Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MINOR ILLNESS

PINWORM INFECTION

Disusun oleh:
Nama NIM
1. Lora JT (16/420/FA/)
2. Nadhifatul Nur H (16/420/FA/)
3. Nindyan Dhanes (16/420/FA/)
4. Nurul Pangestu (16/420/FA/)
5. Rias Reno (16/420/FA/)
6. Shawn K (16/420/FA/)
7. Tina Nur Rahmi (16/420/FA/)
8. Wildan Salsabila (16/420/FA/)
9. Zwista Dimas H (16/420/FA/)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
PINWORM INFECTION

A. PENDAHULUAN
Infeksi cacing merupakan penyakit parasit yang endemik di Indonesia. Sebanyak 60–80%
penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan menderita infeksi cacing terutama infeksi
cacing perut (Perdana dan Keman, 2013). Faktor tingginya infeksi ini adalah letak geografik
Indonesia di daerah tropik yang mempunyai iklim yang panas, akan tetapi lembap sehingga
memungkinkan cacing perut dapat berkembang biak dengan baik. Banyak penduduk Indonesia
yang masih berpendidikan rendah, sehingga pengetahuan mengenai cara hidup sehat, cara
untuk menjaga kebersihan individu bagi dirinya dan kebersihan makanan dan minuman serta
cara makan belum diketahui dengan baik.
Infeksi cacing dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Pada kelompok anak-anak, infeksi cacing akan memberi efek yang buruk dalam
pertumbuhan fisik anak karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh
seperti karbohidrat, protein, dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia (Yusuf, 2015). Salah
satu spesies cacing yang umum menginfeksi manusia adalah cacing kremi atau Enterobius
vermicularis. Kecacingan akibat spesies tersebut lebih dikenal sebagai infeksi cacing kremi
(pinworm infection) atau disebut juga enterobiasis.
Cacing kremi merupakan cacing parasit yang banyak menginfeksi anak-anak maupun
dewasa dan ditandai dengan gejala 3 khas berupa rasa gatal di sekitar anus. Cacing kremi
dewasa dalam jumlah banyak kadang-kadang bisa ditemukan pada feses atau tinja orang yang
terinfeksi. Gatal-gatal akibat infeksi cacing kremi tidak hanya bisa dirasakan di daerah dubur.
Pada wanita dengan infeksi berat, cacing kremi bisa juga menyerang daerah sekitar alat
kelamin termasuk vagina dan saluran telur sehingga mengganggu sistem reproduksi.
Penyebaran pinworm infection sendiri terkonsentrasi pada daerah yang faktor perilaku
sehatnya masih rendah. Meskipun penyakit ini menyerang semua umur, namun penderita
terbanyak adalah anak usia 5–14 tahun. Hal ini disebabkan karena perilaku kebiasaan
menggaruk dan daya tahan tubuh masih rendah pada anak-anak. Survei pada siswa Sekolah
Dasar di Indonesia pada tahun 2013 di 175 Kabupaten/Kota menunjukan prevalensi cacingan
pada anak Sekolah Dasar antara 0 - 85,9 % dengan rata-rata 28,12 % (Dinkes Kab Probolinggo,
2015).
B. PATOFISIOLOGI
Infeksi cacing kremi adalah suatu infeksi parasit dimana cacing Enterobius vermicularis
(cacing kremi) tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus. Pada manusia, Enterobius
vermicularis tinggal di sekum, appendix, dan ascending colon.
Cacing kremi (E,vermicularis) dewasa berukuran kecil, berwarna putih. Cacing betina jauh
lebih besar dari pada jantan. Ukuran cacing betina memiliki panjang 8-13 mm dan memiliki
ekor lurus, sedangkan ukuran jantan 2-5 mm dengan bentuk ekor yang melingkar. Didaerah
anterior sekitar leher, kutikulum cacing melebar. Pelebaran yang khas pada cacing ini disebut
sayap leher (cervical alae). Tidak terdapat rongga mulut pada cacing ini, akan tetapi di jumpai
adanya tiga buah bibir.

Gambar 1. Cacing dewasa E. Vermicularis (a) cacing


jantan (b) cacing betina (Soedarto, 1995)

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif E. vermicularis dan tidak diperlukan


hospes perantara. Cacing dewasa betina mengandung banyak telur pada malam hari dan akan
melakukan migrasi keluar melalui anus ke daerah : perianal dan perinium. Di daerah perinium
tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi uterus, kemudian telur melekat
didaerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat tersebut, terutama pada
temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam (Soedarto, 1995). Waktu yang diperlukan
untuk daur hidupnya, mulai dari tertelan telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid
yang bermigrasi kedaerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2 bulan.
Cara penularan E. vermicularis dapat terjadi dari tangan ke mulut sesudah menggaruk
daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain, debu
yang diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan. serta retrofeksi
melalui anus : larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus. ( Inge
S,2008).
Gambar 2. Penularan E. Vermicularis (Srisari G,2006)

Gejala umum pasien yang terjangkiti oleh cacing kremi biasanya pada bagian dubur terasa
gatal, berat badan penderita menurun, terkadang juga mengalami diare. Apabila gejala – gejala
tersebut sudah nampak jangan menggaruk dubur yang gatal dengan jari karena bila lecet dapat
mengakibatkan infeksi. Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental
berwarna sedikit kekuningan seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga
diderita anak-anak perempuan (balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora yang menempel
pada makanan atau barang lain yang terkontaminasi. Sebab itu kalau ada anak perempuan
mengeluh di daerah vagina terasa gatal dan mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah
periksakan ke dokter. Mungkin penyebabnya cacing kremi .
C. SASARAN TERAPI
Memberantas dan menghilangkan cacing kremi (pinworm) dari pasien dan mencegah
penularannya serta mencegah terjadinya re-infeksi.

D. STRATEGI TERAPI
1. Terapi Non Farmakologi
2. Terapi Farmakologi

E. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN SENDIRI INFEKSI PINWORM

1. Penatalaksanaan tanpa obat

2. Penatalaksanaan dengan obat

a. Nonprescription Drug

b. Prescription drugs

F. PENANGANAN

G. EVALUASI PRODUK YANG BEREDAR DI PASARAN

H. SKENARIO KASUS
Analisis Kasus

KIE

I. MONITORING DAN EVALUASI OUTCOME TERAPI

J. EDUKASI PASIEN

K. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai