Anda di halaman 1dari 12

LTM FUNGSI PROTEIN

Nurul Aulia Ditami – 1706070942

I. Abstrak
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti pertama atau utama.
Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel.
Protein tersusun dari ratusan hingga ribuan monomer asam amino yang saling dihubungkan
oleh ikatan peptida (CONH) menjadi rantai polimer panjang yang disebut polipeptida.
Terdapat 20 macam asam amino berbeda yang dapat dikombinasikan untuk membentuk
protein. Susunan asam amino tersebut menentukan keunikan struktur tiga dimensi
serta fungsi yang spesifik bagi protein tersebut.

Kata kunci: Protein, Asam Amino, Energi, Enzim, Hormon.

II. Bahasan
1. Fungsi Protein Struktural
1.1 Kolagen
Kolagen merupakan material yang mempunyai kekuaan rentang dan struktur
yang berbentuk serat. Hampir sepertiga protein dalam tubuh vertebrata berada
sebagai kolagen. Kolage juga merupakan komponen serat utama dalam tulang,
gigi, tulang rawan, lapisan kulit dalam (dermis), tendon (urat daging) tulang
rawan dan lensa mata.
Kolagen mengandung hidroksilin dan hidroksiprolin yaitu asam-asam amino
yang terdapat dalam beberapa protein lain. Kolagen juga mengandung kira-kira
35 persen glisin dan kira-kira 11 persen alanin; presentasi asam amino ini cukup
tinggi dan yang lebih menonjol adalah kandungan prolin dan 4-hidroksiprolin
yang tinggi, yaitu asam amino yang jarang ditemukan pada protein selain pada
kolagen dan elastin.
Kolagen termasuk sebagai jaringan pengikat, yang tersusun atas fibril
kolagen. Fibril kolagen terdiri atas sub unit polipeptida yang disebut
tropokolagen yang terdiri atas tiga rantai polipeptida yang saling silang (berpilin
atau heliks ganda tiga) dan membentuk seperti tali. Dalam heliks tropokolagen
ketiga benang terikat hydrogen satu dengan yang lain dengan perantaraan
gugus peptide -NH dari resiud glisin dan gugus peptide -C=O pada rantai lain.
Ini merupakan struktur heliks yang berbeda nyata dari alfa-heliks. Dan tidak
dijumpai pada protein lain. Tropokolagen juga berisi rantai samping karbohidrat
yang mengikat pada gugus hidroksilnya, hydroksilisin. Residu hidroksilisin dari
tropokolagen mempunyai peranan penting dalam pembentukan serat kolagen.
Peranan serat kolagen ini dapat dilihat dengan adanya asam askorbat dalam
pembentukan hidroksilin dimmana asam askorbat mengaktifkan enzyme prolyl
hydroksilase dan enzim ini akan merubah residu prolin menjadi hidroxyprolin.

Gambar 1. Kolagen

1.2 Elastin
Elastin adalah protein yang sangat elastis dalam jaringan ikat, elastis seperti
penghapus, dimana seratnya dapat memanjang beberapa kali dari Panjang
normalnya. Adanya serat elastin memungkinkan jaringan dapat meregang tanpa
sobek. Sepertiga gugus elastin adlah glisin. Kandungan lainnya adalah alanin,
prolin dan valin. Rantai elastin tidak membentuk helix tripel. Struktur
keseluruhan elastin mirip struktur amorf karet yang mudah berubah bentuk.
Contohnya adalah pada pita suara, pembuluh darah besar dan beberapa
ligament pada tulang punggung.

1.3 Keratin
Keratin termasuk protein skleroprotein. Keratin merupakan materi dasar
penyusum lapisan kulit, rabut dan kuku. Monomer keratin saling terikat dan
membentuk filamen intermediat yang tidak dapat larut dan membentuk jaringan
yang keras yang dapat ditemukan pada reptile, burung, amfibi, dan mamalia.
Unsur bilogi yang dapat mempengaruhi kekuatan lapisan kertain adala kitin.

1.4 Tubulin
Tubulin adalah protein yang membentuk mikrotubulus. .α- dan β-tubulin
berpolimerisasi menjadi mikrotubulus. Mikrotubulus adalah silinder protein yang
terdapat pada sebagian besar sel hewan dan tumbuhan. Mikrotubulus berfungsi
dalam proses seluler esensial termasuk mitosis atau pembelahan sel, karena
setiap kromosom bergerak ke kutum pembelahan yang terikat pada gelendong
mitotic yang dibentuk oleh mikrotubul. Selain itu, mikrotubul berguna sebagai
saluran bagi arus zat sitoplasma di dalam sel dan merupakan komponen
struktural yang pneting dari silia dan flagella.

1.5 Sklerotin
Sklerotin adalah komponen kutikula dari berbagai arthropoda, yang paling
sering ditemui serangga. Sklerotin dibentuk dengan proses saling menyilangnya
molekul-molekul protein, sebuah proses biokimia yang disebut sklerotisasi.
Material yang terbentuk menjadikan eksoskeleton serangga yang keras dan
mengandung kitin menjadi kaku. Protein ini banyak terdapat dalam bagian
integument serangga dan arachnid, contohnya bagian mulut yang menggigit
serta sklerit pada kalajengking dan kumbang. Siring pendewasaan, sklerotin
yang baru terbentuk menjadi keras seperti tanduk dengan variasi warna kuning-
coklat.

1.6 Serisin dan Fibroin


Sutra mentah terdiri dari dua protein utama, serisin dan fibroin, dimana fibroin
berada di tengah struktur sementara serisin merupakan material lengket yang
membungkusnya dan menyebabkannya dapat saling menempel. Fibroin adalah
protein tak larut yang dihasilkan oleh laba-laba, larvae Bombyx mori, serta
genus ngengat lainnya. Protein fibroin terdiri dari lapisan beta yang saling
antiparallel. Struktur primernya merupakan asam amino dengan urutan (Gly-
Ser-Gly-Ala-Gly-Ala)n. Kandungan glisin yang tinggi menyebabkan eratnya
pengemasan lapisan-lapisan tersebut. Sehingga sutra mempunyai struktur yang
kejar dan tahan regangan.

2. Fungsi Protein Cadangan


2.1 Mioglobin
Mioglobin adalah protein yang berukuran kecil (sekitar 17.200 dalton) yang
terdapat di otot jantung dan otot rangka, berfungsi menyimpan dan
memindahkan oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi ke enzim-enzim
respirasi di dalam sel kontraktil. Ketika terjadi kerusakan pada otot, mioglobin
dilepas ke dalam sirkulasi darah. Mioglobin disaring dari darah oleh ginjal dan
diekskresikan melalui urin. Jika sejumlah besar mioglobin yang dilepaskan ke
dalam aliran darah, seperti setelah trauma parah, mioglobin berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal dan akhirnya mengakibatkan kegagalan
ginjal. Peningkatan mioglobin serum terjadi 2-6 jam setelah terjadi kerusakan
jaringan otot jantung atau otot rangka, mencapai kadar tetinggi dalam waktu 8-
12 jam, dan kembali normal dalam waktu 18-36 jam. Mioglobin urin dapat
dideteksi selama 3-7 hari setelah cedera otot.

2.2 Ferritin
Ferritin merupakan protein dalam tubuh yang mengikat zat besi. Sebagian
besar zat besi yang tersimpan dalam tubuh terikat dengan protein tersebut.
Protein ini banyak ditemukan di hati, limpa, otot rangka, dan sumsum tulang.
Hanya sedikit ferritin yang ditemukan dalam darah. Zat besi bebas bersifat
toksik atau berbahaya bagi sel; tubuh memiliki mekanisme perlindungan untuk
mengikat zat besi bebas tersebut. Di dalam sel, zat besi disimpan dalam bentuk
ikatan dengan protein ferritin. Oleh karena itu, ferritin berfungsi menyimpan zat
besi dalam bentuk terlarut dan non-toksik. Kadar ferritin dalam serum darah
berkolerasi dengan jumlah total simpanan zat besi tubuh sehingga pegurukuran
ferritin serum adalah pemeriksaan laboratorium yang paling mudah untuk
memperkirakan status simpanan zat besi. Kadar normal ferritin laki – laki
dewasa adalah 100 g/L dan wanita dewasa adalah 30 g/L. Jika terjadi
penurunan simpanan zat besi, kadar ferritin turun sampai < 15 g/L.

Kadar ferritin dapat mengalami peningkatan atau penurunan. Peningkatan


kadar ferritin darah dapat terjadi akibat hemokromatosis. Hemakromatosis
adalah penumpukan zat besi berlebihan yang terdapat dalam bentuk keturunan
(bawaan) atau didapat (sekunder). Hemakromatosis herediter adalah kelainan
bawaan di mana terjadi penumpukan zat besi akibat peningkatan penyerapan
zat besi dari usus. Hemakromatosis sekunder disebabkan keadaan tertentu,
seperti penyakit hati kronik, anemia hemolitik, hepatitis C, pengerasan hati,
penyakit hati alkoholik, dan transfusi darah berulang. Hemokromatosis dapat
tidak bergejala atau menimbulkan gejala berat seperti disfungsi seksual, gagal
jantung, nyeri sendi, pengerasan hati, diabetes, kelelahan, dan perubahan
warna kulit mejadi gelap.

Kadar ferritin yang rendah ditemui pada penderita defisiensi zat besi. Tanpa
zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat menghasilkan hemoglobin (komponen
sel darah merah yang membawa oksigen) sehingga terjadi anemia. Anemia
defisiensi besi yang ringan tidak bergejala, namun anemia berat menimbulkan
gejala seperti sesak napas, kelelahan, pusing, kulit pucat, dan detak jantung
yang cepat. Selain itu, kadar ferritin yang rendah ditemui pada orang dengan
perdarahan menstruasi hebat, perdarahan saluran cerna jangka panjang, dan
gangguan usus yang menyebabkan penurunan penyerapan zat besi.

2.3 Kasein dan Ovalbumin


Kasein adalah protein yang paling banyak tersedia di susu. Protein ini
relative tidak bias larut dan cenderung membentuk struktur yang disebut misel
yang meningkatkan kelarutannya di air. Selama pemrosesan susu, yang
umumnya melibatkan panas atau asam, senyawa kasein peptide dan struktur
misel akan terganggu dan membenentuk struktur yang lebih sederhana.
Hasilnya, material seperti gelatin terbentuk. Ini adalh dasar mengapa kasein
memiliki daya cerna yang lebih rendah, dan juga pelepasan asam amino yang
perlahan tapi stabil ke dalam sirkulasi.
Ovalbumin adalah protein utama pada putih telur. Protein ini menyimpan
energi dan dapat dicerna saat metabolism organisme untuk menghasilkan
energi. Selain sebagai protein penyimpanan, dalam kasus keracunan logam
berat (seperti besi), ovalbumin dapat digunakan. Ovalbumin berikatan secara
chelating dengan logam berat dan memerangkap ion-ion metal dengan ikatan
sulfihidril dalam prtein tersebut. Chelating mencegah absorpsi logam ke dalam
usus dan mencegah keracunan.
3. Fungsi Protein Transport
3.1 Hemoglobin
Hemoglobin adlah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apiprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organic
dengan satu atom besi. Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik
dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal
adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut
‘100 persen’.
Hemoglobin berguna mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida
di dalam jaringan-jaringan tubuh, mengambil oksigen dari paru-paru kemudian
dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar,
membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolism
ke paru-paru untuk dubuang, untuk mengetahui apakah seseornag itu
kekurangan darah atau tisak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar
hemoglobin.

3.2 Hemosianin
Hemosianin adalah protein pernapasan mengandung tembaga, yang
memberikan darah hewan berwarna biru bukan merah, hemosianin mirip
dengan hemoglobin yang hadir dalam darah serangga tertentu, krustasea, dan
invertevrata lainnya. Fungsinya adalah untuk menyampaikan oksigen dari organ
pernapasan ke jaringan. Hemosianin hanya ditemukan pada Mollusca dan
Arthropoda: hemosianin awal ditemukan dalam siput helix pomatia (moluska)
dan dalam kepitik hoseshoe (rthropoda). Mereka kemudian ditemukan umum di
kalangan krustasea dan digunakan oleh beberapa arthropoda tanah seperti
tarantula Eurypelma californicum, kalajengking kaisar, dan kelabang coleoptrata
Scutigera.

4. Fungsi Protein Hormon


4.1 Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Hormon ini
berfungsi untuk membantu sel tubuh menyerap gula dari karbohidrat yang kita
konsumsi sehari-hari, sehingga gula tersebut dapat digunakan sel untuk
menghasilkan energi atau disimpan di dalam tubuh. Insulin bersama dengan
hormon glukagon menjaga agar kadar gula di dalam darah agar stabil, tidak
terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Fungsi insulin di dalam tubuh adalah mengatur kadar gula darah dengan
cara membantu sel tubuh, seperti otot, lemak, dan sel hati, dalam menyerap
gula darah sehingga dapat digunakan sebagai energi. Gula yang berlebihan di
dalam darah akan disimpan oleh insulin di dalam hati dan otot sebagai glikogen.
Insulin juga dapat menurunkan kadar gula dalam darah dengan cara
mengurangi produksi gula di dalam hati. Dalam tubuh manusia normal, fungsi
insulin ini memungkinkan insulin untuk mengatur kadar gula darah agar tidak
terlalu tinggi.
Di dalam dunia kedokteran insulin juga dapat digunakan untuk membantu
mengatur kadar gula darah pada pasien kencing manis atau diabetes melitus.
Insulin digunakan sebagai suntikan di bawah kulit dan dapat disuntikkan di
sekitar perut, bahu, dan paha. Tipe insulin bervariasi tergantung dari onset
(lama waktu insulin masuk ke dalam darah dan mulai bekerja menurunkan gula
darah), peaktime (waktu yang diperlukan insulin untuk mencapai kekuatan
maksimal dalam menurunkan gula darah), dan durasi insulin terus bekerja
menunkan gula darah.

