Anda di halaman 1dari 7

PENCURI REMBOELAN

“Malam itu remboelan sudah kucuri untuk gaunku dan ku tukar dengan
remboelan merah.”

DYAH ALIA MAULIDIA/11


Jl. Mawar Merah VI Perumnas Klender Malaka Jaya Duren Sawit
E-mail : sma_negeri103@yahoo. com Website :
http://www.sman103-jkt.sch.id
Telp. (021) 8622372, Fax. (021) 86601939
Jakarta Timur 13460

Pencuri Remboelan
PENCURI REMBOELAN

Praaangg...
Pergi kamu! Enyahlah dasar bedebah aku tidak mau melihat mu lagi. Dasar anak
kerbau yang tak tahu diuntung!
Tes...tes...tes...
Bukan suara rintik hujan yang menetes, tapi rintik merah yang menetes dari ranting
yang tergulai tak berdaya di atas tanah bumi ini.
Entah apa ini yang dinamakan hidup...
Ketika berayun musim dari sayap elang yang beku...
Ketika itulah cerita ku “Deka” seorang gadis yang mati rasa akan hidup dimulai...

Sreekkk... kusibakan kain tipis pembatas ku dengan semesta...yang penuh dusta.


Cahaya terang penenang yang menembus sela- sela jari ku ,menjadi pengingat
bahwa aku masih hidup sampai pagi ini. Entah besok....
Semesta berbicara padaku tanpa suara..Semesta yang kadang buta akasara.
Tapi...yasudahlah Deka, hidup tidak selalu tentang mereka yang bercumbu. Pahit
kopi sesekali menghujani kamu. Ranjangku yang masih menyisakan luka malam.
Mau dikata apa gelas yang sudah pecah tidak bisa disatukan lagi, tapi aku ingin bisa
menyatukan gelas itu menjadi satu gelas utuh kembali. Harapan sederhana seorang
Deka. Aku harus bisa. Aku Deka. Aku bukan gadis sembarang gadis. Bahkan jika
boleh sedianya aku pun akan memotong senja untuk kubawa pada rumah ini.
Ngomong – ngomong sebentar lagi sarapanku pasti diantarkan...seperti orang –
orang dalam film otak mereka. Tidak lama setelah Deka bangun, bukan suara
lembut seorang malaikat pelindung yang terdengar, itu lebih terdengar seperti
malaikat pencabut nyawa. Ini keseharian ku, ini kisah ku yang siap ku lukis diatas
canvas. Membuka pintu kamar seperti mendobrak pintu penjara saja, oh..ya aku
lupa kalau aku tinggal di penjara bukan dirumah. Karena sebutan rumahku istanaku
bagiku itu tidak berlaku. Suara kasar, celaan, cemoohan semua keluar dari mulutnya

Pencuri Remboelan
sebagai awal hari ku ini. Dan inilah sarapan pagi seorang Deka. Haha!!! Kadang
hidup ini lucu kawan. Yang patah tumbuh kembali tapi kalau hati yang patah
akankah kembali utuh seperti lembutnya hati malaikat kecil.
Kau bisa panggilku dengan segala sebutan kawan! Anak haram? Anak jalang? Anak
sesat? Anak kerbau? Oke!!! Terserah kalian para pengejar mentari yang tak akan
pernah kau dapat sampai kau mencium tanah pun. Haha!
Deka mungkin bukan kategori gadis lembut yang gemulai bak seorang permaisuri
dengan ribuan pelayan. “Aku Deka! Aku sang gadis pencuri remboelan”. Parasnya
yang menipu, mampu membuat seekor elang lupa caranya terbang. “Cih! Aku tak
suka dengan gelar itu, aku lebih suka disebut seperti maleficent.” Ujar Deka.
“Hukuman? Teguran? Surat peringatan? Tunggakan SPP? Hindari semua itu
Deka!”
“Ayolaah..itu semua bumbu masa ku sekarang, tanpa itu masa ku sekarang
hampa...” meruntuhkan ego yang menguasai diri Deka sama halnya dengan
menghancurkan batu besar dengan sebuah jarum. Mustahil.

