Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


HALAMAN COVER

KONSEPSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Oleh:

KELOMPOK IX / PAI KELAS 02


Nofia Lestari (192110101045)
Nadila Octaria Milenia (192110101069)
Nur Hanifah Milanovia (192110101071)
Riham Fatima (192110101076)

UNIVERSITAS JEMBER
2019
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
HALAMAN SAMPUL DALAM

KONSEPSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Oleh:

KELOMPOK IX / PAI KELAS 02


Nofia Lestari (192110101045)
Nadila Octaria Milenia (192110101069)
Nur Hanifah Milanovia (192110101071)
Riham Fatima (192110101076)

UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kehadirat Allah atas
rahmat dan pertolongan-Nya kami masih diberi kemampuan untuk mengerjakan
dan menyusun makalah kami yang berjudul “KONSEPSI PENDIDIKAN ANTI
KORUPSI“. Terima kasih pula tidak lupa kami ucapkan kepada Bapak Dr.
Mahfudz Sidiq, MM. selaku pengampu mata kuliah umum Pendidikan agama
Islam yang telah meluangkan waktunya untuk merevisi dan memperbaiki makalah
kami yang masih jauh dari kata sempurna. Ucapan terima kasih juga kepada
teman- teman mahasiswa Universitas Jember yang sudah membantu dalam
keberlangsungan pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan
agama Islam. Upaya serta usaha telah kami berikan untuk makalah ini, namun
kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
waktu dan keadaan. Kami berharap makalah ini akan memberikan manfaat kepada
semua orang terlebih kepada civitas akademika Universitas Jember. Kami mohon
maaf yang sebesar – besarnya apabila ada kesahalahan baik yang kami ketahui
maupun yang luput dari pengetahuan kami. Oleh karena itu kami meminta kritik
dan sarannya dari para pembaca agar kemudian dapat menjadi pembelajaran bagi
kami semua.

Jember, 07 Oktober 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................6
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................6
1.3 Tujuan ........................................................................................................7
1.3.1 Tujuan umum....................................................................................7
1.3.2 Tujuan khusus ...................................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8
2.1 Pengertian Korupsi.....................................................................................8
2.2 Korupsi Menurut Pandangan Islam .........................................................10
2.2.1 Pandangan Islam .............................................................................10
2.2.2 Hadist ..............................................................................................11
2.3 Hukum Menggunakan Hasil Korupsi ......................................................12
2.4 Bahaya Korupsi ........................................................................................12
2.4.1 Bahaya Korupsi terhadap Masyarakat dan Individu .......................12
2.4.2 Bahaya Korupsi terhadap Generasi Muda ......................................13
2.4.3 Bahaya Korupsi terhadap Politik ....................................................13
2.4.4 Bahaya Korupsi terhadap Ekonomi Bangsa ...................................13
2.4.5 Bahaya Korupsi terhadap Birokrasi ................................................13
2.5 Dasar Hukum Korupsi di Indonesia .........................................................14
2.6 Faktor Penyebab Korupsi .........................................................................14
2.6.1 Faktor Menurut Boni Hagen ...........................................................15
2.6.2 Faktor Menurut Jack Bologne ........................................................15
2.7 Dampak Masif Korupsi ............................................................................16
2.7.1 Dampak Ekonomi ...........................................................................16
2.7.2 Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat .................................16
2.7.3 Dampak terhadap Politik dan Demokrasi .......................................17

iv
2.7.4 Dampak terhadap Penegakan Hukum ............................................17
2.7.5 Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan ................................18
2.7.6 Dampak Kerusakan Lingkungan. ...................................................18
2.8 Pencegahan Korupsi.................................................................................19
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................21
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................21
3.2 Saran ........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini korupsi telah menjadi budaya yang berkembang di negara kita dari
rendah sampai pejabat pun ikut serta meramaikan dunia yang haram tersebut.
Bahkan Indonesia termasuk negara terkorup sampai saat ini meskipun telah
didirikan Lembaga anti korupsi tetapi korupsi masih merajalela seakan-akan
pelaku tidak memiliki rasa malu bahkan takut akan hukuman yang nantinya
diterima jika ia melakukan korupsi. Komisi Pemberantar Korupsi (KPK) yang
telah gencar memberantas para koruptor pun saat ini telah bekerja
semaksimal mungkin tetapi korupsi masih saja terjadi karena saat ini korupsi
telah membudaya dan tak bisa di hilangkan jika bukan kehendak dari dirinya
sendiri.
Dalam agama pun korupsi diharamkan karena termasuk perbuatan
yang merugikan banyak orang. Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT
demi kemaslahatan manusia dan diantara kemaslahatan yang ingin
diwujudkan dalam syariat hukum tersebut adalah harta yang terpelihara dari
pemindahan hak milik yang tidak menurut dengan prosedur hukum dan juga
dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan kehendak Allah SWT. Karena
itulah, larangan merampas, mencuri, mencopet dan lainnya menjadi
pemeliharaan keamanan harta dari kepemilikan yang tidak sah. Larangan
memakainya sebagai taruhan judi dan juga memberikan pada orang lain yang
diyakini akan dipakai untuk perbuatan yang maksiat, sebab penggunaan yang
tidak sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju
menjadi tidak tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan
korupsi merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang
bertentangan dengan maqasid asy-syariah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengatasi perkembangan korupsi yang saat ini sedang
membudaya?

