“Malam itu remboelan sudah kucuri untuk gaunku dan ku tukar dengan
remboelan merah.”
Pencuri Remboelan
PENCURI REMBOELAN
Praaangg...
Pergi kamu! Enyahlah dasar bedebah aku tidak mau melihat mu lagi. Dasar anak
kerbau yang tak tahu diuntung!
Tes...tes...tes...
Bukan suara rintik hujan yang menetes, tapi rintik merah yang menetes dari ranting
yang tergulai tak berdaya di atas tanah bumi ini.
Entah apa ini yang dinamakan hidup...
Ketika berayun musim dari sayap elang yang beku...
Ketika itulah cerita ku “Deka” seorang gadis yang mati rasa akan hidup dimulai...
Pencuri Remboelan
sebagai awal hari ku ini. Dan inilah sarapan pagi seorang Deka. Haha!!! Kadang
hidup ini lucu kawan. Yang patah tumbuh kembali tapi kalau hati yang patah
akankah kembali utuh seperti lembutnya hati malaikat kecil.
Kau bisa panggilku dengan segala sebutan kawan! Anak haram? Anak jalang? Anak
sesat? Anak kerbau? Oke!!! Terserah kalian para pengejar mentari yang tak akan
pernah kau dapat sampai kau mencium tanah pun. Haha!
Deka mungkin bukan kategori gadis lembut yang gemulai bak seorang permaisuri
dengan ribuan pelayan. “Aku Deka! Aku sang gadis pencuri remboelan”. Parasnya
yang menipu, mampu membuat seekor elang lupa caranya terbang. “Cih! Aku tak
suka dengan gelar itu, aku lebih suka disebut seperti maleficent.” Ujar Deka.
“Hukuman? Teguran? Surat peringatan? Tunggakan SPP? Hindari semua itu
Deka!”
“Ayolaah..itu semua bumbu masa ku sekarang, tanpa itu masa ku sekarang
hampa...” meruntuhkan ego yang menguasai diri Deka sama halnya dengan
menghancurkan batu besar dengan sebuah jarum. Mustahil.
5 Juli 2018
Shyyuutt...
Sebuah foto dan catatan kecil terjatuh dari selipan buku usang milik Deka. Maklum
usang, karena terakhir dia menyentuh buku itu sekitar delapan tahun lalu...Ya
tepatnya sebelum rumah ini berubah menjadi penjara. Aura hangat dari foto itu
sangat terasa, bahkan sebelum Deka menyentuhnya. Lima orang, satu keluarga
dalam satu bingkai cinta. Itu delapan tahun lalu. Sebelum wanita kurang ajar itu
datang merampas semua cinta kami. Wanita yang Cih! Bahkan tak sudi aku
mengingatnya dalam pikiranku. Dia mengambil pahlawan ku, super hero ku, idola
ku untuk selama – lamanya. Delapan tahun lalu aku masih bisa merasakan pelukan
hangat seorang pria yang selalu menjadi tamengku, aku pikir...dulu. Tapi kini
tamengku hilang dan aku harus menjadi baja yang kuat seperti tameng yang telah
hilang dari ku.
Pencuri Remboelan
Dasar wanita jalang! Perampas cinta keluarga kami! Enyahlah kamu!
Hhh...percuma saja aku berteriak pada batu. Dirumahku ini sudah tertutup bagiku
untuk menemukan cinta. Memori berdarah tentang kedua adik ku menambah
bayangan siksa dirumah ini.
11 Juli 2000
“Ayo...nak kalian coba gaun yang sudah ibu jahitkan untuk kalian. Mari ibu bantu
memasangkannya” tawar hangatnya.
“Iya ibu aku nggak bisa ini. Ibu ini kebalik nggak pakai gaunnya? Ibu aku cantik
nggak pakai gaun ini” heboh ketiga anaknya antusias
Ibuku hanya tersenyum lembut melihat kami bertiga. Saat pagi itu ayah kami
sedang bekerja.
“Mari kalian bertiga bergaya sesuka kalian, biar ibu foto” ujarnya
3...2...1...cekrek! Satu memori kami di pagi ini
“Nanti kalian tunjukan pada ayah kalian ya...lalu nanti malam kita akan berfoto
keluarga untuk pengganti foto keluarga yang lama” jelasnya
“Baik....ibuu” jawab kami seraya memeluk hangat ibu.
Bisa kalian bayangkan betapa hangatnya keluarga kami akan cinta sebelum malam
di hari itu datang...
Entah siapa yang memfitnah ibu dengan editan super menipu yang membuat ayah
kami pulang kerja dengan muka masam. Kami yang tadinya ingin bergaya didepan
ayah, sekarang hanya bersembunyi disudut kamar, diam tanpa suara, hanya bisa
menangis ketakutan.
“Hey...anak kerbau!!! Kemari kau bersama kedua adikmu! Hey...kamu tidak dengar
apa yang ayah katakan!!! Kalian sekarang kemari kita semua harus bicara!!!”
superhero ku sudah memberi perintah kami harus datang. Saat itu umurku masih
tiga belas tahun. Langkah kaki ketiga anak gadis yang tidak tahu apa yang akan
dilakukan oleh superhero padanya.
Pencuri Remboelan
“Lihat!!! Wanita yang kalian anggap bidadari tak bersayap ini. Cih!! Dia bermain
lelaki dibelakang ayahmu ini!!!” tuduh ayahku. “Bukan! Kamu yang memulainya!
Kamu bermain dengan wanita jalang tak punya harga diri itu!” bela ibuku.
Plaakk!!! Tamparan keras tangan superhero yang tak pernah ku bayangkan akan
mendarat di pipi malaikat tak bersayap ku. Konten yang tak seharusnya kami hadapi
diusia sekecil ini.
“Ibuuuu...!!!” teriak adik terkecilku. Mara namanya.
Crraaatt!!! “Apa ini? Kenapa gaun putih ku kotor berwarna merah?” seru adik
pertama ku. Sara namanya.
“Mara kenapa kamu pergi kesana duluan. Kamu belum menjunjukan gayamu
dengan gaun itu di depan ayah. Kita kan tadi katanya mau fashion show depan ayah.
Ayo Mara kakak tuntun jalannya supaya kamu tambah angggun. Mara...kamu
nggak denger kakak? Mara ayo...kita udah siap tinggal nunggu kamu.” Seru Sara.
Saat itu umurnya masih sepuluh tahun. Dan Mara lima tahun.
“Ayah!!! Kurang ajar, lelaki biadab!!”
“Sayang... Mara lihat ibu nak...sayang...ayo kamu harus kuat buat ibu ya nak” derai
air mata ibu yang sudah tidak terbendung. Baju ibu yang warnanya putih berubah
warna dipenuhi warna darah Mara.
Diri ibuku saat itu juga sudah diluar kendali. Ayah dan Ibu saat itu bertikai tiada
ampun tanpa mneghiraukan kami berdua yang tidak tahu harus berbuat apa. Semua
peralatan diruangan ini seketika menjadi senjata. Beberapa lama kemuadian ibu
terpojok oleh ayah yang mencekiknya, kami berdua lari ke arah ibu. Ayah yang
terlalu emosi menendang Sara dan mendoronku hingga terbentur meja dan
ditariknya kembali gaunku oleh ayah dan kembali dihantamkannya aku ke dinding.
Saat itu tangis kami, jerit kami sudah membisu tidak dihiraukan lagi.
Buuk!!!Buuukk!!! Kepala ku dibenturkannya hingga mati rasa aku saat itu. Cairan
itu mulai mengalir deras di wajahku dan bisa kurasa mengalir di leher ku. Setelah
itu aku dibuangnya bak sebuah sampah.
Braaak!!! Crrrppphhh...
Kepala Sara mengahtam mesin jahit ibuku dan dia tertusuk oleh gunting jahit yang
ternyata sudah dia pegang dari setelah Mara tertusuk.
Pencuri Remboelan
Gaun putih menjadi saksi bisu corak merah yang melekat di batinku
Setidaknya aku masih bisa menyimpan foto usang ini sebagai penyatu yang patah.
Hhh...!!! Air apa ini yang mengalir di pipiku!? Deka bukan gadis lemah, Deka gadis
kuat! Jangan Cengeng!
Aaaaaa!!!.... aku rindu cinta keluarga kecil ini.
00:05
21 Juli 2000
Bisu langit malam tanpa remboelan yang menjadi saksi latar belakang rumah Deka.
Aku Deka.
Aku gadis pencuri remboelan.
Pencuri Remboelan
Pencuri Remboelan