Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN

Disusun Oleh
Aisyah
Ayu Lestari
Khalis Sofi
Luthfia Syahidah Rahmah
Maryam Riani
Nur Ida Marlina
Yosi Meilianty Husna

KELOMPOK 1
XII AP2
SMK NEGERI 1 LEMAHABANG
Jl. KH. A. Wahid Hasyim No. 76 Lemahabang Kabupaten Cirebon 45183
Telp. (0231) 635308 Fax. (0231) 937060
Email : smkn1lemahabang@gmail.com Website. http://www.skensala.web.id

KATA PENGANTAR

Salam ukhuwah akhi wa ukhti..


Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat dan nikmat
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
�Pendidikan Agama Islam Toleransi Dalam Kehidupan� Insya Allah dengan baik.
Penyusunan ini tentunya bukan hanya hasil pemikiran kami sendiri, banyak orang-
orang yang mendukung kami di belakang. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada
kedua orang tua kami, kepada Bapak Ahmad Labib. S.Pdi selaku guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, dan teman-teman yang selalu menyumbangkan semangatnya.
Tanpa mereka kami bukanlah apa-apa.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai toleransi yang Insya Allah akan
bermanfaat dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih
jelasnya, marilah kita baca dan pelajari makalah ini.
Makalah ini hanyalah hasil karya susunan insan yang tak berdaya, yang tak jauh dari
khilaf dan salah. Untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat kami
harapkan, agar bisa kami jadikan motivasi untuk ke depannya.
Semoga Allah SWT. selalu menuntun setiap perjalanan hidup kita. Aaamin..

Lemahabang, Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..........................................................................
... i
DAFTAR
ISI................................................................................
........ ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................
1
A. Latar
Belakang...........................................................................
......1
B. Tujuan dan
Manfaat.........................................................................1
BAB II TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN.............................................. 2
A. Pengertian
Toleransi.........................................................................2
B. Toleransi Dalam
Islam.......................................................................2
C. Ayat Al-Qur�an dan Hadits yang Menjelaskan Toleransi.................2
1. Q. S. Al-Kafirun(109) : 1-
6...........................................................2
2. Q. S. Al-Bayinah(98) : 1-
8............................................................4
3. Q. S. Al-Kahfi(18) :
29..................................................................5
4. Q. S. Yunus(10) 40-
41.................................................................6
5.
Hadits.............................................................................
..............7
D. Toleransi Antar Umat
Beragama.....................................................7
E. Penerapan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari......................11
F. Hikmah Bertoleransi dalam Kehidupan Sehari-hari......................11
BAB III
PENUTUP............................................................................
... 12
A.
Kesimpulan.........................................................................
.............12
B.
Saran..............................................................................
..................12
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................
.. 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita egois, kita mempunyai pendapat namun
pendapat kita haruslah diterima oleh orang lain. Atau terkadang kita memaksakan
kehendak terhadap orang lain untuk mau melakukan hal yang sama dengan kita.
Untuk menghindari itu semua, kita harus mempunyai sikap toleransi, sikap tenggang
rasa, agar tidak terjadi rasa saling tidak suka antar sesama. Jika toleransi ada
dalam setiap diri kita, Insya Allah dalam bergaul di lingkungan baik sekolah maupun
masyarakat akan menjadi lebih baik.
Untuk itulah kami mengangkat tema toleransi dalam makalah ini. Semoga dapat
diterima dan dapat dijadikan inspirasi untuk berbuat lebih baik.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
a. Menambahkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. ;
b. Agar lebih dapat meneladani sikap Rasulullah SAW. ;
c. Menambah wawasan ;
d. Agar mengetahui lebih dalam mengenai toleransi ;
e. Menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari ;
f. Menghadirkan sikap toleransi dalam bergaul.
2. Manfaat
a. Menambah keilmuan tentang ajaran Islam ;
b. Dapat memahami materi toleransi ;
c. Hati menjadi tenang dengan adanya sikap toleransi ;
d. Lebih menghargai suatu hal apapun ;
e. Mempunyai pendirian kuat dengan tidak merendahkan orang lain ;

BAB II
TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN

A. PENGERTIAN TOLERANSI
Toleransi adalah sikap tenggang rasa, menghargai, membiarkan, atau membolehkan oran
lain untuk berpendapat atau berpendirian yang berbeda dengan dirinya.
Toleransi bahasa Arabnya adalah tasamuh yang artinya sama-sama berlaku baik, lemah
lembut, dan saling pemaaf. Dalam pengertian umum, toleransi adalah sikap akhlak
terpuji dalam pergaulan.
B. TOLERANSI DALAM ISLAM
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis
dalam toleransi beragama merupakan kesalahan dalam memahami arti tas�muh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang
batil (talbisu al-haq bi al-b�til), karena sikap sinkretis adalah sikap yang
menganggap semua agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap
menghargai dan menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan
atau mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu
ketika Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. untuk mengajak para Ahl al-
Kitab untuk hanya menyembah dan tidak menye-kutukan Allah swt.
C. AYAT AL-QUR�AN & HADITS YANG MENJELASKAN TOLERANSI
1. Q. S. Al-Kafirun(109) : 1-6

Artinya :
1) Katakanlah (Muhammad), �Wahai orang-orang kafir !
2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3) dan kamu bukan penyembah apa yang kamu sembah,
4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,
6) Untukmu agamau, dan untukku agamaku.
Asbabun nuzul
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa sekelompok pemuka kafir Quraisy datang menemui
Rasulullah SAW.. Kedatangan mereka untuk mengajak Rasulullah bersekutu dalam segala
hal, termasuk dalam peribadahan. Mereka akan menyembah apa yang beliau sembah,
beliau pun diminta menyembah apa yang mereka sembah. Bahkan mereka akan menganngkat
beliau sebagai pemimpin. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka turunlah wahyu
Allah SWT., yaitu Q.S. Al-Kafirun.
Pada ayat 2 dan 4, Rasulullah SAW. menegaskan bahwa beliau tidak akan pernah
menjadi penyembah apa yang disembah orang kafir, yaitu berhala. Dan pada ayat 3 dan
5 Rasulullah SAW., juga menegaskan bahwa orang kafir pun tidak akan pernah menjadi
penyembah apa yang beliau sembah, yaitu Allah SWT.
Pada ayat 6 Rasulullah SAW. menegaskan bahwa orang kafir tetap pada agamanya dan
beliau bersama kaum muslimin tetap pada agama tauhid. Dengan demikian, ayat 6 ini
sebagai landasan hukum adanya tasamuh dalam beragama.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang
beriman dan beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan
neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka
telah melakukan kezhaliman.

2. Q. S. Al-Bayinah(98) : 1-8
Artinya :
1) Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa
mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang
nyata,
2) (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-
lembaran yang suci (Al-Qur�an),
3) di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar),
4) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang
kepada mereka bukti yang nyata.
5) Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata (menjalankan) agama, dan juga agar melaksnakan sholat dan menunaikan
zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar),
6) Sungguh, orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu
adalah sejahat-jahat makhluk.
7) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk.
8) Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga �adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida
terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan)
bagi orang yang takut kepada Rabbnya.
Asbabun Nuzul
Sebenarnya, prinsip nabi-nabi terdahulu ialah sama dengan prinsip agama Islam yaitu
ketauhidan dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah
SWT.. Meskipun agama yang dibawa nabi terdahulu sama dengan Islam, tetapi
syariatnya berbeda-beda. Misalnya dalam menjalankan kewajiban dan tata cara
beribadah.
Surah Al-Bayinah yang berkaitan dengan toleransi adalah ayat 1-2 . Kedua ayat ini
menjelaskan sikap tegas yang dimiliki oleh orang-orang kafir dari golongan ahli
kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan tidak akan
meninggalkan ajaran agama mereka sampai datang keterangan yang nyata. Keterangan
itu adalah nabi akhir zaman yang mereka dambakan akan memancarkan lembaran-lembaran
suci sebagai pedoman hidup. Mereka menganggap bahwa peribadatan yang mereka lakukan
saat itu benar sehingga mereka mempertahankannya. Dengan demikian, sikap tegas
mereka sebagai bukti dimilikinya fanatisme beragama.
Mereka sangat berharap nabi akhir zaman yang mereka tunggu-tunggu itu berasal dari
golongan mereka, yaitu bani Israil. Akan tetapi, Allah SWT. mengutus nabi yang
terakhir bukan dari golongan bani Israil, muncullah rasa iri pada diri mereka.
Upaya untuk membunuh Rasulullah SWT. dan menghancurkan umat Islam selalu mereka
lakukan. Hal ini akan berlangsung hingga akhir zaman.

3. Q. S. Al-Kahfi(18) : 29

Artinya :
Dan katakanlah (Muhammad), �Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, barangsiapa
menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir)
biarlah dia kafir. �Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim,
yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka
akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah)
minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Kandungan Surah
a. Kebenaran itu sumbernya dari Allah SWT. ;
b. Manusia diberi kebebasan memilih mau beriman atau kafir bagi orang yang
beriman dan beramal sholeh disediakan Surga dan bagi orang yang kafir disediakan
neraka ;
c. Jika manusia memilih kafir dan melepaskan keimanan maka berarti mereka
telah melakukan kezhaliman.

4. Q. S. Yunus(10) : 40-41

Artinya :
40) Dan diantara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al-Qur�an), dan
diantaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Rabbmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41) Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah �Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.
Kandungan surah
a. Ada golongan umat manusia yg beriman terhadap al-qur'an dan ada yg tdk
beriman kepada Al-Qur'an ;
b. Allah SWT. mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang
bertakwa kepada Allah SWT. dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka
kepada Allah SWT. ;
c. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. harus yakin bahwa Tasul Allah
SWT. yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. dan Al-Qur'an adalah kitab suci yg
harus dijadikan pedoman umat manusia sampai akhir zaman.

5. Hadits
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :
?????????? ??? ???? ????? ??? ????? ??????? ????? ??? ????????? ???? ????????? ???
? ??????? ???? ??????????? ???? ?????????? ???? ????? ???????? ????? ????? ????????
? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ????? ???????????? ??????? ????? ??????
? ????? ??????????????? ???????????.
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata;
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?"
maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"

D. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA


1. Kaitan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi dengan persaudaraan sesama Muslim, dalam hal
ini Allah SWT. Berfirman :
???????? ?????????????? ???????? ???????????? ?????? ???????????? ?????????? ??????
? ??????????? ???????????
[Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat].
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan
memerintahkan untuk melakukan islah (mendamaikannya untuk perbaikan hubungan) jika
seandainya terjadi kesalahpahaman di antara mereka atau kelompok umat Islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, terlebih dahulu dengan mensikapi
perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga dan saudara sesama
muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan
dan menyadari adanya perbedaan dan menyadari bahwa semua adalah bersaudara, maka
akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian yang pada akhirnya akan bermuara
pada sikap toleran. Dalam konteks pengamalan agama, Al-Qur�an secara tegas
memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali kepada Allah SWT. dan sunnah
Rasulullah SAW..
2. Kaitan toleransi dengan mu�amalah antar umat beragama
Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup
bersama masyarakat penganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan
prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan,
baik untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai
implementasinya dalam praktek kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap
bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara
penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan
tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan
dengan cara saling menghormati, saling memulia-kan dan saling tolong-menolong. Hal
ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. saat beliau dan para sahabat sedang
berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi Muhammad
saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: �Bukankah
mereka orang Yahudi, ya Rasul?� Nabi saw.. menjawab �Ya, tapi mereka manusia juga�.
Hadis ini hendak menjelaskan bahwa, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan
manusia, melainkan urusan Allah SWT. dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di
dalamnya. Sedangkan urusan mu�amalah antar sesama tetap dipelihara dengan baik dan
harmonis.
Saat Umar bin Khattab ra. memegang amanah sebagai khalifah, ada sebuah kisah dari
banyak teladan beliau tentang toleransi, yaitu saat Islam berhasil membebaskan
Jerusalem dari penguasa Byzantium pada Februari 638 M. Tidak ada kekerasan yang
terjadi dalam �penaklukan� ini. Singkat cerita, penguasa Jerusalem saat itu,
Patriarch Sophorinus, �menyerahkan kunci� kota dengan begitu saja. Suatu ketika,
khalifah Umar dan Patriarch Sophorinus menginspeksi gereja tua bernama Holy
Sepulchre. Saat tiba waktu shalat, beliau ditawari Sophronius shalat di dalam
gereja itu. Umar menolak seraya berkata, �Jika saya shalat di dalam, orang Islam
sesudah saya akan menganggap ini milik mereka hanya karena saya pernah shalat di
situ.� Beliau kemudian mengambil batu dan melemparkannya keluar gereja. Di tempat
batu jatuh itulah beliau kemudian shalat. Umar kemudian menjamin bahwa gereja itu
tidak akan diambil atau dirusak sampai kapan pun dan tetap terbuka untuk
peribadatan umat Nasrani.
3. Tidak ada toleransi dalam akidah
Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur�an menegaskan:
???? ??? ???????? ????????????? ??? ???????? ??? ??????????? ????? ??????? ????
?????? ??? ???????? ????? ????? ??????? ???? ?????????? ????? ??????? ??????????
??? ???????? ?????? ????????? ?????? ?????
[Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukku agamaku].
Latar belakang turunnya ayat ini (asb?b an-nuz?l), ketika kaum kafir Quraisy
berusaha membujuk Rasulullah saw., "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami
(menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama setahun
pula." Setelah Rasulullah SAW. membacakan ayat ini kepada mereka maka berputus-
asalah kaum kafir Quraisy, sejak itu semakin keras sikap permusuhan mereka kepada
Rasulullah SAW.. Dua kali Allah swt. memperingatkan Rasulullah SAW. : "Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak menyembah Tuhan yang aku
sembah." Artinya, umat Islam sama sekali tidak boleh melakukan peribadatan yang
diadakan oleh non-muslim, dalam bentuk apapun.
Ayat ini menegaskan, bahwa semua manusia menganut agama tunggal merupakan suatu
keniscayaan. Sebaliknya, tidak mungkin manusia meng-anut beberapa agama dalam waktu
yang sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab
itu, Al-Qu�ran menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada sistem ke-
Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang
ditetapkannya sendiri.
Dalam kondisi sekarang, maka melakukan do'a bersama orang-orang non-muslim
(istighasah), menghadiri perayaan Natal, mengikuti upacara pernikahan mereka atau
mengikuti pemakaman mereka merupakan cakupan dari surah Al-Kafirun. Semua hal itu
tidak boleh diikuti umat Islam, karena berhubungan dengan akidah dan ibadah. Orang-
orang non-muslim juga tidak ada gunanya mengikuti peribadatan kaum muslimin, karena
sama sekali tidak ada nilainya dihadapan Allah SWT.
Dalam memahami toleransi, umat Islam tidak boleh salah kaprah. Toleransi terhadap
non-muslim hanya boleh dalam aspek muamalah (perdagangan, industri, kesehatan,
pendidikan, sosial, dan lain-lain), tetapi tidak dalam hal akidah dan ibadah. Islam
mengakui adanya perbedaan, tetapi tidak boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang
jelas-jelas berbeda.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW. merupakan teladan yang baik dalam
implementasi toleransi beragama dengan merangkul semua etnis, dan apapun warna
kulit dan kebangsaannya. Kebersamaan merupakan salah satu prinsip yang diutamakan,
yang terkait dengan karakter moderasi dalam Islam, di mana Allah swt berkeinginan
mewujudkan masyarakat Islam yang moderat, sebagaimana firman-Nya :
?????????? ????????????? ??????? ??????? ????????????? ???????? ????? ???????? ????
????? ?????????? ?????????? ????????
[Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu].
E. PENERAPAN TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain kerena tidak dibenarkan oleh
agama dan akal sehat ;
2. Sabar dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakan Islam,
sebagaimana rasul terdahulu ;
3. Bersahaja dalam melaksanakan dakwah, tidak mengikuti jalan pikiran objek
dakwah ;
4. Bebas menjalin hubungan dengan non muslim selama tidak menyangkut masalah
akidah dan ibadah.

F. HIKMAH BERTOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Menghargai kepada sesama ciptaan Allah SWT. ;
2. Menghindari terjadinya perpecahan ;
3. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan ;
4. Tenggang rasa dan suka menolong kepada orang lain ;
5. Menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan damai ;

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, mendiamkan,
dan menghargai ;
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang
terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial
sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah SAW. terhadap non muslim pada
zaman beliau masih hidup ;
3. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain
dengan tidak bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama lain dengan
keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah masing-masing ;
4. Sikap toleransi tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai syariat,
sebab jika terjadi, maka akan menimbulkan kesalah pahaman makna yang berakibat
tercampurnya antara yang hak dan yang batil ;
5. Ajaran toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip ajaran
Islam sebagaimana terdapat pada iman, islam, dam ihsan.
B. SARAN
Terapkan sikap toleransi pada setiap diri kita agar terciptanya kerukunan dan
kedamaian dalam lingkungan kehidupan.
Bertoleransi bukan berarti kita tidak peduli terhadap orang lain, melainkan
menanamkan sikap yang positif untuk menghargai orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai