Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adi Risman H P

NPM : 16210719515

MIDTEST !!!

1. Berikan penjelasan tentang sejarah Sunda ?


2. Berikan penjelasan tentang sejarah Nusantara ?
3. Berikan penjelasan tentang sejarah Sumedang larang ?
4. Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari sejarah, seni, budaya, dan
peradaban ?

Jawaban :

1. Suku sunda adalah suku yang mendiami pulau jawa bagian barat. Pada
tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa (belum ada
pemisahan dengan Suku Banten pada masa itu), kebanyakan dari mereka
hidup di Jawa Barat dan sekitar 3 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara
mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti
yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku
Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di
dunia Barat. Nama orang Sunda sering dianggap sebagai orang Sudan di
Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam
komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa Inggris
berarti orang Sudan). Pada abad ke-20, sejarah Sunda telah terjalin melalui
bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia
modern. Sunda merupakan kebudayaan masyarakat sunda yang tinggal di
wilayah barat pulau Jawa. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan
cikal-bakal berdirinya peradaban di Nusantara[butuh rujukan], di mulai dengan
berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan
Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang.
Kata Sunda artinya bagus/baik/putih/bersih/cemerlang, segala sesuatu yang
mengandung unsur kebaikan[butuh rujukan]
. Orang Sunda diyakini memiliki
etos/watak/karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup.
Watak/karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik),
bener (benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/cerdas) yang sudah ada
sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad
ke-17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000
tahun.

2. Wilayah utama daratan Nusantara terbentuk dari dua ujung Superbenua


Pangaea di Era Mesozoikum (250 juta tahun yang lalu), namun bagian dari
lempeng benua yang berbeda. Dua bagian ini bergerak mendekat akibat
pergerakan lempengnya, sehingga di saat Zaman Es terakhir telah terbentuk
selat besar di antara Paparan Sunda di barat dan Paparan Sahul di timur.
Pulau Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya mengisi ruang di antara dua
bagian benua yang berseberangan. Kepulauan antara ini oleh para ahli
biologi sekarang disebut sebagai Wallacea, suatu kawasan yang memiliki
distribusi fauna yang unik. Situasi geologi dan geografi ini berimplikasi
pada aspek topografi, iklim, kesuburan tanah, sebaran makhluk hidup
(khususnya tumbuhan dan hewan), serta migrasi manusia di wilayah ini.

Nusantara terletak di daerah tropika, yang berarti memiliki laut hangat dan
mendapat penyinaran cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun
dengan intensitas tinggi. Situasi ini mendorong terbentuknya ekosistem
yang kaya keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan.
Lautnya hangat dan menjadi titik pertemuan dua samudera besar. Selat di
antara dua bagian benua (Wallacea) merupakan bagian dari arus laut dari
Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang kaya sumberdaya laut.
Terumbu karang di wilayah ini merupakan tempat dengan keanekaragaman
hayati sangat tinggi. Kekayaan alam di darat dan laut mewarnai kultur awal
masyarakat penghuninya. Banyak di antara penduduk asli yang hidup
mengandalkan pada kekayaan laut dan membuat mereka memahami
navigasi pelayaran dasar, dan kelak membantu dalam penghunian wilayah
Pasifik (Oseania).

Dari sudut persebaran makhluk hidup, wilayah ini merupakan titik


pertemuan dua provinsi flora dan tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat
proses evolusi yang berjalan terpisah, namun kemudian bertemu. Wilayah
bagian Paparan Sunda, yang selalu tidak jauh dari ekuator, memiliki fauna
tipe Eurasia, sedangkan wilayah bagian Paparan Sahul di timur memiliki
fauna tipe Australia. Kawasan Wallacea membentuk "jembatan" bagi
percampuran dua tipe ini, namun karena agak terisolasi ia memiliki tipe
yang khas. Hal ini disadari oleh sejumlah sarjana dari abad ke-19, seperti
Alfred Wallace, Max Carl Wilhelm Weber, dan Richard Lydecker. Berbeda
dengan fauna, sebaran flora (tumbuhan) di wilayah ini lebih tercampur,
bahkan membentuk suatu provinsi flora yang khas, berbeda dari tipe di India
dan Asia Timur maupun kawasan kering Australia, yang dinamakan oleh
botaniwan sebagai Malesia. Migrasi manusia kemudian mendorong
persebaran flora di daerah ini lebih jauh dan juga masuknya tumbuhan dan
hewan asing dari daratan Eurasia, Amerika, dan Afrika pada masa sejarah.

3. Kerajaan Sumedang Larang yang pusat wilayahnya berada di Kabupaten


Sumedang, merupakan Kerajaan yang berdiri dari sisa-sisa Kerajaan Sunda
yang beribu kota di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Sumedang Larang
merupakan penerus Islam Kerajaan Sunda, setelah Pakuan jatuh ke tangan
Kesultanan Banten. Wilayah kerajaan ini meliputi Jawa Barat dan wilayah
Banyumasan yang tidak berada di bawah kekuasaan Banten dan Kesultanan
Cirebon. Kerajaan ini berakhir saat Suriadiwangsa (anak tiri Geusan Ulun,
yang merupakan keturunan Harisbaya keturunan Mataram dan Panembahan
Ratu dari Cirebon) menyerahkan kerajaan pewaris trah Siliwangi,
Sumedang Larang kepada Kesultanan Mataram di tahun 1601.
Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh
yang bercorak Hindu, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih atas perintah
Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran,
Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama
Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan
Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur)
dipimpin oleh Prabu Guru Adji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada
masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang
berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata Insun medal Insun
madangan. Artinya Aku dilahirkan, Aku menerangi. Kata Sumedang
diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi
Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang
berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya
menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.

4. - Mengetahui peristiwa di masa lampau


- Manfaat edukatif dan pembelajaran
- Sebagai sumber inspirasi
- Memperluas wawasan dan pikiran

Anda mungkin juga menyukai