UROLITHIASIS
UROLITHIASIS
1. Mual
Mual adalah sensasi tidak nyaman pada perut bagian atas yang disertai
dorongan untuk muntah.
2. Mobilitas fisik
Bisa diartikan dengan aktivitas fisik.
3. Urine
Urine adalah cairan sisa hasil metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal
dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh. Kandungan urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik.
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun secara rinci ada
beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah penyakit batu bedasarkan letak
batu antara lain: (Prabawa & Pranata, 2014):
Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran kemih
adalah sebagai berikut:
1. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti
batu yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari
senyawa jenuh yang lama kelamaan akan mengalami proses kristalisasi
sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk
terbentuknya batu karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.
2. Teori Matriks
Batu Matriks akan merangsang pembentukan batu karena memacu
penempelan partikel pada matriks tersebut. Pada pembentukan urin
seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi dari tubulus ginjal
dan berupa protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan sedikit
hexose dan hexosamine yang merupakan kerangka tempat diendapkannya
kristal-kristal batu.
3. Teori Inhibisi yang Berkurang
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya
faktor inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem
urinaria dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah satunya
adalah mencegah terbentuknya endapan batu. Inhibitor yang dapat
menjaga dan menghambat kristalisasi mineral yaitu magnesium, sitrat,
pirofosfat dan peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut
mengakibatkan proses kristalisasi akan semakin cepat dan mempercepat
terbentuknya batu (reduce of crystalize inhibitor).
JENIS BATU
1. Batu kalsium
Batu jenis kalsium paling banyak dijumpai kurang lebih 70-80%
dari seluruh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium
hiperkalsiuria, hiperoksaluria, hiperurikosuria, hipositraturia,
hipomagnesuria.
2. Batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebabnya
adalah golongan pemecah urea atau urea splinter yang dapat menghasilkan
ensim urease dan mengubah urin menjadi bersuasana basa dengan
menghidrolisis urea menjadi amoniak.
3. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.
Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapat terapi kanker, dan pasien yang
menggunakan obat urikosurik seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat.
Kegemukan, peminum alcohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang
yang lebih besar untuk menderita penyakit ini.
4. Batu sistin
Batu sistin merupakan 1-2% dari seluruh batu saluran kemih yang
terjadi karena kelainan herediter dalam transport asam amino pada ginjal.
Terjadi penumpukan kristal sistin pada urin penderita (sistinuria) yang
menyebabkan terbentuknya batu. Penderita biasanya berusia muda dengan
keluhan batu saluran kemih yang rekuren.
5. Batu jenis lainnya adalah batu xanthin, triamteren, dab batu silikat yang
jarang dijumpai.
DAFTAR PUSTAKA
Grace, P.A., & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga Medical Series.
Mehmed, M.M., & Ender O., (2015). Effect of urinary stone disease and it’s
treatment on renal function. World J Nephrol: 4(2): 271-276
Prabowo, E., & Pranata, A.E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan Pendekatan NANDA, NIC dan NOC. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Boyce, C.J., Pickhardt, P.J., Lawrence, E.M., Kim, D.N., & Bruce, R.J. (2010).
Prevalence of urolithiasis in asymptomatic adult: objective
determination using low dose noncontrast computerized tomography.
J. Urol. 183(3): 1017-21. doi.10.1016/J.Juro.2009.11.047
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Purnomo, B.B. (2012). Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto.