Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH Tafsir Tarbawi

MAKALAH

Tafsir Tarbawi

(Tafsir Q.S Ali Imran ayat 190-191)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas hadis tarbawi ini mengenai tafsir QS Ali Imran ayat 190-191. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan keterbtasan dalam penyajian tugas ini. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.Demikian tugas ini penulis
susun, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon
maaf yang sebesar- besarnya.

Manna, 2015

Penulis
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR
ISI....................................................................................................................................................................
.. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan penelitian........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191...................................................... 2

2.2 Asbabun Nuzul .......................................................................................................... 2

2.3 Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191........................................................................... 3

2.4 Kandungan Hukum.................................................................................................... 5

2.5 Aspek Tarbawi............................................................................................................ 5

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan......................................................................................................................................................
.... 6
Daftar pustaka

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menyerukan manusia untuk memperhatikan, merenung
dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun diantara keduanya. Diantara ayat-
ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-191.

Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan
merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang di alam semesta. Allah menyuruh
manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi.Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar
tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan
ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana Lafadz dan terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

3. Bagaimana asbabun nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

4. Bagaimana Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

5. Apa saja kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

6. Bagaimana Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

1.3 Tujuan Masalah

2. Untuk mengetahui lafadz dan terjemah Q.S ali imran ayat 190-191

3. Untuk mengetahui asbabun nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191

4. Untuk mengetahui Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191

5. Untuk mengetahui kandungan hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191
6. Untuk mengetahui Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191

BAB II

Pembahasan

2.1 Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191

‫ت إل‬
‫لوإليِ اَللخللخباَ إ‬
‫ب‬ ‫ف اَللنليإل خواَلننخهاَإر خلخياَ ت‬ ‫ت خواَللخلر إ‬
‫ض خواَلختإخل إ‬ ‫إإنن إفيِ خخلل إ‬
‫ق اَلنسخماَخواَ إ‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

‫ب اَلنناَإر‬ ‫ت هخخذاَ خباَإطمل لسلبخحاَنخ خ‬


‫ك فخقإخناَ خعخذاَ خ‬ ‫ت خواَللخلر إ‬
‫ض خربنخناَ خماَ خخلخلق خ‬ ‫اخ قإخياَمماَ خوقللعوُمداَ خوخعخلىَ لجلنوُبإإهلم خويختخفخنكلروخن إفيِ خخلل إ‬
‫ق اَلنسخماَخواَ إ‬ ‫اَلنإذيخن يخلذلكلروخن ن‬

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
(191)

2.2 Asbabun Nuzul

As- Suyuti dalam kitabnya menyebutkan mengenai asbabun nuzul surah Ali-Imran ayat 190 dengan
mengutip hadits riwayat Ath-Thabrani. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “hai orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang yahudi dan bertanya kepada mereka,
“apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian? Orang-orang yahudi itu menjawab, Tongkat dan
tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-
orang nasrani, lalu bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa? Mereka menjawab,
dia dulu menyembuhkan orang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati. Lalu mereka
mendatangi nabi SAW. Lalu mereka berkata kepada beliau, berdoalah kepada tuhanmu untuk mengubah
bukit shafa dan marwah menjadi emas untuk kami. Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman ALLAH :

“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-
tanda(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”(HR.ath-thabrani)

Antara ayat 190 dan 191 asbabun nuzulnya sama-sama berkaitan.

2.3 Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191

Allah Swt pada ayat 190 surah Ali Imran mengajak manusia untuk berpikir dan merenungi tentang
penciptaan langit-langit dan bumi. Kemudian pada ayat berikutnya Allah Swt menjelaskan hasil dan buah
dari berpikir ini.

Ayat ini menjelaskan tentang keesaan Tuhan Sang Pencipta dan menyatakan bahwa apabila manusia
memikirkan dengan cermat dan menggunakan akalnya terkait dengan proses penciptaan langit-langit
dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, maka ia akan menemukan tanda-tanda jelas atas
kekuasaan Allah Swt maha karya dan rahasia-rahasia yang menakjubkan yang akan menuntun para
hamba kepada Allah Swt dan hari Kiamat serta menggiring mereka pada kekuasaan Ilahi yang tak
terbatas.

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ayat 190-191 surat Ali Imran merupakan penutup surat Ali Imran. Ini antara lain terlihat pada uraian-
uraiannya yang bersifat umum. Setelah dalam ayat-ayat lalu menguraikan hal-hal yang rinci,
sebagaimana terbaca pada ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah Swt. Atas alam raya. Maka pada
ayat yang ke-190-191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya, serta memerintahkan agar
memikirkannya.

Salah satu bukti kebenaran bahwa Allah merupakan Sang Pemilik atas alam raya ini, dengan adanya
undangan kepada manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian
benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat
dilangit, atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi
pada porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa
maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi ulul albab, yakni orang
orang yang memiliki akal yang murni.

Kata (‫ )اَلباَب‬al-bab adalah bentuk jamak dari (‫ )لب‬lub yaitu “saripati” sesuatu. Kacang misalnya, memiliki
kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lub. Ulul albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang
murni, yang tidak diselubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam
berpikir. Orang yang merenungkan tentang penomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang
sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.

Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat Al-Baqarah. Disisi lain, ayat 164 Al-Baqarah ditutup dengan
menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan “tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” ( ‫ليت لقوُم‬
‫ )يعقلوُن‬la ayatin liqaumin ya’qilun, sedangkan pada ayat ini, karena mereka telah berada pada tahap yang
lebih tinggi dan juga telah mencapai kemurnian akal, maka sangat wajar ayat ini ditutup dengan ( ِ‫ليت للي‬
‫ )اَللباَب‬la ayatin liulil albab.

Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan melalui Atha bahwa, “Suatu ketika ia bersama rekannya,
mengunjungi Aisyah Ra. istri Nabi Saw, untuk bertanya tentang peristiwa apa yang paling mengesankan
beliau dari rasul Saw. Aisyah menangis sambil berkata: “Semua yang beliau lakukan mengesankan kalau
hanya menyebut satu, maka satu malam, yakni di malam giliran beliau tidur berdampingan denganku,
kulitnya menyentuh kulitku lalu beliau bersabda,”wahai aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada
Tuhanku” dan aku berkata berkata, “demi Allah, aku senang berada disampingmu, tetapi aku senang juga
engkau beribadah kepada Tuhan.” Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan
lalu berdiri melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau lalu sujud dan
menangis hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu bilal datang untuk adzan
subuh bilal bertanya kepada rasul tentang apa gerangan yang membuat beliau menangis sedang Allah
telah mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang. Rasul Saw menjawab, “aduhai bilal, apa
yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah menurunkan ayat, “inna fil khalkissama
waati.., sungguh celaka siapa yang membaca tapi tidak memikirkannya” .

2. Quraisy shihab

Ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang dinamai ulul albab yang
telah disebutkan pada ayat yang lalu. Mereka adalah orang-orang baik laki-laki maupun perempuan yang
terus mengingat Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja
sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkata sebagai kesimpulan.
Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan
yang hak. Apa yang kami alami, atau dengar dari keburukan atau kekurangan, Maha Suci Engkau dari
semua itu. Itu adalah ulah atau dosa dan kekurangan kami yang dapat menjerumuskan kami kedalam
siksa neraka, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Karena, Tuhan kami “Kami tahu dan sangat yakin
bahwa sesungguhnya siapa yang engkau masukan kedalam neraka, maka sungguh telah engkau hinakan
ia dengan mempermalukannnya di hari kemudian seabagai seorang serta menyiksanya dengan siksa yang
pedih. Tidak ada satupun yang dapat membelanya, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim.
Siapapun ia, satu penolongpun”

Di atas terlihat bahwa objek dzikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah
berupa fenomena alam. Ini berarti bahwa pengenalan kepada Allah lebih banyak dilakukan oleh kalbu.
Sedangkan pengenalan alam raya didasarkan pada penggunaan alam, yakni berpikir. Akal memiliki
kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam
memikirkan Dzat Allah. Hal ini dipahami dari sabda Rasullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
melalui Ibnu Abbas: “Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah“.

Quraish Shihab memahami kalimat tersebut sebagai hasil dzikir dan pikir, dengan demikian ia tidak dapat
dihadang oleh keberatan di atas. Di sisi lain, hasil itu akan sangat serasi dengan permohonan mereka
selanjutnya. Yakni karena semua makhluk tidak diciptakn sia-sia, karena ada makhluk yang baik dan yang
jahat, ada yang durhaka dan ada pula yang taat, di mana tentu saja yang durhaka akan dihukum maka
mereka memohon perlindungan dari siksa neraka mereka selanjutnya berusaha untuk menjadi makhluk
yang baik dan taat.

2.4 Kandungan Hukum

Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan
kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada
kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda-
tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil
berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta
ini, sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan.

2.5 Aspek Tarbawi

1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

2. Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan segala
ciptaan Allah.

3. Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak sesuai.

4. Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.

5. Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari isi QS. Ali Imran ayat 190-191 yang berdasarkan penjelasan mufassir yang dikemukakan
di atas menunjukkan bahwa Allah menegaskan kepada umat manusia dengan memberikan
perumpamaan agar dapat dipetik hikmah atau pelajaran dengan menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang
yang dinamai-Nya ulul albab, yakni (1) orang orang yang memiliki akal yang murni baik laki-laki maupun
perempuan yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang
sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt. (2) Orang-orang yang terus mengingat Allah
dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil berdiri atau duduk
atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian
dan sistem kerja langit dan bumi, dan (3) Orang-orang setelah melihat dan memikirkan itu semua,
mereka berkata sebagai kesimpulan terhadap ciptaan-Nya, yakni “Tuhan kami tiadalah engkau
menciptakan alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak”.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Kitab Suci Alqur’an, Alqur’an dan Terjemahannya

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), Cet 2, hlm.
288

http://santrikota.blogspot

Anda mungkin juga menyukai