6
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengubah pandangan seseorang bahwa korupsi itu haram dan jika
dilakukan maka akan membuat seseorang mendapatkan sanksi yang
cukup berat
1.3.2 Tujuan khusus
Agar pelaku korupsi tidak lagi melakukan korupsi

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Korupsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan juga The Lexicon Webster
Dictionary (1978) sebagaimana yang dikutip dari JM. Muslimin mengenai
istilah kata korupsi yaitu;
“Istilah korupsi berasal dari kata latin corruptio atau corruptius. Corruption
berasal dari kata latin yang lebih tua yaitu, corrumpere. Dan bahasa latin
itulah kemudian menjadi beberapa bahasa Eropa, seperti corruption/corrupt
(Inggris), corruption (Perancis-Jerman), corruptie/korruptie (Belanda) yang
berarti palsu, suap, dan busuk. Korup juga berarti dapat disogok (melalui
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Korupsi juga diartikan sebagai
tindakan menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau Negara;
menerima uang dengan menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
Korupsi juga berarti kebejatan, tidak bermoral, ketidakjujuran dan
penyimpangan dari kesucian.”(Bahri, 2015)
Secara terminologi para ahli mendefinisikan arti korupsi salah satunya
sebagai berikut :
1. Robert Klitgaard mendefinisikan “corruption is the abuse of public power
for private benefit”, korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik
untuk keuntungan pribadi. Korupsi juga berarti memungut uang bagi
layanan yang sudah seharusnya diberikan, atau menggunakan wewenang
untuk mencapai tujuan yang tidak sah. ( Dalam Robert Klitgaard dkk.,
2002: 3).
2. Sayyid Husain al-Alatas menyimpulkan jika korupsi mempunyai beberapa
ciri khusus, antara lain :
a. suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan,
b. penipuan terhadap badan pemerintahan, lembaga swasta atau
masyarakat umum,
c. dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus,

8
d. dilakukan dengan rahasia,
e. melibatkan lebih dari satu orang atau pihak,
f. adanya kewajiban dan keuntungan bersama,
g. terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki
keputusan yang pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya,
h. adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk
pengesahan hukum,
i. menunjukkan fungsi ganda pada setiap individu yang melakukan
korupsi.(С.И., no date)
Secara epistemologis, korupsi dapat diartikan sebagai salah satu model
kejahatan dalam aspek harta. Sedangkan menurut Al-Naim yang terdapat pada
buku yang dibuatnya, yang mana dikutipkan dari Abbu Hapsin, memberikan
sebuah pemahaman mengenai korupsi. Menurutnya korupsi dapat diartikan
sebagai suatu tindakan yang melanggar hukum pada beberapa hal, terlebih
korupsi digunakan untuk memperkaya diri sendiri maupun dalam sebuah
kelompok, orang lain, atau korprasi yang dapat mengakibatkan kerugian pada
negara. Korupsi dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti menyuap,
memberi hadiah, menyalahgunakan jabatan, penggelapan, dan masih banyak
lagi.
Korupsi diatur dalam pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 UU No. 20 Tahun
2001 yang isinya:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (Nomor et al., 1999)

