Anda di halaman 1dari 11

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Bentuk merupakan titik temu anatara massa dan ruang. Bentuk juga dapat
dihubungkan pada penampilan luar yang daapt dikenali seperti sebuah kursi atau seseorang
yang mendudukinya. Wujud dasar ruang terbagi menjadi tiga yaitu lingkaran, bujur sangkar,
dan segitiga.
Ruang adalah sesuatu yang dapat dibayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas atau
tidak terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah disiapkan untuk mengisi barang
(Rudolf Amheim). Secara umum, ruang dibentuk oleh tiga pembentuk elemen ruang yaitu
bidang alas, bidang dinding atau pembatas, bidang atap, dan kualitas suatu ruang ditentukan
oleh keterangkuman ruang.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini sebagai
berikut:
1 Apakah yang dimaksud dengan bentuk dan ruang?
2 Apa saja peranan aktif maupun pasif didalam mendefinisikan ruang?
3 Bagaimana hubungan simbiosis antara bentuk massa dan ruang?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk mengetahui tentang bentuk dan ruang
2 Untuk mengetahui tentang peran aktif maupun pasif didalam mendefinisikan ruang
Untuk mengetahui hubungan simbiosis antara bentuk massa dan ruang

1
BAB II

Pembahasan
A. Bentuk
Bentuk merupakan titik temu antara masssa dan ruang. Bentuk juga dapat
dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau
seseorang yang mendudukinya.
Bentuk juga memiliki sifat-sifat tertentu yang menentukan pola dan komposisi
unsur-unsurnya :
 Posisi
Letak dari sebuah bentuk adalah relative terhadap lingkungannya atau lingkungan
visual di mana bentuk tersebut terlihat.
 Orientasi
Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-
bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.
 Inersia Visual
Merupakan tingkat konsetrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia visual suatu bentuk
tergantung pada geometri dan orentasinya relative terhadap bidang dasar, gaya tarik
bumi, dan garis pandang manusia

Semua sifat-sifat bentuk ini pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana
kita memandangnya:
1. Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan wujud ataupun aspek-
aspek bentuk dalam pandangan mata manusia.
2. Jarak kita terhadap bentuk tersebut menentukan ukuran yang tampak.
3. Keadaan pencahayaan dimana kita melihat suatu bentuk akan mempengaruhi
kejelasan dari wujud dan strukturnya.
4. Lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut mempengaruhi kemampuan kita
dalam menterjemahkan dan mengidentifikasi bentuk tersebut.

a) BENTUK BERATURAN
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berbubungan satu sama lain dan
tersusun secara rapi dan konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil

2
dan simetris terhadap satu sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida
merupakan contoh utama bentuk-bentuk beraturan.
Bentuk-bentuk dapat mempertahankan keteraturannya meskipun dimensi-
dimensinya diubah, ataupun unsure-unsurnya ditambah atau dikurangi. Berdasarkan
pengalaman dalam membangun bentuk-bentuk serupa, kita dapat membangun suatu
bentuk teratur yang baru berdasarkan bentuk dasar meskipun dengan menghilangkan atau
menambahkan beberapa bagiannya.
Contoh :

b) BENTUK TAK BERATURAN


Bentuk tak teratur adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan
antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih
dinamis dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk
beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dari komposisi
tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.
Selama kita berkecimpung baik dengan massa padat maupun ruang kosong di dalam
arsitektur, bentuk-bentuk beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk tak beraturan.
Demikian juga bentuk-bentuk tak beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk beraturan
Contoh :

3
c) RUANG
Ruang adalah hubungan sebuah obyek dengan obyek lainnya, sehingga tercipta
sebuah koneksi. Sebuah obyek individual tanpa relasi dengan obyek lainnya tidak dapat
dikatakan memiliki ruang. Setidaknya sebagai sebuah obyek dengan material yang nyata
bukan hanya ukuran dimensi, obyek dalam ruang tidak bisa tidak, harus memiliki relasi
dengan obyek lainnya dan dengan demikian memiliki parameter untuk dikatakan sebagai
ruang

d) RUANG KOSONG / VOID


Void diartikan sebagai ruang kosong atau area kosong atau ruang terbuka yang
memotong kontinuitas ruang antara dua area. Umumnya void dipakai untuk
menggambarkan ruang kosong tanpa lantai yang berada di lantai dua. Melalui ruang
tersebut kita dapat melihat ruang di bawahnya, namun tetap di bawah atap yang sama.
Void pun memiliki fungsi yang berkenaan dengan penghawaan serta pencahayaan
alami. Bila ruang di bawah tidak cukup terang atau tidak memiliki akses ke penghawaan
alami dari taman rumah, bisa terbantu dengan adanya void.

