K3 PADA PEKERJAAN
KONSTRUKSI BANGUNAN
Posted on Juni 3, 2017 by HASRIL Standar
BAB I
PENDAHULUAN
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari ketinggian, kecelakaan
kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam industri konstruksi. Menurut
buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan agar tidak jatuh meliputi : pembuatan landasan
untuk berpijak yang kuat, jalan setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran .
Perlindungan juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga. Tidak seorangpun
diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di bawah peralatan loading, semua
pekerja seharusnya berada pada jarak yang aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam
pemakaian pelindung kepala.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah :
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN K3
K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup familiar dalam
dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3 sebenarnya. Berikut adalah
beberapa pengertian K3 menurut ILO (International Labour Organization) dan beberapa ahli :
Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya.
2. Mangkunegara (2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Suma’mur (2001)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan
tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
4. Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja.
5. Mathis dan Jackson (2002)
Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik
itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut.
7. Jackson (1999)
1. Physical Hazards
2. Chemical Hazards
3. Electrical Hazards
4. Mechanical Hazards
5. Physiological Hazards
6. Biological Hazards
7. Ergonomic
8. Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi
BAB III
PEMBAHASAN
K3 dalam proyek konstruksi meliputi safety engineering > construction safety > personl safety.
Penyebab :
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda, Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
1. Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat, penggalian,
pembangunan, pengangkutan dsb. Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak
memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
1. Materials
Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan pekerja. Untuk itu diperlukan penanganan
yang baik. Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan material.
Penempatan peralatan kerja yang tidak diatur dengan baik bisa menimbulkan kecelakaan kerja
sehingga produktifitas kerja terganggu.
2. Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi
3. Identification
2. Evaluasi
Risk Assessment.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu pekerjaan yang akan diserahkan kepada
kontraktor. Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan kemampuan kontraktor menjalankan
pekerjaan dengan setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek bangunan
bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik dsb. Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam
kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut area atau
bidang kegiatan masing-masing.
Adakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan Hazards
Rating. Susun Risk Rating dari semua kegiatan konstruksi yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil
Identifikasi dan Evaluasi susun rencana pengendalian dan pencegahan kecelakaan. Terapkan
konsep Manajemen Keselamatan Kerja yang baku.
4. Implementation
Susun Program Implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan (buat dalam bentuk
elemen kegiatan).
Skala Proyek
Jumlah Tenaga Kerja
Lokasi Kegiatan
Potensi dan Resiko Bahaya
Peraturan dan standar yang berlaku
Teknologi proyek yang digunakan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan dengan baik. Sediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk menjalankan program K3. Susun Kebijakan K3 terpadu.
5. Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3 dalam perusahaan. Susun sistem audit dan
inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi perusahaan.
Kebijakan K3
Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama proyek berlangsung termasuk tugas dan
wewenang semua unsur terkait.
Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya sesuai dengan kebutuhan
dan lingkup kegiatan. Organisasi K3 harus memiliki akses kepada penanggung jawab projek.
Kontraktor harus memiliki personel yang cukup yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3
dalam perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangani
setiap jenis pekerjaan serta mengetahui sistem cara kerja aman untuk masing-masing kegiatan.
Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan perizinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai dasar kebijakan K3 dalam
perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang
akan dikerjakannya.
Identifikasi bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan identifikasi bahaya guna mengetahui potensi
bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan
Safety Departement. Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List,
What If, Hazops, dsb. Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level terendah sampai level tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
Kebijakan K3 proyek
Cara melakukan pekerjaan dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
Safety Committee (Panitia Pembina K3)
Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga keberhasilan K3 dalam perusahaan. Panitia
Pembina K3 merupakan saluran untuk membina keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap
K3. Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite K3 (Safety Committee).
Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi yang ada dalam kegiatan kerja.
Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta memberikan masukan dan
pertimbangan kepada manajemen untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.
Promosi K3
Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan berbahaya dilingkungan proyek
misalnya :
Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu dikembangkan sistem izin
kerja. Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah memiliki izin kerja yang
dikeluarkan oleh fungsi berwenang (pengawas proyek atau K3). Izin Kerja memuat cara
melakukan pekerjaan, safety precaution dan peralatan keselamatan yang diperlukan
Safety Inspection
Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe
act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek. Inspeksi dilakukan secara berkala. Dapat
dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan Sub Kontraktor
Equipment Inspection
Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum
diizinkan digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
Contractor Safety
Latar Belakang : Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan sebagai mitra yang
membantu kegiatan operasi perusahaan
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang :
Kegiatan Kontraktor harus dikelola dengan baik untuk menjamin keselamatan dalam setiap
kegiatan kerja kontraktor yang dapat membahayakan operasi perusahaan. Perusahaan harus
menerapkan Contractor Safety Management System (CSMS).
CSMS
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor yang bekerja di lingkungan
perusahaan. CSMS merupakan sistem komprehensif dalam pengelolaan kontraktor sejak tahap
perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan. Tujuan CSMS :
Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerjanya
(termasuk kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).
Keselamatan Transportasi
Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi. Pembinaan dan Pengawasan
transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek. Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Pengelolaan Lingkungan
Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu
dokumen Amdal/UKL dan UPL. Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan.
Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar, dalam berbagai bentuk. Limbah harus
dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya. Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
Keadaan Darurat
Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi dan sifat bahaya proyek misalnya
bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb. SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih
kepada semua pekerja
Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki oleh petugas yang terlatih dengan
tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Semua
kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta statistik kecelakaan digunakan sebagai
bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek. Audit K3 berfungsi untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan
proyek berikutnya. Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
4. Ketentuan administrasi K3
5. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :
Kami berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja
dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko
kecelakaan.
Kami menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan
digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja.
Kami turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut
dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
Kami menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi
Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk
menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
Kami memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur,
jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
Sebelum pekerjaan dimulai Kami menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi
petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya,
untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan- papan pengumuman, papan-papan
peringatan serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.
Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaan kerja yang aman.
Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab kami.
Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan.
Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full- time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3.
Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit struktural
dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia jasa.
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia pembina
keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia
Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas- fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
2. Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala hal
yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.
3. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia
pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama
membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait dengan K3,
dimana :
Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Instansi yang terkait.
Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1. Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing- masing dan
2. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
3. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada
kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi, dimana :
1. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan
oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat
PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan- keterangan/instruksi yang
mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga
supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika
diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau
tempat berobat lainnya.
Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :
3. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK, ambulans,
tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
4. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan nama
orang yang bertugas dan lain-lain.
5. Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera
dihubungi dalam keadaan darurat.
6. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini
yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu
pekerjaan konstruksi. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu
menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Kami harus
melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan
prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar,
oleh karena itu baik Kamidan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan, Kami
berusaha mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
Lampu / penerangan
1. Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat- alat penerangan buatan
yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
2. Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3. Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
Ventilasi
1. Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat udara
segar.
2. Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga
kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
Kebersihan
1. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat
yang aman.
2. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat kerja.
4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus dibersihkan
atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
5. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada tempat
penyimpanan semula.
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja telah dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
Alat pemadam kebakaran, telah diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu
dipelihara.
Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dicapai.
Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan. b) di tempat-
tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan- kerusakan teknis.
Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa
tersebut harus :
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang berhubungan dengan
alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah dengan
stamper dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya karena
kecelakaan kerja, antara lain :
Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadapprogram keselamatan kerja yang
telah diterapkan.
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1. Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan
perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
2. Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari pekerja.
Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak
mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak pekerja itu telah
diperlakukan secara adil (wajar).
3. Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga harus
mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat membuat
kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk
memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk
memberhentikan pekerja).
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan
bidang konstruksi dengan :
Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.
Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi kecelakaan kerja
dengan cara berikut ini :
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur dengan berbagai
aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam pekerjaan kosntruksi agar pekerjaan
konstruksi berjalan dengan baik tanpa menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikan
langkah-langkah dalam mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyek
kosntruksi.
4.2 SARAN
Untuk kelancaran pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3 dalam setiap
pekerjaan kosntruksi.
Advertisement