Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 2

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 2

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................... 3

1.4 Manfaat....................................................................................... .3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... .4

2.1 Teori Belajar Behavioristik..............................................................4

BAB III PEMBAHASAN................................................................................6

3.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik.................................................6

3.2 Tujuan Pembelajaran Behaviorisme...................................................6

3.3 Pandangan Para Ahli Mengenai Teori Belajar Behavioristik................8

3.4 Aplikasi Dalam Pembelajaran.........................................................20

3.5 Implikasi Teori Belajar Behavioristik..............................................21

3.6 Kelebihan dan Kekrangan Teori Belajar Behavioristik.......................22

BAB IV KESIMPILAN DAN SARAN.................................................................24

4.1 Kesimpulan..........................................................................................23

4.2 Saran.....................................................................................................23

SOAL-SOAL..........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan aktivitas individu berupa proses penyesuaian atau


adaptasi melalui asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar
kognisi seseorang. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat
adanya interaksi antar stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
apabila yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Jika ditinjau dari konsep atau teori, tentunya teori behavioristik ini tentu
berbeda dengan teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-
hari di kelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan bahwa belajar adalah
mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengert
imenjadi mengerti, dant ugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan
belajar agar perubahan tersebut dapat mendekati tujuan yang diinginkan.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,


mendudukkan orang yang belajarsebagaiindividu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Oleh
karena itu, teori ini menekankan bahwa belajar tidak hanya memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif dengan membuat ataupun merevisi hasil belajar yang
diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi pribadinya.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah mengkaji latarbelakang di atas, dapat diambil beberapa


permasalahan sebagai kajian dari pembuatan makalah ini, yakni diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behavioristik?

2. Apa tujuan pembelajaran teori behavioristik?

3. Apa pandangan para ahli mengenai teori belajar behavioristik?

2
4. Bagaimana aplikasi dari teori belajar behavioristik?

5. Apa implikasi dari teori belajar behavioristik?

6. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar behavioristik?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Mengetahui konsep tentang teori belajar behavioristik.

2. Mengetahui pandangan dan pendapat para ahli mengenai teori belajar


behavioristik.

3. Mengetahui aplikasi dari teori belajar behavioristik.

4. Mengetahui implikasi dari teori belajar behavioristik.

5. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori behvioristik.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui dan memahami konsep tentang teori belajar


behavioristik.

2. Dapat memberikan informasi kepada para pembaca khususnya bagi para


guru dan peserta didik tentang penerapan teori belajar behavioristik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar Behavioristik

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan


respon.seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori behaviorisme dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apasaja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa
reaksi berupa tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu proses belajar. Peristiwa belajar semata-
mata melatih reflek-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon (Slavin, 2004).

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh teori behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon tersebut akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.
Misalnya ketika guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya, ketika tugas itu
di tambahkan maka ia akan semakin giat belajar. Maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif dalam belajar. Bila tugas-tugasnya dikurangi ini
justru meningkatkan aktivitas belajarnya,, maka pengurangan tugas merupakan
penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan
merupakan salah satu bentuk stimulus yang penting untuk diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respon .

4
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and punishment; (2) primary and secondary reinforcement; (3)
schedules of reinforcement; (4) contingency management; (5) stimulus control in
Operant learning; (6) the Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang dapat


diukur, diamati, dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan.
Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau
negative terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang
digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan yang menyimpang
diikuti dengan menjelaskan tindakan yang seharusnya dilakukan.

Teori belajar behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh


Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadapa arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon


(Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh peserta didik (respon)
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.

6
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh teori behavioristik adalah
faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon tersebut akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.
Misalnya ketika guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya, ketika tugas itu
di tambahkan maka ia akan semakin giat belajar. Maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif dalam belajar. Bila tugas-tugasnya dikurangi ini
justru meningkatkan aktivitas belajarnya,, maka pengurangan tugas merupakan
penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan
merupakan salah satu bentuk stimulus yang penting untuk diberikan
(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya
respon .

