Anda di halaman 1dari 139

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen : Drs. Darmono, M.T.

DISUSUN OLEH :

Arifa Permata Puri


NIM. 16505244028
Kelas C

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

1. Konsep Dasar Manajemen


2. Model dan Ruang Lingkup Manajemem Pendidikan
3. Perkembangan Teori Manajemen
4. Perencanaan Pendidikan
5. Analisis SWOT
6. Pengorganisasian
7. Budaya dan Iklim Sekolah
8. Kepemimpinan
9. Manajemen Berbasis Sekolah
10. ISO dan Implementasinya di Sekolah
BAB 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN

A. TUJUAN DASAR PEMBELAJARAN


1. Untuk mengetahuai pengertian & batasan manajemen
2. Untuk mengetahuai manajemen sebagai ilmu dan seni
3. Untuk mengetahuai manajemen sebagai profesi
4. Untuk mengetahuai pentingnya tujuan dan manfaat dalam
manajemen

B. KAJIAN DAN KONSEP DASAR MANAJEMEN


Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Istilah Manajemen (manajemen) telah diartikan oleh berbagai pihak
dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan,
pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimipinan, pemimpin, ketata
pengurusan, administrasi, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya ada
beberapa definisi atau pengertian dari Manajemen, yaitu sebagai
berikut: John D. Millett membatasasi manajemen menjadi:
”manajemen is the proceess of directing and facilitating the work of
people organized in formal groups to achive a desired goal (adalah
suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang
yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan”
(dalam Siswanto, 2005:1)
Definisi lainnya dari manajemen adalah seperti yang diuraikan
oleh G.R. Terry. Menurutnya manajemen adalah: “manajemen is
distinict process consisting of planing, organizing, actuating and
controlling performed to determine and accomplish stated objectives
by the use of human being and other resources (manajemen adalah
suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya)”. (dalam
Hasibuan, 2005:2).
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnel, ahli lainnya mengartikan
manajemen sebagai berikut: “ manajemen is getting things done
through people. In bringing about this coordinating of group activity,
the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and
control the activities other people(manajemen adalah usaha mencapai
suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajer mengadakan koordinasi atas sjumlah aktivitas orang lain
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian).” (dalam Hasibuan, 2005:2).
Mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang
mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan dan
lain sebagainya. Pengertian manajemen dapat dilihat dari tiga
pengertian.
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni

Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen


sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
 Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
 Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan
melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang
dilakukan individu untuk mencapai tujuan
 Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan
dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut
dengan Manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap
terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen
disebut Manajer.
Menurut Stoner dan Wankel bahwa proses adalah cara sistematis
untuk untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam batasan
manajemen di atas prosesnya meliputi:
 Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan;
 Pengorganisasian, yaitu mengkoordinasikan sumber daya manusia
serta sumber daya lainnya yang dibutuhkan.
 Kepemimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik
mungkin.
 Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak
dan jika tidak tercapai dilakukan tindakan perbaikan. (dalam
Siswanto, 2005:2)

Ahli lain, Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, memberikan


batasan manajemen sebagai berikut : “manajemen as working with
and through individuals and groups to accomplish organizational
goals (manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan
bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi”.
(dalam Siswanto, 2005:2).
Hersey dan Blanchard lebih menekankan pada definisi tersebut
tidaklah dimaksudkan hanya untuk satu jenis organisasi saja, tetapi
dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi tempat individu dan
kelompok tersebut menggabungkan diri untuk mewujudkan tujuan
bersama. Selain beberapa definisi di atas, ada beberapa definisi lain
tentang manajemen dari para ahli, yaitu: Menurut Drs. Malayu S.P.
Hasibuan definisi manajemen adalah: “ ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu”(dalam Hasibuan, 2005:2)

2. Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni


Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa
disebut demikian, sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan.
manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu
teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-
gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang diujudkan dalam bentuk suatu teori.

Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang


bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kkerja sama
dengan orang lain, nah bagaimana cara memerintahkan pada
orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah managing (mengatur ) untuk
mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain
memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana


aktivitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari
manajemen. Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu dan seni
dari :
 Chaster I Bernard dalam bukunya yang berjudul The function of
the executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry
Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan Geroge R.
Terry.
 Marry Parker Follett menyatakan bahwa manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Konsep
Dasar Manajemen.

Dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen


yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.

3. Manajemen Sebagai Suatu Profesi


Manajemen diartikan profesi karena manajemen membutuhkan
keahlian tertentu dalam mencapai tujuan.

Manajemen menurut parker (stoner dan freeman2000) ialah seni


melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things
done through poeple).
Dalam jaman modern ini semua jenis kegiatan selalu harus
dimanajemeni, dalam arti aturan yang jelas, dan sekarang boleh
dikata bahwa bidang manajemen sudah merupakan suatu profesi
bagi ahlinya. Mengapa demikian karena dalam kegiatan apapun
pekerjaan harus dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga
diperoleh masukan atau input yang besar.
Edgar H Schein dalam bukunya yang berjudul organization
socialization and the profession of Manajemen menguraikan
karakteristik atau criteria-kriteria sesuatu bisa dijadikan suatu profesi
yaitu :
1. Para professional membuat keputusan atas dasar prinsip-
prinsip umum yang berlaku dalam situasi dan lingkungan, hal ini
banyak ditunjang dengan banyaknya pendidikan-pendidikan yang
tujuannya mendidik siswanya menjadi seorang professional.
Misalnya Akademi Pendidikan Profesi Manajemen, kursus-kursus
dan program-program latihan dan lain sebagainya.
2. Para profesioal memperoleh status dengan cara mencapai
suatu standar prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada
keturunan, favoritas, suku bangsa, agama dam criteria-kriteria
lainnya.
Para professional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat.

4. Pentingnya tujuan dalam Manajemen


Setiap kegiatan yang dilakukan manusia diharapkan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan seperti kita ketahui tujuan dalam manajemen
sangat penting karena tujuan tersebut dapat :
a. Terwujudnya suasana kerjas yang aktif, inofatif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna bagi para karyawan atau anggota
b. Terciptanya karyawan atau anggota yang aktif mengemangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
Negara.
c. Terpenuhinya salah satu dari 4 (empat) kopetensi bekerja para
anggota serta tertunjngnya kopetensi manajerial para atasan dan
anggota sebagai manajer.
d. Tercapainya tujuan yang lebih efektif dan efisien dalam sebuah
organisasi.
e. Terbekalinya tenaga profesional dengan teori tentang proses dan
tugas administrasi kepemimpinan (tertunjangnya profesi sebagai
manajer atau konsultan manajemen).
f. Teratasinya masalah mutu pekerjaan karena 80% adalah mutu para
pekerja disebakan karena manajemen.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dipahami bahwa manajemen


memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
sejak awal.

C. PEMBAHASAN
Dari pemikiran-pemikiran para ahli tersebut, menurut penulis
manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada
dalam organisasi dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen
(Planing, Organizing, Actuating, Controling) agar organisasi dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Dari pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan
yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada dan menggunakan fungsi-fungi manajemen agar
tercapainya tujuan secara efektif dan efisien.
Pembagian manajemen adalah Manajemen Puncak, Manajemen
Menengah (Middle Management), Manajemen Pelaksana. Sedangkan
tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain sebagai berikut (a)
terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (b) terciptanya peserta didik
yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara; (c) terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga
pendidik dan kependidikan; (d) tercapainya tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien; (e) terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori
tentang proses dan tugas administrasi pendidikan; (f) Teratasinya
masalah mutu pendidikan.
D. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa :
1) Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Istilah Managment (manajemen) telah diartikan oleh berbagai
pihak dengan perspektif yang berbeda.
2) Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut
demikian, sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan.
Managment sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu
teori.
3) Manajemen diartikan profesi karena manajemen membutuhkan
keahlian tertentu dalam mencapai tujuan. Manajemen menurut
parker (stoner dan freeman 2000) ialah seni melaksanakan
pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things done
through poeple)
4) Tujuan dalam manajemen sangat penting karena tujuan tersebut
dapat : Terwujudnya suasana kerjas yang aktif, inofatif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan bermakna bagi para karyawan atau
anggota, Terciptanya karyawan atau anggota yang aktif
mengemangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, ahlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan Negara.

E. DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, 2005. Dasar-dasar manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
http://Manajemen menentukan keberhasilan// Written by Mr.Ndy on
February 17, 2009 – 9:05 pm
Silalahi, 1996, Pengantar manajemen , teori dan praktek Jakarta : Rineka
Cipta
Siswanto, HB.Dr. 2007. Pengantar manajemen¸ Jakarta : Bumi Aksara
BAB 2
MODEL DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. TUJUAN
1. Mengetahui ruang lingkup manajemen pendidikan
2. Mengetahui model-model manajemen pendidikan

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Menurut Fattah (2012: 123) manajemen pendidikan pada dasarnya
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui pengolahan
bidang-bidang pendidikan. Bidang garapan manajemen pendidikan
meliputi semua kegiatan yang menjadi saran penunjang proses belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Menurut Baharuddin (2010: 55) ruang lingkup manajemen
pendidikan antara lain sebagai berikut :

1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen kurikulum
merupakan sistem pengelolaan atau penataan terhadap kurikulum
secara kooperatif, komperhensif, sistemik dan sistematik yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum atau tujuan pendidikan.
Kegiatan manajemen kurikulum yang terpenting adalah (a)
kegiatan yang erat kaitannya dengan tugas guru; dan (b) kegiatan
yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran dan pengajaran
(Asmendri, 2012: 32).
2. Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah serangkaian proses kerja sama
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan dalam bidang personalia dengan mendayagunakan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga semua
personil sekolah menyumbang secara optimal bagi pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Personalia sekolah meliputi guru, dan pegawai lainnya.
Personalia sekolah dapat dibedakan atas tenaga kependidikan dan
non kependidikan a) tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan
pengembang di bidang pendidikan pustakawan, laboran, teknisi
sumber belajar, dan pengajar; b) tenaga pendidik terdiri atas
pembimbing, pengajar dan pelatih; dan c) pengelola satuan
pendidikan terdiri atas Kepala Sekolah, direktur, ketua, rektor, dan
pemimpin satuan pendidikan luar sekolah.

3. Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik merupakan upaya penataan peserta
didik mulai dari masuk sampai dengan mereka lulus sekolah, dengan
cara memberikan layanan sebaik mungkin pada peserta didik
(Baharuddin, 2010: 67). Tujuan manajemen peserta didik adalah
mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut
menunjang proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lancar,
tertib dan teratur serta dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan yang ditetapkan. Fungsi manajemen peserta didik adalah
sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik dari segi individualitas, sosial, aspirasi,
kebutuhan atau potensinya.

4. Manajemen Sarana dan Prasarana


Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan
bagaimana mengatur dan mengelola sarana dan prasarana
pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Secara umum, proses kegiatan manajemen
sarana dan prasarana meliputi perencanaan, pengadaan,
pengawasan, penyimpanan inventarisasi, penghapusan dan
penataan. Proses ini penting dilakukan agar pengadaan sarana dan
prasarana tepat sasaran dan efektif dalam penggunaannya.

5. Manajemen Keuangan/Pembiayaan
Manajemen keuangan/pembiayaan adalah serangkaian kegiatan
perencanaan, melaksanakan dan mengavaluasi serta
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan
kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2005: 47).
Pengelolaan keuangan yang baik dalam lembaga akan meningkatkan
efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan tersedianya biaya,
pencapaian tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan
relevan memungkinkan kebutuhan akan segera terwujud.
Adapun sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu
sekolah/madrasah, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian yaitu a) pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, yang bersifat umum atau khusus dan
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; b) orang tua atau peserta
didik; dan c) masyarakat baik mengikat maupun tidak.

6. Manajemen Administrasi
Administarsi secara etimologis berasal dari bahasa latin terdiri
dari kata “ad dan “ministrate. Kata-kata tersebut dalam Bahasa
Inggris memiliki arti yang sama “ad = to”, “administrate = to serve/to
conduct”, yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan
(Purwanto, 2006: 1).
Administrasi dalam perspektif manajemen dipandang mempunyai
peran penting sebagai “prevoyange” atau kemampuan melihat masa
depan. Hal ini berarti administrasi dinilai mampu melihat keadaan
masa yang akan datang dan mempunyai kesiapan untuk
menghadapinya. Wujud dari hubungan administrasi dengan
manajemen pendidikan tampak pada aktivitas kepala sekolah sebagai
pembuat keputusan dan penanggung jawab penuh atas
keputusan/kebijakan yang dibuatnya. Purwanto (2006)
mengklasifikasikan administrasi pendidikan kedalam beberapa bagian
yaitu a) administrasi tata laksana sekolah; b) administrasi personalia
guru dan pegawai sekolah; c) administrasi peserta didik; d)
administrasi supervisi pengajaran; e) administrasi pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum; f) administrasi pendirian dan perencanaan
infrastruktur sekolah; dan g) hubungan sekolah dengan masyarakat.

7. Manajemen Humas
Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk
menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy
dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian
dan dukungan masyarakat (Hassbullah, 2006: 124). Kegiatan
kehumasan di sekolah tidak hanya cukup menginformasikan fakta-
fakta tertentu dari sekolah, melainkan juga harus mengemukakan
beberapa hal di antaranya (Baharuddin, 2010: 90) a) melaporkan
tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang
masalah pendidikan; b) membantu Kepala Sekolah bagaimana usaha
untuk memperoleh bantuan dan kerja sama; c) menyusun rencana
bagaimana cara-cara memperoleh bantuan; dan d) membantu
pemimpin karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak yang memerlukannya
(Asmendri, 2012: 96). Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut,
Humas yang efisien harus memerhatikan asas-asas berikut :
a) Obyektif dan resmi, informasi yang dikeluarkan tidak boleh
bertentangan dengan dengan kebijaksanaan yang dijalankan.
Pemberitaan yang disampaikan harus merupaka suara resmi dari
instansi atau lembaga yang bersangkutan;
b) Organisasi yang tertib dan disiplin, humas akan berfungsi bilamana
tugas-tugas organisasi berjalan lancar dan efektif serta memiliki
hubungan keluar dan kedalam yang efektif pula;
c) Informasi harus bersifat mendorong timbulnya keinginan untuk ikut
berpartisipasi atau ikut memberikan dukungan secara wajar pada
masyarakat;
d) Kontinuitas, informasi humas harus berusaha agar masyarakat
memperoleh informasi secara kontiniu sesuai dengan kebutuhan; dan
e) Respon yang timbul dikalangan masyarakat merupakan umpan
balik dari informasi yang disampaikan harus mendapat perhatian
sepenuhnya.

8. Manajemen Layanan Khusus


Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung
berkenaan dengan proses belajar mengajar di kelas, tetapi secara
khusus diberikan oleh pihak sekolah kepada para siswanya agar
mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses belajar (Asmendri,
2012: 108). Jenis layanan khusus di lembaga pendidikan terdiri atas
a) perpustakaan sekolah, perpustakaan pada sebuah sekolah dikelola
sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan dengan tujuan utama
membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan
pendiidkan pada umumnya; b) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
UKS merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan
peserta didik yang optimal; c) Kafetaria/Warung/Kantin, tujuan
pengadaan kantin sekolah adalah menyediakan tempat belanja
makan yang terjamin kebersihannya dan makan yang bergizi; d)
Tempat Ibadah/Masjid; dan e) Unit Keamanan Sekolah (Security).

Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan yang lain dibagi menjadi tiga


yaitu :
1. Ruang lingkup berdasarkan wilayah kerja
Bila di tinjauan dari wilayah kerjanya maka ruang lingkup
manajemen pendidikan bisa dibedakan menjadi :
Manajemen pendidikan seluruh negara yaitu majejemen
pendidikan untuk tingkat nasional ini ditangani bukan hanya dengan
pelaksanaan pelatihan pendidikan di dalam sekolah saja, tetapi juga
pendidikan luar sekolah, penyelenggaraan pelatihan, pengayaan
penelitian, ataupun pendidikan yang meliputi kebudayaan dan
kesenian secara nasional.
Menejemen pendidikan dalam satu provinsi ialah ruang
lingkupnya yang meliputi wilayah kerja satu sebaras provinsi saja,
yang dimana pelaksanaannya dibantu oleh petugas manajemen
pendidikan yang berada di kabupaten dan di kecamatan.
Manajemen pendidikan dalam satu kabupaten atau kota ialah
ruang lingkupnya hanya meliputi wilayah kerja satu kabupaten
maupun satu kota saja.
Manajemen pendidikan satu unit kerja ialah Manajemen ini hanya
di titik beratkan pada satu unit kerja yang langsung dalam menangani
dalam pekerjaan mendidik.
Manajemen kelas ialah sebagai suatu kesatuan kegiatan yang
terkecil dalam manajemen pendidikan yang menjadi inti dari semua
jenis manajemen pendidikan.

2. Ruang lingkup menurut objek garapan


Bila ditinjau berdasarkan objek garapan, yaitu sebagai berikut ini :
a. Manajemen siswa.
b. Manajemen personil-personil sekolah.
c. Manajemen kurikulum.
d. Manajemen prasarana atau material.
e. Manajemen ketata usahaan sekolah atau tata laksana
pendidikan.
f. Manajemen anggaran.
g. Manajemen lembaga atau organisasi pendidikan,
h. Manajemen hubungan masyarakat atau manajemen
kominikasi pendidikan.

3. Ruang Lingkup Menurut fungsi atau urutan kegiatannya


a. Merencanakan.
b. Mengorganisasikan.
c. Mengarahkan.
d. Mengkoordinasikan.
e. Mengkomunikasikan.
f. Mengawasai ataupun mengevaluasi.

2. MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN


Model-model Manajemen Pendidikan
Menurut Sharma model manajemen pendidikan ada 6 yaitu :
1) Formal : menekankan pada struktur organisasi yang meliputi
struktur, birokratik, hirarkis.
2) Kolegial : model yang menekankan pada teori kekuasaan dan
pengambilan keputusan yang dilakukan dengan melibatkan
seluruh organisasi. Model ini menggunakan model kepemimpinan
partisipasif.
3) Politik : Model yang menekankan pada teori pengambilan
keputusan sebagai proses tawar menawar selalu negosiasi.
Menggunakan model kepemimpinan transaksional.
4) Subjektif : Model yang menekankan pada individu-individu di
dalam organisasi ketimbang organisasi secara menyeluruh.
Model kepemimpinan post-modern.
5) Mendua : Model yang menekankan pada ketidakpastian atau
tidak dapat diramalkan. Model ini menggunakan kepemimpinan
kontingensi.
6) Kultural : Model yang menekankan aspek informal organisasi
dengan focus pada nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-
norma, tradisi-tradisi menurut persepsi individu.

Adapun dari sekian banyak ragam dari definisi manajemen


beserta fungsi-fungsinya dari sederhana sampai yang kompleks, ada
beberapa model-model manajemen dalam satu organisasi adalah:
1. Model Planning, Implementation & Evaluation ( P-I-E).
Model tersebut merupakan model paling sederhana, karena hanya
meliputi 3 fungsi yakni fungsi perencanaan, implementasi, dan
evaluasi sumberdaya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Model Planning, Organizing, Actuating & Controling ( P-O-A-C).


Tetapi pada tahun 1914 dari pengertian diatas mengalami
transformasi setelah seorang ahli manajemen berkebangsaan Prancis
Henri Fayol menyebutkan manajemen melaksanakan 5 fungsi utama
yakni, merencanakan (plan) aktivitas yang akan dilakukan, kemudian
mengorganisasikan (organize) untuk mencapai rencana tersebut.
Kemudian mengarahkan (direct) sumberdaya yang dimiliki guna
melaksanakan rencana serta memimpin sumberdayanya (leading).
Hingga kemudian mengendalikan (control) sumberdaya agar tetap
beroprasi optimal.

3. Model perencanaan, pergerakan dan pelaksanaan, serta


pengawasan, pengendalian dan penilaian ( P1-P2-P3)
4. Model Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi dan Forum
komunikasi ( A-R-R-I-F )
Model tersebut dipergunakan oleh organisasi yang bergerak dalam
bidang partisipasi kemasyarakatan.

5. Model Analisis, Rumusan, Rencana, Implementasi, Monitoring dan


Evaluasi ( A-R-R-I-M-E )
Model ini tidak jauh berbeda dengan model nomor 4, namun
perbedaannya hanya terletak pada fungsi monitoring serta evaluasi
yang diletakan secara terpisah.

Pengembangan model manajemen :


1. Perencanaan
1) mempelajari dan menginterpretasikan kurikulum sesuai
dengan kecenderungan perubahan permintaan masyarakat.
2) menggambarkan kebutuhan umum siswa berdasarkan
program pengajaran.
3) secara langsung menaksir kebutuhan siswa yang unik untuk
sekolah dan masyarakat.
4) mengintegrasikan tujuan dan sasaran sekolah dengan
kebutuhan siswa.
5) memperkirakan tentang kecukupan kebutuhan siswa dalam
program rutin untuk pertemuan formal.
2. Pelaksanaan
1) menguji dan menginterpretasikan program alternatif,
prosedur, dan struktur perbaikan pengajaran.
2) menggunakan penelitian dan informasi dalam menentukan
pilihan yang dapat dijalankan terhadap perubahan.
3) bekerja sama dengan yang lain dalam pengembangan
alternatif pengajaran.
4) menempatkan staf untuk menetapkan tujuan pengajaran.
5) menginventarisir bahan-bahan, perlengkapan, dan fasilitas
untuk mendukung tujuan pengajaran.
6) menjelaskan perubahan pengajaran kepada orangtua siswa
dan masyarakat.
3. Pengawasan
1) menguji dan merekomendasikan instrumen untuk program
evaluasi proses dan hasil.
2) mengumpulkan, mengorganisir, dan menginterpretasikan data
sekarang dibandingkan dengan kinerja siswa sebelumnya.
3) mempertanggungjawabkan kelangsungan hidup program atau
inisiatif perubahan program dalam penetapan program
pengajaran yang baru.

C. PEMBAHASAN
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses dari
perencanaan, penorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan
penilaian usaha-usaha pendidikan agar bisa mencapai tujuan
pendidikan yang sudah di tetapkan sebelumnya.
Ruang lingkup manajemen pendidikan menjadi tiga kelompok,
yaitu : Menurut Wilayah Kerja, Menurut Objek garapan, dan Menurut
Fungsi Kegiatan.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang model dan ruang lingkup Manajemen
Pendidikan, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Manajemen
Pendidikan adalah Proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang
berupa man, money, materials, method, machines, market, minute
dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam
bidang pendidikan.
Objek atau sumber daya yang menjadi kajian dalam manajemen
pendidikan ada tujuh , yaitu : Man, Money, Materials, Method,
Machines, Market, dan Minutes. Tujuan belajar manajemen
pendidikan adalah untuk berlaku efisien dalam menggunakan sumber
daya, efektif dalam pencapaian tujuan, bermuara pada tujuan
pendidikan dan mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi dari manajemen pendidikan adalah fungsi perencanaan
(planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan
(actuating) , dan funsi pengawasan (controling).
Ruang lingkup manajemen pendidikan menjadi tiga kelompok,
yaitu : Menurut Wilayah Kerja, Menurut Objek garapan, dan Menurut
Fungsi Kegiatan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2015. Manajemen Pendidikan.


http://catatanhariankuliah.blogspot.com/2015/05/manajemen-
pendidikan.html. Diakses pada 30 Desember 2018 pukul 9.02.

Bitar. 2018. Pengertian, Fungsi, dan Ruang Lingkup Manajemen.


https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-fungsi-dan-ruang-
lingkup-manajemen-pendidikan-secara-lengkap/. Diakses pada 30
Desember 2018 pukul 4.41.

Ismail. 2015. Model-model Majaemen. https://coretan-


hampa.blogspot.com/2015/06/model-model-manajemen.html. Diakses
pada 30 Desember 2018 pukul 4.27.
Rizki, Nanda. 2018. Model Manajemen.
http://xnandarizki.blogspot.com/2018/03/model-
manajemen.html.Diakses pada 30 Desember 2018 pukul 16.00

BAB 3
PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
A. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan teori-teori manajemen

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. TEORI MANAJEMEN KLASIK
Manajemen ilmiah muncul setelah negara--negara Eropa Barat
dan Amerika dilanda revolusi industri, yang terjadi pada sekitar awal
abad ke 20 yaitu mulai ditinggalkannya prinsip-prinsip lama yang
sudah tidak efektif dan efisien lagi.
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya
manajemen, yaitu:
1) Robert Owen (1771- 1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik
Pemintalan Kapas di New Lanark, Skotlandia. Robert Owen
mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor produksi mesin
dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu
perawatan yang baik akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja, apabila tenaga
kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik
kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh
pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil
pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan.
Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak
Manajemen Personalia. Dia juga sebagai salah seorang pendiri
gerakan koperasi konsumsi, adapun usaha yang pernah dilakukan
dan mengalami kegagalan adalah mendirikan suatu komune di New
Harmoni, Indiana pada tahun 1824.
2) Charles Babbage (1792- 1871)
Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dan
Inggris yang menaruh perhatian dan minat pada bidang manajemen.
Perhatiannya pada operasi-operasi pabrik yang dapat dilakukan
secara efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada
proses kerja akan menaikkan produktivitas dan tenaga kerja dan
menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara
efektif dan efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar
pengalaman dan dalam penerapan prinsip-prinsip manajemen.
Perhatiannya di arahkan dalam hal pembagian kerja (devision of
labour), yang mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
a. Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-
pengalaman yang baru.
b. Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan orang tersebut hams
menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga akan
menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja, untuk itu
diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
c. Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang
pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya.
d. Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi
alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.

Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu menciptakan mesin


hitung (calcu-lator) mekanis yang pertama, mengembangkan
program-program permainan untuk komputer, –mengembangkan
kerja sama yang saling menguntungkan antara para pekerja dengan
pemilik perusahaan, juga membuat skema perencanaan pembagian
keuntungan.

2. TEORI MANAJEMEN ILMIAH


Tokoh-tokoh dari teori manajemen ilmiah antara lain Frederick
Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilbreth, Henry L Gantt dan
Harrington Emerson, yang akan diuraikan satu per satu.

1. Frederick Winslow Taylor


Pertama kali manajemen ilmiah atau manajemen yang
menggunakan ilmu pengetahuan dibahas, pada sekitar tahun 1900an.
Taylor adalah manajer dan penasihat perusahaan dan merupalcan
salah seorang tokoh terbesar manajemen. Taylor dikenal sebagai
bapak manajemen ilmiah (scientifick management)
Taylor menerapkan cara-cara pengetahuan di dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam
perusahaan. Dan hasil penelitian dan analisanya ditetapkan beberapa
prinsip yang menggantikan prinsip lama yaitu sistem coba-coba atau
yang lebih dikenal dengan nama sistem trial and error. Kesimpulan
yang dapat diambil dari hasil penelitiannya yaitu bahwa perusahaan
akan mendapat hasil yang memuaskan apabila pekerjaan yang akan
dilaksanakan harus direncanakan, juga memperhatikan unsur
teknologinya (mesin) maupun pelaksananya dalam hal ini adalah
manusianya.
Hakekat pertama manajemen ilmiah yaitu A great mental
revolution, karena hal ini menyangkut manajer dan karyawan.
Hakekat yang ke dua yaitu penerapan ilmu pengetahuan untuk
menghilangkan sistem coba-coba dalam setiap unsur pekerjaan.
Gagasan Taylor dicetuskan dalam tiga makalah, yaitu Shop
Management, The Principle of Scientific Management, dan Testimory
before The Special House Committe, ketiga makalah ini selanjutnya
dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management
diterbitkan pertama kali oleh Da mouth College, Hannover pada tahun
1911.
Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Managetnent, yaitu :
1) Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-
metode ilmu penge-tahuan disetiap unsur-unsur kegiatan.
2) Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya
memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja.
3) Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di
dalam menjalankan tugasnya.
4) Harus dijalin kerja sama yang baik antara pimpinan dengan
pekerja.

Hal yang menarik dari pendapat Taylor salah satunya adalah


mengenai posisi manager. Dimana manajer adalah pelayan bagi
bawahannya yang bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang
mengatakan bahwa bawahan adalah pelayan manajer. Taylor
mengatakan bahwa scientific manajemen merupakan tugas setiap
manajer untuk mengetahui hal yang terbaik (best of the best) melalui
penganalisaan, observasi dan percobaan-percobaan. Percobaan
yang dilakukan oleh Taylor adalah mencari berat terbaik untuk muatan
skop agar tercapai hasil yang maksimal dan pengerjaan yang mudah.
Mula-mula dengan berat 38 pon, 36 pon dan seterusnya menurun,
sampai diketahui berat yang ideal yaitu 21 pon yang dapat
menghasilkan perkerjaan yang optimal dan paling mudah. Oleh taylor
ini dinamakan studi gerak dan waktu (Time anda motion study).

Observasi lainnya yaitu Sistem Organisasi yang lebih dikenal


dengan nama Organisasi Fungsional yang terbagi dalam dua bagian,
yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Pada perencanaan dikenal
manajer yang bernama Route Clerk, In-struction Card Clerk dan Time
and Cost Clerk, sedangkan dalam pelaksanaan dikenal manajer yang
bernama Gang Boss, Speed Boss, Repair Boss, dan Inspec-tor.
Dalam pabrik ada mandor yang diberi nama Diciplinarian.
Karya lainnya yaitu mengenai upah per potong minimum dan
upah per potong maksimum. Upah ini dimaksudkan untuk memotivasi
karyawan sehingga mau bekerja secara maksimal. Sistem upah per
potong ini lebih dikenal dengan nama The Taylor Differential Rate
System. Upah per potong minimum diberikan kepada pekerja yang
menghasilkan sama dengan standar atau di bawah standar yang
telah ditentukan, sedang upah per potong maksimum diberikan
kepada pekerja yang menghasilkan di atas standar. Hasil kerja
standar yaitu jumlah hasil yang dapat dicapai oleh pekerja yang
berkemampuan biasa-biasa saja

2. Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-


1917).
Suami isteri yang berkecimpung dalam mengembangkan
manajemen ilmiah. Frank adalah pelopor study gerak dan waktu,
mengemukakan beberapa teknik manajemen yang di ilhami oleh
pendapat dan Taylor. Dia tertarik pada pengerjaan suatu pekerjaan
yang memperoleh efisiensi tertinggi.
Lilian Gilbreth cenderung tertarik pada aspek-aspek dalam kerja,
seperti penyeleksian penerimaan tenaga kerja baru, f nempatan dan
latihan bagi tenaga kerja baru. Bukunya yang berjudul The Pshikology
of Management, menyatakan bahwa tujuan akhir dan manajernen
ilmiah yaitu membantu para karyawan untuk meraih potensinya
sebagai makhluk hidup.

3. Henry Laurance Gantt (1861 -1919).


Henry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai
seorang konsultan, dimana titik perhatiannya pada unsur manusia
dalam menaikkan produktivitas kerjanya.

Adapun gagasan yang dicetuskannya yaitu :


1) Kerja sama yang saling menguntungkan antara manajer dan
tenaga kerja untuk mencapai tujuan bersama.
2) Mengadakan seleksi ilmiah terhadap tenaga kerja.
3) Pembayar upah pegawai dengan menggunakan sistem bonus.
4) Penggunaan instruksi kerja yang terperinci.

4. Harrington Emerson (1853 -1931)


Prinsip pokoknya adalah tentang tujuan, dimana dan hasil
penelitiannya menun-jukkan kebenaran prinsip yaitu bahwa uang
akan lebih berhasil bila mengetahui tujuan penggunaannya. Bukti dan
pendapat Emerson yaitu adanya istilah Manage-ment by Objective
(MBO).
Dikemukakan 12 prinsip efisiensi untuk mengatasi pemborosan
dan ketidak-efisienan, yaitu :
1) Clearly defined ideals.
2) Common sense.
3) Competent causal.
4) Dicipline.
5) The fair deal.
6) Reliable.
7) Give an order, planning and scedulling.
8) Scedul, standard working and time.
9) Standard condition.
10) Standar operation.
11) Written standard practice instruction.
12) Effisiensi reward.
3. TEORI ORGANISASI KLASIK
Tokoh-tokoh teori organsisasi klasik antara lain yaitu Henry Fayol,
James D. Mooney, Mary Parker Follett, dan Chaster I. Barnard.

1. Hanry Fayol (1841-1925)


Fayol adalah seorang industrial is Perancis. Fayol mengatakan bahwa
teori dan teknik administrasi merupakan dasar pengelolaan organsisasi
yang kompleks, ini divangkapkan dalam bukunya yang berjudul
Administration Industrielle et General atau Gneral and Industrial
Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh Constance Storrs.
Peranan Fayol dapat disejajarkan dengan Taylor, dua tokoh ini
mengemukakan hal yang sama bahwa ada prinsip-prinsip manajement
tertentu yang harus diajarkan dan dipelajari oleh para manajer dan
karyawan. Tapi kedua tokoh tesebut berbeda dalam titik perhatiannya,
dimana Fayol menitik beratkan pada manajer tingkat bawah, sedang
Taylor menitik beratkan pada manajer tingkat menengah dan atas.
Fayol membagi manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan,
peng-organisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan
pengawasan, fungsi ini dikenal sebagai fungsionalism.
Fayol, selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu:
1) Teknik produksi dan manufakturing produk,
2) Komersial,
3) Keuangan,
4) Keamanan,
5) Akuntansi, dan
6) Manajerial.

Henry Fayol mengemukakan 14 prinsip manajemen, yaitu :


1) Devision of Work, Adanya spesialisasi dalam pekerjaan, dimana
dengan spesialisasi dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.
Tujuannya adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan
terbaik dengan usaha yang sama.
2) Uathority and Responsibility, Wewenang yaitu hak untuk memberi
perintah dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi. Dibedakan menjadi
dua jenis yaitu wewenang personal yang bersumber pada
intelegensia, pengalaman nilai moral, kesanggupan untuk memimpin
dan sebagainya, ke dua wewenang offisial yaitu wewenang resmi
yang diterima dari wewenang yang berada di atasnya. Tanggung
jawab yaitu tugas dan fungsi yang hams dikerjakan, untuk ini
diperlukan wewenang dart pihak di atasnya. Semuanya ini diperlukan
sangsi agar dipatuhi oleh orang yang menerima.
3) Dicipline, Melakukan apa yang sudah menjadi persetujuan bersama,
disiplin ini sangat penting dalam tercapainya tujuan bersama, sebab
tanpa ini tidak akan mencapai kemajuan.
4) Unity of Command, Setiap bawahan hanya menerima instruksi dari
seorang atasan saja untuk menghilangkan kebingungan dan saling
lempat tanggung jawab. Bila hal ini dilanggar maka wewenang akan
berkurang, disiplin terancam dan stabilitas akan goyah.
5) Unity of Direction, One head and one plan for a group of activities
having the same objective. Seluruh kegiatan dalam organisasi yang
mempunyai tujuan sama hams diarahkan oleh seorang manajer.
6) Subordination of Individual Interest to Generale Interest, Kepentingan
seseorang tidak boleh di atas kepentingan bersama atau organsisasi.
7) Renumeration, Gaji bagi pegawai merupakan harga servis atau
layanan yang diberikan. Kompensasi hams adil baik bagi karyawan
maupun bagi pemilik.
8) Centralization, Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian
kekuasaan. Sentralisasi bisa dipakai pada organsisasi yang kecil, tapi
lain bagi organsisasi yang besar sentralisasi tidak mungkin dapat
digunakan, harus menggunakan desentralisasi. Bila peranan
diberikan kepada bawahan lebih besar, maka digunkan
desentralisasi.
9) Scalar Chain (garis wewenang), Jalan yang hams diikuti oleh semua
komunikasi yang bermula dan dan kembali ke kuasaan terakhir.
Prinsipnya metppermudah komunikasi antara pegawai yang
setingkat.
10) Order, Disini berlaku setiaptempat untuk setiap orang dan setiap
orang pada tempatnya. Hendaknya setiap orang .ditempatkan pada
posisi yang tepat untuk mereka, berdasarkan pada kemampuan,
bakat dan minatnya.
11) Equity, Untuk merangsang agar pekerja melaksanakan pekerjaan
dengan baik, sungguh-sungguh dan penuh kesetiaan, maka harus
ada persamaan perlakuan dalam organsisasi.
12) Stability of Tonure of Personel, Seorang pegawai memerlukan
penyesuaian untuk mengerjakan pekerjaan barunya, agar dapat
berhasil dengan baik. Apabila seseorang sering kali dipindah dan situ
pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat dan membuat pekerja
tersebut prodaktivitasnya kecil. Turn over tenaga kerja yang tinggi
tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi.
13) Initiative, Bawahan diberi kekuasaan dan kebebasan di dalam
mengeluarkan pendapatnya, menjalankan dan menyelesaikan
rencananya, walaupun ada kesalahan yang mungkin terjadi.
14) Esprit the Corps, Persatuan adalah keleluasaan, pelaksanaan operasi
organisasi perlu memiliki kebanggaan, keharmonisan dan kesetiaan
dari para anggotanya yang tercermin dalam semangat korps.
Kegiatan di dalam industri dibagi menjadi enam bidang, yaitu
managerial, pembukuan termasuk statistik, teknis produksi, komersial
atau perdagangan, finansial dan kepastian.

2. James D. Mooney
Seorang eksekutif General Motors. Mooney mengartikan organisasi
sebagai kelompok orang yang terdiri atas dua atau lebih orang untuk
mencapai tujuan tertentu. Ada empat unsur yang hams diperhatikan
dalam organisasi yaitu koordinasi, prinsip skalar, prinsip fungsional dan
prinsip staff.

3. Mary Parker Follett (1868 – 1933)


Follett menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi,
dimana pemikiran Follett pada teori klasik tapi memperkenalkan unsur-
unsur hubungan manusiawi. Dia-menerapkan psikologi dalam
perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik yang terjadi dalam
perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan rnenggunakan proses
integrasi.

4. Chaster L Barnard (1886- 1961)


Dalam bukunya The Function of the Executive (1938) mengatakan
bahwa orga-oisasi merupakan sistem kegiatan yang diarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Fungsi utama manajemen yaitu perumusan
tujuan dan pengadaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Menurut teorinya yang diberi nama teori penerimaan mengatakan
bahwa seorang bawahan akan menerima perintahhanya bila dia
memahami dan mampu serta berkeinginan untuk mencapainya. Barnard
adalah pelopor penggunaan pendekatan sistem

4. ALIRAN HUBUNGAN MANUSIAWI (NEO KLASIK)


Aliran ini timbul karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya
menghasilkan efisiensi dalam produksi dan keselarasan kerja. Para pakar
mencoba melengkapi organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan
psikologi. Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara lain Hugo
Munsterberg dan Elton Mayo.

1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)


Hugo merupakan pencetus psikologi industri sehingga di kenal
sebagai bapak psikologi industri. Bukunya yaitu Psikology and Industrial
Efficiensy, meng-uraikan bahwa untuk mencapai tujuan produktivitas
harus melakukan tiga cara pertama penemuan best possible person,
kedua penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best
possible effect.

2. Elton Mayo (1880 -1949)


Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana
hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi
dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka
hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Mayo, Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson mengadakan
penelitian bersama di pabrik Howthorne milik perusahaan Western
Electric. Percobaan pertama meneliti pengaruh kondisi penerangan
terhadap produktivitas. Dan hasil penelitian-nya disimpulkan bahwa bila
kondisi penerangan naik, maka produktivitas juga akan naik, bila kondisi
penerangan dikurangi ternyata produktivitas juga akan berkurang.
Percobaan kedua, dimana bila kelompok yang terdiri dari enam orang
dipisahkan dalam ruangan yang terpisah, dimana ruangan pertama atau
sebut saja A kondisinya diubah setiap waktu, sedang ruangan lainnya
yaitu B tidak mengalami perubahan. Variabel yang dirubah seperti upah,
jam istirahat, jam makan, hari kerja dan sebagainya. Dan hasil
penelitiannya temyata kedua kondisi tersebut mengalami kenaikan
produktivitas. Ternyata kenaikan produktivitas ini bukan diakibatkan oleh
insentif keuangan. Rantai reaksi emosional antar pekerja berpengaruh
terhadap pengingkatan produktivitas, perhatian khusus dan simpatik
sangat berpengaruh, penomena ini dikenal sebagai Howthorne Effect.
Penelitian lainnya yaitu kelompok kerja informal-lingkungan sosial
karyawan signifikan terhadap produktivitas. Konsep makhluk sosial
dimotivasi kebutuhan sosial, ke-inginan akan hubungan timbal balik
dalam pekerjaan dan lebih responsif terhadap dorong-an kelompok kerja,
pengawasan manajemen telah menggantikan konsep “makhluk rasional”
yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan phisik manusia.
5. ALIRAN HUBUNGAN MODERN (ILMU PENGETAHUAN)
Dalam pengembangannya dibagi menjadi dua, pertama aliran
hubungan manusiawi (perilaku organisasi), dan kedua berdasar pada
manajemen ilmiah atau manajemen operasi.

1. Perilaku Organisasi :
Ditandai dengan pandangan dan pendapat baru mengenai perilaku
manusia dan sistem. Tokoh aliran perilaku organisasi ini yaitu:

1) Douglas McGregor yang terkenal dengan teori X dan Teori Y.


2) Frederick Herzberg terkenal dengan teori motivasi higenis atau teori
dua faktor.
3) Chris Argiris mengatakan bahwa organisasi sebagai sistem sosial
atau sistem antar hubungan budaya.
4) Edgar Schein dinamika kelompok dalam organisasi.
5) Abhraham Maslow mengemukakan tentang hirarki kebutuhan tentang
perilaku manusia dan dinamika proses.
6) Robert Blak dan Jane Mouton mengemukakan lima gaya
kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid).
7) Rensislikert mengemukakan empat sistem manajemen dan sistem 1.
explotatif otoritatif sampai sistem 4. partisipatif kelompok.
8) Fred Feidler menerapkan pendekatan contingency pada studi
kepemimpinan.

2. Prinsip Dasar Perilaku Organisasi


1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara
ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
2) Manajemen harus sistematis, pendekatannya harus dengan
pertimbangan konservatif.
3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer
individual untuk pengawasan hams sesuai dengan situasi.
4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja
terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.

6. ALIRAN KUANTITATIF
Perkembangannya dimulai dengan digunakannya kelompok-
kelompok riset operasi dalam memecahkan permasalahan dalam industri.
Teknik riset operasi sangat penting sekali dengan semakin
berkembangnya teknologi scat ini dalam pembuatan dan pengambilan
keputusan. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya
dikenal sebagai aliran manajemen science.

Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :


1) perumusan masalah dengan jelas dan terperinci.
2) penyusunan model matematika dalam pengambilan keputusan.
3) penyelesaian model.
4) pengujian model atas hasil penggunaan model.
5) penetapan pengawasan atas hasil.
6) pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi.

7. PENDEKATAN SISTEM
Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang
saling berinteraksi yang talc terpisahkan. Organisasi merupakan bagian
dan lingkungan ekstemal dalam pengertian luas. Sebagai suatu
pendekatan sistem manajemen meliputi sistem umum dati sistem khusus
serta analisis tertutup maupun terbuka.

Pendekatan sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal


dan teknis, filosofis dan sosiopsikologis. Analis sistem manajemen
spesifik meliputi struktur orga-nisasi, desain pekerjaan, akuntansi, sistem
informasi dan mekanisme perenca-man serta pengawasan.
8. PENDEKATAN KONTINGENSI
Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara
teori dan praktek senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek
berbeda, maka harus memperhatikan lingkungan sekitarnya. Kondisi
lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen
yang berbeda.
Pendekatan ini dipandang sebagai hubungan fungsional “bila maka”.
Hubungan fungsional yaitu keterkaitan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain. Bila ada perubahan satu ‘ariabel akan mempengaruhi
nilai variabel lainnya. Bila merupakan variabel bebas (independent
variable) dan maka merupakan variabel bergantung (dependent variable).
Faktor lingkungan merupakan variabel bebas, sedang konsep dan teknik
manajemen merupakan variabel bergantung.
Dalam pendekatan kontingensi ada tiga kerangka konsepsual yaitu
lingkungan, konsep-konsep dan teknik-teknik serta hubungan antara
keduanya.

C. PEMBAHASAN
Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah
berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini pula belum ada
suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan
hukum bagi manajemen yang dapat di terapkan dalam berbagai
situasi dan kondisi. Para manajemen banyak mengalami dan
menjumpai pandangan-pandangan tentang manajemen, yang
berbeda adalah dalam penerapan-nya. Dimana setiap pandangan
hanya dapat diterapkan dalam berbagai masalah yang berbeda pula,
sedangkan untuk masalah-masalah yang sama belum tenth dapat
diterapkan.

Tiga aliran pemikiran manajemen, yaitu :


1. Aliran klasik yang terbagi dalam manajemen ilmiah dan teori
organisasi klasik.
2. Aliran hubungan manusiawi, disebut sebagai aliran neoklasilc
atau pasca klasik.
3. Aliran manajemen modern.

Di samping itu ada dua pendekatan manajemen yaitu :


1. Pendekatan sistem (System Approach).
2. Pendekatan kontingensi (Contingency Approach).

D. PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori manajemen
klasik dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor dan teori
organisasi klasik dari Mayo. Manajemen ilmiah menekankan pada
upaya menemukan metode terbaik untuk melakukan tugas
manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori organisasi klasik
menekankan pada kebutuhan mengelola organisasi yang kompleks
yang mefokuskan pada upaya menetapkan dan menerapkan prinsip
dan ketrampilan yang mendasari manajemen yang efektif.
Perkembangan yang memberik focus yang sangat berbeda dari
teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang
ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih
menekankan pada perilaku baik pada perilaku manusia maupun
perilaku organisasi. Manajemen yang baik menurut teori neo klasik ini
adalah manajemen yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf
secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari
segi sosiologis maupun psikologis.
Perkembangan selanjutnya yaitu dengan menekankan
pendekatan sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-
bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan. Namun saat
ini penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan kontingensi
yang memadukan antara aliran ilmiah dengan perilaku dalam suatu
sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan yang
dihadapai.

E. DAFTAR PUSTAKA

Tahir, Rusdi. 2011. Perkembangan Teori Manjemen.


https://rusdintahir.wordpress.com/2011/12/09/perkembangan-teori-
manajemen/. Diakses padatanggal 30 Desember 2018 pukul 17.00.

BAB 4
PERENCANAAN PENDIDIKAN

A. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian, fungsi, tujuan dan proses perencanaan
pendidikan
2. Mengetahui manfaat perencanaan pendidikan
3. Mengetahui pelaksanaan perencaan pendidikan dan pelatihan
yang efektif dan efisien.

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI PERENCANAAN PENDIDIKAN
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para
pakar manajemen, antara lain :
a. Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang
mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa
depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang
optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di
bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
b. Beeby, C.E.
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan
ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya
pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam
bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan potensi
system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak
didik yang dilayani oleh system tersebut.
c. Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan
di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
d. Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat
dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan
atas pertimbangan ekonomi dan biaya sertakeuntungan sosial.
e. Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar
pendidikan itu lebih efektif dan efisien danefisien serta sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
f. Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di
arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk
pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari
beberapa pendapat tersebut, adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang
serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai
konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis
dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri
maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada
batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu
kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat
ditentukan oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga
nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen yang ikut
memproses di dalamnya. Adapun komponen-komponen yang ikut serta
dalam proses ini adalah :
1. Tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil
keputusan dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam rangka
kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan.
2. Masalah strategi adalah termasuk penanganan kebijakan (policy)
secara operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari
perencanaan pendidikan. Maka ketepatan pelaksanaan dari
perencanaan pendidikan.
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan
perencanaan pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
: siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang menentukan keputusan,
dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai sumber
lahirnya keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai
system kenegaraan yang merupakan bentuk dan system manajemennya,
bagaimana dan siapa atau kepada siapa dibebankan tugas-tugas yang
terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot u ntuk jaminan
dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui
melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan
pendidikan itu sendiri, yaitu dokumen rencana pendidikan.

2. TUJUAN, FUNGSI, DAN PROSES PERENCANAAN PENDIDIKAN


1) Tujuan Perencanaan
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah sebagai pedoman
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sebagai suatu alat
ukur di dalam membandingkan antara hasil yang dicapai dengan
harapan. Dilihat dari pengambilan keputusan tujuan perencanaan
adalah :
a. Penyajian rancangan keputusan-keputusan atasan untuk disetujui
pejabat tingkat nasional yang berwenang.
b. Menyediakan pola kegiatan-kegiatan secara matang bagi
berbagai bidang/satuan kerja yang bertanggung jawab untuk
melakukan kebijaksanaan.

2) Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan adalah sebagai pedoman pelaksanaan dan
pengendalian, sebagai alat bagi pengembangan quality assurance,
menghindari pemborosan sumber daya, menghindari pemborosan
sumber daya, dan sebagai upaya untuk memenuhi accountability
kelembagaan. Jadi yang terpenting di dalam menyusun suatu
rencana, adalah berhubungan dengan masa depan, seperangkat
kegiatan, proses yang sistematis, dan hasil serta tujuan tertentu.
3) Proses Perencanaan
Perencanaan merupakan siklus tertentu dan dan melalui siklus
tersebut suatu perencanaan bias dievaluasi sejak awal persiapan
sampai pelaksanaan dan penyelesaian perencanaan. Dan secara
umum, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan di
dalam perencanaan yang baik, yaitu:
a. Perencanaan yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap
dan jelas.
b. Adanya rumusan kebijaksanaan, yaitu memperhatikan dan
menyesuaikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dengan
factor-faktor lingkungan apabila tujuan itu tercapai.
c. Analisis dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan
dalam kerangka kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
d. Penunjukan orang - orang yang akan menerima tanggung jawab
pelaksanaan (pimpinan) termasuk juga orang yang akan
mengadakan pengawasan.
e. Penentuan system pengendalian yang memungkinkan
pengukuran dan pembandingan apa yang harus dicapai, dengan
apa yang telah tercapai, berdasarkan criteria yang telah
ditetapkan.

3. MANFAAT PERENCANAAN PENDIDIKAN


Manfaat perencanaan pendidikan. Menurut , (Depdiknas. 1997;
Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001) ada beberapa manfaat dari
suatu perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi
kehidupan kelembagaan, antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan
proses aktivitas atau pekerjaan pemimpin dan anggota dalam
suatu lembaga pendidikan. Dalam membuat sutau perencanaan,
hal ini sudah menjadi standar yang berarti semua aktivitas
kegiatan harus berdasarkan pada perencanaan yang telah di
buat.
2. Dapat dijadikan sebagai media pemilihan berbagai alternatif
langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik bagi
upaya pencapaian tujuan pendidikan. Manfaat perencanaan
pendidikan juga untuk mempersiapkan berbagai alternatif dari
rencana serangkaian kegiatan apabila terdapat kesalahan yang
tidak dikehendaki sehingga dapat diatasi dengan cepat dan tepat
dengan menggunakan alternatif yang telah disiapkan.
3. Dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas
kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai
maupun proses kegiatan layanan pendidikan.
4. Dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan
beragam sumber daya organisasi atau lembaga pendidikan. Dari
pemanfaatan sumberdaya perencanaan pendidikan juga
menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang dibutuhkan dengan
seefisien dan seefektif mungkin untuk menghindari penggunaan
sumberdaya yang berlebihan.
5. Dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga sekolah)
dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika
perubahan sosial-budaya. Dengan dilakukan perencanaan
pendidikan semua pihak yang terkait didalamnya seperti warga
sekolah diharapakan ikut berpartisipasi dalam mendukung
pelaksanaan perenacanaan pendidikan sesuai dengan posisinya
masing-masing.
6. Dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan
dalam berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga
pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan pendidikan. Melalui perencanaan pendidikan yang telah
menjadi tujuan bersama maka perencanaan pendidikan dapat
dijadikan sebagai alat berkoordinasi dalam melaksanakan tugas
bagian masing-masing
7. Dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan
yang tidak efisien atau tidak pasti. Salah satu resiko dari
pelaksanaan perencanaan pedidikan terjadinya pekerjaan yang
tidak efisien, melalui perencanaan pendidikan dapat di antisipasi
pekerjaan yang tidak efisien mealaui perencanaan yang baik.
8. Dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian
tujuan proses layanan pendidikan. Suatu gambaran tentang
tujuan yang akan dicapai yang mana didalamnya terdapat
bagaimana proses yang dilakukan.

4. PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN YANG EFEKTIF


DAN EFISIEN
Perencanaan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang
mengarahkan sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu proses yang
mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta
pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Pendidikan dan pelatihan sebagai proses
sumber daya manusia yang akan melaksanakan dan menikmati hasil
pembangunan nasional haruslah sejalan dengan proses untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional harus diarahkan
kepada pencapaian tujuan dan visi normatif pembangunan nasional
sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-kecenderungan
global yang mempengaruhi arah pembangunan nasional dalam PJP
II, maka kita dapat merumuskan visi strategis mengenai
pembangunan nasional kita. Dalam rangka untuk mewujudkan visi
strategis pembangunan nasional, maka perencanaan pendidikan dan
pelatihan yang sejalan dengan itu perlu dirumuskan. Perencanaan
pendidikan dan pelatihan tersebut tidak lain yaitu suatu proses
perencanaan yang efektif dan efisien yang mengandung 3 unsur
pokok, yaitu :
a) system,
b) materi pembelajaran dan pelatihan,
c) proses pembelajaran dan pelatihan.
Dengan proses perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional
yang demikian bukanlah semata-mata pencapaian target kuantitatif
tetapi juga bahkan terlebih berkenan dengan pembenahan system
agar supaya lebih efektif dan efisien, meningkatkan mutu proses
pembelajaran dan pelatihan, serta materi yang disampaikan di dalam
proses. Tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi
juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.

5. PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN YANG EFEKTIF


Rencana yang efektif adalah rencana yang yang menunjang
pencapaian tujuan PJP II, khususnya tujuan strategis PJP II yang
telah dijadwalkan pada periode Repelita. Seperti yang dirumuskan,
tujuan strategis dari pembangunan PJP II yaitu : menyiapkan
masyarakat industri maju. Suatu masyarakat industri maju memiliki
ciri-ciri yang khusus yaitu masyarakat yang mengenal disiplin. Tanpa
disiplin tidak mungkin industri maju yang menggunakan unsur-unsur
posisi tinggi berjalan tanpa disiplin. Disiplin dalam pekerjaan, di dalam
produksi dan di dalam kehidupan. Tidak ada suatu negara industri
maju tanpa kedisiplinan warganya. Oleh karena itu, perencanaan
pendidikan dan pelatihan haruslah diarahkan kepada tumbuhnya
suatu masyarakat yang berdisiplin.
Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai
dengan kesepakatan, menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan
memfokuskan kepada rencana yang telah ditentukan. Bukan berarti
bahwa rencana yang telah disepakati tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Penyesuaian suatu rencana hanya dapat terjadi apabila kondisi
meminta untuk perbaikan-perbaikan selama pelaksanaan.
Keterbatasan dana, ketidakmampuan pelaksana, kurang koordinasi di
lapangan dapat menyebabkan penyesuaian pelaksanaan.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada
pengembangan dan penguasaan IPTEK serta penerapannya.
Berikutnya keterampilan yang diprogramkan adalah keterampilan
yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh dunia industri atau oleh
kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan ilmu dan
teknologi kemudian perencanaan yang disajikan merupakan suatu
rencana yang melahirkan inisiatif.
Demikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
efektif harus dapat menumbuhkan suatu sistem pendidikan dan
perencanaan yang mengakomodasikan lahirnya kemampuan-
kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat industri.
Sistemnya haruslah efektif, artinya tidak ada duplikasi serta program
tanpa arah. Seluruh sistem diberdayakan agar secara cepat dan tepat
menunjang pencapaian tujuan PJP II. Hal ini berarti perencanaan
pendidikan dan pelatihan haruslah komprehensif, sebab sumber daya
manusia yang akan dibutuhkan oleh semua seKtor pembangunan.
Selama PJP II tujuan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
sehingga terjadi berbagai pemborosan dan bermuara kepada angka
pengangguran yang semakin besar. Pengangguran menandakan
bukan hanya oleh factor-faktor ekonomi, melainkan juga sebagai
variable ketidakefektifan proses perencanaan pendidikan dan
pelatihan dalam membangun suatu system yang efektif.
Suatu proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif
juga berkenaan dengan proses pembelajaran. Era informasi
dengan cyber learning akan mengubah seluruh proses belajar baik di
dalam system pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Oleh karena itu, cyber learning harus direncanakan dan dimanfaatkan
seoptimal mungkin dalam rencana pendidikan dan pelatihan masa
depan.

6. PERENCANAA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN YANG EFISIEN


Efisien artinya penggunaan sumber-sumber secara tepat guna
dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Dalam hubungan ini, proses
perencanaan yang efisien adalah proses perencanaan yang
mempunyai karakteristik, antara lain : efisiensi berimplikasi tanpa
duplikasi berarti intensifikasi. Tetapi apabila duplikasi tanpa
kerjasama, maka hal itu dapat dikatakan pemborosan.
Dengan demikian proses perencanaan pendidikan dan pelatihan
akan dangkal sifatnya atau akan melenceng dari tujuan nasional
karena tidak memperhitungkan kepentingan sector-sektor lainnya.
Oleh sebab itu, kerjasama intern, instansi antar lembaga, antar
departemen di dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan
merupakan syarat mutlak. Proses kerjasama ini sudah dapat
diperlancar dengan adanya teknologi komunikasi yang canggih. Maka
dari itu, dapat dirumuskan secara lebih efisien serta lebih tepat dan
cepat program-program nasional yang mempunyai dimensi antar
sektoral.

7. KESEIMBANGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PROGRAM


PELATIHAN
Kita telah merencanakan program pendidikan terpisah dari
program pelatihan. Namun di dalam era informasi di mana pendidikan
merupakan pendidikan seumur hidup, maka porsi umur yang
diperuntukkan bagi program pendidikan sekolah ialah singkat
dibandingkan dengan porsi umur yang diberikan kepada program
pelatihan yang berjalan seumur hidup. Apabila karakteristik pekerjaan
masa depan yang dinamis akan memberikan relevansi yang tinggi
terhadap program pelatihan. Oleh karena itu, di dalam proses
pendidikan dan pelatihan masa depan yang efisien harus lebih
memperhatikan kepada pengembangan program pelatihan nasional.

8. TENAGA-TENAGA PERENCANAAN YANG PROFESIONAL


Perencanaan pendidikan dan pelatihan masa depan yang efektif
dan efisien tentunya meminta tenaga-tenaga yang professional
tersebut, yaitu para perencana harus merupakan suatu tim multi-
disipliner. Dan mereka bukan hanya ahli-ahli dalam bidang pendidikan
dan pelatihan melainkan juga dari disiplin-disiplin dari luar pendidikan,
seperti teknik, ekonomi, antropologi, filsafat, dan bidang-bidang
lainnya yang relevan. Tentunya yang ideal adalah adalah ahli-ahli
pendidikan yang menguasai disiplin-disiplin lainnya.
Dalam transformasi IKIP menjadi Universitas, maka tenaga-
tenaga perencana yang professional akan lebih
terbuka. Para akademisi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan akan
dapat didik sebagai tenaga-tenaga perencana pendidikan dan
pelatihan yang lebih mantap dan professional. Tim perencana yang
multi-disipliner, yang menghayati masalah-masalah pendidikan, akan
dapat menghayati dan membangun suatu system pendidikan dan
pelatihan yang relevan dengan tujuan strategis dan misi strategis
pembangunan serta dapat mengembangkan materi yang akan
disampaikan di dalam proses pembelajaran dan pelatihan, serta
menguasai tehnik proses pembelajaran itu sendiri.
Proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan
efisien secara mutlak harus ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang
dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan
dalam bidang intern pendidikan. Pelaksanaan riset kebijakan
pendidikan dapat dilaksanakan oleh badan pemerintah tetapi juga
oleh lembaga-lembaga swasta yang independent agar supaya dapat
dirumuskan kebijakan-kebijakan dari berbagai arah serta tidak
berpihak.
Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah
pendidikanan perlu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah,
misalnya di lingkungan universitas dan lembaga-lembaga riset
masyarakat mengenai mengenai pendidikan. Dewasa ini dirasakan
suatu kelemahan di dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan
nasional karena ketiadaan data riset mengenai masalah-masalah
pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia sendiri yang sedang berkembang menuju
masyarakat industri.
Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari
pinjaman atau limpahan pemikiran-pemikiran barat mengenai
perkembangan yang sebenarnya dari Indonesia sampai dewasa di
dalam lingkungan kebudayaan Indonesia.

9. KURIKULUM NASIONAL YANG RAMPING


Perencanaan yang efisien dalam sektor pendidikan dan pelatihan
juga diarahkan kepada terwujudnya suatu kurikulum yang ramping.
Kita mengetahui bahwa dewasa ini, kurikulum sudah sangat berat
dengan pengetahuan yang kurang relevan dengan kehidupan nyata.
Era reformasi bukan berarti menghafal dan penguasai semua
informasi dan data yang ada, tetapi bagaimana mengelola informasi
yang ada agar supaya bermanfaat bagi kehidupan.
Dengan demikian perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
efisien menuntut lebih banyak pemanfaatan pendidikan umum
sebagaimana diproyeksikan oleh Negara-negara Uni Eropa dewasa
ini. Oleh karena itu, apabila dewasa ini kita mengenal Kurikulum
Nasional dan Kurikulum Lokal di mana seolah-olah yang penting
adalah Kurikulum, maka dalam menjalani abad 21 justru yang penting
adalah Kurikulum Lokal yang merupakan kurikulum Kurikulum Inti.
Sedangkan Kurikulum Nasional merupakan lapisan plasma dari
kurikulum itu sendiri. Tentunya Kurikulum Lokal yang merupakan inti
memerlukan persiapan yang berat dan matang di daerah-daerah.

C. PEMBAHASAN
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat
dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk
menyiapkan suatu konsep keputusan yang akan dilaksanakan di
masa depan. Dengan demikian, perencanaan pendidikan dalam
pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai secara cepat, tapi memerlukan
waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau bidang
pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan
nasional.
Jadi yang terpenting di dalam menyusun suatu rencana, adalah
berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang
sistematis, dan hasil serta tujuan tertentu.
Dengan demikian, berdasarkan unsur-unsur dan langkah-langkah
dalam perencanaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
perencanaan merupakan suatu proses yang diakui dan perlu dijalani
secara sistematik dan berurutan karena keteraturan itu merupakan proses
rasional sebagai salah satu properti perencanaan pendidikan.
Demikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
efektif harus dapat menumbuhkan suatu sistem pendidikan dan
perencanaan yang mengakomodasikan lahirnya kemampuan-
kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat industri.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam PJP II merupakan
proses untuk mengembangkan sumber daya
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan visi strategis untuk
menanpung dinamika masyarakat dan kekuatan serta tantangan
global dalam era informasi abad 21.
2. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif mendorong
mewujudkan masyarakat Indonesiayang maju yang memungkinkan
pengembangan kemampuan otak, penguasaan dan pengembangan
serta penerapan IPTEK, menguasai yang relevan mengembangkan
jiwa wiraswasta.
3. Perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam PJP merupakan proses
untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia dalam
rangka mewujudkan visi strategis menghadapi pasar bebas serta
kemajuan IPTEK dalam rangka mewujudkan masyarakat.
4. Perencanaan Pendidikan yang efektif dan efisien meminta suatu
keseimbangan antara program pendidikan dan program pelatihan.
Program-program pelatihan akan semakin ditonjolkan relevansinya.
Sedangkan program pendidikan yang bersifat umum dengan dibebani
berbagai keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan nyata.
5. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat
masa depan adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme
pasar.
6. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien
secara mutlak harus ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang
dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan
dalam bidang intern pendidikan.
7. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efisien menghindari
duplikasi yang tidak perlu. Oleh karena itu diperlukan networking
antar
8. Lembaga, antar departemen, mengoptimalkan peran serta
masyarakat, khususnya masyarakat industri, serta kurikulum yang
ramping. Kurikululum local dijadikan sebagai kurikulum inti, Dan
Kurikulum Nasional dijadikan sebagai Kurikulum Plasma.

E. DAFTAR PUSTAKA
Pengertian dan Fungsi Perencanaan.
http://kuliahnyata.blogspot.com/2015/03/pengertian-dan-fungsi-
perencanaan.html. Diakses pada 30 Desember 2018 pukul 02.14.

Rengganis. 2011. Pengertian dan Fungsi Perencanaan.


http://renggani.blogspot.com/2008/03/makalah-perencanaan-
pendidikan.html 2.19

BAB 5
ANALISIS SWOT

A. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian SWOT secara umum dan mampu
menjelaskannya.
2. Mengetahui faktor-faktor dalam Analisis SWOT.
3. Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.
4. Mampu menjelaskan hubungan antara Strengths, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT.
5. Mampu menyebutkan contoh aplikasi SWOT.

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian
terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan
tantangan (ThreathS).
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan
oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah
kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat
kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai
hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Matriks SWOT Kearns
EKSTERNAL
OPPORTUNITY TREATHS
INTERNAL
STRENGTH Comparative Mobilization
Advantage
WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control
Sumber: Hisyam, 1998
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini
harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,
bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan
peluang dari luar.Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada
situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun
tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup
untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control


Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan
ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus
diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara
kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan
oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi
organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap
faktor S-W-O-T;
Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara
saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh
dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor
lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,
dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10
berarti skor yang peling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian
terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat
kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi
perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya
sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya
jumlah point faktor).
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W
(d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara
perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu Y;
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk
terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada
pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar
tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.

3. Hubungan antara Strength, Weaknesses,


Opportunities, danTreaths dalam Analisis SWOT
Sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang
telah ditetapkan ketika kekuatan lembaga pendidikan melebihi
kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu lembaga pendidikan harus
mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara maksimal,
mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan
lembaga pendidikan yang telah ditetapkan merupakan tanggung
jawab lingkungan manajemen lembaga pendidikan. Jika analisis
SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk memilih dan
menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil yang
diinginkan.
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan
melakukan matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam penyelenggaraan program
sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO
(menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO
(memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang),
strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman),
strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut Afhie, 2012 dalam http://afhie-
cirebon.blogspot.com/2012/ 12/penerapan-analisis-swot-pada-
lembaga.html hubungan antara Strength, Weaknesses,
Opportunities,dan Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan
melalui bagan berikut ini
HUBUNGAN S (KEKUATAN) W (KELEMAHAN)
O (PELUANG) Sebuah lembaga Peluang digunakan untuk
pendidikan harus dapat menekan berbagai macam
menggunakan kekuatan kelemahan-kelamahan
untuk memanfaatkan yang ada atau dengan
peluang dan sebaliknya kata lain menghilangkan
memanfaatkan peluang kelemahan dengan
dan menjadikannya memanfaatkan peluang
sebagai sebuah kekuatan
(Strength).
T (ANCAMAN) Menggunakan kekuatan Suatu lembaga
untuk menghindari pendidikan, sebelum
ancaman. datangnya sebuah
ancaman lembaga
pendidikan tersebut harus
bisa menutupi kelemahan-
kelemahan yang ada pada
dirinya dengan kekuatan
dan peluang.

Sedangkan menurut Said, 2013


dalamhttp://saidsite.blogspot.com/2011/05/ analisa-
swot.htmlmenggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses,
Opportunities, dan Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut
1. Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang
bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu
kekuatan (strenghth) atau distinctive competencehanya akan
menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan
tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah
kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan yang
memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur
dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi tersebut dibandingkan
dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa
untuk dikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu
penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari
institusi harus dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang
tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.
2. Peluang dan Ancaman.
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan
analisis internal yang dilakukan di suatu institusi
(strenghth dan weakness) dengan analisis internal dari kompetitor
lain. Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking
berdasarkan success probbility, sehingga tidak semua peluang harus
dicapai dalam target dan strategi institusi.
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang
pencapaiannya juga kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun
peluang pencapaian kecil atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta
peluang tercapaianya besar.
Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi
akibattrend perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari.
Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya
(seriousness) dan kemungkinan terjadinya (probability of occurance).
Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang
kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk
ancaman utama ini, diperlukan beberapa planning yang harus
dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b. Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang
dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil
c. Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat
keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah
dan sebaliknya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi
institusi dilihat dari keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu
sebagai berikut:
a. Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major
opportunity yang besar dan major threats yang kecil.
b. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high
opportunity danthreats pada saat yang sama.
c. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low
opportunity danlow threat.
d. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low
opportinity danhigh threats.
Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT.
Yang paling utama adalah membawa berbagai macam
pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat
keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.

C. PEMBAHASAN
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and
Threats) telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam dunia
industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk
digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam
pengenalan program-program baru di lembaga pendidikan. Proses
penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu
survei internal tentang strengths (kekuatan)
dan weaknesses(kelemahan) program, serta survei eksternal
atas opportunities (ancaman) dan threats (peluang/kesempatan).
Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang
unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum
lembaga pendidikan.

D. PENUTUP
Kesimpulan
1. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
2. Faktor-faktor analisis SWOT ada empat yaitu kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats).
3. Analisis SWOT dipakai untuk: menganalisis kondisi diri dan
lingkungan pribadi, menganalisis kondisi internal lembaga dan
lingkungan eksternal lembaga, menganalisis kondisi internal
perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan, mengetahui
sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita, mengetahui posisi
sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain, dan mengetahui
kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.
4. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan
melakukan matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam penyelenggaraan program
sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi
SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi
WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang),
strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman),
strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
5. Analisis SWOT sangat penting perannya dalam meningkatkan mutu
pendidikan karena analisis dan gambaran yang diberikan merupakan
tolok ukur dalam mengembangkan lembaga/satuan pendidikan lebih
lanjut. Setelah analisis, perlu dirumuskan visi,misi, tujuan, dan
program kerja yang lebih konkret untuk memperbaiki program
sebelumnya.

E. DAFTAR PUSTAKA
Izza. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah.
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/analisis-swot-strengths-
weaknesses.html. Diakses pada 1 Januari 2019 pukul 19.50.

New Weave (2002:170) dan Schuler (1986) Empowerment and the Law

BAB 6
PENGORGANISASIAN

A. TUJUAN
1. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Organisasi
khususnya pengorganisasian.
2. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki semangat
dalam organisasi.
3. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang pengorganisasian.

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. Konsep Dasar
Keberadaan organisasi (organization) sebenarya setua
sejarah peradaban manusia dimuka bumi, sepanjang hidupnya
manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama. Namun, tidak semua oarang sadar bahwa
mereka sebernyaa telah berorganisasi. Berkembangnya kesadaran
mengenai pentingnya organisasi bagi setiap orang sebenarnya
melalui perjalanan yang amat lamban dibandingkan dengan
peradaban manusia itu sendiri, karena baru dalam beberapa
dasawarsa terakhir orang mulai cendeung untuk melakukan studi
tentang organisasi. Beserta perilakunya secara mendalam.
Apa yang dikatakan orang tentang organisasi tak ubahya sebagai
wadah dan alat untuk mencapai tujuan merekayang didalamnya
terdapat norma-norma yang harus dipedomani dan nilai yang
dipegang teguh.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang
saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan
bersama. Bedasarkan definisi tadi jelaslah bahwa dalam suatu
organisasi minimum mengandung tiga elemen yang saling
berhubungan. Ketiga elemen organisasi tersebut adalah.
1. Sekelompok orang.
2. Interaksi dan keja sama, serta.
3. Tujuan bersama.
Salah satu ciri utama dari suatu organisasi adalah adanya
sekelompok yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan
norma,peraturan,ketentuan dan kebijakan yang telh dirumuskan dan
masing-masing pihak siap untuk menjalankannyadengan penuh
tanggung jawab.
Ciri yang kedua adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri
dari sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbal-
balik, salng memberi dan menerima,dan juga saling bekrja sama
untuk melahirkan dan merealisasikan maksud (purpose),
sasaran, (objektif )dan tujuan (goal).
Cara yang ketiga adalah bahwa dalam suatu organisasi yang
terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja
sama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu, yaitu tujutn
bersama dan igin merealisasikan.
Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan secara
bersama-sama tang hendak direalisasikan tersebut dapat merupakan
tujuan jangka panjang maupun tujutn jangka pendek mungkin juga
tujuan yang pencapaiannya secara rutin maupun tujuan yang
pencapaiannya scara berkala saja.
Oleh karna itu, organisasi dikatakan sebagai wadah berarti suatu
tempat orng yang berinteraksi dan bekerja sama,sedangkan
organisasi dikatakan sebagai alat berarti sebagai alat untuk
merealisasikan tujuan bersama diantara orang yang berinteraksi dan
bekerja sama tersebut. Selain itu organisasi dapat diartikan dalam arti
dinamis maupn dalam arti statis. Organisasi dalam arti dinamis adalah
seutu proses penetapan dan bagian kerja yang dilakukan,
pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggung jawab, sera
penetapan hubungan diantara elemen organisasi. Dengan demikian,
orang yang bergabung dalm organisasi tersebut dapat bekerja sama
untuk merealisasikan tujuan bersama secara efisien dan efektif.
Organisasi dalam arti satis adalah suatu bagan atau struktur yang
bewujud dan bergerakdemi pencapaian tujuan bersama, dalam istilah
lain dapat disebut sebagai stuktur atau tata raga organisasi, jadi
stuktur organisasi adalah suatu manifestasi/perwujudan dan
organisasi yng menunjukan hubungan antara fungsi otoritas dan
tanggung jawab yang saling berinteraksi dari orang yang dibri tugas
dan tanggung jawab atas setiap aktivitas. Stuktur organisasi dapat
dipandang sebagai desain yang dan utuh yang menunjukan
hubungan fungsi dari masing-masing orang yang terkait didalamnya,
jadi, organisasi dalam arti dinamis lebih cenderung disebut organisasi
sebagai suatu wadah.
Gareth morgan (1986) dan stephen P. Robin (1990:12-13)
mengemukakan bahwa organisasi sering kali dikonsepkan karena
dengan cara yang berbeda. Cara tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Kesatuan rasional dan mengejar tujuan
Organisasi untuk mencapai tujuan dan perilaku para anggota
organisasi dapat dijelaskan sebagai pengejaran rasional
terhadaptujuan tersebut.
b. Koalisi dan para pendukung (konstituensi) yang kuat
Organisasi terdiri atas kelompok yaang masing-masing memcoba
untuk memuaskan kepentingan sendiri. Kelompok tersbut
menggunakan kekuatan mereka untuk mempengaruhi sumber daya
organisasi.
c. Sistem terbuka
Organisasi adalah sistem transformasi masukan dan keluaran
yang bergantung pada lingkungan untuk kelangsunganhidupnya.
d. Sistem yaang memproduksi arti
Organisasi adalah kesatuan yang diciptakan secara artifisial,
maksudnya diciptakan secara simbolis dan mempertahankan oleh
manajemen.
e. sistem yang digabungkan secara longgar
Organisasi terdiri atas unit-unit yang relatif berdiri sendiri, dapat
mengejar tujuan yang tidak sama, atau bahkan saling bertentangan.
f. Sistem politik
Organisasi terdiri atas pendukung internal yang mencoba
memperoleh kendali dalam proses pengambilan keputusan agar
dapat memperbaiki posisi mereka.
g. Alat dominasi
Organisasi menempatkan para anggotanya kedaalam kotak-kotak
pekrjaan yang menghambat apa yang dapat mereka lakukan dan
individu yang dengannya mereka dapat berinteraksi. Selain itu,
mereka diberi atasan yang memiliki kekuasaan terhadap mereka.
h. Unit pemprosesan informasi
Organisasi menafsirkan lingkungannya, mengorganisasikan
aktivitas dan memudahkan pembuatan keputusan dengan
memproses informasi secara horizontal dan vertikal melalui
sebuah sesuai struktur hierarki.
i. Penjara psikis
Organisasi menghambat para anggota dengan membuat deskrpsi
pekerjaan, divisi dan perilaku standard, yang dapat diterima dan tidak
dapat diterima. Pada saat diterima oleh anggota, semua itu menjadi
penghalang artifisial yang membatasi pilihan.
j. kontrak sosial
Organisasi terdiri atas sejumlah persetujuan yang tidak tertulis
ketika para anggota, melakukan perilaku tertentu dan untuk itu
mereka mnerima imbalan.

Berdasarkan diskripsi tentang organisasi diatas,


pengorganisasian (organizing) adalah bagian kerja yang
direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan,
penetapan hubungan antara pekerjaan yang efektif di antara mereka,
dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar
sehingga mereka bekerja secara efisien pengorganisasian juga dapat
didefinisikaan juga sebagai suatu pekerjaan juga membagi tugas,
mendelegasikan otoritas, dan pentapan aktivitas ynag hendik
dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki organisasi.

2. Individu dan Perilaku Organisasi


Aktivitas manajer dalam perencanaan, pengorgnisasian, pengarahan,
pemotivasian, dan pengendlian yang memerlukan waktu untuk
mengambil keputusan tentang kecocokan antarndividu, tugas pekerjaan,
dan efektivitas. Keputusan tersebut secara spesifik yang di pengaruhi
oleh ciri manajer maupun oleh ciri bawahan. Pengambilan keputusan
tentang siapa yang melaksanakan tugas, tanpa mengetahui prilaku dapat
memberikan dampak negatif jangka panjang yang amat sulit untuk di
ubah kembali.
Pada umumnya disetujui bahwa untuk mengubah suatu variabel
psikologi yang diperlukan dianosa yang mendalam, pelaksanaan,
penilaian dan modifikasi. Belum ada satu metode yang mujarab yang
dapat mengubah persepsi, sikap, kepribadiaan dan pola belajar. Individu
selalu mengubah, meskipun sedikit pola perilakunya. Mamajer diprlukan
karena untuk memberikan pengaruh terhadap arah dan jenis perubahan
perilaku. Amat rumit kiranya untuk dijelaskan perilaku individu dengan
suatu generalisasi yang berlaku bagi setiap individu.
Selanjutnya gibson dan kawan-kawan mengemukakan bahea
terdapat empat ciri utama dari individu yang memepengaruhi efektivitas
organisasi. Ciri yang dimaksud adalah persepsi (perception) dan sikap
(anttudes), kepribadian (personality) dan pembelajaran (learning). Setiap
faktor tersebut mempengaruhi pola perilaku manajer dan bawahan dalam
organisasi. Manejer maupun bawahan melihat dan memahami individu
dan objek, membentuk sikap terhadap individu lain atau organisasi,
memiliki struktur kepribadian, danbelajar sambil bekerja. Oleh karena itu,
manajemen yang efektif meliputi pemahaman terhadap empat ciri utama
individu dan pengetahuan tentang hubungannya, berikut ini diskusi dari
empat ciri utama individu diatas.
1. persepsi
Persepsi (perception) adalah proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu. Karena setiap individu memberi arti kepada
stimulus maka individu yang berbeda akan melihat barang yang sam
dengan cara yang berbeda. Para anggota organisasi melihat situasi
sering kali memiliki arti yang lebih penting untuk memhami perilaku dari
pada situasi itu sendiri. Persepsi mencakup penerimaan stimulus
(masukan), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau
penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat
mempengaruhi perilaku dan bentuk sikap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau orang
lain, objek dan tanda adalah sebagai berikut.
a. Organisasi persetual
Salah satu prinsip organisasi yang paling dasar yang bertalian engan
organisasi adalah kecenderungan individu menyusun pola stimulus dari
segi hubungan gambar adalah faktor yang menjadi pusat perhatian.
Sedangkan latar belakang adalah gambar yang dialami tetapi kelihatan
samar-samar.
b. Stereotip
Cara manajer mengelompokkan para bawahan sering kali merupakan
salah satu refleksi dari prasangka konseptualnya (conteptual
bias) stereotip digunakan untuk mendiskripsikan penilaian mengenai
seseorang atas dasar keanggotaan etnisnya.
c. Persektif selektif
Konsep persektif selekif (selektive perception) amat penting bagi
manajer karena mereka sering kali menerima jumlah besar informasi
yang mendukung pandangan mereka. Individu cenderung mengabaikan
informasi yang dapat membuat mereka tidak senang.
d. Karakteristik manajer
Manajer yang mempersepsikan perilaku dan perbedaan individual
dari pada bawahan dipengaruhi oleh sifitnya sendiri. Apabila mereka
memahami bahwa sifat- sifat dan nilai mereka sendiri mempengaruhi
perepsi, mungkin mereka dapat melaksanakan evaluasi yang lebih teliti
mengenai bawahan mereka.
e. Faktor situasional
Tekanan waktu, sikap individu yang bekerja sama dengan manejer
dan faktor-faktor situasi lain mempengaruhi ketelitian persepsi.
f. Kebutuhan
Kebutuhan dan keinginan individu, demikian pila manajer akan
mempengaruhi persepsi.
g. emosi
emosi seseorang akan mempengaruhi persepsi yang kuat, seperti
rasa benci yang berlebihan terhadap suatu peraturan organisasi dapat
meyebabkan individu tersebut tidak menyenangi sebagian besar
kebijakan dan peraturan organisasi, demikian pula sebaliknya terhadap
individu yang memiliki emosi yang rendah hanya berpengaruh sedikit
terhadap persepsi.

2. Sikap
Sikap (anttitude) adalah kesiapsiangan mental yang diorganisasikan
melalui pengalaman yang memiliki pengaruh trtentu kepada tanggapan
seseorang terhadap orang, objek dan situasi yang berhubungan
dengannya.
Definisi ini memberikan pengaruh kepada manajer sebagai berikut.
a. Sikap menentukan kecenderungan individu terhadap segi tertentu
dari dunia ini.
b. Sikap memberikan dasar emosional bagi interpesonal seseorang
dan pengenalannya terhadap orang lain.
c. Sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti kepribadiaan.
Sikap individu dapat dibetuk melalui berbagai sumber. Seperti dari
keluarga teman sekerja dari kelompok, masyarakat dan pengalaman
kerja, sebelumnya pengalaman keluarga sewktu kanak-kanak membantu
mencitakan suatu individu kelompok taman sepermainan mampu
mempengaruhi sifat karena individu ingin diterima oleh ondividu lain,
kebudayaan (adat istadat) dan bahasa dari masyarakat mempengaruhi
sikap, individu belajar dan mengetahui sikap terdap faktor-faktor seperti
persamaan upah, penimbangan prestasi, kemampuan manajemen,
pendekatan kerja dan keanggotaan serikat kerja.
Manajer memiliki tugas untuk menubah sikap para bawahannya
karena sikap sebelumnya yang sudah terbentuk menghindari
pelaksanaan pekerjaan dari individu meskipun terdapat beberapa vareibel
yang mempunyai sikap tetapi semua variabel tersebut dapat
didiskripsikan dipandang dari segi dua faktor umum,yaitu kepercayaan
kepada widiasuara (comunicator) dan kepada pesan (message) itu
sendiri. Apabila bawahan tidak percaya kepada manajer, mereka tidak
akan menerima pesan atau perubahan sikap. Manajer yang kurang
beribawa dan tidak dihargai oleh bawahan atau atasan yang berada
dalam posisi yang sukar. Pekerjaan menuntut agar ia mengubah sikap
bawahan supaya bekerja lebih efiktif.
Salah satu hal yang dapat digunakan sebagai cara mengorganisasi
sejumlah sikap adalah nilai. Nilai memiliki hubungan yang amat erat
dengan sikap. Nilai (value), bagaimana didefenisikan oleh Eduar spager
(1795:11), adalah kumpulan dari perasaan senang dan tidak senang,
pandangan, keharusan, kecenderungan dalam individu, pendapat yang
rasional dan tidak rasional, prasangka, dan pola asosiasi yang
menentukan pandangan seorang tentang dunia.
3. Kepribadian
Kepribadian adalah salah satu masala palinh rumit dipahami oleh
para manajer suatu organisasi adalah hubungan antara perilaku
(behavior) dan kepribadian (personality), faktor-faktor hasil cipta hasil
karya manusia dan sosial dapat mempengaruhi kepribadian individu.
Secara singkat salfatore R. Maddi (1941). Membatasi bahwa
kepribadiaan seorang adalah serangkaian ciri yang relatif mantap,
kecenderungan dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor
keturunan dan oleh faktor-faktor sosial kebudayaan, lingkungan,
serangkaian variabel ini menentukan persamaan dan perbdaan dalam
perilaku individu.
Pendekatan konseptual (conceptual approach)yang serangkaian
digunakan untuk memahamikepribadian individu adalah pendekatan ciri
dan teori psikodinamis
a. Pendekatan diri
Ciri (trait) adalah kecenderungan yang dapat diduga, yang
mengarahkan perilaku individu berbuat dengan cara yang konsisten dan
khas. Ciri mengkasilkan perilaku yang konsisten karena ciri merupakan
sikap yang menetap dan memiliki jangkauan yang umum.
b. Teori psikodinamis
Sikap yang dinamis dari kepribadian belum dikemukakan secara
sunguh-sunguh sampai terbitnya karangan sigmund freud,
mengemukakan perbedaan individu dalam kepribadian dengan
mengajukan pendapat bahwa individu menghadapi motivasinya yang
utama secara berbeda. Tetapi perang terus menerus antara dua bagian
dari kepribadian, yaitu Id dan superego ynag diperlema oleh ego.
Id artinya sebagai yang primitif dan tidak sadar dari kepribadian,
gedung stimulus pokok, cara bekerja secara tidak rasional dan secara
implusif, tetapi tampak mempertimbangkan hal-hal yang di inginkan
tersebut mungkin atau dapat diterima dari segi moral,.super ego adalah
gudang dari nilai individu, termaksud sikap normal yang dibentuk oleh
masyarakat. Siperego sering kali bertentangan dengan hal Id. Id ingin
mengerjakan hal-halyang dirasa baik, sedangkan superego mendesak
mengerjakan hal yang benar.
Ego bekerja seperti wasit dari pertentangan antara Id dan superego.
Ego mewakili gambaran individual mengenai realitas fisik dan sosial, dan
gambaran mengenai hal- hal yang mungkin terjadi dalam duniah yang
dialaminya. Bagian tugas ego adalah memilih tindakan yang akan
memberi kepuasan atas desakan hati tanpa menimbulkan akibat yang
tidak diinginkan.
c. Teori humanistis
Pendekatan humanistis terhadap pemahaman memberi tekanan pada
perkembangan da aktualisasi diri, (self-aztualization) dari individu. Teori
humanistis menekankan pentingnya cara mempersepsikan dunia
merekadan kekuatan yang memengaruhinya. Teori humanistis
menekankan individu dan pentingnya aktuliasasi diri dari kepribadian.

