Anda di halaman 1dari 79

PROFIL

KAWASAN KONSERVASI
PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT
PROFIL KAWASAN KONSERVASI PROVINSI PAPUA-PAPUA BARAT

PENGARAH:
1. Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecill
2. Agus Dermawan – Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

PENANGGUNG JAWAB:
1. Syamsul Bahri Lubis

PENYUSUN:
1. Suraji
2. Nilfa Rasyid
3. Asri S. Kenyo H
4. Antung R. Jannah
5. Dyah Retno Wulandari
6. M. Saefudin
7. Muschan Ashari
8. Ririn Widiastutik
9. Tendy Kuhaja
10. Ervien Juliyanto
11. Yusuf Arief Afandi
12. Budi Wiyono
13. Hendrawan Syafrie
14. Suci Nurhadini Handayani
15. Ari Soemodinoto TNC

Dipersilahkan mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan mencantumkan
sumber sitasi.

©2015
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gedung Mina Bahari III Lantai 10


Jalan Medan Merdeka Timur No 16 Jakarta Pusat 10110
Telp./Fax: (021) 3522045, Surel: subditkk@ymail.com
Situs resmi: http://kkji.kp3k.kkp.go.id

PROFIL KAWASAN KONSERVASI ii PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


KATA PENGANTAR

Profil Kawasan Konservasi merupakan langkah tindak lanjut dalam pengenalan,


pembentukan, dan publikasi dari sebuah kawasan konservasi. Oleh karena itu,
tahapan ini sangat penting untuk menentukan perkembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan kawasan konservasi itu sendiri.
Profil Kawasan Konservasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkini
dari masing-masing kawasan, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya
setelah wilayah tersebut dikelola dengan baik. Kawasan-kawasan ini tiap tahunnya
akan dilakukan evaluasi melalui sistem evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K), sehingga dalam
melaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan bisa tepat guna, tepat ekonomi, tepat
kearifan lokal, dan tepat konservasi.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada para pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan buku ini terutama kepada Balai Pengelola Taman
Nasional Karimunjawa serta seluruh SKPD pengelola KKPD di daerah.

Jakarta, 2015
Tim Penyusun

PROFIL KAWASAN KONSERVASI iii PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii


DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
II. PROFIL KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN .................................................. 3
2.1 Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih ................................................. 3
2.2 Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat ........................................... 13
2.3 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Padaido ...................................... 27
2.4 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Waigeo Sebelah barat ................ 34
2.5 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Raja Ampat ................................ 40
2.6 Kawasan Konservasi Kabupaten Kaimana ................................................ 51
2.7 Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi ................................................... 57
2.8 Kawasan Konservasi Kabupaten Tambrauw (Abun).................................. 61
2.9 Kawasan Konservasi Kabupaten Biak Numfor .......................................... 70

III. PENUTUP....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 74

PROFIL KAWASAN KONSERVASI iv PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konservasi adalah suatu upaya pelestarian, perlindungan, dan pemanfaatan
sumber daya secara berkelanjutan. Kepentingan konservasi di Indonesia
khususnya sumber daya sudah dimulai sejak tahun 1970an melalui mainstream
konservation global yaitu suatu upaya perlindungan terhadap jenis-jenis hewan
dan tumbuhan langka. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan beserta
perubahannya (UU No.45 Tahun 2009) dan UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mengarahkan bahwa
pemerintah dan seluruh pemangku-kepentingan pembangunan kelautan dan
perikanan lainnya untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumber Daya Ikan menjabarkan arahan kedua undang-undang tersebut dengan
mengamanatkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KemenKP) untuk melaksanakan konservasi sumber daya ikan, dan salah satunya
adalah melalui penetapan dan pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Selanjutnya, selaras dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang
diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
tanggung jawab pengelolaan kawasan konservasi perairan, termasuk kawasan
konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K), dibagi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hingga kini, pemerintah pusat dan
daerah telah melahirkan tidak kurang dari 16 juta hektare luasan kawasan
konservasi perairan dan akan menggenapkan luasan kawasan konservasi
perairan tersebut menjadi 20 juta hektare pada Tahun 2020.
Sejarah konservasi menegaskan, titik krusial keberhasilan pencapaian
tujuan dan sasaran konservasi terletak pada efektivitas pengelolaan yang
dilakukan terhadap sebuah kawasan konservasi. Untuk mencapai hal tersebut,
ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Lebih lanjut, pada tahun
2012 Dit. KKJI juga telah menyusun Pedoman Evaluasi Efektivitas Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K).

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 1 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Komitmen Pemerintah Indonesia untuk membangun kawasan konservasi
perairan seluas 20 juta hektare pada Tahun 2020. Capaian target tersebut pada
tahun 2014 sudah mencapai 16.451.076, 96 hektare, Dimana seluas 4.694.947,55
hektare dengan 32 kawasan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, dan seluas 11.756.129,41 hektare dengan 113 kawasan dikelola oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Direktorat KKJI, 2015). Komitmen tersebut
tentunya harus diikuti dengan pengelolaan yang efektif agar kawasan-
kawasan tersebut mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi
para pemangku-kepentingan, khususnya masyarakat setempat, maupun bagi
sumberdaya keanekagaman-hayati yang dilindungi dan dilestarikan. Pengelolaan
agar lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maka diperlukan profil status
kawasan konservasi, dimana dalam penyusunan profil tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan, baik kondisi
biofisik, sosial, ekonomi dan budaya setelah wilayah tersebut dikelola dengan
baik. Kawasan-kawasan ini setiap tahunnya akan dievaluasi melalui sistem
evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-
pulau kecil (E-KKP3K), sehingga diperlukan profil detail dan data dan informasi
dari masing-masing kawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Penyusunan profil kawasan konservasi memiliki maksud dan tujuan untuk
memberikan gambaran terkini dari masing-masing kawasan di Provinsi Papua-
Papua Barat, baik kondisi biofisik, sosial, ekonomi dan budaya.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 2 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


PROFIL KAWASAN KONSERVASI
PROVINSI PAPUA-PAPUA BARAT

2.1 Taman Nasional Teluk Cendrawasih (Provinsi Papua dan Papua Barat)
1) Nama Kawasan : Taman Nasional Teluk Cendrawasih
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : SK. Menhut Nomor 8009/Kpts-II/2002;
Tgl 29-8-2002
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
• Unit Organisasi Pengelola : Balai Besar Taman Nasional Taman
Cendrawasih
• Penetapan :-
3) Luas Kawasan :1.453.500 hektare
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Kawasan Taman Nasiona Teluk Cenderawasih (TNTC) terletak di tepi
Samudra Pasifik dan secara geografis terletak pada koordinat 01o43’-03o22’
LU dan 134o06’-135o10’ BT, yang menyebabkan kaya potensi sumberdaya
alam. Berdasarkan wilayah administrasi TNTC berada di Kabupaten Teluk
Wondama (Papua Barat) dan Kabupaten Nabire (Papua). Kabupaten Teluk
Wandoma meliputi 13 distrik (Distrik Wasior, Distrik Wondiboi, Distrik Rasiei,
Distrik Naikere, Distrik Pesisir Kuri, Distrik Teluk Duairi, Distrik Roon, Distrik
Rumberpon, Distrik Soug Wepu, Distrik Windesi, Distrik Wamesa, Distrik
Dataran Wamesa, dan Distrik Roswar. Sedangkan Kabupaten Nabire
meliputi 2 distrik, yaitu Distrik Yaur dan Distrik Teluk Umar. Batas-batas TNTC
adalah sebelah Utara, terbentang dari Distrik Ransiki kearah timur perairan
Laut Kabupaten Yapen Waropen.Sebelah Selatan dan Barat berbatasan
langsung dengan pesisir pantai daratan pulau papua. Dan sebelah Timur,
terbentang dari arah Selatan Desa Sima Kecamatan Yaur Kabupaten
Nabire kearah utara.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 3 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


5) Status Kawasan
Hasil evaluasi status pengelolaan
Taman Nasional Teluk Cendrawasih
adalah sebagai berikut:
Untuk mencapai peringkat kuning
100% rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah:
• Lakukan kajian untuk memastikan
jumlah SDM di unit organisasi
pengelola memadai untuk
menjalankan organisasi
6) Kondisi Umum
Taman Nasional Teluk
Cendrawasih (TNTC) merupakan
perwakilan ekosistem terumbu
karang, pantai, mangrove dan hutan
tropika daratan pulau di Papua.
TNTC merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri
dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu
karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Potensi karang Taman Nasional
Teluk Cendrawasih tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan tersebar di tepian 18
pulau besar dan kecil. Persentase penutupan karang hidup bervariasi antara
30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu karang
terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona
lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain
koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.),
familiFaviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.
Kawasa TNTC secara definitif ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No.8009/Kpts-II/2002 tanggal 29 Agustus 2002 dengan luas
1.453.500 hektare, terdiri dari 68.000 hektare daratan yang meliputi 12.400
hektare (0,85%) pesisir pantai, 55.800 hektare (3,84%) daratan pada pulau-
pulau, 80.000 hektare (5,5%) terumbu karang dan luas lautan 1.305.500
hektare (89,8%).
Kawasan TNTC beriklim tropis lembab. Berdasarkan klasifikasi iklim
Schmidt dan Fergusson, kawasan TNTC termasuk dalam iklim tipe A
dengan nilai Q = 12,47 %. Rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara
1500 mm - 3500 mm dengan temperatur udara 25° - 30° C dan kelembaban
udara rata-rata berkisar antara 75 - 90 %.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 4 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


7) Target Konservasi
Sistem pengelolaan dan badan pengelola Taman Nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Sistem zonasi
terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan
keperluan (UU No. 5 Tahun 1990).TNTC dikelola dengan sistem zonasi.
Pembagian zonasi kawasan dapat dilihat pada gambar/peta dengan uraian
singkat sebagai berikut:
a) Zona Inti
Merupakan zona perlindungan yang ketat, yang berfungsi melindungi
jenis-jenis dan daerah-daerah dengan nilai pelestarian tinggi, seperti
habitat dan species langka atau terancam kerusakan atau terancam
punah; habitat peka yang lemah terhadap gangguan; daerah-daerah yang
digunakan untuk melindungi stok perkembangbiakan dari jenis yang boleh
dimanfaatkan, dan contoh-contoh yang masih baik/utuh dari tipe-tipe
habitat alamiah.
b) Zona Pelindung
Letak zona pelindung mengelilingi zona inti. Maksudnya adalah untuk
melindungi zona inti dan merupakan penyangga dari kegiatan-kegiatan
pada zona-zona lainnya sehingga tidak berdampak langsung pada zona
inti.
c) Zona Pemanfaatan Terbatas
Merupakan daerah pemanfaatan sumberdaya alam oleh penduduk
setempat secara tradisional untuk kepentingan hidup sehari-hari maupun
oleh pengunjung/pendatang tetapi dengan pengawasan dan pembatasan-
pembatasan tertentu sehingga tidak merusak habitat atau mengambil jenis
yang dilindungi, langka atau terancam punah.
d) Zona Penyangga
Merupakan daerah di luar zona-zona tersebut di atas dan
diperuntukkan untuk pengamanan dan kegiatan- kegiatan lainnya.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.185/Kpts-II/1997,
organisasi pengelola TNTC adalah Balai Taman Nasional Teluk
Cenderawasih (BTNTC). Adapun struktur organisasi dan Tata Kerja Balai
ini mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No. 6186/Kpts-II/2002
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 5 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


8) Kondisi Ekologis –Keanekaragaman Hayati
• Ekologis
Sebagian besar penduduk di kawasan TNTC memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan dan petani.Disamping itu juga terdapat
pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan
pencari kerja.Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata
pencaharian pokok.Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan
tangkap yang sangat sederhana.
• Keanekaragaman Hayati
TNTC merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia,
terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%),
terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Potensi karang
TNTC tercatat 150 jenis dari 15 famili, dan tersebar di tepian 18 pulau
besar dan kecil. Persentase penutupan karang hidup bervariasi antara
30,40% sampai dengan 65,64%. Umumnya, ekosistem terumbu karang
terbagi menjadi dua zona yaitu zona rataan terumbu (reef flat) dan zona
lereng terumbu (reef slope). Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara
lain koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates sp.),
famili Faviidae dan Pectiniidae, serta berbagai jenis karang lunak.

Doc. Balai TNTC


Gambar 1. Terumbu Karang di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Hasil survei pada bulan September 2015 dilakukan di zona-zona inti
TNTC. Lokasi penyelaman pada zona-zona inti tersebut adalah:
o ST 1 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 3 m
o ST-2 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 7 m
o ST-3 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 5
meter

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 6 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


o ST-4 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 8
meter
o ST-5 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 4
meter
o ST-6 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 8
meter
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
04/MENLH/02/2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Kategori kondisi terumbu karang, persentase penutupan karang keras di
Zona Inti Taman Nasional (Laut) Teluk Cendrawasih berkisar antara
13,04% - 41,30%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase tutupan karang
keras di TNTC memiliki persen penutupan dalam kategori buruk – sedang.
Persentase penutupan soft coral, algae, dead coral, dan biota laut lainnya
(other biota) disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Persentase Penutupan Terumbu Ekosistem terumbu karang di TN
Cendrawasih

TN. Cendrawasih ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 ST6


Hard Coral 13,04% 30,43% 41,30% 31,52% 29,35% 21,74%
Acropora 1,09% 13,04% 11,96% 11,96% 0,00% 0,00%
Non Acropora 11,96% 17,39% 29,35% 19,57% 29,35% 21,74%
Soft Coral 0,00% 0,00% 9,78% 3,26% 0,00% 0,00%
Death Coral 1,09% 2,17% 0,00% 2,17% 0,00% 0,00%
Algae 0,00% 5,43% 6,52% 0,00% 15,22% 19,57%
Other Biota 4,35% 4,35% 7,61% 4,35% 5,43% 1,09%
Abiotik 81,52% 57,61% 34,78% 58,70% 50,00% 57,61%
Total penutupan
(%) 100% 100% 100% 100% 100% 100%
H' Index 1,81 2,82 3,29 2,66 1,62 1,45
H' Max 2,00 3,17 3,81 3,00 2,00 2,00
Similarity Index
0,90 0,89 0,86 0,89 0,81 0,73
(E)
Dominancy Index
0,30 0,17 0,12 0,19 0,36 0,41
(C)
Keterangan :
ST 1 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 3 m
ST-2 (Rumberpoon) : 2°6`22`` LU - 134°23`34`` BT kedalaman 7 m
ST-3 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 5 meter
ST-4 (Rooswer) : 2°5`16`` LU - 134°23`59`` BT kedalaman 8 meter
ST-5 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 4 meter
ST-6 (Roon) : 2°21`54`` LU - 134°33`45`` BT kedalaman 8 meter

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 7 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


G
ambar 2. Grafik Persentase penutupan Terumbu Karang di Zona inti
TN laut Teluk Cenrawasih
TNTC terkenal kaya akan jenis ikan. Tercatat tidak kurang dari 209
jenis ikan penghuni kawasan ini diantaranya butterflyfish, angelfish,
damselfish, parrotfish, rabbitfish, dan anemonefish.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terpantau pada Bulan
September 2015 dalam tiga lokasi pengamatan dengan luas daerah
pengamatan yaitu 750 m2 per stasiun pengamatan. Mayoritas jenis ikan
yang ditemukan pada semua titik pengamatan adalah dari famili
Pomacentridae dan Labridae. Hal ini dikarenakan kedua famili ini memiliki
jumlah jenis yang tinggi untuk kelompok ikan karang dan menempati
hampir semua habitat di terumbu karang. Kedua jenis famili termasuk
kedalam ikan pemakan plankton, invertebrata, alga, moluska, bulu babi,
dan udang kecil yang berada dalam habitat terumbu karang.Kelompok ikan
target yang ditemukan pada stasiun pengamatan ini mayoritas merupakan
anggota dari famili Acanthuridae, Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae,
Scaridae dan Siganidae.
Jenis moluska antara lain keong cowries (Cypraea spp.), keong
strombidae (Lambis spp.), keong kerucut (Conus spp.), triton terompet
(Charonia tritonis), dan kima raksasa (Tridacna gigas).
Terdapat empat jenis penyu yang sering mendarat di taman nasional
ini yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia
mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing
(Dermochelys coriacea). Slain itu, duyung (Dugong dugon), paus biru
(Balaenoptera musculus), ketam kelapa (Birgus latro), lumba-lumba, dan
hiu sering terlihat di perairan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Ekosistem pesisir pantai didapati hutan/vegetasi mangrove, antara
lain: Rhizophora sp. (Bakau bakau), Sonneratia sp. (Tancang), Avicennia

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 8 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


sp. (Api-api), Ceriops sp. (Tingi), Bruguiera sp., Xylocarpus sp., dan
Heritiera sp.
Jenis-jenis vegetasi daratan pulau yang diketahui hingga saat ini
adalah sebanyak 64 jenis, mulai dari jenis-jenis vegetasi hutan pantai
sampai vegetasi hutan pegunungan daratan pulau. Dari 64 jenis tersebut
14 jenis diantaranya dilindungi. Jenis-jenis vegetasi yang diketahui meliputi
antara lain: beberapa jenis bakau (Rhizophora sp., Avicennia sp.,
Bruguiera sp., Sonneratia sp., Ceriops sp.), nipah (Nypa fructican), sagu
(Metroxylon sp.), pandan (Pandanus sp.), Cemara pantai (Casuarina
equisetifolia), ketapang (Terminalia catapa), Xylocarpus granatum, dan
lain-lain.
Perairan TNTC juga sering dijumpai Duyung (Dugong Dugon),
Lumba-lumba leher botol (Delphinus delphinus), ketam kelapa (Birgus
latro), ikan kakatua besar (bumphead parrotfish; Bolbomethopon
nuricatum), pari rajawali totol (Aetobatus narinari), pari manta (Manta
birostris), hiu reef whitetip (Triaenodon obesus), hiu blacktip (Charcarinus
melanopterus), paus biru (Balaenoptera musculus), dan buaya muara
(Crocodylus porosus). Ada sekitar 37 jenis burung yang terdapat di
kawasan TNTC, 18 jenis diantaranya dilindungi. Jenis yang dilindungi
antara lain: Elang Laut (Heliaectus leucogaster) dan Junai Mas (Chaloenas
nicobarica). Adapun untuk fauna darat, dari 183 jenis yang sudah
diketahui, 37 jenis diantaranya dilindungi.

WWF, 7 Juni 2013

Gambar 3. Hiu Paus –Taman Nasional Cenderawasih


9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Pada tahun 2013 Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 13 kecamatan
dengan 76 kampung, dimana semua kecamatan masuk ke wilayah TNTC.
Jumlah penduduk seluruhnya sekitar 28.534 jiwa yang tersebar di 7.089
rumah tangga, dengan luas wilayah sekitar 14.953,8 km2, sehingga memiliki
angka kepadatan penduduk sebesar 1,91 jiwa/km2 (Teluk Wondama Dalam
Angka, 2014). Sedang di wilayah Kabupaten Nabire yang masuk adalah

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 9 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


kecamatan Yaur dan kecamatan Teluk Umar yang terbagi dalam 8 desa
dengan populasi penduduk sekitar 1.425 jiwa dengan angka kepadatan
penduduk sebesar 0.96 jiwa/km2 dan 0.74 jiwa/km2. Mayoritas penduduk
memeluk agama kristen.
Sebagian besar penduduk di kawasan TNTC memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan dan petani. Disamping itu juga terdapat pedagang,
pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan pencari kerja.
Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian pokok.
Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang sangat
sederhana.
10) Potensi Perikanan
Produksi perikanan laut cukup banyak jenisnya, yaitu sekitar 52 jenis
ikan dengan total produksi sebesar 48,8 ton yang didominasi ikan terbang dan
ikan tenggiri. Jumlah perahu seluruhnya sebanyak 1.132 unit yang terdiri dari
perahu tanpa motor 877 unit, 148 unit perahu motor tempel, 98 unit perahu
ketinting, dan 9 perahu motor. Sedang alat tangkap terdiri dari pancing 6.565
unit, 571 unit jaring, 33 unit jala, 460 unit senapan air, kalawai sebanyak
1.040 unit, 7 unit bagan, dan 11 unit rumpon sehingga total seluruhnya 8.687
unit (Teluk Wondama Dalam Angka, 2014). Sumber daya perairan, yaitu
sumber daya ikan dan keragaman ikan di perairan Teluk Wondama masih
sangat besar. Terdapat 106 spesies ikan; yang termasuk dalam 69 genera, 46
famili, dan 12 ordo. Kelompok terbesar pada famili perciformes (25 famili).
Sumber daya non ikan perairan Teluk Wondama juga sangat kaya akan
kelompok krustasea dan moluska yang terdiri dari jenis udang dan kepiting.
Kelompok udang terutama jenis udang putih (Penaeus mergensis), udang
windu (Penaeus monodon) dan udang loreng (Parapenaeipsis sculptilis),
udang merah (Parapnaeopsis arafurica), udang lobster (Panulirus versicolor),
udang air tawar galah (Macrobrachium sp.), udang mantis (Harpiosquilla sp.),
udang dogol (Metapenaeus sp.), dan udang petok (snapping shrimp). Potensi
udang putih (Penaeus merguensis) di Kabupaten Teluk Wondama masih baik.
Ukuran rata-rata adalah 10 gr. Udang sungai (Macrobrachium sp.)
merupakan jenis udang air tawar yang sangat potensial, umumnya berukuran
7 gr. Kelompok kepiting terutama kelompok kepiting bakau (Scylla serrata),
juga terdapat cukup banyak kerang darah (Anadara granosa), kerang bakau
(Geloina sp.), kerang air tawar (Batissa sp) serta siput bakau (Telescopium
sp). Rata-rata ukuran kepiting bakau (Scylla serrata) berkisar antara 300-500
gr.
11) Potensi Pariwisata
Beberapa lokasi/obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi:

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 10 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Pulau Rumberpon. Pengamatan satwa (burung), penangkaran rusa, wisata
bahari, menyelam dan snorkeling, kerangka pesawat tempur Jepang yang jatuh
di laut.
• Pulau Nusrowi. Menyelam dan snorkeling, wisata bahari, pengamatan satwa.
• Pulau Mioswaar. Sumber air panas, air terjun, menyelam dan snorkeling,
pengamatan satwa dan wisata budaya.
• Pulau Yoop dan perairan Windesi. Pengamatan ikan paus dan ikan lumba-
lumba.
• Pulau Roon. Pengamatan satwa burung, menyelam dan snorkeling, air terjun,
wisata budaya, dan gereja tua.
12) Aksesibilitas
Dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Jayapura, Honolulu
dan Darwin menggunakan pesawat ke Biak, selanjutnya dari Biak
menggunakan pesawat ke Manokwari atau Nabire. Dari Jakarta, Surabaya,
Ujung Pandang dan Jayapura menggunakan kapal laut ke Manokwari atau
Nabire. Dari Manokwari ke lokasi taman nasional (Pulau Rumberpon)
menggunakan longboat dengan waktu 5,5 jam. Atau dari Manokwari ke kota
kecamatan Ransiki dengan mobil sekitar tiga jam dan dilanjutkan dengan
motorboat sekitar 2,5 jam.
13) Upaya Pengelolaan Kawasan
Balai Taman Nasional Teluk Cendrawasih telah bekerjasama dengan
sejumlah pihak dalam mengelola Teluk Cendrawasih antara lain dengan
Universitas Negeri Papua, Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Wondama,
World Wide Fund (WWF) Region Sahul Papua, The Nature Conservancy,
Conservation International dan SEAMEO BIOTROP. Pada tahun 2015, KKP
juga telah melaksanakan kegiatan fasilitasi dukungan pengelolaan berupa
pengadaan perahu nelayan.

Dok.KKHL

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 11 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


14) Peta Lokasi

Gambar 4. Peta Wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 12 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.2 Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat
1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Kabupaten
Raja Ampat di Provinsi Papua Barat
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : Perda No. 27 tahun 2008 tentang
Kawasan Konservasi Daerah
Kabupaten Raja Ampat
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : SK Bupati Raja Ampat no 265 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Keputusan Bupati nomor 80 tahun
2013 tentang Penetapan Rencana
Pengelolaan Taman Pulau-Pulau Kecil
Daerah Raja Ampat
• Unit Organisasi Pengelola : Perbup No. 7 tahun 2011 tentang
Pembentukan Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kawasan konservasi Perairan
Pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Raja Ampat
• Penetapan : Kepmen KP No 36 / Kepmen-KP/ 2014
Tentang Kawasan Konservasi Perairan
Kepulauan Raja Ampat Kabupaten
Raja Ampat di Provinsi Papua Barat
• Keterkaitan dengan dasar hukum/kebijakan daerah (PERDA, PERBUP,
dll.):
o Peraturan Bupati Nomor 63 Tahun 2007 Tentang Retribusi Ijin Masuk
Wisata Di Kabupaten Raja Ampat
o Peraturan Bupati Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Dana
Pengembangan Kepariwisataan Non-Retribusi Bagi Masyarakat Kabupaten
Raja Ampat
o Peraturan Bupati Nomor 65 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Tim
Pengelola Dana Pengembangan Kepariwisataan Non-Retribusi Bagi
Masyarakat Kabupaten Raja Ampat
o Peraturan Bupati Nomor 67 Tahun 2007 Tentang Patroli Bersama Di
Wilayah Perairan Laut Kabupaten Raja Ampat
o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat (Lembaran

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 13 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2008 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2008 Nomor 27);
o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Terumbu Karang (Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat
Tahun 2010 Nomor 66, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja
Ampat Nomor 65);
o SE Bupati Raja Ampat tentang :
a. Pelarangan penggunaan bahan peledak (bom) dan bahan racun
(potassium)
b. Pelarangan penggunaan kompresor, bagan
c. Pelarangan penangkapan hiu, ikan burung, penyu, dutung dan ikan hias
d. Pelarangan Penangkapan ikan di Zona inti
o Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 3 tahun 2011 tentang Tata Cara
Pendaftaran Pariwisata (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011
Nomor 3)
o Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 4 tahun 2011 tentang Pengembagan
Wisata Selam Rekreasi Kabupaten Raja Ampat (Berita Daerah Kabupaten
Raja Ampat Tahun 2011 Nomor 4)
o Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Retirbusi Jasa Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun
2011 Nomor 77, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat
Nomor 73);
o Perbup no 7 tahun 2011 tentang Pembentukan Struktur dan oraganisasi tata
kerja UPTD KKP pada DKP R4 (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat
Tahun 2011 Nomor 1)
o Perda Kabupaten Raja Ampat Nomor 3 tahun 2012 tentang RT RW Kab.
Raja Ampat tahun 2011 – 2030
o Perda Raja Ampat no 4 tahun 2012 tentang RPJMD Raja Ampat tahun 2011
– 2015
o Perda Raja Ampat no 5 tahun 2012 tentang RPJPD tahun 2011-2030
o Perda Raja Ampat no 8 tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan Mangrove
dan Hutan Pantai (Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012
Nomor 88, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun
2012 Nomor 82);
o Perda Raja Ampat no 9 tahun 2012 tentang Larangan Penangkapan Hiu,
Pari Manta dan jenis-jenis ikan tertentu di Perairan laut Raja Ampat
(Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 Nomor
83);

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 14 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


o SK Bupati no 80 tahun 2013 tentang Rencana Pengelolaan TPPKD Raja
Ampat
o SK Bupati no 256 tahun 2013 tentang Perubahan SK Bupati no 80 tahun
2013 tentang Rencana Pengelolaan TPPKD Raja Ampat
o Perda No 10 Tahun 2013 Tentang Penetapan Pulau Saonek Munde, Pulau
Jefman dan Kampung Harapan Jaya sebagai tempat labuh kapal pesiar
dan live a board di Kab Raja Ampat
o PERDA No 11 Tahun 2013 tentang larangan penggunaan bahan peledak
dan bahan racun atas kegiatan perburuan ikan dalam wilayah perairan
Kabupaten Raja Ampat
o SK Bupati Raja Ampat Nomor 61 Tahun 2014 tantang UPTD KKPD Pada
DKP Raja Ampat sebagai unit kerja yang menerapkan PPK BLUD
o Perbup No 16 Tahun 2014 tentang Penerimaan Hibah untuk BLUD UPTD
KKPD Raja Ampat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014
Nomor 16)
o Perbup No 17 Tahun 2014 tentang Tata Kelola BLUD UPTD KKPD Raja
Ampat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 17)
o Perbup No 18 Tahun 2014 tentang Tarif layanan Pemeliharaan Jasa
Lingkungan Pada BLUD UPTD KKPD Raja Ampat (Berita Daerah
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 18)
o Perbup No 19 Tahun 2014 tentang Remunerasi Pada BLUD UPTD KKPD
Raja Ampat (Berita Daerah Kabupaten Raja Ampat Tahun 2014 Nomor 19)
o Surat Bupati tentang Pengalihan Dana Kepariwisataan dari tim Pengelola
Dana Kepariwisataan ke BLUD UPTD KKP Raja Ampat

3) Luas Kawasan : 1.026.540 Ha (satu juta dua puluh enam ribu lima ratus
empat puluh Hektar
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
a. Area I, Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih kurang 101.440 Ha
(seratus satu ribu empat ratus empat puluh hektar);
b. Area II, Teluk Mayalibit seluas lebih kurang 53.100 Ha (lima puluh tiga ribu
seratus hektar);
c. Area III, Selat Dampier seluas lebih kurang 336.000 Ha (tiga ratus tiga
puluh enam ribu hektar);
d. Area IV, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang 366.000 Ha (tiga
ratus enam puluh enam ribu hektar); dan
e. Area V, Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo seluas lebih kurang 170.000
Ha (seratus tujuh puluh ribu hektar);

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 15 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG UTARA (LU)


NAMA No
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
(O) (‘) ( ‘’ ) (O) (‘) ( ‘’ )

1 131 15 44.37 01 06 08.03

PERAIRAN 2 131 17 47.64 01 04 25.50


KEPULAUAN
ASIA
3 131 13 22.03 00 58 59.10

4 131 11 16.96 01 00 44.99

5 131 06 23.50 00 40 40.25

6 131 14 35.97 00 40 40.09


AREA I
7 131 14 35.97 00 25 07.64
PERAIRAN
KEPULAUAN 8 131 07 57.23 00 19 54.78
AYAU
9 130 53 35.32 00 19 51.71

10 130 53 35.32 00 27 19.53

11 131 01 58.36 00 27 19.53

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)


NAMA No
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
(O) (‘) ( ‘’ ) (O) (‘) ( ‘’ )

12 131 06 08.77 00 19 23.20

13 131 05 43.81 00 24 00.83


AREA II TELUK
MAYALIBIT 14 130 54 02.00 00 27 06.00

15 130 52 50.81 00 25 12.58

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)


NAMA No
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
(O) (‘) (‘’) (O) (‘) (‘’)

16 130 39 53.49 00 25 13.21

17 130 42 13.84 00 22 47.67

18 130 47 31.97 00 26 32.67

19 130 47 47.00 00 29 38.00

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 16 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


20 130 04 33.00 00 46 01.00

21 131 13 28.00 01 00 59.00

22 131 13 28.00 01 02 23.00

23 131 11 03.00 01 06 48.00

24 131 03 31.98 01 07 00.39


AREA SELAT
III DAMPIER 25 130 38 01.53 00 57 41.22

26 130 36 37.60 00 54 46.27

27 130 23 15.94 00 55 19.82

28 130 21 47.39 00 55 20.51

29 130 26 09.06 00 38 00.69

30 130 10 28.92 00 24 29.16

31 130 22 13.08 00 28 12.00

32 130 25 24.59 00 24 56.56

33 130 26 52.53 00 26 01.64

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)


NAMA No
DERAJAT MENIT DETIK DERAJAT MENIT DETIK
(O) (‘) ( ‘’ ) (O) (‘) ( ‘’ )

34 130 26 42.94 01 49 36.51

35 130 30 04.41 01 49 36.51

PERAIRAN 36 35.26 05.49


130 51 01 58
AREA IV KEPULAUAN
MISOOL
37 131 03 10.04 02 16 11.85

38 130 03 22.42 02 16 12.41

39 130 03 22.42 02 01 36.17

X Y

BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LS)

NAMA No DERAJAT (O) MENIT DETIK DERAJAT (O) MENIT DETIK


(‘) (‘ ) (‘) (‘ )
40 129 14 49.28 01 07 41.98

41 129 59 32.03 01 07 28.10


PERAIRAN
AREA V KEPULAUAN 42 130 00 00.94 01 12 49.33
KOFIAU-BOO
43 129 24 31.60 01 25 31.74

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 17 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


5) Status Pengelolaan Kawasan
Hasil evaluasi status pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
Kepulauan Raja Ampat adalah
sebagai berikut:
Untuk mencapai peringkat biru
100% beberapa rekomendasi yang
perlu dilakukan adalah:
• Lakukan kajian untuk
memastikan anggaran
pengelolaan kawasan telah
terpenuhi sesuai dengan
perencanaan.
• Buat SOP penelitian dan
pendidikan
• Buat SOP pelaksanaan kegiatan
budidaya
6) Kondisi Umum
Kabupaten Raja Ampat
merupakan salah satu kabupaten
pemekaran dari Kabupaten Sorong
di Provinsi Papua Barat yang dibentuk melalui UU Nomor 26 Tahun 2002.
Dalam rangka memacu kemajuan wilayah Papua pada umumnya, baik dalam
peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi
daerah, kabupaten ini resmi menjadi daerah otonom pada tanggal 12 April
2003. Dasar hukum penetapan perairan Kawasan Konservasi Laut Raja
Ampat adalah Peraturan Bupati Raja Ampat No. 66 Tahun 2007 yang
ditandatangani tanggal 14 Juni 2007 dan Peraturan Bupati No. 05 Tahun
2009 tanggal 16 April 2009.
Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas.
Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Cuaca dan Meteorologi Jeffman, suhu
udara pada tahun 2013 adalah terendah sebesar 24.350C dan suhu udara
tertinggi sebesar 31,50C dengan suhu rata-rata 27,10C. Suhu udara bulanan
terendah adalah 23,5oC terjadi pada bulan agustus, dan terpanas pada bulan
januari (31,8oC).Sementara curah hujan sebesar 3.349 mm/tahun.
Kelembapan udara sekitar 86,5% dengan hari hujan sepanjang tahun sekitar
274 hari hujan. Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan
tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya.Wilayah Raja Ampat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 18 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-November bertiup angin
pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut.
7) Target Konservasi

- Target Sumberdaya (Bioekologis)


• Memastikan terumbu karang, mangrove, padang lamun, danau air
asin dan habitat terkait lainnya serta ekosistem yang beragam,
sehat, berfungsi dan produktif.
• Melindungi daerah penting pembibitan ikan seperti muara, hutan
mangrove, padang lamun, dan terumbu karang yang penting untuk
siklus hidup spesies ikan dan invertebrate
• Melestarikan populasi dan jenis langka atau terancam punah, dan
habitat yang dianggap penting untuk pemulihan dan kelangsungan
hidup mereka.
• Melindungi semua lokasi pemijahan ikan, terutama dari seluruh
spesies laut yang rentan dan sangat-dieksploitasi.
• Melestarikan pengetahuan lokal, budaya, nilai-nilai dan sistem
pengelolaan tradisional seperti Sasi, dan menyediakan ketahanan
pangan jangka panjang bagi masyarakat lokal Papua.
• Mengurangi dan jika mungkin menghilangkan tekanan dan potensi
ancaman saat ini dan dimasa terhadap sumber daya laut dan
masyarakat lokal serta industri lokal yang bergantung pada mereka.
• Menerapkan praktek dan rekayasa pembangunan pesisir yang
baik, untuk memastikan aktivitas didarat tidak berdampak pada
lingkungan pesisir dan laut, sesuai dengan prinsipprinsip
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi


• Mata pencaharian yang ramah lingkungan dan dapat diterima
secara sosial serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan dipromosikan pada lima kawasan konservasi.
• Partisipasi aktif dari masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan
konservasi, termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan serta
pemantauan dan evaluasi
• Pengetahuan lokal dan nilai-nilai tradisional yang terintegrasi dalam
sistem pengelolaan lima kawasan konservasi.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 19 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
• Ekologis
Kondisi hidro-oseanografi wilayah Kabupaten Raja Ampat dipengaruhi
oleh dinamika perairan Laut Seram, Laut Halmahera dan Samudera
Pasifik. Wilayah ini memiliki pasang surut bertipe campuran condong ke
harian ganda (mixed tide, prevailing semi diurnal).Arus permukaan di
wilayah perairan Raja Ampat tergolong relatif kuat terutama di bagian celah
atau selat antara dua pulau. Menurut data dari Dishidros, arus tetap yang
terdapat disekitar Selat Sele (koordinat 0110 LS dan 13110 BT) sebesar
3,75 m/detik.. Secara umum, pola pergerakan arus di wilayah perairan
Raja Ampat pada bulan Agustus mengarah dari Timur menyusuri bagian
Utara Pulau Papua menuju Barat Daya (Laut Banda).Sedangkan pada
bulan Oktober arus datang dari arah Barat Daya menyusuri Kepulauan
Maluku menuju Timur Laut/Samudera Pasifik (Wyrtki, 1961).
• Keanekaragaman Hayati
Raja Ampat menjadi rumah bagi 69,21% spesies karang dunia, dimana
ditemukan 553 jenis karang (Veron et al., 2009) dan dua diantaranya
merupakan jenis endemik Raja Ampat dari keluarga Acroporidae yaitu
Montipora delacatula dan Montipora verruculosus (DeVantier et al., 2009).
Selain itu ditemukan setidaknya 41 jenis dari 90 genus karang lunak
Alcyonacean dari 14 Famili (Donnelly et al., 2002). Di wilayah ini juga
ditemukan 699 jenis moluska dan menjadi rumah bagi 5 jenis penyu
(McKenna et al., 2002), setidaknya 1.505 jenis ikan karang (Allen dan
Erdmann, 2012; update Erdmann, 2013) dan rumah bagi 15 jenis mamalia
laut yang terdiri dari 14 jenis cetacean (13 jenis paus dan lumba-lumba)
dan 1 jenis duyung (Dugong dugon) (Kahn, 2007). Salah satu pemicu
keanekaragaman yang luar biasa ini adalah tingginya keragaman habitat
mulai dari lamun, mangove, terumbu karang di perairan dangkal (termasuk
terumbu karang tepi, penghalang, patch dan atoll) hingga celah dalam
antar pulau-pulau kecil utama. Dengan tingkat keragaman hayati yang
begitu tinggi, para ilmuwan menyebut Kepulauan Raja Ampat sebagai
jantung Segitiga Karang Dunia.
9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebanyak
44.568 jiwa, mengalami pertumbuhan 1,5% dibanding dengan tahun 2012
denagn angka kepadatan penduduk sebesar 7,3 jiwa/Km2. Rumah tangga
dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 9.888 rumah tangga, dengan rata-
rata per rumah tangga berjumlah 4,5 jiwa. Mayoritas penduduk memeluk
agama protestan dan disusul pemeluk agama islam.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 20 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Secara sosial-budaya, di wilayah Kabupaten Raja Ampat masih terdapat
suku-suku asli penduduk yang terbagi dalam 3 suku besar, yaitu Suku Moi,
Suku Biak dan Suku Amer. Dalam hubungan kekerabatan, masing-masing
saling menghormati dan bergaul.Harta pusaka bagi suku masyarakat di Raja
Ampat adalah tanah, yang artinya bahwa melalui tanah orang Raja Ampat
dapat berkebun dan hasilnya dapat dimakan. Berkaitan dengan sumberdaya
laut, terdapat hak-hakdan penentuan batas wilayah ulayat laut, antara lain :
pembatasan nelayan dari luar untuk menangkap ikan di desa tertentu (di
Arborek danFam); pembatasan ukuran tangkapan lobster di Desa Sawinggrai;
pembatasan ukuran tangkapan lola di Desa Arborek; sistem moratorium (sasi
gereja) untuk teripang, lobster dan lola; jenis-jenis tabu yang tidak boleh
ditangkap di daerah tertentu (Tropika, 2005).
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata
pencaharian sebagai nelayandan petani.Disamping itu juga terdapat
pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama dan
pencari kerja.Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata
pencaharian pokok.Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap
yang sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing
yang beroperasi di wilayah tersebut.
10) Potensi Perikanan
Pada tahun 2006 sektor perikanan mencapai 50% dari produk domestik
bruto dan 82% dari pendapatan regional untuk Kabupaten Raja Ampat.
Komoditi perikanan utama dari kabupaten Raja Ampat adalah Tuna, Tenggiri,
Kerapu, Napoleon, Kakap Merah, Teripang, Udang dan Lobster. Adapun
kegiatan budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima), Kerapu dan rumput
laut merupakan sektor perikanan yang saat ini tengah berkembang di Raja
Ampat. Malahan di tahun 2012 ada tujuh perusahaan budidaya mutiara besar
yang beroperasi di Raja Ampat yang mewakili sektor lapangan kerja
terbanyak di kabupaten ini. Mengingat mutiara sangat bergantung pada
kondisi perairan yang bersih dengan laju sedimentasi rendah, selain secara
defacto merupakan sebuah KKP tersendiri, usaha budidaya mutiara ini
tergolong sebagai kegiatan ekonomi yang paling sesuai dari semua sektor
ekonomi hijau di Kawasan Pulau-Pulau Kecil Raja Ampat.
Meskipun mayoritas penduduk Raja Ampat bergantung pada kegiatan
perikanan dan pemerintahnya telah memprioritaskan perikanan sebagai
sektor utama kegiatan perekenomian di daerah ini, penting bagi kita untuk
memahami bahwa sumber daya perikanan di Raja Ampat telah mengalami
penurunan yang drastis di mana Catch Per Unit Effort (CPUE) dari beberapa
kegiatan perikanan menurun hingga 90% dalam kurun waktu 40 tahun
terakhir (Ainsworth et al., 2008). Sebagian besar penurunan ini disebabkan

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 21 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


oleh kegiatan penangkapan ilegal dan tidak terdaftar yang dilakukan oleh
nelayan luar, sehingga pengukuhan TPPKD Raja Ampat merupakan strategi
kunci yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Raja Ampat untuk mengelola
sumber daya perikanan dengan lebih baik untuk menjamin ketahanan pangan
masyarakatnya.
Produksi perikanan di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebesar
2.225,35 ton dengan nilai Rp 1,74 milyar.
11) Potensi Pariwisata
Sektor pariwisata adalah kontributor terbesar kedua untuk kabupaten
Raja Ampat. Pada tahun 2011 sektor ini menyumbangkan 82% pemasukan
regial untuk kabupaten Raja Ampat. Keunikan dan keindahan panorama
alam ditambah dengan keanekaragaman sumberdaya perikanan dan kelautan
yang tinggi, terutama ekosistem terumbu karang merupakan daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan luar negeri. Bahkan di daerah tersebut menjadi
lokasi penelitian para pakar biota laut dunia. Jenis potensi pariwisata bahari
yang utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah wisata panorama
alam, seperti pasir putih, gua, beting-beting karang, serta wisata diving.
Daerah pengembangan pariwisata adalah di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo
Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau. Pariwasata laut seperti snorkeling
dan selam sejauh ini adalah yang paling pesat pertumbuhannya, dan Raja
Ampat saat ini menjadi salah satu lokasi penyelaman yang paling tersohor di
dunia (Jones et al., 2011). Dan yang terpenting, ledakan wisata selam ini
telah membawa dampak positif bagi sektor pariwisata secara umum dengan
meningkatnya ketertarikan para wisatawan terhadap kegiatan kayaking dan
mengamati burung seperti halnya wisata budaya.
12) Aksesibilitas
Ibukota kabupaten Raja Ampat adalah Waisai yang terletak di Pulau
Waigeo. Waisai dapat dijangkau dari Kota Sorong menggunakan transportasi
laut, yaitu kapal nelayan yang memakan waktu perjalanan 5 jam atau dengan
kapal cepat (speed boat) yang memakan waktu perjalanan 2 jam.
Transportasi laut memiliki peranan sangat penting untuk Kabupaten Raja
Ampat yang terdiri dari ratusan gugus pulau kecil. Sistem transportasi di
Kabupaten Raja Ampat tidak terlepas dari peran Pelabuhan Sorong sebagai
Pelabuhan Utama. Kegiatan pelabuhan berorientasi ke Kota Sorong, baik
arus penumpang maupun barang, sebagian kecil ke Ternate dan Ambon. Dari
pelabuhan Sorong terdapat pelayaran internasional (khusus untuk angkutan
minyak mentah, ikan tuna dan kayu lapis), dan pelayaran nusantara yang
meliputi trayek pelayaran nusantara, trayek kapal penumpang, trayek lokal,
pelayaran rakyat dan angkutan sungai, danau dan ferry. Trayek transportasi

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 22 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


laut untuk Kabupaten Raja Ampat dengan Sorong berupa pelayaran rakyat :
Sorong-Waigeo-Batanta-Salawati-Misool, dan angkutan Sungai-Danau dan
Ferry : Jalur Sungai Klamono-Sungai Waigeo. Pelayanan transportasi laut di
Kabupaten Raja Ampat sangat bergantung pada musim, pada bulan tertentu
(april - agustus) gelombang relatif besar sehingga transportasi laut tidak dapat
menjangkau seperti ke Kepulauan Ayau, Kofiau, atau Misool.
13) Upaya Pengelolaan Kawasan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Raja Ampat
• Terlindunginya Habitat dan Populasi Ikan
o Implementasi rencana zonasi dan peraturan di masing-masing
daerah konservasi secara efektif
o Pelarangan semua jenis alat tangkap dan praktik perikanan yang
merusak di dalam kawasan
o Mendorong penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan di
dalam kawasan konservasi
o Melindungi semua daerah pemijahan ikan, khususnya jenis-jenis
yang rentan dan sangat tereskploitasi seperti kerapu, dan ikan
Napoleon dalam bentuk zona larangan tangkap, atau
memberlakukan pelarangan tangkap di waktu tertentu, seperti
sistem sasi.
o Melindungi daerah asuhan ikan seperti estuaria, hutan mangrove,
padang lamun dan terumbu karang yang penting dalam daur hidup
ikan dan invertebrate
o Memastikan semua pemanfaatan atau ekstraksi sumber daya
perikanan dilakukan secara berkelanjutan, atau tidak berdampak
pada fungsi-fungsi ekologis atau habitat
o Melarang penangkapan ikan Hiu (semua spesis di bawah klas:
Chondrichthyes, Sub-klas: Elasmobranchii, Super-ordo:Selachii),
Pari Manta dan jenis-jenis mobulidae lainnya (Klass:
Chondrichthyes, Subklas: Elasmobranchii, Ordo: Rajiformes,
Famili: Mobulidae) .
o Mengurangi jumlah tangkapan sampingan (by catch) yang terdiri
dari ikan non target, mamalia laut, burung laut, penyu, hiu dan
jenis-jenis lain.
• Rehabilitasi Habitat dan Pemulihan Populasi Ikan
o Menyusun rencana atau strategi pengelolaan spesifik terhadap
kegiatan perikanan atau ikan, dan jenis invertebrata, untuk
memastikan pemulihannya.
o Restorasi habitat yang telah rusak yang tidak mungkin pulih tanpa
intervensi.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 23 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Penelitian dan Pengembangan
Mendukung kegiatan penelitian di wilayah konservasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan tentang masyarakat, budaya, habitat dan
ekosistem, serta membantu meningkatkan pengelolaan sumberdaya
laut di Raja Ampat. Penelitian yang dilakukan hendaknya
memperhatikan budaya setempat dan tidak menyebabkan dampak
yang merusak bagi masyarakat lokal atau ekosistem yang
menyokongnya.
• Jasa Ekowisata dan Lingkungan
o Memastikan para penyelam dan operator liveaboard berpegang
pada standar lingkungan tertinggi yang meminimalkan dampak
terhadap lingkungan dengan tetap memaksimalkan
pengalaman yang diperoleh.
o Memastikan resor, hotel, homestay dan insfrastruktur pariwisata
yang ada dan yang akan dibangun mengikuti standar
lingkungan tertinggi dan kaidah-kaidah pembangunan
pariwisata berkelanjutan.
• Monitoring dan Pengawasan
o Menegakkan rencana pengelolaan dan zonasi, perikanan,
lingkungan dan jalannya rencana pengelolaan dan zonasi, dan
aturan pesisir lainnya dengan melakukan patroli rutin di daerah
konservasi.
o Patroli masyarakat saat ini telah dilakukan di seluruh daerah
konservasi yang ada, dan jika diberdayakan dengan tepat, akan
menjadi landasan yang kuat dalam melakukan patroli bersama
dengan instansi penegakan hukum.
• Pengelolaan Spesies yang dilindungi
Jenis-jenis tertentu yang terancam punah atau langka kemungkinan
memerlukan intervensi khusus untuk memastikan pemulihan dan
keberlangsungan hidup kini dan nanti. Banyak dari jenis-jenis ini yang
dilindungi oleh Undang-Undang nasional dan internasional yang
mungkin ditandatangani pula oleh Indonesia
• Spesies Introduksi atau Invasif
• Marikultur
• Pembangunan pesisir
• Ekosistem-Ekosistem Pulau
• Pengelolaan Pencemaran
• Pertambangan di darat dan laut dalam
• Adaptasi perubahan Iklim
• Penguatan Sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat Pesisir di
Kawasan Konservasi

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 24 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


o Pendidikan lingkungan hidup
o Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi
o Kebijakan pembangunan berkelanjutan
• Strategi Monitoring dan Evaluasi
Proses monitoring dan evaluasi mencakup tiga aspek penting
meliputi komponen biofisika, sosial-ekonomi, dan tata kelola. Proses-
proses ini bermanfaat baik bagi para pengelola untuk
mendokumentasikan kinerja pengelolaan, memperkuat kepercayaan
dan dukungan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pengelolaan kawasan, dan dapat meningkatkan visibilitas serta
kredibilitas pengelola
o Monitoring dan evaluasi kelembagaan pengelolaan
o Monitoring dan evaluasi pengawasan, pengendalian dan
penegakkan hokum
o Monitoring dan evaluasi kondisi sumberdaya alam dan sosial
ekonomi masyarakat
o Monitoring dan evaluasi kegiatan pariwisata
o Evaluasi efektivitaspengelolaan dan dokumen rencana
pengelolaan

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 25 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


14) Peta Lokasi

Gambar 5. Kawasan Konservasi Kabupaten Raja Ampat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 26 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.3 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan laut di
sekitarnya
1) Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di
sekitarnya
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan RI No. 91/Kpts-VI/1997 tanggal 13 Februari 1997
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 62 Tahun 2014
• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang
• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 68/MEN/2009
3) Luas Kawasan :183.000 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Secara geografis Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Padaido
dan laut di sekitarnya terletak di sebelah utara Teluk Cendrawasih dengan
luas kawasan secara total adalah 183.000 Ha, dimana batas-batasnya adalah
sebagai berikut :
• Sebelah utara : Samudera Pasifik
• Sebelah selatan : Selat Yapen
• Sebelah barat : Distrik Biak Timur
• Sebelah timur : Samudera Pasifik
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.68/MEN/2009, batas-batas geografis TWP Kepulauan Padaido dan laut
di sekitarnya berupa titik koordinat sebagaimana berikut:
(Bujur Timur) (Lintang Selatan)
• 136 15’1,00”
o
1o14’31,9”
• 136o29’27,00” 1o4’38,147”
• 136 44’31,99”
o
1o5’15,968”
• 136o44’34,00” 1o25’21”
• 136o15’2,999” 1o25’21”

Kepulauan Padaido merupakan gugus pulau-pulau kecil yang berjumlah


32 pulau di sebelah tenggara Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua, yang
secara administrasi meliputi dua distrik, yaitu Distrik Padaido dan Distrik
Aimando Padaido dan 19 desa/kampung. Kepulauan Padaido dan laut di
sekitarnya terletak di pulau dari kedua distrik tersebut.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 27 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


5) Status Kawasan
Hasil evaluasi status pengelolaan
kawasan TWP Kepulauan Padaido dan
laut di sekitarnya adalah sebagai berikut:
Untuk mencapai peringkat hijau
100% beberapa rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah:
• Laksanakan inisiasi kemitraan dengan
pemangku kepentingan.
• Lakukan pemeriksaan untuk
memastikan unit pengelola memiliki
sarana dan prasarana pendukung
pengelolaan
• Laksanakan perencanaan untuk
mendanai pengelolaan kawasan
konservasi.
6) Kondisi Umum
Berdasarkan kondisi di atas
Kawasan Kepulauan Padaido dan
perairan sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI
sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) berdasarkan Surat
Keputusan No. 91/Kpts-VI/1997 tanggal 13 Februari 1997 dengan luas
kawasan 183.000 hektare. Penentuan status TWAL tersebut berdasarkan
kriteria penentuan kawasan konservasi laut yang memiliki keanekaragaman
biota laut dan lingkungan yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai
objek wisata. Saat ini pengelolaan Kepulauan Padaido dan perairan
sekitarnya telah diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan
sesuai dengan berita acara serah terima no: BA.01/menhut-IV/2009 dan No
BA. 108/MEN.KP/III/2009 pada tanggal 4 maret 2009 dengan nama Taman
Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya. TWP Kepulauan
Padaido dan laut di sekitarnya seluas lebih kurang 183.000 (seratus delapan
puluh tiga ribu) hektare, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor: KEP. 68/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan
Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya di
Provinsi Papua.
Kabupaten Biak Numfor adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Biak. Wilayah otonom yang kini
disebut sebagai Kabupaten Supiori pernah menjadi bagian dari kabupaten ini.
Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 2 (dua) pulau kecil, yaitu Pulau Biak dan
Pulau Numfor serta lebih dari 42 pulau sangat kecil, termasuk Kepulauan
Padaido yang menjadi primadona pengembangan kegiatan dari berbagai
pihak. Kepulauan Padaido adalah sebuah gugusan pulau yang terletak di

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 28 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Samudera Pasifik tepatnya di sebelah timur Pulau Biak atau Kabupaten Biak
Numfor. Dahulu kepulauan ini dikenal dengan nama Kepulauan Schouter,
yang berasal dari nama pelaut belanda William Schouter yang menemukan
kepulauan ini di tahun 1602. Kata padaido sendiri berasal dari bahasa daerah
setempat yang memiliki arti keindahan yang tidak dapat diungkapkan.
Kepulauan Padaido memiliki pantai dan panorama yang luar biasa indah.
Selain itu, Kepulauan Padaido merupakan salah satu tempat yang memilliki
keragaman hayati ekosistem koral terbesar di dunia. Disana terdapat pusat
rehabilitasi terumbu karang sehingga potensi wisata bahari yang ada di
kepulauan tersebut dapat tertata dengan baik. Di kepulauan ini terdapat 95
spesies koral, 155 spesies ikan seperti berbagai jenis hiu karang dan gurita
serta berbagai kekayaan maritim lainnya. Kekayaan biologi lain yang ada di
kepulauan ini antara lain 48 spesies pohon, 26 spesies burung, 14 spesies
reptile dan 7 Spesies mamalia.
Pola iklim di Kabupaten Biak Numfor dipengaruhi oleh monsoon dan
maritim, dimana pengaruh maritim lebih dominan. Kondisi tersebut
menyebabkan curah hujan tinggi dan merata hampir sepanjang tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Biak Numfor 2014 curah hujan rata-
rata bulan sekitar 241,3 mm dengan kisaran antara 123,5-437,1 mm. Curah
bujan terendah terjadi pada bulan Oktober dan terbesar bulan Agustus. Rata-
rata hari hujan bulanan adalah sekitar 22 hari hujan, dengan kisaran antara
14-26 hari hujan per bulan. Rata-rata suhu udara bulanan sekiatar 27,1oC
dengan kisaran antara 26,5-27,5oC dengan kelembaban udara rata-rata
bulanan sekitar 87,2%.
7) Target Konservasi
Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kepulauan Padaido dan laut
di sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional didasarkan
pada kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, untuk
menghindari kerusakan kerusakan habitat dan penurunan kualitas
sumberdaya alam, penurunan hasil tangkap dan pencegahan aktivitas
penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan pembiusan ikan dengan
bahan kimia. Masyarakat memiliki bentuk perlindungan laut dengan nama
Sasisen. Sasisen adalah larangan yang diberlakukan sementara waktu dalam
wilayah tertentu untuk tidak boleh menangkap ikan ataupun mengumpulkan
hasil laut di sekitar lokasi tersebut. Sasisen yang dikenal oleh orang Biak
terbagi dalam dua jenis:
• Sasisen terhadap wilayah tertentu meliputi segala jenis biota yang terdapat
didalamnya. Sasisen seperti ini berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 29 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Sasisen yang diberlakukan terhadap satu jenis biota tertentu, umumnya
yang bernilai ekonomis penting. Sasisen jenis ini diberlakukan untuk
jangka waktu minimum 1 (satu) tahun.
8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
• Ekologis
Kedalaman perairan wilayah Kepulauan Padaido dikelilingi oleh laut
yang relatif dalam, berkisar antara 100 sampai 1200 meter. Kedalaman di
atas 500 meter berada di wilayah Utara, Selatan dan Timur. Namun
demikian, 90% kedalaman perairan berada di bawah 500 meter. Suhu
permukaan di perairan berkisar antara 28 -30oC, salinitas permukaan
perairan berkisar pada nilai 27 – 34,5 ppm sedangkan kecerahan perairan
berkisar pada nilai >15 meter. Tinggi gelombang laut berkisar antara 1,12
– 1,21 meter. Pada bulan Februari sampai Juli arus permukaan bergerak
ke timur dengan kecepatan antara 18 – 38 cm/det, pada bulan Agustus
sampai Januari kecepatan arus berkisar antara 24 – 75 cm/det dengan
arah ke barat. Jenis pasang surut yang terjadi adalah campuran harian
ganda, yang berarti setiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
yang berbeda dalam tinggi dan waktunya.
• Keanekaragaman Hayati
Terumbu karang di Kepulauan Padaido memiliki 4 bentuk terumbu
karang yaitu terumbu karang pantai, terumbu karang penghalang, terumbu
karang atol dan terumbu karang gosong. Keragaman karang cukup tinggi
terdiri dari 90 jenis yang tergolong dalam 41 genera dan 13 famili serta
beberapa jenis karang lunak yaitu Sinularia polydatil, Sacrophyton
trocheliophorum, Labophytum strictum dan L. Crassum. Jenis karang
dominan adalah Faviidae, Fungidae, Pociloporidae dan Acroporidae. Tutupan
karang di Kepulauan Padaido bawah berkisar antara 0 – 67 % pada
kedalaman 3 m dan 0 – 25,9% pada kedalaman 10 m, pada Kepulauan
Padaido atas berkisar antara 13,7 – 70,7% pada kedalaman 3 m dan 9,6 -
66,7% pada kedalaman 10 m. Ditemukan kurang lebih 127 jenis ikan target
(konsumsi), 34 jenis ikan dan indikator, 185 jenis ikan mayor (lainnya).
Mangrove yang ditemukan di peraian Kepulauan Padaido berjumlah tujuh
jenis, yaitu Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, R. stylosa,
Sonnetaria alba, Ceriops tagal, Lumnitzera littorea, dan Avicenia alba. Lamun
ditemukan pada hampir semua pulau, ditemukan berjumlah Sembilan jenis,
yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C.
serullata, Halodule universis, H. Pinifolia, Halophila ovalis, H. spinulosa, dan
Syringodium isoetifolium. Rumput laut ditemukan kurang lebih 58 jenis
dimana 11 jenis bernilai ekonomis penting, seperti Euchema, Gracilaria,

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 30 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Hypnea, Laurencia, Gelidiella, Halimenia, Caulerpa, Codium, Chaetomorpha,
Sargassum dan Turbinaria.
9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah 135.080 jiwa yang terdiri dari
69.582 jiwa penduduk laki-laki dan 65.498 jiwa penduduk perempuan dengan
angka kepadatan penduduk sebesar 51,91 jiwa/km2. Jumlah penduduk
tersebut tersebar dalam rumah tangga - rumah tangga, dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 29.284, rumah tangga dengan angka pertumbuhan
penduduk dibanding tahun 2012 sebesar 2,0%.
Perekonomian penduduk Kepulauan Padaido berasal dari bidang
pertanian, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan
(penangkap ikan dan budidaya rumput laut). Perekonomian sebagian besar
penduduk bertumpu pada perikanan tangkap dan perkebunan (kelapa),
sedangkan sebagian kecil berasal dari peternakan (babi, ayam kampong dan
itik), pertanian tanaman pangan (ketela pohon dan umbi-umbian) dan
budidaya laut (rumput laut)
10) Potensi Perikanan
Pada tahun 2013 realisasi pendapatan daerah Kabupaten Biak Numfor
tercatat sebesar Rp 709,25 milyar, lebih tinggi 9,43% dari tahun 2012.
Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan asli daerah sebesar Rp 15,61
milyar (2,20% dari total pendapatan), pendapatan transfer daerah sebesar
Rp 666,19 milyar (93,93%), dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp
27,44 milyar (3,87 %).
Jumlah perahu nelayan pada tahun 2013 sebanyak 4.803 unit perahu
tanpa morot, 1.429 unit perehu dengan motor temple, dan 30 unit kapal
motor. Alat tangkap ikan didominasi oleh jaring insang (1.987 unit) dan
pancing (1.418 unit), ada alat tangkap lain yang jumlahnya relatif sedikit yaitu
sebesar 30 unit.
Total produksi ikan laut tahun 2013 mencapai 29.460,5 ton yang terdiri dari
13.750,0 ton ikan pelagis besar, 15.500 ton ikan pelagis kecil, dan 210,5 ton
ikan dimersal. Beberapa jenis ikan laut yang mendominasi dan
produksinya antara lain ikan tuna (2.813,85 ton), ikan tenggiri (3.034,07 ton),
cakalang (701,5 ton), cumi-cumi (652,59 ton), kerapu (1.021,69 ton), dan
teripang (1,24 ton).
Jumlah rumah tangga nelayan tahun 2013 sebesar 7.240 rumah tangga
nelayan, naik sekitar 1.31% disbanding tahun 2012.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 31 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


11) Potensi Pariwisata
Kepulauan Padaido sebagai Kawasan Taman Wisata Perairan dengan
luas 183.000 ha. Wilayah ini mencakup pulau-pulau dan perairannya.
Berdasarkan ketetapan ini, wilayah Kepulauan Padaido diperuntukkan
sebagai kawasan pariwisata dan rekreasi. Wisatawan manca negara yang
mengunjungi Padaido terdiri dari wisatawan manca negara dan domestik
yang berasal dari 15 negara. Terdapat sarana pariwisata dan angkutan
nelayan. Sarana pariwisata berupa pondok wisata yang dikelola oleh
masyarakat.
12) Aksesibilitas
Untuk mencapai Kepulauan Padaido ini anda dapat menggunakan
speed boat dari pelabuhan Bosnik selama kurang lebih satu jam atau perahu
nelayan dengan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan. Selain itu anda bisa
menggunakan pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Terdapat maskapai penerbangan yang menyediakan perjalanan langsung dari
Jakarta menuju Pulau Biak dalam rangka meningkatkan potensi wisata bahari
dan lokasi sejarah di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 32 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


13) Peta Lokasi

Gambar 6. Peta Kawasan TWP Pulau Padaido

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 33 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.4 Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Waigeo sebelah
Barat dan laut disekitarnya
1) Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo sebelah Barat
dan laut di sekitarnya
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor 891/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 60 Tahun 2014
• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang
• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 65/Men/2009
3) Luas Kawasan : 271.630 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Secara geografis, kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan
Waigeo sebelah Barat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º24’29’’BT -
0º14’22’’LS dan 129º50’25’’ - 129º40’32’’BT. Sementara secara administratif,
wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat Kabupaten Raja Ampat yang
secara geografis terletak antara 0o45”-2o15” LS dan 024o-132o BT, yang
terbagi menjadi 24 distrik, dengan 4 kelurahan dan 117 kampung.
5) Status Kawasan
Hasil evaluasi status
pengelolaan kawasan SAP Kepulauan
Waigeo Sebelah Barat dan Laut di
sekitarnya adalah sebagai berikut:
Untuk mencapai peringkat hijau 100%
beberapa rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah:
• Lakukan pemeriksaan untuk
memastikan bahwa kualifikasi SDM
pada unit organisasi pengelola
diwakili oleh minimal 2 (dua)
kompetensi pengelolaan yang
dibutuhkan.
• Laksanakan inisiasi kemitraan
dengan pemangku kepentingan.
• Lakukan pemeriksaan untuk memastikan unit pengelola memiliki sarana
dan prasarana pendukung pengelolaan.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 34 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


6) Kondisi Umum
Kepulauan Raja Ampat dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati
dan endimisitas sumber daya pesisir dan laut yang tinggi. Dalam konteks
regional, Kepulauan Raja Ampat termasuk dalam kawasan segitiga
karang dunia (coral triangle) dan merupakan bagian kawasan penting
keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Kawasan segitiga karang ditandai
dengan adanya 500 atau lebih jenis karang dan merupakan pusat dari
kelimpahan dan keragaman karang di bumi. Kawasan koservasi Suaka
Alam Perairan (SAP) Kepulauan Waigeo sebelah Barat merupakan kawasan
konservasi yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Raja
Ampat. Kawasan SAP tersebut memiliki banyak potensi, baik potensi ekologi,
potensi ekonomi, dan potensi sosial budaya. SAP Kepulauan Waigeo
sebelah Barat terdiri dari serangkaian pulau-pulau kecil dan pulau-pulau karst
sebanyak 100 pulau yang tidak berpenghuni, kecuali Pulau Piai dan Pulau
Sayang dibagian timur SAP.
Kabupaten Raja Ampat beriklim tropis yang lembab dan panas.
Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Cuaca dan Meteorologi Jeffman, suhu
udara pada tahun 2013 adalah terendah sebesar 24.350C dan suhu udara
tertinggi sebesar 31,50C dengan suhu rata-rata 27,10C. Suhu udara bulanan
terendah adalah 23,5oC terjadi pada bulan Agustus, dan terpanas pada bulan
Januari (31,8oC). Sementara curah hujan sebesar 3.349 mm/tahun.
Kelembapan udara sekitar 86,5% dengan hari hujan sepanjang tahun sekitar
274 hari hujan. Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan
tidak begitu jelas seperti daerah Papua pada umumnya. Wilayah Raja Ampat
dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-November bertiup angin
Pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut.
7) Target Konservasi
System pendekatan konservasi melalui sistem zonasi dalam kawasan
konservasi perairan nasional SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat dibagi
menjadi 3 (tiga) zona yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan zona lainnya