5 Juli 2018

Shyyuutt...
Sebuah foto dan catatan kecil terjatuh dari selipan buku usang milik Deka. Maklum
usang, karena terakhir dia menyentuh buku itu sekitar delapan tahun lalu...Ya
tepatnya sebelum rumah ini berubah menjadi penjara. Aura hangat dari foto itu
sangat terasa, bahkan sebelum Deka menyentuhnya. Lima orang, satu keluarga
dalam satu bingkai cinta. Itu delapan tahun lalu. Sebelum wanita kurang ajar itu
datang merampas semua cinta kami. Wanita yang Cih! Bahkan tak sudi aku
mengingatnya dalam pikiranku. Dia mengambil pahlawan ku, super hero ku, idola
ku untuk selama – lamanya. Delapan tahun lalu aku masih bisa merasakan pelukan
hangat seorang pria yang selalu menjadi tamengku, aku pikir...dulu. Tapi kini
tamengku hilang dan aku harus menjadi baja yang kuat seperti tameng yang telah
hilang dari ku.

Pencuri Remboelan
Dasar wanita jalang! Perampas cinta keluarga kami! Enyahlah kamu!
Hhh...percuma saja aku berteriak pada batu. Dirumahku ini sudah tertutup bagiku
untuk menemukan cinta. Memori berdarah tentang kedua adik ku menambah
bayangan siksa dirumah ini.

11 Juli 2000

“Ayo...nak kalian coba gaun yang sudah ibu jahitkan untuk kalian. Mari ibu bantu
memasangkannya” tawar hangatnya.
“Iya ibu aku nggak bisa ini. Ibu ini kebalik nggak pakai gaunnya? Ibu aku cantik
nggak pakai gaun ini” heboh ketiga anaknya antusias
Ibuku hanya tersenyum lembut melihat kami bertiga. Saat pagi itu ayah kami
sedang bekerja.
“Mari kalian bertiga bergaya sesuka kalian, biar ibu foto” ujarnya
3...2...1...cekrek! Satu memori kami di pagi ini
“Nanti kalian tunjukan pada ayah kalian ya...lalu nanti malam kita akan berfoto
keluarga untuk pengganti foto keluarga yang lama” jelasnya
“Baik....ibuu” jawab kami seraya memeluk hangat ibu.
Bisa kalian bayangkan betapa hangatnya keluarga kami akan cinta sebelum malam
di hari itu datang...
Entah siapa yang memfitnah ibu dengan editan super menipu yang membuat ayah
kami pulang kerja dengan muka masam. Kami yang tadinya ingin bergaya didepan
ayah, sekarang hanya bersembunyi disudut kamar, diam tanpa suara, hanya bisa
menangis ketakutan.

“Hey...anak kerbau!!! Kemari kau bersama kedua adikmu! Hey...kamu tidak dengar
apa yang ayah katakan!!! Kalian sekarang kemari kita semua harus bicara!!!”
superhero ku sudah memberi perintah kami harus datang. Saat itu umurku masih
tiga belas tahun. Langkah kaki ketiga anak gadis yang tidak tahu apa yang akan
dilakukan oleh superhero padanya.

