Anda di halaman 1dari 9

PANDEGLANG, Peranan budaya lokal mempunyai peran yang penting dalam memperkokoh ketahanan

budaya bangsa, namun benarkah sekarang ini kebudayaan itu sendiri sudah jarang terlihat peranannya
karena sebagian besar akibat pengaruh dari budaya asing dan arus modernisasi ??

Benarkah generasi muda lebih tertarik untuk mempelajari dan menikmati budaya populer yang
kebanyakan berasal dari luar negeri?.

Banyak dari mereka mengatasnamakan persaingan global sebagai pembelaan. Tidak akan exist bila tidak
mengikuti perkembangan dunia di tengah era globalisasi. Satu alasan yang sebenarnya cukup masuk
akal. Memang orang tidak akan bisa bersaing jika ia sendiri buta akan apa yang ada dalam persaingan itu.
Akan tetapi bukan berarti dengan seenaknya mengabaikan kebudayaan lokal yang ada. Kalau bukan kita
sendiri yang membuat budaya itu hidup, lalu siapa lagi? Haruskah budaya itu dimiliki orang lain dahulu
agar tetap hidup?

Itulah sedikit gambaran mengenai kondisi di tengah-tengah masyarakat kita saat ini. Satu kondisi yang
tergambar jelas dalam satu contoh kecil. Apa benar keberadaan “budaya populer” telah mendesak
budaya lokal?

Bukan keberadaan budaya populer yang salah. Akan tetapi kita yang masih perlu belajar untuk bisa
bersaing di dunia internasional tanpa mengabaikan budaya lokal…

Berawal dari sini, saya mencoba mencari tahu tentang kebudayaan lokal khususnya khazanah
kebudayaan Banten, sebuah catatan yang dibuat oleh Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A mudah-mudahan
dapat menjadi referensi bagi kita untuk mempelajari kebudayaan Banten. Catatan ini disampaikan
sebagai bahan pada Seminar Sejarah dan Kebudayaan Banten, Pusat Kajian Sejarah dan Budaya STAIN
“SMHB” Serang, 1-Juli-2004.

Dalam catatannya Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A mengemukakan bahwa kebudayaan itu meliputi :

Dimensi gagasan (sebagai aspek ideal yang tidak terlihat),


Dimensi perbuatan (tindakan) (sebagai aspek faktual yang dapat dilihat), dan

Dimensi hasil karya (sebagai aspek fisik yang dapat dilihat dan diamati berulang kali).

Dari ketiga dimensi tersebut yang bisa dikenali secara langsung adalah kebudayaan pada dimensi fisik
dan perbuatan (kelakuan). Kemudian diperlukan juga kejelasan pada unsur apa dua dimensi tersebut
diamati.

Yang paling mungkin ialah pada unsur-unsur kebudayaan yang menurut Koentjaraningrat ada tujuh
unsur, yaitu:

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan

3. Organisasi Sosial

4. Sistem Religi

5. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

6. Sistem Mata Pencaharian Hidup

7. Kesenian

Berikut ini adalah kutipan dari catatan tersebut.

———————————

BAHASA

Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di
Banten Girang, adalah bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif Hidayatullah,
kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, berbarengan dengan penyebaran agama Islam. Dalam kontak
budaya yang terjadi, bahasa Sunda dan bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada gilirannya
membentuk bahasa Jawa dengan dialek tersendiri dan bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri.
Artinya, bahasa Jawa lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa Sunda juga terputus
dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk bahasa sunda dengan dialeknya sendiri
pula; kita lihat misalnya di daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di Banten
bagian Selatan.

Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-17 mulai tumbuh dan berkembang di Banten, bahkan
menjadi bahasa resmi keraton termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah.
Sesungguhnya pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan bahasa Jawa dapat berkembang
dengan pesat di daerah Banten Utara. Dengan demikian lambat laun pengaruh keraton telah membentuk
masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa Banten tetap berkembang meskipun keraton
tiada lagi.

Bahasa Jawa dimaksud dalam pengungakapannya menggunakan tulisan Arab (Pegon) seperti ditemukan
pada manuskript, babad, dan dokumen-dokumen tertentu. Penggunaan huruf Arab (Pegon) didorong
oleh dan disebabkan karena:

Penggunaan aksara lama terdesak oleh huruf Arab setelah Islamisasi.

Huruf Arab menjadi sarana komunikasi kaum maju, sedangkan aksara menjadi alat komunikasi kaum
elit/lama/feodal, ditambah pihak kolonial yang mengutamakan aksara (jawa). Kaum maju tersebut
adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju dengan adanya penguasaan asing
sehingga huruf Arab dipergunakan sebagai sarana lebih aman dan juga rahasia.

Di lain pihak, terutama kaum lama, penggunaan huruf Pegon memberikan corak Islam dalam tulisan
yang tidak selalu bersifat Islam, sehingga lebih aman beredar/mengisi permintaan rakyat.

Untuk mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah hukum, huruf Arab lalu
disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama
Belanda.

Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu merupakan perkembangan kemudian karena pada aslinya
menggunakan tulisan Arab. Demikian pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh
lingkungan bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan Belanda, ada juga
pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam bahasa Jawa, misalnya sekola, yang semula ginau. Pada
perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin
demikian seterusnya, tetapi bahasa ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan pendukungnya.
———————————

SISTEM PENGETAHUAN

Pengetahuan manusia merupakan akumulasi dari tangkapannya terhadap nilai-nilai yang diacu dan
dipahami, misalnya agama, kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri sendiri
melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan karena itu maka disebut sistem pengetahuan.
Salah satu (sistem) pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan Banten adalah misalnya
pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta). Pada fase perkembangan awal pengetahuan tentang
kosmologi orang Banten adalah bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada Sultan yang
berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan adalah suci.

Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa yang sebagian kecil dari kekuatannya itu
diberikan kepada manusia melalui pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan diri
untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali, karena itu Sultan dan para Wali itu
sakti. Kesaktian Sultan dan para wali itu dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja yang
berguru (mengabdi).

Pengetahuan yang berakar pada kosmologi tersebut masih ada sampai kini sehingga teridentifikasi dalam
pengetahuan magis. Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi hilang, bahkan
mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan (sistem) pengetahuan yang lain.

———————————

ORGANISASI SOSIAL

Yang dimaksud dengan organisasi sosial adalah suatu sistem dimana manusia sebagai mahluk sosial
berinteraksi. Adanya organisasi sosial itu karena ada ketundukan terhadap pranata sosial yang diartikan
oleh Suparlan sebagai seperangkat aturan-aturan yang berkenaan dengan kedudukan dan penggolongan
dalam suatu struktur yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial, dan mengatur peranan serta
berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.

Di antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi sosial. Pada awal di jaman Kesultanan,
lapisan atas dalam stratifikasi sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai lapisan
bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya rakyat biasa. Pada perkembangan
selanjutnya, hilangnya kesultanan, yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam
stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan itu berpindah kepada kelompok
lain, maka berpindah pulalah lapisan itu.

———————————

SISTEM RELIGI

Yang dimaksud dengan sistem religi adalah hubungan antar elemen-elemen dalam upacara agama.
Agama Islam sebagai agama resmi keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-
upacaranya mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan upacara, pelaku upacara, dan jalannya
upacara. Misalnya dalam Salat, ada peralatan-peralatannya dari sejak mesjid, bedug, tongtong, menara,
mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain. Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam,
makmum, tukang Adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara upacaranya.

Di jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin Salat itu adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya
kemudian diserahkan kepada Kadi. Pada perubahan dengan tidak ada sultan, maka upacara agama
berpindah kepemimpinannya kepada kiyai. Perkembangan selanjutnya bisa jadi berubah karena
transformasi peranan yang terjadi.

———————————

SISTEM PERALATAN HIDUP DAN TEKNOLOGI


Kehidupan masyarakat memang memerlukan peralatan dan teknologi. Memperhatikan paralatan hidup
dan teknologi dalam kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan masa lalu.
Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-benda arkeologis, dan catatan-catatan masa
lalu. Di jaman kesultanan, kehidupan masyarakat ditandai dengan bertani, berdagang, dan berlayar
termasuk nelayan. Dari corak kehidupan ini terlihat bahwa peralatan hidup bagi petani masih terbatas
pada alat-alat gali dan lain-lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.

