Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia masih memiliki banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
salah satu diantaranya adalah kecacingan. Penyakit kecacingan yang sering terjadi pada
anak usia Sekolah Dasar yaitu Soil Transmitted Helminthiases (STH) yang ditularkan
melalui tanah. Cacing penyebab penyakit STH yang ditularkan melalui tanah yaitu Ascaris
lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus (cacing tambang). Seseorang didiagnosis menderita kecacingan
jika dalam pemeriksaan tinjanya mengandung cacing atau telur cacing (Permenkes NO.15,
2017).
Infeksi kecacingan tergolong penyakit neglected disease yaitu infeksi yang kurang
diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang jelas
dan dapat yang ditimbulkan baru terlihat dalam jangka panjang seperti kekurangan gizi,
gangguan tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak (Kurniawan, 2010). Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2015, lebih dari 1,5 milyar penduduk atau 24%
dari populasi dunia terinfeksi STH dan diantaranya adalah anak-anak. Distribusi terbanyak
infeksi STH adalah negara dengan iklim tropis dan subtropis terutama di China, Asia Timur,
dan Afrika. Hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia di beberapa provinsi
di Indonesia, persentase kecacingan berkisar antara 40%-60%. Sedangkan prevalensi
kecacingan pada anak di seluruh Indonesia pada usia 1-6 tahun atau usia 7-12 tahun berada
pada tingkat yang tinggi, yakni 30% hingga 90% (Depkes RI, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Nita Rahayu, dkk (2013) tentang hubungan perilaku
higienitas diri dan sanitasi sekolah dengan infeksi Soil Transmitted Helminths pada siswa
kelas III-VI Sekolah Dasar Negeri No. 5 Delod Peken Tabanan tahun 2014 menunjukkan
hasil perilaku higenitas yang dinilai meliputi: aktifitas mencuci tangan, penggunaan alas
kaki, kontak dengan tanah, kebersihan kuku, dan higenitas diri. Dari 105 sampel didapatkan
sebagian besar anak telah melakukan aktifitas menuci tangan dengan baik (76,2%),
menggunakan alas kaki dengan baik (95,2%), tidak kontak dengan tanah (81%), dengan
kebersihan kuku yang baik (72,4%), dan higenitas diri secara umum yang baik (65,7%).
Dari 105 sampel, didapatkan prevalensi infeksi kecacingan STH sebesar 7,6%. Berdasarkan
jenis cacing, infeksi terbanyak terjadi karena Trichuris trichiura (55,6%), Hookworm
(22,2%), Enterobius vermicularis (11,1%), dan Ascaris lumbricoides (11,1%). Sebagian
besar anak tergolong dengan higenitas baik (65,7%), sementara 34,3% tergolong dengan
higenitas buruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara higenitas diri dengan infeksi
STH (P=0,012), dimana faktor yang mempengaruhi adalah aktifitas mencuci tangan
(P=0,001) dan kontak dengan tanah (P=0,003). Sementara tidak didapatkan hubungan
infeksi STH dengan jenis kelamin (P=1), penggunaan alas kaki (P=0,333), dan kebersihan
kuku (P=0,141).
Penelitian yang dilakukan oleh Sukfitrianty Syahrir, dkk (2016) tentang faktor yang
berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa SDN Inpres No. 1 Wora Kecamatan
Wera Kabupaten Bima menunjukkan hasil hubungan kondisi jamban dengan kejadian
kecacingan menggunakan Uji Chi-Square diperoleh p> 0,05 berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara kondisi jamban dengan kejadian kecacingan pada siswa SDN Inpres
No. 1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Berdasarkan hubungan ketersediaan air
bersih dengan kejadian kecacingan menunjukkan bahwa responden yang memiliki
ketersediaan air bersih yang baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 62,5% dan
negatif sebanyak 37,5%, sedangkan dari responden yang memiliki ketersediaan air bersih
yang tidak baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 47,7% dan negatif sebanyak
52,6%, berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh nilai p (0.05 , 0,232) berarti tidak ada
hubungan antara ketersediaan air bersih dengan kejadian kecacingan pada siswa SDN
Inpres No. 1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Berdasarkan hubungan kebiasaan
mencuci tangan dengam kejadian kecacingan menunjukkan bahwa responden yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik ditemukan positif infeksi kecacingan
sebanyak 12,5% dan negatif sebanyak 87,5%, sedangkan dari responden yang memiliki
kebiasaan mencuci tangan yang tidak baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak
76,1% dan negatif sebanyak 23,9%. Berdasarkan hasil Fisher’s Exact Test dengan nilai
0,000, berarti ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengam kejadian kecacingan
kecacingan pada siswa SDN Inpres No. 1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima.
Berdasarkan hubungan antara kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan didapatkan
hasil observasi terhadap responden menunjukkan bahwa responden yang memiliki kuku
yang baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 13,2% dan negatif sebanyak
86,8%, sedangkan dari responden yang memiliki kebersihan kuku yang tidak baik
ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 92.5% dan negatif sebanyak 7,5%.
Berdasarkan hasil Fisher’s Exact Test dengan nilai 0,000, berarti ada hubungan antara
kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan kecacingan pada siswa SDN Inpres No. 1
Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
pencegahan oleh guru SDI Bertingkat Oebobo 2 terhadap penyakit cacingan”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:
Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan oleh guru SDI
Bertingkat Oebobo 2 terhadap penyakit cacingan?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan oleh guru SDI
Bertingkat Oebobo 2 terhadap penyakit cacingan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti
dalam menemukan dan memecahkan permasalahan dibidang kesehatan mengenai
pencegahan penyakit cacing pada anak-anak.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak kampus
untuk berpartisipasi dalam mempromosikan dan meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan penyakit cacing pada anak-anak.
3. Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan informasi bagi guru SDI Bertingkat Oebobo 2 mengenai pengetahuan
dengan tindakan pencegahan terhadap penyakit cacingan. Selain itu juga hasil
penelitian dapat menjadi masukkan bagi guru SDI Bertingkat Oebobo 2 untuk
memberikan informasi mengenai pencegahan cacingan sehingga anak-anak Sekolah
Dasar tidak menderita infeksi cacingan.

Anda mungkin juga menyukai