4.2 Growth Hormone


HGH (Human Growth Hormone) atau Hormon Pertumbuhan Manusia
adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang disintesa dan
dirembeskan oleh sel-sel yang disebut Somatotrof di dalam Anterior, yaitu
Kelenjar Pituitary. HGH ini terus dikeluarkan oleh Kelenjar Pituitary sejak dari
kita kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup tubuh kita akan
memerlukannya untuk pertumbuhan tubuh (khususnya ketika kita masih anak-
anak), membantu dalam pertumbuhan tulang (sampai usia 25 tahun),
memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh (jantung, hati,
pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan fungsi detoksifikasi (pembuangan
racun dalam tubuh), dan lain sebagainya.
Hormon Pertumbuhan Manusia akan berkurang seiring dengan
pertambahan usia. Pada umur 60 tahun volume Hormon Pertumbuhan hanya
tinggal sebesar 25% jika dibandingkan dengan usia 21 tahun. Terlebih lagi jika
pola hidup dan pola makan kita tidak sehat akan membuat proses penuaan jauh
lebih cepat dari yang seharusnya.
Pengurangan hormon pertumbuhan menyebabkan sistem metabolisme
tubuh menurun serta munculnya gejala penuaan, seperti: daya ingat menurun,
warna rambut berubah, kerutan-kerutan di wajah, stamina tidak prima, mudah
lelah, sangat rentan terhadap penyakit, daya seksual menurun.

4.3 Paratiroid Hormon


Hormon Paratiroid (PTH) adalah hormon petida yang disekresikan
oleh kelenjar paratiroid yang tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus
pharyngeus. Secara normal ada 4 buah kelenjar paratiroid pada tubuh manusia
yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid. 2 tertanam di kutub superior dan 2
ladi di kutub inferior. Setiap kelenjar paratiroid panjagnya kira-kira 6mm, lebar
3mm, tebal 2 mm dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman.
Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama mengandung sel utama (chif cell)
yang mengandung aparatus golgi, retikulum endoplasma dan granula sektorik
yang mensintensis dan mensekresikan Hormon paratiroid. Hormon
paratiroid (Parathyroid hormone (PTH), parathormone atau parathyrin),
disekresikan oleh chief cells sebagai polipeptida yang terdiri dari 84 asam
aminodengan berat molekul 9500. Efek Keseluruhan PTH adalah meningkatkan
konsentrasi plasma (dan CES keseluruhan) sehingga mencegah hipokalsemia.
Jika PTH tidak ada samasekali maka kematian timbul dalam beberapa hari,
biasanya akibat asfiksia karena spasme hipokalsemik otot-otot pernafasan.
Hormon ini juga menurunkan konsentrasi .
Hormon parathyroid berfungsi untuk menstabilkan konsentrasi kalsium
dalam darah. Apabila konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler turun
sampai dibawah normal ia akan di rangsang pengeluaranya, begitupun
sebaliknya, apabila konsentrasi ion kalsium terlalu tinggi melampaui batas
normal akan terjadi umpan balik negatif yang menghambat sekresi hormon
paratiroid.

5. Fungsi Protein Kontraktil


5.1 Aktin dan Miosin
Sistem kontraktil utama dari semua jaringan otot didasarkan pada interaksi
dari dua protein yang disebut “aktin” dan “Miosin”. Sistem protein ini kadang-
kadang disebut ” sistem kontraktil aktin-miosin “. Loncat ke pencarian Aktin
adalah protein globular multifungsi dengan massa sekitar 42-kDa yang
membentuk mikrofilamen. Aktin berperan dalam proses seluler dari migrasi sel
hingga transpor membran. Dua bentuk aktin adalah monomer ( G-aktin ) dan
filamentous ( F-aktin ). Dalam kondisi fisiologis, G-aktin siap dipolimerisasi
untuk membentuk F-aktin dengan menggunakan energi dari ATP .
Meskipun polimerisasi filamen aktin dimulai dari kedua ujung filamen, laju
polimerisasi di setiap ujungnya tidak sama. Ini menghasilkan polaritas intrinsik
dalam filamen. Ujung polimerisasi yang cepat disebut ujung berkait (+)
sementara ujung polimerisasi yang lambat disebut ujung runcing (-). Hubungan
tropomiosin dan troponin menstabilkan filamen aktin.
Bentuk dan gerakan sel tergantung pada filamen aktin. Fungsi utama
filamen aktin adalah membentuk sel sitoskeleton dinamis. Sitoskeleton
memberikan dukungan struktural dan menghubungkan sel interior dengan
sekitarnya. Filamen aktin juga terlibat dalam pembentukan filopodia dan
Lamellipodia yang membantu motilitas sel. Filamen aktin membantu dalam
pengangkutan organel ke sel anak selama mitosis. Kompleks filamen tipis di sel
otot menghasilkan kekuatan, mendukung kontraksi otot.
Miosin adalah keluarga protein motorik yang berhubungan dengan aktin.
Miosin mengacu pada protein yang membentuk filamen kontraktil tebal dalam
sel otot. Semua molekul miosin terdiri dari satu atau dua rantai berat dan
beberapa rantai ringan. Tiga domain dapat diidentifikasi dalam protein ini:
kepala, leher, dan ekor. Domain kepala bersifat globular dan berisi aktin dan
situs pengikatan ATP. Daerah leher mengandung α-heliks. Situs ekor berisi
situs pengikatan untuk berbagai molekul.
Tiga belas kelas miosin yang berbeda dapat diidentifikasi sebagai miosin I,
II, III, IV, dll. Miosin I terlibat dalam pengangkutan vesikula. Miosin II
bertanggung jawab untuk kontraksi otot. Kontraksi otot dijelaskan oleh teori
filamen geser. Filamen aktin tipis meluncur di atas filamen miosin tebal,
menghasilkan ketegangan di otot.

5.2 Tropomiosin
Tropomiosin merupakan molekul fibrosa yang terdiri atas dua buah rantai,
alfa dan beta tropomiosin, yang terletak melekat pada F-aktin dalam alur antar
filamen. Tropomiosin memiliki berat molekul 64.000 dalton dan merupakan
perpanjangan molekul dari 40 nm dari dua sub unit alfa helic. Rentang
tropomyosin adalah tujuh monomer aktin.
Di akhir dari mlekul tropomyosin ini ditemukan multi-sub unit protein
troponin. 3 komponen dari kompleks ini memiliki kemampuan untuk merspon
naik turunnya konsentrasi kalsium dengan mengatur sedikitnya tropomyosin
untuk mengikuti monomer F-aktin untuk mempengaruhi persilangan
penyebrangan myosin dan menginisiasi proses sliding.
Tropomiosin terdapat dalam semua struktur muskuler dan struktur mirip otot.
Tropomiosin diperkirakan terletak diatas molekul aktin pada keadaan istirahat
dan menghambat pengikatan jembatan silang myosin suatu tempat diaktin. Bila
konsentrasi kalsium intrasel meningkat maka akan berikatan dengan troponin
sehingga terjadi pergeseran posisi troponin pada molekul tropomyosin yang
menyebabkan pergeseran posisi tropomyosin terhadap aktin.

5.3 Troponin
Troponin adalah molekul protein yang merupakan bagian dari otot rangka
dan otot jantung. Otot polos tidak memiliki troponin. Troponin merupakan suatu
kompleks yang terdiri dari 3 buah subunit, yaitu troponin I, troponin C, dan
troponin T yang memiliki fungsi berbeda dalam proses kontraksi otot. Troponin
umumnya tidak terdeteksi pada darah orang sehat.
Protein troponin berfungsi dalam proses kontraksi otot jantung dan otot
rangka. Pada kerusakan atau kematian sel otot, troponin dilepaskan ke aliran
darah. Pengukuran kadar troponin dalam darah berfungsi sebagai penanda
adanya kerusakan sel otot jantung atau otot rangka. Troponin paling sering
digunakan sebagai penanda kematian sel otot jantung (iskemia miokard). Tidak
terdapat perbedaan struktur troponin C pada otot jantung dan otot rangka
sehingga troponin C jarang digunakan untuk mendeteksi kelainan otot jantung.
Troponin T dan I sangat sensitif dalam mendeteksi kerusakan otot jantung
dan memiliki nilai klinis yang sama. Nilai normal troponin T adalah < 0.1 ng/mL
dan troponin I < 0.04 ng/mL. Kadar troponin pada penderita iskemia miokard
meningkat dalam 3 – 12 jam setelah awal timbulnya nyeri dada, mencapai
puncak pada 24 – 48 jam, dan kembali ke nilai normal dalam 5 – 14 hari. Kadar
troponin dapat tidak terdeteksi pada 6 jam pertama setelah nyeri dada. Kadar
troponin perlu diukur pertama kali saat penderita datang dan diulangi 10 – 12
jam kemudian.

5.4 Kinesin dan Dinein


Kinesin adalah protein yang termasuk kelompok protein bergerak yang
ditemukan pada sel eukariota. Kinesin bergerak sepanjang filamen mikrotubulus
dengan menggunakan energi dari hidrolisis ATP sehingga kinesin dapat
digolongkan sebagai ATPase. Gerakan aktif kinesin menunjang beberapa fungsi
sel, termasuk mitosis, meiosis, dan pengangkutan muatan selm seperti
pengangkutan aksoplasmik. Sebagian besar kinesin bergerak menuju ujung
positif mikrotubulus yang pada kebanyakan sel merupakan gerakan yang
mengangkut muatan dari pusat sel menuju perferi atau tepi. Jenis
pengangkutan ini dikenal sebagai pengangkutan anterograd.
Dinein adalah kompleks protein multi-subunit yang memiliki gugus yang berperan
sebagai ATPase sehingga bertanggung jawab terhadap terjadinya hidrolisis ATP
agar dapat memulai suatu gerakan. Dinein merupakan kelompok protein motor
mikrotubulus yang bergerak ke arah ujung negatif (minus end) yang tersusun atas 2
atau 3 rantai tebal (yang termasuk motor domain) dan berhungan dengan beberapa
macam rantai tipis. Berdasarkan struktur dan fungsinya, dinein terbagi dalam
dua kelas yaitu: dinein sitoplasmik (cytoplasmic dynein) dan dinein aksonemal
(axonemal dynein).
Dinein aksonemal memiliki rantai tebal heterodimer dan homodimer dengan 2 atau 3
motor domain kepala dan bertanggung jawab untuk pergerakan mikrotubulus (sliding
movement) seperti pada silia dan flagella. Dinein sitoplasmik memiliki rantai tebal
homodimer dengan 2 motor domain sebagai kepala dan berperan penting pada mitosis,
polarisasi sel, transpor vesikel dan organel (transpor intraseluler) serta
mengarahkan perpindahan sel, seperti untuk lokalisasi apparatus golgi ke bagian
tengah sel. Dinein sitoplasma memiliki berat sekitar 1,5 Megadalton (MDa) dan tersusun
atas 12 subunit polipeptida yaitu: dua rantai tebal identik (52 kDa) yang
mengandung aktifitas ATPase dan mengatur pergerakan sepanjang
mikrotubulus; 2 rantai intermediet (74 kDa) yang berperan untuk mengikat dinein pada
kargonya; serta rantai intermediet lain (53-59 kDa) dan beberapa rantai tipis.

6. Fungsi Protein Reseptor


6.1 Protein membrane peripheral
Reseptor ini relatifjarang, dibandingkan dengan jenis yang lebih umum dari
reseptor yang melintasi membrane sel. Contoh reseptor dari protein membrane
peripheral adalah reseptor elastin.

6.2 Transmembran reseptor


6.2.1 Reseptor Ionotropik
Reseptor terkait kanal ion teraktivasi ligan (reseptor ionotropik)
biasanya menjadi target neurotransmiter cepat seperti asetilkolin
(nikotinik) dan GABA; dan aktivasi reseptor ini menghasilkan perubahan
gerakan ion melintasi membran. Mereka memiliki struktur heteromer
dimana setiap subunit terdiri dari domain pengikat ligan ekstraseluler dan
domain transmembran di mana domain transmembran pada gilirannya
mencakup empat heliks alfa transmembran. Rongga pengikat ligand
terletak di antarmuka antara subunit.
Gambar 2.

𝑆𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 + 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟 → 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 → 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑜𝑛 →


𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟𝑢ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖𝑓𝑎𝑡 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑖𝑠

6.2.2 Reseptor terhubung protein G


Reseptor terhubung protein G (reseptor metabotropik) adalah
keluarga reseptor terbesar dan termasuk reseptor untuk beberapa
8eptide dan 8eptide8e8mitter misalnya 8eptide8 dan 8eptide8e. Mereka
terdiri dari tujuh heliks alfa transmembran. Lengkung yang
menghubungkan heliks alfa membentuk domain ekstraseluler dan
intraseluler. Situs pengikatan untuk ligan 8eptide yang lebih besar
biasanya terletak di domain ekstraseluler sedangkan situs pengikatan
untuk ligan non-peptida yang lebih kecil sering terletak di antara tujuh
heliks alfa dan satu lengkungan ekstraseluler. Reseptor yang disebutkan
di atas digabungkan ke sistem efektor intraseluler yang berbeda melalui
protein G.

Gambar 3.

𝑆𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿𝑖𝑔𝑎𝑛 + 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟



𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐺 − 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛
↓ ↓
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑙 𝑖𝑜𝑛
↓ ↓
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑖𝑜𝑛
𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑒𝑢𝑙𝑒𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎
6.2.3 Reseptor yang terkait dengan Enzim
Reseptor ini dikenal sebagai reseptor katalitik yaitu reseptor
transmembrane, dimana pengikatan ligan ekstraseluler memicu aktivitas
enzimatik di sisi intraseluler. Reseptor tirosin kinase (RTK) merupakan
keluarga reseptor yang irip satu sama lain. Reseptor tirosin kinase
adalah Reseptor yang terkait dengan kinase terdiri dari domain
ekstraseluler yang mengandung situs pengikatan ligan dan domain
intraseluler, seringkali dengan fungsi enzimatik, dihubungkan oleh heliks
alfa transmembran tunggal. Contoh reseptor terkait kinase yaitu reseptor
insulin.

Gambar 4.

𝑆𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑙𝑖𝑔𝑎𝑛 + 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚



𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔
𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝𝑡𝑜𝑟, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑙

7. Fungsi Protein Pertahanan


7.1 Antibodi dan Antigen
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun
(kekebalan) pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh
sel plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Jenis
Antibodi yaitu ada Imunoglobulin G, Imunoglobulin A, Imunoglobulin M,
Imunoglobulin E dan Imunoglobulin D. Imunoglobulin G yang terbanayk
terdapat dalam serum yaitu 75%, dapat menembus plasenta membentuk
imunitas bayi sampai berumur 6 sampai 9 bulan. Imunoglobulin A sedikit dalam
serum, banyak tedapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air mata, keringat,
ludah dan air susu, fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak
antara toksin/virus dengan sel sasaran. Imunoglobulin M, tidah dapat
menembus plasenta, fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen
memudahkan fagositosis dan aglutonosis kuat terhadap antigen. Imunoglobulin
E memiliki jumlah yang paling sedikit dalam serum, mudah diikat oleh sel
mastosit, basofil dan eosinophil. Imunoglobulin D sedikit ditemukan dalam
sirkulasi, tidak dapat mengikat komplemen dan mempunyai aktifitas antibody
terhadap makanan dan autoantigen.
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan
dapat bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen
adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan
yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan
paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat
mengenal/ menginduksi pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah
bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitope.
8. Fungsi Protein Enzimatik
8.1 Oksidoreduktase
Oksidoreduktase adalah kelompok enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi
dan oksidasi (redox). Reaksi redox merupakan reaksi kimia yang memindahkan
elektrok dari suatu rektan ke unsur produk. Reduksi adalah reaksi yang
menyebabkan suatu senyawa kehilangan elektron ditandai dengan hilangnya
unsur hidrogen atau oksigen. Sementara oksidasi adalah reaksi kimia yang
menyebabkan suatu senyawa menerima donor elektron. Reduksi dan oksidasi
adalah reaksi yang berlawanan. Meski demikian, keduanya saling berhubungan.
Reaksi redoks adalah reaksi paling umum yang terjadi pada seluruh
metabolisme di dalam tubuh organisme seperti glykolisis. Enzim – enzim yang
tergolong dalam kelompok oksidoreduktase ialah enzim dehidrogenase,
peroksidase, oksigenase, hidroksilase, dan lainnya.

8.2 Transferase
Transferase adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan
gugus dari satu senyawa ke senyawa lainnya. Senyawa yang dirombak
berperan sebagai donor, sementara senyawa yang menerima disebut sebagai
aseptor. Reaksi ini merupakan reaksi dasar yang ditemukan pada makhluk
hidup. Tujuan dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim transferase ialah
mendapatkan senyawa yag dibutuhkan. Contohnya ialah allanine
aminotransferase mampu mengubah asam amino alanin menjadi aspartate.
Enzim yang tergolong dalam kelompok transferase ialah esterase, peptidase,
glikosidase, dan lainnya.

8.3 Hydrolase
Hydrolase merupakan kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi
pemecahan ikatan suatu senyawa kompleks hanya saja pada hydrolase perlu
ditambahkan air. Terdapat sekitar 200 enzim yang memiliki aktivitas hydrolase
yang kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok besar. Eksohydrolase
yaitu kelompok enzim hydrolase yang memecah ikatan protein dari rantai paling
luar. Sementara kelompok endohyrolase yaitu enzim hydrolase yang memecah
ikatan mulai dari rantai tengah suatu senyawa kompleks.