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 35 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Gambar 7. Peta Zona Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat
8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
Tipe terumbu karang disekitar Kepulauan Wayag adalah terumbu
karang tepi (fringingreef) dan sebagian kecil karang gosong (patchreef).
Kontur terumbu daerah umumnya curam hingga tegak lurus dengan
kecerahan air 10-15 m. Kontur terumbu datar hingga landai hanya berada di
barat dan utara Pulau Piai dan barat, selatan dan timur Pulau Sayang serta
teluk-teluk didalam Pulau Wayag. Survey manta tow oleh Cipada 2008
diketahui persentase penutupan karang hidup di SAP Kepulauan Waigeo
berkisar antara 0-70% dengan rata-rata tutupan 20,55%, sedangkan rata-rata
persentase penutupan biota lainnya adalah 17.49%. Persentase penutupan
rata-rata karang matiadalah 41.03%, sedangkan persentase penutupan pasir
dan patahan karang masing-masing adalah 12.17% dan 8.76%.
Pulau Piai dan Pulau Sayang merupakan tempat bertelur penyu hijau
dan penyu sisik bertelur. Hasil manta tow selama 8 hari ditemukan penyu
hijau 38 ekor dan penyu sisik 49 ekor (CI, 2008). Di disekitar SAP Kepulauan
Waigeo sebelah Barat banyak ditemukan kima raksasa, teripang, lola dan
lobster serta ketam kenari dan juga merupakan tempat perlintasan cetacean
(paus dan lumba-lumba) yang meliputi lumba-lumba risso (Grampusgriseus),
lumba-lumba hidung botolumum (Tursiopstruncatus) dan lumba-lumba
spinner (Stenella longirostris). Perairan sekitar Kepulauan Wayag - Sayang
juga merupakan tempat hiu beregenerasi dan memulihkan populasinya.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 36 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Cukup mudah untuk menemukan anakan hiu berenang disekitar pantai.
Selain itu ditemukan banyak tempat berkumpulnya (agregasi) ikan pari manta
dibeberapa tempat. Potensi ikan di SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat
cukup tinggi. Rata-rata biomassa ikan di lokasi-lokasi pengamatan di SAP ini
sekitar 53.17 ton/km2 (Allen. M, 2008). SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat
adalah daerah penting sekali untuk ruaya paus, Penyu Hijau, Penyu Sisik,
ikan hiu, dan manta. Pulau Sayang-Wayag adalah daerah sangat penting dari
sisi bertelur Penyu Hijau dan juga menjadi daerah perlindungan penyu.
9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebanyak
44.568 jiwa, mengalami pertumbuhan 1,5% dibanding dengan tahun 2012
dengan angka kepadatan penduduk sebesar 7,3 jiwa/Km2. Rumah tangga
dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 9.888 rumah tangga, dengan rata-
rata per rumah tangga berjumlah 4,5 jiwa. Mayoritas penduduk memeluk
agama protestan dan disusul pemeluk agama islam.
Pada umumnya mata pencaharian penduduk di kampung-kampung
sekitar SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat hampir sama dengan mata
pencaharian penduduk di pulau-pulau kecil lainnya yaitu sebagai nelayan.
Mata pencaharian sampingan dengan berkebun atau mengumpulkan hasil
hutan disekitar kampung. Potensi perikanan yang dimanfaatkan oleh nelayan
di sekitar SAP Kepulauan Waigeo sebelah Barat adalah batu-batu (kakak
tua), (kuwe), cangkalang, gutila (lencam). Jenis alat tangkap yang
dipergunakan untuk menangkap ikan antara lain; pancing, pancing dasar, cigi,
jaring insang dan speargun.
10) Potensi Perikanan
Komoditas unggulan perikanan tangkap di Kabupaten Raja Ampat,
antara lain ikan tuna, cakalang tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah,
teripang, udang dan lobster. Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon
terdapat di perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Ayau,
Batanta, Kofiau dan Misool; lobster di perairan Waigeo, Misool dan Kofiau;
cumi-cumi di perairan Waigeo Selatan dan Misool; teripang dan ikan tenggiri
hampir diseluruh perairan Kabupaten Raja Ampat. Produksi perikanan di
Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2013 sebesa 2.225,35 ton dengan nilai
Rp 1,74 milyar.
Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
Sejumlah fauna dapat dijumpai seperti ketam kenari, (Birgus latro), Soasoa
(Hydrosaurus amboinensis), burung elang laut perut putih (Holiaeetus
leucogaster), dara laut kepala putih (Anour minibus), nuri merah kepala hitam
(Lorius lory) dan burung raja udang (Halcyon sp). Jenis ikan hias diantaranya

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 37 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


jenis kupu-kupu (Chaetodon spp), sersan mayor (Abudefdul spp) dan ikan
badut (Amphiprion sp), kepe-kepe (Pamacentrus spp) dan mujair laut
(Dascyllus spp).Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya
merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75%
karang dunia (CI, TNC-WWF). Berdasarkan indeks kondisi karang di
Kepulauan Raja Ampat, 60% dalam kondisi baik dan sangat baik. Jenis
terumbu karang yang dijumpai seperti Acropora sp dan porites. Beberapa
biota laut yang dilindungi terdapat di wilayah ini, seperti: Kima Sisik (Tridacna
squamosa), Lola (Trochus niloticus), Kima Raksasa (Tridacna maxima), Kima
Tapak Kuda (Hippopus hippopus), Akar Bahar (Antiphates sp), Keong
Terompet (Charonia tritonis). Beberapa lokasi di kawasan ini merupakan
tempat penyu bertelur dan tempat untuk mencari makan utamanya penyu
hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu
belimbing (Dermochelys coriacea) dan Duyung (Dugong-dugong).
11) Potensi Pariwisata
Raja Ampat termasuk di Distrik Waigeo Barat mengandalkan wisata
bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati
yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet
tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan
biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan (P. Mansuar) namun
sebagian besar tinggal di atas kapal (liveaboard) dengan lama tinggal 10
sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena
mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan perusahaan penyedia
jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan live aboard ke Raja Ampat
adalah mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya.
Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang
sudah resmi terdaftar/melapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal.
Hampir semua perusahaan/operator liveaboard ini berbasis di luar Sorong
dan Raja Ampat.
12) Aksesibilitas
Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat
transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah
angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ampat (Waisai), pengunjung
harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari
Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana
yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler setiap hari.
Waisai dapat juga dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai
menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat kira-kira 1,5
jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong
selama 6 jam melalui Manado. Beberapa maskapai penerbangan yang

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 38 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati.
Dari Waisai menuju Waigeo sebelah Barat (Kepulauan Panjang)/Wayang
Sayang ditempuh dengan speed boat sekitar 2 jam.

13) Peta Lokasi

Gambar 8. Peta Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 39 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Raja Ampat dan laut
di sekitarnya
1) Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Kepulauan
Raja Ampat dan laut di sekitarnya
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : Keputusan Menteri Kehutanan
81/Kpts-II/1993 tanggal 16 Februari 1993
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 63 Tahun 2014
• Unit Organisasi Pengelola : Balai KKPN Kupang
• Penetapan : Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan No 64/Men/2009
3) Luas Kawasan : 60.000 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Secara geografis, kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan
Raja Ampat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º14’18’’BT- 0º25’29’’LS dan
130º18’32’’ -130º10’29’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk
ke dalam Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.
Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya
memiliki batas-batas sebagai berikut;
• Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Waigeo;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Kepulauan Fam;
• Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Pulau Gam; dan
• Sebelah Barat berbatasan dengan
perairan Pulau Batangpele dan Pulau
Maijafun.
5) Status Kawasan
Hasil evaluasi status pengelolaan
kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan laut di sekitarnya adalah sebagai
berikut:
Untuk mencapai peringkat hijau 100%
beberapa rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah:
• Tempatkan SDM pada unit
organisasi pengelola dengan
jumlah yang sesuai dengan
fungsi pengelolaan (pengawasan,

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 40 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


monitoring sumberdaya, sosekbud).
• Lakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa kualifikasi SDM pada
unit organisasi pengelola diwakili oleh minimal 2 (dua) kompetensi
pengelolaan yang dibutuhkan
• Laksanakan inisiasi kemitraan dengan pemangku kepentingan.
6) Kondisi Umum
Perairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya ditetapkan
menjadi Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) pada 3 September
2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
Kep.64/Men/2009. Keputusan ini menetapkan perairan Kepulauan Raja
Ampat dan laut di sekitarnya sebagai Suaka Alam Perairan (SAP).
Kepulauan Raja Ampat secara administratif berada di bawah pemerintah
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kabupaten yang dibentuk
melalui UU Nomor 26 Tahun 2002 tersebut merupakan daerah otonom baru
hasil pemekaran Kabupaten Sorong. Raja Ampat ditetapkan sebagai
Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) karena memiliki
keanekaragaman sumber daya alam yang tinggi berupa terumbu karang,
mangrove, litoral dan rumput laut. Wilayah ini terletak di ‘jantung’ kekayaan
terumbu karang dunia yang dikenal dengan sebutan Segitiga Karang/Coral
Triangle. Kepulauan ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki fauna
ikan karang terkaya di dunia yang terdiri dari paling sedikit 1,074 spesies
serta merupakan areal pembesaran bagi sebagian besar jenis penyu yang
terancam punah.
Perairan Kabupaten Raja Ampat dipengaruhi oleh iklim tropis dan
perubahan iklim muson.Pada Mei-November umumnya bertiup angin Pasat
Tenggara sedangkan pada Desember-April bertiup angin Barat Laut. Menurut
Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Sorong, Kepulauan Raja Ampat
mempunyai curah hujan rata-rata 2512 mm per tahun, dengan curah hujan
tertinggi pada Juli yakni 298 mm dan jumlah hari hujan 19 hari. Suhu udara
maksimum rata-rata 31,250C dan minimum rata-rata 25,120C dengan
kelembaban rata-rata 81,5 %.
7) Target Konservasi
Pendekatan konservasi dengan melakukan zonasi, diantaranya :
a) Zona inti; Zona inti SAP Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya di
Provinsi Papua Barat terdiri dari 4 wilayah, yaitu (1) daerah di perairan
antara Tanjung Manare dan tanjung sebelah timur Tanjung Manare serta
perairan sebelah barat Tanjung Manare; (2) wilayah perairan antara
Tanjung Waisai dan tanjung sebelah barat Tanjung Waisai; (3) perairan
sekitar Pulau Bianci Kecil; dan (4) perairan sekitar Pulau Peniki. Luas

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 41 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


zona inti di SAP Raja Ampat mencapai 2.794 Ha atau sekitar 4,66% dari
luas total kawasan, sedang koordinatnya adalah sebagai berikut :

Koordinat
Lokasi No X Y Luas
Koordinat (Bujur Timur) (LintangSelatan) (Ha)
Perairan tanjung 5 130° 18' 29.30'' BT 0° 14' 40.13'' LS 444
Manare
6 130° 18' 29.30'' BT 0° 16' 20.92'' LS
7 130° 19' 03.88'' BT 0° 16' 21.13'' LS
8 130° 19' 11.70'' BT 0° 16' 21.16'' LS
9 130° 19' 41.83'' BT 0° 16' 21.33'' LS
Perairan Tanjung 10 130° 22' 32.70'' BT 0° 16' 30.70'' LS 962
Waisai
11 130° 20' 02.70'' BT 0° 17' 46.08'' LS
12 130° 20' 20.90'' BT 0° 18' 04.07'' LS
13 130° 21' 23.22'' BT 0° 18' 04.28'' LS
14 130° 21' 31.00'' BT 0° 17' 58.81'' LS
15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS
16 130° 22' 04.98'' BT 0° 18' 09.00'' LS
17 130° 22' 29.18'' BT 0° 18' 16.71'' LS
18 130° 22' 38.17'' BT 0° 18' 15.21'' LS
19 130° 23' 06.23'' BT 0° 18' 10.92'' LS
20 130° 23' 03.23'' BT 0° 18' 00.86'' LS
Perairan Bianci 21 130° 24' 00.25'' BT 0° 16' 16.24'' LS 729
Kecil
22 130° 25' 52.78'' BT 0° 17' 09.20'' LS
Perairan Peniki 23 130° 24' 11.46'' BT 0° 22' 38.98'' LS 659
24 130° 25' 31.24'' BT 0° 23' 53.88'' LS
25 130° 26' 02.72'' BT 0° 22' 19.98'' LS
26 130° 25' 41.01'' BT 0° 21' 47.42'' LS

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 42 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Gambar 9. Peta Zonasi SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat
b) Zona Perikanan Berkelanjutan; Zona perikanan berkelanjutan mencapai
luas sekitar 44.351, 39 Ha atau 73,91% dari total luas SAP. Di dalam
zona ini termasuk didalamnya adalah alur pelayaran, sedang
koordinatnya adalah sebagai berikut :
Koordinat
Lokasi No X Y Luas
Koordinat (Bujur Timur) (Lintang Selatan) (Ha)
Zona perikanan berkelanjutan
Di seluruh perairan 1 130° 17' 47.83'' BT 0° 14' 11.48'' LS 40.233
SAP Raja Ampat, di 2 130° 10' 29.00'' BT 0° 24' 29.00'' LS
luar zona inti dan 3 130° 22' 13.08'' BT 0° 28' 12.00'' LS
zona pemanfaatan 4 130° 32' 34.09'' BT 0° 18' 42.94'' LS
Sub zona Perikanan Budidaya
Di perairan kampung 43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS 3.652
Meos manggara 49 130° 21' 11.41'' BT 0° 21' 14.63'' LS
53 130° 28' 58.53'' BT 0° 21' 50.42'' LS
63 130° 19' 52.17'' BT 0° 20' 33.94'' LS
43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS

c) Zona Pemanfaatan; Di dalam zonasi pemanfaatan dan sub zona


pemanfaatan masyarakat tersebut masing-masing melindungi 29,4%
(437 ha) dan 5,4% (80 Ha) dari luasan total terumbu karang yang
terdapat dalam SAP tersebut, sedang koordinatnya adalah sebagai
berikut :

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 43 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Koordinat
Lokasi No X Y Luas
Koordinat (Bujur Timur) (Lintang Selatan) (Ha)
Zona Pemanfaatan
Perairan 27 130° 13' 34.20'' BT 0° 23' 39.72'' LS 3.503
Kampung 28 130° 15' 05.30'' BT 0° 23' 01.28'' LS
Manyaifun 29 130° 15' 51.25'' BT 0° 22' 41.89'' LS
30 130° 15' 46.00'' BT 0° 21' 53.45'' LS
31 130° 15' 31.98'' BT 0° 19' 44.15'' LS
32 130° 15' 02.86'' BT 0° 19' 28.43'' LS
33 130° 15' 02.00'' BT 0° 19' 36.65'' LS
34 130° 14' 40.58'' BT 0° 19' 29.16'' LS
35 130° 14' 42.73'' BT 0° 19' 18.99'' LS
36 130° 14' 20.43'' BT 0° 19' 03.24'' LS
39 130° 12' 11.69'' BT 0° 22' 04.46'' LS

Perairan P. 40 130° 15' 42.91'' BT 0° 24' 47.26'' LS 2.708


Meos Arar 41 130° 18' 40.55'' BT 0° 25' 49.20'' LS
Kecil 42 130° 20' 58.25'' BT 0° 24' 01.75'' LS
43 130° 19' 31.83'' BT 0° 23' 08.13'' LS
44 130° 18' 33.47'' BT 0° 23' 09.73'' LS
45 130° 16' 12.13'' BT 0° 24' 02.20'' LS
46 130° 16' 34.31'' BT 0° 24' 27.45'' LS

Perairan P.Gof 15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS 1.874


Besar dan19 130° 23' 06.23'' BT 0° 18' 10.92'' LS
P.Gof Kecil 47 130° 21' 55.58'' BT 0° 18' 13.92'' LS
48 130° 22' 59.05'' BT 0° 20' 01.43'' LS
49 130° 23' 15.65'' BT 0° 21' 14.77'' LS
Perairan P. 52 130° 27' 36.11'' BT 0° 20' 12.57'' LS 4.331
Gemien 53 130° 28' 58.53'' BT 0° 21' 50.42'' LS
54 130° 31' 19.88'' BT 0° 16' 45.58'' LS
55 130° 29' 09.14'' BT 0° 17' 28.61'' LS
Sub Zona Pemanfaatan Tradisional
DPLKampung 56 130° 21' 48.29'' BT 0° 15' 56.20'' LS 59
Waisilip 57 130° 21' 46.75'' BT 0° 16' 04.68'' LS
58 130° 22' 32.56'' BT 0° 16' 05.22'' LS
DPLKampung 14 130° 21' 31.00'' BT 0° 17' 58.81'' LS 31
Bianci 15 130° 21' 55.99'' BT 0° 18' 01.93'' LS
47 130° 21' 55.58'' BT 0° 18' 13.92'' LS
59 130° 21' 31.68'' BT 0° 18' 13.92'' LS
DPLKampung 49 130° 21' 11.41'' BT 0° 21' 14.63'' LS 687
Mutus 52 130° 20' 25.37'' BT 0° 21' 52.64'' LS
60 130° 21' 51.50'' BT 0° 23' 14.26'' LS
61 130° 22' 35.47'' BT 0° 22' 19.98'' LS
DPLKampung 40 130° 15' 42.91'' BT 0° 24' 47.26'' LS 117
Meosmangg 45 130° 16' 12.13'' BT 0° 24' 02.20'' LS
ara 46 130° 16' 34.31'' BT 0° 24' 27.45'' LS
62 130° 15' 38.63'' BT 0° 24' 29.05'' LS
DPLKampung 32 130° 15' 02.86'' BT 0° 19' 28.43'' LS 26
Manyaifun 33 130° 15' 02.00'' BT 0° 19' 36.65'' LS
34 130° 14' 40.58'' BT 0° 19' 29.16'' LS
35 130° 14' 42.73'' BT 0° 19' 18.99'' LS

