Anda di halaman 1dari 12

KENDALA DAN UPAYA MENINGKATKAN KEBERHASILAN

PENANAMAN DI LAHAN GAMBUT

Purwanto Budi Santosa


Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Jl. A. Yani Km.28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru Kalimantan Selatan
purwanto_budisantosa@yahoo.com

Ringkasan

Kerusakan di hutan rawa gambut perlu dilakukan perbaikan dan salah


satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara penanaman. Namun
penanaman yang dilakukan menghadapi kendala diantaranya kondisi
ketergenangan dan bulk density rendah. Kondisi ini perlu diupayakan
penanganannya agar keberhasilan penanaman di lahan gambut
meningkat. Sebagai upaya meningkatkan stabilisasi lahan gambut dan
menyediakan tapak awal yang mendukung dalam penanaman
digunakan media pres. Bahan media pres terdiri dari gambut, kompos
dan pupuk kandang sehingga dari persyaratan media yaitu porous,
ringan, mudah diperoleh, ekonomis, ramah lingkungan, kompak dan
kuat serta dapat merangsang pertumbuhan akar . Media pres
digunakan sebagai prakondisi yang mendukung pertumbuhan awal
tanaman di lahan gambut yang tergenang.

Kata kunci : lahan gambut, media, penanaman.

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai potensi lahan gambut yang luas diantaranya berupa


hutan rawa gambut dan sebagian besar telah mengalami kerusakan.
Kerusakan hutan rawa gambut diantaranya, karena eksploitasi, penggunaan
untuk kawasan pemukiman, dan kebakaran hutan dan lahan yang seringkali
terjadi mengakibatkan kerusakan ekosistem lahan gambut. Menurut Boehm et
al. (2003) laju degradasi hutan rawa gambut sepuluh tahun terakhir ini sudah
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

sampai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Sebagai gambaran pada


tahun 2001 total hutan rawa gambut yang masih baik hanya tinggal 10 % dari
total luas hutan rawa gambut tahun 1991 dan sisanya berupa semak belukar,
areal terbuka dan hutan rawa gambut terfragmentasi.

Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan produktifitas


dari kerusakan hutan dan lahan gambut dilakukan penanaman, tetapi sampai
saat ini teknologi penanaman yang dilakukan di hutan dan lahan rawa gambut
masih menggunakan cara dan pola yang dilakukan pada penanaman dengan
menggunakan wadah bibit berupa polibag. Pada umumnya penanaman yang
dilakukan di lahan gambut adalah dengan cara menanam polibag secara
langsung dengan morobek bagian bawah (Lazuardi, 2004), namun cara ini
tidak dapat diterapkan pada lahan gambut terdegradasi dan tergenang karena
bibit akan terendam, media pada bibit akan lepas dari ikatan perakaran yang
mengakibatkan akar-akar serabut putus sehingga bibit mengalami stres dan
berisiko tinggi mengalami kematian pada saat pertumbuhan awal
penanaman, dan dari sudut pandang ekologis cara ini dipandang tidak ramah
lingkungan.

Selama ini penanaman di lahan gambut dipengaruhi oleh kondisi cuaca.


Pada lahan gambut yang terbuka dan mengalami subsiden, penanaman pada
musim penghujan tidak dapat dilakukan karena kondisi lahan yang tergenang
selama musim penghujan dengan ketinggian melebihi tinggi bibit. Penanaman
baru dapat dilakukan pada kondisi air telah surut atau mendekati musim
kemarau, namun yang menjadi kendala antara lain kondisi saat ini perbedaan
cuaca antara musim penghujan dan kemarau tidak begitu jelas. Apabila bibit
ditanam pada curah hujan yang masih tinggi, bibit akan tergenang dan bahkan

2
Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan… Purwanto BS

tenggelam yang mengakibatkan penurunan daya hidup dan keberhasilan


penanaman. Lazuardi (2004) melaporkan bahwa dari beberapa penelitian,
daya hidup tanaman di hutan rawa gambut pada umur 1 tahun umumnya
masih rendah yaitu dibawah 50%. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
daya hidup dan pertumbuhan awal tanaman di lapangan antara lain berkaitan
dengan kualitas bibit (Ritchie, 1984).

