LP CKR Print
LP CKR Print
1) Nyeri kepala
2) Bingung
3) Mengantuk
4) Menarik diri
5) Berpikir lambat
6) Kejang
7) Odem perut
c. Subaraknoid hematoma
Perdarahan di ruang subaraknoid antara araknoid dengan
piameter. Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya
pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera
kepala yang hebat.
Gejala yang terjadi yaitu :
1) Nyeri
2) Penurunan kesadaran
3) Hemiparese
4) Dilatasi pupil ipsilateral
5) Kaku kuduk
d. Hematoma intraserebral
Perdarahan pada jangka otak karena pecahnya pembuluh darah arteri,
kapiler, vena. Gejala yang terjadi yaitu :
1) Nyeri kepala
2) Penurunan kesadaran
3) Perubahan tanda-tanda vital
4) Dilatasi pupil
IV. Patofisiologis
Cedera kepala dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Cedera primer
Kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang
tengkorak, robek pembuluh darah, (hematomi), kerusakan jaringan
otak (termasuk robeknya durameter, laserasi ,kontusio).
2. Cidera sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut
melampaui batas kompensasi ruang tengkorak.
VII. Komplikasi
VIII. PENATALAKSANAAN
Semua terapi diarahkan untuk mempertahankan hemastatis otak dan
mencegah kerusakan otak sekunder. Tindakan ini mencakup stabilisasi
kardiovaskuler dan fungsi pernafasan untuk mempertahankan perfusi serebral
adekuat. Hemoragi terkontrol, hipovotemia diperbaiki, dan nilai - nilai gas
darah dipertahankan pada nilai yang diinginkan.
a. Pedoman Resusitasi dan Penilaian Awal
1) Menilai jalan nafas : Bersihkan jalan nafas dari debris atau muntahan,
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan
memasang kolar servikal, pasang guedel bila ditolerir, jika pasien
cedera orofasial mengganggu jalan nafas, maka pasien harus
diintubasi.
2) Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau
tidak. Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien
bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti
pneumotorak. Pasang oksimetri nadi jika tersedia dengan tujuan
menjaga saturasi oksigen minimun 95%.
3) Menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi.
Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya, perhatikan
secara khusus adanya cedera intraabdomen atau dada, ukur dan catat
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan
EKG. Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk
meperiksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit, glutosa dan
analisa gas darah arteri.
4) Menilai tingkat kesadaran :
a) Cedera kepala ringan (GCS13-15)
b) Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
c) Cedera kepala berat (GCS 3-8
5. (Trigeminal)
1) Sensasi pada wajah
Pemeriksaan : anjurkan pasien menutup kedua mata,
sentuhkan kapas pada dahi, pipi dan dagu, bandingkan kedua sisi
yang berlawanan. Sensitivitas terhadap nyeri daerah permukaan
diuji dengan menggunakan benda runcing dan diakhiri dengan
spatel lidah yang tumpul, lakukan pengkajian dengan benda tajam
dan tumpul secara bergantian.
2) Refleks kornea
Pemeriksaan : pada saat pasien melihat ke atas, lakukan
sentuhan ringan dengan sebuah gumpalan kapas kecil di daerah
temporal masing – masing kornea, bila terjadi kedipan mata
keluarnya air mata adalah respons yang normal.
3) Mengunyah
Pegang daerah rahang pasien dan rasakan gerakan dari sisi ke
sisi.Palpasi otot maseter dan temporal, apakah kekuatannya sama
atau tidak sama.
6. (Fasial)
Gerakan otot wajah, ekspresi wajah, sekresi air mata dan ludah.
Observasi simetrisitas gerakan wajah saat : tersenyum, bersiul,
mengangkat alis, mengerutkan dahi, saat menutup mata rapat-rapat.
Rasa kecap : dua pertiga anterior lidah.
Pasien mengekstensikan lidah, kemampuan lidah membedakan rasa
gula dan garam.
7. Vestibulokoklear (auditorius)
Keseimbangan dan pendengaran
Pemeriksaan : uji bisikan suara / bunyi detak jam, uji untuk lateralisasi
(weber), uji untuk konduksi udara dan tulang (Rinne).
8. Glosofaringeus
Rasa kecap : sepertiga lidah bagian pasterior.
9. Vagus
Konstraksi faring dengan tekan spatel lidah pada lidah posterior, atau
menstimulasi faring posterior untuk menimbulkan refleks menelan.
Gerakan simetris dari pita suara, gerakan simetris palatum mole minta
pasien mengatakan ah, observasi terhadap peninggia ovula simetris
dan palatum mole.
10. Aksesorius spinal
Gerakan otot sternokleidomastoid dan trapezius
Palpasi dan catat kekuatan otot trapezius pada saat pasien mengangkat
bahu sambil dilakukan penekanan.
Palpasi dan catat kekuatan otot sternokleidomastoid pasien saat
memutar kepala sambil dilakukan penahanan dengan tangan penguji
ke arah yang berlawanan.
11. Hipoglosus
Gerakan lidah
Bila pasien menjulurkan lidah keluar, terdapat devlasi atau tremor.
Kekuatan lidah dikaji dengan cara pasien menjulurkan lidah dan
menggerakkan ke kiri atau kanan sambil diberi tahanan.
X. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
2. Gangguan rasa nyaman myeri b.d laserasi pada kepala
3. Gangguan istirahat tidur b.d nyeri
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.doutput yang
berlebih.
3. Perencanaan
Diagnosa 1
Tujua : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24
jam, klien dapat mengontrol tingkat nyeri secara mandiri.
Kriteria hasil :
Diagnosa 3
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x
24 jam, klien diharaplan rasa nyeri menghilang dan pasien
dapat istirahat tidur dengan normal.
Kriteria hasil :
- Pola tidur pasien normal
- Malam + 8 jam
- Siang + 1 jam
Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Kaji tingkat nyri pasien
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman mungkin untuk
tidur
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi
Diagnosa 4
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x
24 jam, klien diharapkan kebutuhan cairan pasien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Kebutuhan cairan pasien terpenuhi dan asupan pasien
terpenuhi
Intervensi :
1. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Kaji out put dan input pasien
3. Anjurkan pada pasien untuk minum setiap setelah muntah.
4. observasi
5. kolaborasi dengan tim medis atau dokter untuk pemberian
terapi.
4. Evaluasi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan di atas masalah klien dapat
di atasi seperti mampu mengontrol tingkat nyeri, pasien tidak mengalami
susah tidur, pasien tidak mengalami kekurangan cairan, dan pasien tidak
mengalami mual muntah.
DAFTAR PUSTAKA