Pencuri Remboelan
“Lihat!!! Wanita yang kalian anggap bidadari tak bersayap ini. Cih!! Dia bermain
lelaki dibelakang ayahmu ini!!!” tuduh ayahku. “Bukan! Kamu yang memulainya!
Kamu bermain dengan wanita jalang tak punya harga diri itu!” bela ibuku.
Plaakk!!! Tamparan keras tangan superhero yang tak pernah ku bayangkan akan
mendarat di pipi malaikat tak bersayap ku. Konten yang tak seharusnya kami hadapi
diusia sekecil ini.
“Ibuuuu...!!!” teriak adik terkecilku. Mara namanya.
Crraaatt!!! “Apa ini? Kenapa gaun putih ku kotor berwarna merah?” seru adik
pertama ku. Sara namanya.
“Mara kenapa kamu pergi kesana duluan. Kamu belum menjunjukan gayamu
dengan gaun itu di depan ayah. Kita kan tadi katanya mau fashion show depan ayah.
Ayo Mara kakak tuntun jalannya supaya kamu tambah angggun. Mara...kamu
nggak denger kakak? Mara ayo...kita udah siap tinggal nunggu kamu.” Seru Sara.
Saat itu umurnya masih sepuluh tahun. Dan Mara lima tahun.
“Ayah!!! Kurang ajar, lelaki biadab!!”
“Sayang... Mara lihat ibu nak...sayang...ayo kamu harus kuat buat ibu ya nak” derai
air mata ibu yang sudah tidak terbendung. Baju ibu yang warnanya putih berubah
warna dipenuhi warna darah Mara.
Diri ibuku saat itu juga sudah diluar kendali. Ayah dan Ibu saat itu bertikai tiada
ampun tanpa mneghiraukan kami berdua yang tidak tahu harus berbuat apa. Semua
peralatan diruangan ini seketika menjadi senjata. Beberapa lama kemuadian ibu
terpojok oleh ayah yang mencekiknya, kami berdua lari ke arah ibu. Ayah yang
terlalu emosi menendang Sara dan mendoronku hingga terbentur meja dan
ditariknya kembali gaunku oleh ayah dan kembali dihantamkannya aku ke dinding.
Saat itu tangis kami, jerit kami sudah membisu tidak dihiraukan lagi.
Buuk!!!Buuukk!!! Kepala ku dibenturkannya hingga mati rasa aku saat itu. Cairan
itu mulai mengalir deras di wajahku dan bisa kurasa mengalir di leher ku. Setelah
itu aku dibuangnya bak sebuah sampah.
Braaak!!! Crrrppphhh...
Kepala Sara mengahtam mesin jahit ibuku dan dia tertusuk oleh gunting jahit yang
ternyata sudah dia pegang dari setelah Mara tertusuk.

Pencuri Remboelan
Gaun putih menjadi saksi bisu corak merah yang melekat di batinku
Setidaknya aku masih bisa menyimpan foto usang ini sebagai penyatu yang patah.
Hhh...!!! Air apa ini yang mengalir di pipiku!? Deka bukan gadis lemah, Deka gadis
kuat! Jangan Cengeng!
Aaaaaa!!!.... aku rindu cinta keluarga kecil ini.

Ayah, Ibu, Mara, Sara aku hanya ingin bilang ...


“Tidak ada yang mampu menghilangkan cinta keluarga kita ini. Ingat itu!
Hati boleh patah tapi rasa cinta tak bisa patah karena cinta sejati selalu abadi
dalam jiwa. Jika cinta itu patah bukan namanya cinta mungkin itu hanya tipuan
cinta. Cinta itu kuat dia tidak selemah itu untuk patah.”

00:05
21 Juli 2000
Bisu langit malam tanpa remboelan yang menjadi saksi latar belakang rumah Deka.

Kenapa malam itu tidak ada remboelan?


Karena malam itu remboelan sudah kucuri untuk gaunku dan ku tukar dengan
remboelan merah.

Aku Deka.
Aku gadis pencuri remboelan.

- Gaun Putih itu selalu tersimpan dalam kotak ini -


00:01
11 Juli 2018
Di menit pertama hari ini, kakakmu datang menemani kalian...Mara,Sara.
Maafkan... kakakmu ini terlalu lemah untuk melawan kanker otak ini.

Pesan terakhir Deka sang Pencuri Remboelan

Pencuri Remboelan
Pencuri Remboelan

Anda mungkin juga menyukai