Anda di halaman 1dari 33

MEMBACA UNTUK MENULIS

DOSEN PENGAMPU
Muhammad Masykur Izzy Balquni, M.Pd.

Disusun Oleh
Naza Agustia Ell Rahmah
(192017)
Prodi : 1A / D-3 Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN

Jalan Sudanco Supriadi No.22 Sukun – Kota Malang

Telp. (0341) 351275

Website : http://www.poltekkes-soepraoen.ac.id

Email : informasil@poltekkes-soepraoen.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas PKKMB dari Poltekkes
dr. Soepraoen dengan judul “Corpus Uteri”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang ,22 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Uterus............................................................................................3
2.2 Pengertian Uterus............................................................................................4
2.3 Pengertian Corpus Uteri dan Fungsi Corpus Uteri..........................................4
2.4 Bagian dari Corpus Uteri.................................................................................4
BAB III PENUTUP.............................................................................................6
3.1 Kesimpulan......................................................................................................6
3.2 Saran................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Instruktur membaca, Steve Snyder, pernah membaca empat belas buku
dalam suatu penerbangan antara Los Engeles dan Sidney, Australia. Dengan
menggunakan teknik yang dikembangkannya, ia biasanya membaca tiga atau
empat buku fiksi ataupun nonfiksi dalam satu malam. Kecepatan membacanya
lima ribu kata permenit. Kedengarannya ini cepat sekali, namun menurutnya ini
kecepatan yang biasa (joggingspeed). Kecepatan sprint-nya sekitar sepuluh ribu
kata permenit.... Ketika Ia mulai bersekolah di kelas satu, ia telah membaca empat
ratus buku, termasuk novel-novel Mark Twain, Jules Verne, dll. (DePorter dan
Hernacki, 1999:269).Cerita Barat merupakan kisah kemajuan spektakuler ilmu
pengetahuan, kerja keras para ilmuwan, dan bermuaranya peradaban dunia.
Keajaiban-keajaiban dan temuan baru di berbagai bidang telah memungkinkan
sesuatu yang selama ini dianggap mustahil menjadi sebuah fakta dan kenyataan.
Kloning manusia menjadi temuan paling menyeramkan di abad ini di samping
kemajuan teknologi informasi yang sangat mengejutkan. Agresi Amerika ke
Afganistan dan Irak di samping menguatkan adanya krisis humanisme Barat, juga
menjadi media demonstrasi kemajuan teknologi persenjataan dan teknologi
komunikasi (intelejen) Amerika. Intelejen Amerika mampu mengetahui posisi
Sadam (walau hingga kini belum ditemukan) melalui teknologi DNA. Pesawat
siluman AS bukan hanya bisa terbang puluhan ribu kaki di udara, namun tak
terdeteksi radar lawan.
Kita juga sedang berada di tengah gegap gembitanya kesadaran bahwa
penguasaan ilmu pengetahuan merupakan jawaban masa depan, di saat bangsa
Indonesia masih mencari solusi terbaik penyelesaian Aceh untuk atas nama negara
kesatuan. Kita juga sedang asik masuk menyaksikan sebuah budaya melek
industrial di negara-negara Barat, dan nestapa keterbelakangan di belahan bumi
Afrika dan sebagian Asia bahkan untuk Indonesia ditambah dengan semakin
maraknya simbol-simbol budaya popular seperti kasus goyang “ngebor” Inul
Daratista. Apabila bangsa-bangsa Afrika dan sebagian bangsa Asia masih dilanda

1
buta huruf dan kegelapan masa depan bangsanya sehingga tak mampu
membedakan antara pornografi dan bukan, di Amerika dan Eropa tejadi pesta pora
modernisme-liberalisme-kapitalisme untuk atas nama demokrasi. Segala cerita
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak terlepas dari pergulatan para
ilmuan dan calon ilmuan di kampus-kampus. Di negara-negara maju, kampus
telah benar-benar menjadi sebuah laboratorium perkembangan ilmu pengetahuan.
Berbagai temuan yang bersejarah dan spektakuler dihasilkan dari kampus-kampus
Barat. Sebaliknya, di negara-negara terbelakang, seperti Indonesia, kampus
menjadi tidak jelas visinya dan tidak jelas karakter budayanya, karena kampus
telah berubah fungsi menjadi laboratorium sosial politik yang kisruh. Kampus di
Indonesia belum mampu menghasilkan penelitian yang spektakuler dan
bermanfaat bagi peradaban manusia. Kampus-kampus di Indonesia menghasilkan
lebih banyak demonstran-demonstran daripada para ilmuwan di bidangnya.

Fenomena Kualitas Pendidikan


Pendidikan di Indonesia mengalami ketertinggalan selama 10-15 tahun
dibandingkan dengan pendidikan negara Asia lainnya, seperti Jepang dan Korea.
Sumber daya manusia Indonesia berada pada posisi ke-110 (UNDP, 2000) di
bawah Vietnam (ke-109). Daya saing bangsa kita berada pada posisi ke-46 (2000),
jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Sejumlah 84% (168 juta dari 200 juta)
penduduk Indonesia termasuk melek huruf, namun di Indonesia hanya terbit 12
buku untuk satu juta penduduk pertahun. Ini di bawah rata-rata negara
berkembang lainnya yang mampu menerbitkan 55 buku untuk satu juta
penduduknya pertahun atau di negara maju yang mencapai 513 buku untuk setiap
satu juta penduduknya pertahun (Alwasilah, 2000).
Mayoritas dosen dan mahasiswa kurang terampil menulis, terbukti dengan
jumlah publikasi yang rendah, yakni berada pada urutan ke-92 di bawah Malaysia,
Nigeria dan Thailand (Alwasilah, 2000). Indonesia setiap tahunnya hanya mampu
menerbitkan 3000-4000 judul buku baru. Padahal Amerika pada tahun 1990
menerbitkan judul buku baru sebanyak 77.000 buah, Jerman Barat sebanyak
59.000 buah, Inggris sebanyak 43.000 buah, Jepang sebanyak 42.000 buah dan
Prancis sebanyak 37.000 buah. Data lain menunjukkan bahwa perbandingan

2
antara jumlah koran dengan jumlah penduduk di Indonesia 1:41,53, sementara di
Inggris satu koran dibaca oleh 3,16 orang, di Jerman 3,19 orang, dan Amerika
Serikat 4,43 orang.
Rendahnya kemampuan menulis dosen diperkuat dengan laporan Dirjen
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, yakni terbukti dengan
rendahnya penerbitan jurnal ilmiah. Di Indonesia terdapat sekitar 266 jurnal dalam
kelompok bidang: bunga rampai (40 buah), ekonomi (32 buah) kependidikan (30
buah) kedokteran umum (17 buah), pertanian (13 buah), sosial budaya (8 buah),
teknologi rekayasa (7 buah), teknologi tepat guna (7 buah), manajemen (6 buah),
psikologi (5 buah), kesehatan masyarakat (5 buah), MIPA (5 buah), bahasa/sastra
(5 buah), kedokteran gigi (4 buah), administrasi (4 buah), dan 22 kelompok
lainnya berkisar antara 1-3 buah. STAID (Science and Tecnology for Industrial
Development) juga melaporkan bahwa antara tahun 1976-1981 ISSN di Indonesia
berjumlah 4.167 buah, 2.345 di antaranya majalah, 16,8% majalah pertanian,
ilmu-ilmu pengetahuan sosial 10,8%, dan ilmu pendidikan 10,7% (Republika, 6-
12-1993). Apabila kita menghitung jumlah jurnal yang terakreditasi, maka
jumlahnya tidak lagi sebagaimana di atas, sangat sedikit.
Rendahnya kemampuan menulis juga disebabkan kurangnya kualifikasi
dan kompetensi keilmuan masyarakat Indonesia. Menurut Nurcholish Madjid
(Pikiran Rakyat, 19 April 2003), dilihat dari rasio doktor, Indonesia baru
mempunyai 65 doktor berbanding 1 juta penduduk. Dengan rasio yang sama India
memiliki 1300 doktor, Jerman memiliki 4000 doktor, Prancis sekira 5000 doktor,
Jepang dan AS sekira 6.500 doktor dan yang tertinggi Israel 16.500 doktor.
Dengan berpijak pada data-data di atas, kita bisa menyatakan bahwa
rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia bisa ditunjukkan dengan rendahnya
kemampuan menulis masyarakat Indonesia, termasuk di dalamnya dosen dan
mahasiswa. Masyarakat Indonesia baru menjadi penganut budaya lisan dan
menyimak yang reseptif. Budaya lisan dan menyimak sangat paradoks dengan
tuntutan modernitas global dan kecenderungan masa depan yang semakin
kompetitif. Oleh karena itu, sangat penting menciptakan terobosan baru dalam
dunia mendidikan yang mendukung terciptanya masyarakat literat.

3
Masyarakat Literat

Secara umum, kampus-kampus di Indonesia tidak memiliki karakter


(budaya) yang kuat dalam membangun tradisi ilmiah. Kampus di Indonesia
seringkali mendapat limbah mental dari realita masyarakat dalam memandang dan
menyikapi pembangunan bangsa. Koentjaraningrat (1971) menulis “...rupa-
rupanya sikap mental sebagian besar orang Indonesia belum cocok untuk
pembangunan, kecuali mungkin di antara beberapa golongan atau sementara
tokoh-tokoh di kota-kota besar.” Dengan demikian, yang harus dibangun adalah
budaya masyarakat melalui politik kebudayaan dan politik pendidikan. Ini penting
mengingat dalam masyarakat patriarki, seperti Indonesia, pendekatan politik akan
lebih terarah, tersistematisasi, dan mendapatkan akselerasi yang signifikan dengan
dinamika masyarakat.

Membangun pendidikan berarti membangun masa depan bangsa melalui


penyiapan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman. Namun
ironisnya, pendekatan yang dilakukan untuk itu menggunakan pendekatan lama
(kolonial) yang tidak sesuai dan tidak signifikan dengan tantangan masa depan itu.
Akibatnya penyiapan sumber daya yang unggul hanya menjadi wacana. Studi
kasus tentang rendahnya kemampuan menulis masyarakat di Indonesia, hingga
kini, belum melahirkan pendekatan atau teori baru yang mampu mendongkrak dan
memotivasi mahasiswa untuk menulis. Hal ini diperparah dengan mengglobalnya
informasi melalui media visual yang berpengaruh terhadap pembangunan wacana
literasi masyarakat Indonesia.

Yang hendak kita bangun dengan sistem pendekatan terkini adalah sebuah
masyarakat yang menyadari pentingnya belajar secara terus menerus dan
menggunakan kegiatan membaca-menulis (literasi) sebagai media belajar. Di
Indonesia mitos-mitos lama pendidikan masih terasa sangat kental. Mitos itu
misalnya, belajar adalah ketaatan bukan berpikir kritis; belajar harus melalui guru;
belajar harus di ruang kelas; guru adalah sumber informasi dan kebenaran dan
lain-lain. Dalam mitos lama ini termasuk alasan mengapa seorang guru tidak bisa
menulis, karena guru tidak harus menjadi seorang penulis. Padahal seorang guru

4
adalah seorang penulis. Guru tidak hanya harus bisa mendeskripsikan ide dan
pikirannya dalam wacana lisan namun juga harus mampu menuangkan pikirannya
dalam bahasa tulisan. Guru juga harus meneliti, dengan demikian dia juga harus
menulis.

Ironisnya, banyak ilmuwan yang hanya menciptakan “kebudayaan bisu” di


kampusnya. Kebudayaan yang tidak sanggup menyelamatkan kemusnahan ilmu
pengetahuan dari kematiannya. Pertanggungjawaban akademik hanya bisa
dilakukan apabila ilmu itu ditulis, dipublikasikan, dan didiskusikan dalam forum-
forum ilmiah. Kampus seharusnya menjadi “kancah pergulatan” pada ilmuwan
untuk berdiskusi dan membedah pendapat. Jangan lupa, pendapat tersebut harus
dituangkan dalam bentuk tulisan agar bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya.

Menurut Magnesen (Dryden dan Vos, 2000) kita belajar 10% dari apa yang
kita baca, 20% dari apa yang kita dengan (simak), 30% dari apa yang kita lihat,
50% dariapa yang kita lihat dan dengar, 7)% dari apa yang kita katakan, dan 90%
dari apa yang kita katakan dan lakukan. Membaca dan menulis hakikatnya prilaku
untuk melihat, menyimak, mengatakan, dan melakukan.

Betapa pentingnya lingkungan (budaya) dalam membentuk iklim ilmiah,


para behavioris bahkan mempercayai bahwa 90% aktivitas manusia diilhami oleh
lingkungannya. Artinya, apabila guru tidak memberikan atmosfer yang baik untuk
tumbuhnya dunia menulis, tidak mungkin lahir para penulis dari kalangan siswa
(mahasiswa). Untuk bisa menjadi masyarakat akademik yang literat, kampus
haruslah memiliki budaya membaca dan menulis.

Sekitar Pembelajaran Membaca dan Menulis


Di masyarakat Barat, budaya membaca dan menulis tumbuh subur dan di
berbagai kalangan, terlebihdi kampus. Para penulis bukan hanya lahir dari
lembaga-lembaga pendidikan, tetapi juga di kalangan luas masyarakat.
Hillary Ridham Clinton, misalnya, Istri mantan Presiden Amerika dua
periode, Bill Clinton, menulis buku berjudul Living Hitory setebal 562 halaman.
Buku ini bercerita tentang perjalanan Hillary selama mendampingi presiden Bill
Clinton, termasuk bagaimana ia sebagai seorang perempuan harus menghadapi

5
kenyataan suaminya terlibat perselingkuhan dengan Monica Lewinsky yang
diakuinya sangat menyakitkan. Terbitan pertama buku ini dicetak 1 juta eksemplar
dengan nilai royalti 8 juta dolar AS dibayar dimuka sebesar 2 juta dolar AS. Hak
cipta buku ini dibeli sebesar 28 juta dolar AS. Buku ini kini telah tersebar di 16
negara di dunia (Pikiran Rakyat, 5 Juni 2003). Hillary tidak dikenal sebagai
penulis, tetapi dia mampu menuangkan gagasan dan pengalamannya dalam
ratusan halaman buku. Masyarakat Barat pun memberikan apresiasi yang sangat
besar terhadap setiap karya melalui berbagai penghargaan, termasuk di dalamnya
royalti penulisan. Di Barat seseorang bisa kaya dengan menjadi penulis di
samping penulis adalah profesi yang bergengsi dan dihargai banyak orang.
Di Indonesia nasib serupa tidak ditemukan, penulis hanyalah kerjaan
sampingan yang tidak bisamenjamin kehidupan seseorang. Mungkin bisa dihitung
dengan jari, orang-orang yang bisa “hidup” dari menulis. Di Indonesia,
penghargaan masyarakat terhadap penulis dan dunia kepenulisan masih sangat
rendah. Para ilmuwan Indonesia banyak yang memilih mengajar dan meneliti saja,
mengingat keduanya menghasilkan banyak keuntungan finansial dibandingkan
dengan menulis. Banyak penulis buku yang mengeluh karena royalti yang
seharusnya dia terima, selain kecil juga banyak yang tidak jelas. Penulis lepas di
koran,misalnya, mendapatkan honorarium yang kurang layak dibandingkan
dengan repotnya pekerja menulis. Untuk bisa menulis sebuah esai, seseorang
harus mengerahkan seluruh kemampuannya. Akibatnya, kebanyakan orang tidak
ingin menjadi penulis karena takut miskin dan tidak punya karir masa depan.
Persoalan rendahnya menulis di kalangan siswa atau mahasiswa
berikutnya berhubungan dengan sistem pembelajaran. Kebanyakan mahasiswa
Indonesia tidak pernah mendapatkan materi bagaimana cara menulis yang benar.
Mahasiswa Indonesia “buta menulis”. Pembelajaran menulis hanya diberikan di
jurusan-jurasan tertentu, seperti sastra dan komunikasi. Padahal semua mahasiswa
membutuhkan keterampilan ini. Di kedua jurusan ini pun pembelajaran menulis
belum dikatakan berhasil, karena masih jarang penulis yang bisa dihasilkan dari
jurusan tersebut. Sistem pembelajaran menulis masih sangat teoretis dan tidak
praktis.

6
Beberapa gelintir mahasiswa yang membuktikan diri berkemampuan
menulis relatif bukan dihasilkan dari sistem pembelajaran menulis.
Kemampuannya benar-benar berada di luar tradisi kampus yang kesuksesannya
menjadi penulis tidak layak diklaim sebagai keberhasilan kampus dalam
melahirkan penulis. Kegiatan menulis, dengan demikian, seperti sebuah bakat
saja, padahal menulis adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapa
pun. Bahwa menulis sebagai sebuah keterampilan masih membutuhkan banyak
pembuktian dalam proses pembelajaran menulis.
Semua mahasiswa harus mendapatkan pengetahuan dan praktek menulis
yang baik, sehingga terlepas di bidang mana mereka bekerja, keterampilan
menulis ini akan senantiasa mendorong karirnya. Supaya seluruh mahasiswa
mendapatkan pengetahuan dan praktek menulis diperlukan mata kuliah yang
berlaku bagi seluruh mahasiswa, yakni MKDU bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Kedua mata kuliah inilah yang seharusnya memberikan bekal
kemampuan menulis bagi para mahasiswa. Hanya sayangnya dosen-dosen lebih
banyak mengisinya dengan materi struktur bahasa dan ejaan, bukan penggunaan
bahasa secara produktifdan aplikatif. Oleh karena itu perlu dilakukan rekonstruksi
MKDU bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar dapat mendongkrak rendahnya
kemampuan menulis mahasiswa.
Di tempat calon generasi mendatang, kita lebih banyak menceritakan masa lalu,
bukan membuka cakrawala masa depan. Di lembaga pendidikan seharusnya
diajarkan bagaimana para siswa (mahasiswa) menjinakan kepungan informasi
secaramandiri. Ini penting agar mereka tidak menjadi objek informasi. Bukankah
cita-cita pendidikan menjadikan generasi yang tangguh dan berdaya saing di dunia
global? Rasanya cita-cita itu hanya menjadi slogan apabila budaya akademik yang
dibangun lembaga pendidikan hanya budaya “dengar-bicara”. Hanya melalui
budaya membaca-menulis masyarakat kita akan terbiasa mengikat desingan
informasi yang serta merta dan menjinakannya untuk kepentingan pengembangan
dirinya. Sebagai bangsa dengan seperangkat budaya yang ada, kita sebenarnya
sudah berada di ruang emergensi. Identitas budaya kita serta merta diserbu produk
instan budaya Barat dan kita hanya bisa memandang sembari membisu. Pantas
pula kalau dikatakan bahwa sebagai bangsa dan budaya kita adalah makhluk-

7
makhluk terjajah peradaban Barat. Kita adalah makhluk sping (dua makhluk
dalam satu raga), yakni sebagai manusia bergaya modern, tetapi berjiwa
“kampungan”. Kita adalah korban-korban propaganda Barat yang masuk melalui
celah-celah jendela kamar kita. Kita adalah masyarakat yang gamang menangkap
identitas dirinya. Untuk bisa disebut modern, kita mengorbankan identitas paling
berharga sebagai manusia berperadaban. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan
diri
8adarlah dengan menentukan identitas diri dengan segera. Dan itu hanya
bisa dilakukan apabila kita menjadi masyarakat literat. Maka, tentukan dan
kembangkan dengan segera teknik-teknik individual untuk menguasai kompetensi
literasi. Dan dengan adanya litersi maka kita akan senang dengan yang namanya
menulis dan berimajinasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian membaca dan menulis?
2. Apakah tujuan dan manfaat dari membaca dan menulis?
3. Apa jenis-jenis dari membaca dan menulis?
4. Bagaimana hubungan antara membaca dan menulis?
5. Bagaimana tahapan membaca dan menulis?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu

sebagai berikut.

1. Pengertian membaca dan menulis.

2. Mengetahui tujuan dan manfaat dari membaca dan menulis.

3. Mengetahui jenis-jenis dari membaca dan menulis.

4. Hubungan antara membaca dan menulis.

5. Mengetahui tahapan membaca dan menulis

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membaca dan Menulis


Membaca adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia.
Dengan membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru
yang tidak kita ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan
buku, maka di jaman yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada
membaca buku karena segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi membaca dari para fisolof:
MIKKEL BIRKEGAARD
Membaca adalah sebuah proses rumit, mulai dari kata di halaman di
hadapanmu sampai suara yang meninggalkan bibirmu. Membaca adalah
kombinasi dari mengenali simbol dan pola, menghubungkannya dengan suara dan
mengumpulkannya menjadi suku kata sampai akhirnya kita mampu
menginterpretasikan arti sebuah kata
ISMAIL KUSMAYADI
Membaca merupakan proses yang kompleks karena proses ini melibatkan
kegiatan fisik dan mental.
DAUD FIRMANSYAH
Membaca merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak
karena membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembejaran
yang lebih kompleks.
SRI WAHYUNI
Membaca merupakan proses yang bersifat fisik dan psiklogis.
ROOIJAKERS
Membaca merupakan suatu cara atau suatu sarana untuk memelihara
tingkat pengetahuan sendiri serta untuk menambah pengetahuan baru.
DINNA FERDIANTI

9
Membaca merupakan ketrampilan berbahasa yang harus sering dilatih.
Semakin sering berhadapan dengan bacaan, semakin terampillah kita membaca.
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Menulis merupakan
sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk
tujuan. Istilah menulis sering melekatkan pada proses kreatif yang berjenis
ilmiah. Sementara istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang
berjenis nonilmiah.
2.2 Tujuan dan Manfaat Membaca dan Menulis
Tujuan Membaca
Beberapa tujuan membaca yang dikemukan oleh Anderson (1972-214) antara lain:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh sang tokoh. (Reading for details or fact).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa yang dipelajari atau yang
dilami sang tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh
untuk mencapai tujuannya. (Reading for main idea).
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua dan ketiga untuk
mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita. (Reading for sequence or
organization).
d. Membaca untuk menemukan serat mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti .cara mereka itu, apa yang hendak yang diperlihatkan oleh sang
pengarang kepada para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang yang
membuat meraka berhasil atau gagal. (Reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak
wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah
cerita itu benar atau tidak benar. (Reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang
tokoh bekerja dalam cerita itu. (Reading to evaluate).

10
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh
menyerupai pembaca. (Reading to compare or contrast).
Sementara lain tujuan membaca secara umum yaitu mampu membaca dan
memahami teks pendek dengan cara lancar atau bersuara beberapa kalimat
sederhana dan membaca puisi ( Depdiknas ; 2004 : 15 ). Menurut kurikulum 1994
tujuan membaca yaitu :
1. Mampu memahami gagasan yang didengar secara langsung atau tidak
langsung.
2. Mampu membaca teks bacaan dan menyimpulkan isinya dengan kata-kata
sendiri.
3. Mampu membaca teks bacaan secara cepat dan mampu mencatat gagasan-
gagasan utama ( Depdiknas ; 1994 : 18 ).
Jadi, tujuan akhir membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan
menangkap makna dalam bacaan secara utuh, baik dalam bentuk teks bebas,
narasi, prosa ataupun puisi yang disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun
tidak tertulis.

Manfaat Membaca
Kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain:
1. Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang
sangat berguna bagi kehidupan.
3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan
suatu bangsa.
4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir
di dunia.
5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker,
meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan
bangsa.
6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan
seseorang menjadi cerdik dan pandai.

11
7. Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat
menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.
8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi,
dll. (Amir, 1996: 6)
Demikian besar manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan membaca. Emerson,
seorang filosof kenamaan yang mengharapkan setiap orang (termasuk pelajar)
dapat membiasakan diri sebagai pembaca yang baik. Dengan kebiasaan itu
seseorang dapat menimba berbagai pengalaman dan pengetahuan, moral,
peradaban, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat sampai pada
tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat langsung dari
pembacaan buku-buku besar. Hal di atas dipertegas lagi oleh Lin Yut'ang seorang
filosof terkenal Cina yang menyatakan bahwa orang yang tidak mempunyai
kebiasaan membaca yang baik, akan terpenjara dalam dunianya, baik dalam segi
waktu dan ruang. Hal ini berarti ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang terjadi
pada lingkungan dekatnya dan hanya berhubungan dengan orang-orang tertentu
saja. Dengan demikian semakin aktif seseorang membaca maka akan semakin
tinggi pengetahuan yang didapatkan, tidak terpenjara dalam dunianya.

Tujuan Menulis
Adapun tujuan menulis yaitu:
a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk
pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak
pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal
yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.
b. Membujuk melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya.
Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan
menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari
sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan
dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.

12
c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui
membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah,
kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka
dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja
cenderung lebih rasional.
d. Menghibur fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli
media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan”
yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan
penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk
beraktifitas.

Abdurrahman dan Waluyo (2000: 223) menyatakan bahwa “tujuan menulis


siswa di sekolah dasar untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar
tugas-tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan
berbahasa dengan baik”.
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Mengubah keyakinan pembaca;
2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3) Merangsang proses berpikir pembaca;
4) Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5) Memberitahu pembaca; dan
6) Memotivasi pembaca.
Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-25) mengklasifikasikan tujuan
penulisan, antara lain:
1. Tujuan penugasan (assingnment purpose)
2. Tujuan altruistik (altruistic purpose), tujuan persuasi (persuasive purpose)
3. Tujuan Persuasif (Persuassive Purpose)
4. Tujuan penerangan (informational purpose), tujuan penyataan (self-
expressive purpose)

13
5. Tujuan Pernyataan diri (Self expressive purpose)
6. Tujuan kreatif (creative purpose)
7. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose).

Manfaat Menulis
Kemampuan menulis permulaan memiliki manfaat terutama pada kemampuan
menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, manfaat
tersebut antara lain:
1. Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata.
2. Meningkatkan kelancaran tulis menulis dan menyusun kalimat.
3. Sebuah karangan pada hakikatnya berhubungan bahasa dan kehidupan.
4. Kegiatan tulis menulis meningkatkan kemampuan untuk pengaturan
dan pengorganisasian.
5. Mendorong calon penulis terbiasa mengembangkan suatu gaya penulisan
pribadi dan terbiasa mencari pengorganisasian yang sesuai dengan
gagasannya sendiri.
Menurut Sabarti dkk, 1988:2 manfaat menulis ada delapan, diantaraya:
1. Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan kita tentang
topik yang dipilihnya. Dengan mengembangkan topik itu kita terpaksa
berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dibawah
sadar.
2. Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar,
menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin
tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.
3. Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan
dengan topik yag ditulis. Dengan demikian, kegiatan menulis memperluas
wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang
berhubungan.
4. Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta
mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, permasalahan yang
pemula masih samar menjadi lebih jelas.

14
5. Melalui tulisan kita dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan kita secara
objektif.
6. Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara
tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
7. Dengan menulis kita aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu
sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi.
8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan
berbahasa secara tertib.
Bernard (dalam Gie 2002:21-22) mengemukakan enam manfaat kegiatan
karang-mengarang, yaitu:
1. Suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression), yaitu
suatu sarana untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
2. Suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding), yaitu sewaktu
mengarang seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan
penangkapannya terhadap sesuatu hal sehingga akhirnya ia dapat
memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal
yang ditulisnya itu.
3. Suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi,
kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help developing
personal satisfaction, pride, and feeling of self-worth), artinya rasa bangga,
puas, dan harga diri dapat membangkitkan kepercayaan terhadap
kemampuan sendiri untuk menciptakan karya-karya tulis lainnya.
4. Suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap
lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness
and perception of one’s environment), maksudnya dengan sering
mengarang seseorang meninggikan kesiagaan inderawinya dan
mengembangkan daya serapnya pada tingkat kejasmaniahan, tingkat
perasaan maupun tingkat kerohaniahan.
5. Suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya
penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive
acceptance), artinya dengan mengarang, seseorang dapat mengemukakan

15
gagasan, menciptakan suatu, dan secara aktif melibatkan diri dengan
ciptaannya.
6. Suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan
kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding
of and ability to use the language), artinya kegiatan mengarang bermanfat
membantu tercapainya kemampuan membaca dan mengerti apa yang
ditulis.
Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi 1996:3-4, yaitu:
1. Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian
dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar
pemikiran kita.
2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.
3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan
menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita milki.
4. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri
seseorang.
5. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan
beberapa masalah sekaligus.
6. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita
untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Hepi Andi Bastomi, MA menyebutkan ada 5 kekayaan yang akan dihasilkan
oleh penulis, yaitu:
1. Kekayaan pahala
2. Kekayaan uang
3. Kekayaan sahabat
4. Kekayaan pengetahuan
5. Kekayaan nama
Pada umumnya penulis juga akan mempunyai manfaat atas yang ditulisnya,
diantaranya:
1. Secara material
Secara material, penulis memperoleh honorium dan merupakan sebagai
profesi sambilan untuk memperoleh penghasilan.

16
2. Secara non material
Secara non material, dengan menulis mendapatkan kepuasan batin karena bisa
mengekspresikan diri, melontarkan gagasan-gagasan serta ide-ide, mengkriti
kinerja pemerintah, dan dapat mencerdaskan bangsa. Bahkan mendapatkan pahala
dari Allah swt.
1. Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap
lingkungan sekeliling
2. Sarana untuk melibatkan diri dengan penuh semangat
3. Sarana untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mempergunakan bahasa
2.3 Jenis-jenis Membaca dan Menulis
Jenis Membaca
Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang
kompleks dan masalah yang bermacam-macam. Tujuan yang kompleks
merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu
terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenis-
jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu
terbagi atas:
1) Membaca yang Bersuara
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid,
ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:
a) Membaca nyaring dan keras
Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku
petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan
berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta
memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca
nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.
Contoh membaca nyaring: membaca puisi, drama dan membaca teks pidato.
Hal yang harus diperhatikan dalam membaca nyaring :
Intonasi
Intonasi berarti ketepatan pengucapan bunyi bahasa. Dengan intonasi yang tepat,
bisa mengucapkan sebuah kalimat yang sama dengan intonasi yang berbeda.

17
Contoh:
Tian salah paham kepada bapak.
Tian salah paham kepada bapak?
Tian salah paham kepada bapak!

Lafal
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat
bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Suatu kata dapat diucapkan secara berbeda-
beda oleh beberapa orang atau kelompok orang, tergantung dari latar belakang
mereka, tempat tinggal mereka, pendidikan mereka, dll. Setiap suku kata
dilafalkan berdasarkan satuan suara (fon).

Jeda
Jeda adalah penghentian saat berbicara atau membaca. Jeda juga berhubungan
dengan intonasi, penggunaan intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh
penjedaan kalimat yang tepat. Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam
pengucapan menentukan ketersampaian pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar
dapat memahami pokok-pokok isi kalimat yang diungkapkan.
Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa janggal dan tidak dapat
dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan kesenyapan. Pada bahasa tulis
jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis miring [/], tanda koma
[,], tanda titik koma [;], tanda titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--].
Jeda juga dapat memengaruhi pengertian
atau makna kalimat. Perhatikan contoh di bawah ini.
Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah.
Misalnya,
a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang sakit ialah Joko Susanto)
c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.

18
(yang memeriksa bernama dokter Joko, yang sakit Susanto)

Ekspresi
Ekspresi adalah cerminan sedang apa kondisi perasaan kita. Orang yang sedang
bahagia akan terlihat bahwa wajahnya cerah, senyum selalu terkembang di
bibirnya, terlihat raut gairah hidup dari mimiknya. Urat-urat wajah mengendur,
bisa bikin awet muda katanya.
Sebaliknya orang yang sedang sedih bisa dilihat dari wajahnya yang kusut,
bermuram, seperti tidak ada aura kehidupan terpancar dari wajahnya.
Orang yang sedang marah, terlihat dari raut muka atau urat-urat muka dan tubuh
yang menegang, tangan mengepal, gigi gemeletuk, hidung kembang kempis.
Orang yang banyak pikiran terlihat dari kelakuannya yang sering memegang
kepalanya, serasa berat sepertinya, bahkan saking beratnya pikiran, kadang
menjambak sendiri rambutnya.
Orang yang sedang malu-malu terlihat dari senyum yang setengah-setengah,
wajah agak memerah, senyam senyum sendiri!.

b) Membaca Teknik
Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus
memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:
 Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan
gigi.
 Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda
baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.
 Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.
c) Membaca Indah
Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca
dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik
membaca sajak dalam apresiasi sastra.
2) Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)

19
Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang
melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut
membaca dalam hati, yang mencakupi:
a) Membaca teliti.
b) Membaca pemahaman.
c) Membaca ide.
d) Membaca kritis.
e) Membaca telaah bahasa.
f) Membaca skimming.
g) Membaca cepat.
Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan
pendidikan yang menyeluruh. Contoh : (membaca paragraph dengan pengertian,
membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan [mengenai bacaan,
menandai buku], membaca dalam kelas, menelaah tugas [survei, question, baca,
mencerikatan kembali, meninjau kembali] )
Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada
keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang
akan penulis kaji lebih dalam lagi. Contoh : (standar kesastraan, resensi kritis,
drama tulis, pola-pola fiksi)
Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta
memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari
kesalahan.
Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu:
 Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya
adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata. tujuannya
untuk memerbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata. a)
memerbesar daya kata, dengan mengetahui: ragam bahasa, makna konteks,
bagian-bagian kata, penggunaan kamus, aneka makna, idiom,
sinonim/antonym, konotasi/denotasi, derivasi. b) mengembangkan kosa

20
kata, dengan mengertahui: bahasa kritik sastra, memetik makna dari
konteks, petunjuk-petunjuk konteks
 Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari
keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi. Dalam
membaca sastra, beberapa hal yang perlui diperhatikan: a) memahami
bahasa ilmiyah dan bahasa sastra; b) gaya bahasa, meliputi: perbandingan,
hubungan dan pernyataan (majas)

Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk


mendapatkan ide pokok.
Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai
dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang
waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan.

Jenis Menulis
Jenis-jenis Menulis
Dalam menulis dikenal bermacam-macam jenis menulis, diantaranya adalah:
(1) deskripsi adalah penggambaran untuk melukiskan perasaan dari penulis, (2)
narasi yang bersifat imajinasi, (3) eksposisi bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pembaca, dan (4) argumentasi bertujuan meyakinkan pembaca
untuk membuktikan pendapat pribadi (Kurniawan,2007:10). Pada intinya menulis
digunakan untuk memberikan informasi tentang hal baru, pendapat, maupun
tentang pribadi penulis kepada pembaca.

Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,
mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra
penulisnya (Suparno, 2006: 4.6). Jadi, menulis deskripsi adalah, menulis dengan
menceritakan keadaan sesuai dengan aslinya sehingga pembaca dapat merasakan
apa yang dirasakan oleh penulis. Menulis deskripsi digunakan jika penulis ingin
menggambarkan bentuk, sifat, dan rasa dari hal yang diamatinya. Deskripsi juga
digunakan untuk menggambarkan perasaan penulis seperti, bahagia, takut, sedih,

21
dan sebagainya. Untuk memahami tulisan deskripsi, pembaca dituntut untuk
menggunakan pancainderanya. Menulis deskripsi harus didasarkan pada
pengamatan yang cermat dan penyusunan kalimat yang tepat.

Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi


pembaca agar dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka
dapat memahami suatu sensasi atau emosi (Kurniawan, 2007:10). Pada umumnya,
menulis deskripsi jarang berdiri sendiri. Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi
bagian dalam bentuk tulisan lainnya dan saling berkaitan.

Menurut Suparno (2006: 4.14), menulis deskripsi ada dua macam, yaitu karangan
deskripsi orang dan karangan deskripsi tempat. Dalam penelitian ini, peneliti
memilih karangan deskripsi tempat, karena tema yang dibahas adalah
“Pengalaman” jadi melalui karangan deskripsi ini, siswa akan mendeskripsikan
tempat secara jelas. Hal-hal yang perlu dikembangkan dan dideskripsikan secara
jelas adalah mengenai suasana hati, kelengkapan penggambaran, dan keruntutan
penulisan. Semua itu akan menjadi acuan penilaian dalam mengarang deskripsi.

Narasi adalah tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa (Suparno, 2006:


4.54). Karangan narasi berisi penyampaian rangkaian peristiwa menurut urutan
kejadiannya, dengan maksud memberi arti pada suatu kejadian tersebut. Tujuan
menulis narasi ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau memberi
wawasan dan memperluas pengetahuan kepada pembaca, (2) hendak memberikan
pengalaman estetis kepada pembaca.

Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas,


menguraikan, atau menerangkan sesuatu (Suparno, 2006: 5.29). Dalam eksposisi
masalah yang dikomunikasikan adalah informasi yang berupa data faktual, suatu
analisis, dan bisa juga berupa fakta dari pendirian teguh seseorang.

Argumentasi adalah tulisan yang berisi atas paparan alasan dan pendapat untuk
membuat suatu kesimpulan (Suparno, 2006: 5.56). Argumentasi ditulis untuk

22
memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau
gagasan. Jadi, setiap karangan argumentasi selalu terdapat alasan atau argumen
tentang bantahan terhadap suatu pendapat atau penguatan terhadap pendapat
tersebut.

2.4 Hubungan Antara Menulis dan Membaca


Membaca untuk Menulis
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi
yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan.
Menulis adalah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bahasa tulis untuk
tujuan memberi informasi, meyakinkan atau menghibur yang menghasilkan
karangan atau tulisan
Istilah menulis sering melekat pada proses kreatif yang bersifat ilmiah
Istilah mengarang lebih melekat pada proses kreatif yang non ilmiah
Tulisan popular adalah rubrik iptek, yang memuat tulisan tulisan yang
memaparkan aspek khusus iptek dengan menggunakan bahasan umum sehingga
mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Karakter tulisan popular:
1. Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam
suatu disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah
masyarakat umum, awam atau profesional dalam bidang lain
2. Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik
tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan
ilmiah populer Menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali ia adalah
repoter.
3. Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan
relatif panjang serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan ilmiah
populer ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah
dibaca.
4. Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes) dan
daftar pustaka agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan
ilmiah populer umumnya tidak meyertakan informasi-informasi tersebut.

23
5. Apabila artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka
karangan ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi,
gambar, foto, dll
6. Apabila kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh sejawat
atau dewan pakar sebagai “referee”, maka pertanggungjawaban isi
karangan ilmiah populer cukup diberikan oleh editor majalah.
Langkah-langkah membaca tulisan populer
1. Mengenali persoalan utama/isu yang dibahas
2. Menentukan relevansi isu dengan tulisan yang akan dihasilkan
3. Memanfaatkan isu tulisan populer untuk bahan/inspirasi dalam menulis
4. Membedakan isi tulisan populer dengan tulisan ilmiah atau buku ilmiah

2.5 Tahapan Membaca dan Menulis


1) Tahapan Membaca
a. Tahap I
Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik atau
bahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa
percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat tindakan ataupun cerita sederhana
mengenai hal-hal yang telah dialami.Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk
mengembangkan atau meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis
terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan.
Selain itu harus benar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu mewakili atau
menggambarkan bunyi-bunyi.

b. Tahap II
Menyusun kata-kata serta struktur- struktur dari bahasa asing yang telah
diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam. Pada tahap ini
perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.

c. Tahap III
Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing
atau belum biasa. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa

24
pembaca mengalami sedikit kesulitan bahkan tidak mengalami kesulitan sama
sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata
biasa. Pada tahap ini pembaca acap kali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-
paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan.

d. Tahap IV
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan
penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah
sebagai bahan bacaan.

e. Tahap V
Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan tidak
dibatasi (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan,1979:18–20).

2) Tahapan Menulis
Tahap Pertama - Pemilihan Topik/Tema
Topik atau tema itu berbeda dengan judul. Kita bisa memberikan judul dari
karya tulis kita belakangan, tapi tema harus ditentukan dulu sebelum kita menulis.
Tema adalah pondasi awal dari pembahasan yang mau kita tuliskan, seperti:
 Anak Kecil di Tepi Jalan - Temanya adalah seorang anak kecil yang
menjadi korban dari kekejaman hidup dijalanan.
 Diary Suamiku - Temanya adalah seorang istri muda yang mengalami
penghianatan dan akhirnya menemukan rahasia di buku catatan suaminya.
Untuk menentukan sebuah topik/tema, tentunya kita harus memiliki ide yang
mau kita bahas atau tuliskan. Ide itu ada di sekitar kita, apapun bisa kita jadikan
bahan untuk menuliskan sesuatu. Jika kita sudah merasa stag atau kehabisan ide,
maka jangan pernah paksakan diri. Buatlah otak kita refresh barang beberapa saat.
Setelah itu kita bisa browsing di internet, jalan-jalan ke toko buku, datang ke
perpustakaan atau pergi ke suatu tempat untuk mencari sebuah ide yang akan kita
jadikan tema tulisan.

25
Tahap Kedua - Membuat Kerangka Tulisan (Draft)
Jika kita sudah menemukan topik/tema, jangan terburu-buru untuk
menuliskannya. Memang lain penulis lain pula cara menulisnya. Ada beberapa
penulis yang tidak pernah membuat kerangka tulisan, begitu menemukan ide
untuk tema langsung ditulis. Salah satunya adalah istri saya. Tapi untuk
mempermudah dalam kita menulis khususnya untuk penulis pemula, membuat
kerangka tulisan sangat diperlukan. Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat yang
belum pernah kita ketahui, maka kita perlu tahu jalan yang harus kita lewati.
Kerangka tulisan itu bisa menjadi map dalam kita menjabarkan tulisan menjadi
dalam.

Untuk membuat kerangka tulisan, bisa kita lakukan hal sebagai berikut:
 Tuliskan semua ide. Apapun yang muncul di kepala kita tulis di sebuah
catatan, entah itu di sebuah kertas, notepad atau lainnya. Dan inilah nanti
yang akan kita jadikan sebagai draft tulisan.
 Mengembangkan ide yang ada. Jika mau menulis buku, kita bisa buat
poin-poin apa saja yang akan kita bahas. Jika mau menulis novel, kita bisa
membuat alur, nama tokoh baik utama maupun pembantu. Fungsi
mengembangkan ide ini adalah untuk menambah daging dalam tulang dari
tulisan yang akan kita buat.
 Tulislah dengan gaya bebas. Namanya juga kerangka, jadi tidak perlu
memikirkan aturan penulisan dulu. Kita tulis semua ide yang muncul,
untuk aturan dan tata bahasa bisa kita pikirkan belakangan.
Tahap Ketiga - Menulis (Merangkai Kata)
Dari kerangka/draft yang kita buat, baru kita jabarkan dengan bentuk
rangkaian tulisan. Poin-poin yang sudah kita buat, kita jelaskan satu persatu. Alur
cerita yang sudah kita rancang, mulai kita tuliskan dalam sebuah cerita. Inilah
fungsinya tadi kita membuat kerangka, karena kita bisa menulis tanpa ada hal-hal
terlewatkan.
Tips yang bisa dilakukan disaat menulis:

26
 Sediakan waktu khusus. Jika kita mau menulis, setidaknya sediakan
waktu khusus 1-2 jam. Ini akan membuat kita lebih konsentrasi dan bisa
membuat sebuah karya tulis yang bagus.
 Jauhkan diri dari semua hal yang bisa menganggu. Menulis itu adalah
sebuah karya, bagaimana kita bisa membuat karya yang bagus jika kita
mengerjakannya sambil chat, buka facebook atau twitter, menelpon atau
sambil ngobrol? Untuk itu jauhkan semua itu pada saat kita sedang
menulis.
 Tuliskan semua yang muncul dari kepala kita. Menulislah dengan
mengalir seperti kita sedang bercerita. Bahkan bila tulisan yang kita buat
sudah mulai melenceng dari kerangka dan topik, jangan pernah
menghentikannya dan tidak perlu di edit. Mulailah merangkai kata dengan
gaya penulis bebas yang sudah pernah saya ulas sebelumnya.
 Jangan memaksakan diri menulis selama ber jam-jam. Mungkin bagi
mereka yang sudah pro dan expert, menulis dalam waktu yang lama adalah
biasa. Tapi bagi penulis pemula, jangan pernah memaksakan diri untuk
menyelesaikan tulisan dalam waktu yang cepat. Untuk menghasilkan karya
tulis yang bermutu dan bagus, diperlukan pikiran yang fresh dan energi
yang besar. Karena itu seorang penulis membutuhkan istirahat dan
makanan bergizi yang cukup.
Tahap Keempat - Merevisi (Mengedit)
Dalam tahap revisi (edit) ini, kita periksa kembali hasil tulisan kita.
Mungkin saja ada ejaan yang salah, tata bahasa yang kurang tepat, poin-poin yang
terlewatkan, penyebutan tokoh yang salah, alur yang tiba-tiba meloncat atau mau
merubah susunan atau jalan ceritanya dan sebagainya. Meski kita menulis dengan
menggunakan microsoft office word terbaru, jangan terlalu mudah percaya
dengan "spell check". Karena bisa jadi kita mau menulis "bisa" jadinya malah
"bias".
Telitilah semua tulisan mulai awal hingga akhir, karena tulisan yang kita
buat ini untuk dikomersilkan. Memang sangat melelahkan dan membutuhkan
waktu, tapi itulah cara agar kita bisa menghasilkan karya tulis yang bermutu dan
bagus. Jika menulis di blog sendiri dengan bentuk yang acak-acakan, itu sih hak

27
setiap pemilik blog. Paling pengunjung yang nyasar dan membaca tulisan yang
tidak beraturan, akan menutup blog kita dan tak pernah kembali lagi. Tapi jika
tulisan komersil, pembaca itu membeli karya kita. Jika banyak terjadi kesalahan,
maka bersiaplah untuk menerima komplain dari mereka.

Tahap Kelima – Penerbitan


Tahap Penerbitan adalah langkah terakhir dari serangkaian tahapan
penulisan. Seorang blogger bisa meng-upload (mem-publish) artikel yang sudah
ditulisnya di blog. Seorang mahasiswa bisa menyerahkan skripsinya ke dosen
pembimbing. Seorang jurnalis bisa menyerahkan "copy" tulisannya kepada editor.
Dan seorang penulis bisa menyerahkan naskahnya kepada penerbit untuk
diterbitkan atau dicetak.
Inilah fungsinya kita merevisi/mengedit tulisan. Apalagi jika karya tulis
kita bersifat komersil, tentunya ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus kita
ikuti agar naskah kita bisa diterima. Sama dengan kita melamar pekerjaan,
bagaimana sebuah perusahaan akan menerima kita sebagai karyawan jika tidak
ada kualifikasi dari kita yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut? Jika kita tidak
mau ribet dengan mengikuti prosedur yang ada, maka kita bisa mencetak dan
menerbitkan naskah kita sendiri. Tapi tentunya dibutuhkan modal dan kerja yang
sangat keras, karena kita akan memasarkan karya kita sendiri tanpa bantuan
penerbit.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, kami dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut:
1. Mengetahui secara singkat tentang Uterus (Rahim) dan anatominya ;
2. Dapat dapat mengetahui definisi,fungsi, dan bagian dari Corpus Uteri.

3.2 Saran
Penysun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik dari bapak/ibu dosen sangat kami harapkan. Agar
makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk saya
dikemudian hari. Sekali lagi kami tunggu saran dan kritiknya. Terimakasih.

29
DAFTAR PUSTAKA

https://lusa.afkar.id/genetalia-interna-wanita (online).
https://sriwahyunimcb13.wordpress.com/2015/01/14/uterus-dan-mekanisme-
perubahan-serviks/ (online).
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-uterus-struktur-bagian-fungsi/
(online).
https://id.wikipedia.org/wiki/Rahim (online).

30

Anda mungkin juga menyukai