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 44 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
• Ekologis
Karakteristik fisik perairan Kepulauan Raja Ampat memungkinkan
kawasan ini menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi sejumlah biota
perairan khususnya terumbu karang. Kedalaman perairan yang relatif
dangkal, kejernihan air dan intensitas keterpaparan cahaya matahari yang
cukup, menjadikan perairan Raja Ampat sebagai habitat yang baik untuk
komunitas karang. Kecerahan di perairan Raja Ampat berkisar antara 4 -
23 m dengan rata-rata kecerahan 12,91 m. Kecerahan terendah berada di
Teluk Mayalibit yang hanya mencapai 4 - 5 m. Hal ini karena tingginya
tingkat kekeruhan perairan di Teluk Mayalibit yang disebabkan banyaknya
bahan tersuspensi. Sedangkan kecerahan maksimum berada di perairan
daerah Kofiau yang mencapai 23 m. Hal ini diperkirakan karena lokasi ini
berada pada kawasan perairan bebas (cukup jauh dari daratan) sehingga
pengaruh bahan-bahan tersuspensi yang berasal dari aktifitas daratan
sangat kecil.
• Keanekaragaman Hayati
Raja Ampat kaya akan ekosistem terumbu karang, ikan dan biota laut
lainnya, lamun dan manggrove. Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu
karang yang sangat indah dan sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan
moluska. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 537 jenis karang keras (CI,
TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik.Jumlah
ini merupakan 75 % karang dunia. Berdasarkan indeks kondisi karang, 60
% kondisi karang di Kepulauan Raja Ampat dalam kondisi baik dan sangat
baik. Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di
paparan dangkal di hampir semua pulau-pulau, namun yang terbesar
terdapat di distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate dan
Misool Timur Selatan. Tipe terumbu karang yang terdapat di Kepulauan
Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringe reef), dengan kemiringan
yang cukup curam.Selain itu terdapat juga tipe terumbu karang cincin (atol)
dan terumbu penghalang (barrier reef). Menurut pendataan TNC-WWF, di
wilayah ini tercatat sekitar 899 jenis ikan karang sehingga Raja Ampat
diketahui mempunyai 1104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili.
Diperkirakan jenis ikan di kawasan Raja Ampat dapat mencapai 1346 jenis.
Berdasarkan fakta tersebut, kawasan ini menjadi kawasan dengan
kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu dikawasan ini juga
ditemukan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530
siput-siputan (gastropoda), 159 kerang-kerangan (bivalva), 2 Scaphoda, 5
cumi-cumian (cephalopoda), dan 3 Chiton. Sementara itu, populasi
padang lamun hampir tersebar di seluruh Kepulauan Raja Ampat. Padang

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 45 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


lamun tersebar di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam.
Padang lamun yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat umumnya
homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi, tutupan, dan tipe substrat,
dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi dengan
terumbu karang. Tipe ini umumnya ditemukan di lokasi di daerah pasang
surut dan rataan terumbu karang yang dangkal. Jenis lamun yang tumbuh
baik di kawasan tersebut antara lain jenis Enholus acoroides, Thoiossio
hemprichii, Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan Syringodium
isoetifoiium.
9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Sebagaimana umumnya penduduk di wilayah kepulauan, sebagian
besar (54 %) masyarakat Raja Ampat mempunyai pekerjaan utama dibidang
perikanan, khususnya perikanan tangkap. Ditinjau dari alat tangkap yang
digunakan kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan oleh penduduk dapat
dikategorikan sebagai nelayan tradisional. Alat tangkap pancing dasar dan
tonda merupakan jenis alat tangkap yang dominan terdapat di Raja Ampat
dan jenis tersebut juga tersebar hampir di setiap distrik. Untuk wilayah
dengan daratan yang tidak terlalu luas seperti Ayau, Arborek, Mutus, dan
Wejim, umumnya penduduk setempat bermata pencaharian sebagai nelayan
sedangkan untuk daerah yang mempunyai daratan yang cukup luas
mayoritas berprofesi sebagai petani seperti di kawasan Kabare dan Bonsayor.
Meski demikian, tidak sedikit di antara penduduk yang bermata pencaharian
ganda yakni sebagai petani dan nelayan. Profesi ganda tersebut dilakukan
berdasarkan musim yang berlangsung. Pada saat musim angin selatan
mereka bertani dan di luar musim itu mereka melaut untuk mencari ikan.
Penduduk setempat kebanyakan pemeluk Islam dan Kristen. Mereka
seringkali berada di dalam satu keluarga/marga. Hal ini menjadikan
masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan. Bahasa
yang digunakan penduduk Raja Ampat bervariasi sebagai berikut :
• Bahasa Ma’ya; yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku
Wawiyai (Teluk Kabui), suku Laganyan (Kampung Araway, Beo dan
Lopintol) dan suku Kawe (Kampung Selpele, Salio, Bianci dan Waisilip).
• Bahasa Ambel (-Waren); yaitu bahasa yang digunakan oleh penduduk
yang mendiami beberapa kampung di timur Teluk Mayalibit, seperti
Warsamdin, Kalitoko, Wairemak, Waifoi, Go, dan Kabilol, serta Kabare dan
Kapadiri di Waigeo Utara.
• Bahasa Batanta. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat yang mendiami
sebelah selatan Pulau Batanta, yaitu penduduk Kampung Wailebet dan
Kampung Yenanas.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 46 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Bahasa Tepin. Bahasa ini digunakan oleh penduduk di sebelah utara ke
arah timur Pulau Salawati, yaitu penduduk di Kampung Kalyam, Solol,
Kapatlap, dan Samate, dengan beberapa dialek yaitu, dialek Kalyam Solol,
Kapatlap dan Samate.
• Bahasa Moi. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk di
Kampung Kalobo, Sakabu, dan sebagian Kampung Samate. Bahasa Moi
yang dipakai di Salawati merupakan satu dialek bahasa Moi yang berasal
dari daratan besar sebelah barat wilayah Kepala Burung, yang berbatasan
langsung dengan Selat Sele.
• Bahasa Matbat. Istilah Matbat merupakan nama yang diberikan untuk
mengidentifikasikan penduduk dan bahasa asli Pulau Misool. Orang asli
Misool disebut orang Matbat dan bahasa mereka disebut bahasa Matbat.
Penduduk yang merupakan penutur asli bahasa Matbat ini tersebar di
Kampung Salafen, Lenmalas, Atkari, Folley, Tomolol, Kapatcool, Aduwei,
dan Magey.
• Bahasa Misool. Sebutan ini diberikan oleh penduduk Misool yang
berbahasa Misool sendiri. Bahasa Misool ini berbeda sekali dengan
bahasa Matbat. Orang yang menggunakan bahasa Misool ini dipanggil
dengan sebutan Matlou oleh orang Matbat, yang berarti orang pantai.
• Bahasa Biga. Bahasa ini adalah salah satu bahasa migrasi yang berada di
sebelah tenggara Pulau Misool, yang digunakan oleh penduduk yang
mendiami Kampung Biga di tepi Sungai Biga (Distrik Misool Timur
Selatan). Penduduk dan bahasa ini diperkirakan bermigrasi dari Pulau
Waigeo, yaitu dari Kampung Kabilol, yang berbahasa Ambel. Peneliti perlu
mengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah bahasa Biga
memiliki kemiripan dengan bahasa Ambel.
• Bahasa Biak. Bahasa Biak di Raja Ampat merupakan bahasa yang
bermigrasi dari Pulau Biak dan Numfor bersamaan dengan penyebaran
orang Biak ke Raja Ampat. Bahasa Biak ini dibagi menjadi beberapa
dialek, yaitu Biak Beteu (Beser), Biak Wardo, Biak Usba, Biak Kafdaron,
dan Biak Numfor. 10. Bahasa-bahasa lain. Dengan arus migrasi penduduk
dari Kepulauan Maluku dan wilayah bagian barat lainnya, maka terdapat
juga beberapa bahasa yang dipakai oleh penduduk pendatang di Raja
Ampat seperti bahasa Ternate, Seram, Tobelo, Bugis, Buton, dan Jawa.
Bahasa-bahasa ini merupakan bahasabahasa minoritas karena penuturnya
tidak terlalu banyak.
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan (sekitar 80%) dan petani. Disamping itu juga
terdapat pedagang, pengusaha kayu, pegawai negeri sipil, guru, tokoh agama
dan pencari kerja. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata
pencaharian pokok yang dianggap memberikan hasil bagi penduduk setempat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 47 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan penangkapan ikan ini
dilakukan, baik pada siang hari maupun malam hari dan umumnya masih
secara tradisional. Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas
bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi perikanan yang begitu
besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan
masyarakat. Nelayan-nelayan lokal menggunakan peralatan tangkap yang
sangat sederhana sehingga kalah bersaing dengan kapal nelayan asing yang
beroperasi di wilayah tersebut.
10) Potensi Perikanan
Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan
jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% karang dunia (CI,
TNC, WWF). Di wilayah ini terdapat sekitar 899 jenis ikan karang, sementara
di seluruh wilayah Raja Ampat tercatat 1.104 jenis ikan, dimana terdiri dari 91
famili. Diperkirakan terdapat 1.346 jenis ikan di seluruh kawasan Raja Ampat,
sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan dengan kekayaan jenis
ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu, di kawasan ini juga ditemukan 699
jenis hewan lunak (molusca) yang terdiri atas 530 siputsiputan (gastropoda),
159 kekerangan (bivalva), 2 scaphoda, 5 cumi-cumian (cephalopoda), dan 3
chiton.
11) Potensi Pariwisata
Raja Ampat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung
sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan
alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk
berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang
ada di Waigeo Selatan (P. Mansuar) namun sebagian besar tinggal di atas
kapal (liveaboard) dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing
banyak yang tinggal di atas kapal (liveaboard) karena mereka mengikuti paket
kunjungan (paket liveaboard) yang disediakan perusahaan penyedia jasa
pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah
mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard
yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi
terdaftar/melapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua
perusahaan/operator liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat.
Sejumlah potensi wisata lain yang juga dapat dikembangkan di Raja Ampat
antaralain tersebar di beberapa kawasan :
• Kepulauan Ayau; Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang
berada di atas kawasan atol yang sangat luas. Pantai-pantai di kepulauan
ini berpasir putih dengan areal dasar laut yang luas yang menghubungkan
satu pulau dengan pulau lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 48 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


yang unik, masyarakat setempat menyebutnya zondploot, dan di atasnya
tidak terdapat tumbuhan/vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan
di Kepulauan Ayau adalah keunikan kehidupan suku dan budaya yang
berupa penangkapan cacing laut (insonem) yang dilakukan secara
bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran
penyu hijau, dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.
• Waigeo Utara; Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapat
dijadikan lokasi wisata yaitu goa-goa peninggalan perang dunia II dan
keindahan bawah laut.
• Waigeo Timur; Di sini, khususnya di depan Kampung Urbinasopen dan
Yesner terdapat atraksi fenomena alam yang sangat menarik dan unik
yang hanya bisa disaksikan setiap akhir tahun, yaitu cahaya yang keluar
dari laut dan berputar-putar di permukaan sekitar 10-18 menit, setelah itu
hilang dan bisa disaksikan lagi saat pergantian tahun berikutnya.
Masyarakat di kedua kampung ini menamakan fenomena ini sebagai
“Hantu Laut”.
• Teluk Mayalibit; Lokasi wisata Teluk Mayalibit cukup unik, karena
merupakan sebuah teluk yang cukup besar dan hampir membagi Pulau
Waigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi yang bisa dilihat disini, seperti
cara penangkapan ikan tradisional dan bangkai kerangka pesawat yang
bisa dijadikan sebagai tempat penyelaman.
• Salawati; Di Salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker-bunker
peninggalan Perang Dunia II buatan Belanda dan Jepang (Jeffman) dan
juga merupakan tempat yang menarik untuk snorkeling dan diving.
Menurut data Bappeda Raja Ampat tahun 2009, sedikitnya terdapat 13
penginapan yang beroperasi untuk mendukung pariwisata baik berupa
hotel, cottage, resort maupun wisma.
12) Aksesibilitas
Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat
transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah
angkutan laut. Untuk menjangkau ibukota Raja Ampat, Waisai misalnya,
pengunjung harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah
itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut.
Sarana yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler
setiap hari.. Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga dua jam. Dari
Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat + 1,5
jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong
selama 6 (enam) jam via Manado. Beberapa maskapai penerbangan yang
melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 49 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


13) Peta Lokasi

Gambar 10. Peta Kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat dalam KEP.64/MEN/2009

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 50 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.6 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaimana
1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : Peraturan Bupati Kaimana Nomor 4
Tahun 2008
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah koordinasi dinas kelautan
dan perikanan
• Penetapan : Belum diusulkan/proses penetapan
3) Luas Kawasan : 597.747 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Kabupaten Kaimana yang berada di bagian selatan wilayah Kepala
Burung dan pesisir selatan Provinsi Papua dibentuk berdasarkan UU No. 26
Tahun 2002 tentang Pembentukan 14 kabupaten baru yang diresmikan
bersamaan dengan pelantikan Pejabat Bupati pada tanggal 11 April 2003.
Dengan demikian, secara administratif, status kedudukan dan fungsi
pemerintahannya berubah dari distrik (kecamatan) di bawah Kabupaten
Fakfak menjadi kabupaten. Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi
Perairan Kabupaten Kaimana adalah Peraturan Bupati Kaimana No. 4 Tahun
2008. Kabupaten Kaimana terdiri dari 7 distrik, 2 kelurahan, dan 84 kampung.
Kabupaten Kaimana yang terletak pada posisi geografis 2052'51" -
4015'01" LS dan 132046'59" - 135002'15" BT memiliki luas wilayah sekitar
18.500 km2. Sementara secara geografis, di sebelah timur Kabupaten
Kaimana berbatasan dengan Distrik Yayur, Distrik Wanggar dan Distrik
Mapia, Kabupaten Nabire serta Distrik Potoway Buru, dan Kabupaten Mimika.
Sebelah Barat dengan Laut Arafuru, Distrik Fak-fak Timur dan Distrik Kokas,
Sebelah Utara dengan Distrik Babo, Distrik Kuri dan Distrik Itorutu Kabupaten
Teluk Bintuni.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 51 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


5) Status Kawasan

Hasil evaluasi status pengelolaan


kawasan konservasi perairan
Kabupaten Kaimana adalah sebagai
berikut:
Untuk mencapai peringkat kuning
100% beberapa rekomendasi yang
perlu dilakukan adalah:
• Tempatkan petugas
pengelola pada kawasan
konservasi.
• Tempatkan SDM yang
ditetapkan dengan SK pada
unit organisasi pengelola.
• Lakukan kajian untuk
memastikan jumlah SDM di
unit organisasi pengelola
memadai untuk menjalankan
organisasi
6) Kondisi Umum
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Kaimana,
merupakan KKLD yang dicadangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kaimana,
melalui Peraturan Bupati Kaimana No. 04 Tahun 2008, tentang Pencadangan
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana. Luas wilayah yang
dicadangkan menjadi KKLD meliputi seluruh perairan sejauh 4 mil laut dari
garis pantai terakhir pulau terluar (seluruh wilayah perairan Kaimana)
sehingga maka semua desa dan kampung masuk dalam kawasan, yaitu
terdapat 7 distrik yang terdiri dari 84 kampung dan 2 kelurahan.
Secara morfologi, Kabupaten Kaimana meliputi wilayah datar hingga
berbukit-bukit dan bahkan bergunung, dengan kemiringan lereng bervariasi
mulai dari < 2% hingga di atas 70% dengan ketinggian tempat berkisar antara
0 - 2.800 m di atas permukaan laut. Iklim secara umum dibagi menjadi 2
yaitu musim kemarau dan penghujan, namun masyarakat local lebih
mengenal 4 musim yaitu pancaroba timur (maret-mei), angin timur (juni-
agustus), pancaroba barat (September-nopember), dan musim angin barat
(desember-februari).
Tahun 2013 suhu rata-rata tertinggi pada bulan januari (28,40C) dan
suhu rata-rata terendah pada bulan agustus (25,90C), rata-rata suhu udara
sekitar 27,40C. Kelembapan udara berkisar antara 81-88% dengan rata-rata
84%, tekanan udara berkisar antara 1.007,1-1.011,2 mbs atau dengan rata-
rata 1.009,2mbs. Banyak hari hujan sepanjang tahun 2013 adalah 237 hari,

