BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. MIGREN
II.1.1. Definisi
dengan perubahan kepekaan sistem saraf dan aktivasi dari sistem trigeminal
kedalam bahasa Inggris kuno yaitu migrim dan bahasa perancis yaitu
II.1.2. Epidemiologi
prevalensi 1 tahun migren pada dewasa adalah 10%-12% (6% laki-laki dan
dengan migren tanpa aura, 18% migren dengan aura dan 13% memiliki
migren tanpa aura adalah 10 % dan migren dengan aura adalah 1,8%
(Sjahrir,2008).
tahun, ditemukan prevalensi migren sebesar 45,3% yang terdiri dari 53,5%
oleh usia, jenis kelamin, ras, geografi, status sosio-ekonomi, definisi yang
ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Perbedaan ini jelas terlihat pada
migren, dimana prevalensi migren meningkat hingga 2 kali lipat pada wanita.
(Karli dkk,2012).
3.1.Cyclical vomiting
3.2.Migren abdominal
4.Migren retinal
5.Komplikasi Migren
5.1.Migren kronik
5.2.Status migrenosus
5.4.Migrenous infark
6.Probable migren
II.1.4. Patofisiologi
bukan hanya adanya iritasi pain fiber perifer yang terdapat di pembuluh darah
intrakranial, akan tetapi juga terjadi kenaikan sensitisasi sel saraf sentral
Telah banyak studi dilakukan dan juga banyak teori mulai diungkapkan
headache.
kadar magnesium yang rendah pada regio posterior otak pada migren
neuron (Sjahrir,2008).
aura.
oligemia) serta menyebrang korteks dengan kecepatan 2-3 mm/menit. Hal ini
berdenyut (Sjahrir,2008).
trigeminal. Awal dari proses aktivasi perifer ini meliputi CSD atau disfungsi
stimulus tertentu dalam keadaan resting state menjadi lebih sensitif terhadap
16
meningkat (Sjahrir,2008).
tirosin kinase pada neuron kornu dorsalis untuk memulai berbagai isyarat
kaskade transduksi yang berpusat pada NMDA post sinaptik dan reseptor
(Sjahrir,2008).
17
CGRP akan memfasilitasi aktifitas sinaptik pada nukleus trigeminal. Jika pada
juga lebih tinggi dirasakan oleh wanita, hal ini disebabkan akibat dari efek
sirkuit fungsi otak dimana pada wanita dengan migren, sirkuit emosional pada
otak lebih banyak berperan dibandingkan dengan proses sensorik (Bolay dkk,
2015).
II.2.1. Definisi
berasal dari ETTH dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri
kepala yang lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa
hari. Nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat dalam kualitas
dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri tidak bertambah memberat
dengan aktivitas fisik yang rutin. Kemungkinan terdapat mual, fotofobia atau
18
hari/tahun)
- lokasi bilateral
4. tidak didapatkan :
II.2.2. Epidemiologi
Tension Type Headache (TTH) adalah jenis nyeri kepala primer yang
19
berubah menjadi TTH infrequent atau tidak ada nyeri kepala, 39% tetap
II.2.3. Klasifikasi
Kriteria diagnostik :
Kriteria diagnostik :
II.2.4. Patofisiologi
20
kronik, namun hanya sedikit hubungan antara kekerasan dan intensitas nyeri
dengan berkas yang rapat pada otot skeletal. Myofascial trigger points ini
21
sentral yaitu sifat eksitabilitas neuron yang ditingkatkan sistem saraf pusat
yang dihasilkan oleh input nociceptive yang lama masuk dari jaringan
(NPY) & vasoactive intestinal polypeptide (VIP) yang dilibatkan pada proses
nyeri menyediakan pemahaman baru biologi dari nyeri kepala kronik (Sjahrir,
2008).
dibandingkan dengan pria terutama pada usia reproduktif . Sex steroid wanita
22
(Bolay dkk,2015)
protein (CGRP)
yang secara luas terdistribusi pada saraf pusat dan tepi, serta sistem
yang poten pada sistem kardiovaskular. Pada susunan saraf pusat (SSP),
(Gupta dkk,2007).
Homeostasis CGRP pada SSP dipengaruhi oleh sex steroid. Baik 17β-
nosiseptor nervus sensorik, dan sensasi nyeri ini merupakan hal yang penting
Tidak hanya level CGRP yang dimodulasi oleh sex steroid, tetapi level
24
reseptornya pada SSP dan tepi, serta pembuluh darah. Kebanyakan hasil
adrenoseptor
patofisiologi migren.
(Hart dkk,2011).
dengan temuan penurunan tonus simpatetik pada pasien migren dan dengan
Hidroxytryptamin/5-HT)
atau takikardi, dimana respon primer yang timbul bergantung pada reseptor
berbeda. Pertama kali, otak pada pasien migren terlihat memiliki peningkatan
26
merupakan agonis reseptor 5-HT 1B/1D (dan pada beberapa kasus juga
pada 5-HT 1F) sebagai terapi yang efektif pada migren akut. Meskipun
diajukan yaitu :
reseptor 5-HT 1A pada neuron post sinaptik dimana hal ini dapat
27
sintesis 5-HT, yang diduga di mediasi oleh subtipe Erβ. Pada penelitian kecil
dimana ditemukan wanita dengan status migren yang terjadi dalam 48 jam
pada neuron serotonergik dalam nukleus dorsal raphe ditemukan lebih tinggi
pada tikus jantan dibandingkan betina dan firing rate ini ditemukan menjadi
terjadi pada akhir fase luteal dari siklus menstruasi, berhubungan dengan
penurunan level serotonin perifer, sehingga hal ini diduga memulai kaskade
yang melibatkan aktivasi nukleus raphe dorsalis dan locus ceruleus, dilatasi
28
terhadap 17β-estradiol pada arteri koroner dan aorta torakalis yang diisolasi
dari tikus dan kelinci, ditemukan dapat menurunkan efek vasokontriksi 5-HT.
