Anda di halaman 1dari 3

Bukan Soal Pekerja, Pengusaha Ungkap Ini Masalah

Utama di BUMN
Oleh Nurmayanti pada 06 Jan 2019, 08:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha


Muda Indonesia (HIPMI) menilai persoalan mendasar yang ada dalam badan usaha
milik negara (BUMN) bukan terletak pada para pimpinan atau tenaga kerja lokal
maupun asing.

Melainkan, kesalahan dalam tata kelola perusahaan dan kepentingan politik yang
dibaurkan dalam urusan bisnis.

Ini diungkapkan Ketua Badan Pengurus Pusat HIPMI, Anggawira yang mengatakan,
akar persoalan dari perusahaan pelat merah bukan terletak pada tenaga kerja baik
asing maupun lokal sebagai pengelolanya.

"Namun permasalahan terletak pada tata kelola perusahaan dan banyaknya


kepentingan politik yang dicampur adukan dalam pekerjaan,” papar Anggawira,
Jumat (6/1/2017).

Menurut dia, Indonesia tidak perlu mencontek strategi dengan mempekerjakan


pekerja asing untuk meningkatkan kinerja perusahaan negara.

"Perusahaan asing dengan value bisnis yang mapan di dunia, dan memiliki cabang
di Indonesia justru berharap tenaga kerja Indonesia semakin siap secara teknis dan
behavior untuk mengambil alih,” imbuh pengusaha muda tersebut.

Untuk meningkatkan kualitas pekerja Indonesia agar dapat setara dengan pekerja
profesional dari luar negeri, Anggawira merasa perlu adanya
jenjang leadership yang dinamis sesuai kondisi pasar dan bukan mempekerjakan
pekerja asing untuk memimpin jabatan-jabatan penting dalam perusahaan BUMN.

“Karena itu saya katakan perlunya jenjang leadership development yang disiapkan
sesuai dengan kondisi market, sosial, dan politik di negara ini. Pemerintah juga
harus memiliki program untuk mendukung percepatan peningkatan kompetensi
tenaga kerja dalam negeri,” kata Angga.

Angga menyebut bahwa BUMN juga ke depannya harus sinergi dan kolaborasi
dengan swasta. agar bisa menghasilkan karya nyata.

"BUMN dan swasta harus sinergi. Semangat kolaborasi dan kerja sama harus kita
bangun. Jangan sampai BUMN matikan swasta Ini yang banyak terjadi, anak cucu
dan cicit BUMN hidup dari bisnis didalam BUMN ini harus diperhatikan pemerintah
karena menimbulkan iklim usaha yang tidak sehat," tutup Angga.
6 Perusahaan BUMN yang Sedang Hadapi Masalah
Outsourcing
Oleh Riski Adam pada 10 Apr 2019, 14:42 WIB

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar


mengungkapkan kasus-kasus pekerja alih daya (outsourcing) yang terjadi di perusahaan-
perusahaan milik BUMN justru lebih banyak terjadi.

Muhaimin menyebutkan ada 6 perusahaan BUMN yang kini sedang dirundung banyak
masalah outsourcing yaitu: Pertamina, Dirgantara Indonesia, PLN, Telkom, ASDP, serta
Damri.

Masalah tersebut kerap terjadi lantaran ada pola hubungan kerja antara pengusaha dan
pekerja yang secara substansi disesuaikan dengan aturan regulasi dan Undang-undang
(UU) yang ada.

Muhaimin menjelaskan, perjanjian kerja sebenarnya terbagi pada dua jenis yaitu pekerja
untuk waktu tertentu dan waktu tidak tertentu.

"Kasus yang terjadi soal outsourcing di perusahaan BUMN itu cukup banyak seperti yang
terjadi di Pertamina, Dirgantara Indonesia, PLN, Telkom, ASDP, serta Damri. Mereka
menuntut untuk dipekerjakan tetap," kata Muhaimin dalam rapat kerja antara Komisi IX,
Menteri BUMN dan Menakertrans di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (10/4/2013).
Untuk kasus para pekerja Pertamina, Muhaimin menjelaskan bahwa pihaknya beberapa kali
mengingatkan manajemen Pertamina Pusat untuk menindaklanjuti setiap hasil pertemuan
yang pernah berlangsung.

"Sedangkan di PT Dirgantara Indonesia, (masalah seputar) THR, Pengganti Cuti Tahunan,


memberikan kompensasi pensiun berdasarkan upah pekerjaan dan ini belum ada
penyelesaian," tuturnya.

Sedangkan di PLN, Muhaimin mengungkapkan permasalahan yang terjadi adalah larangan


pernikahan antar pegawai, dan outsourcing. "Menakertrans telah memfasilitasi terhadap
manajemen dengan PLN," tuturnya.
Muhaimin yang juga merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini
menjelaskan, permasalahan outsourcing di perusahaan BUMN juga dialami PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Di perusahaan pelat merah ini, instansinya menemukan
persoalan status pekerja yang tak dinaikkan, pembayaran upah lembur, ketersediaan
Jamsostek, tunjangan uang makan, dan UMP. "Kemenakertrans telah mengundang kedua
pihak dan sepakat melaksanakan tripatrit," paparnya.

"Sedangkan di Damri, soal PHK, pesangon, Taspen, UMP, pengangkatan kerja jadi pekerja
tetap," pungkasnya. (Shd)

Anda mungkin juga menyukai