Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
Dra. Refdanita, MSi, Apt
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas berkah dan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Interaksi Obat tepat
pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat mengharapkan
masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Dra. Refdanita, MSi, Apt selaku dosen mata kuliah Interaksi Obat.
Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya terutama bagi penulis sendiri.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari
dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang
pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang Sama dan mendapat resep obat
yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa
penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko
obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui
bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi
yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy
cukup banyak.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa
tentantang interaksi obat terhadap kasus khusus dan cara penangananya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bilamana dua atau lebih obat yang diambil secara bersamaan, ada kemungkinan
akan ada sebuah interaksi di antara obat-obatan tersebut. Interaksi dapat meningkatkan
atau menurunkan efektivitas dan / atau efek samping dari obat. Hal ini juga dapat
mengakibatkan efek samping yang baru, yaitu efek samping yang tidak terlihat dengan
menggunakan salah satu obat itu sendiri. Kemungkinan interaksi obat meningkat sebagai
jumlah obat yang diambil oleh pasien meningkat. Oleh karena itu, orang-orang yang
mengambil beberapa jenis obat untuk pengobatan merupakan resiko besar untuk
interaksi. Interaksi obat berkontribusi pada biaya kesehatan yang disebabkan oleh biaya
perawatan medis yang diperlukan untuk merawat mereka. Interaksi juga dapat
mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan yang dapat dihindarkan.
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai interaksi antara obat dan zat lainnya
yang mencegah obat bekerja/melakukan seperti yang diharapkan. Definisi ini berlaku
untuk interaksi obat-obatan dengan obat-obatan lainnya (obat – interaksi obat), serta obat-
obatan dengan makanan (interaksi obat - makanan) dan zat lainnya.
5
akhirnya, mereka berpengaruh. Sebaliknya, bila penyerapan obat-obatan berkurang oleh
makanan, maka obat diambil pada waktu perut kosong.
Interaksi obat yang paling banyak dikuatirkan adalah yang mengurangi dari efek
yang diinginkan atau meningkatkan efek merugikan dari obat itu sendiri. Obat yang
mengurangi penyerapan atau meningkatkan metabolisme atau penghapusan obat lainnya
cenderung mengurangi efek dari obat yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan
terapi atau memerlukan peningkatan dosis obat agar berpengaruh. Sebaliknya, obat-
obatan yang meningkatkan penyerapan atau mengurangi eliminasi atau metabolisme obat
lain yang meningkatkan konsentrasi obat-obatan lain di dalam tubuh dan menyebabkan
lebih banyak efek samping. Terkadang, obat berinteraksi karena mereka menghasilkan
efek samping yang serupa. Oleh karena itu, bila kedua obat yang menghasilkan efek
samping yang sama digabungkan, frekuensi dan kerasnya dari efek samping yang
meningkat.
Interaksi obat adalah kompleks dan terutama yang tidak terduga. interaksi yang
dikenal mungkin tidak terjadi di setiap individu. Hal ini dapat dijelaskan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan bahwa terdapat interaksi yang
dikenal yang akan terjadi. Faktor-faktor tersebut termasuk perbedaan antara individu
dalam fisiologi, usia, gaya hidup (diet, latihan), yang berpenyakit, dosis obat, lamanya
terapi gabungan, dan waktu relatif dari administrasi dua zat. (Terkadang, interaksi dapat
dihindari jika dua obat yang diambil pada waktu yang berbeda.) Namun demikian,
interaksi obat yang signifikan sering terjadi dan mereka menambahkan jutaan dolar untuk
biaya kesehatan. Selain itu, banyak obat telah ditarik dari pasar karena potensi untuk
berinteraksi dengan obat lain dan menyebabkan masalah kesehatan serius.
1. Memberi penyedia layanan kesehatan daftar yang lengkap dari seluruh obat-obatan
yang anda gunakan atau telah digunakan dalam beberapa hari lalu. Ini harus
6
mencakup pengobatan over-the-counter, vitamin, makanan suplemen, dan herbal
remedies.
2. Memberitahu penyedia layanan kesehatan bila ada obat tambahan atau yang
dihentikan.
4. Bertanya kepada penyedia layanan kesehatan anda tentang hal yang paling serius
atau seringnya interaksi obat dengan obat yang anda gunakan.
5. Sejak frekuensi interaksi obat meningkat dengan sejumlah obat, bekerja sama
dengan penyedia layanan kesehatan anda untuk menghilangkan obat yang tidak
diperlukan.
6. Laporan singkat mengenai interaksi obat ini tidak menutup kemungkinan setiap
skenario. Pembaca tidak boleh takut untuk menggunakan obat karena potensi
terjadinya interaksi obat. Sebaliknya, mereka harus menggunakan informasi yang
tersedia bagi mereka untuk meminimalkan resiko interaksi seperti ini dan untuk
meningkatkan keberhasilan terapi mereka.
Obat dapat mengganggu penyerapan obat lain dalam usus, peredarannya dalam
darah atau penyerapannya oleh sel. Antagonisme (pertentangan) berarti bahwa satu obat
menghambat atau mengurangi dampak obat yang lain.
Bila dua obat bekerja sama terhadap satu sasaran untuk membuat tanggapan yang
lebih besar daripada dampaknya masing-masing, cara kerja dua obat semacam ini disebut
sinergi (1+1=lebih dari 2). Bila satu obat memperkuat dampak obat lain dengan cara
meningkatkan tingkat obat yang lain tersebut dalam darah, hal ini disebut potensiasi
(a+b=lebih banyak b daripada yang biasa). Ini adalah cara kerja ritonavir bila dicampur
dengan saquinavir atau indinavir. Obat juga dapat berinteraksi di dalam tubuh waktu
mereka diproses, atau dimetabolisme.
7
2.6 Mekanisme interaksi obat
Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-obatan lain,
makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila ada peningkatan atau
penurunan dalam:
(3) perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme) ; dan
Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari dalam penyerapan,
metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi obat juga dapat terjadi bila dua obat
yang sama (tambahan) efek atau berlawanan (membatalkan) efek bertindak bersama pada
tubuh. Sumber lain dari interaksi obat terjadi ketika obat mengubah satu konsentrasi dari
bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh. Perubahan yang substansi ini mengurangi atau
meningkatkan efek obat lain yang sedang diambil. Interaksi obat antara warfarin
(Coumadin) dan vitamin K yang mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis
interaksi. Warfarin bertindak dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K
didalam tubuh. Karena itu, bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek warfarin.
Interaksi farmasetika/Inkompabilitas
Interaksi farmakokinetika
Interaksi farmakodinamik
8
2.7.1 Interaksi farmasetika
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-
kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik
obat. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan
secara bersamaan, misalya dalam infus atau suntikan . Campuran penisilin (atau
antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak
dianjurkan. Walaupun obat-obat ini pemakaian kliniknya sering bersamaan, jangan
dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk
menghindari interaksi farmasetik ini mencakup:
Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat.
Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus.
Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara
pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksiinfus dan
lain-lain)
Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna, kekeruhan, presipitasi dan lain-lain
dari larutan.
Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun terlalu lama
larutan yang sudah dicampur kecuali untuk obat-obat yang memang sudah
tersedia dalam bentuk larutan seperti metronidazol , lidakoin dan lain-lain.
Botol ifus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obat yang sudah
dimasukkan, termasuk dosis dan dan waktunya.
Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur infus, kecuali
kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.
9
2.7.2 Interaksi farmakokinetika
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi,
metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini
termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu
ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi
dihalangi atau dipercepat.
3. Biotransformasi
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma ini sangat peka
terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya dapat bertambah atau berkurang,
perangsangan mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun sedangkan
pengharnbatan menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan lama.
4. Perubahan ekskresi
Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjaJ, dapat terjadi
perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat
10
2.7.3 lnteraksi farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja
fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama padasatu organ(sinergisme).
2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah
11
BAB III
PEMBAHASAN
Diabetes mellitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya gagal
menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang tubuhnya tak dapat menggunakan
insulin dengan baik. Insulin adalah hormone yang membawa gula dari darah ke sel tubuh
yang membutuhkannya yang mengubahnya menjadi energi. Insulin dihasilkan oleh
kelenjar pankreas pada tubuh kita, hormone insulin yang diproduksi oleh tubuh kita
dikenal juga sebagai insulin endogen. Namun, ketika kelenjar pancreas mengalami
ganguan sekresi akan terjadi hiperglikemia, di saat inilah tubuh membutuhkan hormone
insulin dari luar tubuh, atau dapat pula obat hipoglikemia oral. Pada penderita diabetes
melitus, gula tetap berada dalam darah lalu keluar melalui urin, dan tidak dibawa ke sel
untuk digunakan. Karena tak ada gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari
biasanya.
Dalam keadaan normal kadar glukosa darah dapat dikontrol dengan ketat oleh
insulin suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas. Insulin dapat menurunkan kadar
glukosa darah ketika kadar glukosa darah naik (misalnya setelah makan) maka insulin
dilepaskan dari pankreas untuk menormalkan kadar glukosa. Pada pasien diabetes tidak
adanya atau kurangnya produksi insulin menyebabkan hiperglekimia. Diabetes
merupakan suatu kondisi medis yang bersifat kronis artinya meskipun diabetes dapat
dikontrol, diabetes adalah penyakit seumur hidup.
Gejala diabetes adalah rasa lapar yang berlebihan, sering buang air kecil, rasa
haus yang amat sangat, lesu, mudah mengantuk, dan kehilangan berat badan. Dibetes
mellitus dibagi menjadi dua tipe ;
a. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi pada usia muda, 80% kasus terjadi pada usia < 40 tahun.
12
Penyebabnya auto imunitas ( genetik) tidak dapat memproduksi insulin
Terapinya hanya dengan insulin.
b. Diabetes mellitus tipe 2
Terjdi pada usia dewasa ( > 40 tahun)
Penyebabnya : pola makan yang salah, gaya hidup, kegemukan yang
menyebabkan kebutuhan insulin meningkat sementara produksi insulin
berkurang.
Terapinya : mengubah pola makan, olahraga, obat-obatan, dan insulin.
1 Obat DM (oral Alkohol (bir, Efek obat diabetes Farmakokinetik Tidak diberikan
dan insulin) anggur, minuman dapat bertambah, Alkohol dapat secara
keras lainnya) sehingga terjadi ,mengubah kadar bersamaan dan
hipoglikemia. gula darah yg tak Penggunaan
terduga dan terjadi alcohol dibatasi
penurunan hebat sekecil mungkin
kadar gula dlm
darah.
13
2 Obat diabetes Allopurinol dan Efek obat diabetes Farmakokinetik Tidak diberikan
oral Probenesid dapat bertambah, menurunkan kadar secara
terjadi hipoglikemia. asam urat serum dan bersamaan.
urin dengan
menghambat
pembentukan asam
urat.
3 Obat diabetes Antikoagulan 1. efek obat diabetes Farmakokinetik Tidak diberikan
oral dapat bertambah, menghambat secara
terjadi hipoglikemia. pembentukan atau bersamaan.
2. efek antikoagulan menghambat fungsi
dapat bertambah, beberapa faktor
resiko pemdarahan pembekuan darah.
dapat naik.
4 Diabetic oral Aspirin Efek obat diabetes Tidak diberikan
dapat bertambah, secara
terjadi hipoglikemia bersamaan
5 Obat DM (oral Obat jantung Dapat meningkatkan Farmakodinamik Tidak diberikan
dan insulin) pemblok beta. atau menurunkan Menghambat denyut secara
(atenolol, efek obat diabetes. jantung bersamaan.
propanolol) Selain itu dokter
harus memantau
secara hati-hati
efek obat yg
timbul
6 Kloramfenikol Diabetic oral Efek obat diabetes
1. Farmakokinetik Tida diberikan
dapat 2. obat
bertambah, dengan
mudah masuk ke secara
terjadi hipoglikemia dalam sel melalui bersamaan.
Dapat pula proses difusi
terfasilitasi
menyebabkan depresi
sumsum tulang,
14
gejalanya; sakit leher,
radang mulut,
kehilangan tenaga.
10 Insulin Diabetic oral Efek kedua obat dapat Interaksi ini terjadi Insulin diberikan
meningkat, akibatnya pada periode silang, dalam jumlah
hipoglikemia aditif. pada saat beralih dari kecil
obat diabetes oral ke
insulin dan sebaliknya.
15
3.3 Interaksi Obat pada kasusu khusus- Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
melebihi normal. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang
dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di
masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi,
untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit
arteri peripheral. Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati
hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke
maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari
modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi
garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan berolahraga.
Sekali ditetapkan hipertensi, pertanyaan yang muncul, apakah diperlukan
pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan. Tingkat
tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien, tingkat keparahan kerusakan organ (jika
ada) karena tekanan darah tinggi serta kemungkinan adanya faktor-faktor resiko
kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan
penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan
pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat
perlu diberikan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah
penyederhanaan aturan pemberian dosis dan juga meminta pasien untuk memantau
tekanan darahnya selama di rumah
16
3.4 Beberapa contoh Interaksi Obat pada Hipertensi
17
norepinephrin channel nodus SA dan blockers dapat aditif dengan
dan epinephrin blockers; AV, juga keterlambatan dalam
(adrenalin) dari Diltiazem vasodilatasi arteri konduksi melalui node
pengikatan dan arteriol atrioventrikular (AV node)
pada reseptor- koroner serta disebabkan oleh diltiazem.
reseptor beta perifer Hal ini menguntungkan
pada saraf- karena meningkatkan efek
saraf. antianginal pada kebanyakan
pasien, tetapi beberapa efek
ini dapat memperburuk
kelainan jantung.
Beta Bloker Fenitoin Bekerja di korteks Adisi efek depresan jantung
motor dalam
menghambat
penyebaran
aktivitas kejang.
Mungkin bekerja
dengan
mempromosikan
pengeluaran
natrium dari
neuron, sehingga
menstabilkan
ambang terhadap
hyperexcitability.
Juga menurunkan
post-tetanic
potentiation di
synapse.
Klonidin Bekerja pada ACE- Menghambat Potensiasi efek hipotensif
reseptor A2 di inhibitor enzim apabila kombinasi ini
SSP dengan Angiotensin digunakan
efek penurunan Converting
simpathetic Enzyme (ACE)
outflow sehingga
pembentukan
Angiotensin II
yang
diindikasikan
sebagai
vasokonstriktor
kuat terhambat
Klonidin Antipsikotik; memblok reseptor Efek samping hipotensi dari
Haloperidol D2 di mesolimbik, penggunaan antipsikotik
mesokortikal, dapat menghasilkan adisi
nigostriatal dan efek hipotensif dengan
18
tuberoinfundibular kombinasinya bersama
klonidin
Vasodilator Diazoksid membuka Hidralazin merelaksasi secara Bersifat adiksi dan dapat
kanal kalium langsung otot menyebabkan hipotensi akut
sensitif ATP polos arteriol pada beberapa kasus.
(ATP-
dependent
pottasium
channel)
dengan akibat
terjadinya
effluks kalium
dan
hiperpolarisasi
membran yang
diikuti oleh
relaksasi otot
polos
pembuluh
darah dan
vasodilatasi
Hidralazin merelaksasi Beta Blocker Menghalangi Terjadinya peningkatan level
secara norepinephrin dan plasma dari beta bloker
langsung otot epinephrin (bersifat adiksi)
polos arteriol (adrenalin) dari
pengikatan pada
reseptor-reseptor
beta pada saraf-
saraf
ACE- Kaptopril Menghambat Tiazida Meningkatkan Efek antihipertensif yang
inhibitor enzim ekskresi Na, Cl, aditif
dan ARB Angiotensin dan air melalui
Converting penghambatan
Enzyme (ACE) transport ion Na
sehingga melalui epitel
pembentukan tubuli ginjal.
Lisinopril Angiotensin II Garlic Menurunkan efek antihipertensif yang
yang capsule tekanan darah aditif bahkan mampun
diindikasikan menyebabkan pasien
sebagai kehilangan kesadaran.
vasokonstriktor
kuat terhambat
Antagonis felodipine Mendepresi Alcohol - Kemungkinan Hipotensi
Kalsium fungsi nodus postural meningkat dengan
SA dan AV, meningkatnya efek
juga antihipertensif. Efek
19
vasodilatasi antihipertensif biasanya
arteri dan bersifat aditif
Ca- Channel arteriol Menurunkan tekanan darah
blockers koroner serta Alpha blocker secara aditif
perifer Menghambat
reseptor A1
sehingga
menyebabkan
vasodilatasi
arteriol dan venula
sehingga
menurunkan
resistensi perifer
20
spironolakton untuk
berikatan pada
glikoprotein P ini
menyebabkan
glokoprotein
yang dapat berikatan
dengan digoksin
menurun, sehingga
digoksin yang
absorpsi berkurang.
21
penginduksi enzim dimetabolisme dan
Cyp menghasilkan
1A dan 3A, metabolisme yang tidak
menyebabkan aktif
digoksin banyak yang
di metabolisme
menghasilkan
metabolit yang tidak
aktif, sehingga efek
dari digoksin menurun
Sukralfat Digoksin menurun Farmakokinetik Agar tidak diberikan
Pemberian bersama bersamaan karna
sukralfat dengan menyebabkan penurunan
digoksin menyebabkan absorpsi dari digoksin
penurunan absorpsi
dari digoksin
3 Amlodipin Antagonis Amlodipin meningkat Farmakokinetik Agar tidak diberikan
H2 dimana penurunan bersamaan
keasaman lambung akan
meningkatkan
bioavailabilitas
amlodipin.
AINS Amlodipin menurun Farmakodinamik Agar tidak diberikan
Anti Inflamasi Non secara bersamaan karna
Steroid (AINS) bekerja berpotensi terjadinya
menghambat perdarahan
pembentukan
prostaglandin sehingga
menghambat
vasodilatasi (terjadi
vasokontriksi) dan
menghambat sekresi
natrium di ginjal
sehingga terjadi retensi
urine, kedua efek ini
menyebabkan tekanan
darah meningkat.
4 Bisoprolol AINS Bisoprolol menurun Farmakodinamik Agar tidak diberikan
fumarat Dimana Anti secara bersamaan karna
Inflamasi Non Steroid akan meningkatkan
(AINS) tekanan darah
bekerja menghambat
enzim cyclooksigenase
sehingga terjadi
pembentukan
prostaglandin.
Amlodipin Efek sinergis Farmakodinamik Agar tidak diberikan
22
Dimana bisoprolol bersamaan karna
bekerja dengan cara menyebabkan efek yang
memblok reseptor beta tidak diinginkan yaitu
adrenergik dengan efek hipotensi dan bradikardi
menurunkan kerja
jantung. Amlodipin
bekerja dengan cara
menduduki kanal
kalsium yang
menyebabkan
penurunan kontaktilitas
miokardium.
23
KESIMPULAN
Terdapat beberapa garis besar mengenai interaksi obat terkait dengan kasus diabetes:
Setiap pemberian obat ke dalam tubuh akan menimbulkan interaksi obat tersebut,
baik dengan makanan, zat kimia yamg masuk ke dalam tubuh ataupun dengan obat-
obat lain yang digunakan.
Interaksi obat yang terjadi dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menguntungkan bila meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping,
merugikan bila menimbulkan efek toksik bagi tubuh.
Mekanisme interaksi obat dibadakan atas 3 yakni; inkompabilitas, interaksi
farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.
Penyakit diabetes melitus dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek komplikasi,
sehingga penderita diabetes dengan komplikasi akan mengkonsumsi obat lebih dari
satu jenis obat, yang pada akhirnya akan terjadi interaksi obat.
Dari semua pengobatan dengan kombinasi obat, pada penderita diabetes yang terbaik
adalah dengan tetap mengontrol pola makan dan olah raga yang teratur.
Telah dibicarakan tentang interaksi obat beta-blocker dengan obat-obat lain. Dari
pembicaraan ini diperoleh hasil bahwa interaksi obat tersebut ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Dengan mengetahui interaksi betablocker dengan
berbagai obat, maka menjadi kewajiban kita untuk berhati –hati dalam penggunaanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
C.A.S. Wink; Report on the symposium Beta-blocker and the Central Nervous
System; Asian Medical Journal, Vol 19.hal 71, 1976.
Harkness, Richard, R.PH, Interaksi Obat, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1989.
25