Anda di halaman 1dari 17

Makalah

MARAKNYA TAWURAN PELAJAR


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas PPKN
Guru pengajar : Yeyet Sri Mulyati S.pd

Kelompok 1
Andreanshah Ahmad Fauzy
Atin Komalasari
Ceri Aprilia
Elsa Ramadanti
Tia Nurhalimah
Triany Nur'annisa
Wandi
Yogi Hidayat

Xll perhotelan 2

SMK NEGERI 01 CISARUA


Tahun ajaran 2019-2020
Kata pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun makalah dengan
tema ‘ Maraknya Tawuran Pelajar ' tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing kami yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak
tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah tawuran pelajar yang sering
terjadi saat-saat ini.

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam
hal mengantisipasi tawuran pelajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta
kritikan dari para pembaca.

Cisarua,26 Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................
2.1 Jalannya masalah..................................................................................
2.2 Luas masalah tersebar pada bangsa dan negara..................................
2.3 Penanganan pemerintah dan seseorang bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah................................................................................
2.4 Kebijakan tentang masalah tersebut....................................................
2.5 Perbedaan pendapat,organisasi yang berpihak pada masalah ini.........
2.6 Pemerintah yang bertanggung jawab tentang masalah ini...................
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tawuran dikalangan pelajar sudah seperti hal yang biasa dikalangan pelajar
Indonesia. Bukan hanya dikalangan mahasiswa, tetapi dikalangan SMP, dan
SMA. Tawuran pelajar itu sendiri terkadang didasarkan pada alasan yang
tidak jelas dan tidak masuk akal seperti karena saling ejek antar anak
sekolah yang akhirnya berujung pada tawuran. Hal yang paling
mencengangkan adalah ketika ajang tawuran dijadikan ajang unjuk
kekuatan diantara para pelajar, dimana ketika pelajar tersebut menang dari
tawuran tersebut, maka dianggap sebagai jagoan.Dunia pendidikan terlalu
sering dicemarkan dengan hal-hal seperti ini dimana tiap sekolah hanya
memikirkan kualitas otak para anak didiknya, tetapi disatu sisi kualitas
mental anak didiknya tidak diperhatikan. Contoh sederhana dan nyatanya
saja dilingkungan sekolah SMP,SMA, dan Universitas ajang Mos dan Ospek
dijadikan ajang balas dendam kepada junior-juniornya karena mereka
merasa ketika dulu mereka masuk diperlakukan hal yang sama oleh para
seniornya. Dimulai dari hal pemalakan, pengancaman, sampai pemukulan
yang berakhir tewasnya pelajar/ junior tersebut.Senioritas seperti inilah
yang harusnya disadari oleh sekolah jangan hanya memandang sebelah
mata saja dengan kejadian seperti ini. Karena sekolah yang selalu
membiarkan hal seperti ini yang berakibat anak-anak didiknya bertindak
diluar batas kewajaran sebagai pelajar. Pengelompokan atau geng yang
biasanya ada dilingkungan sekolah juga salah satu faktor dimana
sekelompok anak tersebut mendominasi anak-anak yang dianggapnya
dapat ditindas.Dilingkungan sekolah yang tidak ketat dan membiarkan
ajang mos/ospek yang seperti itu dan terus membudaya akan merusak
mental anak didiknya ditiap generasi. Belum lagi sejarah sekolah yang kerap
tawuran, membawa para senior memberikan pengajaran kepada junior-
juniornya bahwa sekolah tertentu adalah musuhnya, dimana musuh harus
dihilangkan dan ketika itu juga para senior memberikan strategi-strategi
kepada para juniornya untuk menyerang sekolah yang dianggapnya
musuh.Lingkungan keluarga yang kurang atau bahkan tidak baik turut
menambah faktor para pelajar melakukan hal tersebut. Pelajar yang stres
dengan masalah yang ada dilingkungan keluarga kerap kali melakukan hal-
hal yang tidak baik sebagai pelampiasan dari rasa stresnya di dalam
keluarga atau didalam keluarga tersebut orang tua selalu bertindak kasar
dengan cara memukul, cara yang demikian membuat seorang anak menjadi
kasar dan emosional dalam menanggapi segala sesuatu yang menurutnya
salah.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana jalannya masalah?
2.Seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara?
3.Mengapa masalah harus ditangani pemerintah dan haruskah seseorang
bertanggung jawab memecahkan masalah?
4.Adakah Kebijakan tentang masalah tersebut?
5.Adakah perbedaan pendapat ,siapa organisasi yang berpihak pada
masalah ini?
6.Pada tingkat atau lembaga pemerintah apa yang bertanggung jawab
tentang masalah ini?

1.3 Tujuan Masalah


1.Mengetahui bagaimana jalannya masalah tersebut
2.Mengetahui seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara
3.Mengetahui mengapa masalah harus ditangani pemerintah dan haruskah
seseorang bertanggung jawab memecahkan masalah
4.Mengetahui tentang adanya kebijakan tentang masalah tersebut
5.Memgetahui adakah perbedaan pendapat ,siapa organisasi yang berpihak
pada masalah ini
6.Mengetahui apa tingkat atau lembaga pemerintah apa yang bertanggung
jawab tentang masalah ini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jalannya masalah

Di Indonesia, tawuran telah menjadi tradisi, atau bahkan budaya. Perilaku


menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah-masalah sepeleh atau
biasa saja yang disebabkan oleh hal-hal serius yang menjurus pada tindakan
kekerasan.Dan belakangan ini tawuran semakin marak di kalangan pelajar.
Tawuran antar pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat
mengganggu ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Saat ini,
tawuran antar pelajar sekolah tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah
atau sekitar saja, namun terjadi di jalan-jalan umum, dan mengakibatkan
pengrusakan fasilitas publik. Penyimpangan pelajar ini menyebabkan pihak
sekolah, guru, dan masyarakat yang melihat pasti dibuat bingung dan takut
bagaimana untuk melerainya, sampai akhirnya melibatkan kepolisian.Hal ini
dikarenakan senjata yang dibawa oleh pelajar-pelajar yang dipakai pada
saat tawuran bukan senjata biasa. Bukan lagi mengandalkan keterampilan
tangan, tinju satu lawan satu. Sekarang, tawuran sudah menggunakan alat
bantu, seperti benda yang ada di sekeliling (batu dan kayu). Mereka juga
memakai senjata tajam senjata yang bisa merenggut nyawa seseorang.
Contohnya pisau, besi, dan lainnya.tawuran-pelajar Penyimpangan seperti
tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan
nyawa seseorang. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bisa seorag
pelajar yang tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan
hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil?Tawuran
antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya
dipicu karena permasalahan kelompok, cenderung akibat pola
berkelompok yang menyebabkan pengelompokan berdasarkan hal-hal
tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku,
kelompok anak-anak kantin. Pengelompokan tersebut yang biasanya
dikenal dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang
terjadi antara dua kelompok yang beda sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran antar pelajar yaitu:
•Tawuran antar pelajar bisa saja terjadi karena ketersinggungan salah satu
kawannya.
•Permasalahan yang sudah mengakar, dalam arti sejarah yang
menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
•Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
•Faktor diri remaja itu sendiri;
•Faktor keluarga
•Faktor sekolah
•Faktor lingkungan
Dampak yang disebabkan karena tawuran pelajar yaitu:
1.Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi
korban. Baik luka berat, ringan. Bahkan sampai kematian.
2.Masyarakat sekitar juga dirugikan.Contohnya: rusaknya rumah warga
apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah
warga.
3.Terganggunya proses belajar mengajar
4.Menurunnya moralitas para pelajar
5.Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling
menghargai.
Berikut ini beberapa solusi untuk mengurangi terjadinya tawuran antar
pelajar yaitu;
1.Para siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan
tidak dapat terselesaikan dengan jalan kekerasan.
2.Untuk para pendidik, lakukanlah komunikasi dan pendekatan secara
khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
3.Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk
menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
5.Ajarkan ilmu sosial budaya, karena ilmu sosial budaya sangat bermanfaat
untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di
lingkungan masyarakat.
6. Pihak sekolah harus benar-benar tegas, dan memberikan sangsi seberat-
beratnya bagi siswa yang terlibat tawuran.
7.Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan
melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dak
tidak menuntun.
8.Memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan
cara yang baik dan sehat.
9.Memberikan untuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan
kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan
bakat dan potensi remaja
Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
10.Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orang tua, dan teman sebaya yang dapat
11.mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
12.Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sedang
mencari jati diri.
13.Memfalisitasi para pelajar agar bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat di waktu luangnya. Contohnya: membentuk ikatan remaja
masjid atau karang taruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat.
2.2 Seberapa luas masalah tersebar pada bangsa dan negara

Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat
157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus
dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan
korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998
ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan
tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari
tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.
Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di
tiga tempat sekaligus.
Penyebab tawuran antar pelajar ini pada umumnya adalah adanya
sejarah turun-temurun tawuran antar sekolah. Di jakarta pada periode
1980-an, SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik dengan STM Boedi Oetomo
Pejambon, semenjak itu sering terjadi tawuran antar sekolah ini. Kemudian,
pada awal tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet
Pejompongan untuk memutus tawuran dengan STM Boedi Oetomo. Kasus
yang sama banyak terjadi di berbagai kota di Indonesia. Namun masih
banyak yang tanpa penyelesaian sehingga tawuran terus terjadi.
Menurut data Komnas Perlindungan Anak yang terbaru tahun 2012, jumlah
tawuran pelajar tahun ini sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82
orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128
kasus. Kasus terakhir aksi tawuran antarpelajar SMAN 70 dan SMAN 6 yang
menewaskan Alawi (15 tahun) serta dua anak yang luka berat yang belum
diketahui identitasnya.
Pandangan umum masyarakat terhadap penyebab tawuran pelajar sering
dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari Sekolah Kejuruan, berasal
dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak
mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di
antaranya adalah Sekolah Menengah Umum. Begitu juga dari tingkat
ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi
berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering
dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama
dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang
harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama
di kota besar, masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis,
budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum
yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan
umum dan tata kota.

Jadi,di Indonesia sendiri sekarang tawuran tidak hanya


terjadi di satu wilayah saja tetapi semakin maraknya
tawuran yang terjadi di hampir semua wilayah
contohnya saja tawuran yang terjadi beberapa tahun
sekarang yaitu ;

•Tawuran yang terjadi di Permata Hijau terjadi pada


Sabtu dinihari, 1 September 2018. Sekolah yang terlibat
adalah SMA Muhammadiyah 15 Slipi melawan geng
Gusdon beranggotakan siswa SMAN 32 Jakarta,
Madrasah Anajah, dan Husni Thamrin. Akibat tawuran ini,
seorang siswa berinisial AH, 16 tahun, tewas karena
sabetan senjata tajam. AH juga disiram menggunakan air
keras oleh pelaku. Polisi menetapkan 10 tersangka.

•Tawuran di Jalan Ciledug Raya wilayah Kota


Tangerang terjadi pada 23 Agustus 2018, serta
melibatkan SMK Yuppentek dan SMA Kosgoro Ciledug,
Tangerang. Penyebab tawuran diduga karena saling ejek
saat berpapasan.

Tawuran yang terjadi di Indonesia saat ini sudah menjadi


masalah yang sangat luas tidak hanya dapat meresahkan
warga sekitar juga dapat meresahkan semua aparat
hukum pemerintah terutama bangsa dan negara.

2.3 Pentingnya pemerintah dan seseorang yang bertanggung jawab dalam


menangani kasus ini
Pemerintah seharusnya mengambil langkah tegas untuk menangani
masalah tawuran pelajar yang semakin menjamur di negri kita ini, dengan
menguatkan Hukum yang berlaku, bagi pelajar yang terlibat tawuran harus
ditangkap dan dihukum bila tertangkap tangan melakukan penganiayaan
bahkan melakukan pembunuhan, atau memberiakan mereka arahan di
panti rehabilitasi. Tidak hanya pemerintah, kasus ini harus ditangani oleh
rantai segiempat yaitu antara lain Orang tua, pemerintah, masyarakat dan
pihak sekolah.Masyarakat harus lebih peka dalam menanggapi kasus ini,
dengan mencoba melerai atau menghubungi pihak sekolah atau pihak yang
berwenang bila diperlukan. Pihak sekolah sebagai wadah pendidikan anak
harus menanamkan pendidikan moral (bimbingan Konseling) sebagai dasar
terbentuknya karakter seorang anak, tidak hanya itu apabila seoarang
pelajar terlibat kasus penganiyayaan atau tauran pelajar pihak sekolah
harus mengambllangkah tegas denagn mengeluarkan anak tersebut dari
sekolah.Orang tua harus melakukan pendekatan kepada anak, agar anak
lebih terbuka, dengan itu orang tua lebih mudah mengontrol anak mereka
masing-masing, orang tua juga harus menanamkan nilai-nilai agama kepada
anak sejak dini agar anak tersebut dapat menimbang setiap prilaku yang
akan mereka lakukan.

