Anda di halaman 1dari 27

Merger, Akuisisi, dan Restrukturisasi

Manajemen Strategi

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
BS 7B

Dimas Prabowo Damayanto 4416020044


Fanny Damayanti 4416020020
Prio Bagus Laksono 4416020035
Risya Siti Aisyah 4416020062

PRODI D4 KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulilahirabilalamin, puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah


SWT karena telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami untuk terus
belajar dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan sehingga makalah ini dapat
selesai dengan lancar.
Makalah ini berisikan tentang Merger, Akuisisi, dan Restrukturisasi.
Tujuan makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen
Strategi dengan dosen pengampu Bapak Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Dalam
proses pembuatan makalah ini, kami mendapatkan kemudahan dari pihak yang
terlibat yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Dengan segala kerendahaan hati kami
mengharap kritik dan saran karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna
serta agar makalah – makalah selanjutnya dapat jauh lebih baik.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Depok, 27 November 2019

Kelomok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Meningkatkan Kekuatan Pasar ............................................................. 3
2.2 Hambatan Masuk, Pengembangan Produk Baru .................................. 5
2.2.1 Mengatasi Hambatan untuk Memasuki Pasar ............................. 5
2.2.2 Biaya Pengembangan Produk Baru ............................................. 5
2.2.3 Meningkatkan Kecepatan Memasuki Pasar ................................ 5
2.2.4 Risiko Lebih Rendah Dibandingkan Pengembangan Produk ..... 6
2.2.5 Peningkatan Diversifikasi ........................................................... 6
2.2.6 Membentuk Kembali Jangkauan Kompetitif Perusahaan ........... 6
2.3 Merger dan Akuisisi dan Permasalahannya ........................................ 6
2.3.1 Merger dan Akuisisi .................................................................... 6
2.3.2 Motif Merger dan Akuisisi .......................................................... 7
2.3.3 Manfaat Merger dan Akuisisi...................................................... 8
2.3.4 Jenis Merger dan Akuisisi ........................................................... 9
2.3.5 Taktik Perusahaan Mempertahankan Merger dan Akuisisi ........ 10
2.3.6 Pengertian Merger ...................................................................... 11
2.3.7 Tipe Merger ................................................................................. 12
2.3.8 Pengertian Akuisisi ..................................................................... 14
2.3.9 Alasan Melakukan Akuisisi ........................................................ 15
2.3.10 Masalah Dalam Mencapai Keberhasilan Akuisisi .................... 17
2.4 Restrukturisasi ..................................................................................... 19
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 21

ii
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 21
3.2 Saran ..................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kinerja perusahaan dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, setiap
perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya, serta melakukan serangkaian perbaikan,
agar tetap tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus
menerus, sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat dan dapat terus unggul
dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan. Oleh karena itu diperlukan
sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan tersebut.

Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin akan


melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa dilakukan dengan cara
ekspansi secara intern, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha
yang telah ada (merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada
(akuisisi) maupun suatu strategi dimana perusahaan melakukan perubahan sejumlah
bisnisnya atau struktur finansialnya (restrukturasi). Cara-cara tersebut dilakukan agar
dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan. Suatu perusahaan
menggunakan strategi merger, akuisisi, dan restrukturisasi untuk mengembangkan
skala ekonomi yang penting bagi keberhasilan persaingan mereka dalam pasar yang
berubah dengan cepat dan sensitif terhadap biaya dan untuk memasuki pasar- pasar
baru.

Merger dan akuisisi digunakan untuk mengembangkan strategi diversifikasi,


yang dalam arti tertentu, diversifikasi ini merupakan perangkat manajemen yang
berisiko, dalam hal bahwa kesuksesan penggunaannya mengurangi kerentanan
perusahaan akan konsekuensi-konsekuensi persaingaan dalam pasar atau industri
tunggal, resiko berperan penting dalam pemilihan strategi yang dipilih perusahaan
untuk menghasilkan laba di atas rata-rata. Selain itu, evaluasi risiko yang
berkelanjutan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mencapai daya
saing strategis.

Perusahaan-perusahaan melakukan merger agar dapar mengembankan


usahanya dengan cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversivikasi usaha, dan
juga meningkatkan pendapatan. Perusahaan dari industri-industri yang berbeda
memutuskan untuk menggunakan strategi akuisisi untuk beberapa alasan seperti
mencari produk-produk baru, mencari cara yang lebih cepat untuk mendapatkan akses

1
masuk ke dalam rumah tangga, dan beralih ke jasa lain dengan cepat. Namun
demikian, strategi merger dan akuisisi bukannya tanpa masalah, perusahaan dapat
mempertimbangkan perlunya restrukturisasi sebagai sebuah strategi dimana
perusahaan merubah bisnis atau struktur finansialnya.

1.2 Rumusan Masalah


Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Merger, Akuisisi, dan
Restrukturisasi” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan meningkatkan kekuatan pasar?
b. Apa saja hambatan masuk dan pengembangan produk baru?
c. Apa yang dimaksud dengan Merger, Akuisisi dan bagaimana
permasalahannya?
d. Apa yang dimaksud dengan restrukturisasi?

1.3 Tujuan
1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen dalam mata kuliah Manajemen Strategi selain itu, bagi diri kami
pribadi makalah ini juga diharapkan dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa/i, baik dalam lingkup
Politeknik Negeri Jakarta maupun di civitas akademika yang lain.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksud untuk membahas Merger, Akuisisi, dan
Restrukturisasi. Para pembaca dari kaula mahasiswa/i dapat digunakan
untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas sehingga
terciptanya sdm-sdm yang unggul.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Meningkatkan Kekuatan Pasar

Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli suatu


barang/jasa tertentu. Dalam hal menentukan tingginya harga yang akan
dikenakan serta besarnya laba yang ingin diterima, suatu produsen memiliki
caranya tersendiri. Tergantung kepada seberapa besar kemampuan pelaku
usaha untuk dapat mempengaruhi harga tanpa harus kehilangan konsumennya
yang beralih ke produk pesaing atau substitusinya. Kemampuan itulah yang
dalam konsep persaingan usaha dikenal dengan istilah market power.

Market power atau kekuatan pasar, merupakan sebuah kemampuan


bagi perusahaan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya atau kemampuan
untuk mengerahkan pengaruh signifikan atas jumlah barang dan jasa yang
diperdagangkan atau harga di mana mereka dijual. Kekuatan pasar inilah yang
menyebabkan kondisi pasar menjadi tidak efisien. Padahal secara teoritis,
dalam pasar persaingan sempurna mensyaratkan bahwa pelaku pasar tidak
memiliki kekuatan pasar atau zero market power; setiap pelaku pasar adalah
price taker bukan price maker. Ketika sebuah perusahaan meluncurkan
produknya dan produk tersebut memiliki kekuatan pasar, maka konsumen akan
bersedia merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan produk tersebut
meskipun harganya naik. Atau dengan kata lain, perusahaan akan dapat
menaikkan harga jual produknya tanpa harus takut kehilangan konsumennya.

Pelaku pasar yang memiliki kekuatan pasar selanjutnya disebut


“penentu harga” atau “pengatur harga”, sementara pelaku pasar tanpa kekuatan
pasar disebut “penerima harga”. Kekuatan pasar yang besar terjadi jika harga
melebihi biaya marginal dan rata-rata biaya jangka panjang, sehingga
perusahaam mampu menghasilkan profit. Melalui kekuatan pasar, para pelaku
mampu mempengaruhi permintaan barang dan jasa dengan cara mengandalkan
kekuatan mereka. Kekuatan pasar sangat dimungkinkan terjadi ketika ada
monopoli dan persaingan tidak sempurna dalam pasar.

3
J. Schumpeter dalam Budiono (1982) menyatakan fakta bahwa justru
industri-industri yang bersifat monopolistiklah yang menunjukkan adanya
dinamika untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Sebab industri-industri
yang monopolistis dengan keuntungan yang banyak, maka dapat digunakan
untuk penelitian sehingga ada perkembangan dan inovasi-inovasi teknologi
yang tentunya dapat menguntungkan kehidupan masyarakat luas. Selain itu,
menurut Samuelson, tidak mungkin ada persaingan sempurna dalam pasar,
sebab tidak semua perusahaan mempunyai kapasistas dalam produksi barang
dan jasa itu sama, sehingga harus ada perusahaan yang kapasitas kecil dan juga
besar. Perusahaan yang Kapasitasnya besar inilah yang dapat memproduksi
barang dengan jumlah yang banyak meskipun bersifat monopoli, kemudian
menjadi peluang bagi perusahaan kecil untuk menjual dan memanfaatkan
produknya untuk kepentingan masyarakat luas.

Untuk mencapai kekuatan pasar yang lebih besar, perusahaan biasanya


melakukan akuisisi atau strategi dimana salah satu perusahaan membeli dan
mengontrol sebagian besar dari perusahaan yang diakuisisinya. Kekuatan pasar
didapat pada saat perusahaan mampu untuk menjual produknya atau
pelayanannya diatas level kompetitif atau pada saat biaya-biaya utamanya atau
kegiatan pendukung dibawah para pesaing. Kekuatan pasar didapat dari ukuran
perusahaan, sumber daya dan kemampuannya untuk bersaing di pasaran.

Perusahaan menggunakan akuisisi horizontal, vertical, dan akusisi


berkaitan untuk meningkatkan kekuatan pasar.

1. Akuisisi Horisontal, terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang


bergerak di bidang industri yang sama. Akuisisi ini meningkatkan
kekuatan pasar dengan mengeksploitasi cost-based dan revenue-
based. Penelitian menungkapkan bahwa akuisisi horizontal
menghasilkan performa lebih tinggi ketika perusahaan memiliki
karakteristik yang mirip seperti strategi, gaya manajerial, dan pola
alokasi sumberdaya.
2. Akuisisi Vertikal, terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi
pemasok atau penyalur, satu atau lebih, barang-barang atau

4
jasanya. Melalui akuisisi vertikal perusahaan yang baru terbentuk
mengendalikan bagian tambahan dari value chain, dimana kekuatan
pasar dapat meningkat.
3. Akuisisi Berkaitan, terjadi ketika perusahaan mengakuisisi sebuah
industri yang tinggi keterkaitannya. Dengan akuisisi ini perusahaan
menciptakan nilai melalui sinergi yang dapat dihasilkan dari
integrasi sumberdaya dan kemampuan.
2.2 Hambatan Masuk, Pengembangan Produk Baru
2.2.1 Mengatasi Hambatan Untuk Memasuki Pasar
Hambatan-hambatan untuk memasuki pasar adalah faktor-faktor yang
berkaitan dengan pasar atau perusahaan-perusahaan yang sekarang ini
beroperasi dan meningkatkan biaya dan menyulitkan perusahaan baru
untuk memasuki pasar tertentu. Hambatan masuk yang dihadapi
perusahaan pada saat mencoba memasuki pasar internasional sering kali
merupakan langkah yang sangat sulit. Sebagai jawabannya akuisisi
seringkali digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut.
2.2.2 Biaya Pengembangan Produk Baru
Mengembangkan produk baru sendiri dan sukses memperkenalkannya
kepada pasar seringkali membutuhkan investasi yang signifikan dalam
sumber daya perusahaan. Akuisisi merupakan cara lain dimana perusahaan
dapat memperoleh akses terhadap produk baru dan terhadap produk yang
ada tapi baru bagi perusahaan. Akuisisi memberikan perkiraan penghasilan
yang lebih baik dengan memasuki pasar secara cepat karena kinerja
produk perusahaan yang di akuisisi dapat dinilai sebelum menyelesaikan
proses akuisisi.
2.2.3 Meningkatkan Kecepatan Memasuki Pasar
Dibandingkan pengembangan produk internal, akuisisi dapat lebih
cepat memasuki pasar. Akuisisi tetap harus menjadi jalan tercepat untuk
pasar baru dan untuk kemampuan baru. Penggunaan kemampuan yang
baru sebagai pioner produk baru untuk memasuki pasar secara cepat dapat
menciptakan posisi pasar yang menguntungkan.

5
2.2.4 Risiko Lebih Rendah Dibandingkan Dengan Pengembangan Produk Baru
Proses pengembangan produk internal dapat beresiko. Sebagai
alternatifnya, karena hasil dari akuisisi dapat diramalkan dengan lebih
mudah dan akurat dibandingkan dengan hasil dari proses pengembangan
produk internal, manajer lebih melihat akuisisi menghasilkan resiko yang
rendah.
2.2.5 Peningkatan Diversifikasi
Berdasarkan pengalaman dan hasil dari diversifikasi, perusahaan
menemukannya secara khusus kemudian mengembangkan dan
memperkenalkan produk baru ke dalam pasar yang disediakan perusahaan
saat ini. Sangat sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan suatu produk
yang berbeda dari bentuknya yang sekarang ke dalam pasar dimana mereka
belum berpengalaman. Ini tidak umum bagi perusahaan untuk
mengembangkan produknya secara internal yang berarti mendiversifikasi
bentuk produk tersebut. Perusahaan biasanya boleh memilih untuk
menggunakan akuisisi yang berarti terikat dalam diversifikasi produk.
2.2.6 Membentuk Kembali Jangkauan Kompetitif Perusahaan
Intensitas persaingan yang kompetitif merupakan karakteritik industri
yang mempengaruhi profitabilitas Perusahaan. Untuk mengurangi efek
negatif dari adanya persaingan yang ketat dalam kinerja keuangannya,
perusahaan mungkin menggunakan akuisisi sebagai jalan untuk
menghalangi ketergantungannya pada satu produk atau pasar. Mengurangi
ketergantungan perusahaan pada satu produk atau pasar mengubah
jangkauan kompetitif perusahaan.

2.3 Merger dan Akuisisi, dan Permasalahannya


2.3.1 Merger dan Akuisisi
Merjer dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan
perluasan usaha. Istilah merjer sering digunakan untuk menunjukkan
penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama
sakah satu perusahaan yang bergabung. Akuisisi mirip dengan merjer,

6
kecuali perusahaan baru akan terbentuk. Pengakuisisi dan yang diakuisisi
hilang dan menjadi perusahaan baru.
2.3.2 Motif Merger dan Akuisisi
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah
perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif
non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan
yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Disisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan
didasarkan pada esensi tujuan perusahaan, tetapi didasarkan pada keinginan
subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin,
2003).
1. Motif ekonomi.
Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh
sebab itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Motif sinergi.
Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan
merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai
keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger
dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara
simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang
bergabung. Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber, yaitu: (1)
Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam
manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan
keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi
yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang
berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4)
Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan
(Brigham dan Houston, 2001).

