpulan
daerah tidak boleh mengurangi hak-hak rakyat Prakarsa dan YAPPIKA, Jakarta 11 Oktober
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan 200 6). Dalam asas Desentralisasi ini bagi
daerahnya, tidak boleh mengurangi hak rakyat pemerintah daerah diberikan ruang untuk
daerah untuk berinisiatif atau berprakarsa dalam melaksanakan kerjasama antar daerah yang
hubungan antar pusat dengan daerah dan antar diatur dalam keputusan bersama.
daerah dengan daerah dapat berbeda, kemudian
hubungan antara pusat dan daerah dalam rangka Konstruksi Konsepsional Otonomi
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial Daerah sebagai Salah Satu Instrumen
di daerah. (Bagir Manan, 1990). Peningkatan Laju Pertumbuhan
Konsep Desentralisasi secara umum dapat Kesejahteraan Masyarakat di Indonesia
dikategorikan dua perspektif yaitu Political And
Adminstrative Desentralitation Perspectives Konsep Otonomi Daerah diberlakukan sejak
(P ers p ek ti f D es en tral is as i P o lit ik d an awal Kemerdekaan dan pada masa kolonial
Desentralisasi Administratif ) (Samsudin Haris, Belanda. Pembahasan dalam penelitian ini
2006: 68). Asas Desentralisasi sebenarnya masih berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22
melekat pada pemerintah pusat oleh karena itu Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
asas Desentralisasi bukan merupakan suatu 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
sistem yang berdiri sendiri melainkan rangkaian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
dari sistem yang sudah terbangun sebelumnya menganut prinsip otonomi daerah yang luas, nyata,
yaitu “sentralisasi”, menurut Herbert H, Werline dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan
bahwa sesungguhnya Desentralisasi tidak akan mengurus kepentingan masyarakat menurut
terjadi tanpa sentralistik, dengan demikian prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
sentralisitik ini merupakan titik awal lahir Adapun Prinsip-prinsip yang dianut dalam Undang-
Desentralisasi (Titik Tri Wulan, 2006: 186). Undang N omo r 22 Tahun 19 99 : (1 )
Penerapan asas Desentralisasi menurut Penyelenggaraan menitikberatkan pada aspek
Bagir Manan bersifat kepegawaian (ambtelijk) demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan
un tuk m el anca rk an pe ny el eng gara an keanekaragaman daerah; (2) Berdasarkan pada
pemerintahan sentral di daerah (Titik Tri Wulan, otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab; (3)
2006:186). Dalam Pasal 1 ayat (8) Undang- Diletakkan otonominya pada daerah kabupaten dan
Un dang N o m o r 3 2 Tahun 2 0 0 4 Tenta ng daerah kota; (4) Berdasarkan pada konstitusi; (5)
Pemerintahan Daerah bahwa Dekonsentrasi Meningkatkan kemandirian daerah otonom tidak
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh ada wilayah administratif dalam daerah kabupaten
pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil dan daerah kota; (6) Lebih meningkatk an
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di peran dan fungsi Badan Legislatif Daerah; (7) Asas
wilayahnya [Undang-Undang Nomor 32 Tahun Dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi
2004, Pasal 1 ayat (8)]. dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi
Pe lak s ana an as as De k o n s ent ras i, untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang
merupakan asas dalam sistem penyelenggaraan dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintahan tidak semuanya urusan pemerintah pemerintah; (8) Pelak sanaan asas Tugas
pusat diserahkan kepada pemerintah daerah Pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari
menurut asas Desentralisasi tapi ada urusan yang pemerintah k epada daerah, tapi juga dari
tidak diserahkan sebagaimana yang diatur dalam pemerintah dan daerah kepada desa.
Pasal 10 ayat (2), (3) bahwa tugas pembantuan Penerapan Undang-Undang yang berkaitan
(medebewind) yang menjadi urusan pemerintah dengan otonomi daerah dalam implementainya
pusat yang tidak diberikan adalah (a) politik termasuk Undang-Undang No.2 Tahun 1999,
luar negeri, (b) pertahanan, (c) keamanan, (d) terdapat permasalahan dalam pembangunan
yustisi, (e) moneter dan fiskal, (f) agama, dengan nasional Indonesia yang tidak dapat dihindari
demikian telah jelas asas penyelenggaraan adanya jurang antara sikaya dan si miskin sehingga
pemerintahan daerah dalam pelaksanaannya kesejahteraan yang diharapkan tidak dapat
m e nggu nak a n a s as o to n o m i dan tug as tercapai, hal ini karena akibat terbatasnya
pembantuan, dengan demikian secara teoritis peraturan pelaksanaan sebagai juklak dan juknis
tujuan dari Desentralisasi untuk menciptakan serta akibat asas-asas otonomi daerah di abaikan

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 43


AHMAD SUKARTI. Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan Peningkatan ..

dapat menghambat usaha pembangunan di daerah Aspek Sosial Budaya, nilai-nilai yang
(Lihat CFG. Sunaryati Hartono, 1998: 76-79). terkandung dalam aspek sosial budaya ini yang
Regulasi y ang mengatur tata beranekaragam di daerah sebagai suku bangsa
penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini merupakan suatu nilai yang sangat penting bagi
sebagai hukum positif (J.B. Dalio, 2001: 7) adalah ek sistensi daerah, bahwa dengan adanya
UU Nomor 32 Tahun 2004 juncto UU Nomor 3 pengakuan dari pemerintahan pusat maka daerah
Tahun 2005 juncto UU Nomor 8 Tahun 2005 juncto akan merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa
UU Nomor 8 Tahun 2008 tentang Perubahan atas lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh dalam
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. upaya mempersatukan bangsa dan negara yang
Pelaksanaan otono mi daerah sangat pada akhirny a nilai budaya lok al dengan
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor kemampuan keanekaragamannya akan memperkaya khasanah
si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, budaya nasional.
ketersediaan alat dan bahan, faktor potensi dan Aspek Pertahanan dan Keamanan, otonomi
geografi, dan kemampuan dalam berorganisasi. dengan k ew enang- kewenanganny a dapat
Secara garis besarnya, pelaksanaan otonomi daerah memantapkan kondisi ketahanan daerah dalam
ini hanya meliputi pada prinsip demokrasi, keadilan, kerangka ketahanan nasional akan menumbuhkan
pemerataan dan keanekaragaman, sedangkan untuk kepercayaan daerah terhadap pusat yang dapat
politik luar negeri, pertahanan keam anan, mengeliminir gerakan separatis yang ingin
peradilan, moneter, fiskal dan agama kewenangan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
urusan pemerintah yang tidak diberikan ke daerah Indonesia.
(Josef Riwu Kaho, 2003: 65). Prospek otonomi ke Memerhatikan pendekatan aspek-aspek
depan dapat dilakukan dengan beberapa tersebut diatas, secara ideal kebijakan otonomi
pendekatan yaitu dari aspek ideologi, politik, sosial daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat
budaya dan pertahanan keamanan. da lam pem erin tah an d i d aera h d i m a s a
Aspek Ideologi, mengandung falsafah mendatang dalam menghadapi segala tantangan
bangsa yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
dan dasar negara, mengandung nilai- nilai be rban gs a dan ber nega ra. Pem bagi an
pengakuan pada Ketuhanan, Persatuan dan kewenangan dalam sistem pemerintahan otonomi
