Anda di halaman 1dari 4

Untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan, pengabdian dan jasa Jenderal Sudirman

kepada bangsa dan negara yang telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional, maka kediaman tersebut
diabadikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Tata ruang dan koleksi Museum Jenderal Sudirman

Benda-benda koleksi otentik Panglima Besar Jenderal Sudirman yang digelar di ruang pameran yang
semua merupakan kediaman resmi.

RUANG I: RUANG TAMU

Dipamerkan satu perangkat meja kursi berbentuk munton yang beralaskan babut yang dilengkapi dua
lampu gantung model kuno, serasi dengan gedung yang telah berusia satu abad. Meja kursi yang
sederhana ini mencerminkan kepribadian Pak Dirman yang sederhana, lebih mengutamakan
kepentingan perjuangan bagi bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi. Di ruang ini Pak Dirman
biasa menerima tamu pada waktu itu.

RUANG II: RUANG SANTAI

Terletak di tengah gedung, tidak hanya berfungsi sebagai ruang keluarga Jenderal Sudirman dalam
membina dan mengasuh putra-putrinya, tetapi juga sebagai ruang tamu. Di ruang ini Jenderal Sudirman
sering membicarakan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan perjuangan bangsa Indonesia.
Koleksi yang dipamerkan berupa raido kuno merk Philips dan benda pecah-belah yang pernah digunakan
oleh keluarga Pak Dirman.

RUANG III: RUANG KERJA

Di ruang ini Pak Dirman menyelesaikan tugas-tugasnya dan mengatur kebijakan perjuangan TNI. Koleksi
yang dipamerkan berupa:

Meja kerja, meja kursi tamu, pesawat telepon, lemari arsip.

Replika keris yang senantiasa dipakai Pak Dirman waktu memimpin perang gerilya.

Padang Katana sewaktu menjadi Daidancho PETA.

Senapan Lee Enfield (LE), Vickers dan SMR mitraliur.

Piagam penghargaan dan tanda jasa yang dianugerahkan Pemerintah RI kepada Pak Dirman.

RUANG IV: RUANG TIDUR TAMU

Ruang ini dahulu berfungsi sebagai ruang tidur tamu, baik keluarga maupun teman-teman seperjuangan
Pak Dirman. Perlakuan terhadap para tamu sungguh sangat terpuji. Pak Dirman tidak pernah membeda-
bedakan para tamu, memperlakukan dan menghormati semua tamu dengan baik sehingga para tamu
merasa betah seperti di rumah sendiri. Koleksi yang dipamerkan berupa tempat tidur, almari pakaian,
kursi tamu dan lukisan pemandangan.
RUANG V: RUANG TIDUR PANGSAR JENDERAL SUDIRMAN

Ruang ini dipergunakan oleh Pak Dirman sebagai kamar tidur selama tinggal di gedung ini. Koleksi yang
dipamerkan berupa tempat tidur, almari pakaian dan sebuah dipan kecil tempat sembahyang serta
rekalnya. Pak Dirman dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, yang teguh serta memiliki
disiplin tinggi serta sebagai tokoh yang taat beragama, tidak pernah melupakan tugas kewajiban sebagai
muslimin, yang taat menjalankan ibadah sholat lima waktu. Koleksi lain yang dipamerkan berupa patung
lilin life size Pak Dirman duduk di kursi, lengkap dengan pakaian tradisional, ikat kepala, sandal asli yang
pernah dipakai beliau, sebuah lukisan Pak Dirman beserta Ibu Sudirman dengan busana tradisional Jawa
dan mesin jahit merk Singer yang merupakan benda kesayangan Ibu Dirman. Mesin jahit tersebut
menjadi pelipur lara kesepian di kala Ibu Dirman ditinggal tugas sang suami tercinta dan sering
dipergunakan Ibu Dirman untuk menjahit pakaian Pak Dirman serta pakaian putra-putri beliau.

RUANG VI: RUANG TIDUR PUTRA-PUTRI

Bersebelahan dengan ruang tidur Pak Dirman, terdapat sebuah kamar tidur putra-putri dari pernikahan
dengan Siti Alfiah, yang dikaruniai sembilan orang anak. Perhatian dan kasih sayang Pak Dirman terhadap
putra-putrinya sangat besar. Beliau sering menasehati putra-putrinya agar bersungguh-sungguh dalam
mencari ilmu agar kelak menjadi orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Negara.

RUANG VII: RUANG SEKRETARIAT

Sewaktu Pak Dirman tinggal di sini, ruang ini dipergunakan sebagai ruang sekretariat. Saat ini dipakai
sebagai ruang penyimpanan koleksi benda-benda sejarah yang erat hubungannya dengan jabatan
Panglima Besar, berupa seperangkat meja kursi yang pernah dipakai Letkol Isdiman sewaktu
mengusulkan Kolonel Sudirman untuk dipilih dan diangkat menjadi Panglima Angkatan Perang Republik
Indonesia dihadapan Pak Urip Sumoharjo dan Pak Gatot Subroto. Di dinding ruangan ini terpampang
foto setengah badan Letkol Isdiman dan Sumpah Anggota Pimpinan Tentara.

RUANG VIII: RUANG PALAGAN AMBARAWA

Dipamerkan maket Palagan Ambarawa sebagai pertempuran yang membuktikan keunggulan strategi dan
taktik Kolonel Sudirman yang turun langsung ke gelenggang untuk memimpin anak buah melawan
tentara Sekutu yang memiliki persenjataan modern dan lengkap. Kemenangan pasukan TKR dan laskar
rakyat merupakan peristiwa gemilang dalam sejarah perang kemerdekaan di Indonesia. Tentara Sekutu
berhasil dipukul mundur ke arah Semarang dengan korban yang sangat besar. Di ruangan ini juga
dipamerkan dua pucuk senjata mesin ringan.

RUANG IX: RUANG RS PANTI RAPIH

Panglima Besar Jenderal Sudirman yang selalu bekerja keras tanpa mengenal waktu, mulai terganggu
kesehatannya. Dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa paru-parunya terserang penyakit,
sehingga paru-paru yang sebelah kiri harus dioperasi di tengah-tengah situasi gejolak Angkatan Perang RI
sedang menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada akhir November 1948.
Pak Dirman menjalani operasi di RS Panti Rapih, Yogyakarta. Namun mengingat situasi negara bertambah
gawat, maka tanpa menghiraukan rasa sakit Pak Dirman masih juga bekerja, mengatur dan menyusun
strategi militer dengan para perwira lain sekalipun saat itu harus duduk di atas kursi roda. Peristiwa
tersebut digambarkan menjadi diorama evokatif.

RUANG X: RUANG KOLEKSI KENDARAAN

Saat perang gerilya dari Yogyakarta sampai Kediri, Jawa Timur pulang pergi, Jenderal Sudirman pernah
naik dokar, mobil serta dibawa dengan tandu yang digambarkan sebagai diorama evokatif.

RUANG XI: RUANG KOLEKSI GUNUNG KIDUL DAN SOBO

Sewaktu Pak Dirman memimpin gerilya, beliau pernah singgah beberapa hari di daerah Wonogiri,
tepatnya daerah Semanu, Kabupaten Gunung Kidul. Selanjutnya gerilya bergerak ke timur sampai Kediri,
Jawa Timur. Ke arah barat daya sampai di daerah Sobo, Pacitan. Di Sobo inilah Pak Dirman tinggal agak
lama. Beliau mulai melaksanakan tugasnya sebagai Panglima Besar secara teratur. Perkembangan situasi
politik di dalam dan di luar negeri diikuti dengan cermat dan teratur melalui radio dan surat kabar.
Hubungan komando dengan para komandan lapangan TNI maupun PDRI di Sumatera Barat berjalan
lancar. Sementara itu Pak Dirman berkesempatan pula menerima kunjungan beberapa orang menteri
seperti Susanto Tirtoprodjo untuk membicarakan langkah perjuangan selanjutnya. Di tempat ini pula Pak
Dirman menerima Caraka (utusan) Letkol Soeharto (Presiden RI ke-2) yang melaporkan rencana serangan
umum terhadap Yogyakarta. Serangan umum yang dilancarkan pada tanggal 1 Maret 1949 berhasil
dengan baik dan berpengaruh besar terhadap dunia internasional. Keberhasilan serangan umum itu
membuktikan kepada dunia, khususnya Belanda bahwa Republik Indonesia masih ada dan TNI sebagai
kekuatan bersenjata masih meneruskan perjuangan mempertahankan Negara Republik Indonesia.

RUANG XII: RUANG DIORAMA

Menggambarkan saat Pangsar Jenderal Sudirman bermarkas di daerah Sobo sejak 1 April hingga 7 Juli
1949. Di ruang ini juga dipamerkan tandu yang digunakan Pangsar Jenderal Sudirman dalam Perang
Gerilya dari Kretek menuju Playen, Gunung Kidul dan Route Gerilya dari Yogya sampai Kediri.

RUANG XIII: RUANG KOLEKSI PRIBADI

Jenderal Sudirman telah tiada. Namun jasa-jasanya senantiasa dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia
sepanjang zaman. Suatu hal yang harus dimaknai oleh generasi penerus Indonesia yaitu keyakinan dalam
amanat, 'Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku yang dilindungi benteng
Merah Putih akan tetap hidup, tetap menuntut bela siapapun lawan yang akan dihadapi.'

RUANG XIV: RUANG DOKUMENTASI

Koleksi yang dipamerkan berupa dokumentasi foto Perang Gerilya, menjabat Panglima Besar hingga
pemakaman Jenderal Sudirman di TMP Kusuma Negara Yogyakarta.

PRIBADI DAN KEPEMIMPINAN PANGLIMA BESAR JENDERAL SUDIRMAN


TAKWA DAN LOYAL

JUJUR DAN MEMBIMBING

SEDERHANA DAN TIDAK MENONJOLKAN DIRI

PENDIAM DAN BERBICARA MEMIKAT PENDENGAR

PENDIRIAN KUAT DAN DISIPLIN TERHADAP KEPUTUSAN MUSYAWARAH

TABAH DAN SABAR MENGHADAPI SITUASI

MENOMORSATUKAN KEPENTINGAN NASIONAL

Sumber: Brosur 'Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman'. Dinas Sejarah Angkatan Darat.

Alamat:

Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman

Jalan Bintaran Wetan No. 3

Yogyakarta

Telepon 0274 - 376 663

http://sudirman.museumjogja.org/id

Jam Kunjungan:

Selasa-Minggu 08.00 - 14.00

Kecuali ada pemberitahuan kunjungan

Senin libur

Tiket:

Gratis

Anda mungkin juga menyukai