7
3. Motif diversifikasi.
Diversifikasi adalah strategi perkembangan bisnis yang dapat
dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk
mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan
posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin
jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor
yang mendukung kompetensi inti (core competence).
4. Motif non-ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk
kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat
non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi dapat
berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
a. Hubris Hypothesis menyatakan bahwa merger dan akuisisi sematamata
didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif
perusahaan.
b. Ambisi pemilik untuk menguasai berbagai sektor industri. Perusahaan-
perusahaan tersebut akan membentuk konglomerasi di bawah kendali
perusahaan induk. Menurut Brigham dan Houston (1998) beberapa
alasan merger dan akuisisi yang sering dimunculkan adalah sinergi,
pertimbangan pajak, membeli asset di bawah biaya penggantian,
diversifikasi, insentif bagi manajer dan break up value. Dari keenam
alasan tersebut yang paling dominan adalah alasan sinergi
2.3.3 Manfaat Merger dan Akuisisi
Menurut Kwik Kian Gie (1992) dalam Widjanarko (2004) ada
beberapa manfaat merger dan akuisisi, yaitu sebagai berikut: 1)
Komplementaris Penggabungan 2 perusahaan sejenis atau lebih secara
horisontal dapat menimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misal:
perluasan produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh,
dan sebagainya. 2) Pooling kekuatan Perusahaan-perusahaan yang
terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-fungsi penting untuk
perusahaannya. Misalnya fungsi Research 13 dan Development, akan lebih

8
efektif jika bergabung dengan perusahaan lain yang telah memiliki fungsi
tersebut. 3) Mengurangi persaingan Penggabungan usaha diantara
perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan pengendalian,
sehingga dapat mengurangi pesaing. 4) Menyelamatkan perusahaan dari
kebangkrutan Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh
kreditur, keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan
menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan
2.3.4 Jenis Merger dan Akuisisi
Berdasarkan atas cara perluasan yang dilakukan, merjer dan
akuisisi dapat dilakukan dengan cara:
1) Horisontal: penggabungan perusahaan dalam jenis bisnis yang sama
2) Vertikal: penggabungan perusahaan yang mempunyai keterkaitan antara
input-output
3) Congeneric: penggabungan perusahaan dalam industri yang sama tetapi
tidak memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan
supplier.
4) Conglomerate : penggabungan perusahaan dari industri yang berbeda
Sedangkan merjer dan akuisisi berdasarkan jenis penggabungannya
meliput:
1) Akuisisi saham, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli
sebagian besar saham perusahaan yang menjadi target akuisisi. Akuisisi
saham dapat dilakukan dengan cara bersahabat (friendly) dan tidak
bersahabat (hostile). Friendly Merger terjadi bila manajemen kedua
belah pihak berunding bersama dan hasil perundingan tersebut akan
diusulkan ke pemilik perusahaan. Hostile Merger terjadi bila
manajemen perusahaan dari acquired company tidak diajak berunding,
tetapi perusahaan yang akan mengakuisisi langsung menawarkan ke
pemegang saham acquired company persyaratan-persyaratan yang
dinilai cukup menarik.
2) Akuisisi aset, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli
sebagian atau seluruh aset perusahaan yang menjadi target akusisi.
Persetujuan formal dari pemegang saham perusahaan yang menjadi

9
diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan perusahaan dari
kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas.
2.3.5 Taktik Perusahaan Mempertahankan Diri dari Merjer dan Akuisisi
Secara umum taktik untuk mempertahankan diri dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: sebelum penawaran dan sesudah
penawaran. Sebelum penawaran, cara terbaik untuk mempertahankan diri
dari pengambilan oleh perusahaan lain adalah:
1) Mengubahnya menjadi perusahaan persorangan. Dengan menjadi
perusahaan perseorangan, maka kendali ada pada satu tangan,
keputusan yang diambil tidak memerlukan musyawarah, dalam kaitan
mempertahankan perusahaan dari pengambilalihan oleh perusahaan
lain.
2) Mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada satu orang atau
kelompok orang, misalnya 50 persen saham dipegang oleh pendirinya
dan 30 persen saham dipegang oleh karyawannya.
3) Meningkatkan skala usaha, skala usaha yang besar akan menyulitkan
perusahaan lain yang ingin membelinya karena tentu diperlukan dana
yang besar.
4) Mempertahankan harga saham yang kuat, yang mencerminkan kuatnya
manajemen, prospek pertumbuhan dan kesempatan investasi yang baik.
5) Persyaratan merjer yang makin ketat, misalnya perusahaan menetapkan
bahwa merjer hanya dapat dilakukan apabila disetuji oleh minimal 80%
pemegang saham.
6) Membuat perusahaan menjadi tidak menarik untuk diambil alih yang
disebut juga dengan poison pill. Poison pill dilakukan dengan
memberikan kepada pemegang saham perushaan yag akan dibeli untuk
menjual sahamnya dengan harga yang tinggi atau pemberian hak untuk
memperoleh saham baru dengan discount yang cukup besar atau bahkan
gratis.
Jika strategi sebelum penawaran tidak berhasil melindungi
perusahaan dari pembelian oleh perusahaan lain, setelah penawaran