9
2.2 Korupsi Menurut Pandangan Islam
2.2.1 Pandangan Islam
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yakni rahmat bagi
alam ini, yakni di seluruh alam ini semua sudah diatur dalam Islam,
tidak ada yang terlewat untuk diatur. Risalah Islam sendiri begitu
lengkap dan universal, tanpa terkecuali korupsi yang juga diatur di
dalamnya. Disebutkan di dalam kaidah ushful fiqih yakni tidak ada satu
peristiwa pun yang tidak diatur dalam islam. “Tiada suatu peristiwa pun
di dalam Islam, kecuali disitu ada hukum Allah SWT.”(Hukum and
Islam, 2015)
Oleh karena itu, korupsi sendiri sudah diatur bagaimana hukum,
sanksi, dan akibatnya. Di dalam Islam korupsi merupakan suatu
perbuatan yang keji. Dalam islam konteksnya sama dengan fasad, yaitu
perbuatan yang merusak tatanan dalam segala hal yang pelakunya akan
mendapatkan dosa besar.
Disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 188 :

Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta


sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (Q.S Al-
Baqarah 2 : 188)
Korupsi dalam islam sangat dilarang karena melanggar syariat
yang akibatnya akan merusak dalam perwujudan kemaslahaatn bagi
umat manusia. Kemaslahatan yang dituju salah satunya adalah
terjaganya harta dari suatu penyelewengan atau pelanggaran dalam
segala bentuk.

10
Di dalam Islam korupsi termasuk dalam kejahatan maliyah, yang di
dalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
1. Adanya tasharruf, yaitu perbuatan hukum dalam bentuk
mengambil, menerima, dan memeberi
2. Adanya unsur pengkhianatan terhadap publik, hal ini dapat
berupa kekuasaan
3. Adanya keruguan yang ditanggung oleh masyarakat luas atau
publik.
Selain kemaslahatan juga ada mashadah yang dibagi dua menurut
Izzuddin bin Abdis Salam (seperti dikutip Abu Zahra)
“Mafsadat terbagi dua; mafsadat yang diharamkan oleh Allah
untuk didekati dan mafsadah yang tidak disukai oleh Allah (makruh)
untuk dikerjakan. Mafsadah yang diharamkan terbagi lagi menjadi dua
tingkatan, yaitu mahsadah kabair (dosa besar) dan shaghair (dosa kecil).
Sedangkan mafsadah makruh, bila mafsadah itu hilang maka akan
menjadi mubah.”
Berdasarkan yang telah dipaparkan diatas mengenai tingkatan
musfadah, Abu Zahrah sendiri menambahkan bahwa apabila suatu
perbuatan yang haram musfadahnya lebih banyak, maka tingkat
keharamannya akan menjadi lebih tinggi. (Bahri, 2015)
2.2.2 Hadist
Di dalam Islam, korupsi sangat dilarang sesuai dengan hadist Nabi
Muhammad Saw yang diriwayatkan Abbas ra. Sahabat nabi Muhammd
yang bersabda
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.”

11
2.3 Hukum Menggunakan Hasil Korupsi
Untuk penggunaan hasil korupsi uang dalam islam uang tersebut
hukumnya haram, sehingga hal tersebut yang menjadikan penyebab dari tidak
terkabulnya doa seseorang sebagaimana sabda dari Nabi Muhammad :
“Wahai manusia sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali
yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman dengan apa yang Allah perintahkan kepada para rasul. Allah
berfirman, “Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dari yang kami
rizkikan ke kamu,” kemudian beliau (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan seseorang yang lama bersafar, berpakaian kusut dan
berdebu. Dia menengadahkan tangannya ke langit (seraya berdo’a) : “ya
Rabb…, ya Rabb…., “ tetapi makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan dirinya dipenuhi dengan sesuatu yang haram. Maka,
bagaimana doanya akan dikabulkan.”

2.4 Bahaya Korupsi


2.4.1 Bahaya Korupsi terhadap Masyarakat dan Individu
Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu akan
mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat itu sendiri. Masyarakat
akan lebih mementingkan dirinya sendiri dan hidup individualis.
Korupsi juga akan semakin meningkatkan kesenjangan sosial dan
perbedaan strata sosial pun akan semakin terlihat.
Theobald menyatakan bahwa korupsi menimbulkan iklim
ketamakan, selfishness, dan sinisism. Chandra Muzaffar menyatakan
bahwa korupsi menyebabkan sikap individu menempatkan kepentingan
diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya akan berpikir
tentang dirinya sendiri semata-mata
Apabila korupsi terus merajalela, maka cita-cita masyarakat untuk
mengembangkan masyarakat yang sejahtera kemungkinan menurun dan
akhirnya menghilang

12
2.4.2 Bahaya Korupsi terhadap Generasi Muda
Apabila korupsi terus berkembang, maka dalam beberapa tahun ke
depan generasi muda akan menganggap bahwa korupsi adalah hal yang
biasa. Hal tersebut akan membentuk pribadi generasi muda yang tidak
jujur dan bertanggung jawab sehingga perkembangan negara pun bisa
jadi makin menurun mengingat generasi muda yang moralnya sudah
rusak karena perilaku korupsi yang mungkin saja sudah turun-temurun.
2.4.3 Bahaya Korupsi terhadap Politik
Kasus jatuhnya pemerintahan karena sistem yang tidak sesuai
dengan janji yang diserukan saat kampanye menjadi salah satu kasus
yang termasuk dalam bahaya korupsi terhadap politik. Kekuasaan
politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan
dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika
demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap
pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh
dan tunduk pada otoritas mereka
2.4.4 Bahaya Korupsi terhadap Ekonomi Bangsa
Ekonomi bangsa bisa saja rusak apabila korupsi terus berkembang.
Proyek-proyek yang seharusnya dapat mengembangkan ekonomi
bangsa menjadi tidak sesuai rencana karena adanya penggelapan dana
dalam proses pengerjaannya. Penelitian empirik oleh Transparency
International menunjukkan bahwa korupsi juga mengakibatkan
berkurangnya investasi dari modal dalam negeri maupun luar negeri.
2.4.5 Bahaya Korupsi terhadap Birokrasi
Hal ini akan menyebabkan penurunan pelayanan birokrasi juga
membengkaknya biaya administrasi. Jika hal ini terjadi, maka
pelayanan bagi masyarakat kalangan bawah dan masyarakat kalangan
atas akan memiliki perbedaan sehingga semakin terlihat
kesenjangannya. Hanya orang-orang kalangan atas yang mendapat
layanan baik dan orang kalangan bawah tidak mendapat layanan baik.

13
Pada akhirnya, kemarahan sosial akan hal tersebut akan menjatuhkan
birokrat itu sendiri

2.5 Dasar Hukum Korupsi di Indonesia


Pemerintah telah memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk
menjerat pelaku korupsi, diantaranya :
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Korupsi
b. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
c. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
d. Peraturan Pemerintah RI No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
f. Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang
g. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tidak
Pidana Korupsi
h. Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations
Convention Againts Corruption, 2003
i. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi

2.6 Faktor Penyebab Korupsi


Meskipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku, korupsi yang
dapat dikatakan “warisan haram” di Indonesia masih tetap lestari. Ini berarti
budaya korupsi di Indonesia masih akan tetap ada dan berkelanjutan.

14
Penyebab terjadinya pun bermacam-macam. Banyak ahli yang
mengklasifikasikan penyebab korupsi.
2.6.1 Faktor Menurut Boni Hagen
Boni Hagen membagi penyebab terjadinya korupsi menjadi 3 wilayah
:
a. Wilayah Individu yang dikenal sebagai aspek manusia yang
menyangkut moralitas personal serta kondisi situasional seperti
peluang terjadinya korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor
kemiskinan.
b. Wilayah Sistem yang dikenal sebagai aspek institusi/administrasi
dan dianggap sebagai konsekuensi dari kerja sistem yang tidak
efektif. Mekanisme kontro yang lemah dan kerapuhan sebuah
sistem memberi peluang terjadinya korupsi.
c. Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem yang dikenal sebagai
aspek sosial budaya yang meliputi hubungan antara politisi, unsur
pemerintah dan organisasi non pemerintah. Meliputi juga kultur
masyarakat yang cenderung permisif dan kurang peduli dengan
hal-hal yang tidak terpuji. Pergeseraan nilai, logika, sosial, dan
ekonomi pun juga menjadi pokok penyebab korupsi.
2.6.2 Faktor Menurut Jack Bologne
Jack Bologne dalam teori GONE Theory menyebutkan bahwa faktor
penyebab korupsi ialah :
a. Greeds (Keserakahan)
b. Opportunities (Kesempatan)
c. Needs (Kebutuhan)
d. Exposure (Pengungkapan)
Faktor internal penyebab korupsi adalah semua faktor atau variabel
dalam individu seperti sifak tamak, moral yang kurang kuat, mudah
tergoda, dan gaya hidup yang konsumtif. Faktor eksternal ialah semua
faktor atau variabel di luar individu seperti norma sosial yang menjadi
acuan perilaku kelompok masyarakat tertentu. Misal, masyarakat

15
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimiliki namun
pendapatan tidak mencukupi.