2.4 Kebijakan tentang kasus tersebut

Tawuran antar pelajar sudah menjadi tradisi yang mengakar di kalangan


pelajar. Hal ini telah menimbulkan keprihatinan dan keresahan terhadap
calon-calon generasi penerus bangsa ini. Permasalahannya adalah
Bagaimanakah Kebijakan Intergral terhadap penanggulangan tawuran antar
Pelajar dan Apakah yang menjadi faktor penghambat dan pendukung untuk
dilaksanakan kebijkan intergral terhadap penanggulangan tawuran antar
Pelajar tersebut. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.
Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu
hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari studi pustaka. Berdasarkan Hasil penelitian dan
pembahasan terkait Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran
Antar Pelajar dapat di ketahui melalui faktor-faktor penyebab tawuran antar
pelajar itu sendiri. Melalui faktor-faktor inilah kemudian alternatif solusi
Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran Antar Pelajar dapat
dilakukan pendekatan kesehatan mental berupa intervensi primer atau
tindakan preventif dengan memodifikasi lingkungan dan memperkuat
kapasitas sasaran (remaja sebagai pelajar). Sampai Permasalahan faktor
penghambat dilaksanakannya Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan
Tawuran Antar Pelajar ialah perundang-undangan yang membatasi aparat
penegak hukum untuk melakukan suatu tindakan. Kemudian faktor sarana
dan fasilitas yang mendukung untuk dilakukannya pembinaan masih
terbatas, serta dukungan juga kesadaran masyarakat masih minim.
Saran dalam Kebijakan Integral Terhadap Penanggulangan Tawuran Antar
Pelajar terletak pada pengoptimalan upaya preventif dan pemberian
sosialisasi, pendekatan dan pengarahan tentang tindak pidana tawuran
agar siswa sadar dan tidak melakukan aksi tawuran lagi, serta
menggalangkan kerjasama dengan instansi terkait untuk memberikan
penyuluhan. Dan lebih mengarahkan upaya mediasi penal dalam upaya
penanggulangan tawuran antar pelajar.
KebijakanKebijakan integral terhadap penanggulangan tawuran antar
pelajar yaitu:
a) Upaya non penal secara preventif yaitu dengan melakukan bimbing
teknis kepada siswa-siswi di sekolah, melakukan kegiatan ekstrakulikuler
yang bersifat positif, sosialisasi oleh pihak Kepolisian terkait tawuran, dan
Komunikasi Intensif oleh keluarga.
b) Proses Penal yang dilakukan sampai saat ini hanya melakukan teguran
atau pemanggilan orang tua siswa yang terlibat dalam tawuran serta upaya
mediasi penal.Selain itu Pihak sekolah memperluas jam kegiatan
ekstrakulikuler mereka.Kebijakan integral terhadap Penaggulangan tawuran
pelajar dapat dilakukan melalui upaya represif dan upaya preventif. Kedua
upaya ini bisa berjalan efektif jika peran keluarga, sekolah, maupun
penegak hukum dapat saling berkoordinasi dalam upaya mengurangi
kenakalan pelajar yang melakukan tawuran, karena kedua upaya tersebut
diharapkan dapat mengurangi tawuran pelajar. Baik upaya preventif
ataupun represif diberikan dengan tujuan selain untuk menimbulkan rasa
takut sehingga tidak melakukan tawuran tetapi juga untuk tujuan mendidik
para pelajar bahwa tawuran bukanlah hal yang benar untuk dilakukan
2.5 Perbedaan pendapat,organisasi yang berpihak pada masalah ini.

Tidak ada yang berpihak, melainkan kepolisian dan masyarakat yang


menertibkan.

2.6 tingkat atau lembaga pemerintah yang bertanggung jawab tentang


kasus tersebut
Secara fisik dan psikologis, remaja sebetulnya berada dalam masa transisi.
Di tengah-tengah posisi yang tidak menentu dan dalam keadaan emosi
yang tidak stabil akibat perubahan fisik dan kelenjar dalam tubuh, sebuah
identitas diri remaja juga sangatlah penting untuk mendapatkan pengakuan
akan keberadaan (eksistensi). Erik H Erikson, seorang ahli dalam psikolog
perkembangan berpendapat bahwa dalam rangka pencarian identitas diri
remaja sering terobsesi oleh simbol-simbol status yang populer di
masyarakat luas seperti bergabung dalam kelompok tertentu. Hal ini
dilakukan remaja karena ingin menunjukkan pada orang lain, khususnya
orang dewasa bahwa remaja memiliki status yang lebih tinggi, lebih
dianggap, bahkan lebih populer dari orang lain atau kelompok sebayanya.
Di sinilah ruang dimana remaja dapat diterima sekaligus diakui oleh
komunitas masyarakat di sekitarnya. Namun, ruang baru yang mereka huni
tersebut terkadang menuntut hadirnya kultur solidaritas, bahkan dapat
menyimpang menjadi sebuah sikap fanatisme dan vandalisme.
Faktor pemancing terjadinya tawuran pun biasanya sepele, mulai dari
adanya sebuah pertandingan atau nonton konser, bersenggolan di bis,
berebut pacar, bahkan tidak jarang saling menatap antar sesama pelajar
mampu mengawali sebuah tindakan tawuran, karena mereka
menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Selain karena faktor internal
yang terjadi dalam diri remaja, faktor eksternal sebenarnya juga mengambil
andil sebagai penyebab terjadinya tawuran. Faktor tersebut diantaranya
adalah pembekalan oleh senior yang diperkuat dengan adanya sejarah
dendam antar sekolah yang sudah turun temurun, serta ketidakkonsistenan
orang dewasa, yakni antara apa yang dikatakan oleh orang dewasa dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Bahkan, remaja kerap kali melihat aksi
kriminal dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa melalui
media massa atau video games, yang akhirnya dimungkinkan untuk
menginternalisasi ke dalam moral ramaja.
Hal tersebut, seharusnya dipahami agar respon masyarakat awam maupun
kalangan pendidik tidak serta merta menganggap remaja sebagai
pemberontak dan pembangkang. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 Pasal 59 tentang Perlindungan Anak, para remaja pelaku
tawuran termasuk dalam golongan anak korban perlakuan salah yang
seharusnya mendapatkan perlindungan khusus dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya dalam bentuk bimbingan
nilai agama dan nilai moral, konseling, dan pendampingan sosial. Hal
tersebut perlu dilakukan karena para remaja mengambil keputusan untuk
melakukan tawuran karena adanya faktor eksternal.
Kasus tawuran merupakan pemicu terjadinya konflik sosial, untuk
melindungi anak dari hal yang dapat memicu terjadinya konflik sosial
seperti tawuran, maka Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak telah menginisiasi lahirnya Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial. Salah satu program tersebut
adalah pendidikan damai dan keadilan gender. Dalam kegiatan ini, anak-
anak dan remaja diajarkan agar tidak melakukan aksi tawuran. Walaupun
begitu, penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat berjalan
maksimal jika tidak didukung oleh masyarakat, keluarga, pihak sekolah
untuk mencegah tawuran antar pelajar. Hal ini pun senada dengan
pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Yohana S. Yembise, “Hal yang dibutuhkan remaja pada masa pencarian jati
diri adalah perhatian dan penghargaan atas eksistensi dirinya, khususnya
dari orang-orang dekatnya, terutama para orang tua. Selain mengawasi
pergaulan anak, Orang tua juga diharapkan dapat memberikan motivasi dan
apresiasi yang cukup kepada remaja. Dengan begitu, kecil kemungkinan
remaja akan bergabung dan menyalurkan hasrat eksistensi dirinya di
kelompok berkecenderungan negatif dan rawan tawuran”.
Untuk melakukan pencegahan tawuran antar pelajar, pihak sekolah sangat
dibutuhkan untuk mensosialisasikan bahaya tawuran melalui mata
pelajaran atau melalui kerjasama dengan pihak yang berwenang. “Selain
memfasilitasi potensi remaja melalui kegiatan ekstrakulikuler, hal-hal yang
kami prioritaskan adalah program pembinaan, pengawasan, dan sosialisasi
terkait bahaya tawuran kepada pelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengintregasikan bahaya tawuran dengan mata pelajaran, seperti agama
dan kewarganegaraan. Selain itu, pihak sekolah juga dapat bekerja sama
dengan pihak kepolisian dan Dinas PPPA setempat,” tandas Menteri Yohana
S. Yembise.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurangnya kepekaan masyarakat dalam menyikapi atau merespon
fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitar mereka cenderung
akan menambah parah situasi sehingga menumbuhkan fenomena-
fenomena sosial baru yang serupa bahkan bisa jadi lebih parah dari
fenomena sosial yang terjadi sebelumnya. Sikap apatis masyarakat
menyebabkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi serasa diabaikan
sehingga secara tidak langsung fenomena sosial tersebut mendapat
dukungan kebenaran atas apa yang mereka lakukan, apa yang harusnya
bertentangan dengan norma atau kaidah malah menjadi sejalan dengan
norma atau kaidah tersebut.
Seperti halnya studi kasus mengenai tawuran antar pelajar yang akhir-
akhir ini mulai marak terjadi, masyarakat serasa mendukung atas apa
yang pelajar lakukan. Masyarakat sebagai kontrol sosial harusnya bisa
membaca dan memberikan solusi bijak terhadap apa yang terjadi
dihadapan mereka, karena tanpa adanya peran dan partisipasi dari
mereka, tawuran antar pelajar tidak akan pernah berakhir. Karena kita
tahu, kontrol sosial yang dilakukan keluarga dan sekolah hanya bisa
mengontrol mereka pada saat mereka berada dalam area pengawasan
keluarga ataupun sekolah mereka, selebihnya masyarakatlah yang
berperan. Oleh karena itu peran aktif masyarakat tentunya sangat
dibutuhkan untuk mendidik dan mengarahkan sikap pelajar diluar
kendali sekolah dan keluarga tersebut kearah yang lebih positif, bukan
hanya berpangku tangan dan menyaksikan kejadian demi kejadian yang
terjadi diantara para pelajar. Namun, perlu diingat juga bahwa peran
keluarga dan pihak sekolah tidak bisa begitu saja diabaikan, mengingat
pondasi dasar perilaku mereka dibangun oleh kedua pihak tersebut. Jika
dari pihak keluarga harusnya bisa menanamkan pondasi agama sebagai
tameng untuk membentuk iman dan akhlak agar mereka tidak salah
dalam bergaul, pihak sekolah harusnya juga bisa menanamkan pondasi
moral terhadap pelajar agar bisa menjunjung tinggi keberagaman dan
toleransi dalam bergaul dengan sesama.
Sederhananya, biarpun masyarakat berperan besar dalam kontrol sosial
bagi pelajar saat berada diluar lingkungan keluarga dan sekolah, semua
pihak yang terlibat dalam pengontrol perilaku sosial pelajar juga harus
tetap bersinergi agar sistem yang berada didalamnya tidak terjadi
ketimpangan yang bisa membuat pelajar kita melakukan sesuatu hal
yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan hidup bersama.

3.2 Saran

Jika menengok ulang terhadap analisa yang ada mengenai penyebab


terjadinya tawuran antar pelajar, beberapa saran berikut bisa menjadi
solusi agar angka tawuran antar pelajar bisa ditekan, bahkan bila
memungkinkan bisa dihilangkan;
Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu
membentuk sikap, pola pikir, perilaku, termasuk juga akhlak yang baik
untuk para pelajar.
Masyarakat mestinya menyadari akan perannya dalam menciptakan
situasi yang kondusif, semisal dengan mengadakan kontrol terhadap
fenomena-fenomena sosial yang terjadi disekitarnya.
Sekolah harusnya memberikan pelayanan baik untuk membantu pelajar
mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada
dalam dirinya. Baik dalam kemampuan yang bersifat akademis maupun
non-akademis, sehingga tidak ada lagi waktu bagi pelajar untuk
melakukan hal yang tidak berguna, terlebih melakukan tawuran.
Hindari ikut berkumpul atau bergabung dengan gang yang memiliki
kecenderungan untuk melakukan hal yang mengarah pada hal-hal
negatif.
Tanamkan nilai moral dan religius didalam hati agar senantiasa memiliki
kesadaran diri untuk tidak berbuat negatif saat kontrol sosial yang
berada disekitar melemah atau terjadi ketimpangan.

Anda mungkin juga menyukai