Kesatuan terhadap hak asasi manusia, demokrasi, daerah perlu kejelasan karena akan menyangkut
keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh dengan pembagian wilayah yang diikuti dengan
masyarakat, nilai-nilai ini dalam penyelenggaraan kewenangan-kewenangan kontekstualnya dengan
pemerintahan daerah (otonomi daerah) dapat geo grafi dan potensi-potensi daerah y ang
diterima dalam k ehidupan berbangsa dan berbeda-beda setiap provinsi, kabupaten, kota
bernegara. dan desa. Untuk mewujudkannya ada beberapa
Aspek Politik, adanya pemberian otonomi kriteria meliputi: (1) Ek sternalitas , adalah
dan kewenangan kepada daerah merupakan suatu pendekatan dalam budaya urusan pemerintah
wujud pengakuan dan kepercayaan dari pusat secara komprehensif antara kewenangan daerah
kepada daerah, pengakuan dan kepercayaan ini yang diberikan otonomi dan Pemerintah Pusat
dapat menciptakan hubungan yang harmonis (pemerintahan pusat dan daerah otonomi) secara
antara pusat dan daerah serta memperkuat maksimal dan regional. (2) Akuntabilitas, adalah
persatuan dan kesatuan bangsa, setiap kebijakan pendekatan dalam berbagai pembagian urusan
otonomi ini daerah yang berkaitan dengan aspek pemerintahan secara internal yang langsung lebih
politik merupakan suatu upaya pendidikan politik de k at dam pak / ak i bat dar i ur us a n y a ng
rakyat yang dampaknya adanya peningkatan ditanganinya, sehingga masyarakat akan lebih
kehidupan politik di daerah. terjamin. (3) Efisiensi, pendekatan ini berkaitan
As pek Ek onom i, dalam tujuan dengan urusan mempertimbangkan tersedianya
pemberdayaan kapasitas daerah akan memberikan sumber daya (personil), dana, dan perwakilan
kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan untuk mendapatkan ketepatan, kepastian dan
dan meningkatkan perekonomian di daerah yang kecepatan hasil yang harus di capai dalam
berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan penyelenggaraan urusan tersebut antara daerah
kesejahteraan rakyat di daerah sesuai dengan otonomi dengan daerah otonomi serta antara
kondisi dan kemampuan serta kebutuhannya, daerah otonomi dengan daerah otonomi dalam
kemudian otonomi daerah sebagai instrumen kerjasama antar daerah yang berdaya guna dan
dalam penyelenggaran pemerintahannya dapat hasil daya gunanya dapat dirasakan manfaatnya
memberikan pelayanan secara maksimal kepada oleh masyarakat.
para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, regional,
Faktor-faktor yang Memengaruhi
nasional maupun internasional. Sebagaimana yang
Pelaksanaan Otonomi Daerah
dikemukakan Ade Maman Suherman dalam
tantangan Indonesia masa mendatang (2002:33) Pada umumnya f ak to r- faktor y ang

