Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

“JENIS-JENIS TEROWONGAN DAN METODE PELAKSANAANNYA”

DISUSUN OLEH:

SALSABILA (1117020053)

3 KS 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITENIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2019
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau gunung.
Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan
di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0.1 mil, dan yang lebih pendek dari itu lebih
pantas disebut underpass.

Tujuan umum dibuatnya sebuah terowongan adalah untuk menjamin transportasi langsung
dari barang atau penumpang atau material lainnya menembus rintangan alam dan aktifitas
manusia. Terowongan dibuat menembus gunung, di bawah sungai, laut, pemukiman, gedung-
gedung atau jalan raya. Berguna untuk sarana tranportasi, hidro power, jaringan listrik, gas,saluran
pembuangan dan lain-lain.

Jenis Jenis Terowongan

A. Klasifikasi Terowongan Berdasarkan Fungsinya


1. Terowongan lalu lintas (Traffic)
Beberapa penggunaan terowongan untuk lalu-lintas diantaranya
 Terowongan kereta api
 Terowongan jalan raya

 Terowongan tambang
2. Terowongan Angkutan
 Terowongan pembangkit Tenaga Listrik (Hidro Power)

 Terowongan Water Supply


 Terowongan Sewerage water

 Terowongan untuk utilitas umum

Terowongan yang dimaksud di sini adalah sebuah struktur bawah tanah sehingga
dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan tanpa boleh mengganggu aktifitas/ kondisi di
permukaan tanah atau dapat pula dilakukan secara gali dan timbun (cut and cover).

B. Klasifikasi Terowongan berdasar Cara Pelaksanaannya


1. Micro Tunnel

Penggunaannya mayoritas untuk penempatan jalur pipa, kabel, dan jaringan air.
Ukuran dari terowongan ini berkisar antara 60 cm s/d 100 cm dan dikerjakan secara
modern dengan cara otomatis dengan peralatan robot.

2. Terowongan Dongkrak (Jacking)

Teknik pelaksanaan ini dipilih sebagai alternative karena pengggalian biasa terlalu
mahal karena panjang yang terbatas, misalnya pembuatan underpass dan sejenisnya.
Secara umum pelaksanaannya dilakukan dengan mendongkrak secara horizontal
sebuah segmen beton precast atau baja memotong tanah dan membuang keluar secara
manual bagian volume tanah yang terpotong segmen yang didongkrak tersebut.
3. Terowongan Batuan (Rock)

Terowongan ini dibuat menembus batuan masif yang relative keras dan dapat
dilakukan langsung dengan metode penggalian menggunakan peralatan manual,
mekanis maupun blasting. Masalah yang mungkin dihadapai adalah yang berkaitan
dengan air tanah, dan struktur penopang pada zona patahan.

4. Terowongan melalui tanah lunak (soft ground)

Termasuk dalam kategori ini adalah terowongan yang di buat melalui tanah
lempung, pasir dan batuan lunak (soft rock). Karena mudah runtuh maka untuk
pelaksanaan penggalian digunakan pelindung (shield). Sedangkan lining tunnel harus
segera dipasang bersamaan dengan kemajuan gerakan Tunnel Boring Machine (TBM).

5. Terowongan Gali dan Timbun (Cut and Cover)

Ini adalah metode yang paling simpel untuk terowongan dangkal di mana area di
atas lokasi yang akan dijadikan terowongan harus digali dan terowongan dibangun
dengan atap di atasnya. Setelah itu, area ditutup agar terlihat seperti sebelum digali.
Konstruksi umumnya bertingkat dua, yang memungkinkan adanya pengelolaan secara
ekonomi dan keamanan seperti loket tiket, stasiun, akses penumpang dan jalan keluar
darurat, ventilasi, saluran asap, ruang staf, dan ruang perlengkapan.

6. Terowongan Bawah air (Underwater)

Terowongan ini biasanya melewati jalur batuan atau tanah lunak. Hal yang
membedakan dengan terowongan tanah lunak adalah adanya tekanan air yang sangat
tingggi, sehingga diperlukan metode untuk membuat terowongan menjadi kedap air.
Salah satu metodenya yaitu dengan membuat trench di dasar sungai atau laut lalu
menempatkan precast tube lining dan menerapkan teknik sambungan kedap air.

7. Terowongan dengan metode Pengeboran


Mesin bor memungkinkan terowongan dibuat tanpa harus menggali area di atas
lokasi yang akan di jadikan terowongan. Mesin bor melubangi tanah sepanjang lokasi
terowongan. Mesin bor bisa dioperasikan secara otomatis selama proses konstruksi
terowongan, dan dapat menembus hampir seluruh jenis bebatuan. Mesin bor yang
pertama kali digunakan adalah mesin yang membangun Terowongan rel
Fréjus antara Prancis dan Italia melalui Pegunungan Alpen tahun 1845.

C. Akses Terowongan dan Manajemen Material


1. Konstruksi Portal
Akses masuk ke areal bawah tanah secara umum disebut portal. Akses ini dapat
berupa sebuah shaft yang dikontruksi secara vertikal sampai kedalaman tertentu sesuai
elevasi rencana terowongan utama (horisontal), atau berupa face terowongan yang bisa
disiapkan secara horizontal karena kondisi lahan memungkinkan.
2. Manajemen Material
Yang dimaksud dengan manajemen material yang memerlukan pengaturan disini
adalah:
 Material hasil galian yang harus dibawa keluar terowongan.
 Material supporting system dan elemen lining precast atau formwork dan beton
cair yang harus dibawa masuk dalam terowongan dan geraka alat keluar masuk
terowongan.
 Air hasil dewatering di dalam terowongan yang harus dibuang keluar
terowongan.
D. Penyelidikan Geoteknik

Penyelidikan geoteknik adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan dan
pelaksanaan sebuah terowongan. Dengan data geologi yang memadai dapat ditentukan
desain terowongan yang sesuai, metode pelaksanaan yang paling optimal, biaya
pelaksanaan yang rasional serta persiapan yang sebaik- baiknya direncanakan aspek
keamanan pelaksanaan. Biaya pelaksaan akan sangat berpotensi membengkak karena
kurangnya tersedianya data geologi.

Pemboran adalah teknik untuk pengambilan sampel batuan yang paling umum
dipakai untuk pekerjaan terowongan. Dengan pengambilan sampel (core) dapat diketahui
sifat fisik batuan, variasi pelapisan tanah, satuan batuan, dan informasi penting lainnya.
Lokasi- lokasi yang memerlukan pengeboran secara detail adalah :

1. Daerah portal.
2. Daerah yang secara topografi dekat as terowongan, karena biasanya secara
struktur lemah (overburden tipis).
3. Lokasi yang berpotensi mengalami pelapukan berat.
4. Daerah yang berpotensi air tanah tinggi dan adanya batuan porous.
5. Zona geser/ patahan.

Anda mungkin juga menyukai