10
perusahaan masih dapat melakukan berbagai cara untuk menggagalkan
pertemuan tersebut
1. Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli atau jika dirasa harga
penawaran tidak wajar, perusahaan dapat meminta untuk dilakukan
harga penawaran lebih baik.
2. Menjual sebagian perusahaan kepada pihak ketiga atau menciptakan
hutang yang semakin besar dengan cara membeli kembali sebagian
saham perusahaan.
3. Pembuatan kontrak khusus yang menjamin eksekutif tidak akan
kehilangan pekerjaan atau pemberian kompensasi yang sangat besar
apabila terjadi penggabungan perusahaan. Cara ini disebut Golden
Parachut, dimana manajer tidak khawatir akan kehilangan pekerjaan,
kalaupun pembelian jadi dilakukan, manajer akan melakukan negosiasi
untuk menentukan harga yang wajar atau lebih mementingkan
kepemtingan pemegang saham.
2.3.6 Pengertian Merger
Merger adalah salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan sebuah perusahaan. Merger berasal
dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu,
berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap sesuatu.
Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua perusahaan atau lebih
yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan
hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Merger merupakan strategi dimana dua perusahaan setuju untuk
menggabungkan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif
seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang
secara bersama–sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang lebih
kuat. Merger menciptakan group perusahaan baru yang memiliki kekuatan
pasar penting yang diharapkan akan menyebabkan pengurangan biaya
secara signifikan dan meningkatkan keuntungan.
Dalam strategi bisnis Merger didefinisikan oleh Hitt (2001, h. 295)
sebagai sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan

11
kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka
memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat
menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat. Lebih lanjut
Sudarsanam (1999, h. 1) mengatakan bahwa dalam Merger
perusahaanperusahaan yang menggabungkan dan membagi sumber daya
yang mereka miliki untuk mencapai tujuan bersama, dan para pemegang
saham dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut seringkali tetap
dalam posisi pemilik bersama entitas yang digabungkan
2.3.7 Tipe Merger
Tipe merger menurut Simanjuntak (2004, h. 26) dari segi ekonomi
keuangan (finance) dan biasanya dipergunakan dan diaplikasikan dalam
dunia usaha adalah tipe merger horizontal (horizontal merger), merger
vertikal (vertical merger), dan merger konglomerat (conglomerate merger).

1. Merger Horizontal (horizontal merger)


Suatu merger horizontal terjadi apabila 2 (dua) perusahaan
yangmemiliki lini usaha yang sama bergabung atau apabila perusahaan-
perusahaaan yang bersaing di industri yang sama melakukan merger.
Merger horizontal ini akan memfasilitasi integrasi karena kedua
perusaahaan yang merger pada dasarnya memahami problema usaha dan
industri mereka, merger ini lebih lanjut menurut Simanjuntak (dikutip
dari Van Horn & M. Wachowichz) juga akan menghasilkan suatu
“economies (of scale)” yang hasil utamanya adalah terjadinya
penghapusan (elimination) fasilitas ganda (duplicate facility) dan adanya
penawaran lini produk yang lebih luas (broader product line) sesuai
dengan harapan peningkatan permintaan.
2. Merger Vertikal (Vertical Merger)
Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan
penyalurnya atau pelanggannya, seperti merger antara penjual (seller) dan
pembelinya (buyer). Merger vertikal ini memberikan perusahaan suatu
pengawasan lebih luas atas distribusi dan pembeliannya. Dan merger
vertikal ini jarang dihalangi (block).

12
3. Merger Konglomerat (Conglomerate Merger)
Merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang tidak
mempunyai keterkaitan operasi. Missalnya, perusahaan otomotif
membeli perusahaan 32 kosmetik. Tipe merger bila ditinjau dari
prosesnya menurut Husnan (2002) merger dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Friendly merger, proses ini disepakati oleh dua belah pihak
dengan cara sebagai berikut : Pertama, mengidentifikasikan
perusahaaan yang akan menjadi target merger dan akuisisi.
Kedua, menentukan harga beli yang bersedia dibayarkan pada
perusahaan yang akan membeli menghubungi perusahaan target
untuk melakukan negosiasi. Jika pemegang saham perusahaan
target menyetujui, maka penggabungan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik melalui pembayaran tunai atau
pembayaran dengan saham perusahaan.
b. Hostile takeover, proses ini terjadi jika perusahaan target yang
akan di merger tersebut berkeberatan dengan alasan harga yang
ditetapkan terlalu rendah (undervalue) atau karena manajer
takut kehilangan jabatannya, sehingga terkadang pihak manajer
melakukan berbagai cara untuk menggagalkan kegiatan merger
ini.
4. Merger Congeneric
Menurut simanjuntak (dikutip dari Brigham & Gapenski, 1990, h.
965) menyatakan, para ekonom juga melihat Congeneric sebagai salah
satu grup merger disamping merger horizontal, vertikal, dan
konglomerat. Merger congeneric ini melibatkan perusahaan-perusahaan
yang terkait 33 namun bukan produsen produk yang sama (horizontal)
ataupun dalam hubungan produsen dan penyalur (vertical).
5. Merger Ekstensi
Pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua
atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.
Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan

13
pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi
ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara
dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk
mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpaharus membangun
fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan
akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor
karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap
konsumen luar negeri.
6. Merger Ekstensi
Produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh
duaatau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing
perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak
jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih
luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan
departemen riset dan pengembangan masingmasing untuk mendapatkan
sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
2.3.8 Pengertian Akuisisi
Akuisisi berasal dari kata “acquisition” (Latin) dan “acquisition”
(Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan
sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu yang telah dimiliki
sebelumnya. Akuisisi dalam teminologi bisnis diartikan sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan
pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah (Moin, 2003).
Akuisisi merupakan strategi yang dilakukan dimana sebuah
perusahaan membeli kontrol atau 100 % berminat terhadap perusahaan lain
dengan tujuan untuk menggunakan keunggulan inti secara lebih efektif
dengan membuat akuisisi perusahaan sebagai bisnis tambahan ke dalam
portofolionya.

14
2.3.9 Alasan Melakukan Akuisisi
a. Meningkatkan kekuatan pasar
Alasan utama dari akuisisi adalah mencapai kekuatan pasar yang
lebih besar. Kekuatan pasar didapat pada saat perusahaan mampu untuk
menjual produknya atau pelayanannya diatas level kompetitif atau pada
saat biaya-biaya utamanya atau kegiatan pendukung dibawah para
pesaing. Kekuatan pasar didapat dari ukuran perusahaan, sumber daya
dan kemampuannya untuk bersaing di pasaran.

Perusahaan menggunakan akuisisi horizontal, vertical, dan akusisi


berkaitan untuk meningkatkan kekuatan pasar.

1) Akuisisi Horisontal, terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang


bergerak di bidang industri yang sama bergabung.
2) Akuisisi Vertikal, terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi
pemasok atau penyalur, satu atau lebih, barang-barang atau jasanya.
3) Akuisisi Berkaitan terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama
tetapi tidak dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau
customernya. Keuntungannya adalah perusahaan dapat menggunakan
penjualan dan distribusi yang sama.
b. Mengatasi hambatan untuk memasuki pasar
Hambatan-hambatan untuk memasuki pasar adalah faktor-faktor
yang berkaitan dengan pasar atau perusahaan-perusahaan yang sekarang
ini beroperasi dan meningkatkan biaya dan menyulitkan perusahaan baru
untuk memasuki pasar tertentu. Hambatan masuk yang dihadapi
perusahaan pada saat mencoba memasuki pasar internasional sering kali
merupakan langkah yang sangat sulit. Sebagai jawabannya akuisisi
seringkali digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut.
c. Biaya pengembangan produk baru
Mengembangkan produk baru sendiri dan sukses
memperkenalkannya 
kepada pasar seringkali membutuhkan investasi
yang signifikan dalam sumber daya perusahaan. Akuisisi merupakan
cara lain dimana perusahaan dapat memperoleh akses terhadap produk
baru dan terhadap produk yang ada tapi baru bagi perusahaan. Akuisisi

15
memberikan perkiraan penghasilan yang lebih baik dengan memasuki
pasar secara cepat karena kinerja produk perusahaan yang di akuisisi
dapat dinilai sebelum menyelesaikan proses akuisisi.
d. Meningkatkan kecepatan memasuki pasar
Dibandingkan pengembangan produk internal, akuisisi dapat lebih
cepat 
memasuki pasar. Akuisisi tetap harus menjadi jalan tercepat
untuk pasar baru dan untuk kemampuan baru. Penggunaan kemampuan
yang baru sebagai pioner produk baru untuk memasuki pasar secara cepat
dapat menciptakan posisi pasar yang menguntungkan.
e. Resiko lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk baru
Proses pengembangan produk internal dapat beresiko. Sebagai
alternatifnya, karena hasil dari akuisisi dapat diramalkan dengan lebih
mudah dan akurat dibandingkan dengan hasil dari proses pengembangan
produk internal, manajer lebih melihat akuisisi menghasilkan resiko
yang rendah.
f. Peningkatan Diversifikasi
Berdasarkan pengalaman dan hasil dari diversifikasi, perusahaan
menemukannya secara khusus kemudian mengembangkan dan
memperkenalkan produk baru ke dalam pasar yang disediakan
perusahaan saat ini. Sangat sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan
suatu produk yang berbeda dari bentuknya yang sekarang ke dalam pasar
dimana mereka belum berpengalaman. Ini tidak umum bagi perusahaan
untuk mengembangkan produknya secara internal yang berarti
mendiversifikasi bentuk produk tersebut. Perusahaan biasanya boleh
memilih untuk menggunakan akuisisi yang berarti terikat dalam
diversifikasi produk
g. Membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan
Intensitas persaingan yang kompetitif merupakan karakteritik
industri yang mempengaruhi profitabilitas Perusahaan. Untuk
mengurangi efek negatif dari adanya persaingan yang ketat dalam kinerja
keuangannya, perusahaan mungkin menggunakan akuisisi sebagai jalan
untuk menghalangi ketergantungannya pada satu produk atau pasar.

16
Mengurangi ketergantungan perusahaan pada satu produk atau pasar
mengubah jangkauan kompetitif perusahaan
2.3.10 Masalah Dalam Mencapai Keberhasilan Akuisisi
a Kesulitan Integrasi
Mengintegrasikan dua perusahaan untuk mengikuti akuisisi sangat
sulit. Masalah pengintegrasian termasuk di dalamnya adalah dua budaya
perusahaan yang berbeda, menghubungkan sistem keuangan dan sistem
pengendalian, membangun hubungan kerja yang efektif dan memutuskan
masalah mengenai status eksekutif perusahaan yang baru.
b Evaluasi Sasaran yang Tidak Memadai
Kegagalan untuk memenuhi proses studi kelayakan yang efektif
sering kali membuat perusahaan yang mengakuisisi harus membayar
harga premium, kadang- kadang sangat berlebih untuk perusahaan
sasaran. Premium yang dibayarkan tanpa studi kelayakan yang efektif
menunjukkan bahwa jumlah premium pembelian tidak menjamin
keberhasilan akuisisi.
c Utang Banyak
Untuk menghitung jumlah dari akuisisi secara lengkap sejak
1980an sampai 1990an, beberapa perusahaan secara signifikan
meningkatkan tingkat pinjaman mereka. Sebagian membuat kemungkinan
ini sebagai inovasi dalam bidang keuangan yang disebut junk bond,
pilihan perhitungan melalui sejauh mana resiko akuisisi didanai dengan
uang (hutang) yang memberikan pengembalian yang secara potensial
besar kepada yang meminjami (pemegang obligasi). Pada awal abad 21,
junk bond jarang digunakan untuk mendanai akuisisi.

d Ketidakmampuan Untuk Mencapai Sinergi


Perusahaan mengembangkan keunggulan bersaing melalui strategi
akuisisi hanya ketika transaksi menghasilkan sinergi pribadi (private
sinergi), yang dihasilkan ketika adanya kombinasi dan integrasi atas asset
perusahaan yang menghasilkan kemampuan dan kompetensi inti yang
tidak dapat dikembangkan dengan menggabungkan dan mengintegrasikan

17
asset perusahaan dengan perusahaan lain. Sinergi pribadi tercipta ketika
asset perusahaan saling melengkapi dengan suatu cara yang unik, tipe
khusus dari asset yang saling melengkapi tersebut tidak mungkin
dikombinasikan dengan asset perusahaan yang lain.
e Terlalu Banyak Diversifikasi
Secara umum perusahaan menggunakan strategi diversifikasi yang
berhubungan selain menggunakan diversifikasi yang tidak berhubungan.
Perusahaan dapat mengalami overdiversifikasi. Tingkatan dimana hal ini
terjadi pada berbagai perusahaan bisa bermacam–macam. Alasan dari
banyaknya variasi adalah bahwa tiap perusahaan mempunyai kemampuan
yang berbeda yang digunakan untuk mengelola diversifikasi secara
sukses. Tanpa menghiraukan tipe strategi diversifikasi yang
diimplementasikan, penurunan kinerja biasanya terjadi akibat
overdiversifikasi, setelah unit bisnis yang berbeda tersebut dilepaskan.
f Manajer Terlalu Fokus pada Akuisisi
Manajer yang terlalu fokus pada akuisisi dalam menilai hasil yang
dicapai melalui penggunaan strategi akuisisi, dibandingkan dengan hasil
yang dicapai melalui strategi lain dengan efektif.
g Terlalu Besar
Kebanyakan akuisisi menciptakan perusahaan yang besar. Dalam
teori peningkatan ukuran akan membantu perusahaan mendapatkan skala
ekonomi dalam berbagai fungsi organisasi. Dengan kata lain,pada
beberapa level penambahan biaya diperlukan untuk mengatur perusahaan
yang lebih besar melebihi efisiensi keuntungan yang diciptakan oleh skala
ekonomi. Sebagai tambahannya, ketika berhadapan dengan kekomplekan
yang dihasilkan oleh ukuran yang besar, manajer terutama dari
perusahaan pengakuisisi memutuskan bahwa kontrol birokrasi akan
digunakan untuk mengatur operasi perusahaan kombinasi. Kontrol
birokrasi adalah dirumuskannya pengawasan dan perilaku hukum dan
peraturan yang dibentuk untuk menjamin konsistensi keputusan dan
tindakan antar unit yang berbeda di dalam perusahaan. Konsistensi

18
keputusan dan tindakan dalam hal ini dapat menguntungkan perusahaan,
terutama dalam pembentukan prediksi dan penurunan biaya.
2.4 Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah suatu strategi di mana perusahaan melakukan
perubahan sejumlah bisnisnya atau struktur finansialnya. Strategi
restrukturisasi ini terdorong terutama karena adanya kesalahan dari strategi
akuisisi atau karena adanya perubahan lingkungan internal dan eksternal dari
perusahaan tersebut. Restrukturisasi mencakup tiga pilihan yaitu : downsizing,
downscoping, dan leveraged buyouts.
1. Downsizing adalah mengurangi jumlah karyawan perusahaan dan
terkadang juga mengurangi jumlah unit operasi dalam perusahaan tetapi
tidak merubah komposisi bisnis dalam portofolio perusahaan. Downsizing
ini adalah suatu fenomena yang terjadi ketika lingkungan mengalami
decline yang berdampak pada erosi sumber daya perusahaan.
2. Downscoping adalah serangkaian aksi yang mengarahkan perusahaan
untuk terfokus sesuai dengan inti bisnisnya. Downsizing dilakukan antara
lain melalui divestiture, spin-off, atau berbagai hal lain untuk mengeliminir
bisnis yang tidak relevan dengan inti bisnis perusahaan. Downscoping
umumnya lebih mempunyai efek positif dibandingkan dengan downsizing.
Dengan melakukan refocusing pada bisnis intinya, perusahaan dapat
dikelola dengan lebih efektif, tidak seperti halnya perusahaan dengan
diversifikasi yang luas.
3. Leveraged buyouts (LBO) umumnya digunakan sebagai strategi
restrukturisasi untuk mengoreksi kesalahan manajerial atau karena
manajer mengambil keputusan lebih untuk kepentingan pribadinya
dibandingkan untuk kepentingan stakeholder-nya. LBO adalah strategi
restrukturisasi di mana seluruh asset dibeli sehingga perusahaan menjadi
miliknya. Transaksi ini umumnya menyebabkan perusahaan memiliki
hutang dalam jumlah yang signifikan dan dalam beberapa kasus
perusahaan segera melakukan downscoping untuk berkonsentrasi pada
bisnis intinya dengan menjual kembali sejumlah asetnya. Berbagai alasan
perusahaan melakukan strategi restrukturisasi buyout, salah satu

19
diantaranya adalah memungkinkan pemiliknya untuk mengembangkan
inovasi dan membawanya ke pasar. Buyout dalam banyak hal seperti
melahirkan kembali perusahaan dengan upaya-upaya yang lebih inovatif
dan strategi pertumbuhan yang lebih atraktif.

Hasil Restrukturisasi

Gambar 1.

Seperti ditunjukkan pada gambar 1, downscoping memegang peranan


penting dalam menghasilkan lebih banyak hasil yang positif dalam jangka pendek
dan jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan downsizing atau LBOs.
Bagaimanapun hasil positif dari downscoping pada jangka pendek dan jangka
panjang hanya dapat tercapai ketika perusahaan menggunakan strategi
restrukturisasi sebagaimana mestinya yaitu dengan cara dimana mengijinkan
perusahaan untuk memfokuskan.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi akuisisi semakin popular di antara perusahaan-perusahaan dunia.
Globalisasi, diregulasi dari berbagai industri di banyak ekonomi yang berbeda dan
undang- undang yang menguntungkan adalah sebagian faktor yang meningkatkan
jumlah dan ukuran akuisisi domestik dan akuisisi lintas perbatasan.

Walaupun berpotensi bermasalah, akuisisi dapat meningkatkan daya saing


strategis. Akuisisi dapat melakukannya ketika perusahaan sasaran dipilih dan
dibeli melalui analisis dan negoisasi yang hati-hati dan rinci, perusahaan sasaran
dan perusahaan yang mengakuisisi memiliki kekurangan yang signifikan dalam
bentuk kas atau kapasitas utang, perusahaan yang mengakuisisi memiliki tingkat
utang yang rendah atau moderat, perusahaan yang baru mengurangi kewajiban
utang dengan cepat (khususnya utang yang terjadi untuk menyelesaiakn akuisisi)
dengan menjual sebagian perusahaan yang diakuisis atau sebagian dari perusahaan
yang mengakuisisi atau sebagaian dari perusahaan yang mengakuisisi yang
kinerjanya buruk, perusahaan sasaran dan perusahaan yang mengakuisisi memiliki
sumber daya komplementer (saling melengkapi), perusahaan yang mengakuisisi
dan diakuisisi mengalami penyesuaian untuk berubah (pengalaman seperti itu
akan meningkatkan kemungkinan berhasilnya proses integrasi kedua perusahan),
Riset dan pengembangan dan inovasi lebih ditekankan dalam perusahaan yang
baru.

Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah struktur


perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja
perusahaan. Restrukturisasi dilakukan setiap saat, bukan hanya bila perusahaan
mengalami kemunduran saja tapi juga pada saat perusahaan mengalami
kemajuan. Apabila perusahaan mengalami kemajuan, maka perusahaan akan
melakukan perluasan usaha. Sedangkan bila perusahaan mengalami kemunduran,
maka perusahaan akan melakukan penyempitan usaha. Perluasan usaha dilakukan
dengan cara merger dan akuisisi. Merger merupakan penggabungan dua
perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama

21
perusahaan dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan akuisisi adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Ada beberapa alasan
perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu
pertumbuhan atau diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana, menambah
ketrampilan manajemen atau teknologi, pertimbangan pajak, meningkatkan
likuiditas pemilik, dan melindungi diri dari pengambil-alihan. Penyempitan usaha
dilakukan dengan cara reorganisasi dan likuidasi. Reorganisasi adalah suatu upaya
untuk menjaga perusahaan tetap hidup dengan mengubah struktur modalnya
(pemodelan ulang struktur modal). Sedangkan likuidasi yaitu proses penjualan
aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak
memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan kita,
tentang Merger, Akuisisi, dan Restrukturisasi. Kami menyadari bahwa penulis
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan menulis lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan isi makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak.

22
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

Anggota IKAPI. 2013. “Manajemen Stratejik”. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Kaylani, Ahmad. 2011. Negara dan Pasar Dalam Bingkai Kebijakan


Persaingan. KPPU: Jakarta.

https://elkanagoro.blogspot.com/2014/10/kekuatan-pasar-market
power.html

23

Anda mungkin juga menyukai