2.7 Dampak Masif Korupsi


Dampak dari korupsi tidak hanya mempengaruhi satu bidang saja, tetapi
dampak korupsi ini sangat meluas. Korupsi dapat disebut sebagai
extraordinary crime dikarenakan hal ini. Dampak koupsi dapat terlihat jelas di
bidang ekonomi kemudian saling berkaitan ke bidang lSosial dan Kemiskinan
Masyarakat, Birokrasi Pemerintahan, Politik dan Demokrasi, Penegakan
Hukum, Pertahanan dan Keamanan dan Kerusakan Lingkungan.
2.7.1 Dampak Ekonomi
Korupsi memiliki efek penghancuran yang kuat atau disebut “an
enermous destruction effects” terhadap berbagai sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara, khususnya dalam sisi ekonomi yang
merupakan sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi yang akan muncul secara
alamiah apabila korupsi merajalela. Berikut ini adalah dampak ekonomi
yang akan terjadi, yaitu:
1. Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
2. Penurunan Produktifitas
3. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak
4. Meningkatnya Hutang Negara
2.7.2 Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Bagi masyarakat yang berstatus di bawah, korupsi bisa
mengakibatkan dampak yang luar biasa dan saling bertaut satu sama
lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang miskin
yakni semakin melunjaknya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya
kualitas pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan
penting seperti air, kesehatan, dan pendidikan. Kedua, dampak tidak
langsung yang juga dirasakan oleh orang miskin yakni pengalihan
sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok,

16
yang seharusnya diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang
miskin. Hal ini berdampak pada langgengnya kemiskinan.
Apabila tingkat kemiskinan semakin meningkat maka dapat
menyebabkan munculnya pengangguan – pengangguan yang kemudian
dapat memunculkan tindak kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka.
2.7.3 Dampak terhadap Politik dan Demokrasi
Pada umumnya, korupsi terjadi di kalangan orang – orang berkerah
putih atau para pejabat. Kondisi politik yang tidak teratur dan
cenderung sangat koruptif dapat memicu munculnya masyarakat yang
tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan dari
tingkat yang paling bawah. Konstituen di dapatkan dan berjalan karena
adanya suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin partai, bukan
karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya. Hal ini dapat berujung pada munculnya rasa
ketidakpercayaan rakyat kepada pemerintah dan demokrasi. Apaila
kepercayaan rakyat Indonesia ilang maka dapat dipastikan indonesia
menjadi negaa yang borok dan hancur.
2.7.4 Dampak terhadap Penegakan Hukum
Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap
kinerja suatu sistem politik atau pemerintahan. Pada dasarnya, isu
korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam praktiknya yang
lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga
dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja.
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan,
sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi b.
Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset c.
Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik. Suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi
akan mengabaikan tuntutan pemerintahan yang layak.

17
Pemimpin/pejabat yang korup sering mengabaikan kewajibannya oleh
karena perhatiannya tergerus untuk kegiatan korupsi semata-mata.
Dalam hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari - hari yang
sering terjadi yaitu hukum yang tumpul ke atas namun tajam ke bawah.
Dengan adanya uang dan suap semua dapat terselesaikan secara efisien
dan instan bahkan hukum pada saat ini sudah bisa dibeli oleh pejabat –
pejabat negara demi memuaskan nafsu mereka terhadap harta.
2.7.5 Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan
Indonesia adalah negara nomor 15 terluas di dunia, dengan luas
daratan keseluruhan 1.919.440 km dan luas lautan 3.2 juta km2.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai
17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara
sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141
derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua
Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.
Saat ini kita sering sekali mendapatkan berita dari berbagai media
tentang bagaimana negara lain begitu mudah menerobos batas wilayah
Negara Indonesia, baik dari darat, laut maupun udara. Hal ini
mengindikasikan bahwa sistem pertahanan dan keamanan Indonesia
masih sangat lemah. Tentunya hal ini sangat berhubungan dengan alat
dan SDM yang ada. Lemahnya sistem petahanan dan keamanan disusul
juga dengan lemahnya pertahanan di perbatasan negara. Apabila tidak
ada korupsi di Indonesia maka Indonesia pasti sudah memiliki
pertahanan yang baik dan dilengkapi dengan fasilitas terbaik yang ada.
Selain itu, akibat dari korupsi juga dapat memicu kerusuhan masyarakat
yang berdampak pula pada pertahanan dan keamanan negara Indonesia.
2.7.6 Dampak Kerusakan Lingkungan.
Menurut laporan yang dibuat oleh State of World Forest dan FAO
Indonesia sebagai negara ke lima terbesar yang mempunyai hutan alam,
menempati urutan ke dua dalam laju kerusakan hutan yang terjadi.