Ciri-ciri Teori Behavioristik:

1. Mementingkan faktor lingkungan

2. Menekankan pada faktor bagian

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan


metode obyektif.

4. Sifatnya mekanis

5. Mementingkan masa lalu

3.2 Tujuan Pembelajaran Behaviorisme

Tujuan pembelajaran menurut teori behaviorisme ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic” yang
menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktifitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku

7
teks/buku wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secar terpisah, dan


biasanya menggunakan paper dan pencil test. Evaluasi hasil belajar menurut hasil
yang benar. Maksudnya bila peserta didik menjawab secar benar sesuai denga
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
tugas belajarnya. Evaluasi dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajran, dan biasanya dilakukan setela selesai kegiatan pembelajaran. Teori
ini menekankan evaluasi pada kemampuan peserta didik secara individual.

3.3 Pandangan Para Ahli Mengenai Teori Belajar Behavioristik

Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya adalah Throndike, Watson,


Chark Hul, Edwin Gutrie, Pavlov, Skinner, Robert Gagne dan Albert Bandura.
Pada dasarnya para penganut behaviorustik setuju dengan pengertian belajar
diatas namu ada beberapa perbedaan pendapat diantara mereka. Setiap dari
pelopor-pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini
dari awal perkembangannya hingga sekarang. Secara singkat, berturut-turut akan
dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik, sebagai berikut:

1. Teori belajar menurut Thorndike

Menurut thorndike, teori behavioristik adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulasi adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikira, perasaan atau gerakan/tindakan.

Jadi perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun alran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tida dapat diamati.

8
Dalam penelitiannya, Thorndike menggunakan beberapa jenis binatang,
yaitu anak ayam, anjing, ikan, kucing dan kera. Percobaan yang dilakukan
mengharuskan binatang-binatang tersebut keluar dari kandang untuk memperoleh
makanan. Untuk keluar dari kandang, binatang-binatang tersebut harus membuka
pintu, menumpahkan beban, dan mekanisme lolos lainnya yang sengaja
dirancang. Pada saat dikurung, binatang-binatang tersebut menunjukkan sikap
mencakar, menggitgit, menggapai dan bahkan memegang / mengais dinding
dikandang. Cepat atau lambat, setiap binatang akan membuka pintu atau
menumpahkan beban untuk dapat keluar dari kandang dan memperoleh makanan.
Pengurungan yang dilakukan berulang ulang menunjukkan penurunan frekuensi
binatang tersebut untuk melakukan pencakaran, penggigitan, penggapaian atau
pengaisan dinding kandang, dan tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk keluar
kandang cenderung menjadi lebih singkat.

Percobaan Thorndike yang terkenal ialah dengan menggunakan seekor


kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan
pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam
sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori ‘triall and error’
atau ‘selecting and conecting’ , yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara
mencoba-coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing
tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak
mempunyai hasil. Setiap response lagi. Dalam percobaan tersebut apabila di luar
sangkar diletakkan makanan , maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan
cara meloncat loncat kian kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah
menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari
ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang
lebig 10 sampai 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop
tersebut apabila di luar diletakkan makanan

Dari hasil penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa respon untuk


keluar kandang secara bertahap diasosiasikan dengan suatu situasi yang
menampilkan stimulus dalam suatu proses coba-coba (“trial and error’). Respon
yang benar secara bertahap diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba,

9
sementara respon yang tidak benar melemah atau menghilang. Teori
Connectionnism Thorndike ini juga dikenal dengan nama ‘Instrumental
Conditioning”, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrument dalam
memperoleh “reward” atau hasil yang memuaskan

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai


berikut :

a. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme


memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat\

b. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku


diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Prinsip
law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang)
dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan
melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip
menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering
diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai

c. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung


diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya
koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,
suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan
dan tidak akan diulangi.

Kelebihan Teori Thorndike

1. Kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau
shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu.

10
Kekurangan Teori Thorndike

1. Teori ini sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variable atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-
alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon ini dan
tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya

Koneksi antara kesan panca indera dengan kencederungan bertindak dapat


menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah
dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis
gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan
PR akan membentuknya. Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar
binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun
hubungan antara situasi sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun
hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai
pengartian. Bintang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati
dan terjadi secara mekanis (Baharuddin, 2009:57). Selanjutnya Thorndike
menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

a) Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response)

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan
error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh
respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b) Hukum Sikap (Set / Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seorang tidak hanya


ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja tetapi juga ditentukan
keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosisal, maupun
psikomotornya.

11
c)Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan


respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi (respon selektif).

d) Hukum Respon by analogy

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respon pada


situasi yang belum pernah diialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang
pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer
atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak
unsur yang sama maka transfer akan makin mudah.

e) Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal
ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara
menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit
unsur lama.

Selain Menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian


teorinya thorndike mengemukakan revisi Hukum belajar antara lain :

1) Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak


cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa
pengulanganpun hubungan stimulus respon belu tentu diperlemah

2) Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat


positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman
tidak berakibat apa-apa

3) Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi


adanya saling sesuai antara stimulus dan respon.

12
4) Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada
individu lain.

2. Teori Belajar Menurut Watson

Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang dating sesudah


Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seorang selama proses
belajar mengajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan, ia tetap mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar


dengan ilmu-ilmu lain seperti biologi dan fisika yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Asumsinya
bahwa hanya dengan cara demikianlah maka dapat diramalkan perubahan-
perubahan apa yang akan terjadi setelah seseorang melakukan belajar. Para tokoh
aliran behavioristic cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak
dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-perubahan mental yang
terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu adalah
penting.

3.Teori Belajar Menurut Clark Hull

Chark hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan


respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua tingkah laku bermanfaat untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull mengatakan bahwa
kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya. Dalam

13
kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan dalam kehidupan
praktis, terutama setelah skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini masih
sering dipergunakan dalam berbbagai eksperimen di laboratorium

4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Demikian juga dengan Edwin Guthrie. Ia juga menggunakan variable


hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Namun ia mengemukkan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan kebutuhan sebagaimana yang dijelaskan oleh Chark dan
Hull. Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukum
(punishment) memegang peranan penting dalam belajar. Hukum yang diberikan
pada saat yang tetap mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Namun
Skiinner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya penguatan
(reinforcerment) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan
dalam belajar.

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell Gredler, 1991:44). Guthrie
juga menggunakan variable hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang
dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan anatara stimulus
dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik
perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kiuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman

14
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus
respon secara tepat. Siswa atau peserta didik harus dibimbing melakukan apa yang
harus diperlajari. Dalam mengelola kelas, guru tidak boleh memberikan tugas
yang mungkun diabaikan oleh anak (Bell Gredler, 1991:50)

5. Ivan petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan petrovich Pavlov lahir 14 september 1849 di Ryazan rusia yaitu desa
tempat ayahnya peter dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di
sekolah gereja dan melanjutkan ke seminari teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana
kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur
departemen fisiologi pencemaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada
bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian
sangat mempengaruhi psikology behavioristic di amerika. Karya tulisnya adalah
Work of Digestive Gland (1902) dan Conditioned Reflexes (1927).

Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses


yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya


sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-


rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakaan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan

15
manuasia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusiaa
berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada


seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila
diperhatikan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini
sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah
terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula.
Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu
ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air
liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan sinar merah adalah


rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-
ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya
air liur pada anjing tersebut. Persitiwa ini disebut Reflek Bersyarat atau
Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelnjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.


Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada
manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak
disadari manusia.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkodisian atau pembiasaan dapat


diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi
lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata
air liuranjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam


kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh,
suara lagu dari penual es krim Walls yang berkeliling dari ruma ke rumah.
Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es krim sering lewat,
maka mada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang
panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual es krim
berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas

16
untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses
menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan
(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di depan rumah, bel masuk
kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi


Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.

6. Teori Belajar Menurut Skinner

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner


mengadakan pendekatan behvioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada
tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori
operant conditioning. Buku itu menjadi inspirassi diadakannya konferensi tahunan
yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of
Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the
Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika.

B.F.Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioros


dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana seseorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya
jauh lebih fleksibel daipada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru


secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.Manajemen
kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara
lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning adlah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau

17
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan. Skinner membuat eksperimen sebagai
berikut:

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan


dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar
tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana
kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar.
Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku
yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping. Berdasarkan berbagai
percobaan pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat apabila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang. Beberapa prinsip Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah


dibetulkan, jika benar diberi penguat

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul

4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk itu


lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman

5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya


hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer

18
7. Dalam pembelajaran digunakan shapping.

7. Robert Gagne (1916-2002)

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang


terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam
istruksi pembelajaran yang di prakteknya dalam training pilot AU Amerika. Ia
kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendesian pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori
Gagne banyak dipakai untuk mendesain software instruksional.

Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk


merencanakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan
kemampuan yang lebih tinggu dalam hierarki keterampilan intelektual. Guru
harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari
hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih kompleks (belajar SR,
rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe
belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya
gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon.

8. Albert Bandura (1925-masih hidup).

Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mondare Alberta berkebangsaan


Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar atau kognitif
sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen
Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku negatif dari
orang dewasa disekitarnya. Fakto-faktor yang berproses dalam belajar observasi
adalah:

1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.

2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean


simbolik.

19
3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,
keakuratan umpan balik,

4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri


sendiri.

2.4 Aplikasi dalam Pembelajaran Behaviorisme

Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah


pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubunngan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagi individeu yang
pasif. Respon atau perilaku tertantu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karakteristik
pembelajaran, media dan fasilitas pmbelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancanag dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan tela terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangakan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau pembelajar. Fungsi mind
atau pkiran adalah untuk menjiplak struktru pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang hasilkan
dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yanng harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek


pasif yang dianggap selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur
dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang

20
harus di capai oleh siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur
hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

3.5 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme

Ada beberapa implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran, antara


lain:

1. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik


memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adlah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar.

2. Peserta didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan


motivasi dan penguatan dari pendidik.

3. Teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang


memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri.

4. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah


terstruktur rapi dan teratur, maka peserta didik harus dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terebih dahulu secara ketat.

5. Tujuan pembelajaran mmenurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktifitas “mimetic”,
yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

6. Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan sevara terpisah, dan


biasanya menggunakan paper and pencil test.

21
3.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

A. Kelebihan Toeori Belajar Behavioristik

1. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek


dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh: percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga.

2. Cocok diterapkan untukmelatih anak-anak yang masih membutuhkan


dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk ppenghargaan langsung
seperti diberi hadiah atau pujian.

3. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti-ganti stimulus alami dengan


stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementata individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

B. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat meanistik, dan hanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

2. Siswa hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan


menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (atau teori Skinner) baik hukuman verbal maupun
fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk
pada siswa.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan


respons,seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori behavioristik dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa Stimulus adala apa
saja yang diberikan guru pada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Prosesyang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, dan oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru ( stimulus)
dan apa yang diterima oleh pembelajar(respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement),
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/dihilangkan(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

4.2 Saran

Kami menyadari bahwasanya penyusun dari makalah ini hanyalah


manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunanya
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
akan senantiasa penyusun terima dalam upaya evaluasi diri.

23
SOAL-SOAL

PILIHAN GANDA

1. Sebuah teori belajar secara filosofis tentang perubahan tingkah laku


sebagai hasil dari pengalaman merupakan teori belajar ....

a. Behavioristik c. Konstruktivistik

b. Afektifisme d. Kognittif

2. Dalam pengkondisian operan, bila stimulus yang mengawali suatu respon


itu mirip, maka perilaku(respon) yang sama cenderung untuk muncul. Hal
ini merupakan prinsip teori belajar skinner yang dikenal dengan istilah....

a. Generalisasi stimulus c. Partial reinforcement

b. Stimulus diskriminasi d. Reinforcement primer

3. Paham behaviorisme adalah paham yang mengemukakan bahwa proses


berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap(stimulus-respons) paham
tersebut termasuk aliran....

a. Strukturalisme c. Funsional

b.Deskriptif d. Nativisme

4. Ciri-ciri teori behavioristik antara lain,kecuali.....

a.Mementingkan faktor lingkungan

b. Menekankan pada faktor bagian

c. sifatnya dinamis dan mementingkan masa depan

d. Menenkankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan


metode obyektif

5. Teori ini cenderung mengarahkan anak untuk berfikir linier. Pandangan


teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping

24
yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu. Hal tersebut
merupakan teori yang dikemukakan oleh ....

a. Watson c. Skiner

.b.Thorndike d. Clark hull

6. Jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan


stimulus-respons akan semakin kuat. Sebaliknya,semakin tidak
memuaskan efek yang dicapairespons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi santara stimulus-respons merupakan teori belajar
behavioristik.....

a. Law of effect C. Law of respondent conditioning

b. law of readiness d.law of exercise

7. Teori belajar behavioristik secara psikologis tentang perubahan tingkah


laku, peneliti yang mebgembangkan teori tersebut antara lain.....

a. Bruner, Thorndike,Watson

b. Gagne, Darwin, Bandura

c.Bruner,Skinner. Pavlov

d. Skinner, Gagne,Watson

8. Kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal


dari pemberdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-
unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu merupakan teori belajar
behavioristik......

a. Law of effect c. Law of respondent conditioning

b. law of exercise d.law readiness

25
9. B.F skinner adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran.....

a. Humanisme c. Behaviorisme

b. Kognitivisme d. Konstruktivisme

10. Impelementasi penerapan prinsip-prinsip behaviorisme yang banyak


digunakan di dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut,kecuali....

a. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut
berpartisipasi secara aktif didalamnya

b.Materi pelajaran dikembangkan didalam unit-unit dan diatur berdasarkan


urutan yang logis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya

c.peserta didik akan mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila


pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu

d. Setiap kali peserta didik memberiakn respon yang benar perlu diberikan
penguatan.

26
ESSAY

1. Menurut pandangan anda apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori
belajar behavioristik tersebut ?

Kelebihan

1) Sangat cocom untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasan yang mengandung unsur-unsur seperti
kecepatan,spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contoh:
percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, olahraga.
2) Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi hadiah atau pujian.
3) Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, semntara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
4) Kekurangan
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang
diamati dan diukur.
2) Murid hanya mendengarkan dengantertib penjelasan guru dan
mengafalkan apa yan didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal maupun
fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat
buruk pada siswa.

2. Bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan teori belajar behavioristik


dalam pembelajaran?

Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran.

27
2) Menganalisis lingkungan belajar dan menidentifikasi pengetahuan
awal peserta didik.
3) Menentukan materi pembelajaran.
4) Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-bagian, meliputi
topik, pokok bahasan,sub pokok bahasan,dan lainnya.
5) Menyajikan pembelajaran.
6) Memberi stimulus pada peserta didik.
7) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik.
8) Menberikan penguatan baik positif maupun negatif.
9) Memberikan stimulasi ulang.
10) Mengamati dan mengkaji stimulus respons dari peserta didik.
11) Memberi penguatan.
12) Mengevaluasi hasil belajat peserta didik.

3. Berikan contoh-contoh teori belajar behavioristik di kehidupan sehari-hari


baik di lingkungan sekolah mapun lingkungan masyarakat ?
1) Pendispilinan murid yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
dengan mengurangi poin perilakunya yang menjadi pertimbangan nilai
akhir atau nilai rapot.
2) Polisi yang memberikan surat tilang kepada pengendara yang tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
3) Sanksi sosial berupa pengucilan terhadap masyarakat yang dianggap telah
4) bertidak menyelewengdari budaya dan norma sosial yang berlaku di suatu
tempat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Jakarta:
Cipta.
Candra, A. 2014. Teori Belajar Behavioristik (Online).
http://www.academia.edu/9416630/Teori_Belajar_BEHAVIORISTIK
Robert, E. Slavin. 2000. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.

28

Anda mungkin juga menyukai