Di susun oleh :
Ade Dian Kurniawan E2017002 Fara Aromadona E2017030
Dahlia Ervina Tri A E2017019 Mita Tri Setyowati E2017039
Diah Istianti E2017020 Rosalia Rika A E2017051
Dyan Ayu Nabella E2017026 Yusrika Mifthakhul E2017061
Ketua Prodi
DIV Fisioterapi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat memberikan penyuluhan tentang pertolongan
pertama pada cedera ankle pada atlet UKM futsal STIKES ‘Aisyiyah Surakarta.
Kami menyadari bahwa program ini belum sepenuhnya dapat menggerakan masyarakat
khususnya atlet dalam penangannan cedera ankle. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan program ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
untuk dapat terealisasinya program ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Dutton, Mark. (2012). Dutton’s Orthopaedic Examination, Evaluation and Intervention, Third
edition. China : McGraw-Hill Companies, Inc. 943-963
Wright, K.C. (2011). Structural Balancing A Clinical Approach. New York : McGraw-Hill
Companies, Inc. 27-28
Milner, C.E. (2008). Functional Anatomy for Sport and Exercise. New York : Madison Ave.
Sobotta. (2012). Atlas Anatomi Manusia. Di sunting oleh R. Putz dan R. Pabst. Edisi 22. Jakarta:
EGC.Waterman, B.R., Owen, B.D., Davey, S., Zacchilli, M.A., Belmont, P.J. (2010). The
Epidemiology of Ankle Sprais in the United States, 92(13), 2279-2280.
Cael, C. (2009). Functional Anatomy Muskuloskeletal Anatomy, Kinesiology, and Palpation for
Manual Therapy (LWW Massage Therapy & Bodywork Educational Series). Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. 391.
Premkumar, K. (2012). Anatomy & Physiology The massage connection. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins. 129-131
Cael, C. (2010). Functional Anatomy :Musculoskeletal Anatomy, Kinesiology and Palpation for
Manual Therapist. Philadelphia : Lippincott, William & Wilkins.
Saladin, K. (2010). Anatomy & Physiology : The unity of form and function. New York :
McGraw-Hill. 276-279
Arovah, N.I. (2010). Dasar dasar Fisioterapi pada cedera olahraga. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta. 78-81.
Bambang, Wijarnako, dkk. 2010. Masase Terapi Cedera Olahraga. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arovah, N.I. (2011). Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta. 4-6.
Rizal, A., Riza, A., Hidayat. Erinaldi. Hermansyah. Sahputra, R.E. (2014). Penatalaksanaan
Orthopedi Terkini untuk Dokter Layanan Primer. Jakarta : Mitra Wacana Media. 60-65
Doherty, C., Delahunt, E., Caulfield, B., Hertel, J., Ryan, J., Bleakley, C. (2013). The Incidence
and Prevalence of Sprain Ankle Injury :A systematic Review and Meta Analysis of
Prospective Epidemiological Studies. Switzerland. Sports Med. 1-3.
Nuhmani, S., Khan, M.H. (2013). Lateral Ankle Sprain – An Update, 16(4), 3.
Setiawan, A. (2011). Faktor Timbulnya Cidera Olahraga. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia, 1 (1), 94-98.
Hatch, S. D.C. (2016). Ankle Sprain Assesment. Western State : Western State Chiropractic
College. 4-6.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permainan futsal sebagai permainan yang membutuhkan tenaga dan fisik yang kuat,
dikarenakan pemain diharuskan terus bergerak dan berlari untuk bisa menciptakan peluang
menang dalam permainan. Olahraga futsal tidak terlepas dari adanya benturan pemain,
saling senggol, saling dorong dan jatuh, sehingga permainan futsal memiliki risiko
cedera/injury yang tinggi bagi para atletnya. Atlet futsal memiliki peluang yang sama untuk
mengalami injury, mengingat permainan ini banyak menggunakan kerja otot tubuh dan
kemungkinan berbenturan tubuh antar pemain. Injury yang dialami atlet futsal biasa terjadi
saat latihan maupun pertandingan, secara sengaja atau tidak sengaja, karena faktor lapangan,
gerakan tubuh yang salah, berbenturan dengan pemain lain, tidak menggunakan
perlengkapan bermain dengan baik dan sebagainya (Husnul, 2014).
Cedera atau injury merupakan sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang
dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik. Injury sering dialami oleh seorang atlet,
seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Injury tersebut
biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Injury olahraga secara
umum berupa cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendon, pendarahan
pada kulit dan pingsan(Muhammad, 2015).
Penelitian oleh Setia (2013), membuktikan faktor yang paling dominan sebagai penyebab
cedera yaitu faktor resiko eksternal sebanyak 80,58% kasus cedera karena benturan dengan
lawan main, kondisi lapangan yang kurang baik dan peralatan yang digunakan tidak lengkap
(tidak menggunakan deker). Sedangkan resiko cedera berdasarkan faktor kondisi badan yang
kurang sehat dan kurangnya keseimbagan tubuh saat bermain hanya sebesar 19,42% kasus
cedera.
Berdasarkan data Informasi Olahraga Futsal menjelaskan terdapat 108 pemain futsal
cedera ringan dalam pertandingan Piala Emas Futsal Indonesia (PEFI) 2015 (IOF, 2015).
Risiko cedera pada bagian tubuh paling rentan cedera kaki dengan resiko cidera sebanyak
77% dibandingkan risiko cedera lutut sebanyak 21% dan ankle atau pergelangan kaki sebesar
18%. Pada pergelangan kaki, sisi bagian luar lebih rentan terkilir dibandingkan sisi dalam
maupun tengah. Kerusakan ligamen pada sisi luar juga cenderung lebih berbahaya
dibandingkan pada ligamen sisi dalam (Setia, 2013).
Risiko terjadinya injury dalam perminan futsal diakibatkan pengaruh dari luar (faktor
ekstrinsik) berupa tackling atau tabrakan, pukulan atau benturan, lapangan yang jelek dimana
menggunakan semen yang dialas dengan rumput sintetis berbahan kasar dan alat yang
digunakan dalam bermain kurang baik seperti sepatu yang rusak dan tidak menggunakan alas
pelindung tulang kering (deker). Sedangkan injury akibat pengaruh dari dalam (faktor
intrinsik) seperti postur tubuh yang kurang baik, gerakan latihan yang salah, kelemahan otot,
fisik yang tidak fit, prosedur keselamatan atlet yang kurang terjamin dan otot atau ligament
yang berlebihan (Setia, 2013).
Pemain futsal mempunyai resiko besar terjadinya cedera pada ankle. Cedera ankle
adalah salah satu kondisi robeknya ligament atau kapsul sendi dapat terjadi karena otot pada
pergelangan kaki mengalami trauma akibat robek atau retaknya tulang pada pergelangan kaki
Cedera ankle merupakan salah satu cedera akut yang sering dialami para atlet. Sendi
pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan kekuatan
medial, lateral, tekanan dan rotasi.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk memberikan penyuluhan kepada atlet UKM futsal
Stikes Aisyiyah Surakarta dengan tema pertolongan pertama pada cedera ankle.
B. Permasalahan Mitra
Permasalahan kelompok mitra berdasarkan hasil pengamatan dan survei langsung ke
lokasi adalah kurangnya kesadaran para pemain akan pertolongan pertama pada cedera
olahraga saat bertanding dan pentingnya menjaga kondisi tubuh yang bisa berpengaruh
terhadap komponen lainnya.
A. Anatomi Ankle
Ankle dan kaki merupakan struktur komplek yang terdiri dari 28 tulang dan 55
artikulasi yang dihubungkan dengan ligamen dan otot. Ankle merupakan sendi yang
menopang beban tubuh terbesar pada permukaannya, puncak beban mencapai 120% ketika
berjalan dan hampir 275% ketika berlari. Sendi dan ligamen berperan sebagai stabilitator
untuk melawan gaya dan menyesuaikan ketika aktivitas menahan beban agar stabil
(Dutton, 2012).
1. Struktur Tulang Regio Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan tulang tarsal pada
pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang termasuk tulang tarsal adalah
calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid, hampir
sama dengan tulang carpal pada tangan. Dikarenakan menumpu beban yang besar
maka bentuk dan ukurannya lebih luas. Kaki memiliki persendian yang kompleks
dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang phalang yang menopang
beban tubuh ketika berdiri, berjalan dan berlari. Penyusun tulang kaki tertera pada
gambar 2.1 dan gambar 2.2 (Wright, 2011).
Gambar 2.6 otot penyusun kaki bagian anterior view (Sobotta, 2012)
Gambar 2.7 otot penyusun kaki bagian inferior view (Sobotta, 2012)
c. Otot bagian dalam, m. extensor digitorum longus untuk gerakan ekstensi empat jari
kaki dan m. extensor hallucis longus untuk gerakan supinasi serta gerakan ekstensi
tungkai kaki (Milner, 2008). M. dorsal pedis untuk gerakan abduksi jari kaki, m.
plantar interossei, m. lumbricalis, m. digiti minimi, m.flexor digiti minimi, m. flexor
hallucis brevis, m. flexor digitorum brevis, m. abductor digit minimi, m.abductor
hallucis seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6 dan gambar 2.7 (Cael, 2010)
Gambar 2.8 Ligamen pada kaki Lateral View (Sobotta, 2012)
3. Persendian
Menurut Premkumar (2012) Sendi pergelangan kaki (Ankle Joint) terdiri dari
bagian distal dari tulang tibia, distal fibula dan bagian superior tulang talus. Jenis dari
ankle joint adalah hinge joint. Dengan bagian lateral dan medial diikat oleh ligamen.
Adapun artikulasi disekitarnya antara lain adalah talus dan calcaneus (subtalar joint),
antara tulang tarsal (midtarsal joint), antar tarsal bagian depan (anterior tarsal joint),
antara tarsal dengan metatarsal (tarsometatarsal joint), antara metatarsal dengan
phalang (metatarsophalangeal joint) dan antara phalang (proximal & distal
interphalangeal joint).
4. Ligamen
Talocrural joint (sendi ankle) termasuk dalam dua artikulasi antara os tibia dengan
os talus dibagian medial dan os fibula dengan os talus dibagian lateral yang tergabung
dalam satu kapsul sendi. Jaringan pada sendi ankle diikat oleh beberapa ligamen,
antara lain adalah ligamen anterior tibiofibular dan ligamen posterior tibiofibular yang
mengikat antara tibia dengan fibula, ligamen deltoid yang mengikat tibia dengan
telapak kaki bagian medial, ligamen collateral yang mengikat fibula dengan telapak
kaki bagian lateral. Tendon calcaneal (Achilles) terletak pada otot betis sampai
calcaneus yang membantu kaki untuk gerakan plantar fleksi dan membatasi dorsi
fleksi (Saladin, 2010).
5. Biomekanik Ankle
Secara gerakan sendi ini dapat melakukan gerakan dorsofleksi, plantarfleksi,
inversi dan eversi. ROM (Range of Motion) dalam keadaan normal untuk
dorsofleksi adalah 20˚, plantarfleksi adalah 50˚, gerakan eversi adalah 20˚, dan
gerakan inversi adalah 40˚. Penulisan yang disesuaikan dengan standar ISOM
(Internaional Standard Orthopaedic Meassurement) untuk gerak dorsofleksi dan
plantarfleksi akan tertulis (S) 20-0-50 dan gerak inversi dan eversi tertulis (S) 20-0-40
(Russe, 1975 dalam Nugroho, 2016). Berdasarkan dari bentuk persendiannya, Pieter
dan Gino (2014) mengklasifikasikan sendi ankle sebagai sendi ginglimus dengan
gerakan yang mungkin terjadi adalah dorsofleksi (fleksi) dan plantarfleksi
(ekstensi) dengan jangkauan gerakan yang bervariasi untuk dorsofleksi antara 13-
33˚ dan plantarfleksi 23-56˚. Sementara Christy Cael (2009) menggambarkan
jangakauan gerak sendi ankle adalah dorsofleksi 20˚ dan plantarfleksi 50˚.
B. OLAHRAGA FUTSAL
Futsal adalah aktivitas permainan invasi beregu yang dimainkan lima lawan
lima orang dalam durasi waktu tertentu yang dimainkan pada lapangan, gawang dan
bola yang relatif lebih kecil dari permainan sepakbola yang mensyaratkan kecepatan
bergerak, menyenangkan serta aman dimainkan serta tim yang menang adalah tim
yang lebih banyak mencetak gol ke gawang lawannya. Untuk mendukung
keterampilan futsal yang baik diperlukn berbagai faktor pendukung salah satunya
adalah kondisi fisik seorang pemain.
C. CEDERA OLAHRAGA
A. Metode
Metode kegiatan yang akan dilakukan untuk membantu memecahkan masalah
adalah dengan metode penyuluhan serta memberikan latihan tentang Pertolongan
Pertama Cedera Olahraga Pada Club Futsal.
Kegiatan ini dilakukan pada satu hari di Stikes Aisyiyah Surakarta, yang akan
digunakan dalam kegiatan ini adalah alat cek tekanan darah, power point.
B. Pemecahan Masalah
Input Proses Output
UKM futsal Stikes Penyuluhan tentang Menambah
‘Aisyiyah Surakarta pertolongan pertama pengetahuan kepada
pada cedera ankle paara atlet futsal
mengenai penanganan
cedera
Feed Back
C. Kelayakan PT
1. Struktur Organisasi Tim Pelaksana
Ketua : Ade Dian Kurniawan
Anggota : Dahlia Ervina
Diah Istianti
Dyan Ayu Nabella
Fara Aromadhona
Mita Tri Setyowati
Rosalia Rika A.A
Yusrika
2. Kualifikasi Tim Pelaksana
Ketua pelaksanaan adalah ketua pengusul pengabdian yang bertugas
memimpin jalannya pengabdian yang telah direncanakan, sedangkan anggota
bertugas membantu semua pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai
dengan jadwal.
SUSUNAN ACARA
PENGABDIAN MASYARAKAT
3. Materi
a. Pemateri 1 :
menit Panitia
4. Penanganan dan edukasi menit Panitia
a. Pemateri :
ANGGARAN DANA
PENGABDIAN MASYARAKAT