Anda di halaman 1dari 3

Bagaimana Alkohol Merusak Ginjal

Ginjal juga menderita akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Pembuluh darah ginjal
kehilangan elastisitas dan kekuatan untuk kontraksi. Struktur-struktur yang kkecil di dalam
ginjal pergi melalui modifikasi lemak. Albumin dari darah mudah melewati selaput mereka.
Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan kekuatannya seperti seolah-olah tubuh kehabisan
darah secara bertahap.

Seperti sebagian besar organ dalam tubuh ada sejumlah regulasi yang memungkinkan ginjal
untuk berfungsi secara normal dan optimal, etil alkohol dapat mengganggu kontrol ini. Efek
yang tepat tergantung pada jumlah alkohol yang absorbsi dan waktu dikonsumsi. Alkohol
telah terlihat dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta merusak kemampuannya untuk
mengatur volume, komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Perubahan mikroskopis pada
ginjal termasuk perubahan struktur glomerulus, pembengkakan atau pembesaran ginjal dan
meningkatnya jumlah sel-sel lemak, protein dan air. Efek ini akan mengubah kemampuan
ginjal untuk berfungsi secara normal (Boggan, 2003).

1. Pratama, V. N. D. Perilaku Remaja Pengguna Minuman Keras Di Desa Jatigono


Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Jurnal Promkes; 2013; 1(2): 145-152.

14

6. Goal, N.L. dan Husin, S. Dilema Pemberantasan Minuman Keras terhadap Pelestarian
Budaya Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus di Desa Ria-Ria Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan. Citizenship; 2013; 1(2): 101-121.
Alkohol merupakan salah satu zat psikoaktif yang menyebabkan ketergantungan dan telah
banyak digunakan dalam banyak budaya selama berabad-abad. Di Indonesia sendiri banyak
dijumpai minuman tradisional yang mengandung alkohol dan beredar di masyarakat seperti
tuak, arak, sopi, badeg, dan lainnya yang dikonsumsi dengan alasan tradisi atau adat. Pada
setiap perayaan pesta adat di Indonesia, keberadaan minuman alkohol dianggap sebagai
minuman kehormatan dikarenakan tradisi yang lahir dari para leluhur masyarakat di suatu
daerah tertentu (Goal, 2013).
Minuman alkohol yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah etanol. Etanol disebut
juga sebagai etil alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah
terbakar, dan tak berwarna. Presentase etanol yang terdapat dalam minuman alkohol terbagi
menjadi beberapa golongan antara lain, minuman beralkohol golongan A (1-5%) contohnya
beer dan tuak, minuman berakohol golongan B (5-20%) contohnya wine dan arak, dan yang
terakhir minuman berakohol golongan C (20-55%) contohnya vodka (Menteri Perdagangan
Republik Indonesia, 2014)
Menurut data WHO, jumlah pecandu alkohol diseluruh dunia mencapai 64 juta orang,
dengan angka ketergantungan yang beragam di setiap negara. Terdapat lebih dari 15 juta orang
mengalami ketergantungan alkohol di Amerika. Di Indonesia sendiri, Badan Narkotika
Nasional (BNN) memperkirakan terdapat 3,2 juta orang yang mempunyai riwayat penggunaan
NAPZA diantaranya 4,6% menunjukkan adanya perilaku konsumsi alkohol (Prmob, 2013).

Konsumsi alkohol yang berlebihan menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi
kesehatan serta merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit, dan dapat merusak organ-
organ, bahkan dapat menimbulkan kematian (WHO, 2014). Salah satu akibat dari konsumsi
alkohol (etanol) berlebihan yaitu dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal dan gagal
fungsi hati. Reaksi kimia yang ditimbulkan oleh senyawa etanol sangat berbahaya yaitu
terbentuknya nefrotoksin kuat sehingga menimbulkan kematian sel (nekrosis) khususnya pada
sel tubulus ginjal. Data ini didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada hewan coba
tikus galur Wistar diberikan alkohol 20%, 30%, 40%, dan 50% sebanyak 2 ml/hari selama 15
hari, ditemukan adanya kerusakan pada sel ginjal yaitu terdapat nekrosis sel tubulus proksimal
ginjal (Gunawan, 2010).

Etanol dapat merusak sistem antioksidan ginjal. Proses oksidasi dari etanol menyebabkan
peningkatan ROS yang merupakan meditor kerusakan jaringan. Peningkatan oksidasi etanol
ditemukan pada konsumsi alkohol kronis. Produksi ROS dan asetaldehid yang meningkat akan
merangsan peroksidasi lipid di ginjal

Akhir–akhir ini masyarakat banyak melirik pengobatan tradisional dengan menggunakan


bahan baku tanaman herbal sebagai alternatif untuk mencegah maupun menanggulangi
berbagai keluhan penyakit yang terjadi pada ginjal. Salah satu contoh tanaman tradisional
yang digunakan untuk mengobati penyakit adalah tanaman sirsak (Haryati, 2005).

Penelitian-penelitian terkait aktivitas antioksidan bunga rosella sudah banyak


dilakukan. Nugroho (2009) melaporkan bahwa bunga rosella mempunyai
kandungan kimia antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C, tiamin,
riboflavin, flavonoid dan niasin. Kandungan kimia yang berperan sebagai
antioksidan dalam kelopak bunga rosella adalah pigmen antisianin yang
termasuk dalam golongan flavonoid (Hayati dkk., 2012).

Anda mungkin juga menyukai