44 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 39-46

mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah kemampuan masy arak at untuk m em enuhi


adalah k em am puan k euangan (f inansial), kebutuhan pokok (basic needs); (2) Meningkatnya
kemampuan manajemen, kondisi sosial budaya rasa harga diri (self esteem) masyarakat sebagai
masyarakat dan karakteristik ekologis, Riwo Kaho manusia; dan (3) Meningkatnya kemampuan
mengidentifikasikan faktor-f ak to r yang masyarakat untuk memilih (freedom from servi-
berpengaruh dan sangat m enentukan tude).
penyelenggaraan otonomi daerah antara lain Menurut Surna (Akadun, tentang Revitalisasi
(Dharma Setyawan Salam, 2004:108): Forum Musrenbang sebagai wahana partisipasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan
(a) Sumber daya manusia dan kemampuan
aparatur serta partisipasi masyarakat; (b) daerah, Mimbar, Vol. XXVII, No. 2, Desember 2011)
Keuangan yang stabil terutama pendapatan asli bahwa pembangunan adalah kegiatan yang
daerah; (c) Peralatan yang lengkap; (d) Organisasi direncanakan dalam mengolah sumber daya alam
dan manajemen yang baik. dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan
iptek untuk kelangsungan hidup manusia.
Menurut Smith (Dharma Setyawan Salam, Kemudian menurut Siagian bahwa pemerintah
2004: 108) bahwa keberhasilan pelaksanaan dalam proses pembangunan sebagai Stabilisator,
otonomi daerah terletak pada fungsi atau tugas Inovator, Modernisator dalam pembangunan di
pemerintahan, kemampuan pemungutan pajak daerahnya.
daerah, bidang tugas administrasi, jumlah
pelimpahan wewenang, besarnya anggaran belanja, Format Ideal Kerjasama Pembangunan
wilayah, ketergantungan keuangan, dan personil. Antara Daerah di Indonesia Berdasarkan
Kemudian urusan yang dapat menjadi urusan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Rumah Tangga Daerah yang sifatnya telah melekat Landasan filosofi yang melatarbelakangi
dalam suatu daerah, yang dapat menumbuhkan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
partisipasi masyarakat, menyangkut kepentingan Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam
langsung masyarakat mengikut sertakan banyak penyusunan undang-undang tersebut sangat
sumber daya manusia, menambah penghasilan dipengaruhi oleh euforia demokrasi yang dipicu
daerah yang bersangkutan dan memerlukan oleh perubahan keadaan politik yang begitu cepat,
penanganan pengambilan keputusan negara (B. sehingga dalam upaya mengatur kebijakan
Hestu Cipto Handoyo, 1998; 7-8). Desentralisasi dan Otonomi Daerah kurang
sempurna, baik dalam menafsirkan isi dan
Keefektifan Strategi Pelaksanaan Otonomi substansi undang-undang tersebut, maupun pada
Daerah implementasinya di lapangan, muncul persoalan
Menurut Epstein, paling tidak ada empat yang kompleks dan multidimensional, terjadinya
kriteria untuk menguk ur keefektifan suatu kesimpangsiuran pemahaman dan pengkotak-
pemerintahan daerah (Dharma Setyawan Salam, kotakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
2004: 108) diantaranya: yang akan menimbulkan inef isiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, hubungan
(a) Kebutuhan masyarakat secara implisit dapat yang tidak serasi antara pemerintahan pusat,
dikontrol; (b) Adanya program layanan khusus
pemerintahan provinsi, pemerintahan kabupaten
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; (c)
Mengukur kualitas layanan pemerintahan daerah dan pemerintahan kota yang berakibat persatuan
terutama dengan ukuran kepuasan dan persepsi dan kesatuan bangsa melemah dan menimbulkan
masyarakat; (d) Pemberian pelayanan harus dapat disintegrasi bangsa.
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
ada di masyarakat. telah memberikan peluang kepada daerah untuk
Mengukur keberhasilan suatu pembangunan mengatur dan m engurus sendiri urus an
dari suatu pemerintahan tidak cukup dengan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
menggunakan tolok ukur ekonomi saja, apabila pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat
tidak dapat mengurangi kemiskinan, memperkecil terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
ketimpangan pendapatan serta menyediakan peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
lapangan kerja yang cukup bagi penduduknya, serta masyarakat serta peningkatan daya saing
melainkan harus di dukung oleh indikator-indikator daerah melalui kerjasama antar pemerintah daerah
sosial (non ekonomi) antara lain seperti tingkat dengan pihak ketiga saling menguntungkan.
mengerti huruf, tingkat pendidikan, kualitas Pada Pasal 195 Undang-Undang Nomor 32
pelayanan kesehatan, kecukupan akan kebutuhan Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: (1)
perumahan. Adapun menurut Todaro, yang bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dimaksud dengan keberhasilan pembangunan rakyat, daerah dapat mengadakan kerjasama
ekonomi paling tidak ada 3 (tiga) indentifikasi yang dengan daerah lain y ang didasarkan pada
dapat dilihat, yaitu: (1) B erkembangny a pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 45


AHMAD SUKARTI. Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan Kesejahteraan dan Peningkatan ..

publik, sinergi dan saling menguntungkan; (2) Daftar Pustaka


bahwa kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat
Ade Maman Suherman, (2002). Aspek Hukum
(1) dapat diwujudkan dalam bentuk badan
Dalam Ekonomi Global. Ghalia Indonesia,
kerjasama antar daerah yang diatur dengan
cetakan I, Jakarta.
keputusan bersama; (3) Dalam penyediaan
pelayanan publik, daerah dapat bekerjasama Agussalim Andi Gadjong, (2007). Pemerintahan
dengan pihak ketiga; (4) Kerjasama sebagaimana Daerah, Kajian Politik dan Hukum (Analisis
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) membebani Perundang-undangan Pemerintah Daerah dan
masyarakat dan harus mendapat persetujuan DPRD. Otonomi Daerah Semenjak Tahun 1945 sampai
Pada konteks yuridis, amanat Undang- dengan 2004). Ghalia Indonesia, Cetakan I,
Undang Nomor 32 Tahun 2004 ditindaklanjuti Ciawi Bogor.
pengaturannya dengan Peraturan Pemerintah Bagir Manan, (1990). Hubungan Antara Pusat dan
Nom or 5 0 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Daerah Berdasarkan Azas Desentralisasi
Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan secara empiris Menurut UUD 1945. Diesertasi, UNPAD,
telah cukup banyak daerah yang melakukan dan Bandung.
melaksanakan kerjasama ini, termasuk kerjasam B. Hestu Cipto Handoyo, (1998). Otonomi Daerah,
dengan luar negeri yang telah diatur terlebih dahulu titik berat otonomi dan Urusan Rumah Tangga
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Daerah. cetakan pertama, Penerbit Irma Jaya,
Tentang Perjanjian Internasional. Sebagaimana Yogyakarta.
dikemukakan Ade Maman Suherman dalam rangka
Bambang Sunggono, (2009). Metodologi Penelitian
Indonesia melakukan kerjasama internasional
Hukum. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
dalam bidang ekonomi (2002: 33).
C.F.G. Sumaryati Hartono, (1998). Hukum Ekonomi
Simpulan dan Saran Pembangunan Indonesia. Cetakan Kedua, Bina
Cipta, Bandung.
Otonomi daerah dapat menjadi salah satu
Dharma Setyawan Salam, (2004). Otonomi Daerah
instrumen dalam peningkatan lajuny a
Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di Indo-
Daya. Cetakan Dua, Djambatan, Bandung.
nesia, apabila pembangunan di daerah mengacu
pada potensi daerah atau geo graf is , tata J.B. Dalio, (2001). Pengantar Hukum Indonesia.
pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan PT. Prenhallindo, Jakarta.
birokrasi, pemerintahan itu sendiri, dengan Josef Riwu Kaho, (2003). Prospek Otonomi di In-
melaksanakan prinsip standar pelayanan minimal donesia. Fisipol UGM, Yogyakarta.
yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang Samsudin Haris, (2006). Membangun Format Baru
menjamin peningkatan mutu pelayanan masyarakat Otonomi Daerah. Cetakan Satu, Jakarta LIPI
secara merata sehingga kesejahteraan masyarakat Press.
menjadi semakin baik, pengembangan kehidupan
Soehino, (2000). Ilmu Negara.Penerbit Liberty,
demo kras i, k eadilan, pem erataan serta
Yogyakarta.
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat
dan daerah serta antara daerah dengan daerah Soeryono Soekanto, (1986). Pengantar Penelitian
dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Hukum. UI Press, Cetakan ketiga, Jakarta.
Republik Indonesia. Titik Tri Wulantutik, (2006). Pokok-Pokok Hukum
Format ideal kerjasama pembangunan antara Tata Negara. Cetakan Satu, Prestasi Pustaka,
daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Jakarta.
No mo r 32 tahun 2 00 4 didasark an pada Zainuddin Ali, (2009). Metode Penelitian Hukum.
pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan Sinar Grafika, Jakarta.
publik, sinergi dan saling menguntungkan dalam
bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
dengan keputusan bersama tanpa membebani Pasca Amandemen.
masyarakat dan harus mendapatkan persetujuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik In-
DPRD, aturan yang ideal harus mengacu pada donesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
budaya, s ubs tansi, struk tur, dengan tidak Pemerintahan Daerah.
menghilangkan makna kebangsaan. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik
Setiap daerah harus memiliki peraturan Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata
daerah yang mengatur mengenai kerjasama Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
pembangunan antar daerah sebagai landasan norma
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik
dalam melaksanakan kerjasama antar daerah. Selain
Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 tentang
kerjasama pembangunan antar daerah juga, dapat
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
dirintis kerjasama daerah dengan luar negeri.

46 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

Anda mungkin juga menyukai