e) POLA LINIER DALAM KONFIGURASI JALAN


Pola linier adalah jalan yg lurus yg dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan
ruang.
Tipe ruang ini biasanya menempatkan fungsi-fungsi yang ada dalam satu tata atur
yang menyerupai sebuah garis lurus yang meneruskan fungsi dari ruang satu ke ruang
yang lain sehingga terjadi interaksi tatap muka langsung antar keduanya.
Contoh :

f) POLA RADIAL DALAM KONFIGURASI JALAN

4
Tipe radial merupakan perkembangan dari tipe pertama hanya saja pada tipe ini
punggung saling berhadapan sehingga muka mengarah keluar dan tidak ada akses masuk
untuk kedalam.
Pada jenis tipe radial harus menentukan satu fungsi yang akan dijadikan pusat
perhatian penghuni, dan ruang-ruang yang memiliki fungsi lain akan selalu mengarah
atau memusatkan pada ruang yang dijadikan pusat.
Contoh :

g) POLA SPIRAL DALAM KONFIGURASI JALAN


Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik pusat, berputar
mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.
Contoh :

h) POLA GRID DALAM KONFIGURASI JALAN


Pola ini dalah kombinasi dari sirkulasi pada suatu bangunan, misalnya. Karenya
terbentuk orientasi yang membingungkan.

i) POLA JARINGAN DALAM KONFIGURASI JALAN


Pola ini terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik-titik terpadu dalam
ruang.

5
B. Bentuk dan Ruang Dalam Arsitektur

Ruang pandang kita biasanya terdiri dari elemen-elemen heterogen yang berbeda
untuk dasar, ukuran, warna, atau orientasinya. Untuk dapat memahami dengan baik struktur
suatu ruang pandang, kita cenderung mengorganisir elemen-elemennya ke dalam dua buah
kelompok yang berlawanan; elemen-elemen positif, yang diendra sebagai figur, serta elemen-
elemen negatif, yang menyediakan sebuah latar bagi figur-figur tersebut.

Persepsi dan pengertian kita akan suatu komposisi bergantung pada bagaimana kita
menginterpretasikan interaksi visual antara elemen positif dan negatif di dalam
lingkungannya.

Namun, dalam seluruh kasus, kita sebaiknya memahami bahwa figur, elemen-elemen
positif yang menarik perhatian kita, tidak akan dapat eksis tanpa kehadiran sebuah latar
belakang yang kontras. Oleh karena itu, figur dan latar belakang adalah lebih dari sekedar
elemen-elemen yang saling berlawanan. Bersama-sama, mereka membentuk sebuah realitas
yang tak terpisahkan – suatu kesatuan dari yang berlawanan – seperti halnya elemen-elemen
bentuk dan ruang yang bersama-sama membentuk realitas arsitektur.

Bentuk arsitektural terjadi antara titik pertemuan antara massa dan ruang. Dalam
membuat dan membaca gambar desain, kita harus memperhatikan baik bentuk massa yang
menampung volume ruang maupun bentuk dari volume spasial itu sendiri.

Hubungan simbiosis antara bentuk massa dan ruang dalam arsitektur dapat dinilai dan
didapatkan keberadaannya pada beberapa skala yang berbeda. Pada tiap tingkatan, kita harus
memperhatikan tidak hanya bentuk sebuah bangunan, namun juga dampaknya terhadap ruang
di sekitarnya. Pada skala kota, kita harus memperhatikan dengan seksama apakah peranan
sebuah bangunan adalah untuk meneruskan karakter eksisting suatu tempat, membentuk latar
belakang bagi bangunan lain, atau mendefinisikan suatu ruang kota yang positif, atau apakah
akan lebih pantas jika ia bebas berdiri sendiri sebagai sebuah obyek yang signifikan di dalam
ruang.

Pada skala sebuah tapak bangunan, ada beragam strategi untuk menghubungkan
bentuk sebuah bangunan terhadap ruang di sekitarnya. Sebuah bangunan dapat:

A. Membentuk sebuah dinding di sepanjang tepi tapaknya dan mulai mendefinisikan


sebuah ruang luar yang positif;

6
B. Menyatukan ruang
interiornya dengan ruang luar
privat dari sebuah tapak
berdinding;
C. Membungkus sebagian
tapaknya sebagai suatu ruang
luar dan melindunginya dari
kondisi-kondisi ilim yang
tidak diinginkan;
D. Mengelilingi dan
membungkus halaman atau
ruang atrium di dalam volumenya – sebuah skema introvert.
E. Berdiri sebagai sebuah obyek khusus dan mendominasi tapaknya melalui bentuk serta
penempatan topografisnya – sebuah skema ekstrovert.
F. Diregangkan keluar dan menghadirkan sebuah wajah yang luas untuk menyajikan
suatu pemandangan, menghilangkan sumbu, atau mendefinisikan tepi suatu ruang
kota;
G. Berdiri bebas dalam tapaknya tapi meneruskan ruang interiornya untuk bersatu
dengan ruang eksterior privatnya;
H. Berdiri sebagai sebuah bentuk positif di dalam ruang negatif.

Pada skala sebuah bangunan, kita cenderung membaca konfigurasi dinding sebagai
elemen elemen yang positif di dalam sebuah denah. Walaupun demikian, ruang putih di
antaranya harus tidak hanya dilihat sebagai latar belakang bagi dinding-dinding tersebut,
namun juga sebagai figur di dalam gambar yang juga memiliki rupa dasar dan bentuk.

Bahkan pada skala sebuah ruangan, elemen-elemen perabot dapat berdiri baik sebagai
bentuk di dalam suatu area ruang atau berfungsi mendefinisikan bentuk suatu area spasial.

7
Bentuk dan penutup tiap ruang di
dalam suatu bangunan bisa menentukan,
atau ditentukan oleh, bentuk ruang di
sekitarnya. Di dalam Teater Seinajoki
karya Alvar Aalto, misalnya, kita dapat
membedekan beberapa kategori bentuk
spasial dan menganalisis bagaimana
mereka berinteraksi. Tiap kategori memilii
sebuah peranan aktif maupun pasif di
dalam mendefinisikan ruang.

A. Beberapa ruang, seperti B. Beberapa ruang, seperti C. Beberapa ruang, seperti


perkantoran, memiliki perkantoran, memiliki aula konser, memiliki
fungsi-fungsi khusus tapi fungsi-fungsi khusus tapi kebutuhan fungsional
serupa dan dapat serupa dan dapat dan teknis yang khusus,
dikelompokkan ke dalam dikelompokkan ke dalam serta membutuhkan
bentuk-bentuk tunggal, bentuk-bentuk tunggal, bentuk-bentuk khusus
linier, atau terklaster. linier, atau terklaster. yang akan
mempengaruhi bentuk
ruang di sekeliling
mereka.

8
D. Beberapa ruang, seperti lobi, alaminya adalah fleksibel dan oleh karenanya dapat
didefinisikan dengan bebas oleh ruang atau pengelompokan ruang di sekitar mereka.

Jika kita menempatkan suatu figur dua dimensi pada sehelai kertas, ia akan
mempengaruhi bentuk dasar ruang putih di sekelilingnya. Dengan cara yang serupa, setiap
bentuk tiga dimensi secara alamiah menegaskan volume ruang yang mengelilinginya dan
menghasilkan suatu area pengaruh atau teritori yang diklaim sebagai wilayah miliknya.

9
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Ruang pandang kita biasanya terdiri dari elemen-elemen heterogen yang berbeda
untuk dasar, ukuran, warna, atau orientasinya. Elemen-elemen tersebut dibagi menjadi
dua yaitu elemen positif dan elemen negatif. Namun, hal tersebut tergantung cara
pandang kita didalam lingkungannya.
Bentuk arsitektural terjadi antara titik pertemuan antara massa dan ruang. Dalam
membuat dan membaca gambar desain, kita harus memperhatikan baik bentuk massa
yang menampung volume ruang maupun bentuk dari volume spasial itu sendiri.Hubungan
simbiosis antara bentuk massa dan ruang dalam arsitektur dapat dinilai dan didapatkan
keberadaannya pada beberapa skala yang berbeda.Pada skala sebuah bangunan, kita
cenderung membaca konfigurasi dinding sebagai elemen elemen yang positif di dalam
sebuah denah.Bahkan pada skala sebuah ruangan, elemen-elemen perabot dapat berdiri
baik sebagai bentuk di dalam suatu area ruang atau berfungsi mendefinisikan bentuk
suatu area spasial.

10
Daftar pustaka

Francis D.K. Ching. 2007. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Ketiga. Jakarta.
Penerbit Erlangga

Von Meiss, Pierre. 1960. Elemen of Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold Co.

11

Anda mungkin juga menyukai