4. Belajar
Belajar adalah proses terjadinya perubahan yang relatif tetap dalam
perilaku harus banyak bersifat permanen. Praktik dimaksudkan untuk
mencakup formal dan juga pengalaman yang tidak terkendalikan.
Perubahan yang menjadi ciri belajar mungkin adaptif dan memajukan
efektivitas tetapi mungkin juga tidak adaptif dan tidak efektif.
Ciri utama individu dan pengaruhnya terhadap efektivitas organisasi
disajikan pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 ciri utama individu dan pengaruhnya terhadap efeksifitas
organisasi

Ciri utama Deskripsi Faktor-faktor yang


memengaruhi
1. Persepsi Proses pemberian arti a. Organisasi
terhadap lingkungannya perspektif.
b. Stereotif
c. Persepsi
selektif.
d. Karakteristik
manajer
e. Faktor
situasional.
f. Kebutuhan
g. Emosi
2. sikap Kesiapsiagaan mental a. keluarga
yang diorganisasikan b. teman
lewat pengalaman sekerja dalam
kelompok
c. masyarakat
d. lingkungan
e. pengalaman
bekerja
sebelumnya
3. kepribadian Ciri yang relatif mantap, a. faktor
kecenderungan, keturunan
perangai, yang dimiliki b. faktor sosial
oleh individu c. kebudayaan
d. pendidikan
e. lingkungan
4. belajar Proses pematangan diri a. motivasi
melalui prilaku dan b. kecerdasan
praktik c. tuntutan
pekerjaan
d. lingkungan

3. Jenis-Jenis perencanaan
J.W.McDavid dan M. Harari (1968:237) mendefinisikan kelompok
sebagai suatu sistem yang teroganisasi yang terdiri atas dua orang atau
lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut
melkukan fungsi klompok dan tiap-tiap anggotanya.
Definisi diatas menekankaan beberapa ciri dari kelompok, seperti peran
dan norma. Peran yang ada dalam kelompok trdiri atas:
1. Peran yang dirasakan adalah serangkaian perilaku yang dianggap
harus dilakukan oleh orang yang menduduki posisi yang
bersangkutan.
2. Peran yang dimaainkan adalah perilaku yang benar-benar dilakukan
oleh seseorangGibson dan kawan –kawan mendefinisikan kelompok
yang agak berbeda dengan yang dikemukakan McDavid, kelompok,
menurut gibson adalah dua orang bawahan atau yang lebih yang
saling memengaruhi dengan cara yang sedemikian. Rupa sehingga
perilaku dan atau hasil karya seorang anggota yang dipengaruhi oleh
perilaku dan atau hasil karyapara anggota lainnya, (gibson,
ivancevich dan donnely, 1984:324-325)
Dua tipe kelompok , yaitu kelompok formal dan kelompok informal
dibentuk karena beberapa alasan . alasan yang dimaksudkan gibson
sebagai berikut.
a. Pemuasan kepuasan.
Untuk memperoleh kepuasan (satisfaction) atas terpenuhnya
kebutuhan dapt merupakan daya stimulus yang kuat untuk
pembentukan kelompok. Khususnya kebutuhan keamanan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri dari beberapa bawahan dapat
dipuaskan dengan cara yang bergabung dalm kelompok.
b. Kedekatan dan daya tarik
Kedekatan (proximity) adalaj jarak fisik antara para bawahan yang
melakukan pekerjaan, sedangkan daya tarik (attraction) menunjukan
daya tarik individu yang satu dengan yang lainnya karena mereka
memiliki kesamaan persepsi, sikap, hasil, karya, atau motivasi.
c. Tujuan kelompok
Apabila dipahami secara saksama tujuan kelompok (group goal)
dapat merupakan alasan mengapa individu tertarik kepada kelompok.
d. Alasan ekonomi
Seringkali individu membentuk kelompok karena brpendapat
bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan ekonomi yang lebih
besar dari pada pekerjaan mereka.

Keempat alasan diatas hanya dari beberapa alasan yang masih


banyak lagi mengapa individu bergabung dalam kelompok . tampaknya
individu memasuki kelompok karena kelompok yang bersangkutan
dianggapnya sebagai cara memenuhi kebutuhan. Demikian pula bahkan
aktivitas dan tujuan kelompok merupakan faktor yang menarik para
anggotanya. Segi lain mengapa ornag memasuki kelompok menyangkut
kedekatan yang satu dengan yang lainnya, yang merupakan alasan bagi
interaksi dan penemuan karakteristik yang sama.
Seperti halnya individu, dalam pengembangan kelompoknya perlu
belajar yang dilakukan, baik berupa kegiatan belajar individual maupun
belajar bekerja sama dengan tiaap-tiap anggota lainnya. Suatu proses
perkembangan yang urutan menunjukan bahwa pada dasarnya
perkembangan dimulai dari saling mempercayai diantara para anggota
sampai kepada saling berkomunikasi dan akhirnya memelihara
pengendalian.
Brenrd bass (1965:197-7) mengemukakan suatu moodel dari
perkembangan kelompok dengan suatu asumsi bahwa kelompok
menempuh tahap perkembangan sebagai berikut.
a. Saling menerima
Pada tahap permulaan dari pembentukan kelompok, pada umumnya para
anggota segan untuk saling berkomunikasi, para anggota secara spesifik
tidak bersdian menyatakan pendapatannya, sikap, dan kepercayaannya.
b. Komunikasi dan pengambilan keputusan
Tahap kedua setelah kelompok harus menerima, para anggotanya mulai
mengadakan komunikasi secara terbuka diantara yang satu dengan yang
lainnya. Komunikasi tersebut mnghasilkan kepercayaan yang meningkat
dan bahkan menimbulkan intraksi yang lebih banyak diantara para
anggita kelompok.
c. Motivasi dan produktivitas
Pada tahap ini para anggota kelompok beusaha mencapai tujuan
kelompok. Kelompok bekerja sebagai unit yang bekrja sama dan tidak
sebagai unit yang saling bekompetensi.
d. Pengendalian dan organisasi
Pada tahap ini merupakan tingkat dimana afiliasi kelompok dinilai dan
para anggotanya dikelola oleh norma kelompok. Tujuan kelompok lebih
penting dari pada tujuan individu. Norma kelompok dipegang teguh. Oleh
karena itu, etiap pelanggaran diberi sanksi.
Apabila kelompok telah berkembang dan dengan berbagai
tahap perkembangan maka kelompok tersebut mulai menampakan
karakteristik tertentu. Untuk memahami perilaku kelompok perlu diketahui
karakteristik umum sebagai berikut.
1) Sruktur
Pada tiap kelompok berkembang beberapa tipe struktur setelah
melewati jangkah waktu tertentu dalam kelompok dibedakan atas
dasar faktor-faktor seperti, keahlian , kekuasaan, status dan
sebagainya. Tiap-tiap anggota menduduki posisi tertentu dalam
kelompok. Hubungan antara posisi merupakan struktur kelompok.
Strukturkelompok ini menunjukan adaanya hierarki.
2) Hierarki status
Status yang diberikan kepada posisi tertentu merupakan
konsekuensi dari karakteristik tertentu, yang membdakan antara
posisi yang satu dengan posisi yang lainnya. Perbedaan status
memiiki pengaruh yang amat besar atas pola dan isi komunikasi
dalam kelompok.
3) Pesan
Setiap posisi dalam sruktur kelompok memiliki peran yang saling
berhubungan, yang terdiri atas perilaku dari mereke yang menduduki
posisi tersebut.
4) Norma
Seperti yang pernah disinggung dimuka bahwa norma adalah
standar yang diterima oleh para anggota kelompok.
5) Kepemimpinan
Peran kepemimpinan dalam kelompok merupakan suatu
karakteristik penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok memiliki
pengaruh tertentu para anggota kelompok.
6) Kesatupaduan
Baik kelompok formal maupun informal tampaknya memilki
hubungan yang amat erat kesamaan sikap, perilaku, dan perbuatan.
Kedekatan ini biasanya disebut kesatupaduan dipandang sebagai
suatu kekuatan yang memaksa para anggota untuk tetap berada
dalam satu kelompok. Kekuatan tersebut lebih besar dari pad
kekuatan yang menarik anggota untuk keluar dari kelompok.
Bersatupadu tersebut meliputi orang yang saling tertarik yang satu
terhadap yang lain klompok yang kurang erat kesatupaduaanya tidak
memiliki daya tarik interpersonal bagi para anggotanya.

D.cartrivright dan A. Zander (1968), Robbin (1994), mengemukakan


bahwa suatu kelompok dapat memiliki daya tarik disebabkan oleh hal-hal
berikut.
4. tujuan kelompok dan tujuan para anggota dapar singkrong yang
ditentukan secara jelas.
5. kelompok memiliki seorang pemimpin yang berkarisma.
6. reputasi atas nama baik kelompok menunjukan bahwa kelompok
berhasil menyelesaikantugasnya dengan baik.
7. kelompok tersebut cukup kecil dan memungkinkan para anggotanya
dapat saling mendengar pendapat yng saling mengevluasi.
8. para anggotanya dapat mengatasi hambatann dan rintangan dan
mereka saling mendukung serta tidak membatasi perkembangan dan
kemajuan pribadi. Kelima faktor diatas memiliki hubungan yang amat
erat dengan pemuasan kebutuhan. Seperti telah dibahas sebelumnya
bahwa salah satu alasan dari pembentukan kelompok adalah
memenuhi atau memuaskan kebutuhan. Apabila seorang dapat
mengabungkan diri dalam kelompok maka pemuasan kebutuhan
akan meningkat.

4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-
mekanisme formal dimana organisasi dikelola. Struktur organisasi
menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun
orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur
organisasi adalah:
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Teknologi yang digunakan
3. Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi
4. Ukuran organisasi
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
1) Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-
tugas individual dalam organisasi.
2) Standarisasi kegiatan yang digunakan organisasi untuk
menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan
3) Koordinasi kegiatan yang mengintegrasikan fungsi-fungsi
satuan kerja organisasi
4) Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5) Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam
suatu kelompok kerja.
Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi,
departemen-departemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan
hubungan di antaranya. Bagan organisasi memperlihatkan lima aspek
utama suatu struktur organisasi:
1. Pembagian kerja.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokkan segmen-segmen pekerjaan
5. Tingkatan manajemen

5. Prinsip Organisasi
Prinsip adalah suatu pernyataan dan suatu kebenaran yang
pokok, yang memberikan suatu petunjuk kepada pemikiran dan
tindakan. Prinsip merupakan dasar meskipun tidak mutlak. Prinsip
tidak sama dengan undang-undang dan tidak berarti bahwa hasil
yang sama akan terjadi dalam tiap situasi yang tampaknya sama.
Dalam aplikasi manajemen, prinsip adalah fleksibel karena prinsip
memperhatikan kondisi spesifik dan kondisi yang berubah. Prinsip
merupakan pedoman, prinsip membantu dalam pengertian dan
aplikasi manajemen, prinsip harus digunakan secar cermat dan bijak.

Prinsip-prinsip organisasi adalah :


1. Organisasi dan tujuan
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai,
dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2. Esensi organisasi
Tanggung jawab pengorganisasian maupun tanggung jawab
pelaksanaan selalu bersifat individual. Tanggung jawab didelegasikan dari
seseorang kepada oranglain. Individu yang menerima tanggung jawab
membentuk suatu kewajiban yang juga bersifat pribadi. Apabila seorang
manajer menerima jabatan, ia harus menerima dan memegang tanggung
jawab.
3. Tanggung jawab dan otoritas
Otoritas harus seimbang dengan tanggung jawab, artinya seseorang
yang diberi tanggung jawab harus juga diberi otoritas untuk
melaksanakan sesuatu yang diperlukan guna memenuhi tanggung jawab
mereka.
4. Spesialisasi untuk efisiensi
Organisasi yang efektif membagi tanggung jawab dalam bagian
sehingga mengadakan spesialisasi dan menambah efisiensi dalam
masing-masing bagian tersebut.
5. Rentang kendali
Rentang kendali adalah tingkat pengendalian atau tingkat delegasi
tanggung jawab. Prinsip ini menganggap bahwa terdapat batas tertentu
terhadap jumlah bawahan yang dapat dikelola ileh seorang manajer.
Selain prinsip yang telah didiskripsikan diatas, terdapat sejumlah prinsip
yang dipandangnya bermanfaat dalam mengelola organisasi. Prinsip
tersebut memberikan pedoman untuk menyusun suatu system tugas dan
otoritas yang saling berkaitan.
5 prinsip structural yang dimaksud sebagai berikut :
1) Prinsip pembagian kerja
2) Prinsip satu arah
3) Prinsip sentralisasi
4) Prinsip otoritas dan tanggung jawab
5) Prinsip rantai komando

6. Proses Ornanisasi
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah:
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi
2) Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara
logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh
sekelompok orang.
3) Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara
yang logis dan efisien
4) Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota
organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis
5) Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan
efektivitas.
Menurut T Hani Handoko (1999) proses pengorganisasian dapat
ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur sebagai berikut:
a. Pemerincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
b. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan
yang secara logis dapat dilaksanakan oleh satu orang.
Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat juga tidak terlalu
ringan.
c. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis.

7. Mengembangkan Efektifitas Organisasi


Pendekatan pengembangan organisasi (Organization
development approach) dimaksukan untuk menggerakkan seluruh
organisasi agar berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi sambil
meningkatkan prestasi kerja dan kepuasan para anggota organisasi.
Sebagai konsep formal, pengembangan organisasi belum
memiliki definisi yang tetap, terutama karena merupakan label yang
cocok untuk berbagai aktivitas. KutipanGibson dari The Laboratory
Approach to Organization Development atas Alexander Winn
(1580:430) menunjukan definisi pengembangan organisasi sebagai
berikut.
Istilah pengembangan organisasi mengandung arti suatu strategi
normative,redukasi yang dimaksud untuk mempengaruhi system
kepercayaan, nilai, dan sikap didalam organisasi sehingga organiasi
tersebut lebih mampu menyesuiaikan diri dengan tingkat perubahan
yang cepat dalam teknologi. Dalam lingkungan industri dan
masysrakat pada umumnya. Penembangan organisasi mencakup
juga penyusunan kembali struktur organisasi yang seringkali dimulai,
dimudahkan ,dan dilakukan oleh perubahan normative dan
keperilakuan.
French da Dell mendefinisikan pengembangan organisasi yang
menekankan aspek-aspek tertentu dari pendekatan terhadap
pengolahan perubahan atau pengembangan organisasi. Menurut
mereka pengembamgan organisasi adalah upaya jangka panjang
yang didukung manajemen puncak untuk memperbaiki proses
pemecahan permasalahan dan proses pembaruan organisasi,
khususnya melalui diagnosis dan manajemen budaya organisasi yang
lebih efektif, tim sementara, dan budaya antar kelompok dengan
bantuan konsultan yang bertindak sebagai katalisator dan
penggunaan teori dan teknologi psikologoterapan, termasuk
penelitian tindakan.
Berdasarkan definisi yang diajukan di atas, terdapat beberapa hal
memerlukan deskripsi yang lebih spesifik berikut ini.
1. Proses pemecahan permasalahan (problem solving process)
pada metode organisasi untuk menghadapi ancaman dan peluang dalam
lingkungannya.
2. Melalui proses pembaruan (renewal process)
Mengadaptasi gaya pemecahan permasalahan dan tujuannya agar cocok
dengan tuntutan perubahan lingkungan organisasi. Dengan demikian,
salah satu tujuan pengembangan organisasi adalah memperbaiki proses
pembaruandiri organisasi hingga manajer dapat lebih cepat mengadopsi
gaya manajemen yang tepat untuk permasalahan baru yang dihadapinya.
2. Manajemen kolaboratif (Collaborative management)
berarti manajemen melalui peran serta bawahan dan pembagian otoritas,
dan bukan melalui penereapan otoritas melalui heirarkis.
3. Budaya (culture)
merujuk pada aktivitas , interaksi, norma, nilai ,sikap, dan perasaan yang
umum.
4. Kaji tindak (Action research)
mengacu pada cara agen perubahan pengembangan organisasi
berusaha untuk mengetahui aspek apa dari organisasi yang perlu
diperbaiki dan bagaimana organisasi dapat dibantu untuk melakukan
perbaikan. Biasanya penelitian tindakan meliputi aktivitas berikut.
a. Diagnosis awal mengenai permasalahan oleh agen perubahan
pengembangan organisasi
b. Pengumpulan data untuk mendukung atau menyanggah
diagnosis tersebut
c. Umpan balik data kepada para anggota organisasi
d. Penyelidikan data oleh para anggota organisasi
e. Perencanaan tindakan yang cepat
f. Pengambilan tindakan yang tepat
Pengembangan organisasi sebagai suatu istilah yang digunakan
dalam praktik manajemen kontemporer memiliki karateristik sebagai
berikut.

1) Pengembangan organisasi adalah direncanakan


Pengembangan organisasi adalah pendekatan yang berdasar
data kepada perubahan yang melibatkan seluruh bahan yang masuk
kedalam perencanaan manajerial. Pengembangan organisasi meliputi
penerapan tujuan, perencanaan kinerja, (peformance), pemantauan
(monitoring), dan pengambilan tindakan koreksi (recectiva action)
apabila dipandang perlu.
2) Pengembangan organisasi berorientasi pada permasalahan
Pengembangan organisasi berusaha menetapakan teori dan
penelitan dari sejumlah disiplin, termasuk ilmu perilaku kepada
pemecahan permasalahan organisasi.
3) Pengembangan organisasi mencerminkan suatu pendekatan
system.
Pengembangan organisasi adalah sistemik dan juga sistematis.
Pengembangan organisasi merupakan suatu cara untuk mengkaitkan
lebih erat sumber daya manusia dan potensi suatu organisasi dengan
teknologi , struktur, dan proses manajemen.
4) Pengembangan organisasi merupakan bagian integral dari proses
manajemen
Pengembangan organisasi bukan suatu yang dikerjakan untuk
organisasi oleh orang luar. Pengembangan organisasi merupakan
cara menangani proses parubahan keorganisasian.
5) Pengembangan organisasi bukan suatu strategi yan gsiap pakai
Pengembangan organisasi mencerminkan suatu proses yang
berlangsung terus-menerus. Pengembangan organisasi bukan
serangkaian aktivitas spesifik yang dirancang untuk melaksanakan
perubahan tertentu. Pengembangan organisasi memerlukan waktu
untuk menjadi suatu cara hidup dalam organisasi.
6) Pengembangan organisasi memusatkan perhatian pada
kemajuan
Tekanan yang diutamakan oleh pengembangan organisasi adalah
kamajuan. Pengembangan organisasi bukan hanya antuk organisasi
yang sakit atau organisasi yang kaya. Pengembangan organisasi
adalah sesuatu yang dapat bermanfaat bagi semua organisasi.
7) Pengembangan organisasi beroreintasi pada tindakan
Pengembangan organisasi memusatkan perhatian pada prestasi
dan hasil. Berbeda dengan pendekatan lain untuk mendapatkan
perubahan yang cenderung menguraikan bagaimana terjadinya
perubahan keorganisasian, pengembangan organisasi menekankan
pada cara melakukan perubahan.
8) Pengembangan organisasi berdasarkan teori dan praktikyang
sehat
Pengembangan organisasi buakn suatu tipu daya atau metode.
Pengembangan organisasi memiliki dasar ayng kuat dari teori dan
penelitian dari beberapa disiplin.
Karateristik penembangan organisasi kontemporer sebagian
menunjukan bahwa para manajer melaksanakan program
pelaksanaan organisasi terikat untuk mengadakan perubahan
fundamental dalam perilaku organisasi.
Pelaksanaan metode pengembangan organisasi memiliki dua
dimensi yaitu penentuan waktu (timing) dan cakupan (scope).
Pertama menyangktu pemilihan waktu yang tepat bergantung pada
sejumlah faktor, terutama daur (siklus) waktu organisasi dan dasar
yang mendahului program.kedua (cakupan) menyangkut pemilihan
skala dan bergantung pada strategi. Program mungkin dilaksanakan
diseluruh organisasi atau mungkin juga program dilaksanakan
bertahap dair hierarki ke hierarki atau dari departemen ke
departemen. Strategi bersama menggunakan pendekatan bertahap
yang membatasi cakupan, tetapi member umpan balik (feed back)
bagi setiap pelaksana selanjutnya.
Hasil penelitian Peters dan Weterman (1982) yang dilakukan
terhadap perusahaan seperti IBM, Du Pont, 3M, McDonalt, seta
Pocter dan Cambia ditemukan delapan karateristik yang menunjukan
efektivitas suatu organisasi, yaitu:
a. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan;
b. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara
penuh kebutuhan pelanggan;
c. Mereka member para karyawan suatu tingkat otonomi yang tinggi
dan memupuk semangat kewirausahaan (entrepreneur sprit);
d. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para
karyawan;
e. Para karyawan mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan
para manajer terlibat aktif pada masalah disemua tingkat;
f. Mereka selalu dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan
pahami;
g. Memiliki struktur organisasi yang luwes dan sederhana dengan
jumlah orang yang meminimum dalam aktivitas staf pendukung;
h. Menggabungkan control yang ketat dan disentralisai untuk
mengamankan nilai inti perusahaan dengan kontorl yang longgar
dibagian lain untuk mendorong pengambilan resiko serta inovasi
(Robbin, 1994: 57)

C. PEMBAHASAN
Pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang
strukturformal, mengelompokkan dan mengatur, serta membagi tugas
atau pekerjaandiantara para anggota organisasi, agar tujuan
organisasi dapat dicapai denganefisien. Manusia merupakan unsur
terpenting dalam pengorganisasian karenamanusia terdapat di dalam
tugas-tugas yang saling berhubungan.
Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi
yangsesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya
yang dimiliki danlingkungan yang melingkupinya. Keberhasilan
manajer mengelola organisasitergantung pada kemampuannya
menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harusdilaksanakan anggota
organisasi untuk mencapai tujuan.Struktur organisasi merupakan
mekanisme-mekanisme formal dalammengelola organisasi
berdasarkan unsur spesialisasi, standardisasi, koordinasi,sentralisasi
atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran
satuankerja.
Struktur organisasi juga mengandung pengertian sebagi sistem
atau jaringan kerja dari tugas-tugas, pelaporan relationship dan komu
nikasi yangmenghubungkan pekerjaan individual dan kelompok.
Penstruktural kembaliatau restructuring mengacu pada perubahan
dari sebuah struktur organisasidalam usahanya meningkatkan kinerja.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap komitmen organisasi diantaranya adalah
kejujuran dalam pekerjaan, perhatian, kepedulian dan kepercayaan
terhadap karyawan, perbedaan karakteristik individu (usia, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, karakteristik yang
berhubungan dengan pekerjaan, karakteristik struktural (formalitas,
desentralisasi), pengalaman dalam kerja, kepercayaan dan
penerimaan yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi,
keinginan bekerja keras demi kepentingan organisasi, dan keinginan
untuk mempertahankan diri agar tetap menjadi anggota organisasi.
Dan bahwa aspek-aspek komitmen organisasi meliputi kemauan
yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi
yang ditandai dengan kesetiaan pada organisasi atau perusahaan,
kemampuan yang kuat berusaha semaksimal mungkin demi
kemajuan dengan ikut mendukung kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan sasaran organisasi serta adanya penerimaan nilai, tujuan dan
sasaran organisasi. Aspek-aspek yang akan dijadikan alat ukur
adalah perasaan manunggal dengan organisasi, perasaan terlibat
pada organisasi, dan perasaan setia dan loyal pada perusahaan.
E. DAFTAR PUSTAKA

Syani, Abdul. 2009. Pengorganisasian. Google doc


Bowo Arief, 2008. Pengorganisasian. Fakultas Ekonomi, Universitas
Mercu buana : Jakarta
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
http://mujihartopanga.blogspot.co.id/2014/05/bab-4-
pengorganisasian.html

BAB 7
BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH
A. TUJUAN
1. Mengetahui konsep organisasi budaya sekolah
2. Mengetahui karakteristim budaya sekolah
3. Mengetahui iklim sekolah
4. Mengetahui manfaat budaya dan iklim organisasi sekolah yang
kondusif
5. Mengetahui klasifikasi iklim sekolah dan Langkah-langkah
Membangun Budaya dan Iklim yang Positif
6. Mengetahui contoh-contoh budaya dan iklim sekolah yang
kondusif
B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI
1. Budaya Organisasi Sekolah
Budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi yang
mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi. Budaya
organisasi menunjukkan refleksi dari kepribadian pemimpin dan staf
yang memiliki pola kerja sesuai standar yang diharapkan.
Keseluruhan budaya organisasi akan mempengaruhi sikap dan
perasaan anggota organisasi. Dengan demikian kualitas lingkungan
internal organisasi yang dialami anggota, mempengaruhi perilaku
anggota, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik
organisasi.
Budaya sekolah berkaitan dengan asumsi-asumsi, nilai-nilai,
norma, perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah.Budaya yang
positif ditandai dengan munculnya perilaku dan kebiasaan positif di
kalangan warga sekolah. Dalam arti luas budaya positif sekolah
berkenaan dengan keadaan kondusif untuk kepuasan professional,
morale, keefektifan, dan pemenuhan keberhasilan belajar siswa,
kinerja guru dan tenaga kependidikan.

2. Karakteristik Budaya Sekolah


Karakteristik budaya sekolah ada yang positif, kondusif,
menunjang pencapaian tujuan pendidikan, namun ada juga budaya
yang negatif cenderung menurunkan kinerja warga sekolah. Secara
umum beberapa karakteristik budaya sekolah yang positif, yaitu:
1) kesuksesan guru dan siswa secara individu dihargai dan dijunjung
tinggi,
2) hubungan daninteraksi ditandai keterbukaan, percaya, respek dan
apresiasi,
3) hubungan antar staf bersifat kolegial, kolaboratif, dan produktif,
dan semua anggota staf memegang standar professional yang
tinggi,
4) siswa dan anggota staf merasa aman fisik dan emosional,
kebijakan dan fasilitas sekolah meningkatkan rasa aman siswa,
5) pemimpin, guru, dan anggota staf sekolah menjadi model perilaku
yang positif dan sehat bagi siswa,
6) kesalahan tidak dihukum sebagai kegagalan, tetapi dianggap
sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh baik bagi siswa
maupun bagi guru,
7) secara konsisten siswa memegang harapan akademik yang
tinggi, dan mayoritas siswa mewujudkan harapan itu,
8) keputusan kepemimpinan yang penting dibuat secara kolaboratif
dengan memperoleh input dari anggota staf, siswa, dan orang tua
siswa,
9) kritik disikapi konstruktif tidak antagonik,
10) sumber-sumber pendidikan dan kesempatan belajar didistribusi
merata pada semua siswa, baik minoritas maupun siswa yang
berkebutuhan khusus ,
11) Semua siswa memiliki akses untuk support akademik dan
kebutuhan layanan untuk sukses (the Glossary of Education
Reform).Peterson (2012) menjelaskan budaya positif sekolah
antara lain menjunjung tinggi kesuksesan, menekankan
pencapaian hasil dan kolaborasi, membantu perkembangan staf
dan pembelajaran siswa. Ditambahkannya juga karakteristik
negatif budaya sekolah, yaitu : kurang jelasnya tujuan sekolah,
memiliki norma yang menolak reinforce, kesalahan siswapada
kurang progress, tidak menghargai kolaborasi, sering memiliki
aktivitas yang bermusuhan antar staf.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka kepala sekolah diharapkan
bisa mewujudkan budaya yang positif dan mengurangi bahkan
menghilangkan budaya negatif di sekolah. Mewujudkan budaya positif
berarti memahamkan semua warga sekolah akan nilai yang dijunjung
tinggi di sekolah, membiasakan perilaku warga sekolah sesuai
dengan tuntutan perkembangan dankemajuan sekolah.

3. Iklim Sekolah
Iklim sekolah mengacu kepada suasana lingkungan internal
sekolah, baik dari segi fisik maupun sosial. Iklim yang kondusif
ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar dan bekerja yang
aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dan
segenap kegiatan dapat berlangsung dengan baik. Dimensi iklim
sekolah dikembangkan oleh National School Climate Center ( 2016)
dapat membantu menganalisis iklim sekolah.
Dimensi yang dimaksud meliputi keamanan yang berupa aturan
dan norma, jaminan keamanan fisik, jaminan keamanan emosional-
sosial; belajar dan pembelajaran berupa support pembelajaran,
pengembangan pembelajaran sosial dan kewarganegaraan;
hubungan interpersonal yang berupa respek terhadap keberagaman,
support sosial orang dewasa terhadap siswa, support sosial antar
siswa; lingkungan institusional yang berupa koneksi warga sekolah,
ketercukupan fasilitas fisik sumber material; kondisi staf yang berupa
kepemimpinan, hubungan professional.Dimensi tersebut kemudian
dikembangkan indikator dan instrumennya.
4. Manfaat Budaya dan Iklim Organisasi Sekolah yang Kondusif
Budaya dan iklim sekolah mempengaruhi prestasi belajar siswa
dan kualitas sekolah. Kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan
siswa merasakan manfaat budaya dan iklim yang kondusif di sekolah.
Beberapa manfaat budaya dan iklim organisasi sekolah yang kondusif
adalah :
1) kepala sekolah memperoleh kemudahan dalam mengelola
sekolah;
2) guru memperoleh kemudahan dalam mengajar dan mendidik
siswa dan merasa dihargai;
3) siswa merasa senang, tenang, aman dan krasan belajar di
sekolah;
4) orangtua dan masyarakat merasa dirinya diterima dan dilibatkan
dalam kegiatan di sekolah.
Manfaat tersebut secara terintegrasi dirasakan oleh semua
komponen sumber daya manusia di sekolah sehingga dapat
menunjang keberhasilan sekolah.

5. Klasifikasi Iklim Sekolah


Munandar (2007) mengelompokkan iklim organisasi menjadi 6,
yaitu iklim terbuka, otonom, terkontrol, familier, faternal, dan tertutup.
Iklim terbuka, memiliki ciri-ciri anggota senang bekerja, saling bekerja
sama, adanya keterbukaan pimpinan dan anggota. Ciri-ciri tersebut
penting bagi kelancaran organisasi. Hoy & Sabo (1998) juga
menjelaskan pentingnya iklim organisasi yang terbuka dan sehat.
Iklim otonom, memiliki ciri-ciri ada kebebasan, peluang kreatif. Ciri ini
tepat dilaksanakan bila anggota organisasi itu relative bisa
mandiri.Iklim terkontrol, memiliki ciri-ciri penekanan atas prestasi
dalam mewujudkan kepuasan, bekerja keras, kurang hubungan
sesama. Iklim organisasi ini lebih menekankan pada pencapaian
tujuan organisasi, sedangkan hubungan kesejawatan kurang
diperhatikan. . Iklim familiar, memiliki ciri-ciri adanya rasa kesejawatan
yang tinggi antara pimpinan dan anggota.
Ciri-ciri iklim organisasi ini kebalikan dari organisasi yang
terkontrol, karena lebih mengutamakan hubungan antar manusia
daripada pencapaiann tujuan organisasi.Iklim fraternal, memiliki ciri-
ciri pengontrolan pimpinan terhadap anggota, semuanya sesuai
pimpinan. Ciri-ciri organisasi ini hampir sama dengan iklim terkontrol.
Keterlibatan staf dan hubungan antar manusia kurang mendapat
perhatian.Iklim tertutup, memiliki ciripimpinan sangat tertutup dengan
anggota yang berdampak pada rendahnya kepuasan pegawai,
rendahnya prestasi tugas, rendahnya kebutuhan sosial anggota.
Klasifikasi iklim terbuka, otonom, familiar, dengan mencermati ciri-
ciri yang menyertainya lebih memungkinkan terwujudnya sekolah
yang kondusif. Sementara iklim tertutup dengan beberapa ciri yang
ada mengarah pada sulitnya terwujud sekolah yang kondusif.

6. Langkah-langkah Membangun Budaya dan Iklim yang Positif


Semua warga sekolah perlu dilibatkan dalam mewujudkan
budaya dan iklim yang positif. Pengembangan budaya sekolah
merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang
diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh
kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan
yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur
dan stakeholder sekolah(Wijanarko, 2014). Beberapa langkah untuk
mewujudkan budaya yang kondusif, yaitu: analisis lingkungan
eksternal dan internal, merumuskan strategi, implementasi strategi,
monitoring dan evaluasi (Wijanarko,2014).
Analisis Lingkungan eksternal dan internal dilakukan untuk
memotret tingkat budaya, iklim di sekolah dan sekitar sekolah serta
kemungkinan perkembangan teknologi informasi yang sangat
bermanfaat bagi sekolah.Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman atau lebih dikenal dengan SWOT bisa digunakan. Kekuatan
dan kelemahan budaya sekolah misalnya kebiasaan perilaku kepala
sekolah, guru, pegawai, siswa.Peluang dan ancaman budaya sekolah
misalnya perkembangan teknologi sehingga akses internet,
WhatsApp, viber, BBM, tweeter dapat dengan mudah diperoleh siswa,
pegawai, guru maupun kepala sekolah.Semua dianalisis terkait
perilaku warga sekolah dan kinerjanya.
Selanjutnya dirumuskan stategi yang tertuang dalam visi, misi dan
tujuan sekolah. Visi, misi, dan tujuan ini perlu dipahami oleh semua
warga sekolah dan stakeholders sekolah. Perbedaan pemahaman
memunculkan tingkat keyakinan, norma, dan nilai-nilai yang diyakini
oleh warga sekolah menyebabkan kebiasaan perilaku yang berbeda.
Pemahaman yang sama akan mengarahkan semua perilaku warga
sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Implementasi strategi merupakan program kegiatan yang perlu
dilakukan sekolah baik yang terkait dengan pembiasaan berprestasi,
berkomunikasi, berinteraksi, maupun penyediaan lingkungan sekolah
yang sehat dan menyenangkan. Penyediaan lingkungan sekolah ini
terkait dengan pemenuhan standar sekolah sebagaimana tertuang di
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/ Madrasah.
Peraturan tersebut memuat antara lain bangunan gedung memenuhi
persyaratan kesehatan: memenuhi fasilitas secukupnya untuk
ventilasi udara dan pencahayaan yang memadahi, memiliki sanitasi di
dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air
bersih, pembuangan air kotor dan atau air limbah, kotoran dan tempat
sampah, serta penyaluran air hujan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui
perkembangan sistem yang ada dan kinerja masing-masing
pelaksana untuk mewujudkan sekolah yang kondusif. Monitoring bisa
dilakukan sepanjang tahun, sedangkan evaluasi dilaksanakan tiap
bulan, semester, dan pada akhir tahun.

7. Contoh Budaya yang Kondusif


Beberapa contoh budaya yang kondusif di sekolah, antara lain:
1) Guru memberi reward atas prestasi siswa. Kepala sekolah memberi
reward atas prestasi kerja guru dan tenaga administrasi.
2) Interaksi terbuka dan saling percaya antarakepala sekolah, guru,
pegawai, siswa.
3) Hubungan antarakepala sekolah, guru, pegawai bersifat kolegial,
kolaboratif, dan produktif.
4) Perilaku guru dapat menjadi contoh bagi siswa.
5) Kesalahan siswa tidak dianggap sebagai kegagalan, tetapi sebagai
peluang untuk belajar lebih baik lagi.
6) Siswa secara konsisten ingin berprestasi akademik yang tinggi.
7) Kepala sekolah melibatkan guru dan pegawai dalam pembuatan
keputusan.
8) Kepala sekolah, guru menerima kritik secara konstruktif .
9) Kepala sekolah, guru memperlakukan siswa tanpa diskriminatif.
10) Semua siswa memiliki kesempatan untuk sukses.

8. Contoh iklim yang kondusif, antara lain :


1) Kepala sekolah, guru dan siswa merasa aman karena ada aturan
yang jelas.
2) Kepala sekolah, guru dan siswa merasa aman karena ada jaminan
keamanan fisik.
3) Kepala sekolah, guru dan siswa merasa aman karena ada jaminan
keamanan social.
4) Guru mengajar secara baik sehingga siswa merasa difasilitasi oleh
guru.
5) Hubungan interpersonal kepala sekolah,guru dan siswa berjalan baik.
6) Kepala sekolah, guru memperhatikan perbedaan individual pada diri
guru, tenaga administrasi dan siswa.
7) Interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa n dengan tenaga
administrasi secara baik.
8) Lingkungan sekolah ditata yang baik, rapi, asrisehingga dapat
membuat krasan warga sekolah.
9) Fasilitas fisik dan sumber belajar tersedia secara memadai.
10) Kepemimpinan kepala sekolah dan guru dapat mengembangkan
kreatifitas siswa.
11) Adanya motto, kutipan tata tertib, kalimat motivasi yang tertata indah
dan rapi, yang tersedia di berbagai tempat di lingkungan sekolah.
Contoh kalimat yang dimaksud antara lain :” rajin pangkal pandai”,
“hemat pangkal kaya”, “tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah”, “membaca itumembuka jendela dunia”, “saya datang untuk
belajar”, “disiplin itu indah”, “aku pasti bisa”, “aku datang tepat waktu”,
“sudah selesaikah pekerjaanku?”, “sudah rapikah aku?”, “HP saya
gunakan hanya bila perlu”.

C. PEMBAHASAN
Budaya dan iklim sekolah merupakan bagian faktor penentu
keberhasilan pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dapat memperkaya perkembangan budaya dan iklim
sekolah. Budaya organisasi mempengaruhi cara bertindak individu.
Iklim yang kondusif menunjang proses belajar mengajar dan segenap
kegiatan di sekolah. Untuk membangun dan mengembangkan budaya
dan iklim sekolah dilakukan langkah-langkah kegiatan menganalisis
eksternal dan internal sekolah, merumuskan strategi,
mengimplementasi strategi, sertamemonitor dan mengevaluasi
budaya dan iklim sekolah.
Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka strategi
pengembangan iklim kerja sekolah dalam penelitian ini adalah
suasana lingkungan kerja di sekolah yang dapat mempengaruhi
aktivitas di sekolah dengan indikator: (a) saling menghargai, (b)
pemanfaatan waktu luang, (c) kerjasama, (d) kejujuran, (e)
kebebasan melaksanakan tugas dan menyelesaikannya, (f)
keterlibatan pegawai dan partisipasi, (g) pemberian reward, dan
hadiah, (h) peran serta penyusunan program sekolah, dan (i)
keterlibatan dalam kegiatan sekolah. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi suasana kerja di sekolah. Kondisi iklim kerja disekolah
dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam dimensi.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Sekolah yang efektif ditandai oleh berbagai komponen yang salah
satunya ditandai oleh terwujudnya budaya dan iklim sekolah yang
kondusif.Sekolah perlu membangun dan mengembangkan budaya
dan iklim yang kondusif serta berusahamengurangi bahkan
menghilangkan budaya dan iklim yang negatif.Langkah-langkah
kegiatan yang dilakukan untuk membangun budaya dan iklim yang
kondusif yaitu menganalisis kondisi eksternal dan internal sekolah,
merumuskan strategi, mengimplementasi strategi, serta memonitor
dan mengevaluasi budaya dan iklim sekolah.

E. DAFTAR PUSTAKA
Maisyaroh. 2016. Membangun Budaya dan Iklim Sekolah di Era
Global. Joernal of Jurusan Administrasi Pendidikan. Semarang.
Kristiawan, Lestari, dan Safitri. 2017. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta:Depublish.
BAB 8
KEPEMIMPINAN SEKOLAH EFEKTIF
A. TUJUAN
1. Mengetahui konsep kepemimpinan
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan
3. Mengetahui teori kepemimpinan
4. Mengetahui syarat dan prisip kepemimpinan pendidikan
5. Mengetahui fungsi kepemimpinan dan kunci sukses
kepemimpinan

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. KONSEP KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) merupakan hal yang sangat penting di
dalam sebuah lembaga pendidikan. Kepemimpinan di dalam lembaga
pendidikan berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah mampu untuk
mendorong kinerja para guru serta menunjukkan sifat yang bersahabat,
dekat, perhatian, serta penuh pertimbangan terhadap para guru baik
secara kelompok maupun secara individual. Kepemimpianan juga
dikatakan sebagai sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat
penting untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi ataupun lembaga
secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang berarti bimbing
atau tuntun. Dari kata “pimpin” lahirlah kata keraja memimpin yang artinya
membimbing atau menentun dan benda. “pemimpin” yaitu orang yang
berfungsi memimpin atau membimbing atau menuntun. Ada beberapa
pendapat para ahli mengenai kepemimpinan yaitu sebagai berikut.
1. Menurut Siagian (1986) kepemimpinan merupakan motor penggerak
dari semua sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi suatu
organisasi.
2. Menurut Terry (1986) kepemimpinan merupakan hubungan antara
seseorang pemimpin dalam memengaruhi orang lain untuk
bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3. Menurut Suprayogo (2010) kepemimpinan adalah suatu proses yang
dilakukan untuk memengaruhi seorang atau sekelompok orang untuk
bekerja secara bersama tanpa paksaan dalam mencapai tujuan dari
suatu organisasi.
4. Andang (2014: 39) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses yang dilakukan untuk memengaruhi seseorang atau
sekelompok orang untuk bekerja secara bersama tanpa paksaan
dalam mencapai tujuan dari suatu organisasi.kepemimpinan yang
bermakana proses, dipusatkan pada mengarahkan dan memengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota dalam organisasi.
Jadi, kepemimpin adalah kemampuan atau usaha seseorang untuk bisa
menggerakkan seseorang atau tim maupun kelompok agar mau bekerja
sama melaksanakan tugas yang telah diberikan kepadanya dan mampu
mendorong orang atau karyawan untuk berbuat hal yang positif dan
meminimalisir perilaku negatif serta mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensi atau sumber daya yang ada di dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Priansa (2014: 186) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif
adalah kepemimpinan yang mampu memberdayakan seluruh potensi
yang ada di sekolah dengan optimal, sehingga guru, staf, dan pegawai
lainnya ikut terlibat dalam pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan sekolah.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur di dalam
kepemimpinan itu adalah 1) pemimpin; 2) yang dipimpin; 3) adanya
proses mempengaruhi; 4) adanya tujuan yang ingin dicapai. Menurut Said
(2010: 329), unsur-unsur di dalam kepemimpinan adalah sebagai berikut.
1. Proses memberi arahan
Seorang pemimpin harus membangun hubungan manusiawi
antara dirinya dan anggota bawahnnya. Dengan adanya interaksi
antara atasan dan bawahan secara efektif maka arahan-arahan yang
diberikan akan berjalan secara efektif pula.
2. Memberi motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang pokok yang menjadi dorongan
seseorang untuk bekerja. Hal yang perlu dilakukan oleh seorang
pemimpin adalah memberi kesadaran diri pada anggota atau
karyawan bahwa kerja merupakan suatu kebutuhan. Yang perlu
dimotivasi dari seorang anggota oleh seorang pemimpin adalah
meningkatkan unsur etos dan kualitas kerja, memotivasi unsur
pengetahuan dan keterampilan anggota, memberi motivasi karyawan
dalam hal beribadah, serta memotivasi untuk selalu berbuat jujur.
Dengan adanya pemberian motivasi secara terus menerus pada
karyawan maka akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of
belonging) pada diri anggota/karyawan.
3. Mampu untuk menciptakan rasa percaya diri
Pengembangan atau penguatan rasa percaya diri adalah dasar
untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan. Membangkitkan
rasa percaya diri sangat penting dikarenakan rasa percaya diri ikut
menumbuhkan keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri di dalam
menjalankan tugas. Dalam upaya membangun rasa percaya diri,
seorang pemimpin harus meningkatkan rasa profesionalisme untuk
mengendalikan organisasi/lembaga, utamanya dihadapan anggota/
karyawannya.
4. Mempengaruhi dan menggerakkan
Pemimpin dilingkungan kerja atau organisasi non profit harus
mampu mempengaruhi anggota tim untuk melaksanakan sesuatu
yang positif yang dapat membantu organisasi. Disamping harus
mampu mempengaruhi, pemimpin juga harus mampu menggerakkan
anggota tim untuk melakukan suatu perubahan positif di dalam
organisasi, sebab pemimpin yang efektif akan mengilhami,
mempengaruhi, dan memotivasi orang lain serta menjadi ujung
tombak di dalam menggerakkan perubahan yang bermanfaat.
Seseorang bisa dikatakan menjadi pemimpin jika ia memiliki
pengikut atau anggota. Menurut Said (2010: 191) ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk mendapatkan pengikut antara lain
sebagai berikut.
1. Agar tetap hidup, setiap orang harus berjuang untuk memenuhi
kebutuhan atau melepaskan ketegangannya;
2. Sejumlah sarana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
(perkakas, makanan, uang, kekuatan fisik, pengetahuan, dan
sebagianya);
3. Kebanyakan kebutuhan individu terpenuhi dalam hubungan
dengan sesama atau kelompok, maka orang lain dan kelompok
menjadi sarana tempat kita bergantung terutama untuk
pemenuhan kebutuhan;
4. Orang secara aktif mencari suatu hubungan bila melihat bahwa
ada orang lain disitu yang mempunyai sarana untuk memnuhi
kebutuhan mereka;
5. Orang kemudian bergabung dalam kelompok, karena berharap
bahwa sebagai anggota mereka mempunyai sarana untuk
memenuhi kebutuhan. Sebaliknya orang akan meninggalkan
suatu kelompok bila kelompok itu tidak lagi dapat memuaskan
kebutuhan mereka; dan
6. Anggota kelompok menerima pengaruh dan pengarahan seorang
pemimpin hanya bila mereka memandangnya serbagai seorang
yang dapat menyediakan sarana guna pemenuhan kebutuhan
mereka.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KEPEMIMPINAN


Menurut Asmendri (2012: 207) perilaku seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dikelompokkan yaitu sebagai berikut.
1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
pemimpin itu sendiri misalnya:
a. Pengertiannya tentang kepemimpinan. Orang yang memandang
sebagai status dan hak tidak akan sama perilakunya dengan
orang yang memandang kepemimpinan sebagai pelayanan bagi
kesejahteraan orang-orangnya.
b. Nilai atau hal yang dikejar dalam kepemimpinan. Seorang
pemimpin yang menganggap prestasi kelompok merupakan hal
yang harus dikejar akan berbeda dari pemimpin yang lebih
menghargai kekurangan orang-orangnya.
c. Cara orang menduduki pangkat kepemimpinanya. Orang yang
memimpin karena diangkat bukan karena kecakapan akan
berbeda dari orang yang menjadi pemimpin karena kecakapan
sudah terbukti.
d. Pengalaman dalam kepemimpinan. Seorang pemimpin yang
sudah biasa memiliki gaya orientasi kerja tinggi dan orientasi
bawahan rendah, cendrung menggunakan gaya tanpa
memperhitungkan lingkungan orang-orang yang dipimpin atau
situasi kepemimpinan yang ada.
e. Pandangan sesorang tentang manusia. Menurut MC Gregor
memandang manusia dari dua sudut yaitu X yang mengatakan
bahwa manusia pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan
sedapat mungkin menghindarinya. Kedua sudut Y, mengatakan
manusia bekerja itu merupakan hal yang alamiah seperti halnya
bermain dan istirahat.
2. Faktor yang berasal dari kelompok yang dipimpin, keadaan
kelompok seperti: kematangan, kekompakan, latar belakang
pendidikan, pengalaman, latar belakang sosial budaya;
3. Faktor lembaga yang dipimpin, seperti: jenis dan tujuan sekolah,
kurikulum;
4. Faktor-faktor legal. Seorang pemimpin pendidikan akan
berhadapan dengan peraturan-peraturan formal dari instansi struktur
diatasnya dan akan mempengaruhi perilakunya. Misalnya PP, UU,
dan kebijakan lainnya;
5. Faktor lingkungan sosial. Merupakan keadaan masyarkat
sekitarnya misalnya, ekonomi, pandangan masyarakat, pendiidkan
masyarkat; dan
6. Faktor perubahan dan pembaharuan dalam teori dan bidang
pembaharuan atau bidang pendidikan seperti perubahan kurikulum,
kemajuan IPTEK.

3. TEORI KEPEMIMPINAN
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan
faktor-faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan atau sifat
atau bakat alam yang dimiliki pemimpin. Teori-teori tersebut menurut
Said (2010: 365) adalah sebagai berikut.
1. Teori Orang Terkemuka (Great Man Theory)
Kelomok teori ini disusun berdasarkan cara induktif dengan
mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari pemimpin atas
keberhasilan tugas yang dijalankan, terutama kemampuan dalam
memimpin. Dalam teori ini disebutkan bahwa kepemimpinan orang-
orang besar didasarkan atas sifat yang dibawa sejak lahir, jadi
merupakan sesuatu yang diwariskan.
2. Teori Lingkungan (Environmental Theory)
Dalam teori ini dikatakan bahwa munculnya pemimpin itu
merupakan hasil dari sebuah proses waktu, tempat dan situasi atau
kondisi. Teori ini disebut teori teori sosial yang berkesimpulan bahwas
“leads are made not born” (pemimpin ini dibentuk bukan dilahirkan).
Seseorang akan muncul sebagai pemimpin apabila ia berada pada
lingkungan sosial tertentu, yaitu suatu suatu kehidupan berkelompok,
dan memanfaatkan situasi dan kondisi sosial untuk bertindak dan
berkarya mengatasi masalah-masalah sosial yang timbul.
3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal Situation Theory)
Teori ini merupakan kombinasi dari kedua teori diatas. Teori ini
pada dasarnya mengakui bahwa kepemimpinan merupakan
gabungan dari tiga faktor 1) perangai atau sifat pribadi pemimpin; 2)
sifat dari kelompok dan anggota; dan 3) kejadian atau masalah-
masalah yang dihadapi kelompok. Seseorang akan berhasil dalam
kepemimpinan apabila ia memiliki bakat memimpin sejak lahir,
kemudian dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan dan
pengembangan.
4. Teori Interaksi dan Harapan (Interaction Expectation Theory).
Teori ini mempunyai 3 variabel yaitu 1) aktivitas; 2) interaksi; dan
3) sentimen (harapan). Berdasarkan ketiga variabel tersebut maka
struktur dalam interaksi akan menentukan arah daripada aktivitas,
sehingga pemimpin harus dapat menciptakan suatu struktur interaksi
yang dapat menstimulus terciptanya suatu suasana yang relevan
dengan harapan-harapan masyarakat. Teori ini lebih menitikberatkan
pada dinamika interaksi anatar pemimpin dan rakyat dan melalui
interaksi ini dapat dijaring harapan-harapan dan keinginan dari
masyarakat.
5. Teori Humanistik
Teori ini melihat manusia adalah motivated organism yang
memiliki struktur dan system control tertentu. Di antara tokohnya
adalah Likert, ia menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses yang saling berhubungan di mana seorang pemimpin harus
memperhitungkan harapan-harapan dan nilai-nilai dan keterampilan
individual dari mereka yang terlibat dalam interaksi. Dalam teori ini
pemimpin harus melihat bahwa dirinya dan individual lain dalam
organisasi adalah manusia yang memiliki potensi dan keterampilan,
maka seorang pemimpin akan dianut jika ia mampu mengelola
potensi sumber daya manusia dalam organisasi dengan baik guna
mencapai tujuan organisasi.

4. SYARAT DAN PRINSIP KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN


Menurut Mutohar (2013: 263), kepemimpian pendidikan yang
efektif adalah kepemimpian yang mampu mempengaruhi orang lain
untuk diajak bekerjasama dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Asmendri (2012: 212) mengungkapkan syarat dan proses seorang
pemimpin pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang terpuji antara
lain: periang, ramah, bersemangat, pemberani, murah hati,
spontan, percaya diri, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi;
2. Paham dan menguasai tujuan yang hendak dicapai dan mampu
mengkomunikasikan kepada bawahan dan stakeholder;
3. Memiliki wawasan yang luas dibidang tugasnya dan bidang-
bidang lain yang relevan; dan
4. Berpegang pada prinsip-prinsip umum kependidikan yang
meliputi: konstruktif, kooperatif, kreatif, partisipatif, pendelegasian
yang baik/proporsional, memahami dan menerapkan prinsip
kepemimpinan pancasila yang dikembangkan Kihajar Dewantara.
Selain adanya syarat bagi seorang pemimpin yang baik, ada
beberapa aspek personalitas yang penting dimiliki seorang pemimpin
dalam kepemimpinan pendidikan yaitu:
1. Memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang
dipimpinnya dalam bidang pendidikan;
2. Memiliki keinginan yang terus-menerus untuk belajar
menyesuaikan kemampuan dengan perkembangan dan tujuan
organisasi yang dipimpinnya; dan
3. Kemampuan personalitas kepemimpinan pendidikan.

5. FUNGSI KEPEMIMPINAN
Secara operasional, fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam
lima fungsi pokok yaitu (Kurniadin dan Machali, 2012: 309-311)
1. Fungsi instruksi, fungsi ini bersifat komunikasi satu arah.
Pemimpin sebagi komunikator merupakan pihak yang
menentukan apa, bagaimana, bilamana dan di mana perintah itu
dekerjakan agar keputusan dapat dilakukan secara efektif;
2. Fungsi konsultasi, fungsi ini bersifat komunikasi dua arah.
Konsultasi itu dimaksudkan untuk memeperoleh masukan berupa
umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan mnyempurnakan
keputusan-keputusan yang ditetapkan dan dilaksanakan;
3. Fungsi partisipasi, dalam fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya. Partisipasi tidak
berarti bebas melakukan semaunya, tetapi dilakukan secara
terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak
mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain;
4. Fungsi delegasi, fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan baik
melalui persetujuan maupun tidak dari atasan; dan
5. Fungsi pengendalian, fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan
yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengarahan.

6. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF


Kepala sekolah merupakan motor pengggerak, penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Menurut Blake
dan Mouton (1964) dalam memimpin sebuah organisasi diperlukan
beberapa elemen ynag dapat mengantarkan sebuah kepemimpinan
yang efektif yaitu:
1. Initiative, pemimpin harus tanggap dengan keadaan dan kondisi
organisasi yang dipimpinnya serta memiliki daya inisiatif yang
tinggi sehingga ia mengetahui kapan ia harus memutuskan untuk
melakukan suatu kebijakan atau kapan ia harus meninggalkannya
berkenaan dengan kesinambungan oganisasi kedepannya;
2. Inquiry, dalam memimpin maka seorang pemimpin harus memiliki
informasi yang komprehensif tentang hal yang menjadi tanggung
jawabnya. Sehingga ia memiliki pengetahuan tentang berbagai
masalah yang terjadi dalam organisasi dan prosedur
pemecahannya. Untuk menggali informasi yang komprehensif
dibutuhkan kekuatan meneliti dan menganalisa data yang
diperoleh agar tidak salah dalam membuat sebuah kebijakan
berkaitan dengan tanggungjawabnya;
3. Advocacy, dukungan sangat dibutuhkan dalam kepemimpinan.
Banyak kasus menunjukkan bahwa seorang pemimpin kadang
merasa kurang percaya diri dengan perbuatan dan kebijakan
yang ia putuskan karena dirinya tidak memiliki dukungan yang
maksimal dalam kelompok. Bahkan diera demokrasi saat ini
dukungan memiliki peran yang sangat menentukan terhadap
jalannya sebuah kepemimpinan;
4. Conflict solving, pemimpin selain memiliki inisiatif dan kreatif juga
dituntut harus memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
dalam organisasi, baik masalah tersebut bersifat internal maupun
eksternal. Sebab jika tidak maka masalah atau konflik yang terjadi
dapat mempengaruhi proses kepemimpinan yang berlangsung.
Ditambah lagi dengan fungsi pemimpin sebagai penentu
kebijakan maka ia dituntut untuk kuat dalam menganalisa segala
persoalan organisasi dan mencarikan solusi terbaik dari semua
permasalahan tersebut;
5. Decision making, seorang pemimpin dalam menjalankan roda
kepemimpinannya dituntut harus memiliki kemampuan dalam
memutuskan sesuatu yang terbaik bagi jalannya organisasi dan
kepemimpinan yang menjadi tanggungjawabnya. Keputusan yang
baik adalah keputusan yang tidak mengecewakan dan
menjadikan orang lain frustasi; dan
6. Critique. Jiwa kritis ini menuntut kejelian pemimpin dalam mempin
sebuah organisasi. Ia dituntut untuk jeli dan teliti dalam
menjalankan organisasi serta dalam mengevaluasi segala hal
yang berkaitan dengan organisasi dan menentukan mana yang
harus dipertahankan dan dikembangkan dari organisasi di masa
mendatang dan mana yang harus ditinggalkan dan diganti
dengan kebijakan yang lebih baik.
Sedangkan, Menurut Martin (1998) ada 7 indikator kepemimpinan
kepala sekolah efektif yaitu:
1. Memiliki visi yang sangat kuat tentang masa depan sekolahnya
dan mampu mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkan
tujuan sekolah.
2. Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi pesarta didik dan
kinerja seluruh warga sekolah.
3. Senantiasa memprogramkan dan menyempatkan diri untuk
mengadakan pengamatan terhadap berbagai aktifitas guru dan
pembelajaran dikelas serta memberikan umpan balik (feedback)
yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah
dan memperbaiki pembelajaran.
4. Mendorong pemanfaatan waktu secara efisiensi dan merancang
prosedur untuk meminimalisasi stress dan konflik negative.
5. Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan
seluruh warga sekolah secara kreatif, produktif, dan akuntabel.
6. Memantau kemajuan peserta didik baik secara individual, maupun
kelompok serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan
perencanaan pembelajaran.
7. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan.

7. KUNCI SUKSES KEPEMIMPINAN


Menurut Mulyasa (2013) ada 10 kunci sukses kepemimpinan
kepala sekolah yaitu mencakup 1) visi dan misi yang utuh; 2)
tanggung jawab; 3) keteladanan; 4) memberdayakan staf; 5)
mendengarkan orang lain; 6) memberikan layanan prima; 7)
mengembangkan orang; 8) memberdayakan sekolah; 9) fokus pada
peserta didik; dan 10) manajemen yang mengutamakan praktik.
Menurut Rivai (2007) ada langkah-langkah strategis pimpinan
dalam mendorong karyawan yaitu:
1. Perlihatkan yang positif dan jangan menyatakan bodoh pada
bawahan atau mengatakan kritik pedas;
2. Menyediakan waktu khusus unuk bawahan;
3. Mengetahui minat dan bakat;
4. Selalu sopan dan bertindak diplomasi;
5. Perkuatlah rasa percaya diri pada orang lain;
6. Membantu pekerjaan jika dibutuhkan; dan
7. Memberikan bantuan-bantuan pribadi.
Hal yang harus dikenali dalam memimpin yaitu 1) kenali diri
sendiri; 2) kenali situasi yang dihadapi; 3) pilih gaya yang cocok dan
situasi yang tepat; 4) penuhi kebutuhan tugas; 5) penuhi kebutuhan
kelompok; dan 6) penuhi kebutuhan individu.

Tabel 3. Karakteristik Pemimpin yang Sukses


No Sifat/karakteristik pemimpin Deskripsi
1 Semangat kerja Punya keinginan sukses,
energi yang tinggi, punya
inisiatif
2 Kejujuran dan integrasi pribadi Jujur, dapat dipercaya, dan
terbuka
3 Kepemimpinan dan motivasi Memiliki semangat untuk
berusaha mempengaruhi
staf untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
4 Kepercayaan diri Memiliki kepercayaan akan
kemampuan sendiri
5 Kemampuan kognitif Memiliki inteligensi yang
tinggi: kemampuan
mengintegrasikan dan
menerjaemahkan sejumlah
informasi
6 Pengetahuan bidang bisnis Memiliki pengetahuan dunia
industri, khususnya hal-hal
teknis yang relevan
7 Kreativitas Memiliki sifat originalitas
dalam bertindak
8 Fleksibilitas Kemampuan beradaptasi
dengan kebutuhan bawahan
dan situasi yang dihadapi

8. GAYA KEPEMIMPINAN
Menurut Asmendri (2012: 211) ada 4 gaya kepemimpian yaitu sebagai
berikut :
1. Tipe Otoriter
Merupakan pemimpin yang membuat keputusan sendiri karena
kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab
dan wewenang penuh. Gaya kepemimpinan ini berdasarkan pada
pendirian bahwa segala aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan
lancar dan berhasil mencapai tujuan apabila semuanya diputuskan oleh
pemimpin. Biasanya pemimpin ini bertindak sebagai penguasa tunggal
dan tidak melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, dan tidak
menghargai pendapat, ide dan inspirasi bawahan.
2. Demokratis
Merupakan pemimpin yang berkonsultasi dengan kelompok mengenai
masalah yang menarik perhatian mereka serta mereka dapat
menyumbangkan sesuatu. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe
pertama. Yaitu pemimpin berusaha melibatkan kelompok dalam
pengambilan keputusan, menghargai inisiatif, pendapat dan ide dari
anggota, lebih mementingkan kepentingam bersama daripada individual,
adanya pendelegasiaan wewenang dan tanggung jawab dan biasanya
keputusan diambil atau dilakukan dengan musyawarah.
3. Kendali bebas (laizes faire)
Merupakan pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan. Kelompok
dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalah
sendiri, pengarahan tidak ada atau hanya sedikit. Pada tipe ini, pemimpin
seperti tidak melakukan fungsi kepemimpinan dan sifat kepemimpinannya
tidak tampak.
4. Tipe Pseudo demokratis
Tipe ini disebut juga tipe demokratis semu. Seorang pemimpin yang
mempunyai tipe ini hanya nampaknya saja yang demokratis, padahal
sebenarnya tindaknnya bersifat otoriter atau absolut. Hersey dan
Blanchard mengatakan bahwa gaya kepemimpinana yang paling efektif
adalah kepemimpinana yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan
(kematangan atau maturity) bawahan.

Gaya Kepemimpinan

C. PEMBAHASAN
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kepemimpin
adalah kemampuan atau usaha seseorang untuk bisa menggerakkan
seseorang atau tim maupun kelompok agar mau bekerja sama
melaksanakan tugas yang telah diberikan kepadanya dan mampu
mendorong orang atau karyawan untuk berbuat hal yang positif dan
meminimalisir perilaku negatif serta mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensi atau sumber daya yang ada di dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu faktor
internal, faktor yang berasal dari kelompok, faktor lembaga yang dipimpin,
faktor-faktor legal, faktor lingkungan sosial.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan faktor-
faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan atau sifat atau
bakat alam yang dimiliki pemimpin.
Kepala sekolah merupakan motor pengggerak, penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.
10 kunci sukses kepemimpinan kepala sekolah yaitu mencakup 1) visi
dan misi yang utuh; 2) tanggung jawab; 3) keteladanan; 4)
memberdayakan staf; 5) mendengarkan orang lain; 6) memberikan
layanan prima; 7) mengembangkan orang; 8) memberdayakan sekolah;
9) fokus pada peserta didik; dan 10) manajemen yang mengutamakan
praktik.

D. PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpin adalah kemampuan atau usaha seseorang untuk bisa
menggerakkan seseorang atau tim maupun kelompok agar mau bekerja
sama melaksanakan tugas yang telah diberikan kepadanya dan mampu
mendorong orang atau karyawan untuk berbuat hal yang positif dan
meminimalisir perilaku negatif serta mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensi atau sumber daya yang ada di dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

E. DAFTAR PUSTAKA

Kristiawan, Lestari, dan Safitri. 2017. Manajemen Pendidikan.


Yogyakarta:Depublish.
Mansur. 2016. Makalah tantangan kepemimpinan.
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-tantangan-kepemimpin
an-sekolah.html. Diakses pada 28 Desember 2018 pukul 23.00.
BAB 9
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
A. TUJUAN
1. Mengetahui dan paham tentang pengertian Manajemen Berbasis
Sekolah
2. Mengetahui konsep Manajemen Berbasis Sekolah
3. Mengetahui proses penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
4. Mengetahui tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

B. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


1. PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan
yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau
madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau madrasah
sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota.Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) cms-formulasi Istilah
manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-
based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan,
yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan
masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Menurut
Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian
dan kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari
desentralisasi pendidikan.

Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah


(MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang
tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah
berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Lebih lanjut istilah
manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan
berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada
manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua,
melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi
merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap
bahwa manajemen identik dengan administrasi. Dalam hal ini, istilah
manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan
sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan
efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah
secara optimal. Pengertian manajemen menurut Hasibuan
merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut
menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka
kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain untuk
bekerja sama dengan baik.

2. KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , manajemen
hubungan sekolah dengan orang tua wali murid diharapkan berjalan
dengan baik. Hubungan yang harmonis membuat masyarakat
memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan
hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat
mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah.
Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada masyarakat
melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah,
kunjungan ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan
tahunan sekolah.

Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan


hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu proses pendidikan
terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien sehingga
menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang
berkualitas akan terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat dijadikan
bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan fungsi
pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi
yang sama, yaitu:

1. merencanakan (planning),
2. mengorganisasikan (organizing),
3. mengarahkan (directing),
4. mengkoordinasikan (coordinating),
5. mengawasi (controlling),
6. dan mengevaluasi (evaluation).

Tujuan MBS

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif


sekolah dalam megelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia,

b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam


penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama,
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya,

d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu


pendidikan yang akan dicapai.

Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS


yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan berikut:

a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh


langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru.

b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.

c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti


kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus
sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.

d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,


memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancangan ulang
sekolah, dan perubahan perencanaan.

Manfaat MBS MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya:

a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan


kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugasnya,

b. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam


menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai
manajer maupun pemimpin sekolah,

c. Guru didorong untuk berinovasi,

d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat


dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan
masyarakat sekolah dan peserta didik.

3. PROSES PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah
daerah maupun pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran
pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan program-program
ini diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS),
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses
pelaporan dan umpan baliknya. Dengan kata lain program-program
yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip demokratis, transparan,
profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan program ini para
pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala sekolah, guru,
komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat dilibatkan secara aktif
dalam setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses pembelajaran itu
berlangsung dan semua pihak saling memberikan kekuatan untuk
memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam
peningkatan mutu pemelajaran di sekolah.
2) Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait
antara lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota,
Departemen Agama (yang menangani pendidikan MI, MTs dan
MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama membantu dalam
mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam
siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya
dalam bidang pendidikan.
3) Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar
(guru), kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP)
maupun staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur
komite sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah,
pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.
4) Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para
kepala sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan
peningkatan mutu pembelajaran.
5) Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan
konsisten terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
sekolah agar diketahui berbagai kendala dan masalah yang
dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan
masalah yang diperlukan.
6) Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap
sekolah untuk peningkatan mutu pembelajaran,
Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan,
dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani
dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap
Tim bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar


untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan
sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya.
Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan
dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah
akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai
pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan
sekplah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.
Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS
tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika,melainkan ada proses
transisi dari manajemen yang dikontrol pusat ke MBS.

Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah


dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis
antara lain dengan:

1. Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orangtua siswa.

2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan


untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.

3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.

Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus


menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu
sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan
sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop
guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar.

Pengetahuan yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:

1. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah,

1) Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang


berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality
control, self assessment, school review, bencmarking, SWOT,dll)
Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki
informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini
diperlukan agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa
dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan
informasi tersebut warga sekolah dapat mengambil peran dan
partisipasi. Disamping itu ketersediaan informasi sekolah akan
memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas
sekolah. Infornasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain
yang berkaitan dengan: kemampuan guru dan Prestasi siswa.

Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu


menyusun sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan
kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem penghargaan ini
diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu guru,
karyawan dan siswa.

Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah

1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik

MBS akan berhasli jika ditopang oleh kemampuan professional


kepala sekolah atau madrasah dalam memimpin dan mengelola
sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien, serta mampu
menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar
mengajar.

2. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap


pendidikan

Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS


adalah kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat,
kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi
dalam mendorong anak untuk terus belajar.

3. Dukungan pemerintah

Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS


terutama bagi sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/
masyarakatnya relative belum siap memberikan kontribusi terhadap
penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan
pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah
menjadi penentu keberhasilan.

4. Profesionalisme

Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan


kinerja sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala
sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit dicapai
program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.

Alasan diterapkannya MBS:

a. Otonomi lebih besar kepada sekolah

b. Fleksibilitas lebih besar kepada sekolah

c. Sekolah lebih mengetahui kelebihan, kekurangan, ancaman,


peluang yang dimiliki (SWOT)

d. Sekolah lebih menetahui kebutuhanannya

e. Pengambilan keputusan yang tepat oleh sekolah


f. Penggunaan sumber daya yang efisien efektif

g. Menciptakan akuntabilitas dan transparansi

h. Persaingan sehat

i. Cepat merespon aspirasi masyarakat

C. PEMBAHASAN
Sekolah adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat , karena dengan adanya sekolah kita sebagai
masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang baik. ia bukan
merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan
kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah
adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota2
masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan
masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.
Organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim administrasi
sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan oranisasi. Pengelolaan sekolah ini diberikan
tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Sejalan dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia
pendidikan, MBS atau school-based management (SBM) menuntut
terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah.Karena itu,
pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau
sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya
sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.
Tujuan utama adalah untuk mengembangkan prosedur kebijakan
sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan
semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga
sekolah dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi,
juga dapat mempersiapkan generasi muda yang nantinya akan
membangun negara dan bangsa yang lebih baik.

D. PENUTUP
Kesimpulan

MBS merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan


pengelolaan sumber daya dalam proses pembelajaran yang berdasar
pada sekolah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam MBS,
harus melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua, harus
ada keseimbangan antara pihak guru dan orang tua agar sistem
pengelolaan manajemen sekolah dapat berjalan lancar, sehingga
membantu proses pembelajaran siswa yang baik.

Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan


kesempatan kepada kepala sekolah, guru dan siswa untuk melakukan
inovasi pendidikan. Dengan adanya MBS maka ada beberapa
keuntugan dalam pendidikan yaitu, kebijakan dan kewenangan sekolah
mengarah langsung kepada siswa, orang tua dan guru, sumber daya
yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan peserta didik
dapat dilakukan secara efektif, dapat mengajak semua pihak untuk
memajukan dan meningkatkan pelaksanaan pendidikan.

E. DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, Afif. “Manajemen Berbasis Sekolah”,
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/18/konsep-dan-
penerapan-manajemen-berbasis-sekolah/, diakses pada 28
Desember 2018 pukul 21.20.
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, PT
Remaja Rusda karya; Bandung 2004.

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam


Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah
Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu
Pendidikan Pada Madrasah, 2002.

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi


Pembelajar. Pontianak. Alfabeta.2009.
BAB 10
ISU DAN IMPLEMENTASI DI SEKOLAH

F. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian sekolah efektif
2. Mengetahui iso untuk meningkatkan mutu di sekolah kejuruan
3. Mengetahui contoh implementasi di sekolah

G. KAJIAN KONSEP DASAR TEORI


A. PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Menurut Taylor, et. al. (1991), sekolah efektif adalah sekolah yang
mengorganisasikan dan memanfaatkan semua semua sumber daya yang
dimilki oleh sekolah untuk menjamin semua siswa (tanpa memandang
rasa, jenis kelamin maupun status sosial ekonomi) bisa mempelajari
kurikulum yang esensial disekolah. Supardi (2013: 2), sekolah efektif
adalah sekolah yang memiliki kemampuan memberdayakan setiap
komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, serta
memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel dalam
rangka mencapai tujuan –visi-misi sekolah secara efektif dan efisien.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007), sekolah dikatakan baik
apabila memiliki kriteria 1) siswa yang masuk terseleksi dengan ketatdan
dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan prestasi akademik, psikotes,
dan tes fisik; 2) sarana dan prasarana pendidikan terpenuhi dan kondusif
bagi proses pembelajaran; 3) iklim dan suasana mendukung untuk
kegiatan belajar; 4) guru dan tenaga kependidikan memiliki profesionalis
me yang tinggi dan tingkat kesejahtreaan yang memadai; 5) melakukan
improvisasi kurikulum sehingga memenhi kebutuhan siswa yang pada
umumnya memiliki motivasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan
siswa seusianya; 6) jam belajar siswa umumnya lebih lama karena
tuntunan kurikulum dan kebutuhan belajr siswa; 7) proses pembelajran
lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa dan
wali murid; dan 8) sekolah unggul bermanfaat bagi lingkungannya.
Jadi, dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah
efektif adalah sekolah yang mampu mencapai target-target yang telah
ditetapkan sebelumnya (visi, misi, dan tujuannya) dengan memanfaatkan
dan mengoptimalkan sumber daya yang ada di dalam sekolah tersebut
serta memiliki iklim sekolah yang mendukung kegiatan pembelajaran dan
output yang dihasilkan oleh sekolah dapat bermanfaat bagi
lingkungannya.
Menurut Mutohar (2013: 179) Manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah/madrasah menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Hal ini berkembang didasarkan pada keinginan pemberian kemandirian
kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam proses
peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya
sekolah yang ada.

B. KARAKTERISTIK SEKOLAH YANG EFEKTIF


Menurut Mortimore (1991) sekolah efektif dicirikan sebagai berikut.
1. Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan
konsisten;
2. Lingkungan sekolah yang baik dan adanya disiplin serta keteraturan
di kalangan pelajar dan staf;
3. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat;
4. Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi;
5. Pendelegasian wewenag yang jelas;
6. Dukunag masyarakat sekitar;
7. Sekolah mempunayi rancangan progaram yang jelas;
8. Sekolah mempunyai fokus sistemnya tersendiri;
9. Pelajar diberi tanggung jawab;
10. Guru menerpakan pembelajaran yang inovatif;
11. Melakukan evaluasi yang berkelanjutan;
12. Kurikulum sekolah yang terancang dan terintegrasisatu sama lainnya;
dan
13. Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam membantu pendidikan
anak-anaknya.
Tabel 2. Ciri-Ciri Sekolah Efektif (Tola dan Furqon, 2002)
Ciri-Ciri Indikator
Tujuan sekolah dinyatakan Tujuan sekolah:
dengan jelas dan spesifik Dinyatakan secara jelas, Digunakan untuk
mengambil keputusan, dan Dipahami oleh
guru, staf dan siswa
Pelaksanaan kepemimpinan Kepala sekolah
pendidikan yang kuat oleh a) Bisa dihubungi dengan mudah
kepala sekolah b) Bersikap responsif pada guru dan siswa,
orang tua murid dan siswa
c) Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus
pada pembelajaran
d) Menjaga agar rasio antara guru, siswa
sesuai dengan rasio ideal

Ekspektasi guru dan staf Guru dan staf


yang tinggi a) Yakin bahw asemua siswa bisa belajr dan
berprestasi
b) Menekankan pada hasil akademis
c) Memandang guru sebagai penentu
terpenting bagi keberhasilan siswa

Adanya kerjasama Sekolah


kemitraan antara sekolah, a) Komunikasi secara positif dengan orang tua
orang tua murid dan b) Memelihara jaringan serta dukungan orang
masyarakat tua dan masyarakat
c) Berbagi tanggungjawab untuk mmengekkan
disiplin dan mempertahankan keberhasilan
d) Menghadiri acara-acara penting disekolah

Adanya iklim yang positif Sekolah


dan kondusif bagi siswa a) Rapi, bersih, dan aman secara spesifik
untuk belajar b) Memberi penghargaan pada ya g berprestasi
c) Membei penguatan pada perilaku positif
siswa
d) Menaati aturan sekolah dan aturan
pemerintah daerah

Dalam konsep standar nasional pendidikan maka sekolah efektif harus


memenuhi standar-standar sebagai berikut.
1. Standar Isi
Memiliki kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/ akademik.

2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantanng, memotivasi pesrta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
pralarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

3. Kompetensi Lulusan
Memiliki kecerdasan, penegtahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri.

4. Standar tenaga pendidik dan kependidikan


a. Pendidik
1) Memiliki kualifikasi akademik S1 atau D-IV.
2) Memenuhi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
3) Sehat jasmani, dan rohani serta memiliki kemampuan unutk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
4) Memiliki sertifikat pendidik.
5) Merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan
pembelajaran/bimbingan yang bermutu, menilai/mengevaluasi hasil
pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran/perbaiakan dan
pengayaan.
6) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

7) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangn jenis


kelamin, agama, susku, dan kondisi fissik tertentu, latar belakang,
dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
8) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai agama dan estetika.
9) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (PP No.
16 Tahun 2009).

b. Tenaga kependidikan
Terdapat kepala sekolah, tenaga administrasi. Tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah yang
terstandar/tersertifikasi.

5. Sarana dan prasarana


Memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidii, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, kantin, tempat olahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berekreasi, serta tempat/ruang lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

6. Pengelolaan
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditujukan
dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas.

7. Pembiayaan
Memiliki biaya investasi dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya
penyediaan saran dan prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja
tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran secara teratur.

8. Penilaian
Penilaian hasil belajardilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangna
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester. Penilaian
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan
penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran.

C. MODEL-MODEL SEKOLAH EFEKTIF


1. Model Tujuan
Model ini berangkat dari ersepsi bahwa sekolah adalah sebuah
organisasi. Model tujuan sering digunakan untuk meneliti dan menilai
ketercapaian sebuah sekolah. Sebuah sekolah diklasifikasikan sebagai
sekolah efektif apabila ketercapaian setiap kegiatannya mencapai atau
melebihi daripada tujuan yang telah ditetapkan. Model ini berguna apabila
‘outcome’ sebuah sekolah jelas terutama yang berkaitan dengan kualitas
pembelajaran, iklim pengajaran, dan pencapaian akademik dalam ujian
nasional (Cawelti,1976).
Arifin (1998) menetapkan sekolah yang bermutu berdasrkan tujuan yang
hendak dicapai terhadap peserta didik memiliki kriteria 1) menguasai
keterampilan-keterampilan dasar (mastery of basic skill); 2) berusaha
meraih prestasi akademik semaksimal mungkin pada semua mata
pelajaran; 3) menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistemik
(systematic system).
Menurut Buchori (2001), tujuan yang hendak dicapai dari suatu
pendidikan yang baik adalah tidak terbatas pada mempersiapkan murid
pada posisi-posisi (profesi dan jabatan) dalam masyarakat dan untuk
keberhasilan hidup, melainkan lebih dari itu agar: 1) dapat hidup (to make
a living); 2) untuk dapat mengembangkan kehidupan bermakna (to lead a
meaningful life); 3) untuk turut memuliakan kehidupan (to enneble life).

2. Model Manajemen Mutu Total


Model manajemen mutu total mengklasifikasikan sebuah skeolah efektif
jika sekolah tersebut berupaya melibatkan dan memberi kuasa kepada
semua anggota dalam fungsi sekolah, mengendalikan pembaikan
berterusan dalam aspek yang berbeda, memberi kepuasan keperluan,
kehendak, dan jangkauan konstituensi internal maupun eksternal sekolah
walaupun dalamlingkungan yang berubah. Dalam manajemen mutu total
dasar penilaian efektifitas sekolah meliputi kepemimpinan, manajemen
sumber daya manusia, manajemen proses, penerangan dan analisis,
perencanaan, keputusan pencapaian pelajar serta dampak kepada
masyarakat (Scheerens dan Bosker, 1997).
Gambar 20. Model Sekolah Mutu Total (Supardi, 2013:7)

3. Model Proses
Berdasarkan model proses, sebuah sekolah efektif sekiranya fungsi
dalam sekolah tersebut dalam kedaan tersebut dalam keadaan terurus,
efisien, dan aman. Model ini menekankan pada aktivitas-aktivitas yang
dijalankan sebagai kriteria penting efektivitas sebuah sekolah. Kriteria
yang sering digunakan adalah kepemimpinan, komunikasi, keikutsertaan,
kerjasama, penyesuaian, perencanaan, pengambilan keputusan, interaksi
sosial, budaya sekolah, kaidah mengajar, manajemen kelas, dan strategi
pengajaran (Edmond, 1979).
Menurut Owens (1987), keefektivan sebuah sekolah dalam perspektif
proses dalam sebuah organisasi dikelompokkan dalam dua perspektif
yaitu 1) karakteristik internal sekolah yang mencakup gaya
kepemimpinan, proses komunikasi, sistem supervisi dan evaluasi, sistem
pembelajaran, kedisiplinan, dan proses pembuatan keputusan; dan 2)
karakteristik eksternal sekolah, yaitu karakteristik situasi di mana sekolah
berada dan salingmemengaruhi dengan karakteristik masyarakat seperti
kekayaan, tradisi sosio-kultural, struktur kekuatan politik, dan
demografinya.

D. USAHA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN MUTU SEKOLAH


Menurut Daryanto (2006) bahwa usaha untuk meningkatkan efektifitas
dan mutu sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. School review
Merupakan suatu proses di mana seluruh komponen sekolah
bekerjasama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk
mengevaluasi dan menilai efektifitas sekolah serta mutu lulusan

b. Benchmarking
Merupakan suatu kegiatan untuk menentapkan target yang akan dicapai
dalam periode tertentu

c. Quality assurence
Merupakan cara untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah
berlangsung sebagaimana mestinya. Informasi yang dihasilkan akan
menjadi umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang
tua bahwa sekolah senantiasa memnerikan pelayanan terbaik

d. Quality control
Merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
kualitas output yang tidak sesuai dengan standar.
H. PEMBAHASAN
Efektifitas sekolah menunjukkan adanya proses perekayasaan berbagai
sumber dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran
disekolah secara optimal. Efektifitas sekolah merujuk kepada
pemberdayaan semua komponen sekolah sebagai organisasi tempat
belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing di dalam
struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai tujuan
atau hasil yang telah ditetapkan, yaitu memiliki kompetensi. Untuk
mencapai tujuan pendidikan, sekolah harus efektif dari segi
kepemimpinannya, pendidik, tenaga kependidikan, siswa, kegiatan
pembelajaran, iklim pembelajaran, serta keterlibatan orang tua dan
anggota masyarakat.

MANFAAT QSM-ISO 9001:2008


1. Adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen Mutu
/kualitas.
2. Menetapkan persyaratan - persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu.
3. Bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan - persyaratan yang
harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa).
4. Hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun,
bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari
suatu sistem manajemen kualitas internasional, akan berkualitas baik
(standar).

11 Manfaat Penerapan QMS-ISO 9001:2008


1) Meningkatkan kepercayaan pelanggan
2) Jaminan kualitas produk dan proses
3) Meningkatkan produktivitas perusahaan & “market gain”
4) Meningkatkan motivasi, moral & kinerja karyawan
5) Sebagai alat analisa kompetitor perusahaan
6) Meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
7) Meningkatkan cost efficiency & keamanan produk
8) Meningkatkan komunikasi internal
9) Meningkatkan image positif perusahaan
10) Sistem terdokumentasi
11) Media untuk pelatihan dan pendidikan

I. PENUTUP
Kesimpulan
MANFAAT QMS-ISO 9001:2008 merupakan prosedur terdokumen-
tasi dan praktik-praktik standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan
menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa)
terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, di mana kebutuhan atau
persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh
Pelanggan dan Organisasi.
Prinsip Manajemen Mutu Masaake Imae (1971, 10 QC Maxims)
acuan dalam standar ISO 9001 adalah sbb. :
1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan
2. Kendalikan kegiatan sejak awal
3. Jangan menyalahkan orang lain
4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas
5. Proses berikutnya adalah Pelanggan

J. DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2018. PPT Iso dan Mutu.

Anda mungkin juga menyukai