Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(PGEO6016)
ACARA 1
IDENTIFIKASI INFORMASI TEPI, MOZAIK DAN INTERPRETASI
PENGGUNAAN LAHAN FOTO UDARA
Oleh :
Nama Mahasiswa : Mc. Dohan Arrarona
NIM : 180721639135
Mata Kuliah : Penginderaan Jauh
Dosen Pengampu : Ike Sari Astuti, S.P, M. Nat. Res.St., Ph.D
Tanggal Praktikum : 6 September 2019
Assisten Praktikum : Dimas Ari Wibowo
b. Perhitungan altimeter
Altimeter menunjukkan nilai 1,92. Untuk mengetahui ketinggian terbang
dilakukan penghitungan dengan hasil sebagai berikut:
Ketinggian = 1.92 x 1000
= 1920 ft x 0,305 m
= 585,6 m
1
=5000 𝑐𝑚
16,5 𝑐𝑚
= x 100%
23 𝑐𝑚
= 71,73%
Interpretasi:
VI. PEMBAHASAN
Pada kegiatan praktikum pengenalan, mozaik dan interpretasi foto udara
yang digunakan adalah foto udara monokromatik. Lokasi yang diambil pada foto
udara terletak di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan skala yang digunakan dalam
praktikum ini adalah 1:5000 yang bisa diartikan sebagai 1 cm pada foto udara sama
dengan 5000 cm di lapangan. Foto udara juga memiliki informasi tepi yang
memudahkan pembaca dalam mengamati foto udara tersebut. Infromasi tepi yang
terdapat pada foto udara terdiri atas altimeter yang memiliki kegunaan untuk
mengetahui ketingian wahana saat pengamblan foto udara. Waktu terbang memiliki
fungsi sebagai waktu diambilnya foto udara tersebut dan mempermudah seseorang
yang akan menginterpretasi. Panjang fokus berfungsi untuk mengetahui panjang
fokus kamera yang digunakan dalam pegambilan foto udara dan yang terakhir
adalah nivo atau level berguna untuk melihat seberapa stabil wahana saat
pengambilan foto udara, jika bubble terletak di tengah maka bisa dipastikan wahana
tersebut stabil dalam pengambilan foto udara.
Dilihat dari altimeter menunjukkan ketinggian wahana dalam pengambilan
foto udara setinggi 585,6 meter. Selain itu waktu terbang diketahui bahwa foto
udara tersebut diambil pada pukul 7.53 dan juga diambil pada bulan Juni tahun
2007. Panjang fokus kamera yang digunakan dalam pengambilan foto udara
tersebut adalah 44 mm, dan yang terakhir adalah nivo, pada praktikum ini foto udara
yang digunakan merupakan foto udara condong. Setelah selesai menganalisis
informasi tepi, selanjutnya adalah melakukan proses skema mozaik. Proses skema
mozaik ini dilakukan dengan cara menempelkan foto udara yang memiliki seri
berurutan dan ukur wilayah yang bertampalan, selanjutnya setelah hasil sudah
didapat digunakan untuk perhitungan presentase mozaik, rumus yang digunakan
dalam perhitungan mozaik adalah panjang tampalan dibagi panjang foto udara dan
dikali 100%, dari perhitungan tersebut diperoleh hasil sebesar 71,73% yang artinya
overlap karena hasil presentase melebihi 60%.Overlap merupakan daerah yang
bertampalan antara foto udara satu dengan lainnya sesuai nomor urutan jalur
terbang. Besarnya tampalan biasanya lebih dari 60%. Tujuan dari tampalan ini
adalah untuk menghindari daerah yang kosong saat perekaman karena wahana
perekaman melaju dengan kecepatan tinggi serta agar memeroleh cakupan yang
lebih luas. Sidelap merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan lainnya
yang ada di atas maupun di bawah area yang direkam. Tujuan dari tampalan ini
untuk menghindari daerah yang kosong karena wahana bergerak dengan cepat dan
overlap merupakan daerah yang bertampalan antara foto udara satu dengan lainnya
yang memiliki nomer berurutan.
Terakhir dilakukan interpretasi penggunaan lahan yang ada pada foto udara.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendeliniasi objek apa saja yang ada pada foto
udara, yang pertama harus dilakukan adalah menampal foto udara dengan mika
bening lalu gambar objek apa saja yang ada pada foto udara tersebut menggunakan
spidol OHP dengan menggunakan empat warna yaitu, merah, hijau, hitam dan biru.
Gunakan simbol-simblo yang ada pada peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) sebagai
acuan, dan dalam kegiatan deliniasi didapatkan beberapa objek dari foto udara yaitu
berupa pemukiman, sekolah, hutan, jalan setapak, jalan, sawah tadah hujan, semak-
semak, bekas galian tambang (tergenang), bekas galian tambang (tidak tergenang)
VII. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat dari tahap terakhir dari praktikum ini adalah
mendeliniasi foto udara dengan menggunakan mika plastik dan spidol OHP, cara
ini digunakan untuk mengetahui objek apa saja yang ada pada foto udara tersebut.
Dari hasil mendeliniasi tersebut ditemukan beberapa obek yang terdapat pada foto
udara Kota Banjarbaru antara lain, pemukiman, hitan, masjid, semak-semak, sawah
tadah hujan, bekas galian tambang, jalan setapak dan sekolah. Penggunaan lahan
yang ada pada foto udara yang dulunya merupakan pertambangan sudah berubah
menjadi bekas galian tambang yang berupa cekungan-cekungan, cekungan tersebut
sebagian besar tergenang oleh air, selain itu di area tersebut masih ada pemukiman
penduduk dan juga sawah tadah hujan. Bekas galian tambang mendominasi objek
yang ada di foto udara tersebut, karena bekas galian tambang tersebar di beberapa
titik.
DAFTAR RUJUKAN
Nurdinansa, Muhammad. 2013. Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskiop.
Malang: Universitas Negeri Malang. (Online),
(https://www.scribd.com/doc/191551703/ACARA-II-MOZAIK-FOTO
UDARA-edit-docx), diakses pada 12 September 2019.