AHMAD SURKATI
Fakultas Hukum, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta KM 4 Pakupatan Serang, Banten
email: achmad.surkati@yahoo.com
sejumlah urusan pemerintahan dari Pemerintah kerjasama itu juga dipengaruhi keunggulan
Pusat atau Pemerintah Daerah yang lebih tinggi k o m par ati f ( k epe m il ik an s u m be r) d an
kepada Pemerintah Daerah tingkat yang lebih keunggulan kompetitif (efisiensi).
rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga Kerjasama akan saling menguntungkan
daerah tersebut, sedangkan asas Dekonsentrasi jika terjadi kesesuaian pada kedua keunggulan
adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah te rs eb ut a nta r pi hak y ang be k erj as am a.
Pusat kepada kepala wilayah atau kepala instansi Se bali k ny a s i f at s al ing m en gga ntik an
vertikal tingkat yang lebih tinggi kepada pejabat- (subtitution) memunculkan persaingan (compe-
pejabatnya di daerah. titi o n) a nta r p iha k , s ehi ngg a b ent uk
Kebijakan penerapan asas Desentralisasi dan k e rjas am an y a adal ah s pes iali s as i y a ng
Deko ns entras i ada beberapa tujuan dan merupakan kesepakatan antar pihak. Dalam pasal
manfaatnya, yaitu: (1) Segi hakekatnya, 2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007
Desentralisasi dapat mencegah terjadinya Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
penumpukan (consentration of power) dan Daerah antara lain: kerjasama daerah dilakukan
pemusatan kekuasaan (centralized of power) dapat dengan prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi,
menimbulkan tirani; (2) Segi politik, Desentralisasi saling menguntungkan, kesepakatan bersama,
merupakan wahana untuk pendemokratisasian itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional
kegiatan pem erintahan; (3 ) Segi tek nis dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
organisatoris, Desentralisasi dapat menciptakan Indonesia, kesamaan, kedudukan, transparansi,
pemerintahan yang lebih efektif dan efisien; (4) keadilan dan kepastian hukum, sedangkan pasal
Segi sosial, Desentralisasi dapat membuka peluang 4 mengatur tentang objek kerjasama daerah
partisipasi dari bawah yang lebih efektif dan adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah
berkembangnya kaderisasi kepemimpinan yang menjadi kewenanangan daerah otonomi dan
bertanggungjawab karena proses pengambilan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
keputusan tersebar di pusat-pusat kekuasaan di Tujuan dan manfaat penelitian dapat
seluruh daerah; (5) Segi budaya, Desentralisasi dijadikan dasar pengambil kebijakan dalam rangka
diselenggarakan agar perhatian dapat sepenuhnya pelaks anaan atau daerah yang dapat
di berikan kepada kekhususan-kekhususan yang mensejahterakan masyarakat serta membangun
terdapat di daerah, sehingga keanekaragaman kerjasama antar daerah di Indonesia. Kemudian
budaya dapat terpelihara dan s ek aligus diharapkan dapat bermanfaat secara khusus
didayagunakan sebagai modal yang mendorong memberikan informasi baru kepada pengamat dan
kemajuan pembangunan dalam bidang-bidang pengajar di bidang hukum pemerintahan daerah
lainnya; (6) Segi kepentingan pembangunan lebih khusus mengenai otonomi daerah, serta
ekonomi, karena pemerintahan daerah dianggap memberikan masukan kepada pemerintahan
lebih bany ak tahu dan secara langs ung melalui Dewan Perwakilan Republik Indonesia,
berhubungan kepentingan di daerah, maka dengan mengenai format otonomi daerah yang dapat
kebijakan Desentralisasi, pembangunan ekonomi mensejahterakan rakyat serta membangun
dapat terlaksana dengan lebih cepat dan dengan kerjasama dan menemukan teori baru berkaitan
ongkos yang lebih murah. dengan format otonomi daerah yang dapat
Pada prinsipnya penyelenggaraan mensejahterakan masyarakat dan membangun
pemerintahan dalam rangka Desentralisasi dan kerjasama daerah.
otonomi daerah adalah untuk meningkatkan Keutamaan dalam penelitian ini terletak
kesej aht eraan masyarakat , karena dalam pada pelaksanaan otonomi di daerah yang ada
pelaksanaan otonomi daerah dan Desentralisasi di Indonesia berdasarkan asas Desentralisasi,
t elah diberikan ruang yang cukup unt uk asas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
melaksanakan kerjasama antar daerah yang apakah s udah berjalan m ak sim al dengan
didasarkan pada prinsip efisiensi dan efektifitas. memperhatikan kesejahteraan masyarakat di
Pengelolaan kerjasama antar daerah tersebut daerahnya serta apakah dengan adanya otonomi
dapat dilaksanakan oleh badan pengelola yang da erah jug a m enin gk at k an k er jas a m a
pengaturannya dan pembentukannya dapat pembangunan antar daerah dalam kerangka
diatur dengan keputusan bersama antar daerah. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk
Pemerintah Pusat dapat menyediakan pelayanan melihat itu semua perlu adanya pengkajian
publik apabila daerah belum/tidak melakukan m engenai o to no m i daerah, k es ejahteraan
kerjasama antar daerah. Kerjasama akan terjadi masyarakat dan kerjasama pembangunan daerah
ketika pihak yang bekerjasama mendapatkan di Indonesia, sehingga tujuan penelitian dan
keuntungan dari kerjasama tersebut (simbiose manfaatnya dapat tercapai.
mutualisme) atau paling tidak ada pihak yang Pe m aha m an as a s D es en tra lis a s i
diuntungkan tapi tidak ada pihak yang dirugikan di k la s if ik as ik a n ( 1 ) s eb aga i pe ny e rah an
(simbiose komensalisme). Karena itu, bentuk k ekuas aan dan k ew enangan, (2 ) s ebagai
pelimpahan kekuasaan dan kewenangan, (3) pemerintah yang efektif, efisien, membangun
sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, demokrasi lokal, dan menghargai keragaman
dan pemberian kekuasaan dan kewenangan, (4) lo k al y ang tu juan ak h irny a m enci ptak an
sebagai sarana dalam pembagian pembentukan kesejahteraan rakyat (Sutoro: disampaikan
daerah pemerintahan (Agussalim Andi Gadjong, dalam Disk usi Publik “Suara Dari Daerah:
2 0 0 7 : 7 9 ). M e nurut B agi r M an an ba hw a M e ndek atk an N egar a p ada Pem enuh an
Desentralisasi dilihat dari hubungan pusat dan Kebutuhan Dasar Warga” Kerjasama Perkumpulan
daerah tidak boleh mengurangi hak-hak rakyat Prakarsa dan YAPPIKA, Jakarta 11 Oktober
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan 200 6). Dalam asas Desentralisasi ini bagi
daerahnya, tidak boleh mengurangi hak rakyat pemerintah daerah diberikan ruang untuk
daerah untuk berinisiatif atau berprakarsa dalam melaksanakan kerjasama antar daerah yang
hubungan antar pusat dengan daerah dan antar diatur dalam keputusan bersama.
daerah dengan daerah dapat berbeda, kemudian
hubungan antara pusat dan daerah dalam rangka Konstruksi Konsepsional Otonomi
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial Daerah sebagai Salah Satu Instrumen
di daerah. (Bagir Manan, 1990). Peningkatan Laju Pertumbuhan
Konsep Desentralisasi secara umum dapat Kesejahteraan Masyarakat di Indonesia
dikategorikan dua perspektif yaitu Political And
Adminstrative Desentralitation Perspectives Konsep Otonomi Daerah diberlakukan sejak
(P ers p ek ti f D es en tral is as i P o lit ik d an awal Kemerdekaan dan pada masa kolonial
Desentralisasi Administratif ) (Samsudin Haris, Belanda. Pembahasan dalam penelitian ini
2006: 68). Asas Desentralisasi sebenarnya masih berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22
melekat pada pemerintah pusat oleh karena itu Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
asas Desentralisasi bukan merupakan suatu 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
sistem yang berdiri sendiri melainkan rangkaian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
dari sistem yang sudah terbangun sebelumnya menganut prinsip otonomi daerah yang luas, nyata,
yaitu “sentralisasi”, menurut Herbert H, Werline dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan
bahwa sesungguhnya Desentralisasi tidak akan mengurus kepentingan masyarakat menurut
terjadi tanpa sentralistik, dengan demikian prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
sentralisitik ini merupakan titik awal lahir Adapun Prinsip-prinsip yang dianut dalam Undang-
Desentralisasi (Titik Tri Wulan, 2006: 186). Undang N omo r 22 Tahun 19 99 : (1 )
Penerapan asas Desentralisasi menurut Penyelenggaraan menitikberatkan pada aspek
Bagir Manan bersifat kepegawaian (ambtelijk) demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan
un tuk m el anca rk an pe ny el eng gara an keanekaragaman daerah; (2) Berdasarkan pada
pemerintahan sentral di daerah (Titik Tri Wulan, otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab; (3)
2006:186). Dalam Pasal 1 ayat (8) Undang- Diletakkan otonominya pada daerah kabupaten dan
Un dang N o m o r 3 2 Tahun 2 0 0 4 Tenta ng daerah kota; (4) Berdasarkan pada konstitusi; (5)
Pemerintahan Daerah bahwa Dekonsentrasi Meningkatkan kemandirian daerah otonom tidak
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh ada wilayah administratif dalam daerah kabupaten
pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil dan daerah kota; (6) Lebih meningkatk an
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di peran dan fungsi Badan Legislatif Daerah; (7) Asas
wilayahnya [Undang-Undang Nomor 32 Tahun Dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi
2004, Pasal 1 ayat (8)]. dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi
Pe lak s ana an as as De k o n s ent ras i, untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang
merupakan asas dalam sistem penyelenggaraan dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintahan tidak semuanya urusan pemerintah pemerintah; (8) Pelak sanaan asas Tugas
pusat diserahkan kepada pemerintah daerah Pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari
menurut asas Desentralisasi tapi ada urusan yang pemerintah k epada daerah, tapi juga dari
tidak diserahkan sebagaimana yang diatur dalam pemerintah dan daerah kepada desa.
Pasal 10 ayat (2), (3) bahwa tugas pembantuan Penerapan Undang-Undang yang berkaitan
(medebewind) yang menjadi urusan pemerintah dengan otonomi daerah dalam implementainya
pusat yang tidak diberikan adalah (a) politik termasuk Undang-Undang No.2 Tahun 1999,
luar negeri, (b) pertahanan, (c) keamanan, (d) terdapat permasalahan dalam pembangunan
yustisi, (e) moneter dan fiskal, (f) agama, dengan nasional Indonesia yang tidak dapat dihindari
demikian telah jelas asas penyelenggaraan adanya jurang antara sikaya dan si miskin sehingga
pemerintahan daerah dalam pelaksanaannya kesejahteraan yang diharapkan tidak dapat
m e nggu nak a n a s as o to n o m i dan tug as tercapai, hal ini karena akibat terbatasnya
pembantuan, dengan demikian secara teoritis peraturan pelaksanaan sebagai juklak dan juknis
tujuan dari Desentralisasi untuk menciptakan serta akibat asas-asas otonomi daerah di abaikan
dapat menghambat usaha pembangunan di daerah Aspek Sosial Budaya, nilai-nilai yang
(Lihat CFG. Sunaryati Hartono, 1998: 76-79). terkandung dalam aspek sosial budaya ini yang
Regulasi y ang mengatur tata beranekaragam di daerah sebagai suku bangsa
penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini merupakan suatu nilai yang sangat penting bagi
sebagai hukum positif (J.B. Dalio, 2001: 7) adalah ek sistensi daerah, bahwa dengan adanya
UU Nomor 32 Tahun 2004 juncto UU Nomor 3 pengakuan dari pemerintahan pusat maka daerah
Tahun 2005 juncto UU Nomor 8 Tahun 2005 juncto akan merasa setara dan sejajar dengan suku bangsa
UU Nomor 8 Tahun 2008 tentang Perubahan atas lainnya, hal ini akan sangat berpengaruh dalam
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. upaya mempersatukan bangsa dan negara yang
Pelaksanaan otono mi daerah sangat pada akhirny a nilai budaya lok al dengan
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor kemampuan keanekaragamannya akan memperkaya khasanah
si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, budaya nasional.
ketersediaan alat dan bahan, faktor potensi dan Aspek Pertahanan dan Keamanan, otonomi
geografi, dan kemampuan dalam berorganisasi. dengan k ew enang- kewenanganny a dapat
Secara garis besarnya, pelaksanaan otonomi daerah memantapkan kondisi ketahanan daerah dalam
ini hanya meliputi pada prinsip demokrasi, keadilan, kerangka ketahanan nasional akan menumbuhkan
pemerataan dan keanekaragaman, sedangkan untuk kepercayaan daerah terhadap pusat yang dapat
politik luar negeri, pertahanan keam anan, mengeliminir gerakan separatis yang ingin
peradilan, moneter, fiskal dan agama kewenangan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
urusan pemerintah yang tidak diberikan ke daerah Indonesia.
