Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma
dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya
lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian
mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan
estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause
angka kejadian sekitar 10 %.1
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid.Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita.Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar kepala
jarum hingga sebesar melon, sedangkan beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon.
Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi.2
Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua
penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita
mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di Afrika,wanita kulit hitam
sedikit sekali menderita mioma uteri.1,2
Sejak tahun 1946 Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian
hormon progesteron pada 7 wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran
mioma uteri.Peneliti Segaloff tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena
ini.Pada tahun 1966 Goldzieher mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat
dihambat dengan pemberian dosis besar progesteron.Coutinho mengobservasi pengecilan
ukuran mioma dengan menggunakan anti progestin gestrinon.Pada tahun 1983 De Cherney
dan rekan-rekan mempresentasikan data awal yang melaporkan bahwa terapi danazol dapat
mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan rekan-rekan tahun 1983 melaporkan bahwa
pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma uteri.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim
dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya
menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
tumbuh8

B. Epidemiologi
Berdasarkan Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2011-2012, angka
kasus mioma uteri sebesar 20 per 1000 wanita dewasa. Dalam 1 tahun, ada 49.598
wanita mengalami mioma uteri. bahwa angka kejadian gangguan reproduksi di Negara
berkembang mencapai 36% dari total beban sakit yang diderita selama masa produktif.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-35% dari seluruh wanita di dunia.
Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39 -11,7%
pada semua pasien kebidanan yang dirawat. Data statistik menunjukkan 60% mioma
uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali.

C. Etiologi
penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara
otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi genetik,
adalah beberapa hormon seperti estrogen, progesteron, dan human growthhormon. .
Dengan adanya stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus ,
sehingga menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga
terjadilah pertumbuhan mioma.
 Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
 Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
 Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
 Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
4
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma:
a) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche.Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.Selama
fase sekretorik, siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di
miometrium normal berkurang.Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan
sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan selama
2,8
kehamilan.
b) Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan.Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan
17-Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
mioma.

D. Patofisiologi
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala.Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah dan
letak mioma.Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi estrogen,
yang ada hingga menopause.Seiring berjalannya waktu, mioma yang awalnya
asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak mioma yang
menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang dan banyak gejala
yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah menopause.5
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testosteron.Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma
lebih banyak didapati daripada miometrium normal.Menurut Meyer asal mioma adalah
sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.Mioma merupakan monoclonal dengan
tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot.Etiologi yang diajukan
termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.

E. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh.Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus yang
terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah dan pembuluh limfe. Jenis
mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%). Dikenal dua tempat asal mioma
uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri.Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan
sebanyak 3 % dan pada korpus uteri ditemukan 97% kasus.1,3,4
Mioma intramural merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.Jenis mioma
ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan
paling tengah yaitu miometrium.Mioma subserosa tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus
yang paling luar yaitu serosa.Jenis mioma ini dapat bertangkai (pedunculated) atau
memiliki dasar lebar.Jenis mioma ini perupakan kedua terbanyak ditemukan. Jenis
mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasar
lebar.Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks disebut mioma geburt.1,3,4
Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka
uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan berkemih. 1,3,5
2. Mioma uteri submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma.Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan.1,3,5
3. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.3
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedunkulata.Mioma submukosa pedunkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
namamioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas.1-3
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari
serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak
regular dan dapat disalah artikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah perdarahan
menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan :5,6
- Peningkatan luas permukaan endometrium
- Produksi prostaglandin
Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena perdarahan.5
4. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaann uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter dan
arteri iliaka. Mioma jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain
misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wandering dan parasite fibroid.1,3,7
5. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat
yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma.
1,3,

F. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 – 50% pasien. Gejala yang
disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala
dan tanda yang paling sering adalah :
a. Pendarahan uterus yang abnormal
Perdarahan uterus yang abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal merupakan
gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada
30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan
mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan
atau metrorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri. Perdarahan abnormal
ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
b. Nyeri panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh karena
degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun
akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang
besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat
menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian
punggung dan ekstremitas posterior.
c. Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ sekitar.
Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi maupun
dispareunia. Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada
pelvik sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas
posterior
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27 – 40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri
dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan
untuk motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi
embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

G. Diagnosa
 Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol keluar
dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat perdarahan
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak.
 Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis
mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih
massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah
2
bagian dari uterus.
 Pemeriksaan penunjang
1. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri.Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus
yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus.Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik.Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik. 1,3,4
3. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai.Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.2,3
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasimioma tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas
dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil
3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.MRI
dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan. 1,3

H. Penatalaksanaan
Penanganan mioma geburt tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi
dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar
secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.2
a. Konservatif
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:1,2
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
 Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC
 Pemberian zat besi
 Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid
asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak
3 kali.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar
dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada
tangkai, perlu diambil tindakan operasi.2
b. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.Terapi medikamentosa
masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.1,2
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog
GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin,
agen-agen lain (gossipol, amantadine).1,2,5
(1) GnRH analog
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal;
jadi obat-obatan ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan
reversibel yang dapat mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara
menurunkan konsentrasi estrogen yang beredar dalam darah dengan hasil
maksimal setelah tiga bulan terapi.Akan tetapi setelah pemberian GnRHa
dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi.menekan produksi estrogen dengan sangat kuat,
sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia
menopause. Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap
pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang
paling rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan pemberian
pengobatan medikamentosa dengan GnRHa adalah:
 Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
 Mengurangi anemia akibat perdarahan.
 Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
 Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
 Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
 Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi. 1,2
(2) Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada
pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg
perhari selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan pengobatan
ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 1,2,4
(3) Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron.Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar
20-25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi
androgenik.Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma terjadi
peningkatan aktifitas 5 -reduktase pada miometrium dibandingkan
endometrium normal.Mioma uteri memiliki aktifitas aromatase yang tinggi
dapat membentuk estrogen dari androgen. 2-4
(4) Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap
jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama.Pada
pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat
menghilangkan gejala menoragia dan nyeri pelvis.Pada wanita premenopause
dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif
tindakan histerektomi terutama menjelang menopause. Pemberian goserelin 400
mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500
mikrogram sehari sekali dengan cara pemberian injeksi subkutan. 2,3
(5) Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan
menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk
menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-1000
mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia
yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi
35,7% wanita dengan menoragia idiopatik. 1-3
c. Pengobatan Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myoma geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina.Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah
30-50%. 1,3,7
Perlu diketahui bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih
memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih.Histerektomi dapat dilakukan
perabdominam atau pervaginam.Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus
harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
Adanya prolaps uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknik dalam mengangkat uterus keseluruhannya.1,3,7
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi : 3,7,8
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
 Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan :


 Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan
anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma,
rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat
untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi resiko
perlekatan dengan vesika urinaria.Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih
menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari
pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai
dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea. 1,4
 Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi, terbagi
atas 2 macam, yaitu:1,4
 Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
 Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel.
 Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah
UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak
dilakukan insisi serta waktu penyembuhannyayang cepat.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstericians Gynecologist
(ACOG) adalah sebagai berikut :7
 Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
 Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
 Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan.
Embolisasi arteri uterus kini semakin banyak digunakan untuk menangani
mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Caranya adalah arteri uterina
diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk
diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan karena terjadi
distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan implantasi
abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama.Nyeri setelah
UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma.Keuntungannya adalah
tidak ada insisi dan waktu penyembuhannya yang cepat. Tujuannya adalah untuk
mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan
nekrosis.1,5,7
I. Komplikasi
 Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.2
 Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis.Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut.Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.2

J. Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.Myomectomi yang
extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium,
maka diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya
memerlukan tindakan lebih lanjut.3
BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17-07-19 Tanggal Pemeriksaan : 18-07-2019


Ruangan : Nifas Jam : 11.00 WITA

A. IDENTITAS
Nama : Ny. JS
Umur : 33 tahun
Alamat :Jl. anoa
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

B. ANAMNESIS
P1A0 Usia Kehamilan :-
HPHT :- Menarche : 13 tahun
TP :- Perkawinan : Pertama (10 tahun)

1. Keluhan Utama
Nyeri perut Bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. JS usia 33 tahun, masuk ke Rumah sakit Wirabuana datang dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah sebelah kanan yang dirasakan sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri perut dirasakan hilang timbul. Nyeri yang dirasakan disertai
adanya benjolan pada perut bawah, pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati (+). Pasien
tidak merasakan sakit kepala (-), pusing (-), mual (-) ,muntah (-) serta tidak mengalami
perdarahan. Buang air besar dan buang air kecil pasien lancar.

3. Riwayat pemeriksaan kehamilan


Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan
4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 13 tahun, lama 5 hari, siklus haid 28 hari, teratur,
banyaknya 2 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang hebat selama haid.
5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali.Usia Pernikahan 10 tahun.
6. Riwayat kehamilan dan Persalinan
Pasien pernah hamil 1 kali, lahir di RS wirabuana di bantu oleh Bidan
7. Riwayat KB
Tidak menggunakan KB
8. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama
10. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok.Tidak minum alkohol dan penggunaan obat-obatan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi :80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,7ºC
1. Kepala – Leher :
Konjungtivatidak anemis, tidak sclera ikterus, edema palpebra tidak ada, pembesaran
KGB tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada
2. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-), Simetris bilateral
P : Vokal fremitus kanan=kiri
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni regular
3. Abdomen :
I : Tampak cembung
A : Peristaltik usus kesan normal
P : Timpani diseluruh kuadran
P : Nyeri tekan suprapubic, tampak massa padat
4. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, tidak edema
Bawah : Akral hangat, tidak edema

2. PEMERIKSAAN OBSTETRI :
Leopold I :-
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
HIS :-
Pergerakan Janin :-
Janin Tunggal :-
Denyut Jantung Janin: -
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
WBC : 5.5 x 103/uL
RBC : 4,28 x 106/uL
HCT : 32.4 %
HGB : 10.7g/dL
PLT : 200 x 103/uL
HbSAg : non reaktif
RT HIV : non reaktif
Pemeriksaan USG

4. RESUME
Pasien Ny. JS 33 tahun, masuk ke Rumah sakit Wirabuana datang dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah sebelah kanan yang dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri perut dirasakan hilang timbul. Nyeri yang dirasakan disertai adanya
benjolan pada perut bawah. pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum: Sakit sedang Kesadaran:
Kompos mentis, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80kali/menit, Respirasi: 20
kali/menit, Suhu: 36,7ºC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Pada saat palpasi tampak
massa padat dibagian abdomen bawah. Pada pemeriksaan lab didapatkan WBC: 5.5 x
103/uL, RBC:4,28 x 106/uL, HCT : 32.4 %, HGB: 10,7 g/dL, PLT: 200 x 103/uL, HbSAg
: non reaktif, RT HIV : non reaktif

5. Diagnosa
Mioma uteri

6. Penatalaksanaan
Inj. Cotrimoxazole 400 mg 2x1
Doxycyclin 100 mg 3x1
Antacid syr 3x1
Rencana tindakan miomektomi
Follow Up Hari 1 (17, juli 2019)
S: Nyeri perut (+), nyeri ulu hati (+), Nyeri kepala (-), mual dan muntah (-). Bab (+), Bak (+)
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: Composmentis, GCS E4M6V5
TD: 120/80 mmHg
N: 88 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,50C
A: mioma uteri
P:
 IVFD RL 20 TPM
 Cotrimoxazole 400 mg 2x1
 Doxycyclin 100 mg 3x1
 Antacid syr 3x1
 Rencana tindakan
Follow Up Hari 2 (18, Juli 2019)
S: nyeri perut (+) , nyeri uluhati (+), Perdarahan pervaginam (-). Nyeri kepala (-), pusing (+),
mual dan muntah (-). Bab (+), Bak (+) lancar
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: composmentis, GCS E4M6V5
TD: 110/80 mmHg
N: 76 x/mnt
R: 20x/mnt
S: 36,5oC
A: Mioma uteri
P:
 IVFD RL 20 TPM
 Cotrimoxazole 400 mg 2x1
 Doxycyclin 100 mg 3x1
 Antacid syr 3x1
 Rencana tindakan Miomektomi
Follow Up Hari 3 (19, Juli 2019)
S: nyeri perut (+) , nyeri uluhati (+), badan teras lemas (+), Perdarahan pervaginam (-). Nyeri
kepala (-), pusing (+), mual dan muntah (-). Bab (+), Bak (+) lancar
O: Keadaan Umum: Sakit sedang
Kesadaran: composmentis, GCS E4M6V5
TD: 120/80 mmHg
N: 92 x/mnt
R: 22x/mnt
S: 36,5oC
A: Mioma uteri
P:
 IVFD RL 20 TPM
 Cotrimoxazole 400 mg 2x1
 Doxycyclin 100 mg 3x1
 Antacid syr 3x1
 Rencana tindakan Miomektomi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, didiagnosis mioma uteri berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pasien Ny. JS 33 tahun, masuk ke Rumah sakit Wirabuana
datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah sebelah kanan yang dirasakan sejak 2
bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut dirasakan hilang timbul. Nyeri yang
dirasakan disertai adanya benjolan pada perut bawah. Pasien juga mengeluhkan nyeri
uluhati
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum: Sakit sedangKesadaran:Kompos
mentis, Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, Respirasi: 20 kali/menit,
Suhu: 36,7ºC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Pada kepala leher, thorakstidak
ditemukan kelainan dan pada ekremitas tidak ditemukan edema. Pada abdomen
didapatkan saat palpasi tampak massa padat dibagian abdomen bawah. Pada pemeriksaan
lab didapatkan WBC: 5.5 x 103/uL, RBC:4,28 x 106/uL, HCT : 32.4 %, HGB: 10,8 g/dL,
PLT: 200 x 103/uL, HbSAg : non reaktif, RT HIV : non reaktif .
Hal ini sesuai teori yang dimana dinyatakan bahwa Diagnosis mioma uteri ditegakkan
berdasarkan,Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan serta Gejala dan tanda
penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma uteri. Dan gejalanya terdapat
pada pasien ini. Pada hasil USG juga didapatkan gambaran mioma uteri multipel.
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta
adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan
Human Placental Lactogen. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat
tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.3,4
 Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
 Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
 Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
 Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu rencana dilakukan miomektomi. tetapi sebelum
rencana operasi pasien telah meninggal dunia akibat serangan jantung.Histerektomi adalah
pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.Histerektomi dapat
dilakukan perabdominam atau pervaginam.Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus
lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolaps uteri
akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan
alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknik dalam mengangkat uterus keseluruhannya.1,3,7
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi : 3,7,8
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
Penekanan pada organ sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Myoma uteri. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka. Hal : 338-45
2. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam :Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi,Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan Ginekologi
FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.
3. Myoma uteri. Diunduh dari :http://www.myoma.co.uk/about-uterine-myoma.html.
diakses tanggal 5 desember 2018.
4. Hakim L. Mioma Geburt A case Report. [online]. Available from
http://narcissus02.multiply.com/journal/item/6. Diakses tanggal 5 desember 2018.
5. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.
6. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier Saunders, 2003.
7. Anonim. Teori Tentang Mioma Uteri. [online]. [cited on july 2009]. Available from
http://spesialistorch.com. Diakses tanggal 5 Desember 2018
8. Salim, Islimisyak Anwar. 2015. Karakteristik Mioma Uteridi RSUD Prof. Dr.
MargonoSoekarjo Banyumas. Vol.3 no.3 Desember
REFLEKSI KASUS Juli, 2019

MIOMA UTERI

Disusun Oleh:
NUR EVAYANTI
N 111 17 0140

PEMBIMBING KLINIK:
dr. Wulan Soemardji, Sp.OG

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

Anda mungkin juga menyukai