Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Step Zero Question Of Inquiry


Setiap tahun, sekitar 1.8 miliar orang terinfeksi oleh human
immunodeficiency virus (HIV) dan 36.7 milliar manusia di dunia hidup
dengan immune deficiency syndrome (AIDS), yang diantaranya 17.8 milliar
adalah wanita diatas 15 tahun (UNAIDS, 2017). Di Indonesia dilaporkan dari
bulan April sampai dengan Juni 2019 jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sebanyak 11.519 orang. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada
kelompok umur 25-49 tahun (71.1%), diikuti kelompok umur 20-14 tahun
(14.4%) dan kelompok umur ≥50 tahun (9%). Presentase faktor resiko HIV
tertinggi pada bulan April-Juni 2019 adalah hubungan seks beresiko pada
Lelaki Seks Lelaki (LSL) (18%), Heteroseksual (17%) serta penggunaan
jarum suntik tidak steril pada penasun (1%). Terjadi peningkatan jumlah
kasus HIV yang dilaporkan dibandingkan dengan triwulan I tahun 2018
(11.081 orang menjadi 11.519 orang).
Infeksi HIV pada seseorang akan menimbulkan berbagai persoalan
diantaranya pengungkapan penyakit, penggunaan obat, berbagai macam test
utnuk pengobatan, persoalan sosial seperti stigma dan diskriminasi, hal ini
mengarah ke benyak masalah pada kesehatan jiwa dari orang dengan
HIV/AIDS (ODHA). Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memiliki peluang 2-
5 kali lebih tinggi untuk mengalami depresi dan ansietas atau kecemasan dari
seluruh ODHA pada umumnya (Saadat & Behboodi, 2015). Hal ini
berhubungan atau dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya pengobatan
antiretroviral yang harus dijalani oleh ODHA (Gonzales, Batchleder, Psaros
& Safren, 2011; Tao et al., 2016), kualitas hidup yang buruk (Ezeamama et
al., 2016), dan rendahnya pengungkapan status HIV (Evangeline & Wroe,
2017).

1
Intervensi Cognitive Behavioural Therapy (CBT) pada ODHA dapat
membantu meningkatkan beberapa masalah diatas (Spaan, van Luenen,
Garnefski, dan Kraaij, 2018), seperti meningkatkan regulasi emosi yang dapat
menumbuhkan medorong perilaku kesehatan ke arah yang lebih baik
(Chibanda, Cowan, Healy, Abas, dan Lund, 2015; Moskowitz et al., 2014).

3.2 Step 1 PICOT Analysis

P : Patient with HIV/AIDS


I : CBT ( Cognitive Behavioural Therapy )
C : Not using comparative interventions
O : This CBT intervention is expected to improve the quality of life of
PLWHA (People Living With HIV/AIDS and reduce some
psychiatric problems including depression and anxiety.
T : This CBT is carried out in a span of 3-8 months, with a frequency of
1-2 times a week.

2
3.3 Step 2 Find Base Evidence Base
Pada pencarian evidence base practice pada pasien dengan HIV dan
AIDS, kami mencari di berbagai situs jurnal seperti Google Scholar, NCBI,
dan Science Direct. Dengan kata kunci people living with HIV/AIDS dengan
anxiety.

Ditemukan 240.000 jurnal HIV dari berbagai


webstite

19,578 jurnal di Science 341.000 jurnal di Google 120.000 jurnal NCBI


Direct Scholar

15 Jurnal dengan kriteria Tidak ditemukan jurnal 1 Jurnal dengan kriteri


inklusi dengan kriteria inklusi inklusi

1. Effects of cognitive- 1. The effect of cognitive


behavioural therapy behavioural therapy
on anxiety, depression on depression,
and condom use in anxiety, and stress in
people with HIV in women with HIV.
Mexico City: a pilot
study.
2. Mindfulness-based
Cognitive Behaviour
Therapy with
Emotionally disturbed
Adolescents affected
by HIV/AIDS.
3. Integrated Cognitive-
Behavioral Therapy
for Social Anxiety and
HIV/STI Prevention
for Gay and Bisexual
Men: A Pilot
Intervention Trial.
4. A Novel Integrated
Cognitive-Behavioral
Therapy for Anxiety
and Medication
Adherence Among
Persons Living With
HIV/AIDS.

3
Kriteria inklusi dalam pencarian jurnal ini adalah :
1. Jurnal keluaran 5 tahun terakhir
2. Jurnal berkaitan dengan ODHA dan anxiety
3. Jurnal merupakan intervensi / penelitian eksperimen
4. Diambil jurnal yang homogen

Kami menemukan 8 jurnal yang serupa, diantaranya :


1. Trevor A. Hart, Syed W. Noor, Julia R.G. Vernon, Martin M. Antony,
Sandra Gardner, Conall O'Cleirigh, 2019. Integrated Cognitive-
Behavioral Therapy for Social Anxiety and HIV/STI Prevention for Gay
and Bisexual Men: A Pilot Intervention Trial, Behavior Therapy.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S000578941930111
2. Cristina M. López, Christine K. Hahn, Amanda K. Gilmore, Carla
Kmett Danielson, Tailoring Cognitive Behavioral Therapy for Trauma-
Exposed Persons Living With HIV, Cognitive and Behavioral Practice.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1077722919300306
3. C.N. Pope, D. Stavrinos, D.E. Vance, A.J. Woods, T.R. Bell, K.K. Ball,
P.L. Fazeli, A pilot investigation on the effects of combination
transcranial direct current stimulation and speed of processing
cognitive remediation therapy on simulated driving behavior in older
adults with HIV, Transportation Research Part F: Traffic Psychology
and Behaviour, Volume 58, 2018. Pages 1061-1073, ISSN 1369-8478
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1369847817306502
4. Charles P. Brandt, Daniel J. Paulus, Monica Garza, Chad Lemaire,
Peter J. Norton, Michael J. Zvolensky, A Novel Integrated Cognitive-
Behavioral Therapy for Anxiety and Medication Adherence Among
Persons Living With HIV/AIDS, Cognitive and Behavioral Practice,
Volume 25, Issue 1, 2018, Pages 105-118, ISSN 1077-7229.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S107772291730029
5. Michael E. Newcomb, C. Andres Bedoya, Aaron J. Blashill, Jonathan
A. Lerner, Conall O’Cleirigh, Megan M. Pinkston, Steven A. Safren,

4
Description and Demonstration of Cognitive Behavioral Therapy to
Enhance Antiretroviral Therapy Adherence and Treat Depression in
HIV-Infected Adults, Cognitive and Behavioral Practice, Volume 22,
Issue 4, 2015, Pages 430-438, ISSN 1077-7229.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1077722914000133
6. Steven A Safren, C Andres Bedoya, Conall O'Cleirigh, Katie B Biello,
Megan M Pinkston, Michael D Stein, Lara Traeger, Erna Kojic,
Gregory K Robbins, Jonathan A Lerner, Debra S Herman, Matthew J
Mimiaga, Kenneth H Mayer, Cognitive behavioural therapy for
adherence and depression in patients with HIV: a three-arm
randomised controlled trial, The Lancet HIV, Volume 3, Issue 11,
2016, Pages e529-e538, ISSN 2352-3018.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352301816300534
7. Trevor A. Hart, Tyler G. Tulloch, Conall O’Cleirigh, Integrated
Cognitive Behavioral Therapy for Social Anxiety and HIV Prevention
for Gay and Bisexual Men, Cognitive and Behavioral Practice, Volume
21, Issue 2, 2014.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1077722913000606
8. Sannisha K. Dale, Steven A. Safren, Striving Towards Empowerment
and Medication Adherence (STEP-AD): A Tailored Cognitive
Behavioral Treatment Approach for Black Women Living With HIV,
Cognitive and Behavioral Practice, Volume 25, Issue 3, 2018.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1077722917301037

Dari beberapa jurnal diatas, dipilih 5 jurnal dengan variabel yang sama dan
sesuai dengan fenomena HIV yang kami temukan :
1. Nobakht, Atefeh & Mohraz, Minoo & Rahimzadeh, Mitra &
Tehranizadeh, Maryam & Behboodi Moghadam, Zahra &
Esmaelzadeh, Sara. (2018). The effect of cognitive behavioural therapy
on depression, anxiety, and stress in women with HIV. HIV & AIDS
Review. 17. 218-223. 10.5114/hivar.2018.78495.

5
https://www.researchgate.net/publication/328143327_The_effect_of_co
gnitive_behavioural_therapy_on_depression_anxiety_and_stress_in_wo
men_with_HIV
2. Mindfulness-based Cognitive Behaviour Therapy with Emotionally
disturbed Adolescents affected by HIV/AIDS.
3. Trevor A. Hart, Syed W. Noor, Julia R.G. Vernon, Martin M. Antony,
Sandra Gardner, Conall O'Cleirigh, 2019. Integrated Cognitive-
Behavioral Therapy for Social Anxiety and HIV/STI Prevention for Gay
and Bisexual Men: A Pilot Intervention Trial, Behavior Therapy.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S000578941930111
4. Charles P. Brandt, Daniel J. Paulus, Monica Garza, Chad Lemaire,
Peter J. Norton, Michael J. Zvolensky, A Novel Integrated Cognitive-
Behavioral Therapy for Anxiety and Medication Adherence Among
Persons Living With HIV/AIDS, Cognitive and Behavioral Practice,
Volume 25, Issue 1, 2018, Pages 105-118, ISSN 1077-7229.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S107772291730029
5. Integrated Cognitive-Behavioral Therapy for Social Anxiety and
HIV/STI Prevention for Gay and Bisexual Men: A Pilot Intervention
Trial.

6
7
3.4 Step 3 Critical Appraisal

The effect of cognitive Effects of cognitive- Mindfulness-based Integrated Cognitive- A Novel Integrated
behavioural therapy behavioural therapy Cognitive Behaviour Behavioral Therapy Cognitive-Behavioral
on depression, anxiety, on anxiety, depression Therapy with for Social Anxiety and Therapy for Anxiety
Judul
and stress in women and condom use in Emotionally disturbed HIV/STI Prevention and Medication
Jurnal
with HIV people with HIV in Adolescents affected for Gay and Bisexual Adherence Among
Mexico City: a pilot by HIV/AIDS Men: A Pilot Persons Living With
study Intervention Trial HIV/AIDS
Negara Kota Karaj, Iran Mexico City Delhi, India Toronto, Canada Housdton, Texas
Populasi pada Populasi pada Populasi dari penelitian Populasi dari penelitian Populasi dari penelitian
penelitian ini 60 penelitian ini ini adalah 12 remaja ini adalah 21 orang ini adalah 3 ODHA
perempuan dengan berjumlah 11 pasien di dengan rentang usia 13 GBM (Gay dan dewasa dengan
rentang usia 15-45 klinik HIV di kota sampai 16 tahun yang Bisexual Men) dengan masalah ketidaktaatan
tahun HIV dengan Mexico dengan HIV, mempunyai masalah HIV negatif yang pengobatan dan
P
masalah kejiwaan yang memiliki internal, depresi, mengalami depresi dan peningkatan stress dan
dengan tanda dan depresi/ansietas ansietas, putus asa, dan ansietas. ansietas.
gejala stress, ansietas, sedang/ringan. stress.
dan depresi.

8
Cognitive behavioural Cognitive behavioural Cognitive behavioural Cognitive behavioural Cognitive behavioural
I
therapy therapy therapy therapy therapy
Pada penelitian ini Penelitian ini Pada penelitian ini Pada penelitian ini Pada penelitian ini
peneliti menggunakan mengguankan metode peneliti menggunakan peneliti menggunakan peneliti menggunakan
metode penelitian penelitian Singel case metode pre post test pre test dan post test, penelitian kualitatif
kelompok intervensi experimental design dimana sebelum sebelum dilakukan dengan metode case
dan kelompok kontrol. dimana peneliti dilakukan CBT peneliti CBT sampel diberikan study.
C
30 pasien kelompok menggunakan mengukur skala kuesioner dan
kontrol dan 30 pasien subjek/sampel sebagai ansietas terlebih dahulu diberikan kuesioner
kelompok intervensi. kontrolnya sendiri. dan dibandingkan lagi setelah dilakuakan
dengan nilai saat post CBT.
intervensi.
Hasil penelitian Hasil penelitian ini Hasil penelitian Hasil pada penelitian Hasil penelitian
menunjukan tingkat menunjukan penurunan menunjukan hasil yang ini dalam variabel menunjukan adanya
depresi, ansietas, dan tingkat depresi dan signifikan pada skor social anxiety terlihat perubahan tingkat
O stress di dalam ansietas pada sampel ansietas dari 42.25 penurunan yang ansietas yang
kelompok intervensi dengan hasil depresi menjadi 33.68 pada signifikan pada sampel bermakna pada pasien
dari waktu ke waktu (p=0.003) dan ansietas sampel penelitian, dan (dari 95% ke 45% ke HIV terlihat pada
berubah, dengan hasil (p=0.003). dapat disimpulkan 30% ke 30% pada minggu saat follow-up

9
berturut-turut terdapat perubahan setiap waktu: p<0.001) ke 3 dan minggu ke 6
(p=0.002), (p=0.000) , bermakna pada tingkat dan penurunan yang penelitian. Terdapat
(p=0.04) dan terdapat ansietas sampel. signifikan juga pada penurunun tanda dan
perbedaan yang sangat mean scores di gejala ansietas
signifikan antara Liebowitz Social signifikan pada pasien
kelompok intervensi Anxiety Scale (dari 1 dan 2.
dan kelompok kontrol 62.86 ke 48.45 ke
(p=0.0003), (p=0.000), 44.95 ke 44.95 ke
(p=0.000). 42.29 : p<0.001)
Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan
selama 5 bulan, dari selama 8 bulan, dari selama 3 bulan pada selama 6 bulan tahun 6 bulan pada tahun
bulan April 2017 Juli 2013 sampai tahun 2010. Terbagi 2019, dilakukan 2018. Dilakukan dalam
hingga Agustus 2017. Februari 2014. CBT dalam 6 sesi dan follow-up selama 3 dan 10 sesi konseling CBT
Terbagi dalam 6 sesi terbagi dalam 6 sesi, dilakukan 1 kali dalam 6 bulan. Satu sesi dilakukan 50 menit
T
dengan rentang waktu dalam satu kali sesi 60 1 minggu. terdapat 2 materi, dan untuk setiap kali sesi
2 kali dalam satu menit. Intervensi dilakukan selama 60 apda setiap sampel.
minggu. Satu sesi dilakukan 1 kali dalam menit.
konseling dilakukan 1 minggu.
dalam 90 menit.

10
Kelebihan penelitian Kelebihan dari Penelitian ini memiliki Pada analisis kuesioner Penelitian ini
ini menggunakan penelitian ini adalah kelebihan dalam segi dalam penelitian ini, menggunakan jenis
metode penelitian metode penelitian yang pengisian kuesioner, analisis dilakukan penelitian kualitatif,
perbandingan dengan digunakan berupa karena setiap setelah follow up setiap bulan, dimana kondisi umum
kelompok kontrol dan metode penelitian diberikan intervensi jadi perubahan tingkat dan kondisi sampel
kelompok intervensi. khusus bagi penelitian CBT pengisian ansietas pada sampel secara kognitif dapat
Jadi hasil dari psikologi pada kuesioner dilakukan, terlihat pada setiap terlihat dengan sangat
intervensi yang seseorang, yaitu Singel jadi perubahan dapat bulan setelah dilakukan baik. Menggunakan
dilakukan lebih terlihat case experimental. dilihat dalam setiap CBT beberapa sesi. metode penelitian studi
KELEBIHAN perbandingannya Metode ini post intervensi dalam kasus, yang sangat
dengan kelompok menggunakan sampel satu sesi CBT. menggambarkan
kontrol. Juga peneliti sebagai kontrol itu bagaimana perubahan
melakukan CBT ini 2 sendiri, jadi tidak sampel dalam 6 bulan
kali dalam seminggu membandingkan dilakukannya
sehingga pertemuan dengan sampel lain. intervensi.
dengan klien lebih Karena setiap kondisi
banyak dibandingkan psikologis seseorang
dengan penelitian lain. tidak bisa disamakan
dengan orang lain.

11
Kurangnya kontrol Penelitian ini tidak Kekurangan dari Kekurangan penelitian Sampel pada penelitian
pada sampel saat menggunakan penelitian ini adalah terletak di bagian ini sangat sedikit,
dilakukannya kelompok metode penelitian tidak metode penelitian yang berbanding dengan
penelitian follow-up pembanding/intervensi menggunakan hanya menggunakan hasil penelitian yang
sesions dalam sesi pembanding untuk kelompok kontrol dan pre dan post test tidak banyak dan luas.
edukasi yang menunjukan bahwa kelompok intervensi. mengggunakan Meskipun dalam
menggunakan internet CBT adalah intervensi Jadi tidak terlihat kelpmpok pembanding penelitian ini peneliti
KEKURANGAN sebagai media yang lebih baik dari perbedaan perubahan sebagai acuan adanya menggunakan
komunikasi. pada intervensi lainnya. yang terjadi pada perubahan yang demografi sampel yang
pasien yang diberikan bermakna pada berbeda, sampel
intervensi atau pada intervensi CBT. penelitian baiknya
yang diberikan lebih besar.
intervensi lain atau
sama sekali tidak
menerima intervensi.
Penelitian ini Hasil pengukuran Penelitian menunjukan Penurunan ansietas Seluruh sampel
menunjukan perubahan ansietas menunjukan hasil yang signifikan pada sampel penelitian dilaporkan
ANALISIS
tingkat ansietas selama penurunan yang pada skor ansietas dari mengalami kemajuan mengalami gejala
dilakukannya signifikan (p<0.001). 42.25 menjadi 33.68. yang signifikan oleh ansietas diatas rata-

12
implementasi dalam Dalam penelitian ini Hasil ini mengindikasi intervensi CBT. CBT rata, dan mengalami
intervensi grup berubah terlihat bahwa CBT perubahan signifikan berpengaruh terhadap penurunan yang
dengan nilai berarti dapat menurunkan pada sampel yang kognitif pasien tentang signifikan dalam 1
(p<0.001), dan terdapat tingkat depresi dan menerima CBT. rencana pengobatan bulan pertama setelah
perbedaan yang ansietas pada ODHA Perubahan terjadi pada dan masalah psikologis intervensi CBT.
signifikan (p<0.001). dan sebagai dukungan 91% sampel. seperti ansietas pada
CBT pada sampel dalam akuisisi individu kondisi kesehatan
menunjukan kemajuan untuk kemampuan sampel.
dan peningkatan spesifik yang bisa
ansietas dan stress. dilakukan.
CBT ini menstimulasi
kognitif setiap sampel
untuk mengungkapkan
perasaan, kesadaran
akan penyakitnya,
masalah psikologis
yang dia hadapi, dan
cara menurunkan stress
dengan relaksasi.

13
Step 4 Apply Information In Clinical Experience
Terapi perilaku kognisi merupakan terapi yang menekankan dalam proses
proses belajar untuk memperbaiki perilaku seseorang dan juga mempertahankan
perilaku yang di inginkan. Dalam proses therapi, klien didorong untuk mengenali
sejumlah hubungan antara pikirannya dengan respon terhadap situasi sosial yang
dihadapi. CBT seringkali melibatkan bentuk pelatihan maupun keterampilan
dalam penyelesaian masalahnya. Pelatihan tersebut telah banyak di pelajari dan
juga banyak terbukti keberhasilannya untuk mengatasi sejumlah gangguan
perilaku pada anak maupun dewasa.
Terapi CBT menerapkan sebuah teknik yang menekankan pada kondisi
kognisi tertentu dan dirancang guna menghasilkan sebuah perubahan di dalam
proses berpikirnya dan dengan demikian diharapkan terjadi perubahan perilaku
ataupun mood. CBT pun dapat memberikan penekanan terhadap proses belajar
dan juga cara dimana kondisi lingkungan luar dapat memberikan dampak untuk
merubah baik kondisi kognisi maupun perilaku (Himelhoch S, Medoff D,
Maxfield J, et al, 2013).
Terapi CBT ini dapat menurunkan tingkat ansietas seseorang terutama
pada ODHA. CBT berfokus pada melatih kognitif pasien untuk berfikir positif
dan melatih kemampuan sosial seseorang dengan orang lain, serta mengenali
penyakitnya dan bagaimana mengatasi masalah-masalah yang timbul dari
penyakit yang dialaminya. Keefektifitasan CBT dalam menurunkan tingkat
ansietas pada ODHA terbukti dalam beberapa jurnal berikut.
Trevor A. Hart, Syed W. Noor, Julia R.G. Vernon, Martin M. Antony,
Sandra Gardner, Conall O'Cleirigh, 2019. Integrated Cognitive-Behavioral
Therapy for Social Anxiety and HIV/STI Prevention for Gay and Bisexual Men: A
Pilot Intervention Trial, Behavior Therapy. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan pre test dan post test, sebelum dilakukan CBT sampel diberikan
kuesioner dan diberikan kuesioner lagi setelah dilakuakan CBT. Hasil pada
penelitian ini dalam variabel social anxiety terlihat penurunan yang signifikan
pada sampel (dari 95% ke 45% ke 30% ke 30% pada setiap waktu: p<0.001) dan
penurunan yang signifikan juga pada mean scores di Liebowitz Social Anxiety

14
Scale (dari 62.86 ke 48.45 ke 44.95 ke 44.95 ke 42.29 : p<0.001). Dapat terlihat
bahwa CBT merupakan intervensi yang baik dalam menurunkan tingkat ansietas
pada ODHA.
Charles P. Brandt, Daniel J. Paulus, Monica Garza, Chad Lemaire, Peter J.
Norton, Michael J. Zvolensky, A Novel Integrated Cognitive-Behavioral Therapy
for Anxiety and Medication Adherence Among Persons Living With HIV/AIDS,
Cognitive and Behavioral Practice. Hasil penelitian menunjukan adanya
perubahan tingkat ansietas yang bermakna pada pasien HIV terlihat pada minggu
saat follow-up ke 3 dan minggu ke 6 penelitian. Terdapat penurunun tanda dan
gejala ansietas signifikan pada pasien 1 dan 2. Penelitian ini dilakukan 6 bulan
pada tahun 2018. Dilakukan dalam 6 sesi konseling CBT dilakukan 50 menit
untuk setiap kali sesi apda setiap sampel.
Mindfulness-based Cognitive Behaviour Therapy with Emotionally
disturbed Adolescents affected by HIV/AIDS. Hasil penelitian menunjukan hasil
yang signifikan pada skor ansietas dari 42.25 menjadi 33.68 pada sampel
penelitian, dan dapat disimpulkan terdapat perubahan bermakna pada tingkat
ansietas sampel setelah dilakukan intervensi CBT.
Integrated Cognitive-Behavioral Therapy for Social Anxiety and HIV/STI
Prevention for Gay and Bisexual Men: A Pilot Intervention Trial. Hasil pada
penelitian ini dalam variabel social anxiety terlihat penurunan yang signifikan
pada sampel (dari 95% ke 45% ke 30% ke 30% pada setiap waktu: p<0.001) dan
penurunan yang signifikan juga pada mean scores di Liebowitz Social Anxiety
Scale (dari 62.86 ke 48.45 ke 44.95 ke 44.95 ke 42.29 : p<0.001).

Step 5 Evaluation
CBT (Cognitive Behaviour Therapy) dari beberapa jurnal diatas
menunjukan keefektifitasannya dalam menurunkan tingkat ansietas pada ODHA.
Juga jurnal-jurnal diatas tidak hanya melakukan intervensi tunggal, peneliti juga
membandingkan kelompok yang tidak menerima CBT. Hasil dari kelompok
pembading tersebut juga terlihat perbedaan yang bermakna dan menunjukan
tingkat efektifitas yang tinggi dari intervensi CBT. Dilihat dari segi penggunaan

15
standar operasional prosedur, jurnal-jurnal ini menggunakan SOP yang berbeda-
beda. Berikut analisis SOP pada CBT dalam setiap jurnal dan bagaimana cara
kerjanya.
Dalam jurnal pertaman “The effect of cognitive behavioural therapy on
depression, anxiety, and stress in women with HIV”, melakukan CBT dengan
menggunakan 6 sesi komunikasi. Sesi 1: Bertanya tentang penyakit dan perasaan
yang mereka alami ketika mereka ditemukan terinfeksi. Sikap dan keyakinan
pasien tentang HIV. Sesi 2: Kesadaran pasien tentang dampak penyakit pada
tubuh dan pikiran, cara-cara mengatasinya, pengalaman tidak menyenangkan yang
berdampak negatif pada kesehatan mental. Sesi 3: Pertanyaan tentang masalah
psikologis yang dihadapi, identifikasi keinginan individu untuk mengubah
hubungan mereka dengan orang lain. Berbicara tentang perilaku yang
menyebabkan pasien menjadi terganggu dan memberikan strategi dan praktik
untuk menghadapi mereka, dan merekomendasikan partisipasi dalam sesi
kelompok di pusat-pusat konseling perilaku. Sesi 4: Penjelasan strategi
peningkatan mental dan emosional individu, mengurangi stres, konsentrasi
mental, dan relaksasi. Sesi 5: Mengulangi latihan sebelumnya, menjelaskan
diskriminasi dan stigma, dan mengatasinya. Memberi tahu individu tentang
pemikiran positif dan menghindari pikiran negatif. Sesi 6: Mengulangi latihan
sebelumnya, menyimpulkan sesi sebelumnya.
Effects of Cognitive-behavioural therapy on anxiety, depression and condom use
ini people with HIV in Mexico City : A Pilot Study. Pada jurnal ini CBT
menggunakan 6 step pendekatan kognitif. Standar Operasional Prosedur CBT :
1. Psiko-pendidikan, restrukturisasi kognisi maladaptif, aktivasi perilaku,
pelatihan keterampilan pemecahan masalah dan teknik relaksasi.
2. Merestrukturisasi pengenalan adaptif, analisis keuntungan dan kerugian, dan
pengambilan keputusan, citra, selfinstructions.
3. Psiko-pendidikan, restrukturisasi pengetahuan adaptasi fisik, melatih
keterampilan dalam memecahkan masalah, menganalisis keuntungan dan
kerugian serta pengambilan keputusan.

16
4. Psiko-pendidikan, pemecahan masalah, kontrol stimulus, manajemen
kontingensi, analisis fungsional perilaku.
5. Psiko-pendidikan, pemodelan, manajemen kontingensi.
6. Pelatihan keterampilan sosial, ketegasan, dan pemecahan masalah.

Mindfulness-based Cognitive Behaviour Therapy with Emotionally disturbed


Adolescents affected by HIV/AID, dalam jurnal ini menggunakan 6 sesi konseling
yang terdiri dari : Konseling Perilaku Kognitif, Self-monitoring & penjadwalan
kegiatan, Pemantauan diri & peringkat penguasaan kesenangan, Pemantauan diri
& peringkat penguasaan kesenangan, tinjauan Meditasi Terpandu dan konseling
CB Latihan kesadaran diri & Kontrol, Restrukturisasi kognitif, restrukturisasi
kognitif; pekerjaan rumah tugas, Restrukturisasi kognitif, pekerjaan rumah tugas,
restrukturisasi kognitif, tugas pekerjaan rumah, Kontrol Ulasan Ulasan dan
konseling CB, Konseling CB, persiapan penghentian, dan wacana dan
Pengakhiran Ulasan dan terminasi.
Dalam jurnal ke 3 yang kami analisis, A Novel Integrated Cognitive-Behavioral
Therapy for Anxiety and Medication Adherence Among Persons Living With
HIV/AIDS, Cognitive and Behavioral Practice, menggunakan 6 step konsultasi
kognitif dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Sesi 1 — Sesi ini berfungsi sebagai kesempatan bagi terapis untuk
membahas masalah terkait kecemasan dan HIV dengan pasien dan
membangun hubungan terapeutik. Selain itu, Sesi 1 menggabungkan
tinjauan umum tentang program HAMRT dan alasan terapeutik,
psikoedukasi tentang kegelisahan dan emosi, manfaat kesehatandan tinjauan
umum model berbasis CBT untuk HIV dan kecemasan. Pemecahan masalah
untuk ketidakpatuhan pengobatan HIV kemudian dibahas, termasuk
hambatan yang dapat mengganggu kepatuhan pengobatan (mis., Lupa),
rencana khusus untuk mengatasi hambatan ini (mis., Mendapatkan kotak pil,
mengatur alarm harian), dan memberlakukan rencana ini. Pasien diminta
untuk melacak manajemen pengobatan HIVnya serta gejala kecemasan dan
dampak yang terkait dengan pekerjaan rumah sebelum Sesi 2.

