Anda di halaman 1dari 8

Teori Belajar Gestalt

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang
perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan yang
dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh
pembawaan (nativisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar siswa tersebut Aktif, sebagai
lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan
oleh lingkungannya (empirisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar siswa tersebut Pasif,
sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi) sehingga dalam proses belajar dan
mengajar siswa tersebut Aktif dan Pasif
Pembelajaran menurut aliran kognitif menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi social,
belajar lewat pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh jean piaget. Aliran kognitif berjalan dengan
baik dan sekarang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tuan pendidikan yang mana
didalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi siswa di tuntut untuk aktif di
dalam kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut aliran kognitif yang menjadikan siswa dapt aktif di
dalam proses pembelajaran karena di dalam pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator,
sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari
pembelajaran
Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses belajar yang terjadi didalam kelas
berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan fakta, konsep,
prinsip dan keterampilan yang sering digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran dituntut untuk
secara aktif berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini memberikan kesempatan yang luas
mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
B. Rumusan Masalah

Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Yang condong pada belajar
secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan
sebagainya. Sehingga dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa Definisi tokoh Gestalt ?
2. Bagaimana Sejarah Munculnya Teori Gestalt berdasarkan Eksperimen tokoh Gestalt terhadap
Simpanse?
3. Bagaimana Belajar dalam pandangan teori Gestalt?
4. Apa Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt ?
5. Bagaimana Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran?

C . Tujuan Masalah

Dalam pembuatan Makalah ini, yang membahas tentang teori belajar Gestalt secara global agar
pembaca dapat mengetahui serta memahami tentang teori belajar Gestalt. Sedangkan yang menjadi
tujuan utama dalam Makalah ini adalah:
1. Agar pembaca mengetahui dan memahami Definisi tokoh Gestalt
2. Agar pembaca mengetahui Sejarah Munculnya Teori Gestalt berdasarkan Eksperimen tokoh Gestalt
terhadap Simpanse
3. Agar pembaca mengetahui dan memahami Belajar dalam pandangan teori Gestalt
4. Agar pembaca mengetahui dan memahami Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt
5. Agar pembaca mengetahui dan memahami Aplikasi teori Gestalt terhadap proses pembelajaran
BAB II
Pembahasan

A. Definisi serta Sejarah Munculnya Teori Gestalt

Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Peletak dasar teori gestalt adalah
Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Sumbangannya
diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum
pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase.
Kaum gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu
keseluruhan. Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap
hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, menurut mereka,
tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih
meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran.
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia
menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan
pengertian bukan hafalan akademis. Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang
insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-
bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru
tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan
yang utuh. Pengamatan adalah pintu pengembangan kognitif. Beberapa hukum gestalt dalam
pengamatan adalah :
1) Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang
bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2) Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt
(keseluruhan)
3) Hukum kecenderungan mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4) Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5) Hukum kontinuitas yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk
gestalt.
B. Eksperimen tokoh Gestalt terhadap Simpanse
Wolfgang Kohler menjelaskan teori gestalt ini melalui percobaan dengan seekor Simpense yang diberi
nama Sulton. Dalam eksperimenmnya, kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat
membantu memecahkan masalah dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak dengan Stimulus dan respon atau trial and error saja, tapi juga karena
ada pemahaman terhadap masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Merikut eksperimen
yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse :

Ekesperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan didalam sangkar tersebut terdapat sebatang
tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah
bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan. Pada awalnya simpanse berusaha
mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang
tersebut. Kemudian simpanse melihat sebatang tongkat dan timbulah pengrtian untuk meraih pisang
dengan menggunakan tongkat tersebut. Begitu juga ketika ada dua tongkat, karena tidak dapat dirahnya
pisang tersebut dengan tongkat satu. Tiba-tina muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung
dan akhirnya berhasil.

Eksperimen II
Problem yang dihadapi sekarang diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar sehingga simpanse
tidak dapat meraih pisang tersebut. Disudut sangkar tersebut diletakkan subuah kotak yang kuat untuk
dinaiki simpanse. Pada awalnya simpanse mau mengambil pisang, akan tetapi berkali-kali gagal, ketika
simpanse melihat Kotak disudut sangkar, munculah insight simpanse untuk bergegas mengambil kotak
dan dinaikinya dan akhirnya ia dapat mengambil pisang. Begitu juga ketika dalam sangkar terdapat dua
kotak kuat, dan ketika simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak, maka simpanse mengambil
kotak tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan akhirnya simpanse dapat mengambil pisang
tersebut
Dari Eksperimen-eksperimen tersebut, kohler menjelaskan bahwa simpanse yang dipakai untuk
percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara
semua hal yang relevan dengan Problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari percobaan
tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer insight
tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya
Gestalt berasumsi, bila seseorang atu suatu organisasi dihadapkan pada suatu problem, tetapi
kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu dipecahkan. Menurut gestalt problem tersebut
merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya. Organisme atau individu akan selalu berfikir
tentang suatu bahan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya sebagai bentuk respon atas
masalah tersebut.
C. Belajar dalam pandangan teori Gestalt
Belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif. Selain pengamatan, kaum
gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan bentuk utama aliran ini. Kondisi
pemahaman tergantung pada :
a) Kemampuan dasar seseorang
b) Pengalaman masa lampau yang relevan
c) Pengaturan situasi yang dihadapi
d) Pemahaman didahului oleh periode mencari atau coba-coba
e) Adanya pemahaman dalam diri individu menyebabkan pemecahan masalah dapat diulang dengan
mudah.
f) Adanya pemahaman dalam diri individu dapat dipakai menghadapi situasi lain atau transfer dalam
belajar.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses
kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti.
Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap
materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu
telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
Penerapan teori gestalt tampak pada kurikulum yang sekarang ini digunakan didunia pendidikan.
Kurikulum mempunyai pusat yang sama. Dalam tingkat rendah, disusun kurikulum dari suatu kesatuan
yang utuh. Hal pokok diajarkan secara garis besar. Ditingkat yang lebih lanjut, kesatuan itu diberikan
lagi dengan muatan-muatan yang lebih detail yang mengarah kebagian-bagian yang telah diberikan
ditigkat dasar. Begitu secara berkelanjutan disetiap jenjangnya.

D. Pokok-pokok Teori Belajar Gestalt.


Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar
juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap
proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak
dapat di bantah. Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar,
maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam
studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada
proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang
perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu. Pada pengamatan itu
menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia .
Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat
esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut
cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar
bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebih dari
pada bagian-bagiannya. Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain
1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi
juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala
aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang
mengerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan
dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah
diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaiman seseorang itu dapat
memecahknan masalah mrnurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
1. Realisasi adanya masalah. Jadi harus memahami apa masalahnya dan juga harus dapat
merumuskan
2. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
4. Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang
diperoleh.
5. Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil pemecahan
soal itu.

E. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran


Dalam teori Belajar Gestalt, Belajar pada hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur
kognitif. Selain pengamatan, kaum gestalt menekankan bahwa belajar pemahaman merupakan
bentuk utama aliran ini. Maka dalam Proses pembelajaran dikelas harus diterapkan sesuai
dengan Konsep teori Gestal tersebut. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku.
Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait
akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan
suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan
pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan
hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip
pokok dari materi yang diajarkannya.
Teori belajar gestalt secara umum sangat berpengaruh dalam metode membaca dan menulis.
Metode yang resmi digunakan dengan mengacu teori yang dikenal dengan istilah SAS
(Struktural, Analitis dan Sintesis). Metode ini dirintis oleh Dr. Ovide De Croly. Proses
mengajarnya adalah sebagai berikut :
1. Pada permulaan sekali. Peserta didik dihadapkan pada cerita pendek yang telah dikenal dalam
kehidupan keluarga. Cerita ini jelas merupakan satu kesatuan yang telah dikenal oleh peserta
didik. Karena itu mudah untuk membacanya secara keseluruhan dengan menghafal, biarkan
murid membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang diucapkannya.
2. Menguraikan cerita pendek tersebut menjadi kalimat-kalimat. Guru secara alamiah
menunjukkkan bahwa cerita pendek itu terdiri dari kalimat-kalimat. Antar kalimat deberi warna
yang berbeda, dan antar kalimat diberi jarak yang cukup rengggang
3. Memisahkan kalimat-kalimat menjadi kata-kata. Tiap kata ditulis dengan warna yang berbeda,
terpisah dan ditulis agak jauhan. Susunan tiap kata ditulis semakin menurun dan dibaca pelan-
pelan sambil menunjuk tiap kata.
4. Memisahkan kata menjadi suku kata.
5. Memisahkan suku kata menjadi huruf, dan tiap hurufnya ditulis dengan warna yang berbeda.
6. Setelah mengenal huruf, peserta didik diajak menyusun suku kata menjadi suatu kalimat.
BAB III
Penutup

Kesimpulan

1. Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Peletak dasar teori gestalt
adalah Merx Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.
Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang
hukum-hukum pengamatan, kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight
pada simpase

2. Dari Eksperimen-eksperimen kohler menjelaskan terhadap simpanse bahwa simpanse yang dipakai
untuk percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan
antara semua hal yang relevan dengan Problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari
percobaan tersebut menunjukkan simpanse dapat memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer
insight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya

3. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman
manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebih dari pada bagian-
bagiannya. Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :

1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi
juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala
aspek-aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi yang lebih luas.
5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang
mengerakan seluruh organisme.
7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Referensi

Anda mungkin juga menyukai