18
Kerusakan lingkungan hidup ini dipicu oleh berbagai sebab, seperti
kepentingan ekonomi, di mana hasil hutan yang ada di eksplotasi besar-
besaran untuk mendapatkan keuntungan. Eksploitasi ini dianggap
paling mudah dan murah untuk mendapatkan keuntungan, namun di
lain sisi eksploitasi yang dilakukan tidak dibarengi dengan upaya
penanaman kembali (reboisasi) yang baik dan terencana, sehingga hasil
eksploitasi hutan ini meninggalkan kerusakan yang parah bagi
lingkungan. Apabila kualitas lingkungan menuun maka otomatis diikuti
juga dengan penurunan kualitas hidup sumber daya manusianya.

2.8 Pencegahan Korupsi


Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun,
salah satu hal yang terpenting dan utama adalah masalah pencegahan korupsi.
Salah satunya dengan mengembangkan model kebijakan preventif seperti:
a. Pembentukan badan anti-korupsi
b. Peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu
dan partai politik
c. Promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan public
d. Rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri)
dilakukan berdasarkan prestasi
e. Adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri)
dan mereka harus tunduk pada kode etik tsb
f. Transparansi dan akuntabilitas keuangan public
g. Penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang
korup
h. Dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik
yang sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor pengadaan
public
i. Promosi dan pemberlakuan standar pelayanan public
j. Untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan
dari seluruh komponen masyarakat

19
k. Peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap
korupsi termasuk dampak buruk korupsi serta hal-hal yang dapat
dilakukan oleh masyarakat yang mengetahui telah terjadi TP korupsi.

20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi tentang Pendidikan anti korupsi dapat kita
simpulkan bahwa korupsi memiliki pengertian kejahatan dalam aspek harta
berupa penyelewengan atau penggelapan dana untuk kepentingan pribadi.
Menurut pandangan Islam korupsi merupakan suatu hal yang tidak boleh
dilakukan karena hasil dari korupsi tersebut temasuk ke dalam sesuatu yang
haram hukumnya diakibatkan menggunakan uang yang bukan haknya.
Korupsi sangat bebahaya karena dapat menyebabkan kekacauan
keseimbangan ekonomi masyarakat dan menyebabkan kesenjangan ekonomi.
Masalah tentang korupsi diatur di dalam beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkembang setiap tahunnya. Pada umumnya korupsi terjadi
akibat (penyebab) faktor internal yang berasal dari individu dan faktor
eksternal dari lingkungan. Apabila korupsi merajalela di Indonesia atau di
sebuah negara maka dapat menimbulkan dampak-dampak yang meluas baik
di bidang ekonomi, sosial, politik, hukum, serta petahanan dan keamanan
negara yang berujung pada kerusakan alam. Dari bahaya dan dampak korupsi
alangkah baiknya jika kita sebagai remaja Muslim dan Muslimah generasi
penerus bangsa mengadakan pencegahan dari Extraordinay Crime (Korupsi).
3.2 Saran
1. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami konsep Pendidikan anti
korupsi.
2. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami korupsi dalam sudut
pandang agama Islam
3. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami pengertian korupsi dengan
baik
4. Diharapkan agar mahasiswa dapat memahami bahaya dan dampak yang
ditimbulkan apabila korupsi merajalela di Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2015) ‘Korupsi dalam Kajian Hukum Islam’, Kanun: Jurnal Ilmu
Hukum, 17(3), pp. 603–614. doi: 10.24815/kanun.v17i3.6089.
С.И., П. (no date) ‘Полякова С.И. 201 7 Синтез Желчных Кислот’, p. 201.
Dalamislam.com. (2017, 19 Agustus). Hukum Korupsi Dalam Islam dan Dalilnya.
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-korupsi-dalam-islam diakses
pada 7 November 2019
Hukum, P. and Islam, P. (2015) ‘Tindak Pidana Korupsi Menurut Perspektif
Hukum Pidana Islam’, Lex Et Societatis, 3(1), pp. 72–82.
Listyarti, Retno & Setiadi. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Maharso & Tomy Sujarwadi. 2018. Fenomena Korupsi dari Sudut Pandang
Epidemiologi. Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Nomor, U. R. I. et al. (1999) ‘19990816 UU No 31 Tahun 1999 - Pemberantasan
TIPIKOR’, pp. 1–30.
Setiadi, W. (2018). Korupsi di Indonesia (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan
Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi). Jurnal Legislasi Indonesia, 15(3), 249
- 262.

22

Anda mungkin juga menyukai