8.4 Liase
Liase adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan
ganda suatu senyawa kimia tanpa menambahkan air. Enzim ini disebut juga
enzim sintetase yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan
ganda pada suatu senyawa kimia. Dengan kata lain, lyase dapat bekerja bolak
balik yaitu merombak dan menyusun ikatan ganda pasa suatu senyawa kimia.
Cara kerja enzim liase ialah dengan mengeliminasi ikatan ganda atau ikatan
benzene (cincin). Contoh enzim yang tergolong liase ialah dekarboksilase,
aldolase, dan dehidratase.

8.5 Isomerase
Isomerase adalah kelompok enzim yang mengkatalisis reaksi perubahan
struktur tanpa mengubah komposisi (jumlah) molekul suatu senyawa kimia.
Dengan kata lain, enzim ini akan mengubah satu substrat menjadi satu produk
yang secara komposisi atomnya sama (rumus kimianya sama) namun bentuk
dari senyawanya berbeda. Reaksi ini dapat ditemui pada reaksi glikolilis yaitu
reaksi isomer (pengubahan bentuk) dihidroksi aseton fosfat diubah menjadi
gliseraldehid 3-fosfat oleh enzim triosefosfat isomerase.

8.6 Ligase
Ligase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan (liga =
gabungan) dua senyawa menjadi satu. Berbeda dengan hidrolase yang
memecah ikatan dengan menambahkan air, ligase menggabungkan dua
senyawa kimia dengan membuang komponen airnya. Kerja enzim ligase ini
akan membutuhkan energi berpotensial tinggi dari pemecahan ATP. Contohnya
ialah DNA-Ligase yaitu enzim ligase yang akan menggabungkan rantai DNA
yang rusak (putus) dalam upaya perbaikan. Enzim ligase telah banyak
digunakan dalam bidang bioteknologi untuk menyatukan dua DNA yang
berbeda untuk menghasilkan DNA rekombinan.

8.7 Oksidase
Oksidase adalah sebuah enzim yang mengkatalis reaksi oksidasi-reduksi,
khususnya yang melibatkan dioksigen (O2) sebagai penerima elektron. Dalam
reaksi yang melibatkan pemberian atom hidrogen, oksigen direduksi menjadi air
(H2O) atau hidrogen peroksida (H2O2). Beberapa reaksi oksidasi (seperti yang
melibatkan monoamin oksidase atau xantin oksidase) biasanya tidak
melibatkan oksigen molekuler yang bebas.

8.8 Dehidrogenase
Dehidrogenase adalah suatu enzim yang melangsungkan proses oksidasi di
dalam sel-sel hidup dengan cara melepaskan hydrogen dari substrat. Hal ini
terjadi hanya bila hydrogen tersebut dapat dipindahkan ke senyawa lain yang
disebut perantara penerima hydrogen (hydrogen acceptor intermediate).
Hidrogen tersebut akhirnya akan diterimakan kepada oksigen sehngga
terbentuk air. Ada beberapa jenis dehydrogenase yang spesifik terhadap
substrat, misalnya suksinat dehydrogenase, laktat, malat, glukosa.

8.9 Hidroperoksidase
Ada dua jenis hidroperoksidase : peroksidase dan katalase. Peroksidase
banyak terdapat dalam air susu, leukosit, trombosit, dan jaringan tubuh
lainnya yang berperan dalam metabolisme eikosanoid (berkaitan dengan
asam lemak tak jenuh). Enzim peroksidase berperan penting menjaga lipid
membrane sel dan hemoglobin dari senyawaan peroksida (H2O2) yang
bersifat toksik. Katalase banyak terdapat dalam jaringan hati, sel mukosa,
darah, sumsum tulang, dan ginjal. Bagian organel sel dari jaringan tersebut
yang memiliki dua fungsi sekaligus yaitu untuk menghasilkan dan untuk
menghancurkan hydrogen peroksida adalah enzim peroksisom.

8.10 Oksigenase
Enzim yang mengkatalisis reaksi suatu substrat dengan oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Albert et.al.,2008. Molecular Biology of the cell. 5th ed.

Cotton, et al., 1999. Advanced Inorganic Chemistry, 6th Edition. New York: Wiley.

Fawcett, Don W., 2002. Buku Ajar Histologi . Jakarta: EGC.

Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al., 2008. Molecular Cell Biology. New York: W. H. Freeman.

Sidik, Abubakar. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. [online] available at:
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/viewFile/587/538 [diakses pada 8 Maret 2019]

Universitas Sumatera Utara. Hemoglobin. Available at:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20481/Chapter%20II.pdf.Lukas;jsessi
onid=5951EE78C2C8A2D32BA9CABA74EBC8FE?sequence=4 [diakses pada 8 Maret
2019]

Anda mungkin juga menyukai