Peningkatan produktifitas lahan dan hutan dengan penanaman di areal


rawa gambut menghadapi kendala lingkungan terutama kondisi tapaknya.
Karakteristik lahan rawa gambut yang telah rusak kurang mempunyai daya
dukung untuk pertumbuhan tanaman. Kendala bagi pertumbuhan tanaman
diantaranya ketergenangan dan pH yang rendah. Menurut Rieley dan Page,
(2008) ketergenangan di lahan rawa gambut berpengaruh pada tahap awal
pertumbuhan pohon karena semai tidak dapat bertoleransi pada kondisi
tergenang yang lama pada musim penghujan.

Kendala lain adalah kondisi gambut yang mempunyai bulk density


rendah (Noor, 2001), sehingga kondisi tanah tidak stabil bagi berjangkarnya
akar tanaman. Gambut terdiri dari sisa bahan organik berupa serat kayu dan
akar-akar yang belum lapuk dapat menimbulkan rongga, sehingga saat
penanaman akar tidak mencapai tanah (gambut). Jika demikian, tanaman
tidak dapat memperoleh air dan hara pada awal penanaman yang dapat
mengakibatkan kematian bibit. Santosa et al. (2003) melaporkan bahwa
penanaman yang dilakukan di lahan gambut menjunjukkan bahwa karena
kondisi lahan yang berongga, pada penanaman di lahan rawa gambut tinggi
bibit akan lebih rendah ± 5 cm dibanding tinggi bibit sebelum ditanam. Oleh
karena itu penanaman di lahan yang tergenang diperlukan bibit yang tinggi

3
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

agar tidak terendam sampai bagian pucuk tajuk tanaman yang dapat
mengakibatkan kematian bibit.

Kondisi lahan gambut kini dan pengelolaannya


Kondisi lahan gambut pada umunya selalui dalam keadaan tergenang,
utamanya terjadi pada musim penghujan. Menurut Barchia, (2006) ekosistem
rawa merupakan kawasan penampung air yang memberi keseimbangan sistem
hidroekologi dari dalam dan luar ekosistemnya. Ekspolitasi yang berlebih dan
perubahan penggunaan lahan mengurangi kemampuan gambut
mengakibatkan perubahan kemampuan ekosistem gambut dalam fungsi
konservasi air (Rieley, 2007). Kerusakan hutan dan lahan gambut yang
terjadi kini berdampak fungsi gambut untuk mengkonservasi air berkurang,
sehingga ketika musim penghujan di beberapa lokasi tergenang.
Ketergenangan ini sering menjadi kendala dalam melakukan penanaman di
lahan gambut.

Teknologi sederhana yang telah diterapkan masyarakat adalah


pengaturan tata air dengan cara pembuatan guludan dan surjan. Dari
beberapa lokasi tanaman jelutung telah dilakukan upaya pembuatan parit dan
surjan. Surjan dibuat lebih tinggi daripada tinggi air maksimal pada saat
penghujan sehingga ketika musim penghujan tidak tergenang. Kondisi tapak
yang lebih tinggi pada surjan menyebabkan tanaman tidak tergenang dan
aerasi lebih baik dan secara kimia menurut Nishimua et al. (2007) mempunyai
keasaman relatif kurang tinggi dan unsur toksik relatif kurang, kandungan
hara dan kandungan nitrogen lebih tinggi. Menurut Aribawa et al. (1993)
pembuatan guludan dapat memberikan lingkungan perakaran lebih baik,

4
Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan… Purwanto BS

disamping itu berguna juga untuk membuat gambut lebih padat sehingga
penjangkaran akar dalam tanah lebih kuat.

Pengelolaan air atau sering disebut tata air di lahan rawa bertujuan
bukan hanya semata-mata untuk menghindari terjadinya banjir dan genangan
yang berlebihan di musim hujan tetapi juga harus bisa menghindari kekeringan
di musim kemarau, hal ini penting disamping untuk memperpanjang musim
tanam, antara lain juga untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat
masam dan lahan gambut, mencuci garam, asam-asam organik, dan senyawa
beracun lainnya di dalam tanah, mensuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman, mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence)
terlalu cepat, mencegah pengeringan dan kebakaran gambut serta oksidasi
pirit dan memberikan suasana kelembaban yang ideal bagi pertumbuhan
tanaman dengan cara mengatur tinggi muka air tanah (Najiyati et al., 2005).
Barchia (2006) menyatakan bahwa tingkat kesuburan gambut dipengaruhi
oleh ketebalan lapisan gambut, komposisi tanaman penyusun gambut, tanah
mineral yang berada di lapisan bawah gambut dan dan tingkat
dekomposisinya.

Kendala penanaman di lahan gambut


Penanaman di lahan gambut yang telah rusak menghadapi kendala faktor
biofisik dan kimia yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan daya hidup
tanaman. Kendala yang dihadapi pada saat penanaman dilakukan perlu
diketahui sehingga akibat dan upaya manipulasi lahan yang dilakukan dapat
tepat dilakukan.

5
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

Tabel 1. Kendala yang dihadapi pada saat penanaman dan upaya manipulasi lahan
yang dilakukan.
Kendala Akibat yang ditimbulkan Manipulusi yang dilakukan
Fisik:
Bulk density - Tanaman roboh - Pemadatan dengan alat sederhana (rooler
gambut dari drum atau batang pohon kayu) atau
rendah menggunakan escavator (di HTI).
- Lubang tanam terlalu - Pencicangan dan mencacah gambut pada
dalam bagi ukuran bibit, sekitar titik tanam
sehingga bibit tenggelam
- Pertumbuhan terganggu - Pencicangan, mencacah gambut dan
mati karena akar tidak memadatkan pada sekitar titik tanam
menyentuh gambut - Penanaman langsung dengan wadah
semai (polibag) yang dirobek bagian
bawah
Tergenang:
Genangan air - Bibit tenggelam - Penanaman menggunakan bibit tinggi >
< 50 cm - Pertumbuhan terganggu 50 cm (umur > 6 bulan)
- kematian tanaman - Penanaman langsung dengan wadah
semai (polibag) yang dibuka/dirobek
bagian bawah
- Pembuatan guludan, surjan dan parit
(pada gambut tipis)
- Pembuatan gunduk individu dengan
kayu/ papan untuk penguat dari samping
(pada gambut tebal)
Genangan air - Bibit tenggelam - Pembuatan guludan, surjan dan parit
> 50 cm - Pertumbuhan terganggu (pada gambut tipis)
(stress) - Pembuatan gunduk individu dengan
- Kematian tanaman kayu/ papan untuk penguat dari samping
(pada gambut tebal
- Pengaturan tata air (makro)
Kekeringan : - Pertumbuhan tanaman - Aplikasi mikoriza pada bibit
terganggu (stres)
- Kematian
Kimia;
pH rendah, - Pertumbuhan tanaman - Pemberian amilioran (pupuk kandang,
unsur hara terganggu (stres) abu, kapur, kompos), PMLT
rendah - Kematian - Aplikasi mikoriza pada bibit

Teknik penanaman yang dilakukan di lahan gambut untuk


meningkatkan keberhasilan penanaman di lahan gambut yang selalu tergenang
air dan mempunyai bulk density rendah. Pada tahap 1-3 adalah kegiatan

6
Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan… Purwanto BS

pembersihan permukaan lahan dan upaya meminimalkan rongga udara di


dalam gambut sehingga perakaran tanaman dapat menyentuh matrik gambut,
tahap 4-6 merupakan upaya meminimalkan kerusakan akar akibat lepasnya
ikatan akar dengan media bibit karena kondisi lahan gambut yang berair.
Lepasnya ikatan akar dengan media menyebabkan rambut-rambut akar putus
yang mengakibatkan bibit mengalami stres.

1 2 3

Bersihkan permukaan Cacah, cincang pada titik Buat lubang tanam sesuai
gambut dari vegetasi tanam agar gambut dengan ukuran polibag
/ gulma (pakis2, menjadi lebih kompak/ yang akan ditanam
kelakai) tidak terdapat rongga

4 5 6

Robek permukaan
bawah polibag
Masukkan bibit pada lobang
Padatkan gambut di sekitar
tanam yang sudah dibuat
bibit yang sudah ditanam
Gambar 1. Tahapan kegiatan penanaman di lahan gambut (Sumber : Lazuardi (2003)

Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan produktifitas


dari kerusakan hutan dan lahan gambut dilakukan penanaman, tetapi sampai

7
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

saat ini teknologi penanaman yang dilakukan di hutan dan lahan rawa gambut
masih menggunakan cara dan pola yang dilakukan pada penanaman dengan
menggunakan wadah bibit berupa polibag. Pada umumnya penanaman
yang dilakukan di lahan gambut adalah dengan cara menanam polibag secara
langsung dengan morobek bagian bawah (Lazuardi, 2004), namun cara ini
tidak dapat diterapkan pada lahan gambut terdegradasi dan tergenang karena
bibit akan terendam, media pada bibit akan lepas dari perakaran yang
mengakibatkan bibit stres dan mudah mengalami kematian dan dari sudut
pandang ekologis cara ini dipandang tidak ramah lingkungan.

Penanaman di lahan gambut dipengaruhi oleh kondisi cuaca, pada


lahan gambut yang terbuka dan mengalami subsiden penanaman pada musim
penghujan tidak dapat dilakukan karena kondisi lahan yang tergenang.
Penanaman baru dapat dilakukan pada kondisi air telah surut atau mendekati
musim kemarau, namun yang menjadi kendala antara lain kondisi saat ini
perbedaan cuaca antara musim penghujan dan kemarau tidak begitu jelas.
Apabila bibit ditanam pada curah hujan yang masih tinggi, bibit akan
tergenang dan bahkan tenggelam yang mengakibatkan penurunan daya hidup
dan keberhasilan penanaman. Lazuardi (2004) melaporkan bahwa dari
beberapa penelitian, daya hidup tanaman di hutan rawa gambut pada umur 1
tahun umumnya masih rendah yaitu dibawah 50%. Faktor-faktor yang
mengakibatkan rendahnya daya hidup bibit bisa karena kualitas bibitnya,
media, perkembangan perakaran, kekompakan perakaran dengan media, dan
kondisi tapak penanaman.

Peningkatan produktifitas lahan dan hutan dengan penanaman di areal


rawa gambut menghadapi kendala lingkungan terutama kondisi tapaknya.

8
Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan… Purwanto BS

Karakteristik lahan rawa gambut yang telah rusak kurang mempunyai daya
dukung untuk pertumbuhan tanaman. Kendala bagi pertumbuhan tanaman
diantaranya ketergenangan dan pH yang rendah. Menurut Rieley dan Page,
(2008) ketergenangan di lahan rawa gambut berpengaruh pada tahap awal
pertumbuhan pohon karena semai tidak dapat bertoleransi pada kondisi
tergenang yang lama pada musim penghujan.

Inovasi teknik penanaman di lahan gambut tergenang


Keberhasilan penanaman untuk meningkatkan produktifitas hutan dan lahan
rawa gambut perlu memperhatikan kondisi lingkungan (tapak) sebagai
pendukung pertumbuhan tanaman. Kondisi ketergenangan, bulk density
rendah, suhu udara tinggi, evapotranspirasi tinggi dan kemasaman gambut
kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Kondisi tapak yang demikian
berdampak terhadap gangguan proses fisiologi tanaman yang dapat berakibat
terhadap kurangnya pertumbuhan tanaman dan bahkan kematian tanaman.

Oleh karena itu diperlukan upaya meningkatkan stabilisasi lahan gambut


dengan menyediakan tapak awal yang mendukung. Peningkatan kapasitas
tapak dilakukan dengan menambahkan amelioran berupa bahan organik dan
pupuk kandang dalam “media pres” dan digunakan sebagai media tanam.
Media pres merupakan media yang dibuat dengan cara dipres sehingga materi
substrat bersifat padat. Nugroho (2009) melaporkan penggunaan media pres
terbukti baik untuk menyediakan tapak awal yang mendukung dan
perkembangan perakaran bibit lebih baik pada lahan pesisir pantai karena
bibit dan tanaman bersama media awal dari persemaian dapat langsung
dimasukkan ke dalamnya.

9
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

Mengadopsi hal tersebut, faktor pembatas penanaman di lahan gambut


berupa ketergenangan, kemasaman tinggi dan bulk densitu rendah dapat
dilakukan dengan menerapkan media pres. Bahan media pres terdiri dari
gambut, kompos dan pupuk kandang sehingga dari persyaratan media yaitu
porous, ringan, mudah diperoleh, ekonomis, ramah lingkungan, kompak dan
kuat serta dapat merangsang pertumbuhan akar dapat terpenuhi.

Bibit ditanam
dalam media pres

media pres

Lahan gambut

Gambar 2. Ilustrasi media pres

PENUTUP

Kerusakan lahan gambut berdampak pada kondisi tapak yang tidak


mendukung penanaman dan pertumbuhan tanaman karena faktor–faktor
pembatas antara lain ketergenangan, bulk density rendah, suhu udara tinggi,
evapotranspirasi tinggi dan kemasaman tinggi. Diperlukan teknik persiapan
lahan untuk menyediakan awal tapak (prakondisi) yang mendukung

10
Kendala dan Upaya Meningkatkan Keberhasilan… Purwanto BS

pertumbuhan tanaman di lahan gambut yang tergenang. Prakondisi tersebut


diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan penanaman di lahan gambut.

DAFTAR PUSTAKA

Aribawa, I, B., Suping, S., Nugroho, K., dan Widjaya-Adhi, I.P,G. 1993.
Perubahan Redoks Potensial dan Kimia Tanah Guludan Pada Tanah
Sulfat Masam di Kalimantan Selatan. Pemberitaan Penelitian Tanah
dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Hal 18 -
25.
Barchia, M,F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon.
Gadjahmada University Press.Yogyakarta.
Boehm, H.D.V. , F. Siegert, S.H. Limin dan Jaya, A. 2003. Land use change in
Central Kalimantan over the period 1991 – 2001 including impact of
selective and illegal logging, MRP establishment and fires. TROPEAT
2002 Symposium Bali Kuta 18 – 19 Sept 2002.
Lazuardi, D. 2004. Teknik Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut. Prosiding
Seminar Ilmiah Kesiapan Teknologi untuk Mendukung Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Rawa Gambut di Kalimantan Tengah.
Palangkaraya, 12 Mei 2004. Hal. 29-37
Nugroho, A.W., 2009. Pengaruh Penambahan Tanah dan Bahan Organik
Terhadap Daya Hidup dan Pertumbuhan Awal Cemara Udang
Pada Gumuk Pasir Pantai Kebumen. Universitas Gadjah Mada.Tesis.
Tidak dipublikasikan
Najiyati, S., Lili Muslihat dan I Nyoman N. Suryadiputra, 2005. Panduan
Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pertanian Berkelanjutan . Bogor:
Wetlands International
Nishimua T.B.,. Suzuki, E., Kohyama, T., Tzuyuzaki, S. 2007. Moratlity and
Growth of Trees in Peat Swamp And Heath Forest in Central
Kalimantran after severe drought. Plant Ecol 188:165-177.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut. Peneribit Kanisius. Yogyakarta.
Rieley, J,O., 2007. Peatland - The Amazing Dual Ecosystem: Coexistence And
Mutual Benefit. Salisbury F.B. dan Ross C.W. 1991. Physiologi of
Plant. Fisiologi tumbuhan jilid 3. Penerbit ITB, Bandung.

11
Galam Volume 5 Nomor 1 April 2011: 1 - 12

Rieley, J., dan Page, S., 2008. The science of tropical peatlands and the central
kalimantan peatland development area. Euroconsult Mot
MacDonald. Tidak dipublikasikan.
Ritchie G. A., 1984. Assessing Seedling Quality. Forestry Nursery
Manual:Production of Bareroot Seedling. Duryea, M. L and Landis,
T.D, (eds). Forest Research Laboratory, Oregon State University.
Nishimura, T, B., and Suzuki., 2001. Allometric differentiation amoung
tropical tree seedling in heat and peat swamp forest. Journal of
Tropical Ecology. Hal 667-681.

12

Anda mungkin juga menyukai