arteri karotis yang diisolasi dari tikus juga ditemukan pada pemberian
efek langsung pada sel otot polos vaskular dan bukan dimediasi oleh
neuronal berperan dalam patofisiologi migren, terutama pada fase awal dari
ditemukan level Mg2+ yang rendah selama diantara serangan migren. Pasien
29
Mg2+ pada bagian posterior otak yang rendah dan keparahan gejala
darah, serum, sel darah merah, sel mononuklear selama dan interiktal dari
(Gupta dkk,2007).
atau tanpa aura , dan 2) L type Ca2+ channel memodulasi pelepasan CGRP
pada saluran ion Ca2+ ini berperan sebagai modulator spreading depression
Level serum Mg2+ dan Ca2+ dipengaruhi oleh sex steroid dan
yang meneliti sel otot polos pada vaskular serebral, ditemukan bahwa level
Level Ca2+ dilaporkan meningkat secara paralel dengan level estrogen pada
30
percobaan dengan mutasi aluran ion Ca2+ dan pemberian terapi sulih hormon
dkk,2007).
kecil yang mengaktivasi saluran K+ pada neuron GABAergik. Oleh karena itu,
dan/atau saluran ion oleh steroid seksual wanita adalah relevan untuk
31
fisiologi aliran darah lokal dan tekanan darah. Nitric oxide disintesa dari L-
arginine dan dikatalisasi oleh nitric oxide synthase (NOS) pada endothelium
ekspresi dari transmitter ini dan memblok efek nitrogliserin. Juga telah
aktivitas NOS pada sel endothelial melalui aktivasi secara langsung protein
non MM dan dengan wanita dengan migren tanpa aura. Pada binatang
32
hormon seksual plasmalemma dapat memicu respon non genomik akut yang
pembuluh darah adalah efek alami non –genomik. Fungsi vaskular pada
mengakibatkan dugaan bahwa interaksi yang positif antara sex steroid dan
dkk,2007).
33
(GABA)
ikatan reseptor ini dengan protein G ditemukan pada pre dan post-sinaptik
(Gupta dkk,2007).
34
darah tertentu seperti arteri serebral. Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa
lemah, sehingga di pahami bahwa sex steroid memiliki efek yang berlawanan
dalam eksitatorik otak. Efek glutamat pada eksitabilitas otak dimediasi melalui
17β- estradiol dan progesteron memiliki efek yang berbeda pada reseptor
eksitatorik pada hipokampus, tetapi tidak pada area otak yang lain.
35
Aksi dari reseptor kainate pada neuron hipokampus adalah dipotensiasi oleh
yang baru pada penelitian opioid. Keempat reseptor opioid tersebut adalah:
36
spinalis ditemukan meningkat, dan level 17β- estradiol dan progesteron yang
derajat yang tinggi ditemukan pada pria dibandingkan wanita, tetapi efek
disimpulkan bahwa efek sex steroid wanita pada sistem opioid adalah: 1)
tidak selalu memiliki arah yang sama, 2) bergantung pada tipe reseptor
opioid, regio otak yang spesifik dan tipe, dan/atau durasi terapi hormon.
37
39
episodik TTH mungkin melibatkan hubungan antara sistem saraf pusat dan
proses sentral pada TTH hanya diaktifkan setelah batas tertentu tercapai ,
TTH mungkin mulai terlihat lebih mirip migren bila melampaui batas ini. Ini
(Ailani,2010)
594G>A, ESR-1 325C>G, ESR 1 Pvu IIC>T, ESR-1 30T>C dan Progesterone
polymorphisms ESR-1 594C>A dan 325 C>G dengan migren (Schurks dkk,
2010).
Estrogen Receptor 1 Gene (ESR-1) 594 G>A terletak pada exon 8 dan
jalur reseptor sex hormon. ESR-1 594 G>A terletak pada exon 8 dan 325C>G
ESR-1 Pvu II C>T dan PGR PROGINS juga terdapat di dalam polymorphisms
tersebut antara etnis Caucasia dan Indian dimana Alu tersebut meningkatkan
41
Peranan faktor genetik pada persepsi dan respon terhadap nyeri telah
menjadi subyek penelitian pada saat in. Polymorphism pada gen yang
juga bahwa alel S didapatkan lebih sering pada pasien dengan CTTH
dibandingkan dengan kontrol (masing-masing 56% dan 55%) namun hal ini
Pengaruh dari migren pada produktivitas (diukur dari waktu aktivitas yang
42
bahasa. Kuesioner ini terdiri dari 5 hal yang menilai mengenai aktivitas yang
tertunda atau hilang akibat sakit kepala yang mencakup 3 bidang yaitu
kelas dimana kelompok 1 (skor 0-5) dengan minimal atau tanpa disabilitas,
perubahana terhadap status klinis pasien dalam jangka waktu yang pendek
cukup memiliki tingkat realibilitas dan validitas yang adekuat. HIT-6 telah
nyeri kepala dan akibatnya kepada kehidupan pasien dan sebagai alat untuk
43
sedikit atau tidak ada dampak, kelompok 2 ( skor 50-55) sedikit dampak,
validitas dan realiabilitas dan dapat digunakan pada maslah klinis untuk
(VAS).
seperti angka 0 (tanpa nyeri) sanpai angka 10 (nyeri terberat). Dimana nilai
VAS 0 - <4 nyeri ringan. 4 - <7 nyeri sedang dan 7-10 nyeri berat (Hawker
dkk, 2011).
44
MIGREN CTTH
45
MIGREN CTTH
GENDER ETNIS
46