Angkutan dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi angin yang karenanya berkembang
pengetahuan ramalan cuaca secara tradisional, misalnya dengan memanfaatkan tanda-tanda alam.
Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan bejana, dan lain-lain, memanfaatkan energi alam
dan manusia. Tentu saja aspek (unsur kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini
dan nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.

———————————

SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP

Gambaran perkembangan mengenai hal ini untuk sejarah manusia, akan tersentuh dengan kehidupan
primitif, dari hidup berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan Banten, sistem
mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur kebudayaan, terlihat dari jaman kesultanan. Mata
pencaharian hidup dari hasil bumi menampilkan adanya pertanian. Dalam sistem pertanian itu ada
tradisi yang masih nampak, misalnya hubungan antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang
berhak ikut mengetam dengan pembagian tertentu menurut tradisi.

Dalam nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan dan pengikut-pengikutnya dalam usaha
payang misalnya. Kedua belah pihak dalam mata pencaharian hidup itu terjalin secara tradisional dalam
sistem mata pencaharian. Mungkin pula hubungan itu menjadi hubungan kekerabatan atau hubungan
Patron-Clien.

Pada masa kini kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena perubahan mata
pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya karena penemuan peralatan (teknologi) baru.
Demikian pula kemungkinan di masa yang akan datang.
———————————

KESENIAN

Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk menciptakan dan melahirkan hal-hal yang
bernilai indah. Ukuran keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian sebagai
salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari
yang bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan mungkin
menyentuh spiritual.

Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau
diwarnai dengan agama Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman,
Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten.
Kemudian ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada bentuk apa lagi, tapi
yang nampak ada kecenderungan lepas dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.

Arsitektur rumah adat yang mengandung filosofi kehidupan keluarga, aturan tabu, dan nilai-nilai privasi,
yang dituangkan dalam bentuk ruangan paralel dengan atap panggung, dan tiang-tiang penyanggah
tertentu. Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan fisik sehingga arsitekturnya hanya bermakna
estetik.

Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali
mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian dimaksud ialah:

Seni Debus Surosowan

Seni Debus Pusaka Banten

Seni Rudat

Seni Terbang Gede

Seni Patingtung

Seni Wayang Golek


Seni Saman

Seni Sulap-Kebatinan

Seni Angklung Buhun

Seni Beluk

Seni Wawacan Syekh

Seni Mawalan

Seni Kasidahan

Seni Gambus

Seni Reog

Seni Calung

Seni Marhaban

Seni Dzikir Mulud

Seni Terbang Genjring

Seni Bendrong Lesung

Seni Gacle

Seni Buka Pintu

Seni Wayang Kulit

Seni Tari Wewe

Seni Adu Bedug

Dan lain-lain

Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum berubah kecuali kemasan-kemasannya,
misalnya pada kesenian kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin, jika berkenaan
dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan adalah orsinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan
pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan substansinya.

Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian tersebut akan tunduk pada hukum perubahan
sehubungan dengan pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang artinya tidak ada
pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang
tidak boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus ada perubahan kemasan.

———————————

PENUTUP

Banten sebagai komunitas kutural memang mempunyai kebudayaannya sendiri yang ditampilkan lewat
unsur-unsur kebudayaan. Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-masing unsur berbeda pada
tingkat perkembangan dan perubahannya. Karena itu terhadap unsur-unsur yang niscaya harus
berkembang dan bertahan, harus didorong pula bagi pendukungnya untuk terus menerus belajar
(kulturisasi) dalam pemahaman dan penularan kebudayaan.

Kalau boleh dikatakan, menangkap deskripsi budaya Banten adalah upaya yang harus serius, kalau tidak
ingin menjadi punah. Kepunahan suatu kebudayaan sama artinya dengan lenyapnya identitas. Hidup
tanpa identitas berarti berpindah pada identitas lain dengan menyengsarakan identitas semula.

Anda mungkin juga menyukai