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 52 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


bulan terbanyak adalah maret sebesar 26 hari, terkecil oktober 8 hari. Curah
hujan sepanjang tahun 2013 sebesar 2.779,3mm dengan kisaran 93,6-
375,7mm.
7) Target Konservasi
Pendekatan konservasi dalam menetapkan Kawasan Konservasi Laut
Kaimana adalah karena kawasan ini memiliki keanekaragaman ekosistem
mangrove, lamun, terumbu karang.
8) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
• Ekologis
Temperatur permukaan perairan Kaimana pada bulan Agustus
berkisar antara 25,6-27,00C dan 24,3-26,50C di dasar (50 m), sedangkan
pada bulan Februari temperatur bervariasi antara 28,40 dan 29,00C
dilapisan permukaan dan 27,30-29,60 C di dasar. Rata-rata perbedaan
antara permukaan dan dasar perairan lebih besar di bulan Agustus
daripada Februari. Salinitas pada perairan Kaimana tercatat antara 29,5-
34,1.
• Keanekaragaman Hayati
Persentase penutupan karang hidup pada kedalaman 4-6 m berkisar
antara 22 - 82%, sementara persentase penutupan karang hidup pada
kedalaman 12 - 15 m berkisar antara 4 - 57%, dan persentase penutupan
karang hidup pada kedalaman 20 - 25 m berkisar antara 3.00 - 68.00%.
Spesies ikan yang paling sering dijumpai adalah Lutjanus decussatus,
Parupeneus barberinus, Parupeneus multifasciatus, Ctenochaetus
binotatusdan Scarus flavipectoralis. Sementara lebih dari setengah dari
biomas ikan target yang tercatat terdiri dari famili Caesionidae (fusiliers),
Scaridae (parrot fish) dan Acanthuridae (surgeon fish).
Perairan daerah Kaimana memiliki terumbu karang tepi (fringing
reef ). Topografi daerah pesisirnya landai. Hasil penelitian dari CI
sepanjang tahun 2006 – 2010, daerah KKLD Kaimana memiliki 1.003 jenis
ikan, 471 jenis karang, 28 jenis udang, dan 2 mantis. Tutupan karang yang
dihasilkan memperlihatkan bahwa tutupan karang karang mati mencapai
16%, karang hidup 15%, rubbles 10%, pasir 42% dan biota lainnya 17%.
Daerah hutan mangrove terdapat di Teluk triton, yaitu disekitar kampung
Lobo dan Teluk Arguni di Distrik Yamor. Mangrove di wilayah KKLD
Kaimana masih tergolong asli dan masih cukup baik. Potensi-potensi lain
yang dimiliki oleh KKLD Kaimana adalah:
• Sebagai daerah dalam lingkup segitiga karang dunia (World Coral
Triangle), Kaimana memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 53 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Perairan Kaimana merupakan wilayah jalur migrasi dan jalur
makan/bermain dari beberapa cetacean/mamalia laut terutama Paus
Brydes (Balaenoptera brydei), lumba-lumba dan duyung
• Beberapa pantai merupakan daerah penetasan Penyu Sisik dan Penyu
Hijau (Pulau Venu)
9) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2013 sebanyak
51.100 jiwa yang terdiri dari 27.313 jiwa laki-laki dan 23.787 jiwa perempuan,
dengan kepadatan penduduk mencapai 2,76 jiwa/km2. Suku asli yang
mendiami daerah pesisir Kaimana adalah terdiri atas atas Suku Koiwai, Suku
Mariasi, Suku Baham, dan Suku Karas. Mayoritas penduduk memeluk
agama nasrani (57,7%), dan islam 42,24%, dan sisanya agama hindi.
Aktivitas penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang dimiliki baik di darat maupun
laut. Kelompok masyarakat yang tinggal di kampung-kampung Lobo, Kamaka,
Maimai dan Nusaulan lebih memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai
peramu dan petani. Masyarakat yang tinggal di Kampung Adi Jaya dan
Namatota lebih memilih hidup sebagai nelayan. Komoditas yang diserap
pasar adalah tinggi seperti sirip ikan hiu, teripang, lola, kerapu hidup, dan
pala. Komoditas yang relatif baru diusahakan adalah penangkapan ikan
kerapu hidup di kawasan Pulau-pulau Karas.
10) Potensi Perikanan
Jumlah rumah tangga nelayan tahun 2013 sebanyak 2.841 RTN.
Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar 10.844,5 ton dengan nilai Rp
111,99 milyar. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 1.653 unit dengnan
perincian 1.062 unit perahu tanpa motor, 275 unit perahu motor temple, dan
591 unit kapal motor. Jumlah alat tangkap sebesar 2.755 unit, dimana 57 unit
terdiri dari pukat (pukat udang ganda, pukat tarik ikan, pukat cincin), 613 unit
jarring (jaring insang, jaring bagan), dan 2.165 unit pancing (rawai, tonda,
pancing lain-lain).
11) Potensi Pariwisata
Kawasan wisata yang dapat dikembangkan terletak di Teluk Triton.
Berdasarkan usulan rekomendasi, kawasan perairan Teluk Triton yang
termasuk dalam zona ini diperuntukkan sebagai kawasan Taman Wisata Laut
(wisata selam, snorkeling, berenang, memancing, pasir putih, jelajah pulau,
pengamatan burung dan satwa liar). Di dalam kawasan ini terdapat
ekosistem terumbu karang, pantai berpasir, pantai berbatu, pantai berlumpur
dan ekosistem estuari. Serta terdapat peninggalan sejarah seperti lukisan
tebing yang berada di sekitar wilayah ini

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 54 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


12) Aksesibilitas
Topografi Kaimana berteluk-teluk sehingga lebih mengandalkan
transportasi air sebagai sarana perhubungan antar kecamatan. Tak heran di
setiap kecamatan di Kaimana terdapat dermaga meskipun sederhana dan
terbuat dari kayu. Di Kecamatan Teluk Arguni misalnya, dermaga kayu hanya
dapat menampung kapal kecil yang masuk keluar ke Teluk Arguni. Kondisi
serupa dijumpai pula di Kecamatan Teluk Etna dan Buruway. Di Kecamatan
Buruway terdapat jalan darat, terbatas pada ibu kota kecamatan dan di Pulau
Adi, sedangkan jalan akses keluar kecamatan belum tersedia. Selain lewat
laut, Kaimana mengandalkan transportasi udara. Bandar Udara Utarum
Kaimana dapat didarati pesawat jenis Boeing. Selama ini masyarakat
Kaimana dilayani maskapai penerbangan Merpati dan Dadali Air dan Lion air
yang baru membuka jalur penerbangan ke Kaimana.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 55 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


13) Peta Lokasi

Gambar 11. Peta Zonasi SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 56 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.7 Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi (Kabupaten Tambrauw)
1) Nama Kawasan : Suaka Margasatwa Laut Jamursba Medi
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan :-
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
• Unit Organisasi Pengelola :-
• Penunjukan : Menteri Hutbun No. 891/Kpts-II/1999
Tgl. 14 Oktober 1999, SK Bupati
Tambrauw Nomor 46 Tahun 2013
3) Luas Kawasan :278.25 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Letak geografis Kabupaten Tambrauw berada pada 0o15’ - 1o00’ LS dan
132o00’ - 133o00’ BT dengan luas ±5.776,48 Km2 (sumber: RTRW Kabupaten
Tambrauw).
5) Kondisi Umum
Secara umum Kabupaten Tambrauw berasal dari pemisahan sebagian
wilayah Kabupaten Sorong (Kabupaten Induk), sesuai Undang-undang Nomor
56 tahun 2008 Kabupaten Tambrauw mempunyai batas-batas wilayah :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Amberbaken dan Distrik Senopi
Kabupaten Manokwari;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Aifat Utara, Distrik Mare, dan
Distrik Sawiat Kabupaten Sorong Selatan; dan
• Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sayosa dan Distrik Moraid
Kabupaten Sorong.
Topografis wilayah Kabupaten Tambrauw didominasi oleh pegunungan
Tambrauw yang elok, lembah-lembah yang hijau, sungai-sungai yang
berbelok-belok, dan daerah konservasi yang menyita kurang lebih 80%
wilayah Kabupaten Tambrauw, garis pantai yang cukup panjang serta
perbukitan yang banyak dan dua pulau yaitu pulau mios besar dan mios kecil
yang merupakan awal mula peradaban lahirnya Agama Kristen.
Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung Papua pada umumnya
memiliki 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musin hujan. Keadaan iklim
di Kabupaten Tambrauw termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan
sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Musim hujan

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 57 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


rata-rata setiap tahun berkisar antara bulan Oktober - bulan Maret, sedangkan
musim kemarau berkisar antara bulan April - September. Penyimpangan
kedua musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim hujan
berkisar antara 2000 - 3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara
75 - 89 %. Suhu di Kabupaten Tambrauw berkisar antara 14oC - 36oC
(pesisir pantai).
6) Kondisi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Sumber :WWF Indonesia


Region Sahul

Gambar 12. Lokasi tempat Peneluran Penyu Belimbing

Gambar 13.Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) di SML Jamursba Medi

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 58 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


7) Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
Kawasan Suaka Margasastwa Laut (SML) Jamurba Medi dan Pantai
Warmon merupakan pantai peneluran penyu Belimbing (Dermochelys
coriacea) yang secara administrasi masuk kedalam Distrik Abun Kabupaten
Tambrauw. Jumlah penduduk di Distrik Abun pada tahun 2013 sebanyak 512
jiwa, secara keseluruhan Kabupaten Tambrauw memiliki jumlah penduduk
sebesar 13.376 jiwa (BPS, 2014) yang terdiri dari 6.926 jiwa laki-laki dan
6.450 jiwa perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 1,1
jiwa/km2. Namun berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh WWF
Indonesia Region Sahul Papua tahun 2011, menyebutkan bahwa 4 (empat)
kampung (Kampung Saubeba, Kampung Warmandi, Kampung Wau, dan
Kampung Weyaf) memiliki jumlah penduduk sebanyak 596 jiwa yang berasal
dari 134 rumah tangga.
Secara garis besar, penduduk di kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon
sebagian besar adalah berasal dari Suku Abun. Masyarakat di Kawasan SML
Jamursba Medi dan Warmon penduduknya beragama Kristen Protestan dan
Katholik.
Masyarakat Kampung di sekitar Kawasan SML Jamursba Medi dan
Warmon memiliki kearifan local, yaitu dalam penyelesaian konflik diselesaikan
dengan membayar denda berupa kain timor. Masyarakat disekitar menyadari
bahwa sumberdaya alam mereka akan habis apabila tidak di atur
pemanfaatannya. Masyarakat menetapkan kawasan gunung sepanjang
bagian belakang kawasan peneluran penyu dari Kampung Wau-Weyaf
sampai dengan Kampung Saubeba sebagai wilayah yang tidak boleh
dilakukan perburuhan karena dianggap sebagai kawasan tabungan. Rusa
yang boleh diburu hanya di kawasan lembah dan sekitar kebun masyarakat,
sampai pesisir pantai.
Sumberdaya alam (laut dan darat/hutan) di Kawasan SML Jamursba
Medi dan Warmon yang dikandungnya sangat besar, dan masyarakat
memanfaatkanya untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan dari sejarah,
masyarakat di kawasan ini berasal dari pedalaman, jadi untuk sumber
penghidupan sehari-hari mereka peroleh dari hutan (berkebun maupun
berburu). Mata pencaharian yang umumnya dilakukan masyarakat di
Kawasan SML Jamursba Medi dan Warmon adalah berburu dan berkebun
meskipun mereka tinggal di daerah pesisir. Kalaupun ada yang melaut untuk
mencari ikan, itu hanya untuk dikonsumsi. Sedangkan hasil kebun dan
berburu itulah yang mereka jual.
8) Potensi Perikanan
Jumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Tambrauw pada tahun
2013 sebanyak 386 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 59 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


19.000 ton, yang didominasi oleh ikan laying, tenggiri, dan tuna/cakalang
(pelagis). Sedang ikan demersal didominasi oleh ikan merah, bobara, kerapu,
dan kurisi. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 749 unit dengnan perincian
582 unit perahu tanpa motor dan 167 unit perahu motor temple.
9) Peta Lokasi

Gambar 14. Peta Batas Lokasi di SML Jamursba Medi

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 60 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.8 Kawasan Konservasi Kabupaten Tambrauw
1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : SK Bupati No. 142 Tahun
2005,tanggal 08 Desember 2005
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
• Unit Organisasi Pengelola :-
• Penetapan : Belum diusulkan proses penetapan
3) Luas Kawasan : 26.795,53 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Secara geografis, Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Abun
terletak pada posisi 0017'22" - 0021'44"LS dan 132020'56"-132037'11" BT,
memiliki luas wilayah sekitar 26.795,53 Ha. Sementara secara administratif,
KKLD Abun berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah
selatan Distrik Yembun, Fef dan Miyah, sebelah timur Saukorem dan
Amberbaken, dan sebelah barat Distrik Moraid. Secara umum Kabupaten
Tambrauw terdiri dari 12 distrik dengan 84 kampung dan letak geografis
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 56
memiliki batas wilayah adalah :
• Utara : Samudera Pasifik
• Selatan : Aifat Utara, Mare, Sawiat
• Barat : Sayosa, Moraid
• Timur : Amberbaken, Senopi
Pengelolaan KKP Kabupaten Tambrauw dengan sistem zonasi sebagai
berikut
a) Zona Inti
Lokasi zona inti terdiri atas 4 (empat) titik, yaitu 2 (dua) titik berlokasi
di pesisir, yaitu pantai Jamursba Medi dan pantai Wermon merupakan
daerah kawasan konservasi penyu. Zona inti ini mencakup kawasan pesisir
sepanjang 30 Km dari Jamursba Medi sampai Wermon. Dalam zona inti
dilarang :
• Menangkap penyu dan satwa laut lainnya yang dilindungi Undang-
Undang
• Memancing segala jenis ikan ;
• Menangkap ikan dengan menggunakan panah (speargun);
• Penebaran jala atau jaring dan pukat ;
• Pengambilan mangrove, lamun dan penambangan pasir serta karang ;
• Pengambilan kerang-kerangan atau jenis biota lainnya ;

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 61 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


• Melakukan budidaya laut apa saja ;
• Berjalan di atas terumbu karang ;

b) Zona Perikanan Berkelanjutan


Zona perikanan berkelanjutan luas 26.693,541 Ha dengan batas
sebelah timur dengan Kabupaten Manokwari dan sebelah barat dengan
Distrik Saosapor serta sebelah utara dengan Samudra Pasifik, kecuali
yang termasuk dalam kawasan zona inti. Zona ini dibagi dua kategori,
yaitu :
• Penangkapan ikan untuk tujuan komersil, merupakan kegiatan
penangkapan ikan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi, baik untuk
konsumsi sendiri maupun untuk dijual.
• Penangkapan ikan bukan untuk tujuan komersil, merupakan kegiatan
penangkapan ikan dalam KKP dalam rangka pendidikan, penyuluhan,
penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya, kesenangan (hobi), dan/atau
wisata.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 62 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


c) Zona Pemanfaatan
Dalam KKLD Kabupaten Tambrauw diarahkan untuk pemanfaatan
pariwisata, baik pariwisata bahari maupun darat.Wisata bahari dapat
dilakukan di Pulau Dua dan Missou.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 63 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


5) Status Pengelolaan Kawasan
Hasil evaluasi status pengeloaan
kawasan Kawasan konservasi Abun
adalah sebagai berikut:
Untuk mencapai peringkat kuning 100%
beberapa rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah:
• Lakukan kajian untuk memastikan
jumlah SDM di unit organisasi
pengelola memadai untuk
menjalankan organisasi.
• Kirim SDM pengelola mengikuti
pelatihan dasar konservasi
• Susun rencana pengelolaan kawasan
konservasi
6) Kondisi Umum
Kawasan Abun di Kabupaten Tambrauw memiliki keunikan biofisik serta
keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantara keunikan yang dimiliki kawasan
ini adalah fungsinya sebagai tempat peneluran penyu belimbing
(Dermochelys coreaceae) dengan tingkat populasi betina bertelur terbesar di
dunia. Berdasarkan keunikan yang dimilikinya, kawasan ini ditetapkan
sebagai KKLD berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No. 142 tahun 2005
dan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 891/Kpts-III/1999,
merupakan satu diantara dua belas KKLD di Papua yang dikelola secara aktif
dengan tujuan memberdayakan masyarakat setempat dalam usaha
pengelolaan sumberdaya pesisir. Luas kawasan 169.158 Ha terdiri atas
69.372 (41%) daratan dan 99.786 Ha (59%) perairan laut merupakan pantai
berpasir yang ekstensif dan hutan dataran rendah pesisir yang berfungsi
sebagai habitat peneluran penyu belimbing (Dermochelys coriaceae). Habitat
peneluran penyu ini terbentang sepanjang pesisir pantai mulai dari desa
Werur di distrik Sausapor hingga ke desa Waiben di distrik Abun.
Pemahaman masarakat tentang peran dan fungsi kawasan tidak perlu
dikuatirkan, karena komitmen dan implementasi adat sebagai bagian dari
kearifan tradisional mereka khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam,
merupakan aturan yang tidak tertulis dan diturunkan dari generasi ke
generasi. Karena itu semboyan mereka “Bur, Nden, Sem Mikindewa
Membow” = Tanah, hutan dan laut dilindungi untuk hari depan.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 64 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung bagian atas pulau
Papua. Apabila mengacu pada UU no 56 Tahun 2008, posisi geografis
Kabupaten Tambrauw terletak pada 0o15’ - 1o00’ LS dan 132o00’ - 133o00’ BT
dengan luas ±5.776,48 km2 (sumber: RTRW Kabupaten Tambrauw).
Kabupaten Tambrauw terletak di Kepala Burung Papua pada umumnya
memiliki 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musin hujan. Keadaan iklim
di Kabupaten Tambrauw termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan
sangat bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya. Musim hujan
rata-rata setiap tahun berkisar antara bulan Oktober - bulan Maret, sedangkan
musim kemarau berkisar antara bulan April - September. Penyimpangan
kedua musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim hujan
berkisar antara 2000 - 3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara
75 - 89 %. Suhu di Kabupaten Tambrauw berkisar antara 14oC - 36oC
(pesisir pantai).
7) Target Konservasi
• Target Sumberdaya (Bioekologis)
- Terumbu karang
- Mangrove
- Penyu Belimbing
- Jenis Penyu lain
- Lobster
- Teripang
- Bia
• Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
- Masyarakat nelayan
- Masyarakat adat
8) Potensi Ekologis – Keanekaragaman Hayati
Daerah perairan di sekitar kawasan KKLD Abun memiliki kedalaman
antara 7000-9000 meter, hal ini dimungkinkan karena kawasan ini
berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Kecepatan arus 1
meter/detik. Salinitas berkisar antara 34,2-34,4, dengan rata-rata 32.
Temperatur permukaan berkisar antara 290-300C.
Sepanjang pesisir pantai Kabupaten Sorong merupakan tipe vegetasi
hutan pantai, namun tidak terdapat hutan bakau (mangrove). Vegetasi
didominasi oleh jenis-jenis pandan laut, ketapang, batatas laut, bakung laut,
waru laut, dan putat laut. Vegetasi ini sangat baik untuk meneduhi kawasan
pantai peneluran penyu, khusunya jenis penyu hijau dan penyu sisik. Adapun

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 65 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


jenis penyu yang biasa ditemukan di daerah distrik Abun adalah jenis Penyu
Belimbing (Dermochelys coreacea), Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu
sisik (Eretmochelys imbricate), Penyu lekang (Lepidochelys oliace). Kondisi
terumbu karang di Kabupaten Sorong masih tergolong cukup baik dengan
persentase penutupan mencapai 60%, dengan luas hamparan karang
diperkirakan 484.985 ha. Terumbu karang hanya dijumpai pada daerah di
sekitar tubir, dan reef flatnya didominasi oleh karang papan. Pada beberapa
daerah, terumbu karang hidup ditemukan pada kedalaman 15 meter.
Dikawasan ini ditemukan 8 jenis seagrass yang tergolong dalam 2 family,
yakni Hydrocharitaceae dan Cymodoceae.
9) Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi
Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw tahun 2013 (BBP,2014)
berjumlah 13.376 jiwa (6.926 jiwa laki-laki, 6.450 jiwa perempuan, dengan
total luas wilayah sebesar 12.148,14 km2), dengan rata-rata kepadatan
penduduk sekitar 1,1 jiwa/km2. Masyarakat yang mendiami kawasan ini
didominasi oleh suku Abun yang merupakan salah satu suku asli di kepala
burung Papua. Suku lain adalah suku Biak, Yapen,dan Timor. Sementara
suku pendatang adalah Jawa, Sunda, Batak, Makassar, Buton dan lain
sebagainya. Penduduk di kawasan ini adalah mayoritas penganut agama
nasrani/Kristen (52,75%), dan agama Islam 46,89%, sisanya pemeluk agama
hindu.
Mata pencaharian utama penduduk di kawasan ini adalah petani,
sedangkan nelayan dan berburu hanya sebagai sampingan.
10) Potensi Perikanan
Jumlah rumah tangga nelayan di Kabupaten Tambrauw pada tahun
2013 sebanyak 386 RTN. Jumlah produksi perikanan tahun 2013 sebesar
19.000 ton, yang didominasi oleh ikan laying, tenggiri, dan tuna/cakalang
(pelagis). Sedang ikan demersal didominasi oleh ikan merah, bobara, kerapu,
dan kurisi. Jumlah perahu tahun 2013 sebesar 749 unit dengnan perincian
582 unit perahu tanpa motor dan 167 unit perahu motor temple.
11) Potensi Pariwisata
Obyek wisata di Kabupaten Sorong tersebar di beberapa kawasan,
namun secara keseluruhan mudah dijangkau dari pusat Kota Aimas (ibu kota
Kabupaten Sorong) melalui darat dan laut. Obyek wisata unggulan di
Kabupaten Sorong antara lain:
• Wisata alam Pantai Katatop lengkap dengan gugusan Pulau Mangrove.
Lokasi wisata itu terletak sekitar 10 km dari Aimas atau sekitar 30 km dari

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 66 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


pusat Kota Sorong. Di sini para wisatawan bisa menyaksikan gugusan
pulau yang sangat indah dan ideal untuk rekreasi pantai.
• Pulau Um; Pulau ini memiliki keindahan pantai yang landai. Di sekitar
pantai itu hidup dan berkembang ribuan ekor kelelawar dan burung elang
laut (sea hawk).
• Main selancar angin cocok sekali dilakukan wisatawan di Pantai Walio, di
Distrik Seget Selatan, sekitar 20 km dari pusat Kota Aimas. Atau, kurang
lebih 40 km dari pusat Kota Sorong. Di kawasan pantai itu terdapat
hamparan pasir putih yang panjangnya mencapai puluhan kilometer.
• Sementara lokasi yang cocok untuk berselancar air, juga terdapat di
Kampung Moraid, memanjang ke arah Kampung Dela. Di sepanjang pantai
tersebut juga terdapat hamparan pasir putih yang indah untuk rekreasi
pantai. Menyangkut wisata pantai, wisatawan juga bisa datang langsung ke
Kampung Makbon, 30 km dari pusat Kota Aimas, atau sekitar 21 km dari
pusat Kota Sorong. Pantai ini sangat indah dan panjang. Air lautnya
bening, mirip benar dengan permandian di kolam buatan.
• Obyek wisata air terjun terletak di Kampung Klabot dan Kampung Clarion,
Distrik Beraur/Wanurian, Kabupaten Sorong. Kawasan air terjun ini
berjarak 3 km dari pusat ibu kota distrik (kecamatan). Air terjun ini
dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kli dan Kalif Dail. Pegunungan itu
memiliki pemandangan alam yang asri dan indah. Gugusan pegunungan
ini berjarak 3 km dari pusat ibu kota Distrik Beraur.
• Selain itu, Kabupaten Sorong juga memiliki sejumlah flora dan fauna yang
dapat menarik wisatawan. Antara lain, habitat penyu belimbing
(Dermochelys coriacea vandelli). Penyu tersebut terdapat di Kampung
Yamursba Medi dan Wau Distrik Abun dan Sausafor, 20 km dari pusat
Kota Sorong atau 30-an km dari Kota Aimas. - Batu Rumah, batu yang
menyerupai bentuk rumah.
• Juga ada penyu jenis lain, seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu
sisik (Eretnochelis imbrikata), dan penyu lekang (Lepidochelis olivasia).
Lokasinya dapat dicapai melalui darat dan laut.
12) Aksesibilitas
KKLD Abun memiliki aksesibilitas relatif mudah dijangkau melalui laut.
Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal perintis, motor tempel
(longboat) dan speedboat. Dari kota Sorong, KKLD Abun dapat dicapai dalam
waktu sekitar 8 jam dengan menggunakan speed boat. Satu-satunya kapal
perintis yang rutin melayani di kawasan ini adalah KM Meranti, dengan jadwal
4-6 hari sekali. Dalam beberapa waktu ke depan, KKLD Abun akan dapat

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 67 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


dicapai dengan menggunakan jalan darat, karena saat ini sedang dibangun
jalan darat yang menghubungkan Kota Sorong dengan Manokwari. Sehingga
untuk mencapai Abun dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
13) Upaya Pengelolaan Kawasan
Suku Abun mempunyai kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya
laut, terutama untuk biota seperti lobster, teripang dan bia. Lokasi
penangkapan tradisional bagi masyarakat di kampung Werur, Werbes dan
Hopmare adalah di Pulau Dua, yang berbatasan dengan Pulau Amsterdam di
sebelah barat dan Pulau Midleberg di sebelah timur. Karena intensifnya
pengambilan biota perairan di wilayah ini, maka pihak adat atau kepala
kampung sering membatasi pengambilan hasil-hasil laut di sekitar pulau ini
terutama bia dan teripang dengan memberlakukan sasi. Kearifan lokal
lainnya adalah larangan pembunuhan terhadap hewan-hewan tertentu,
seperti burung 'Amdur' yaitu burung yang hidup di wilayah pegunungan yang
sulit dijangkau. Burung-burung lain yang secara adat dilindungi dan tidak
boleh dibunuh adalah burung Cenderawasih, Amdaru, Burung Kakatua,
Kakatua Raja, Nuri, dan Mambruk.
Masyarakat dikawasan tersebut terlibat langsung dalam proses
pemberdayaan masyarakat seperti Monitoring sarang penyu belimbing dan
penyu lain sepanjang pantai peneluran Jamursba medi.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 68 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


14) Peta Lokasi

Gambar 15. Peta Batas KKLD Abun

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 69 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


2.9 Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Biak Numfor
1) Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Biak Numfor
2) Dasar Hukum :
• Pencadangan : SK. Bupati nomor : 21 tahun 2009
tangal 17 April 2009
• Rencana Pengelolaan dan Zonasi : -
• Unit Organisasi Pengelola : Di bawah koordinasi dinas kelautan
dan perikanan
• Penetapan : Belum diusulkan/proses penetapan
3) Luas Kawasan : 24.910 Ha
4) Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Kawasan Konservasi Perairan Biak Numfor terletak pada posisi
geografis 01002’26” -01017’01” LS dan 136006’31” - 136029’51. Kabupaten
Biak Numfor terdiri dari 2 pulau kecil yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor, serta
lebih dari 42 pulau sangat kecil yang termasuk ke dalam Kepulauan Padaido.
Wilayah Kabupaten Biak Numfor berbatasan dengan Kabupaten Manokwari
di sebelah Barat, sebelah Utara dengan Samudera Pasifik, sebelah Timur
dengan Samudera Pasifik, dan sebelah Selatan dengan Selat Yapen.
5) Kondisi umum
Kabupaten Biak Numfor merupakan kabupaten kepulauan yang memiliki
pulau-pulau kecil tidak kurang dari 40 pulau. Pulau-pulau kecil tersebut
tersebar pada 4 gugus pulau, yaitu gugus Pulau Padaido Atas, gugus Pulau
Padaido Bawah, gugus Pulau Biak, dan gugus Pulau Numfor. Sebagai
kabupaten kepulauan, Kabupaten Biak Numfor memiliki perairan yang jauh
lebih luas dibanding luas daratannya. Salah satu ciri kawasan kepulaun
seperti ini adalah potensi sumberdaya perairannya lebih besar dibandingkan
dengan sumberdaya daratannya. Arah pengembangan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Biak Numfor adalah pengembangan perikanan dan pariwisata
sebagai basis pembangunan pulau-pulau kecil.
6) Potensi Ekologis – Keanekaragaman Hayati

Perairan Biak Numfor merupakan perairan yang terdiri dari beberapa


pulau kecil dan besar, yang terdiri dari gugusan terumbu karang yang cukup
luas. Gugusan karang tersebut pada umumnya berhadapan langsung dengan
Perairan Pasifik. Di Pulau Wamsoi, kondisi terumbu karangnya banyak
didominasi patahan karang, karang masif (Porites sp) serta sponges. Pulau
Miosmangguwandi didominasi oleh karang hidup yang berbentuk tabu-late

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 70 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


terutama dari marga Acropora, seperti Acropora palifera. Di Pulau Pai, yang
terletak di tengah perairan pulau-pulau Padaido dan berdekatan dengan
Pulau pakreki juga banyak ditemui karang jenis Acropora yang berbentuk
tabulate. Dominasi lainnya adalah karang masif dari marga Porites dan
karang batu seperti Millepora sp, Acropora digitifera, dan beberapa jenis
lainnya. Lokasi lainnya di Pulau Yumni yang berhadapan dengan Pulau Biak
banyak dijumpai karang dari marga Acropora. Disamping itu masih terlihat
adanya jenis karangdari marga Porites, terutama yang berbentuk masif
seperti karang Porites lutea. Untuk Pulau Numfor, ditemukan jenis karang
bercabang dalam koloni yang besar. Terdapat beberapa jenis karang batu
maupun karang lunak antara lain Montipora, Pavona, Acropora dan Porites
(karang batu) dan Sarcophyton, Nephthea, Litophyton dan lobophytum
(karang lunak). Pada kedalaman 10 meter, karang batu didominasi oleh jenis
Montipora informis dan karang lunak dari jenis Sarcophyton Sp. Selain
terumbu karang, jenis-jenis ikan yang umum dijumpai di Pulau Numfor
didominasi oleh suku Pomacentridae (19 jenis), Chaetodontidae (19 jenis),
Labridae (16 jenis). (sumber: Rencana Strategis Pengelolaan Ekowisata
Pulau-pulau Kecil Berbasis Masyarakat Kabupaten Biak Numfor, Papua -
2005)
Mangrove yang berkembang di pesisir Biak Timur dan Oridek hanya berasal
dari 4 jenis yaitu Rhizophoramucronata, R. apiculata, Bruguieragymnorrhiza
dan Nypa. Kerapatan yang tinggi berasal dari jenis R. mucronata dan B.
gymnorrhiza yang hampir ditemukan disemua lokasi. Selain terumbu karang,
hasil survei di sepanjang pesisir Biak Timur dan Oridek ditemukan ada 4 jenis
lamun, yaitu Thallasiahemprichii, Cymodocearotundata,
Syringodiumisoetifolium dan Enhalusacoroides. Adapun rata-rata persentase
penutupan berkisar 14,17% yang ditemukan di Yenusi dan 71,67% yang
ditemukan di Woniki.
7) Potensi Perikanan
Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi perikanan yang besar untuk
dikembangkan. Potensi perikanan tersebut meliputi potensi perikanan
tangkap, budidaya, pengolahan hasil perikanan dan daerah konservasi alam.
Lokasi penangkapan ikan di wilayah perairan Biak Numfor antara lain berada
di perairan Nusi Babaruk, Wundi, dan Miosbefondi ( Kepulauan Padaido ),
perairan Numfor Timur, perairan Numfor Barat, perairan pantai utara Biak,
perairan Urfu, Samber dan Waroi ( yendidori ), serta perairan Tanjung Barari.
Produksi perikanan budidaya jumlahnya jauh lebih kecil jika dibanding
dengan perikanan tangkap. Potensi perikanan budidaya yang sudah
dikembangkan antara lain budi daya rumput laut, teripang, budidaya air tawar
(ikan mas dan udang galah).

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 71 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


8) Potensi Pariwisata
Kabupaten Biak Numfor memiliki sejumlah lokasi pariwisata menarik
antara lain:
• Pantai Korem, pantai ini cukup indah karena teluknya yang melengkung
sekitar 1 km sekitar areal pasir delta. Jarak tempuh untuk mencapai pantai
ini sekitar 32 km dari Kota Biak dengan menggunakan kendaraan darat.
• Kepulauan Padaido, merupakan salah satu distrik di Kabupaten Biak Numfor
dengan luas 137 km2 dan sebagai Taman Wisata Alam.
• Pantai Angga duber, pantai ini terletak di bagian Timur Kota Biak dan dapat
ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan selama lebih kurang 45 menit.
• Pantai Bosnik (Pantai Segara Indah), terletak di Distrik Biak Timur dan dapat
dicapai menggunakan berbagai jenis kendaraan dengan waktu tempuh
sekitar 25 menit dari Kota Biak.
• Pantai Asaibori, pantai ini cocok digunakan untuk rekreasi pantai seperti
berenang, snorkeling serta berjemur sinar matahari, karena pantainya
berpasir putih bersih dan didukung oleh garis pantai yang panjang.
• Pantai Inpendi, terletak di Desa Adoki, Distrik Yendidori dan dapat ditempuh
selama 15 menit dari Kota Biak. Pantai ini dapat ditempuh sekitar 30 menit
dari Kota Biak dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan pribadi dan
angkutan umum.
• Pantai Wari, terletak di Kampung Bosnabrai di Distrik Biak Utara, yang dapat
ditempuh sekitar 1,5 jam darikota Biak.
• Pantai Sansundi, pantai ini memiliki letak yang strategis terletak di Desa
Sansundi dan merupakan pantai pertama yang dijumpai saat wisatawan
memasuki Kabupaten Biak Numfor dari arah Kabupaten Supiori.
9) Aksesibilitas
Untuk mencapai Biak sebagai ibukota Kabupaten Biak Numfor dapat
dicapai melalui transportasi udara dan laut. Untuk transportasi udara rute Jakarta -
Biak PP tersedia penerbangan dari dan ke Biak terutama dikelola oleh maskapai
penerbangan Garuda, sedangkan untuk transportasi laut dikelola oleh PELNI dan
pelayaran rakyat. Untuk transportasi udara tersedia setiap hari, sedangkan untuk
transportasi laut tersedia 2 – 3 kali dalam seminggu

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 72 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


PENUTUP

Buku profil status kawasan konservasi ini merupakan salah satu upaya
pengelolaan kawasan konservasi laut/perairan yang berkelanjutan dalam upaya
mencapai target.Buku ini berisi informasi-informasi sebagai bagian penyampaian/
kampanye konservasi laut/perairan di Indonesia agar supaya diketahui kalayak
umum dan bisa menjadi panduan/acuan tentang konservasi laut/perairan.Kami
ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh Balai Taman Laut Nasional,
Kawasan Konservasi Perairan/Laut Daerah (KKP/LD) yang telah banyak
membantu untuk tercapainya buku ini tersusun dengan baik.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 73 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


DAFTAR PUSTAKA
------. 2014. Kabupaten Kepulauan Raja Ampat Dalam Angka 2014. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Raja Ampat
------. 2014. Kabupaten Kaimana Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kaimana
------. 2014. Kabupaten Tambrauw Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tambrau
------.2013. Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautasn,
Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir, dan
Pulau-pulau-Kecil
------. 2012. Review Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN)
Takabonerate Periode Tahun 1997-2022 Kementerian Kehutanan
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Balai Taman
Nasional Taka Bonerate. Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi
Selatan.
------. 2013. Rencana Pengelolaan Taman Nasionan Cenderawasih 2010-2029.
Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Nomor 62/Kepmen-Kp/2014
Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman Wisata Perairan
Kepulauan Padaido Dan Laut Disekitarnya Di Provinsi Papua Tahun 2014-
2034
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.17/Men/2008 Tentang Kawasan Konservasi Di Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.30/Men/2010 Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 Tentang
Konservasi Sumber Daya Ikan.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 74 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT


Sinaga SB. 2011. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.
Makalah Seminar Disampaikan di Biak, Papua
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.

PROFIL KAWASAN KONSERVASI 75 PROVINSI PAPUA - PAPUA BARAT

Anda mungkin juga menyukai