17
2. Sesi 2 — Sesi ini berfokus terutama pada restrukturisasi kognitif, yang
disebut “Mengubah Pikiran Saya” dalam manual pasien HAMRT, dalam
upaya untuk mengurangi jargon dan membuat perawatan lebih mudah
didekati oleh individu masyarakat. Pertama, pekerjaan rumah ditinjau. Jika
pekerjaan rumah tidak selesai, wawancara motivasi digunakan untuk
meningkatkan motivasi pasien. Jika pekerjaan rumah diselesaikan dengan
hasil yang tidak optimal (mis., Melacak obat, tetapi melewatkan banyak
dosis pada minggu sebelumnya), hambatan diatasi dan rencana untuk
mengatasi hambatan ini dikembangkan. Kemudian, model CBT untuk HIV
dan kecemasan dibahas. Ulasan khusus adalah cara-cara di mana HIV dan
kecemasan dapat berdampak satu sama lain dan bagaimana kecemasan
dapat mempengaruhi interpretasi gejala gairah yang ditimbulkan oleh HIV.
Kemudian, pasien dipimpin melalui diskusi tentang bentuk dan fungsi
pikiran otomatis yang tidak membantu dan negatif. Strategi untuk
menantang dan menyesuaikan pikiran otomatis negatif dibahas, dan pasien
berlatih membantah pikiran negatif dengan bimbingan dari terapis.
Akhirnya, hierarki ketakutan dibuat, dan pekerjaan rumah diberikan,
termasuk meninjau hierarki dan menyelesaikan dua latihan restrukturisasi
kognitif secara mandiri. Hirarki ketakutan digunakan untuk menentukan
peringkat pemicu (situasi, objek, ingatan, dll.) Dalam hal berapa banyak
kesusahan yang akan mereka peroleh pada skala subyektif skala kesulitan
(SUDS). Peringkat SUDS berkisar dari 0 (tanpa tekanan) hingga 100
(tekanan maksimum yang mungkin). Peserta didorong untuk menyelesaikan
hierarki ketakutan mereka, dan terus melacak kepatuhan pengobatan mereka
untuk pekerjaan rumah.
3. Sesi 3 — Sesi ini dimulai dengan tinjauan pekerjaan rumah, termasuk
penyelesaian masalah tentang kesulitan dengan latihan restrukturisasi
kognitif, dan ulasan tentang hierarki ketakutan. Selama Sesi 3,
restrukturisasi kognitif dilanjutkan dan latihan paparan interoceptive (IE)
(tugas tantangan fisik yang dirancang untuk memperoleh sensasi yang mirip
dengan sensasi fisik yang terkait dengan kecemasan) diperkenalkan.

18
Contohnya termasuk bernapas melalui pengaduk kopi untuk memaksakan
kekurangan oksigen jangka pendek dan hiperventilasi paksa. Tugas tersebut
telah terbukti secara konsisten mengurangi tingkat sensitivitas kecemasan
(Boswell et al., 2013). Minimal tiga latihan IE dilakukan untuk
menunjukkan kepada pasien bahwa gejala fisik yang terkait dengan
kecemasan adalah normal, oke, seperti yang diharapkan, dan akan
berkurang dengan latihan. Pekerjaan rumah untuk minggu ini mencakup
minimal tiga sesi latihan di rumah untuk latihan IE dan pelacakan kepatuhan
pengobatan HIV. Setelah Sesi 3 peserta dinilai kembali untuk mengindeks
kemajuan pengobatan.
4. Sesi 4 — Sesi ini dimulai dengan tinjauan pekerjaan rumah, termasuk
penyelesaian masalah tentang kesulitan dengan kepatuhan pengobatan HIV
dan latihan paparan IE. Sesi 4 kemudian merangkum keterampilan yang
dipelajari hingga saat ini dalam perawatan, dan kesulitan yang tersisa
dibahas. Setelah ini, latihan paparan menjadi fokus utama dari semua sesi
yang tersisa; sesi ini disebut "Menghadapi Ketakutan Saya" dalam manual
pasien. Selama Sesi 4, dasar pemikiran untuk paparan dibahas dan, bersama-
sama, pasien dan terapis memilih situasi yang ditakuti dari hirarki ketakutan
dan setuju untuk "menghadapi ketakutan." Pemilihan paparan dilakukan
secara kolaboratif, diarahkan oleh pasien sebanyak mungkin. Eksposur
pertama biasanya dalam SUDS kisaran 50-60 untuk menghindari kecemasan
yang mungkin membanjiri pasien. Setelah pemilihan tugas pajanan,
restrukturisasi kognitif dilakukan tentang pemikiran yang terjadi selama
pajanan. Kemudian, eksposur dilakukan dalam sesi. Pasien ditanya
peringkat SUDS-nya selama paparan. Biasanya, SUDS meningkat dengan
paparan awal, dan berkurang seiring waktu untuk menunjukkan pembiasaan
terhadap paparan. Pasien ditanyai dan mengucapkan selamat setelah selesai
paparan pertama. Pasien kemudian diberi pekerjaan rumah untuk melakukan
paparannya sendiri di luar terapi pada sesi berikutnya dan melanjutkan
pelacakan kepatuhan pengobatan HIV. Paparan pekerjaan rumah biasanya
mirip dengan yang dipraktikkan dalam sesi atau ekstensi (yaitu, peringkat

19
SUDS yang sedikit lebih besar). Tujuannya adalah untuk memfasilitasi
pembiasaan dan generalisasi ke pengaturan "dunia nyata".
5. Sesi 5 — Sesi ini dimulai dengan tinjauan pekerjaan rumah dan kesulitan
dengan latihan paparan atau pengobatan yang dibahas dan rencana dibuat
untuk mengatasi hambatan apa pun. Kemudian latihan paparan lain dipilih
untuk dilakukan selama sesi. Untuk latihan pajanan ini, pasien mengambil
peran yang lebih utama dalam pemilihan latihan pajanan dengan dukungan /
dorongan dari terapis sesuai kebutuhan. Peserta didiskusikan setelah
paparan insesi, dan ditugaskan paparan lain untuk pekerjaan rumah. Peserta
juga ditugaskan untuk melanjutkan kepatuhan pengobatan sebagai latihan
pekerjaan rumah.
6. Sesi 6 — Selama Sesi 6, pekerjaan rumah dibahas dan latihan pemaparan
sesi terakhir dilakukan. Latihan paparan ini dipilih dan dipimpin oleh
pasien, dan difasilitasi oleh terapis. Setelah itu, pekerjaan pencegahan
kambuh mencakup diskusi tentang pentingnya terus menghadapi rasa takut
dan kecemasan, serta tanda-tanda kekambuhan dan kambuh serta strategi
untuk kemajuan yang berkelanjutan. Ringkasan strategi untuk melanjutkan
kepatuhan pengobatan juga dibahas. Pada titik ini, pasien menyelesaikan
penilaian pasca perawatan mereka dan dijadwalkan untuk sesi tindak lanjut
pasca perawatan 1 bulan.
Integrated Cognitive-Behavioral Therapy for Social Anxiety and HIV/STI
Prevention for Gay and Bisexual Men: A Pilot Intervention Trial. Dalam jurnal ini
menggunakan 10 sesi konsultasi kognitif dengan penjelasan sebagai berikut :
Sesi 1-2 fokus pada sejarah seksual dan hubungan peserta, tujuannya
untukhubungan dan jenis kelamin yang memuaskan, dan tujuan mengenai
pengurangan kecemasan sosial dan risiko HIV pengurangan (mis., menghindari
CAS dengan mitra biasa). Sesi ini bukan didaktik, tetapi sebagai gantinya bahas
perilaku seksual peserta dan bagaimana peserta dapat mengurangi risiko HIV-nya
dengan cara-cara yang konsisten dengan nilai-nilainya sendiri. Sesi 3-4 meninjau
peran kecemasan sosial dan substansi dalam penghindaran sosial dan risiko HIV,
dan menciptakan hierarki rasa takut peserta ketakutan sosial. Dalam Sesi 5-6,

20
peserta belajar dan mempraktikkan restrukturisasi kognitif dan keterampilan
koping untuk mengurangi kecemasan. Di Sesi 7-9, peserta menyelesaikan sesi dan
keluar paparan sesi untuk situasi yang ditakuti menggunakan keterampilan
restrukturisasi kognitif baru mereka, dan tanpa menggunakan alkohol dan zat
lainnya. Misalnya, beberapa peserta melaporkan ingin bisa berkencan, bertemu
pasangan seksual sambil mabuk, atau untuk menegaskan penggunaan kondom
dalam situasi seksual. Terapis mendorong peserta untuk memilih situasi terkait
dengan situasi romantis atau seksual tetapi diizinkan untuk memilih satu eksposur
terkait nonsituasi romantis atau seksual (mis., berbicara dengan teman baru).
Untuk memastikan penggunaan narkoba tujuan manajemen terpenuhi, Sesi 9
berfokus pada paparan yang terkait dengan penggunaan narkoba manajemen
dalam situasi romantis atau seksual (mis., membatasi asupan alkohol sebelum
kencan, menolak.

Step 6 Desemination
Terapi CBT menerapkan sebuah teknik yang menekankan pada kondisi
kognisi tertentu dan dirancang guna menghasilkan sebuah perubahan di dalam
proses berpikirnya dan dengan demikian diharapkan terjadi perubahan perilaku
ataupun mood. CBT pun dapat memberikan penekanan terhadap proses belajar
dan juga cara dimana kondisi lingkungan luar dapat memberikan dampak untuk
merubah baik kondisi kognisi maupun perilaku (Himelhoch S, Medoff D,
Maxfield J, et al, 2013).
Terapi CBT ini dapat menurunkan tingkat ansietas seseorang terutama
pada ODHA. CBT berfokus pada melatih kognitif pasien untuk berfikir positif
dan melatih kemampuan sosial seseorang dengan orang lain, serta mengenali
penyakitnya dan bagaimana mengatasi masalah-masalah yang timbul dari
penyakit yang dialaminya.
Dapat disimpulkan dari 5 jurnal diatas, intervensi pada pasien ODHA
dapat dan penting dilakukan dalam intervensi keperawatan guna menurunkan
tingkat ansietas pada ODHA. Intervensi Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
pada ODHA dapat membantu meningkatkan beberapa masalah diatas (Spaan, van

21
Luenen, Garnefski, dan Kraaij, 2018), seperti meningkatkan regulasi emosi yang
dapat menumbuhkan medorong perilaku kesehatan ke arah yang lebih baik
(Chibanda, Cowan, Healy, Abas, dan Lund, 2015; Moskowitz et al., 2014).

22

Anda mungkin juga menyukai