(Josef Riwu Kaho, 2003: 65). Prospek otonomi ke Memerhatikan pendekatan aspek-aspek
depan dapat dilakukan dengan beberapa tersebut diatas, secara ideal kebijakan otonomi
pendekatan yaitu dari aspek ideologi, politik, sosial daerah merupakan kebijakan yang sangat tepat
budaya dan pertahanan keamanan. da lam pem erin tah an d i d aera h d i m a s a
Aspek Ideologi, mengandung falsafah mendatang dalam menghadapi segala tantangan
bangsa yaitu Pancasila sebagai pandangan hidup penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
dan dasar negara, mengandung nilai- nilai be rban gs a dan ber nega ra. Pem bagi an
pengakuan pada Ketuhanan, Persatuan dan kewenangan dalam sistem pemerintahan otonomi
Kesatuan terhadap hak asasi manusia, demokrasi, daerah perlu kejelasan karena akan menyangkut
keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh dengan pembagian wilayah yang diikuti dengan
masyarakat, nilai-nilai ini dalam penyelenggaraan kewenangan-kewenangan kontekstualnya dengan
pemerintahan daerah (otonomi daerah) dapat geo grafi dan potensi-potensi daerah y ang
diterima dalam k ehidupan berbangsa dan berbeda-beda setiap provinsi, kabupaten, kota
bernegara. dan desa. Untuk mewujudkannya ada beberapa
Aspek Politik, adanya pemberian otonomi kriteria meliputi: (1) Ek sternalitas , adalah
dan kewenangan kepada daerah merupakan suatu pendekatan dalam budaya urusan pemerintah
wujud pengakuan dan kepercayaan dari pusat secara komprehensif antara kewenangan daerah
kepada daerah, pengakuan dan kepercayaan ini yang diberikan otonomi dan Pemerintah Pusat
dapat menciptakan hubungan yang harmonis (pemerintahan pusat dan daerah otonomi) secara
antara pusat dan daerah serta memperkuat maksimal dan regional. (2) Akuntabilitas, adalah
persatuan dan kesatuan bangsa, setiap kebijakan pendekatan dalam berbagai pembagian urusan
otonomi ini daerah yang berkaitan dengan aspek pemerintahan secara internal yang langsung lebih
politik merupakan suatu upaya pendidikan politik de k at dam pak / ak i bat dar i ur us a n y a ng
rakyat yang dampaknya adanya peningkatan ditanganinya, sehingga masyarakat akan lebih
kehidupan politik di daerah. terjamin. (3) Efisiensi, pendekatan ini berkaitan
As pek Ek onom i, dalam tujuan dengan urusan mempertimbangkan tersedianya
pemberdayaan kapasitas daerah akan memberikan sumber daya (personil), dana, dan perwakilan
kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan untuk mendapatkan ketepatan, kepastian dan
dan meningkatkan perekonomian di daerah yang kecepatan hasil yang harus di capai dalam
berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan penyelenggaraan urusan tersebut antara daerah
kesejahteraan rakyat di daerah sesuai dengan otonomi dengan daerah otonomi serta antara
kondisi dan kemampuan serta kebutuhannya, daerah otonomi dengan daerah otonomi dalam
kemudian otonomi daerah sebagai instrumen kerjasama antar daerah yang berdaya guna dan
dalam penyelenggaran pemerintahannya dapat hasil daya gunanya dapat dirasakan manfaatnya
memberikan pelayanan secara maksimal kepada oleh masyarakat.
para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, regional,
Faktor-faktor yang Memengaruhi
nasional maupun internasional. Sebagaimana yang
Pelaksanaan Otonomi Daerah
dikemukakan Ade Maman Suherman dalam
tantangan Indonesia masa mendatang (2002:33) Pada umumnya f ak to r- faktor y ang