Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH

(PGEO6016)
ACARA 1
IDENTIFIKASI INFORMASI TEPI, MOZAIK DAN INTERPRETASI
PENGGUNAAN LAHAN FOTO UDARA

Oleh :
Nama Mahasiswa : Mc. Dohan Arrarona
NIM : 180721639135
Mata Kuliah : Penginderaan Jauh
Dosen Pengampu : Ike Sari Astuti, S.P, M. Nat. Res.St., Ph.D
Tanggal Praktikum : 6 September 2019
Assisten Praktikum : Dimas Ari Wibowo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
2019
I. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengindentifikasi informasi tepi foto udara.
b. Mahasiswa mampu menentukan skala foto udara.
c. Mahasiswa mampu menentukan ketinggian wahana saat pengambilan foto
udara.
d. Mahasiswa mampu menentukan area yang overlap maupun sidelap pada foto
udara.
e. Mahasiswa dapat menginterpretasi penggunaan lahan pada citra foto
berdasarkan unsur-unsur interpretasi.
II. BAHAN dan ALAT PRAKTIKUM
a. Bahan Praktikum
 Foto Udara skala 1:5000 wilayah Kalimantan
b. Alat Praktikum
 Spidol OHP tipe F
 Penggaris
 Mika transparansi
III. KAJIAN PUSTAKA
a. Foto Udara
Menurut (Wolf, 1983) foto udara atau peta foto merupakan peta foto yang
didapat dari survei udara, yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah
tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Foto udara biasanya
dikelompokkan menjadi foto udara tegak dan foto udara condong. Foto udara
tegak dibuat dengan sumbu kamera sebisa mungkin tegak lurus. Foto udara
tunggal yang diambil menggunakan kamera berlensa tunggal merupakan jenis
foto udara yang sering digunakan pada berbagai penerapan penginderaan jauh.
Foto udara atau peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan
lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu.
b. Informasi tepi
Informasi tepi pada sebuah foto udara tegak merupakan hal yang sangat penting
dalam kegiatan penghitungan fotogrametri.Informasi tepi pada foto udara tegak
adalah sumber informasi tentang pemotretan foto udara tersebut dan sangat
berguna untuk penyadapan atau pengolahan data dari foto udara serta
pemanfaatan foto udara tersebut untuk berbagai keperluan/kepentingan.
Keterangan tepi foto udara tegak standar ukuran 23 x 23 cm, yaitu :
1. Tanda Fidusial
Setiap foto udara terdapat 4 atau 8 tanda fidusial (fiducial mark).Kegunaaan
dari tanda fidusial adalah untuk menentukan titik prinsipal (titik pusat) foto
udara, yaitu dengan menarik garis dua tanda fidusial yang berhadapan.
2. Seri Nomor
Foto udara (FU) memiliki nomor seri sekurang-kurangnya terdiri dari
nomor registrasi, nama daerah yang dipotret, tanggal pemotretan, dan nomor
jalur terbang/nomer fotoTanda tepi
Tanda tepi terletak pada salah satu sisi foto udara, terdiri dari minimal 4
bagian, yaitu level, jam pemotretan, panjang fokus kamera, dan altimeter.
Level menunjukkan sudut pemotretan foto udara. Jam pemotretan
menunjukkan waktu dilaksanakannya pemotretan. Panjang fokus kamera
menunjukkan panjang fokus kamera yang digunakan biasanya termasuk
keterangan jenis kamera yang digunakan.Sedangkan, altimeter
menunjukkan ketinggian terbang pesawat saat melakukan pemotretan.
c. Mozaik Foto Udara
Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan gambar yang berkesinambungan
dan menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf, 1983). Mozaik udara umumnya
dirakit dari foto udara vertikal, namun kadang-kadang juga dirakit dari foto
miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan baik, akan memperlihatkan
penampilan seperti suatu foto tunggal yang sangat besar..
Ditinjau dari teknik pembuatannya, Wolf (1983) menyebutkan ada tiga jenis
mosaik, yaitu mosaik terkontrol, tidak terkontrol, dan semi terkontrol. Mosaik
terkontrol adalah mosaik yang dibuat dari foto yang telah direktifikasi sehingga
semua foto telah mempunyai skala yang sama. Mosaik tidak terkontrol adalah
mosaik yang dibuat dari foto tegak yang belum direktifikasi serta belum
diseragamkan skalanya.Mosaik semi terkontrol adalah mosaik yang disusun
dengan menggunakan foto udara yang mempunyai beberapa titik kontrol, tetapi
foto tersebut tidak terektifikasi dan mempunyai skala yang tidak seragam.
Dari 3 jenis mosaik tersebut, mosaik terkontrol dan semi terkontrol memiliki
kesamaan, yaitu memerlukan ketersediaan titik kontrol.Keharusan untuk
tersedianya titik kontrol tersebut mempunyai konsekuensi waktu pemrosesan
yang lama, yaitu saat identifikasi titik kontrol pada setiap foto, dan biaya yang
relatif mahal untuk penyediaan/pengadaan titik kontrol setiap foto. Pembuatan
mosaik tidak terkontrol secara konvensional, meskipun tidak memerlukan titik
kontrol, tetap membutuhkan operator untuk mengidentifikasi titik/obyek yang
sama antar foto (tie points, TP) yang saling bertampalan. Cara ini sangat
tergantung kecermatan operator dan membutuhkan waktu yang lama untuk TP,
lebih-lebih jika terdiri dari ratusan foto.
Di dalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan
pada karakteristik dasar citra foto udara. Interpretasi dapat dilakukan dengan dua
cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital. Keduanya
mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan
antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara
kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel
dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual.
d. Interprtasi Citra
Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek
tersebut.(Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7).Menurut Lintz Jr. dan
Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan
dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu:
1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada gambaran
sungai terdapat obyek yang bukan air.
2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk,
ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut
disimpulkan sebagai perahu motor.
3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan
mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.
Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi
citra.Foto udara sebagai citra tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur
interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretaasi pada citra
lainnya.(Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi citra terdiri :
1) Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut
merupakan lokasi semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita
kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona
cerah.Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan
rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur.Daerah
yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya
objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
2) Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka
suatu obyek.Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara
dari adanya bentuk persegi panjang.demikian pula kita bisa mengenali
gunung api dari bentuknya yang cembung.
3) Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan
volume.Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan
volume suatu objek.Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada
banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil.Kita bisa membedakan mana
objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan
ukurannya.
4) Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok
obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
5) Pola
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
6) Bayangan
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa
obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki
minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus
tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek
tersebut.Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah
dengan melihat banyangannya.
7) Situs
Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek
lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang
darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan
sebagainya.Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan
kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya.Banyak
tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu
tersebut.Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau
lokasinya yang berada di tepi pantai.Kebun kopi ditandai dengan jarak
tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien
miring/pegunungan.
8) Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan
petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering
menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium.gedungsekolah berbeda
dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya
ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan
untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra.Semakin ditambah
jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, maka semakin menciut
lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan cara ini
disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of evidence).

IV. LANGKAH KERJA


a. Informasi Tepi
1. Menyiapkan foto udara untuk diidentifikasi
2. Melihat Nivo untuk menentukan wahana saat mengambil foto udara stabil
tidaknya. Dikatakan stabil jika tepat ditengah
3. Melihat altimeter dalam foto udara untuk mengetahui ketinggian wahana saat
dilakukan pengambilan foto udara
4. Melihat foto paling kanan untuk mengethui focus, tanggal pengambilan foto
udara dan nomor seri.
b. Mozaik Foto Udara
1. Siapkan foto udara sebanyak 2 lembar foto udara berurutan dengan skala
1:5000
2. Gabungkan 2 Foto udara tersebut hingga diketahui area yang bertampalan
3. Mengukur panjang foto udara yang tertampal, pengukuran dilakukan dari
tepi foto udara
4. Menghitung persentase area tampalan foto udara
5. Identifikasi hasil perhitungan
c. Interprtasi Citra
1. Siapkan foto udara yang akan di deliniasi sebanyak 1 lembar foto udara
dengan skala 1:5000
2. Siapkan mika plastik dan tempelkan plastic mika ke atas citra dengan
menggunakan clip
3. Gunakan spidol ohp untuk mendeliniasi.
4. Analisis citra dengan melihat unsur unsur citra seperti rona, bentuk, ukuran,
tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi dan nama objek.
V. HASIL PRAKTIKUM
a. Tabel deskripsi informasi tepi
No Informasi Gambar Keterangan
1 Jam terbang Memberikan informasi tentang
kapan waktu pemotretan terjadi.

2 Nivo Gelembung udara/nivo untuk


menunjukkan miring tidaknya
wahana dalam pengambilan
foto udara. Foto udara ini
dipotret dengan kedudukan
kamera vertikal/lurus
3 Altimeter Memberikan informasi tentang
ketinggian terbang wahana di
atas permukaan laut saat
dilakukan pemotretan.
4 Panjang Panjang focus kamera dan
ketinggian terbang untuk
fokus (F) mengetahui skala foto udara.
Dari Perhitungan skala yang
sudah dilakukan didapatkan
hasil sebesar
5 Tanggal Menunjukan kapan tanggal
pemotretan foto udara.
terbang (H)

6 Nomor urut Merupakan nomor urut foto


udara sewaktu pemotretan.

7 Fiducial Tanda Fiducial berfungsi untuk


point mengetahui titik Prinsipal dari
foto udara. Titik Fudicial paa
foto udara terdapat 4 atau 8.
8

b. Perhitungan altimeter
Altimeter menunjukkan nilai 1,92. Untuk mengetahui ketinggian terbang
dilakukan penghitungan dengan hasil sebagai berikut:
Ketinggian = 1.92 x 1000
= 1920 ft x 0,305 m

= 585,6 m

c. Perhitungan skala foto udara


Diketahui:

a. Panjang fokus = 44 mm = 44 x 10-1 = 4,4 cm


b. Tinggi terbang = 585,6 m x 102 = 58560 cm
c. Tinggi rata-rata = 365,6 m = 365,6 x 102 = 36560 cm
Perhitungan skala dengan menggunakan rumus :
𝐹𝑜𝑘𝑢𝑠
Skala =𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑔−𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑇𝑜𝑝𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖
4,4 𝑐𝑚
=58560 𝑐𝑚−36560 𝑐𝑚

1
=5000 𝑐𝑚

Skala = 1∶5000 termasuk Peta Kadaster

d. Perhitungan mozaik (sidelap atau overlap)


Berdasarkan hasil penghitungan mozaik foto udara maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑎𝑚𝑝𝑎𝑙𝑎𝑛
P = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐹𝑜𝑡𝑜 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 x 100%

16,5 𝑐𝑚
= x 100%
23 𝑐𝑚

= 71,73%
Interpretasi:

o Jika P ≥ 60% maka foto udara overlap


o Jika P ≤ 60 % maka foto udara sidelap

Jadi, berdasarkan hasil penghitungan mozaik foto udara diperoleh hasil


sebesar 71,73%, maka foto udara yang dianalisis merupakan Foto Udara
Overlap

e. Tabel interpretasi foto udara


Nama Objek Rona/ Bentuk Ukuran Tekstur Pola Bayangan Situs Asosiasi
Warna
Sekolah Cerah Persegi Kecil Kasar Teratur - Memiliki Berada
panjang bentuk pada
bangunan pinggir
jalan
Pemukiman Cerah memanjang Besar Kasar Linear - Terlihat Berada
atap-atap pada
rumah pinggiran
jalan
penghub
ung
Jalan lokal Cerah/kec Memanjang Kecil Halus Memanja - Membent Berada
oklat- ng uk K atau dekat
coklatan L dengan
pemukim
an
pendudu
k
Jalan Setapak Cerah/Kec memanjang kecil Sedang Memanja - Membent Terdapat
oklat- ng uk K atau pada
coklatan L lahan
warga
Hutan Gelap/hija Tidak teratur Besar Kasar Tidak - Memiliki Dekat
u tua teratur Vegetasi dengan
yang semak-
rapat semak
Sawah tadah Gelap/keh Berpetak- Kecil Halus Teratur - Terlihat Berada
hujan ijauan petak pematang dekat
sawah jalan
penghub
ung
Semak Cerah Menyebar Kecil Kasar Tidak - Vegetasi Dekat
teratur terlihat dengan
rapat hutan
dan
pertamba
ngan
Bekas galian Cerah/keh Menyebar Kecil Kasar Tidak - Didalamn Dekat
tambang ijauan teratur ya dengan
(tergenang) terdapat semak-
genangan semak
air bekas dan jalan
galian
tambang
Bekas galian Cerah/cok Menyebar Kecil Kasar Tidak Tidak Berada
tambang lat muda teratur terdapat didekat
(tidak vegetasi jalan
tergenang) penghub
ung
Masjid Cerah Persegi Kecil Kasar Teratur Memiliki Berada
kubah dekat
pemukim
an dan
juga
jalan

VI. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum pengenalan, mozaik dan interpretasi foto udara
yang digunakan adalah foto udara monokromatik. Lokasi yang diambil pada foto
udara terletak di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan skala yang digunakan dalam
praktikum ini adalah 1:5000 yang bisa diartikan sebagai 1 cm pada foto udara sama
dengan 5000 cm di lapangan. Foto udara juga memiliki informasi tepi yang
memudahkan pembaca dalam mengamati foto udara tersebut. Infromasi tepi yang
terdapat pada foto udara terdiri atas altimeter yang memiliki kegunaan untuk
mengetahui ketingian wahana saat pengamblan foto udara. Waktu terbang memiliki
fungsi sebagai waktu diambilnya foto udara tersebut dan mempermudah seseorang
yang akan menginterpretasi. Panjang fokus berfungsi untuk mengetahui panjang
fokus kamera yang digunakan dalam pegambilan foto udara dan yang terakhir
adalah nivo atau level berguna untuk melihat seberapa stabil wahana saat
pengambilan foto udara, jika bubble terletak di tengah maka bisa dipastikan wahana
tersebut stabil dalam pengambilan foto udara.
Dilihat dari altimeter menunjukkan ketinggian wahana dalam pengambilan
foto udara setinggi 585,6 meter. Selain itu waktu terbang diketahui bahwa foto
udara tersebut diambil pada pukul 7.53 dan juga diambil pada bulan Juni tahun
2007. Panjang fokus kamera yang digunakan dalam pengambilan foto udara
tersebut adalah 44 mm, dan yang terakhir adalah nivo, pada praktikum ini foto udara
yang digunakan merupakan foto udara condong. Setelah selesai menganalisis
informasi tepi, selanjutnya adalah melakukan proses skema mozaik. Proses skema
mozaik ini dilakukan dengan cara menempelkan foto udara yang memiliki seri
berurutan dan ukur wilayah yang bertampalan, selanjutnya setelah hasil sudah
didapat digunakan untuk perhitungan presentase mozaik, rumus yang digunakan
dalam perhitungan mozaik adalah panjang tampalan dibagi panjang foto udara dan
dikali 100%, dari perhitungan tersebut diperoleh hasil sebesar 71,73% yang artinya
overlap karena hasil presentase melebihi 60%.Overlap merupakan daerah yang
bertampalan antara foto udara satu dengan lainnya sesuai nomor urutan jalur
terbang. Besarnya tampalan biasanya lebih dari 60%. Tujuan dari tampalan ini
adalah untuk menghindari daerah yang kosong saat perekaman karena wahana
perekaman melaju dengan kecepatan tinggi serta agar memeroleh cakupan yang
lebih luas. Sidelap merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan lainnya
yang ada di atas maupun di bawah area yang direkam. Tujuan dari tampalan ini
untuk menghindari daerah yang kosong karena wahana bergerak dengan cepat dan
overlap merupakan daerah yang bertampalan antara foto udara satu dengan lainnya
yang memiliki nomer berurutan.
Terakhir dilakukan interpretasi penggunaan lahan yang ada pada foto udara.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendeliniasi objek apa saja yang ada pada foto
udara, yang pertama harus dilakukan adalah menampal foto udara dengan mika
bening lalu gambar objek apa saja yang ada pada foto udara tersebut menggunakan
spidol OHP dengan menggunakan empat warna yaitu, merah, hijau, hitam dan biru.
Gunakan simbol-simblo yang ada pada peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) sebagai
acuan, dan dalam kegiatan deliniasi didapatkan beberapa objek dari foto udara yaitu
berupa pemukiman, sekolah, hutan, jalan setapak, jalan, sawah tadah hujan, semak-
semak, bekas galian tambang (tergenang), bekas galian tambang (tidak tergenang)
VII. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat dari tahap terakhir dari praktikum ini adalah
mendeliniasi foto udara dengan menggunakan mika plastik dan spidol OHP, cara
ini digunakan untuk mengetahui objek apa saja yang ada pada foto udara tersebut.
Dari hasil mendeliniasi tersebut ditemukan beberapa obek yang terdapat pada foto
udara Kota Banjarbaru antara lain, pemukiman, hitan, masjid, semak-semak, sawah
tadah hujan, bekas galian tambang, jalan setapak dan sekolah. Penggunaan lahan
yang ada pada foto udara yang dulunya merupakan pertambangan sudah berubah
menjadi bekas galian tambang yang berupa cekungan-cekungan, cekungan tersebut
sebagian besar tergenang oleh air, selain itu di area tersebut masih ada pemukiman
penduduk dan juga sawah tadah hujan. Bekas galian tambang mendominasi objek
yang ada di foto udara tersebut, karena bekas galian tambang tersebar di beberapa
titik.

DAFTAR RUJUKAN
Nurdinansa, Muhammad. 2013. Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskiop.
Malang: Universitas Negeri Malang. (Online),
(https://www.scribd.com/doc/191551703/ACARA-II-MOZAIK-FOTO
UDARA-edit-docx), diakses pada 12 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai