Anda di halaman 1dari 60

Candi Borobudur, Jawa Tengah

RENCANA STRATEGIS 2018-2019


KEMENTERIAN PARIWISATA
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata Introduksi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
KATA PENGANTAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 85

1.1 Kondisi Umum 2 4.1 Target Kinerja Kementerian Pariwisata 86


1.1.1 Penyelenggaraan Kepariwisataan Dunia 5 4.2 Kerangka Pendanaan Kementerian Pariwisata 89
1.1.2 Penyelenggaraan Kepariwisataan Nasional 16
1.1.3 Capaian Kinerja Kementerian Pariwisata 17
BAB V PENUTUP 91
1.2 Potensi dan Permasalahan 24
1.2.1 Potensi Pembangunan Pariwisata 24 LAMPIRAN I TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA 95
1.2.2 Permasalahan Pembangunan Pariwisata 40

1.3 Analisis Daya Saing 50


1.3.1 Analisis Daya Saing Pariwisata (TTCI) 51
1.3.2 Analisis Tujuan Jangka Panjang Kompetitor dan
Strategi Negara Pesaing 54

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA 58

2.1 Visi Kementerian Pariwisata 58


2.2 Misi Kementerian Pariwisata 58
2.3 Tujuan Kementerian Pariwisata 59
2.4 Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata 59

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN


KERANGKA KELEMBAGAAN 63

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 64


3.1.1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan 65
3.1.2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2010-2015 66
3.1.3 Agenda Strategis Nawa Cita Pemerintahan Republik
Indonesia 2015 – 2019 66

3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pariwisata 68


3.2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata 68
3.2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pemasaran Pariwisata 70
3.2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Pariwisata 74
3.2.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kelembagaan
Kepariwisataan 76
3.2.5 Arah Kebijakan dan Strategi Reformasi Birokrasi Kementerian
Pariwisata 77
3.3 Program Strategis Kementerian Pariwisata 78
3.4 Kerangka Regulasi Kementerian Pariwisata 80
3.5 Kerangka Kelembagaan Kementerian Pariwisata 81

ii iii
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata Introduksi

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

Gambar 1. Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Pariwisata 2 Tabel 1. Target dan Capaian Sektor Pariwisata Nasional 17
Gambar 2. Delapan Arah Kebijakan Presiden pada Sidang Kabinet, 2016 3 Tabel 2. Penghargaan terhadap Wonderful Indonesia 18
Gambar 3. Kontribusi Pariwisata terhadap Perekonomian Dunia 5 Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kementerian Pariwisata 23
Gambar 4. Perkembangan Wisatawan Internasional Tahun 2009-2017 5 Tabel 4. Perbandingan Ranking dan Nilai TTCI dari 6 (enam) Negara 52
Gambar 5. Kondisi Pariwisata Global Tahun 2017 6 Tabel 5. Matriks Tujuan Jangka Panjang dan Strategi Pengembangan
Gambar 6. Penerimaan Pariwisata Internasional Tahun 2017 7 Pariwisata 54
Gambar 7. Tujuan Berwisata dan Metode Transportasi yang Dipilih 8 Tabel 6. Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis 61
Gambar 8. Peningkatan Pariwisata Global 8 Tabel 7. Target Kinerja Kementerian Pariwisata 86
Gambar 9. Prediksi Pertumbuhan dan Sebaran Wisatawan 9
Gambar 10. Prediksi Pertumbuhan Wisatawan Internasional Berdasarkan Kawasan 10
Gambar 11. Sepuluh Tren Pariwisasta ke Depan 11
Gambar 12. Peningkatan Populasi Masyarakat Senior (Usia >60) di Dunia 11
Gambar 13. Profil Generasi Z 12
Gambar 14. Pertumbuhan Kelas Menengah Dunia 12
Gambar 15. Tren Utama Teknologi yang Mempengaruhi Pariwisata 13
Gambar 16. Tren Kunci Digitalisasi dalam Pariwisata 14
Gambar 17. Transformasi Program Loyalitas 14
Gambar 18. Spectrum of Healthy Trends in Tourism 15
Gambar 19. Tren Pertumbuhan Pariwisata Global 16
Gambar 20. Tren Investasi Sektor Pariwisata Indonesia 19
Gambar 21. Visa Free Score 20
Gambar 22. Kunjungan Yacht ke Indonesia 21
Gambar 23. Tenaga Kerja Sektor Pariwisata yang Tersertifikasi 22
Gambar 24. Pemetaan Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia 25
Gambar 25. Karya dan Budaya Indonesia yang Diakui melalui World Cultural
Heritage Sites 25
Gambar 26. Portfolio Produk Pariwisata 26
Gambar 27. Perbandingan Jumlah Penumpang Low Cost Carrier (LCC)
dengan Full Service Carrier (FSC) 27
Gambar 28. Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Penumpang LCC dengan FSC 28
Gambar 29. Kondisi Media Digital di Indonesia 31
Gambar 30. Platform Social Media yang Terbanyak Digunakan di Indonesia 32
Gambar 31. Kondisi Media Digital di Indonesia 35
Gambar 32. Tren Kejadian Bencana di Indonesia 10 Tahun Terakhir 40
Gambar 33. Komponen TTCI 51
Gambar 34. Grafik Tren TTCI 2011 - 2017 52
Gambar 35. Tren Subindex TTCI 53
Gambar 36. Peta Strategi dari Kementerian Pariwisata 59
Gambar 37. Strategic Direction Kementerian Pariwisata 67
Gambar 38. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pariwisata 67
Gambar 39. Tiga Senjata Pamungkas Tahun 2019 73
Gambar 40. Program Prioritas Kementerian Pariwisata 78
Gambar 41. Desain Organisasi Kementerian Pariwisata 82

iv v
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata Introduksi

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi
Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-Nya. Dalam dalam menyumbangkan devisa, kontribusi
rangkaian proses penyusunan Rencana Strategis terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan
Kementerian Pariwisata Tahun 2018-2019, sehingga lapangan kerja, di samping peran sosial, budaya
dokumen ini pada akhirnya dapat diselesaikan. dan lingkungan dalam kerangka pelestarian
Dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata sumber daya alam dan budaya, maupun dalam
Tahun 2018 – 2019 ini merupakan tindak lanjut dari meningkatkan rasa cinta tanah air dan perekat
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2017 persatuan bangsa. Berdasarkan amanat Presiden
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Republik Indonesia, Pariwisata Indonesia diharapkan
Pariwisata dan Peraturan Menteri PPN/Kepala dapat terus diperkuat dan dikembangkan menjadi
Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman sektor unggulan dan core business pembangunan
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L Tahun nasional.
2018-2019 pasal 14 yang menyebutkan bahwa
perubahan terhadap Renstra K/L 2018-2019 Dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata
berjalan dapat dilakukan apabila adanya perubahan 2018 – 2019 diharapkan dapat memperkuat skenario
struktur organisasi dan/atau tugas dan fungsi K/L. dan strategi pembangunan kepariwisataan nasional
yang lebih terarah, fokus, terpadu dan terukur
Dalam rangka mencapai visi dan sasaran strategis dengan memastikan partisipasi stakeholders dalam
tahun 2019 yang diukur melalui kontribusi PDB, membangun ekosistem kepariwisataan melalui
target kunjungan wisman, dan pergerakan semangat Indonesia Incorporated untuk kemajuan
wisatawan nusantara, Kementerian Pariwisata kepariwisataan nasional. Selain itu dokumen ini
memandang perlu melakukan perubahan struktur kiranya akan menjadi pedoman bagi seluruh unit
organisasi, karena struktur organisasi mengikuti dalam Kementerian Pariwisata untuk menyusun
strategi yang dibangun untuk mewujudkan kualitas program kegiatan sesuai dengan perencanaan
kinerja kepariwisataan. Struktur organisasi yang baru yang telah disusun sampai tahun 2019 mendatang.
menggunakan “dimensi customer” atau dengan
kata lain fokus kepada pelanggan (customer-centric Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Jakarta, September 2018
organization). semua pihak yang telah berkontribusi dalam
proses penyusunan dokumen Rencana Strategis
Sebagai industri jasa, sektor Pariwisata telah Kementerian Pariwisata 2018-2019.
memberikan kontribusi dan peran strategis
dalam pembangunan perekonomian nasional, Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc
pengembangan wilayah maupun peningkatan Menteri Pariwisata Republik Indonesia

vi vii
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN
Tanjung Layar, Banten

BAB I
PENDAHULUAN

viii 1
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN terbesar di atas sektor – sektor lainnya. economy pembangunan nasional, sektor pariwisata
Upaya memposisikan peran strategis sektor Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif
1.1 Kondisi Umum pariwisata dalam pembangunan nasional dapat dan keunggulan komparatif, antara lain:
dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Kontribusi pariwisata memiliki dimensi yang luas, efektif untuk memperkuat pencitraan Indonesia
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang a) Pariwisata penghasil devisa terbesar
tidak hanya secara ekonomi, namun juga secara di kancah internasional. Selanjutnya secara
menetapkan 5 (lima) fokus program pembangunan
sosial politik, budaya, kewilayahan dan lingkungan. kewilayahan, kepariwisataan yang memiliki karakter Tahun 2019 Industri Pariwisata diproyeksikan
lima tahun ke depan yaitu Infrastruktur, Maritim,
Secara ekonomi, sektor Pariwisata memberikan multi-sektor dan lintas regional, secara konkret menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia yaitu
Energi, Pangan dan Pariwisata (IMEPP). Penetapan
kontribusi nyata dalam perolehan devisa negara, dan efektif mampu mendorong pembangunan US$24 Miliar, melampaui sektor Migas, Batubara
kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi
pendapatan asli daerah/PAD dan juga pendapatan infrastruktur dan fasilitas kepariwisataan yang dan Minyak Kelapa Sawit. Dampak devisa yang
perannya dalam jangka pendek, menengah,
masyarakat yang tercipta dari usaha-usaha pada gilirannya menggerakkan arus investasi dan masuk langsung dirasakan oleh seluruh lapisan
maupun panjang terhadap pembangunan nasional.
kepariwisataan yang dikembangkan serta membuka pengembangan wilayah. masyarakat.
Dari lima sektor tersebut pariwisata ditetapkan
lapangan kerja yang luas dan penyerapan tenaga
sebagai sektor unggulan (leading sector) karena
kerja yang tinggi. Sektor pariwisata memiliki posisi strategis dalam
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang
berbagai kebijakan pembangunan, khususnya bagi
pertumbuhannya positif.
Secara sosio-politik, pengembangan pariwisata negara Indonesia yang memiliki aset kepariwisataan,
menumbuhkan kebanggaan tentang kekayaan untuk diperkuat dan diberdayakan sebagai pilar
Presiden RI melalui Rapat Terbatas di Jakarta pada
alam dan budaya bangsa dan melalui tumbuhnya ekonomi negara. Perekonomian nasional ke depan
awal tahun 2015 telah menetapkan Pariwisata
perjalanan wisata nusantara, kepariwisataan juga tidak lagi dapat mengandalkan sektor minyak dan
sebagai leading sector pembangunan Indonesia
efektif dalam menumbuhkan dan memperkuat rasa gas sebagai andalan penyumbang devisa yang
dan seluruh kementerian lainnya wajib mendukung.
cinta tanah air, serta persatuan dan kesatuan bangsa. menopang perekonomian, karena cadangan
Secara sosio-budaya, tumbuhnya pengakuan dunia minyak dan gas pada saatnya akan habis dan
Di kesempatan lain, pada Sidang Kabinet yang
terhadap kekayaan alam dan budaya Indonesia tidak dapat tergantikan lagi, oleh karenanya sektor
diadakan pada tanggal 4 Januari 2016, Bapak
juga telah membangkitkan kebanggaan nasional pariwisata menjadi sektor kunci yang diharapkan
Presiden RI menetapkan bahwa tahun 2016 adalah
dan sekaligus menjadi alat diplomasi budaya yang mampu menyandang fungsi penyumbang devisa
tahun percepatan pembangunan nasional. 2 (dua)
dari 8 (delapan) arahan Presiden pada saat Sidkab
tersebut terkait dengan pariwisata, yaitu Nomor 5
(Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 Destinasi
Pariwisata Nasional (Danau Toba, Tanjung Kelayang,
Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur,
Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Wakatobi,
Komodo dan Pulau Morotai)) dan Nomor 6
(Harus ada sistem yang terintegrasi dalam promosi
perdagangan, pariwisata dan investasi).

Dari kedua arahan tersebut terlihat bahwa


pariwisata mendapatkan perhatian yang besar dari
Bapak Presiden RI, khususnya pada 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas yang kemudian dituangkan
kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2017 dan 2018 dimana pembangunan pariwisata
difokuskan pada 10 Destinasi Pariwisata Prioritas.
Selama kurun waktu tahun 2015 – 2017, sektor
Gambar 2. Delapan Arah Kebijakan Presiden pada
Gambar 1. Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Pariwisata pariwisata telah membuktikan sebagai core Sidang Kabinet, 2016

2 3
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

b) Terbaik di regional Jokowi JK yang tertuang dalam Nawa Cita:


Berdikari dalam Bidang Ekonomi yang tersurat
Tahun 2019, Pariwisata Indonesia ditargetkan
sebagai berikut: “Pemerintah merancang kebijakan
menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan
anggaran pembangunan untuk peningkatan sektor
melampaui ASEAN. Pesaing utama kita adalah
pariwisata dengan target output kemampuan untuk
Thailand dengan devisa pariwisata lebih dari US$
mendatangkan jumlah wisatawan asing sejumlah
40 Miliar, sedangkan negara lainnya relatif mudah
20 juta sampai dengan 2019 dan target outcome
dikalahkan.
menggerakan sektor ekonomi lokal dan nasional.”

c) Country branding Wonderful Indonesia


1.1.1 Penyelenggaraan Kepariwisataan
Country branding Wonderful Indonesia yang Dunia
semula tidak masuk ranking branding di dunia,
Selama beberapa dekade, pariwisata terus menjadi
pada tahun 2015 melesat lebih dari 100 peringkat
salah satu sektor ekonomi yang paling cepat
menjadi ranking 47, mengalahkan country branding
tumbuh di dunia. Pariwisata telah menjadi salah satu
Malaysia Truly Asia (ranking 96) dan country
pemain utama dalam perdagangan internasional
branding Amazing Thailand (ranking 83). Country Gambar 3. Kontribusi Pariwisata terhadap
dan penerimaan devisa utama di banyak negara
branding Wonderful Indonesia mencerminkan Perekonomian Dunia
berkembang. Kondisi pariwisata global serta
positioning dan differentiating Pariwisata Indonesia.
proyeksi ke depan akan dibahas lebih lanjut.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa, langsung, tidak langsung dan ikutan.
d) Indonesia Incorporated kontribusi PDB Pariwisata baik dari yang berdampak Di samping itu, sektor pariwisata juga memiliki andil
A. Proyeksi Kepariwisataan Dunia
langsung, tidak langsung dan ikutan adalah dalam mendorong ekspor yang mencapai 1,40
Negara ini hanya akan dapat memenangkan
Organisasi PBB untuk Pariwisata atau United Nation sebesar 10% dari total PDB (7,61 triliun USD) dan triliun USD (7% dari total ekspor) pada tahun 2016,
persaingan di tingkat regional dan global apabila
World Tourism Organizations (UNWTO) menyatakan diperkirakan akan meningkat sebesar 3,9% menjadi dan diproyeksikan menjadi 2,22 triliun USD pada
seluruh Kementerian/Lembaga yang ada bersatu
bahwa sektor pariwisata adalah sektor unggulan 11,51 triliun USD pada tahun 2027. Dari sektor 2027 dengan pertumbuhan rata-rata per tahun
padu untuk fokus mendukung Core Business yang
(Tourism is a Leading Sector) dan merupakan salah penciptaan lapangan pekerjaan, pariwisata berhasil diperkirakan sebesar 4,3% di periode 2017-2027.
telah ditetapkan. Maju Serentak Tentu Kita Menang.
satu kunci penting untuk pembangunan negara dan menciptakan 1 dari 10 lapangan kerja baik secara
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Sektor
e) Indonesia sebagai Tourism Hub Country
pariwisata telah menjadi pendorong sekaligus
Untuk menjadi Trade dan Investment Hub akan penggerak utama (key driver) bagi pertumbuhan 1) Jumlah Wisatawan Internasional
terlalu sulit bagi Indonesia untuk mengalahkan sosial-ekonomi suatu negara melalui penciptaan Berdasarkan publikasi yang dikeluarkan oleh
negara lain, seperti Singapura. Di lain pihak, lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, UNWTO (UNWTO Tourism Barometer, Volume
Indonesia dapat dengan mudah menjadi destinasi pendapatan ekspor di bidang pariwisata, dan 16, Januari 2018), jumlah kunjungan wisatawan
utama pariwisata dunia, sekaligus Tourism Hub. pembangunan infrastuktur. internasional pada tahun 2017 sebesar 1.322 juta
Dengan menjadi tourism hub, yang pada prinsipnya atau meningkat 7,5% dari tahun 2016. Pertumbuhan
menciptakan people-to-people relationship, maka wisatawan internasional tahun 2017 ini merupakan
diyakini Trade dan Investment akan ikut tumbuh pertumbuhan yang tertinggi sejak tahun 2010 yang
dengan pesat. hanya sekitar 4%.

Gambar 4. Perkembangan Wisatawan Internasional Tahun


f) Alokasi sumber daya 2009-2017
(dalam juta orang)
Setelah ditetapkan sebagai Core Business Negara, Sumber: UNWTO Tourism Barometer, Volume 16
maka alokasi sumber daya, terutama anggaran
harus diprioritaskan. Alokasi sumber daya untuk
anggaran ini juga senafas dengan visi misi Presiden

4 5
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Infographics International Tourism sebesar 6%. Selanjutnya di urutan ketiga yaitu 2) Penerimaan Pariwisata Internasional Urutan pertama penerimaan pariwisata tertinggi
2017 yang dipublikasikan oleh world tourism Amerika dengan jumlah kunjungan wisatawan (International Tourism Receipt) berada di kawasan Eropa dengan tingkat
organization (UNWTO), Eropa masih merupakan internasional sebanyak 207 juta orang (16% dari penerimaan pariwisata sebesar 512 miliar USD
Apabila dilihat dari jumlah penerimaan pariwisata
pasar utama bagi wisatawan di dunia dengan total wisatawan internasional). Di urutan keempat (38,4% dari total penerimaan), diikuti oleh Asia
atau lebih dikenal dengan devisa, total penerimaan
jumlah wisatawan mencapai 671 juta orang (51% adalah Afrika dengan jumlah kunjungan wisatawan Pasific dengan 390 miliar USD (29,3% dari total
pariwisata di tahun 2017 adalah sebesar 1,332
dari total wisatawan internasional) dan tingkat internasional sebanyak 63 juta orang (5% dari total penerimaan), Amerika dengan 326 miliar USD
miliar USD atau naik sekitar 9,2% dari tahun
pertumbuhan sekitar 8% dibandingkan dengan wisatawan internasional), dan di urutan terakhir (24,5% dari total penerimaan), selanjutnya Timur
sebelumnya, yaitu sebesar 1,220 miliar USD. Lebih
tahun 2016. Urutan kedua yaitu Asia Pasifik dengan adalah Timur Tengah dengan jumlah kunjungan Tengah dengan 68 miliar USD (5,1%) dan terakhir
detail mengenai jumlah penerimaan pariwisata per
jumlah kunjungan wisatawan internasional tahun wisatawan internasional sebanyak 58 juta orang Afrika dengan 38 miliar USD (2,9%)
kawasan dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah.
2017 berjumlah 323 juta orang (24% dari total (4% dari total wisatawan internasional).
wisatawan internasional) dan tingkat pertumbuhan

Gambar 5. Kondisi Pariwisata Global Tahun 2017 Gambar 6. Penerimaan Pariwisata Internasional Tahun 2017
Sumber: Infographics International Tourism 2017 - World Tour Organization (UNWTO) Sumber: Infographics International Tourism 2017 - World Tour Organization (UNWTO)

6 7
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

3) Moda Transportasi dan Tujuan Berwisata Berdasarkan Tourism Towards 2030 Global Review, Akan ada peningkatan pangsa pasar global Asia
jumlah kunjungan wisatawan internasional di dan Pasifik (menjadi 30% pada tahun 2030, naik
Dalam melakukan perjalanan wisata, para
negara-negara ekonomi berkembang diperkirakan dari 22% pada tahun 2010), Timur Tengah (naik dari
wisatawan memiliki beberapa preferensi seperti
akan terus tumbuh dengan kecepatan dua kali lipat 6% menjadi 8%) dan Afrika (naik dari 5% menjadi
tujuan berwisata dan moda transportasi yang
(+ 4,4% tahun) dari negara-negara maju (+ 2,2% 7%) dan penurunan untuk pasar Eropa (dari 51%
dipilih. Detil mengenai tujuan wisata dan moda
per tahun). Negara-negara berkembang di Asia, menjadi 41%) dan Amerika (dari 16% menjadi 14%),
transportasi yang dipilih dapat dilihat pada Gambar
Amerika Latin, Eropa Tengah dan Timur, Eropa Timur sebagian besar disebabkan karena pertumbuhan
7 di samping.
Tengah, Timur Tengah dan Afrika akan mendapatkan lebih lambat dari Amerika Utara. Pada tahun
Dari infografis di atas, dapat terlihat bahwa
rata-rata 30 juta kedatangan per tahun. Pada tahun 2030, Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang
sebagian besar (55%) wisatawan dunia memilih
2015, negara-negara berkembang akan menerima paling banyak dikunjungi di dunia, mewakili 16%
transportasi udara untuk berwisata, 39% memilih
lebih banyak kedatangan wisatawan internasional dari total kedatangan, melebihi Eropa Selatan dan
untuk berkendara, sedangkan 4% menggunakan
daripada negara maju, dan pada tahun 2030 Mediterania, dengan pangsa pasar sebesar 15%
transportasi laut, dan sisanya sekitar 2%
pangsa mereka diperkirakan akan mencapai 58%. pada tahun 2030.
menggunakan moda transportasi darat berbasis rel.
Sementara dilihat dari tujuan wisata, 53% wisatawan
memiliki tujuan wisata untuk rekreasi dan berlibur.
Di urutan kedua sebesar 27% untuk mengunjungi Gambar 7. Tujuan Berwisata dan Metode
teman, relasi, kesehatan, alasan keagamaan dll, Transportasi yang Dipilih
13% untuk keperluan bisnis dan sebesar 7% untuk
keperluan lainnya.

B. Kondisi Pariwisata Global Saat Ini


1) Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Global

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun


menunjukkan trend positif. Hal ini diperkuat dari
hasil proyeksi UNWTO, yang menyebutkan bahwa
peningkatan jumlah wisatawan internasional masih
akan terus terjadi paling tidak hingga tahun 2030,
seperti yang terlihat pada gambar 8 di samping ini.
Wisatawan internasional akan terus tumbuh dan
mencapai angka 1,8 miliar di tahun 2030.

Dengan berbagai dukungan kebijakan yang


memudahkan penyelenggaraan pariwisata,
diharapkan angka tersebut dapat tercapai, bahkan
melampaui perkiraan. Jumlah kunjungan wisatawan Gambar 9. Prediksi Pertumbuhan dan Sebaran Wisatawan
internasional di seluruh dunia meningkat 3,3% per Sumber: World Tour Organization (UNWTO)
Gambar 8. Peningkatan Pariwisata Global
tahun atau hampir 43 juta wisatawan internasional
tambahan akan bergabung dengan pasar pariwisata Sumber: Infographics International Tourism 2017 -
World Tour Organization (UNWTO)
setiap tahun.

8 9
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Kemudian, apabila dianalisis sebarannya dalam kali lipat jumlah kunjungan selama periode ini, dari 2) Tourism Megatrends ini merupakan hasil kajian yang dilakukan oleh
lingkup regional mencakup Afrika, Timur Tengah, 61 juta menjadi 149 juta dan dari 50 juta menjadi Howarth HTL (Hotel, Tourism and Leisure). Secara
Penyelenggaraan kepariwisataan global beberapa
Amerika, Asia dan Pasifik, serta Eropa, pertumbuhan 134 juta. Eropa dari 475 juta sampai 744 juta dan garis besar Tourism Megatrends dapat dilihat dari
tahun ke depan diprediksi akan dipengaruhi
terkuat menurut kawasan diperkirakan akan Amerika dari 150 juta sampai 248 juta diproyeksikan 2 (dua) sisi yaitu sisi permintaan (demand) dan sisi
setidaknya oleh 10 (sepuluh) tren, yang disebut
terjadi di wilayah Asia Pasifik, dimana pengunjung tumbuh relatif lebih lambat. Lebih detil mengenai penawaran (supply). Lebih detail mengenai tren
Tourism Megatrends. 10 (sepuluh) tren pariwisata
diperkirakan meningkat 204 juta menjadi 535 juta pertumbuhan tersebut, dapat dilihat pada Gambar tersebut, dapat dilihat pada Gambar 11.
pada tahun 2030 (meningkat 4,9% per tahun). 10 di bawah ini.
Timur Tengah dan Afrika diperkirakan lebih dari dua

Gambar 11. Sepuluh Tren Pariwisasta ke Depan


Sumber: Tourism Megatrend: 10 Things You Need to Know about The Future of Tourism (Howarth HTL)

Dari sisi permintaan (demand), tren terbagi menjadi Berdasarkan Howarth HTL, populasi masyarakat
5 (lima) yaitu silver hair tourist, generation X & Y, senior (usia lebih dari 60 tahun) di dunia akan terus
growing middle class, emerging destination dan meningkat dan diperkirakan akan memberikan
political issues and terrorism. Masing-masing akan share 21% dari total wisawatan internasional. Hal ini
dibahas lebih rinci sebagai berikut. tentunya mendorong timbulnya segmen pariwisata
baru untuk usia lanjut (senior).
a) Silver Hair Tourist Beberapa karakteristik dari wisatawan senior, antara
lain (i) siap secara finansial; (ii) harapan hidup yang
makin panjang karena kemajuan ilmu kedokteran;
(iii) wisatawan senior memiliki keinginan yang lebih
besar untuk melakukan perjalanan yang disebabkan
karena ketersediaan informasi yang semakin
banyak dan mudah diakses; (iv) berorientasi
Gambar 10. Prediksi Pertumbuhan Wisatawan Internasional Berdasarkan Kawasan
kepada pengalaman dengan mencoba destinasi
Sumber: Infographics International Tourism 2017
- World Tour Organization (UNWTO) baru namun tidak mengejar kemewahan melainkan
keunikan berwisata; (v) mencari produk pariwisata
Gambar 12. Peningkatan Populasi Masyarakat Senior yang dapat memberikan kesehatan dan kebugaran
(Usia >60) di Dunia
dengan alasan medis maupun spiritual.
Sumber: Tourism Megatrend: 10 Things You Need to Know about
The Future of Tourism (Howarth HTL)

10 11
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

b) Generation X & Y pendidikan yang tinggi. Generasi Z terintegrasi d) Emerging Destination a) Technological (R)evolution
penuh dengan dunia digital dan mengharapkan
Menurut Horwarth HTL, segmen generasi ini Pertumbuhan kelas menengah dan karakteristik Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
informasi yang real time, pesan singkat namun
berkembang cepat. Generasi Y atau biasa disebut kelas menengah dalam memilih destinasi teknologi berdampak pada pariwisata karena
kuat, sebagian besar dikirimkan melalui gambar,
milenial, diharapkan mewakili 50% wisatawan di pariwisata, mendorong berkembangnya banyak membentuk dan mengubah aspek kehidupan
video dan saluran yang memungkinkan untuk
tahun 2025. Fokus para milenial dalam berwisata destinasi pariwisata di negara berkembang (Asia, sehari-hari. Teknologi menjadi bagian yang tidak
berinteraksi. Generasi Z berbicara menggunakan
adalah eksplorasi, interaksi dan pengalaman Amerika Selatan, Mediterania Timur, Eropa Tengah, terpisahkan dalam kehidupan. Internet telah
emoticon yang berfungsi menggantikan teks atau
emosional. Demi memenuhi pengalaman tersebut, Eropa Timur, Timur Tengah dan Afrika). Negara- mengubah cara wisatawan mencari dan menjelajahi
narasi. Penyedia layanan pariwisata harus dapat
negara ini memiliki lebih banyak kunjungan informasi, memesan dan berwisata. Penggunaan
‘belajar bahasa’ Generasi Z untuk dapat berinteraksi
wisatawan daripada destinasi pariwisata di negara robot, tampilan interaktif, dan smartphone ke
dan berkomunikasi dengan mereka.
maju (Amerika Utara, Eropa Barat, serta daerah depannya akan menjadi bagian yang tidak
maju di Asia dan Pasifik). Pada tahun 1950, sebesar terpisahkan dari sektor pariwisata. Selama liburan,
c) Growing Middle Class 97% kedatangan turis terkonsentrasi di 15 negara wisatawan akan mendapatkan informasi secara
tujuan, namun terjadi penurunan menjadi 56% di real time tentang program dan kegiatan pariwisata
Kelas menengah meningkat dari 1,8 miliar pada
tahun 2009. Saat ini hampir 100 negara menerima untuk memberikan pengalaman wisata yang
tahun 2009 menjadi 3,2 miliar pada tahun 2020
lebih dari 1 juta kedatangan wisatawan per tahun. lengkap sehingga kepuasan wisatwan menjadi lebih
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 4,9 miliar
besar. Pada akhirnya, hal tersebut berdampak pada
pada tahun 2030. Peningkatan kelas menengah ini
e) Political Issues and Terrorism tingkat konsumsi yang meningkat dan menimbulkan
akan mengubah profil wisatawan. Mayoritas kelas
kesetiaan (loyalitas).
menegah berasal dari kawasan Asia Pasifik yang Tidak dapat dihindari bahwa gejolak politik dapat
mewakili dua per tiga dari populasi kelas menengah berdampak terhadap seluruh sektor di dalam suatu
global dan berkontribusi terhadap 59% konsumsi negara, termasuk pariwisata. Kerusuhan politik di
kelas menengah tahun 2030. Sebaliknya populasi Yunani contohnya, mempengaruhi pariwisata baik
kelas menengah di Eropa dan Amerika Utara jangka panjang maupun jangka pendek. Yunani
cenderung stagnan. Kelas menengah memiliki menjadi tujuan wisata yang dihindari (travel warning)
Gambar 13. Profil1.Generasi
Gambar Z
Profil Generasi Z kencenderungan mandiri dalam berwisata, tidak sehingga akan menghilangkan kepercayaan
memerlukan pemandu wisata. Ketika merencanakan investor di masa mendatang. Isu terorisme
beberapa akomodasi baru muncul untuk
perjalanan wisata, kelas mengengah cenderung atau peristiwa tragis juga dapat mengakibatkan
mengakomodir kebutuhan para milenial ini,
menggunakan transportasi ‘low budget’ seperti kemunduran besar. Dampaknya adalah penurunan
yaitu dengan konsep minimalis dan menarik
pesawat dengan tarif murah, kereta api atau jumlah pengunjung internasional. Teror yang terjadi
(eye catching). Pelayanan kepada para milenial
bus. Kecenderungan lain yaitu kelas menengah di Mesir, Tunisia dan Thailand memiliki dampak
berfokus pada empati dan hubungan pelanggan
meluangkan waktu untuk mencari informasi negatif langsung terhadap pariwisata. Selain itu,
(customer relation). Tren ini diharapkan lebih cepat
perjalanan yang menawarkan potongan harga atau isu keamanan transportasi yang kadang menjadi
memberikan dampak positif terhadap pariwisata
promo. obyek serangan teroris seperti di pesawat, kereta,
dengan dukungan percepatan digitalisasi, karena
bandara juga dipandang penting sehingga petugas
teknologi merupakan unsur penting bagi para
meningkatkan pengamanan yang berdampak pada
milenial.
lamanya prosedur pemeriksaan barang.

Sementara generasi Z atau biasa di sebut iGen,


Sementara dari sisi penawaran (supply), tren terbagi
Click and Go Children dengan rentang usia 6
menjadi 5 (lima) yaitu technological (r)evolution,
hingga 20 tahun, diprediksi memiliki gaya hidup
digital channels, loyalty v.X.0, health and healthy
dan lingkungan hidup yang sangat berbeda
lifestyle, dan sustainability. Masing-masing akan
dengan generasi Y. Hal tersebut didorong faktor
dibahas lebih rinci sebagai berikut.
ketersediaan informasi bagi generasi Z yang Gambar 15. Tren Utama Teknologi yang
lebih tinggi, gaya hidup yang dinamis dan tingkat Mempengaruhi
Gambar 1. Pariwisata
Tren Utama Teknologi yang
Gambar 14. Pertumbuhan Kelas Menengah Dunia
Mempengaruhi Pariwisata

12 13
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

b) Digital Channels Program loyalitas kuno seperti pengumpulan d) Health and healthy lifestyle
poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah, harus
Penetrasi internet mendorong dimulai dan Gaya hidup sehat merupakan pencegahan dan munculnya bisnis pariwisata seperti Spa yang
dipikirkan ulang. Transformasi perubahan loyalitas
diakhirinya kegiatan liburan dengan internet. faktor kunci dalam peningkatan kesehatan. bertujuan untuk pemantauan kesehatan. Kerjasama
dapat dilakukan dengan mengintegrasikan program
Dimulai dari perencanaan liburan, mengumpulkan Kesadaran akan kesehatan semakin tinggi dan terpadu antara sektor kesehatan dan pariwisata
tersebut ke dalam keseluruhan perjalanan wisata
ide, memutuskan berlibur kemudian memberikan teknologi juga berkembang pesat mendorong akan membuka ceruk pasar baru dalam health
sehingga meningkatkan pengalaman berwisata
liputan perjalanan dan pengalaman selama tourism.
mulai dari perencanaan, akomodasi, aktivitas,
berlibur. Saat ini, setelah berlibur, para wisatawan
pengalaman di hotel dan di tempat tujuan.
memberikan feedback tentang pengalaman
mereka melalui social media. Pada tahun 2013, 65%
Integrasi juga perlu dilakukan antara pemangku
pencarian dimulai dengan menggunakan telepon
kepentingan sektor pariwisata (seperti operator,
seluler dan dilanjutkan dengan komputer.
penyedia hotel, pemerintah) dengan melakukan
penyelarasan proses bisnis. Untuk memudahkan
integrasi, proses ini dilakukan dengan dukungan
digital atau TIK. Program loyalitas membutuhkan
peningkatan teknologi baru ke bentuk digital seperti
aplikasi seluler dan portal online. Penggunaan
alat dan teknik seperti Big Data memungkinkan
wawasan yang lebih mendalam dan relevan (baik
secara waktu, layanan maupun referensi tempat
tertentu) sehingga dapat memberikan penawaran Gambar 18.1.Spectrum
Gambar Spectrum of
of Healthy TrendsininTourism
Healthy Trends Tourism
wisata yang tepat.
e) Sustainability
Pertumbuhan pariwisata yang fenomenal sekitar. Serbuan wisatawan dapat berdampak
merupakan salah satu penggerak sosio-ekonomi di negatif terhadap keberlangsungan sosial di
seluruh dunia. Selain itu, pariwisata juga memberi sekitar destinasi. Pembangunan berlebihan dapat
Gambar 16. Tren Kunci Digitalisasi dalam Pariwisata
dampak pada pembangunan dunia, kemakmuran menyebabkan antipati atau penolakan penduduk
Gambar 1. Tren Kunci Digitalisasi dalam Pariwisata
dan kesejahteraan. Oleh karena itu, penyelenggaraan setempat terhadap pariwisata. Pilar kedua yaitu
Penyelenggara pariwisata diwajibkan memiliki
pariwisata perlu dijaga keberlangsungannya. lingkungan sebagai atraksi utama bagi wisatawan.
berbagai platform dan saluran yang mampu
Pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata Tidak dapat dipungkiri fakta bahwa aktivitas
menjangkau wisatawan dan melakukan komunikasi
yang menghormati penduduk setempat dan pariwisataberkontribusi terhadap produksi CO2.
interaktif. Hal tersebut didorong oleh teknologi yang
wisatawan lain, warisan budaya dan lingkungan. Misalnya, kapal pesiar setidaknya menghasilkan
mengubah kompleksitas persaingan menjadi lebih
Terdapat 3 (tiga) pilar yang harus diseimbangkan 17% dari total emisi nitrogen oksida, belum
tinggi. Keunggulan di sektor digital, akan berpotensi
agar pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat termasuk aliran limbah yang dihasilkan. Pilar ketiga
menjadikan suatu penyelenggara pariwisata lebih
berlangsung dalam jangka panjang yaitu pilar yaitu ekonomi berkelanjutan dimana pariwisata
baik daripada pesaingnya. Hal tersebut tentunya
sosial (community), pilar lingkungan (environment) memberikan manfaat bagi semua pemangku
menjadi tantangan baru bagi penyelenggara
dan pilar ekonomi (economy). Pilar pertama yaitu kepentingan yang terlibat, pendistribusian yang
pariwisata tradisional.
keberlanjutan sosialmengacu pada isu kesejahteraan adil, kesempatan kerja dan peluang penghasilan.
masyarakat, aset budaya, partisipasi masyarakat Faktor kunci keberlanjutan ekonomi antara lain
c) Loyalty v.X.0
dan kepuasan wisatawan. Pembangunan pariwisata peningkatan standar hidup, ketersediaan waktu
Program loyalitas (loyalty program) terintegrasi Gambar
Gambar 17. 1. Transformasi
Transformasi ProgramProgram Loyalitas
Loyalitas harus memperhatian kelestarian situs budaya, rekreasi, pembangunan dan kemakmuran ekonomi,
dengan pengalaman berwisata serta kecepatan situs sejarah dan bangunan warisan sebagai serta stabilitas politik.
dalam merespon lingkungan digital yang dinamis. bentuk penghargaan terhadap masyarakat

14 15
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

1.1.2 Penyelenggaraan Kepariwisataan Nasional

Penyelenggaraan pariwisata Indonesia pada 20 negara destinasi pariwisata yang memiliki


tahun 2017 mengalami pertumbuhan yang cukup pertumbuhan tercepat, dengan pertumbuhan Tabel 1. Target dan Capaian Sektor Pariwisata Nasional
signifikan. Pertumbuhan pariwisata Indonesia yang 15.5% (The Telegraph, 2017). Lebih detil mengenai
melebihi pertumbuhan pariwisata regional dan perbandingan pertumbuhan dapat dilihat pada
global menjadikan Indonesia termasuk ke dalam Gambar 19.

#Indeks daya saing hanya dilakukan 2 (dua) tahun sekali


*) Target
**) realisasi tahun 2016 belum mencakup 4% total wisman Jan-Des 2016 (11.519.275 -> 12.023.971)

Apabila dilihat dari indikator makro dan mikro Indonesia, alam, budaya dan buatan di Indonesia,
di tabel atas, semua indikator pembangunan serta perkembangan tren perjalanan/pariwisata
kepariwisataan Indonesia mengalami kenaikan di tingkat global yang cenderung meningkat dari
Gambar 19. Tren Pertumbuhan Pariwisata Global yang cukup signifikan. tahun ke tahun. Pariwisata telah mengalami ekspansi
Sumber: Data Statistik Masing-Masing Negara dan diversifikasi berkelanjutan, dan menjadi salah
Berdasarkan capaian tersebut, tidak berlebihan satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat
apabila sektor pariwisata ditetapkan sebagai salah pertumbuhannya di dunia (UNWTO, 2017).
satu leading sector pembangunan Indonesia.
Berdasarkan Gambar 19, pertumbuhan wisatawan Pariwisata berpotensi untuk menjadi penyumbang Karena keunggulan portfolio produk wisata
mancanegara di Indonesia mencapai 22%, devisa, PDB, dan tenaga kerja yang paling mudah
sementara ASEAN hanya mengalami pertumbuhan dan murah di Indonesia. Pada tahun 2017 sektor
sebesar 7% dan dunia 6.4%. Namun pertumbuhan pariwisata telah memberikan kontribusi terhadap
Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan PDB Nasional sebesar 5%, dengan jumlah devisa
Vietnam yang mengalami pertumbuhan yang sebesar 200Triliun rupiah dan menyerap 12,28 1.1.3 CAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
signifikan yaitu sebesar 25,2%. Negara kompetitor juta tenaga kerja di sektor pariwisata. Jumlah
Indonesia di bidang pariwisata lainnya seperti kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 15 Perkembangan penyelenggaraan pariwisata Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pariwisata.
Thailand hanya mengalami pertumbuhan sebesar juta kunjungan dan 265 juta perjalanan wisatawan nasional merupakan hasil dari upaya strategis Setiap upaya strategis tersebut kemudian
6,69%, Singapura sebesar 5,79%, dan Malaysia nusantara. Lebih detil dapat dilihat pada Tabel 1. yang dilakukan secara kolaboratif antar pemangku dirangkum dan dibahas lebih rinci sebagai berikut.
bahkan yang mengalami penurunan sebesar 1,50%. kepentingan, salah satunya yang dilakukan oleh

16 17
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

A. Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia B. Investasi Pariwisata


Penggunaan Wonderful Indonesia dan Pesona berbagai instansi di dalam maupun di luar negeri. Penyelenggaraan pariwisata pada praktiknya tahun ke tahun seperti pada Gambar 20.
Indonesia sebagai logo untuk memasarkan Penghargaan terhadap Wonderful Indonesia dapat membutuhkan biaya untuk pengembangan Gambar 20 menunjukkan, tren investasi sektor
pariwisata Indonesia, banyak diapresiasi oleh dilihat pada Tabel 2. pariwisata secara keseluruhan. Pembiayaan swasta terus meningkat dari tahun 2013 hingga
pariwisata diselenggarakan tidak hanya oleh instansi tahun 2017. Hal tersebut menjadi indikator yang
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, baik bagi sektor pariwisata dimana sektor pariwisata
namun juga melibatkan sektor swasta. Di Indonesia, menarik minat investor untuk berinvestasi.
invetasi pada sektor pariwisata terus meningkat dari
Tabel 2. Penghargaan terhadap Wonderful Indonesia

Tahun Jumlah Penghargaan

2016 46 Penghargaan di 22 Negara

2017 27 Penghargaan di 13 Negara

2018 30 Penghargaan di 8 negara (hingga Agustus 2018)

Sumber: Kementerian Pariwisata, 2018

Berdasarkan Tabel 2, Branding Wonderful Indonesia Prestasi selanjutnya yaitu video promosi pariwisata
telah mendapatkan 103 penghargaan dari tahun Wonderful Indonesia: The Journey to a Wonderful
2016 hingga tahun 2018. Di antara penghargaan World berhasil memperoleh dua penghargaan
tersebut penghargaan yang paling bergengsi sekaligus di ajang UNWTO Video Competition
Gambar 20. Tren Investasi Sektor Pariwisata Indonesia
adalah pemenang UNWTO Tourism Video 2017. Pertama, sebagai yang terbaik di kategori
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), 2017
Competition 2017 kategori People’s Choice Award UNWTO Video Competition 2017 Region East Asia
dan Best Tourism Video in East Asia and Pacific di and Pacific. Kedua, sebagai pilihan favorit dikategori
Chengdu China, serta TTG Travel Award sebagai People’s Choice Awards 2017 dari 63 negara.
Destination of The Year 2017 di Bangkok, Thailand. Sebelumnya, video promosi pariwisata Indonesia
tersebut telah memperoleh penghargaan GrandPrix C. Deregulasi Sektor Pariwisata
Selain itu Indonesia juga memperoleh penghargaan Award di ajang The XIII International Tourism Film
Salah satu faktor kunci suksesnya pengembangan Permasalahan umum yang terjadi di Indonesia
sebagai The Best Destination of the Year 2017 di Festival di Bulgaria. Kemenangan-kemenangan
pariwisata adalah dukungan regulasi. Peran regulasi adalah tumpang tindih regulasi. Pemerintah terus
kawasan Asia Pasifik oleh Travel Trade Gazette tersebut semakin memperkuat branding Wonderful
sebagai payung hukum, seringkali menjadi tolok melakukan upaya deregulasi, termasuk sektor
(TTG) karena dinilai bahwa pariwisata Indonesia Indonesia di pasar global yang sekaligus bermakna
ukur kompleksitas pengembangan pariwisata. pariwisata untuk meningkatkan pertumbuhan.
sangat progresif, sangat pro aktif dan punya inisiatif meningkatkan level kepercayaan diri secara internal
Semakin banyak regulasi yang mengatur, maka akan Kementerian Pariwisata hingga tahun 2017 telah
kuat dalam memajukan industri pariwisatanya. TTG dan memperkuat kredibilitas eksternal. Kredibilitas
semakin rumit pengembangan serta pengelolaan melakukan beberapa deregulasi yang berdampak
terkenal sebagai media khusus pariwisata yang branding Wonderful Indonesia diakui di dunia
pariwisata, begitu juga sebaliknya. Praktik di negara langsung pada perkembangan pariwisata.
berdiri pada tahun 1953. TTG Travel Awards telah yang dibuktikan dengan perolehan peringkat ke 47
lain seperti di Vietnam, deregulasi pengembangan
menjadi penghargaan bergengsi bagi industri mengalahkan Thailand yang berada di peringkat 68
pariwisata berdampak pada tumbuhnya pariwisata
perjalanan se-Asia Pasifik sejak tahun 1989. dan Malaysia yang berada di peringkat 85 (World
di Vietnam.
Economic Forum, 2015).

18 19
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Pertama, deregulasi visa kujungan untuk 90 negara wisatawannya kurang dari 150, sehingga perlu
(2015) dan menjadi 169 negara (2016) melalui ditinjau ulang. Walaupun pemebebasan visa
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang merupakan terobosan, namun jika dibandingkan
Bebas Visa Kunjungan (BVK). Namun berdasarkan dengan negara lain, Indonesia masih cukup
data imigrasi periode Januari – Agustus 2017, tertinggal, seperti yang terlihat pada Gambar 21.
terdapat 49 negara bebas visa yang kunjungan

Gambar 22. Kunjungan Yacht ke Indonesia


Sumber: Kementerian Pariwisata, 2017

Gambar 21. Visa Free Score Berdasarkan Gambar 22, terjadi peningkatan Ketiga yaitu penyederhanaan 13 regulasi setingkat
Sumber: Passport Index jumlah kunjungan yacht ke Indonesia. Tahun 2016, Peraturan Menteri menjadi 1 (satu) peraturan
sebanyak 1,970 kunjungan. Tahun 2017, terjadi Menteri. Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan
peningkatan sebesar 30% dari tahun sebelumnya Menteri Pariwisata Nomor 18 Tahun 2016 tentang
menjadi 2,580 kunjungan. Pendaftaran Usaha Pariwisata. Dengan deregulasi
yang dilakukan, waktu pendaftaran usaha pariwisata
juga ikut terpangkas dari 11 hari menjadi 3 hari dan
Berdasarkan Gambar 21, visa-free score Indonesia skor 56, berada di peringkat 75. dapat dilakukan secara online.
masih berada di bawah Singapore, Malaysia, dan Kedua, pencabutan Clearance Approval Indonesia
Thailand. Penilaian dilakukan berdasarkan berapa Territory (CAIT) yang digantikan dengan sistem
banyak bebas visa suatu negara terhadap negara online (Aplikasi YACHERTS) melalui Peraturan
lain yang dikeluarkan oleh Pasport Index (www. Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang
passportindex.org yang diakses pada bulan Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing ke Indonesia.
D. Sertifikasi Tenaga Kerja Sektor Pariwisata
November 2018). Singapore dengan total skor 165 Implementasi dari regulasi tersebut memudahkan Sumber daya manusia (SDM) Pariwisata, merupakan satu amanat yang harus dilakukan pemerintah.
merupakan peringkat 1 (satu) Global Passport Rank kunjungan yacht ke Indonesia. Dampak positifnya salah satu pilar penyelenggaraan pariwisata nasional. Kementerian Pariwisata membantu pelaksanaan
2018. Malaysia dengan total skor 160 berada di adalah terjadi peningkatan jumlah kunjungan yacht Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 sertifikasi tenaga kerja sektor pariwisata, dimana
peringkat 6 (enam). Thailand dengan total skor 79, antara tahun 2016 ke tahun 2017 yang dapat dilihat Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pembangunan secara garis besar, terus terjadi peningkatan
berada di peringkat 55. Indonesia dengan total skor pada Gambar 22. Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) 2010-2025, sertifikasi terhadap tenaga kerja sektor Pariwisata
75, berada di peringkat 59. Vietnam dengan total pembangunan SDM Pariwisata merupakan salah sebagaimana terlihat pada Gambar 23.

20 21
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Tabel 3.Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kementerian Pariwisata

Indikator Kinerja Sasaran 2017


Sasaran Strategis
Strategis Target Realisasi Capaian
Meningkatnya investasi di sektor Jumlah Investasi Sektor
1 1 1,750 1,788.05 102.17%
pariwisata Pariwisata (US $ Juta)

Jumlah tenaga kerja


Meningkatnya kontribusi
langsung, tidak langsung,
2 kepariwisataan terhadap penyerapan 2 12.4 12* 96.77%
dan ikutan sektor pariwisata
tenaga kerja nasional
( juta orang)

Meningkatnya Kualitas Destinasi Jumlah Destinasi Pariwisata


3 3 10 10 100.00%
Pariwisata yang Berkualitas

Jumlah Wisatawan
Meningkatnya Jumlah Kunjungan
4 4 Mancanegara ke Indonesia 15 14.04 93.60%
Wisatawan Mancanegara (wisman)
( juta orang)

Meningkatnya Jumlah Penerimaan Jumlah Penerimaan Devisa


5 5 182 202.13 111.06%
Devisa (triliun Rp)

Gambar 23. Tenaga Kerja Sektor Pariwisata yang Tersertifikasi Jumlah Perjalanan
Meningkatnya Jumlah Perjalanan
Sumber: Kementerian Pariwisata, 2017 6 6 Wisatawan Nusantara ( juta 265 271 102.26%
Wisatawan Nusantara (wisnus)
perjalanan)
Jumlah Pengeluaran
Meningkatnya Jumlah Pengeluaran
7 7 Wisatawan Nusantara 227.9 253.47 111.22%
Gambar 23 menunjukkan sertifikasi tenaga kerja catatan terkait penyelenggaraan sertifikasi tenaga Wisatawan Nusantara
(Triliun Rp)
sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. kerja sektor pariwisata seperti jumlah Lembaga
Meningkatnya Kontribusi Pariwisata Kontribusi Sektor Pariwisata
Tahun 2015, sebanyak 17.500 tenaga kerja sektor Sertifikasi Profesi (LSP) memadai tetapi sebarannya
8 terhadap Produk Domestik Bruto 8 terhadap PDB Nasional 5 5* 100.00%
pariwisata tersertifikasi. Tahun 2016 meningkat tidak merata di seluruh Indonesia dan kurangnya (PDB) Nasional (persentase)
sebesar 101% menjadi 35.150 tenaga kerja sektor jumlah assesor untuk pelaksanaan uji kompetensi.
Jumlah Tenaga Kerja di
pariwisata tersertifikasi. Tahun 2017 peningkatan Untuk pemenuhan kuota jumlah tenaga assesor 9 Sektor Pariwisata yang 65,000 65,000 100.00%
sebesar 85% menjadi 65.000 tenaga kerja sektor dilaksanakan kegiatan Work Place Assessor (WPA) Disertifikasi (ribu orang)
Meningkatnya Kapasitas dan
pariwisata tersertifikasi. Namun terdapat beberapa dan Recognition of Current Competencies (RCC). 9 Jumlah Lulusan Pendidikan
Profesionalisme SDM Pariwisata
Tinggi Kepariwisataan yang
10 1,900 2,100 110.53%
Tersalurkan di Industri
Pariwisata (orang)

E. Capaian Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Terlaksananya/ terwujudnya


Indeks Reformasi Birokrasi
10 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di 11 80% 76.87% 96.09%
(presentase)
Kementerian Pariwisata telah menetapkan dalam penyusunan perencanaan, penganggaran Lingkungan Kementerian Pariwisata

indikator kinerja utama (IKU) sebagai standar kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja Opini Keuangan
12 Kementerian Pariwisata WTP WTP 100.00%
kinerja organisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri oleh masing-masing unit kerja di lingkungan
Meningkatnya kualitas Kinerja (predikat)
Pariwisata Nomor KM.98/UM.001/MP/2017 tanggal Kementerian Pariwisata. Target dan Realiasi kinerja 11
Organisasi Kementerian Pariwisata A BB
Predikat SAKIP Kementerian
15 Maret 2017, Indikator Kinerja Utama tersebut Kementerian Pariwisata, dapat dilihat pada Tabel 3. 13 94.81%
Pariwisata (predikat) -80.01 -75.86
digunakan sebagai ukuran keberhasilan/kegagalan
Rata-rata capaian kinerja Kementerian Pariwisata 101,42%

22 23
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Tabel 3, rata-rata capaian kinerja jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia, (3) 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan wisata bahari Indonesia, karena di dalamnya
Kementerian Pariwisata sebesar 101,42%. kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional, Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan terdapat setidaknya 950 spesies terumbu karang,
Dengan capaian melebihi angka 100%, maka (4) Indeks Reformasi Birokrasi, (5) Predikat SAKIP dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut 8.500 spesies ikan tropis, 555 spesies rumput laut,
rata-rata capaian kinerja Kementerian Pariwisata Kementerian Pariwisata. Walaupun capaian kinerja terbesar di dunia, memiliki ekosistem pesisir seperti dan 18 spesies padang lamun. Diantara sepuluh
dikategorikan “Baik”. Terdapat beberapa indikator ke 5 (lima) indikator tersebut tidak mencapai 100%, mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di
yang tidak mencapai angka 100%, meliputi secara kinerja tidak dapat dikatakan buruk, karena padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 1996). dunia, enam berada di tanah air yakni Raja Ampat,
indikator (1) jumlah tenaga kerja langsung, persentase capaian kelimanya berada di atas 90%. Kekayaan sumber daya kelautan tersebut, menjadi Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa,
tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata, (2) modal yang sangat besar bagi pengembangan dan Pulau Weh (WTO, 2000).

1.2 Potensi Dan Permasalahan


Subbab ini akan membahas tentang potensi Kementerian Pariwisata. Hasil analisis potensi dan
dan permasalahan penyelenggaraan pariwisata permasalahan kemudian akan digunakan untuk
nasional. Potensi dan permasalahan merupakan perumusan strategi Kementerian Pariwisata.
bagian dari analisis lingkungan strategis

1.2.1 Potensi Pembangunan Pariwisata

Analisis terhadap potensi pembangunan pariwisata infrastruktur dan konektivitas antar wilayah dan
dilakukan terhadap pilar pembangunan pariwisata. destinasi, (3) kesiapan dan pertumbuhan investasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun fasilitas penunjang wisata di berbagai daerah,
2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan dan (4) atensi dan kesadaran masyarakat dalam
kepariwisataan meliputi industri pariwisata, pengembangan pariwisata.
destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan
kepariwisataan. Berikut adalah masing-masing 1) Kekayaan dan Keragaman Sumber Daya
Gambar 24. Pemetaan Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia
potensi pembangunan kepariwisataan. Pariwisata Nasional
Kekayaan sumberdaya alam dan budaya yang Indonesia yang dihuni lebih dari 300 suku bangsa, Sejumlah karya dan peninggalan budaya tersebut
A. Potensi Pembangunan Destinasi dimiliki bangsa Indonesia sangatlah besar dan memiliki 742 bahasa dan dialek serta dengan telah diakui dunia sebagai world cultural heritage
Pariwisata dan dapat diberdayakan untuk mendukung segala ekspresi budaya dan adat tradisinya sites (8 warisan budaya).
Destinasi Pariwisata dikembangkan atas dasar pengembangan kepariwisataan nasional. Potensi merupakan laboratorium budaya terbesar di dunia.
potensi daya tarik wisata yang dikembangkan dan kekayaan sumber daya alam dan budaya
secara sinergis dengan pengembangan fasilitas tersebut baru sebagian kecil saja yang telah dikelola
wisata, fasilitas umum, aksesibilitas/ sarana dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata
prasarana serta pemberdayaan masyarakat dalam dan menjadi magnet untuk menarik kunjungan
kesisteman yang utuh dan berkelanjutan. Dalam wisatawan mancanegara maupun menggerakkan
konteks pengembangan destinasi pariwisata perjalanan wisatawan nusantara. Gambaran
terdapat sejumlah potensi sekaligus sebagai kekayaan sumber daya alam dan budaya tersebut
kekuatan Indonesia untuk dapat berkembang secara lebih komprehensif dapat dirangkum
sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing sebagai berikut:
dan berkelanjutan. Potensi tersebut antara lain:
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
(1) kekayaan dan keragaman sumber daya dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000
pariwisata nasional, (2) pertumbuhan pembangunan km serta memiliki 17.508 pulau dan luas laut sekitar
Gambar 25.Karya dan Budaya Indonesia yang Diakui melalui World Cultural Heritage Sites

24 25
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Indonesia yang memiliki 53 taman nasional, rempah dunia (spice route), dan berbagai kaitan 2) Pertumbuhan Pembangunan Infrastruktur dan Konektivitas
merupakan negara megabiodiversity ke-3 setelah sejarah masa lalu. Kekayaan potensi momentum- Antar Wilayah dan Destinasi
Brazil dan Zaire, yang memiliki keanekaragaman momentum sejarah penting dunia tersebut menjadi
Konektivitas infrastruktur destinasi pariwisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
hayati yang begitu besar, antara lain mencakup 35 modal yang sangat besar bagi pengembangan
merupakan salah satu faktor untuk menentukan perlu dilakukan upaya percepatan pelaksanaan
spesies primata, 25% endemic, selain itu Indonesia wisata minat khusus melalui pengembangan
kualitas pengembangan destinasi pariwisata. Proyek Strategis Nasional. Proyek strategis nasional
menjadi habitat dari 16% binatang reptil dan amphibi simpul-simpul dan koridor jejak perjalanan, yang
Konektivitas infrastruktur destinasi nasional mencakup pembangunan infrastruktur darat, laut
di dunia serta 17% burung di dunia, 26% endemic. sekaligus akan mengaitkannya dengan negara-
mengacu kepada konektivitas nasional yang sejalan dan udara dan penyeberangan yang bermuara
Kekayaan sumber daya wisata alam dan taman negara pangsa pasar yang memiliki kaitan sejarah
dengan prinsip kebijakan yang sudah dicanangkan pada kemudahan mobilitas wisatawan sebagai
nasional tersebut memberikan potensi yang sangat dan emosional dengan daya tarik tersebut.
SISTRANAS pada tahun 2005 yang lalu tentang dampak dari terbangunnya konektivitas antar
besar bagi pengembangan wisata alam maupun
keterpaduan tatanan transportasi nasional, wilayah daerah.
ecotourism atau green tourism sebagai salah satu Melihat keanekaragaman sumber daya alam dan
dan lokal bahwa transportasi Indonesia memerlukan
bentuk wisata alternatif yang menjadi tren dunia budaya yang dimiliki oleh Indonesia, Kementerian
peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur dan Tren ke depan terkait infrastruktur darat adalah low
saat ini dan ke depan. Indonesia merupakan negara Pariwisata menetapkan fokus pengembangan
pelayanannya. Konektivitas infrastruktur destinasi cost carrier terminal (LCCT). Perkembangan kelas
yang berada pada jalur cincin api (ring of fire) yang produk wisata Indonesia dalam 3 (tiga) kategori, yaitu
berkorelasi erat dengan kinerja industri, persebaran menengah dan pergeseran demografi wisatawan
aktif di dunia dengan persebaran gunung yang produk wisata alam, budaya, dan buatan, dengan
wisnus dan wisman di destinasi pariwisata. Kondisi yang didominiasi oleh generasi Y dan generasi
paling banyak di dunia. Kekayaan potensi geologi persentase performansi yang memperlihatkan
geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 Z, memengaruhi perilaku berwisata. Generasi
dan kegunungapian tersebut menjadi modal yang size, spread, dan sustainability pada posisi saat
pulau ini secara riil membutuhkan transportasi milenial yang tidak mengharapkan pelayanan yang
sangat besar bagi pengembangan wisata minat ini. Proyeksi dan upaya pengembangan terhadap
perhubungan laut dan udara yang memadai berlebihan, cenderung memilih moda transportasi
khusus petualangan (geotourism) Indonesia. portofolio produk ini perlu dilakukan untuk
sebagai transportasi wisata antar pulau. Disisi murah seperti pesawat dengan tarif rendah. Hal
mengoptimalkan sumber daya melalui diversifikasi,
lain, komitmen nasional dalam pembangunan tersebut berbanding lurus dengan pertumbuhan
Indonesia merupakan negara yang memiliki kaitan diferensiasi, dan positioning produk yang di
infrastruktur melalui Peraturan Presiden Nomor low cost carrier (LCC) yang berdampak pada biaya
sejarah dengan momentum-momentum penting dalamnya terdiri dari sejumlah produk-produk
58 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan perjalanan pariwisata. Saat ini, pertumbuhan dari
dalam sejarah peradaban dunia, antara lain wisata yang spesifik sebagaimana terlihat dalam
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan LCC telah melampaui pertumbuhan full service
penjelajahan Laksamana Cheng Ho yang fenomenal, gambar 26.
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional menyebutkan carrier (FSC) di Jepang, Thailand dan Indonesia
penjelajahan Sir Arthur Wallacea (operation
bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan seperti yang terlihat pada Gambar 27.
Wallacea), jalur pelayaran sutera (silk route), jalur
proyek strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar

Gambar 27.Perbandingan Jumlah Penumpang Low Cost Carrier (LCC) dengan Full Service Carrier (FSC)
Gambar 26. Portfolio ProdukPariwisata

26 27
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Gambar 27, Jepang, Thailand dan 5,626,504 dan mencapai 10,921,833 pada tahun 3) Indonesia Sebagai Negara Tujuan Investasi yang Prospektif
Indonesia masih dikuasai oleh FSC, namun LCC 2017. Di Indonesia sendiri, pengguna LCC tahun Prospek dan peluang investasi bidang pariwisata di yang selalu menjadi pertimbangan pengusaha
juga mengalami perkembangan. Di Jepang, jumlah 2014 sebesar 5,607,936 dan mencapai 7,646,667 Indonesia menunjukkan bahwa kondisi bisnis dan dalam melakukan investasi:
wisatawan pengguna LCC tahun 2014 sebanyak pada tahun 2017. Perbandingan pertumbuhan FSC ekonomi nasional yang terus membaik pasca krisis • Stabilitas politik dan keamanan yang memberikan
2,558,952 dan mencapai 9,456,608 pada tahun 2017. dan LCC dapat dilihat lebih detil pada Gambar 28. ekonomi global telah membuat kepercayaan dunia kepastian berusaha.
Di Thailand, pengguna LCC tahun 2014 sebesar internasional terhadap Indonesia semakin bagus, • Birokrasi yang luwes dan proaktif, sehingga bisa
sehingga Indonesia menjadi negara tujuan investasi melayani keinginan pengusaha tetapi tetap dalam
yang prospektif. World Investment Prospects koridor hukum dan peraturan yang berlaku.
Survey 2013- 2015 melaporkan bahwa dari 159 • Mampu memberikan iklim yang kondusif untuk
respon eksekutif Perusahaan Transnasional (TNC) berusaha, sehingga pengusaha dapat memperoleh
dari negara-negara maju dan/atau berkembang, keuntungan, karena perusahaan bukanlah badan
prospek untuk berinvestasi di Indonesia menduduki sosial.
peringkat ke-4 (empat) atau cukup prospektif. Namun demikian, investasi kepariwisataan saat ini
relatif belum optimal untuk menggerakkan industri
Tentu hal ini berkaitan dengan keberlanjutan pariwisata secara lebih merata di berbagai wilayah
(sustainability), dimana penilaian Indonesia pada provinsi dan destinasi pariwisata di Indonesia.
daya saing yang berkelanjutan sangat penting Saat ini kegiatan investasi sebagian besar masih
untuk prospek investasi, mengingat bahwa investasi terkonsentrasi di Bali, Jawa dan Batam dengan
adalah salah satu komponen dalam PDB dan dominasi jenis usaha di bidang perhotelan, restoran,
pertumbuhannya. Secara umum, ada tiga hal pokok dan tranportasi.

4) Atensi dan Sikap Positif Masyarakat Terhadap Kepariwisataan


Serta Potensi Wilayah Pedesaan
Gambar 28. Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Penumpang LCC dengan FSC Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat daya tarik wisata untuk meningkatkan diversifikasi
yang ramah. Karakter keramahtamahan masyarakat daya tarik serta daya saing pariwisata Indonesia.
Berdasarkan Gambar 28, diketahui bahwa rata-rata Nagoya yang dibangun untuk kapasitas 3-5 mppa Indonesia telah dikenal luas oleh masyarakat dunia, Potensi daya tarik yang sebagian besar ada
pertumbuhan LCC jauh melebihi pertumbuhan (million passengers per annum), Naha (OKA) di sehingga hal tersebut merupakan modal yang di daerah perdesaan apabila mampu dikelola
FSC. Di Jepang, rata-rata pertumbuhan FSC dari Okinawa yang pada tahun 2017 tercatat melayani sangat penting dalam konteks kepariwisataan, melalui pendekatan pembangunan kepariwisataan
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 sebesar 7%, 18 juta pax, dan Kansai (KIX) di Osaka yang mulai mengingat esensi pariwisata adalah hubungan berkelanjutan secara terpadu dan berkelanjutan,
sementara rata-rata pertumbuhan LCC di Jepang membangun Terminal 2 sebagai LCCT sejak Januari interaksi antara wisatawan sebagai tamu (guest) sangat dimungkinkan dapat memberi nilai tambah
pada periode yang sama, sebesar 55%. Di Thailand, 2017. Trafik LCC di Thiland sendiri, tepatnya di dengan masyarakat atau penduduk setempat tidak saja dari aspek ekologis, edukatif, dan aspek
rata-rata pertumbuhan FSC periode 2015 – 2017 Bangkok Don Mueang Airport (DMK) mencapai 38 sebagai tuan rumah (host). sosial budaya, tetapi juga nilai tambah dari aspek
sebesar 12%, sementara rata-rata pertumbuhan juta di tahun 2017. Don Mueang Airport merupakan Berdasarkan laporan tahunan statistik Indonesia rekreatif dan aspek ekonomis yang bermanfaat
LCC di Thailand pada periode yang sama sebesar LCC terminal terbesar di dunia. yang diterbitkan BPS tahun 2016, penduduk bagi kesejahteraan bangsa, sekaligus meminimalisir
25%. Di Indonesia sendiri rata-rata pertumbuhan Indonesia tersebar di 98 kota dan 78.198 desa tingkat kemiskinan dan kesenjangan pembangunan
FSC periode 2015-2017 sebesar 6%, sementara Pertumbuhan wisatawan mancanegara di Bangkok yang terletak di lembah, lereng dan hamparan. Hal di perdesaan. Pengembangan wisata berbasis
LCC tumbuh 8% pada periode yang sama. Don Mueang Airport (DMK) tumbuh sebesar 20,6%. tersebut menegaskan bahwa distribusi penduduk pedesaan (desa wisata) akan menggerakkan
Sementara Suvarnabhumi (BKK), terminal yang Indonesia yang sebagian besar tinggal di wilayah aktivitas ekonomi pariwisata di pedesaan yang
Pertumbuhan LCC di Jepang telah didukung oleh tidak memiliki terminal LCC hanya tumbuh 7,5%. pedesaan/rural area. Potensi penduduk di wilayah akan mencegah urbanisasi masyarakat desa ke
LCC sejak tahun 2012. Diketahui bahwa Jepang Indonesia sendiri hingga saat ini belum memiliki pedesaan dengan karakter kehidupan yang khas kota. Pengembangan wisata pedesaan akan
memiliki 4 (empat) bandara khusus LCC meliputi terminal yang dikhususkan bagi LCC, walaupun dan terbangun dari budaya yang hidup dalam mendorong pelestarian alam (a.l. bentang alam,
Narita (NRT) di Tokyo yang terus tumbuh dari secara pertumbuhan, LCC cukup menjanjikan. masyarakat lintas generasi juga merupakan potensi persawahan, sungai, danau) yang pada gilirannya
11,5% (2013) menjadi 31% (2017), Chubu (NGO) di dan kekuatan dalam kerangka pengembangan akan berdampak mereduksi pemanasan global.

28 29
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

B. Potensi Pembangunan Pemasaran Pariwisata tahun terakhir.Kelancaran proses pelaksanaan pariwisata internasional dari beberapa organisasi
Pemilu Presiden tahun 2014 baru-baru ini menjadi dan media internasional, contohnya Bali sebagai
Dalam kerangka pembangunan Pemasaran berdasarkan 3 variabel: jumlah perjalanan wisnus, bukti kondisi tersebut. Di sisi lain pencitraan positif destinasi Spa, Bali & Gili Trawangan sebagai Top
Pariwisata, terdapat sejumlah potensi yang PDRB, dan rata-rata pengeluaran provinsi asal. didukung oleh semakin banyaknya destinasi 10 Island-Asia (TripAdvisor 2014 Travellers Choice
telah berkembang sebagai modal utama dalam Ke-16 pasar wisnus adalah Jawa Barat, Jawa pariwisata Indonesia yang memperoleh berbagai Award).
mendorong akselerasi pemasaran pariwisata, Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Sumatera kategori apresiasi/penghargaan sebagai destinasi
antara lain: (1) potensi pasar wisman dan wisnus Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Lampung, Sumatera
yang terus tumbuh; (2) citra positif yang terbangun Selatan, Riau, Sumatera Barat, D.I. Yogyakarta, 3) Peran Media dan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Adaptif
melalui berbagai event dan peristiwa penting; Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Di sektor media, juga ditandai dengan semakin adanya tren teknologi informasi dan komunikasi
(3) peran media dan teknologi informasi dan Aceh. Dengan penetapan target pasar tersebut, banyaknya media (elektronik/cetak/online) dan yang berkembang sangat pesat saat ini, maka
komunikasi yang adaptif; (4) kemitraan pemasaran maka upaya promosi dan pemasaran akan lebih perusahaan pembuat film yang melakukan berbagai informasi mengenai produk dan destinasi
yang semakin luas dibangun di kalangan pelaku terfokus dan pengembangan produk akan lebih peliputan/pembuatan program/film di berbagai pariwisata dapat disampaikan pada calon wisatawan
pariwisata; (5) promosi Indonesia yang semakin mempertimbangkan berbagai aspek yang menjadi destinasi pariwisata di Indonesia, misalnya film melalui berbagai metode baru misalnya melalui
kuat yang terfokus dan media promosi yang kebutuhan dan preferensi target pasar tersebut. Eat Pray Love, The Philosopher, American Next media travel blog, online social media, aplikasi pada
semakin beragam; (6) brand equity Wonderful Top Model, Kohlanta, dan sebagainya. Hal ini tablet/smartphone, dan sebagainya. Khusus social
Indonesia; dan (7) berkembangnya teori terkait Pelaksanaan analisis terhadap pasar dalam dan menunjukan bahwa Indonesia memiliki potensi media, penetrasi yang tinggi menjadikan social
konsep pemasaran yang baru. luar negeri telah dilaksanakan sebagai dasar untuk dan kekayaan serta nilai jual yang tinggi. Dengan media sebagai media pemasaran yang menjanjikan.
menentukan kebijakan pengembangan pasar
1) Potensi Pasar Wisman dan Wisnus yang pariwisata. Analisis pasar dalam dan luar negeri
Terus Tumbuh selama ini dilakukan berdasarkan referensi data JAN DIGITAL IN INDONESIA
sekunder, yaitu BPS, Euromonitor, UNWTO, WEF,
2018 A SNAPSHOT OF THE COUNTRY’S KEY DIGITAL STATISTICAL INDICATORS

Pasar wisatawan mancanegara yang terus tumbuh AC Nielsen, selain itu, market intelligence juga
pesat setiap tahunnya dan potensi outbound sudah dilaksanakan sebagai kegiatan observasi
TOTAL INTERNET ACTIVE SOCIAL UNIQUE ACTIVE MOBILE
POPULATION USERS MEDIA USERS MOBILE USERS SOCIAL USERS
yang tinggi dari sejumlah negara-negara pasar untuk melihat pasar yang bertujuan untuk mencari
wisatawan menyediakan peluang yang besar bagi data dan informasi terkini tentang pasar yang
Indonesia untuk menarik kunjungan wisatawan nantinya akan digunakan untuk penguatan analisis
mancanegara ke Indonesia. Demikian halnya dan strategi pasar sebagai bahan pengambilan
dalam konteks wisatawan nusantara, semakin keputusan.
meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat
untuk melakukan perjalanan merupakan pasar yang 2) Citra Positif yang Terbangun Melalui 265.4 132.7 130.0 177.9 120.0
semakin terbuka dalam meningkatkan perjalanan MILLION MILLION MILLION MILLION MILLION
Berbagai Event dan Peristiwa Penting
wisatawan nusantara. URBANISATION: PENETRATION: PENETRATION: PENETRATION: PENETRATION:
Citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata
yang aman, nyaman dan berdaya saing perlu
56% 50% 49% 67% 45%
Dalam kerangka tersebut, pengembangan
Informasi Pasar Wisatawan telah menetapkan 16 terus dibangun melalui berbagai cara, sehingga 34
SOURCES: POPULATION: UNITED NATIONS; U.S. CENSUS BUREAU; INTERNET: INTERNETWORLDSTATS; ITU; EUROSTAT; INTERNETLIVESTATS; CIA WORLD FACTBOOK; MIDEASTMEDIA.ORG;
FACEBOOK; GOVERNMENT OFFICIALS; REGULATORY AUTHORITIES; REPUTABLE MEDIA; SOCIAL MEDIA AND MOBILE SOCIAL MEDIA: FACEBOOK; TENCENT; VKONTAKTE; KAKAO; NAVER; DING;

pencitraan positif akan terus terangkat dan


TECHRASA; SIMILARWEB; KEPIOS ANALYSIS; MOBILE: GSMA INTELLIGENCE; GOOGLE; ERICSSON; KEPIOS ANALYSIS. NOTE: PENETRATION FIGURES ARE FOR TOTAL POPULATION (ALL AGES).

pasar utama wisatawan mancanegara berdasarkan


3 variabel, yaitu jumlah kunjungan wisman, terinformasikan secara luas, untuk mendorong Gambar 29. Kondisi Media Digital di Indonesia
tingkat pertumbuhan, penerimaan devisa rata- wisatawan memiliki minat dan motivasi berkunjung
ke Indonesia. Berbagai event dan peristiwa politik Berdasarkan Gambar 29, dari total populasi manusia Facebook dengan pengguna aktif 41% dari jumlah
rata pengeluaran wisman per kunjungan. Ke 16
maupun pencapaian- pencapaian tertentu di di Indonesia sebanyak 265 juta, sebesar 50% penduduk, di urutan ketiga adalah Whatsapp
pasar utama tersebut adalah: Singapura, Malaysia,
bidang pariwisata turut berkontribusi besar dalam adalah pengguna internet. Sebesar 49% (sebanyak dengan pengguna aktif 40% dari jumlah penduduk,
Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Filipina,
pengembangan citra Indonesia sebagai destinasi 130 juta jiwa) merupakan pengguna aktif social sedangkan Instagram dan LINE berada pada posisi
Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, India, Perancis,
pariwisata, diantaranya adalah memulihnyasituasi media. Platform social media yang paling poluler keempat dan kelima dengan jumlah pengguna aktif
Jerman, Belanda, Thailand, Arab Saudi. Sedangkan
politik dan kemanan dalam kurun waktu beberapa digunakan di Indonesia adalah Youtube dengan sebanyak 38% dan 33% dari jumlah penduduk.
penetapan 16 pasar utama wisatawan nusantara
angka 43% dari penduduk, kemudian disusul oleh Lebih jelasnya dapat lihat Gambar 30.

30 31
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

meningkatkan kualitas kinerja dan mengefektifkan Indonesia juga telah memiliki tenaga perwakilan
sumber daya yang dimiliki pemerintah dari segi yang telah ditunjuk sebagai Visit Indonesia Tourism
pembiayaan pelaksanaan kegiatannya. Officers (VITO) yang merupakan tenaga ahli
bidang pemasaran dalam membantu memasarkan
Dengan banyaknya asosiasi dan industri pariwisata pariwisata Indonesia di luar negeri. VITO tersebut
yang berdiri antara lain PHRI, ASITA, GIPI, dan tersebar di 23 Kota di 14 Negara yang menjadi
sebagainya, pembangunan kepariwisataan fokus pasar wisatawan mancanegara. Banyaknya
mampu memberikan dampak yang sangat besar kerja sama bidang pemasaran pariwisata yang
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tertuang dalam Memorandum of Understanding
dalam kontribusi peningkatan lapangan kerja (MoU) baik dari dalam dan luar negeri terkait kerja
bagi masyarakat di suatu destinasi pariwisata. sama dalam memasarkan pariwisata Indonesia
Co-marketing mampu menimbulkan kesadaran menunjukan banyak pihak yang tertarik terhadap
kepemilikan stakeholder pariwisata untuk bekerja kepariwisataan dan juga ingin mengembangkan
sama dan memajukan pariwisata Indonesia. kepariwisataan Indonesia.

Gambar 30. Platform Social Media yang Terbanyak Digunakan di Indonesia


5) Promosi Indonesia yang Semakin Kuat yang Terfokus dan Media Promosi
yang Semakin Beragam
Pada awal kemunculannya social media hanya berbagi konten dan informasi serta jangkauannya
diperuntukkan untuk pengguna individu, namun yang luas menjadikan social media sebagai salah Promosi sebagai cara untuk memasarkan Tanjung Puting), dan Sumatera/Kepulauan Riau
kemampuan social media yang memungkinkan satu media promosi ideal bagi industri pariwisata produk dan menumbuhkan minat wisatawan (Batam, BIntan, Toba, Nias, Mentawai). Pelaksanaan
terjadinya komunikasi dua arah secara realtime, pada umumnya dan Kementerian Pariwisata pada untuk berkunjung dan melakukan perjalanan ke Otonomi Daerah menjadi salah satu hal yang
dan jangkauannya lebih luas karena berbasis khususnya. Melalui social media, Kementerian Indonesia atau perjalanan lintas daerah akan dapat menjadi potensi dalam membantu memasarkan
internet membuat social media semakin populer Pariwisata dapat melakukan promosi/pemasaran, dikembangkan lebih terfokus dengan adanya destinasi pariwisata karenanya banyak daerah
dan penggunanya semakin bertambah dari tahun campaign, menyebarkan informasi terkait produk, penetapan terhadap fokus dan prioritas destinasi yang berusaha untuk mempromosikan daerahnya
ke tahun. Pengguna social media kini tidak lagi event kepariwisataan, dan destinasi pariwisata pariwisata yang dikembangkan/Kawasan Strategis sebagai salah satu tujuan wisata.Keberagaman
didominasi oleh pengguna individu saja, tetapi kepada calon wisatawan secara efektif dan efisien. Pariwisata Nasional (KSPN) serta fokus pasar suku dan kebudayaan menyebabkan beragamnya
juga dari pelaku bisnis dan instansi pemerintah. Dengan strategi social media yang tepat dan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. daya tarik yang ditawarkan antara daerah yang
Social media dewasa ini juga digunakan sebagai eksekusi strategi yang baik, maka Kementerian Fokus tersebut merupakan dasar penting dalam satu dengan lainnya. Banyaknya event daerah yang
media untuk melakukan promosi, campaign, Pariwisata dan industri pariwisata di Indonesia dapat memilih strategi promosi yang dibuat untuk mampu menarik dengan keaslian untuk ditawarkan kepada
dan melakukan komunikasi dengan pengikut/ meningkatkan awareness dan citra positif pariwisata mencapai pasar sasaran dan juga menyampaikan wisatawan yang datang, baik wisatawan nusantara
konsumen. nasional sehingga jumlah kunjungan wisatawan informasi yang dibutuhkan pasar terhadap destinasi maupun mancanegara. Beberapa daerah sudah
Tingginya jumlah pengguna social media baik mancanegara dan pergerakan wisatawan nusantara pariwisata Indonesia. memiliki sarana pusat informasi pariwisatanya
di dunia maupun di Indonesia, dan sifatnya yang akan meningkat. sendiri, sehingga mampu untuk memasarkan
memungkinkan komunikasi dua arah, saling Keberagaman dan kesiapan sejumlah destinasi dan menginformasikan mengenai keberagaman
pariwisata Indonesia yang menawarkan daya tarik destinasi pariwisata yang dimiliki daerahnya.
wisata massal maupun daya tarik wisata alternatif/
minat khusus merupakan modal yang semakin besar Media promosi saat ini berkembang semakin luas
4) Kemitraan Pemasaran yang Semakin Luas Dibangun di Kalangan Pelaku Pariwisata untuk mendukung promosi destinasi pariwisata dengan berkembangnya New Media Marketing
Salah satu kunci penting dalam strategi pemasaran pariwisata di sektor swasta. Kemitraan pemasaran Indonesia yang semakin beragam di sejumlah yang mengacu pada pemanfaatan serangkaian
adalah dapat dikembangkannya kemitraan dilaksanakan dalam bentuk co-marketing dan co- wilayah, tidak terpaku hanya di Bali saja, namun teknik pemasaran modern (berbasis internet) dan
pemasaran di antara para pelaku pariwisata, baik branding atau keterlibatan public-private partnership sudah meluas di Lombok, Nusa Tenggara Timur penggunaan teknologi informasi yang dinilai lebih
antara Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dalam memasarkan pariwisata, yang akan mampu (Komodo, Kelimutu), Papua (Raja Ampat), Sulawesi efisien tetapi efektif dalam menjangkau segmen
dengan swasta maupun antar pelaku industri memperluas jangkauan target pemasaran serta (Toraja, Wakatobi, Bunaken), Kalimantan (Derawan, pasar yang lebih luas. Model penggunaan media

32 33
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

pemasaran melalui look, book, pay diantaranya penggunaan social media sebagai sarana promosi informasi yang diberikan oleh pemerintah dan kepentingan tertentu untuk menyebarkan keresahan
adalah berbagai situs yang menjual secara online seperti media travel blog, online social media, pengelola obyek wisata. Kementerian Pariwisata atau berita bohong yang tujuannya mengganggu
berbagai produk pariwisata dan jasa pelayanan facebook, twitter, youtube, blog, aplikasi pada dapat mengadopsi konsep Marketing 4.0 untuk stabilitas dan merusak persaingan usaha yang
pendukungnya seperti tiket penerbangan, tablet/smartphone, dan sebagainya. menarik wisatawan ke Indonesia. Namun, konsep sehat. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian
akomodasi, serta paket wisata. Kemudian juga Marketing 4.0 memiliki risiko yang berasal dari pemerintah atau Kementrian Pariwisata dan para
penggunaan teknologi online yaitu maraknya cyber pelaku usaha pariwisata untuk mengkonfirmasi
Army atau sekelompok orang yang mempunyai setiap isu yang diragukan kebenarannya.
6) Brand Equity Wonderful Indonesia

Country branding Wonderful Indonesia yang dari penerimaan pariwisata, yaitu rata-rata total
C. Potensi Pembangunan Industri Pariwisata
semula tidak masuk peringkat branding di dunia, penerimaan pariwisata tahunan dari wisatawan
pada tahun 2015 melesat lebih dari 100 peringkat mancanegara di suatu negara, dan pertumbuhan Dalam kerangka pembangunan Industri Pariwisata, rantai nilai usaha yang luas dan beragam; (2)
menjadi ranking 47, mengalahkan country branding penerimaan pariwisata, yaitu rata-rata pertumbuhan terdapat sejumlah potensi yang telah berkembang daya saing produk dan kredibilitas bisnis; dan (3)
Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan country total penerimaan pariwisata tahunan dari wisatawan sebagai modal utama dalam mendorong akselerasi tanggung jawab lingkungan yang semakin tinggi.
branding Amazing Thailand (ranking 83). Country mancanegara di suatu negara. industri pariwisata, yaitu: (1) pariwisata menciptakan
branding Wonderful Indonesia mencerminkan • Digital Demand (D2)/ Permintaan Digital yang
1) Pariwisata Menciptakan Rantai Nilai Usaha yang Luas dan Beragam
positioning dan differentiating Pariwisata Indonesia. mengukur volume pencarian total secara daring
terhadap aktivitas dan daya tarik pariwisata. Semakin Pariwisata merupakan sektor yang memiliki menuntut kemampuan pelaku industri pariwisata
Salah satu alat ukur citra kepariwisataan suatu negara banyak pencarian daring mengenai pariwisata, keterkaitan rantai nilai kegiatan yang luas dengan untuk dapat mengembangkan dan menjaga kualitas
adalah Country Brand Ranking yang dipublikasikan maka semakin menarik brand dari negara tersebut. berbagai jenis usaha sehingga mampu menciptakan produk serta kredibilitasnya sehingga memiliki daya
oleh Bloom Consulting. Pemeringkatan pariwisata • Country Brand Strategy (CBS Rating) yang lapangan usaha yang luas bagi masyarakat. saing dan memperoleh kerpercayaan dari kalangan
disusun mempertimbangkan 4 (empat) variabel, mengukur akurasi strategi branding pariwisata Keterkaitan dan sinergi antar mata rantai usaha konsumen/pasar.
yaitu: suatu negara. kepariwisataan merupakan faktor kunci yang akan
2) Daya Saing Produk dan Kredibilitas Bisnis
• Kinerja perekonomian dari sektor pariwisata • Kinerja daring dari brand suatu negara. membuat industri pariwisata berjalan dengan baik
suatu negara yang dihitung berdasarkan statistik dan mampu memenuhi harapan wisatawan selaku Dalam penilaian tingkat daya saing kepariwisatan,
pariwisata internasional dari UNWTO, yang terdiri konsumen. Indonesia memiliki keunggulan dari sisi daya saing
sumber daya pariwisata serta daya saing harga.
Keunggulan daya saing tersebut diharapkan akan
dapat menjadi modal untuk menggerakkan pilar-
7) Berkembangnya Konsep Pemasaran Baru
pilar yang lain sehingga memiliki daya saing yang
Teori pemasaran terbaru saat ini, yaitu Marketing transaksi seperti pembeli dan penjual yang itikad lebih tinggi, khususnya dari sisi manajemen atraksi/
4.0, didorong oleh perkembangan teknologi yang baiknya belum tentu sesuai harapan serta layanan daya tarik wisata, fasilitas pariwisata maupun
memungkinkan proses produksi, pemasaran, setelah pembelian serta pertanggungjawaban yang aksesibilitas pariwisata. Upaya peningkatan daya
distribusi dan sebagainya menjadi lebih diragukan. Marketing 4.0 juga mengkombinasikan saing produk dan kredibilitas bisnis terus didorong
efektif dan efisien. Pendekatan Marketing 4.0 antara style dan substance yang artinya merk tidak oleh Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata
mengkombinasikan interaksi online dan offline hanya mengedepankan branding bagus, tetapi melalui berbagai bentuk bimbingan teknis dan
Gambar 31. Kondisi Media Digital di Indonesia
antara perusahaan dengan pelanggan. Konektivitas konten yang relevan dengan pelanggan atau kegiatan sertifikasi usaha pariwisata yang akan
digital memungkinkan hubungan yang lebih cepat menyuguhkan konten yang bagus dan up-to-date. Oleh karena itu penguatan sinergitas antar didorong secara lebih intensif kedepannya.
dengan jangkauan yang luas serta pemilihan mata rantai pembentuk industri pariwisata
harus selalu dibangun dan dikembangkan agar 3) Tanggung Jawab Lingkungan yang
alokasi yang lebih optimal antara pelaku bisnis Penggunaan media online dan offline yang
seluruh komponen dan sistem kepariwisataan Semakin Tinggi
terhubung dengan akses permodalan dan pasar menggambarkan kondisi suatu destinasi pariwisata
yang lebih berkembang. Selain memberikan nusantara yang up-to-date dan bagus sangat dapat bergerak dan memberikan kontribusi serta Era Pariwisata hijau (green tourism) dan
kemudahan dengan akses konektivitas yang lebih penting. Dengan penggunaan media online, perannya masing-masing dalam menciptakan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan
cepat dan luas, marketing digital juga memiliki risiko pengunjung dapat melihat penilaian dan kondisi produk dan pelayanan yang berkualitas bagi (sustainable tourism development), telah
yang harus dihadapi terhadap keadaan sesudah sebenarnya dari pengunjung lainnya selain dari wisatawan. Kompetisi sektor kepariwisatan menumbuhkan kesadaran yang luas dari

34 35
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

berbagai pihak dan pemangku kepentingan sisi pasar wisatawan juga semakin berkembang hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi kompetensi dalam suatu bidang. Hal tersebut juga
untuk dapat mengelola dan memberikan preferensi untuk memilih destinasi pariwisata dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. berlaku untuk SDM bidang pariwisata, terutama
perhatian pada aspek-aspek kelestarian yang lebih mengemban misi-misi pelestarian/ Kebutuhan akan SDM pariwisata yang kompeten dalam rangka menyongsong tahun 2015 dimana
lingkungan, melalui pengembangan paket- tanggung jawab lingkungan. Potensi tersebut dapat dilakukan melalui jalur formal dan jalur kita akan dihadapkan pada sebuah kompetisi
paket wisata yang mengandung unsur edukasi memberi peluang bagi destinasi pariwisata di informal. besarpergerakan arus barang dan jasa di dunia
lingkungan (eco-tourism) maupun penerapan Indonesia untuk lebih mewujudkan pengelolaan yang mengharuskan Kementerian Pariwisata untuk
Dalam rangka menyiapkan SDM yang kompeten
prinsip daur ulang terhadap material atau bahan daya tarik dan produk wisata yang berwawasan mempersiapkan SDM yang kompeten dibidang
tersebut, telah disiapkan sertifikasi kompetensi
pendukung operasional usaha pariwisata. Dari lingkungan. pariwisata. Kementerian Pariwisata menjawab
SDM bidang pariwisata. Sertifikasi kompetensi
tantangan tesebut dengan melakukan program
D. Potensi Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan merupakan sebuah kebutuhan SDM pada saat ini,
pelaksanaan sertifikasi SDM pelaku pariwisata;
Dalam kerangka pembangunan Kelembagaan nasional, antara lain: (1) penguatan organisasi; hal ini karena sertifikasi kompetensi merupakan
penyusunan SKKNI bidang pariwisata; serta
kepariwisataan, terdapat sejumlah potensi yang (2) SDM kepariwisataan; (3) pariwisata sebagai bukti nyata bahwa SDM tersebut telah memiliki
penyiapan assessor.
dapat diberdayakan sebagai modal utama dalam kegiatan multisektor, borderless dan regulasi yang
mendorong peran kelembagaan yang lebih mendukung; dan (4) bonus demografi indonesia. 3) Pariwisata sebagai kegiatan multisektor, borderless dan regulasi yang mendukung
efektif mendukung pembangunan kepariwisataan Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan Upaya mendukung akselerasi pembangunan
yang bersifat mulltisektor dan borderless (tidak kepariwisataan dan koordinasi yang intensif lintas
1) Penguatan Organisasi mengenal batasan administratif ), oleh karenanya pelaku (sektoral dan regional) tersebut telah
Dalam konteks organisasi kepariwisataan, sebagainya. pengembangan pariwisata memerlukan koordinasi memiliki sejumlah payung hukum, antara lain
upaya membangun organisasi yang solid dalam Dalam konteks internal, reformasi birokrasi dan integrasi kebijakan yang sangat intensif melalui PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
mendukung pembangunan kepariwisataan kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja untuk mendukung pencapaian visi dan misi Induk Kepariwisataan Nasional, maupun Peraturan
terus diperkuat oleh Pemerintah sehingga dapat organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan pembangunan kepariwisataan sebagai sektor Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang Perubahan
terwujud tata kelola kepariwisataan yang semakin sebagai portofolio pembangunan nasional juga andalan pembangunan nasional, baik dalam rangka Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun
baik (good tourism governance) yang melibatkan semakin diperkuat melalui berbagai koordinasi mendorong percepatan peningkatan kunjungan 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor
seluruh pemangku kepentingan. Berbagai upaya kebijakan, penyusunan, dan evaluasi program wisatawan, untuk meningkatkan penerimaan Penyelenggaraan Kepariwisataan. Dengan payung
pembenahan organisasi ditingkat pusat dan lokal kelembagaan dan tata laksana; perumusan dan devisa maupun kontribusi ekonomi bagi daerah hukum tersebut maka Kementerian Pariwisata dapat
telah dilakukan, diantaranya pembentukan GIPI koordinasi pelaksanaan kebijakan e-government; guna mendorong usaha-usaha pemberdayaan memanfaatkan akses koordinasi yang lebih efektif
(Gabungan Industri Pariwisata Indonesia); BPPI koordinasi kebijakan, penyusunan, evaluasi program masyarakat. dalam mendukung percepatan pembangunan
(Badan Promosi Pariwisata Indonesia) dan unsur di dan pembinaan integritas sumber daya manusia kepariwisataan.
daerah dalam bentuk BPPD, pembentukan DMO aparatur; serta koordinasi kebijakan, penyusunan 4) Bonus Demografi Indonesia
(Destination Management Organization), dan dan evaluasi program pelayanan publik. Indonesia sedang mendapatkan bonus demografi, usia tua (65 tahun ke atas) meningkat. Hingga
yaitu fenomena dimana jumlah penduduk berusia pada 2045, Indonesia sudah menjadi aging society
2) SDM Kepariwisataan produktif (15-64 tahun) mengalami peningkatan dengan perkiraan penduduk tua mencapai 12,45
Peningkatan produk pariwisata dalam rangka kepariwisataan sebagai Unit Pelaksana Teknis secara signifikan. Ini merupakan suatu kesempatan persen dari total penduduk.
memenangkan persaingan global, harus diimbangi yang berada di bawah Kementerian Pariwisata karena bonus demografi adalah sumber
Perubahan struktur penduduk merupakan peluang
oleh ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak diharapkan akan mampu menjawab kebutuhan pertumbuhan ekonomi akibat adanya konsumsi
untuk memanfaatkan produktivitas penduduk usia
hanya berada pada tataran operasional atau tenaga SDM yang kompeten disetiap tataran dan yang tinggi, peningkatan investasi dan produktivitas
produktif agar mendorong pertumbuhan ekonomi
teknis saja tetapi juga pada tataran akademisi, meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari serta penurunan angka ketergantungan.
negara, salah satunya melalui pariwisata. Adanya
teknokrat, dan profesional. Pengembangan SDM SDM Kepariwisataan. Selain itu, pelaksanaan Data Badan Pusat Statistik memroyeksikan bahwa bonus demografi merupakan potensi bagi industri
Kepariwisataan dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan, penyiapan piranti pelaksanaan sertifikasi pada tahun 2019, kelompok usia produktif akan pariwisata dengan ketersediaan SDM yang dapat
pendidikan formal dan pelatihan, baik bagi kompetensi, pembekalan, workshop, sosialisasi, mencapai besaran 67 persen dari total populasi diserap menjadi tenaga kerja pariwisata. Tidak
Aparatur, Pengusaha Industri Pariwisata, Karyawan beserta penyiapan kurikulum dan modul pelatihan penduduk dan sebanyak 45 persen dari 67 persen hanya secara kuantitas, namun kualitas SDM sendiri
pada Industri Pariwisata maupun Masyarakat yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan tersebut berusia antara 15–34 tahun. Namun, perlu diperhatikan karena jika bonus demografi
berada di kawasan pariwisata. SDM kepariwisataan. Pengembangan SDM berbasis setelah 2030, angka ketergantungan mulai tidak diimbangi dengan pengembangan kualitas
Penambahan jumlah lembaga pendidikan tinggi kompetensi dilakukan agar dapat memberikan mengalami peningkatan karena jumlah penduduk SDM akan menjadi bencana demografi.

36 37
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Gunung Bromo, Jawa Timur

38 39
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

1.2.2 Permasalahan Pembangunan Pariwisata berdampak pada lumpuhnya aktivitas 7 (tujuh) daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
bandara utama di Pulau Jawa selama beberapa Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah untuk
Analisis terhadap permasalahan pembangunan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat hari, sehingga pergerakan wisatawan dari dan mengantisipasi hal ini, seperti kesadaran masyarakat
pariwisata dilakukan terhadap pilar pembangunan kerawanan yang cukup tinggi terhadap bencana, menuju destinasi menjadi tertunda. terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi
pariwisata. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 terutama pada daerah sepanjang ring of fire dari Daya tarik wisata di Indonesia tidak luput dari perusahaan termasuk penyelenggara pariwisata
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan Sumatera–Jawa–Bali–Nusa Tenggara–Banda– kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang merusak lingkungan, menyusun strategi
kepariwisataan meliputi industri pariwisata, Maluku. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak dan bencana alam. Hal ini juga akan membuat tanggap bencana lingkungan pada berbagai objek
destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kota-kota pantai dan sebagian wilayah pesisir citra Indonesia di mata wisatawan internasional wisata dan pembangunan citra tanggap bencana
kepariwisataan. Berikut adalah masing-masing Indonesia, yaitu pesisir barat Sumatera, pesisir menjadi kurang baik, serta diperlukan sumber (crisis management).
permasalahan pembangunan kepariwisataan. selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara terletak pada
kawasan yang rawan bencana, terutama bencana
A. Permasalahan Pengembangan Destinasi gempa bumi dan tsunami. 2) Ketersediaan Konektivitas dan Infrastruktur yang Belum Optimal
Pariwisata Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan fasilitas umum yang aman, bersih, dan tertib
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan kesulitan dalam mencapai lokasi destinasi merupakan hal dasar yang perlu disiapkan oleh
Dalam kerangka pengembangan destinasi
merilis tren kejadian bencana dalam 10 tahun pariwisata merupakan masalah akibat tidak setiap pengelola objek wisata di daerah destinasi
pariwisata, terdapat beberapa masalah utama
terakhir yang dapat dilihat pada Gambar 32. tersedianya infrastruktur yang baik. Akibat masalah pariwisata. Citra destinasi pariwisata Indonesia pun
yang harus dihadapi, yaitu: (1) perubahan iklim
dan bencana alam, (2) ketersediaan konektivitas infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju
dan infrastruktur yang belum optimal; (3) kesiapan lain, yaitu ketidaksiapan sarana dan prasarana daya tarik wisata prioritas seperti Danau Toba,
masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang destinasi, keamanan, kebersihan, ketertiban Raja Ampat, Pulau Komodo, dan Morotai perlu
belum optimal; dan (4) kemudahan investasi yang destinasi, keterbatasan aksesibilitas, dan hambatan dikembangkan dengan menambahkan sarana
masih belum optimal. konektivitas, yang membuat jumlah wisatawan yang transportasi yang mudah dijangkau dari daerah
datang ke Indonesia belum optimal. Kenyamanan asal wisatawan.
1) Perubahan Iklim dan Bencana Alam wisatawan dengan melengkapi sarana, prasarana,

Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh


dunia. Perubahan iklim ini disebabkan oleh 3) Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Belum Optimal
tindakan merusak yang dilakukan manusia, Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan masyarakat di daerah destinasi pariwisata Indonesia.
seperti penebangan pohon secara sembarangan, menjadi destinasi pariwisata Indonesia, namun tidak Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan
pengerukan gunung, dan tidak dirawatnya daerah diimbangi oleh kesiapan masyakat sekitar. Hal ini menanamkan nilai dan tujuan pariwisata Indonesia
tepi pantai. Perubahan iklim ini berdampak kepada Gambar 32. Tren Kejadian Bencana di Indonesia akan berakibat pada kurang terawatnya destinasi dan memberikan pendidikan dan pelatihan
berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai 10 Tahun Terakhir
pariwisata, kurang profesionalnya pengelolaan keterampilan. Hal ini dilakukan agar masyarakat
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
wilayah, seperti banjir, kebakaran hutan, kemarau destinasi pariwisata, serta eksploitasi berlebihan dari dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai
panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan destinasi pariwisata. Untuk mencegah timbulnya daerah destinasi Indonesia dengan bertanggung
sebagainya.Isu perubahan iklim ini juga berdampak masalah tersebut, diperlukan pemberdayaan jawab, serta turut memajukan pariwisata Indonesia.
kepada pemilihan destinasi pariwisata oleh Dari gambar di atas terlihat bahwa bencana banjir,
wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati- tanah longsor, puting beliung dan letusan gunung
hati dalam menentukan tujuan wisata ke daerah berapi menjadi bencana yang paling sering terjadi 4) Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal
yang sering terkena bencana alam. dalam 10 tahun terakhir. Bencana menyebabkan IIndonesia sebagai negara tujuan investasi yang terjadi di sejumlah daerah menjadi catatan tersendiri
lumpuhnya berbagai aktivitas di sekitar wilayah prospektif merupakan nilai tambah penting yang yang membuat para investor masih enggan untuk
Selain perubahan iklim, letak geografis Indonesia berdampak bencana, termasuk aktivitas pariwisata akan dapat meningkatkan daya saing pariwisata melakukan investasi. Hal ini perlu ditangani dengan
yang berada diantara lempeng benua dan seperti penutupan destinasi pariwisata serta Indonesia. Namun demikian potensi tersebut berbagai langkah misalnya dengan membuat
lempeng samudera, yaitu lempeng Indo-Australia menimbulkan kekhawatiran bagi wisman untuk menjadi tidak memiliki arti manakala berbagai kebijakan yang mempermudah proses investasi
di sebelah selatan, lempeng Eurasia di utara dan menentukan tujuan. Sebagai contoh pada tahun hambatan iklim usaha masih terjadi. Keruwetan dengan tetap memperhatikan daerah destinasi
lempeng Pasifik di sebelah timur, telah membuat 2014 dimana terjadi erupsi Gunung Kelud yang birokrasi dan proses yang berbelit yang masih disertai pengawasan kepada proses tersebut.

40 41
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

B. Permasalahan Pengembangan Pemasaran Pariwisata Masalah lainnya adalah mengenai pusat informasi Selain itu Indonesia juga telah memiliki tenaga
kepariwisataan yang masih bersifat parsial terbatas perwakilan di 14 negara yang telah ditunjuk sebagai
Dalam pengembangan pemasaran pariwisata, yang belum terpadu; (3) sinergi kemitraan
lokasi karena Pusat Informasi Kepariwisataan berskala Visit Indonesia Tourism Officer (VITO), namun
terdapat beberapa permasalahan yang menjadikan pemasaran yang masih belum optimal; (4) kegiatan
nasional masih belum terbentuk. Kebutuhan akan tenaga perwakilan tersebut bukanlah tenaga yang
promosi pariwisata Indonesia belum optimal, promosi masih berjalan parsial; dan (5) citra positif
adanya pusat informasi kepariwisataan merupakan khusus bekerja dalam memasarkan pariwisata
yaitu (1) belum adanya acuan riset pasar yang masih belum kuat.
hal yang sangat penting bagi wisatawan dalam Indonesia saja, sehingga diperlukan penguatan
komprehensif; (2) strategi komunikasi pemasaran
mengunjungi suatu destinasi pariwisata (kebutuhan terhadap peran VITO.
1) Belum Optimalnya Acuan Riset Pasar yang Komprehensif pengisian bahan informasi pariwisata).

Penetapan target pasar wisatawan nusantara dan wisatawan nusantara. Penetapan pasar wisatawan
mancanegara di Indonesia ternyata masih belum mancanegara dan nusantara baru berdasarkan 4) Kegiatan Promosi Masih Berjalan Parsial
mengacu kepada riset pasar yang dilakukan secara hasildesk analysis yang mengambil data dari BPS
Event-event yang berskala nasional dan secara nasional maupun internasional. Dalam
komprehensif. Hal ini dapat terlihat dari penetapan dan sumber-sumber referensi akurat lainnya seperti
internasional masih terbatas karena banyak mempromosikan pariwisata Indonesia, belum
fokus pasar yang belum mengacu terhadap analisis Euromonitor, UNWTO, WEF, maupun sumber
daerah yang mempunyai event-event daerah yang semua program-programnya dibuat secara terpadu
pasar yang dilakukan. Beberapa hal disebabkan – sumber referensi lain yang relevan sehingga
menarik namun belum menetapkan kepastian sehingga diperlukan keterpaduan program antar
belum adanya pembobotan terhadap variabel belum mencapai pada kedalaman informasi yang
waktu pelaksanaan dan belum mampu mengemas pemerintah pusat dan daerah, maupun masyarakat
yang menjadi dasar penilaian dalam menentukan diharapkan.
event secara profesional sehingga kemasannya dalam mengemas program yang kreatif dan inovatif,
fokus pasar, baik wisatawan mancanegaramaupun
kurang menarik, juga belum semua daerah juga keterpaduan media promosi agar gaung
mempunyai aksesibilitas maupun sarana dan promosinya makin meluas dengan memanfaatkan
2) Strategi Komunikasi Pemasaran yang Belum Terpadu prasarana penunjang yang memadai untuk layak komunitas-komunitas untuk promosi serta
dipromosikan baik secara nasional dan internasional, sinergitas program/kegiatan yang sifatnya nasional
Branding pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) dapat digunakan oleh Pemerintah maupun para
sehingga event-event daerah secara pelan-pelan maupun internasional dengan promosi pariwisata
masih belum terpublikasikan secara optimal pada pemangku kepentingan pariwisata Indonesia
perlu didukung dan didorong agar dapat dikemas bersama secara co-marketing.
berbagai negara pasar utama dan potensial dalam melakukan aktivitas pemasaran pariwisata
secara lebih menarik dan mulai dipromosikan
pariwisata Indonesia.Hal ini juga disebabkan oleh Indonesia.Pemanfaatan kemajuan teknologi
kurangkonsistennya branding pariwisata yang informasi dan komunikasi belum optimal dalam
digunakan, sehingga product awareness terhadap mempromosikan citra pariwisata Indonesia di dunia
produk dan destinasi pariwisata Indonesia dari internasional, hal ini karena banyaknya pemangku 5) Citra Positif Indonesia yang Masih Belum Kuat
calon wisatawan di negara-negara pasar utama dan kepentingan pariwisata yang belum memiliki Citra atau image menjadi satu hal yang sangat penting Salah satu langkah untuk menarik kunjungan
potensial masih lemah bila dibandingkan dengan kesadaran serta tidak memiliki kemampuan untuk bagi suatu negara, hal ini juga dibahas khusus oleh wisman ke Indonesia, selain obyek wisata,adalahcitra
negara-negara pesaing Indonesia. menyikapi tren perkembangan teknologi, informasi, Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas kabinet Indonesia yang positif. Wisatawan masih sangat
Indonesia juga belum memiliki suatu strategi dan social media tersebut. bahwa Indonesia harus memiliki citra positif di dunia peduli terhadap keselamatan, keamanan, kebersihan,
komunikasi pemasaran pariwisata terpadu yang internasional, karena dengan citra positif yang baik dan ketersediaan infrastruktur, sedangkan tahun 2017
akan meningkatkan daya saing dan mendorong Indonesia masih memiliki rapot merah dari Travel and
3) Sinergi Kemitraan Pemasaran Masih Belum Optimal kebanggaan identitas nasional bangsa Indonesia. Tourism Competitiveness Index (TTCI) dari segi safety
Citra positif Indonesia juga sangat berpengaruh and security, health and hygiene, ICT Readiness,
Banyaknya asosiasi dan organisasi yang bergerak sama pemasaran pariwisata yang sudah disepakati
terhadap kinerja Kementerian Pariwisata dimana Environmental Sustainability, dan tourist service
di bidang pariwisata antara lain seperti ASITA, antara pihak pemerintah dan juga asosiasi, serta
target Menteri Pariwisata adalah 20 Juta kunjungan infrasturctures.
GIPI, PHRI, yang belum bersinergi dengan organisasi yang masih belum berjalan dengan baik.
wisatawan mancanegara ke Indonesia di tahun 2019.
program kerja pemerintah sehingga menghambat MoU-MoU kerja sama bidang pemasaran pariwisata
pengembangan public-private partnerships (PPP), yang telah tertuang masih belum dilaksanakan
hal ini karena perbedaan tujuan dan kepentingan secara optimal, komitmen industri dan asosiasi
yang justru menghambat usaha pemerintah dalam yang tertuang dalam MoU kerja sama masih dalam
memasarkan pariwisata. Permasalahan lainnya juga batas dokumen karena pada kenyataannya banyak
dapat terlihat dari belum efektifnya MoU-MoU kerja kerja sama yang kurang berjalan dengan baik.

42 43
BAB I PENDAHULUAN

C. Permasalahan Pengembangan Industri Pariwisata

Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, belum optimal; (3) kesenjangan antara tingkat
terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi harga dengan pengalaman wisata; (4) kemitraan
dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industri usaha pariwisata yang belum optimal; dan (5)
pariwisata, antara lain: pengembangan tanggung jawab lingkungan oleh
(1) sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang kalangan usaha pariwisata masih belum optimal.
belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang

1) Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata yang Belum Optimal

Persoalan di lapangan menunjukkan bahwa belum juga dilaksanakan melalui peningkatan sinergi dan
semua destinasi pariwisata didukung oleh operasi keadilan distribusi antar mata rantai pembentuk
dari berbagai jenis usaha kepariwisataan dan industri pariwisata, sehingga dapat terwujud
sinergi yang baik dalam menciptakan produk dan persaingan usaha pariwisata yang sehat pada
layanan yang berkualitas bagi wisatawan. Sehingga segala level.
di satu pihak kualitas industri pariwisata belum
bisa berkembang optimal, dan di sisi lain nilai Permasalahan penguatan struktur industri
manfaat ekonomi pariwisata juga belum mampu pariwisata, sinergi dan keadilan distribusi adalah
dikembangkan untuk menopang perekonomian kurangnya kerja sama dan jejaring antar pelaku
daerah setempat. Dalam kerangka membangun usaha pariwisata dalam pengembangan industri
struktur dan mata rantai industri pariwisata yang pariwisata Indonesia serta tidak adanya data
kokoh dan kondusif, maka diperlukan berbagai base usaha pariwisata yang komprehensif. Sebagai
bentuk koordinasi yang intensif dan kerja sama/ rencana tindak prioritas untuk penyelesaian
kemitraan yang baik antar pelaku industrI pariwisata permasalahan tersebut adalah peningkatan daya
dalam berbagai wadah organisasi yang telah saing industri pariwisata melalui fasilitasi sertifikasi
dibentuk (GIPI, ASITA, PHRI, HPI, dan sebagainya). kompetensi dan peningkatan nilai tambah usaha
Penguatan struktur industri pariwisata akan pariwisata skala mikro, kecil, menengah dan koperasi,
semakin cepat dilaksanakan dengan implementasi serta implementasi sertifikasi usaha pariwisata
peran dan tugas GIPI dalam menyusun kode etik skala besar Indonesia maupun mancanegara yang
usaha pariwisata Indonesia, menyalurkan aspirasi beroperasi di Indonesia.
serta memelihara kerukunan dan kepentingan
anggota dalam pengembangan industri pariwisata, Selain itu diperlukan kontribusi dan dukungan
meningkatkan kerja sama antara pengusaha dari pelaku industri pariwisata melalui optimalisasi
pariwisata Indonesia dan pengusaha luar negeri peran dan tugas GIPI dalam pembangunan
dalam pembangunan kepariwisataan, mencegah kepariwisataan Indonesia. Sedangkan dukungan
persaingan usaha pariwisata yang tidak sehat, serta dari pemerintah daerah adalah sinergi kebijakan
penyebarluasan kebijakan pemerintah di bidang dan kegiatan pemerintah daerah dengan pelaku
pariwisata. Penguatan struktur industri pariwisata usaha pariwisata dan pemerintah.

Suku Abui, Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur

45
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

3) Kesenjangan Antara Tingkat Harga dengan Pengalaman Wisata


2) Daya Saing Produk Wisata yang Belum Optimal Kesesuaian tingkat harga dengan kualitas di lapangan. Dalam berbagai kasus dan tempat
pengalaman (value for money) yang diperoleh seringkali masih terjadi ketidaksesuaian antara
Peningkatan daya saing produk wisata, yang menetapkan 17 (tujuh belas) LSU bidang pariwisata wisatawan di sejumlah destinasi pariwisata seringkali apa yang dipromosikan dengan apa yang didapat
mencakup daya tarik wisata, fasilitas pariwisata terhitung 2 Juli 2014 hingga tanggal 2 September masih menunjukkan adanya kesenjangan, yang dilapangan. Promosi semacam ini dapat dianggap
dan aksesibilitas, berpotensi untuk meningkatkan 2014 yang di-launching pada tanggal 10 September mengakibatkan keluhan wisatawan. Dalam konteks sebagai promosi yang tidak bertanggung jawab,
daya saing usaha dan industri pariwisata Indonesia. 2014. Namun ketujuh belas LSU tersebut baru kredibilitas bisnis, kondisi tersebut akan menjadi yang membuat kredibilitas produk menjadi
Sementara kondisi saat ini ketiga komponen dalam lingkup bidang akomodasi - hotel, karena promosi negatif yang akan berdampak pada diragukan. Untuk mengangkat daya saing produk,
tersebut masih dianggap kurang kecuali daya saing baru didukung oleh auditor usaha hotel. Setelah penurunan daya saing produk wisata yang kita miliki maka upaya promosi harus menerapkan dan
sumber daya budaya dan alam Indonesia yang waktu tersebut usaha hotel baru mulai disertifikasi sehingga tidak mampu bersaing dengan produk menakankan prinsip-prinsip pemasaran pariwisata
sangat beragam, unik dan menarik. oleh LSU bidang Pariwisata secara bertahap dalam sejenis yang dikembangkan oleh kompetitor. yang bertanggung jawab (responsible marketing),
jumlah terbatas. LSU tersebut berkedudukan yang responsif terhadap hak-hak wisatawan,
Daya saing fasilitas pariwisata Indonesia relatif di Jawa dan Bali, keadaan ini menyebabkan Disisi lain ketidaksesuaikan antara fitur yang terhadap pelestarian lingkungan dan hak-hak sosial
masih kurang jika dibandingkan dengan negara- biaya sertifikasi usaha hotel di luar Jawa dan Bali dipromosikan dengan realitas yang dijumpai ekonomi masyarakat lokal.
negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan khususnya Indonesia bagian Tengah dan Indonesia wisatawan/ konsumen juga masih sering terjadi
Thailand. Daya saing usaha pariwisata Indonesia bagian Timur menjadi lebih mahal karena para
masih di bawah ketiga negara tersebut, di atas pengusaha yang disertifikasi harus menanggung 4) Kemitraan Usaha Pariwisata yang Belum Optimal
Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing biaya transportasi dan akomodasi auditor. Kondisi
dengan Vietnam. Tinggi rendahnya daya saing ini sudah mulai diantisipasi dengan melaksanakan Kemitraan usaha pariwisata antara industri pariwisata nilai manfaat berkembangnya kepariwisataan
tersebut sangat bergantung pada standar usaha pelatihan auditor usaha hotel secara mandiri, skala besar dengan usaha–usaha ekonomi akan dapat dinikmati semua pihak dalam berbagai
pariwisata dan standar kompetensi tenaga kerja dengan pembiayaan sendiri yang ditanggung oleh pariwisata skala mikro, kecil dan menengah masih jenis dan skala usaha. Oleh karena itu, pola-
usaha pariwisata. Selama ini fasilitas pariwisata atau para peserta dengan tujuan untuk menambah belum berjalan dengan maksimal. Pengembangan pola kemitraan antar usaha pariwisata, maupun
usaha pariwisata Indonesia belum memiliki standar jumlah dan persebaran auditor hotel. kemitraan usaha dimaksudkan agar peluang dan usaha pariwisata dengan pelaku usaha lainnya di
usaha, yang antara lain belum adanya klasifikasi
atau sertifikasi usaha pariwisata kecuali klasifikasi Daya saing aksesibilitas Indonesia secara umum
hotel yang dilaksanakan oleh PHRI berdasarkan kurang, yang antara lain terlihat dari kecilnya

Danau Toba, Sumatera Utara


Keputusan Menbudpar Nomor 3 tahun 2002 frekuensi dan jumlah kapasitas tempat duduk
tentang Penggolongan Hotel. penerbangan serta insfrasruktur jalan, pelabuhan
dan bandara di berbagai destinasi pariwisata
Sesungguhnya, sudah ada kebijakan penggolongan/ Indonesia yang terdapat fasilitas/usaha pariwisata.
klasifikasi/sertifikasi usaha restoran dan usaha Selama ini, usaha pariwisata di berbagai destinasi
perjalanan namun tidak berjalan sebagaimana pariwisata Indonesia kurang berkembang
mestinya, hanya berlangsung beberapa waktu karena kurangnya wisatawan yang datang dan
di beberapa daerah saja. Dengan terbitnya menggunakan fasilitas dan jasa usaha pariwisata
Permenparekraf Nomor 53 tahun 2013 tentang walaupun mereka telah mempromosikan produk
Standar Usaha Hotel tanggal 27 September 2013, dan jasa usaha pariwisatanya baik yang dilaksanakan
PHRI tidak diperbolehkan lagi untuk melaksanakan masing-masing maupun berkerja sama dengan
penggolongan/sertifikasi usaha hotel dan selajutnya pihak lain termasuk pemerintah daerah.
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun Pengembangan Industri Pariwisata yang belum
2012, sertifikasi usaha pariwisata dilaksanakan inline atau sesuai pengembangan aksesibilitas telah
Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) bidang pariwisata berakibat pada kurangnya kemampuan usaha
yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri yang pariwisata untuk memenuhi permintaan pasar, yang
membidangi pariwisata. pada akhirnya menyebabkan kurangnya daya saing
Kementerian Pariwisata baru menunjuk dan fasilitas atau usaha pariwisata Indonesia.

46 47
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

berbagai destinasi pariwisata perlu didorong dan masyarakat maupun mendorong tumbuhnya UMKM D. Permasalahan Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan
ditingkatkan. Contoh bentuk kemitraan yang dapat bidang pariwisata masih memerlukan dorongan
Dalam kerangka pengembangan kelembagaan (2) SDM pariwisata dan pengembangan pendidikan
dilakukan antara lain adalah kerja sama dalam dan peran aktif Pemerintah selaku fasilitator dan
kepariwisataan, terdapat beberapa masalah utama tinggi pariwisata yang masih terbatas; serta (3)
pengembangan daya tarik wisata, kerja sama regulator, agar UMKM bidang pariwisata juga
yang dihadapi, antara lain koordinasi dan sinkronisasi pembangunan lintas
promosi dan pemasaran, dll. memiliki kemampuan, kapasitas dan akses untuk
(1) belum meratanya penguatan organisasi yang regional dan sektor masih belum berjalan efektif.
dapat mengembangkan usaha dan memperoleh
membidangi kepariwisataan di daerah;
Kesadaran untuk mengembangkan kemitraan manfaat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat
usaha pariwisata dalam kerangka pemberdayaan setempat.

1) Belum Meratanya Penguatan Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di Daerah


5) Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan oleh Kalangan Usaha Pariwisata Masih
Belum Optimal Melalui desentralisasi, Pemerintah Daerah dituntut Pariwisata masih dianggap sebagai sektor pilihan
untuk mengelola keuangan daerah secara akuntabel dan belum dianggap sebagai sektor strategis yang
Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha berwawasan lingkungan walaupun permintaan
dan transparan. Dengan kebijakan normatif yang memberikan kontribusi berarti bagi pembangunan
pariwisata, baik lingkungan sosial, alam maupun pasar semakin kuat, kurangnya insentif terhadap
ada, pemerintah daerah diberi kesempatan untuk daerah maupun bagi kesejahteraan masyarakat,
budaya agar tetap berkelanjutan berpotensi usaha pariwisata yang menerapkan prinsip-prinsip
melakukan perubahan kebijakan dan sistem sehingga penguatan organisasi yang membidangi
untuk mengembangkan jejaring usaha pariwisata pembangunan kepariwisataan berkelanjutan,
pengelolaan keuangan daerah. Namun, paradigma pembangunan kepariwisataan belum merata di
berkelanjutan yang dapat meningkatkan daya kurangnya alokasi program corporate social
tersebut belum menjadi persepsi nasional yang berbagai daerah. Sebagai akibatnya koordinasi
saing usaha pariwisata Indonesia. Permasalahannya responsibility (CSR) usaha pariwisata dan usaha
merata di segala tingkatan dan tidak tersedianya tata lintas daerah dalam penanganan terpadu aset
adalah masih kecilnya jumlah usaha pariwisata non pariwisata untuk pengembangan pariwisata
ruang secara nasional dan holistik yang digunakan kepariwisataan yang bersifat lintas wilayahpun
yang memiliki komitmen terhadap tanggung berbasis pemberdayaan masyarakat lokal.
sebagai dasar bagi pengembangan sumber- seringkali mengalami kendala dan hambatan. Disisi
jawab lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip
sumber ekonomi, khususnya bagi sektor pariwisata lain, lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan,
yang berdampak langsung bagi pembangunan seringkali memposisikan kepariwisataan sebagai
ekonomi daerah. sektor pelengkap yang tidak memiliki posisi strategis
dalam struktur organisasi pembangunan di daerah.
Ondel-ondel Betawi, Jakarta

2) SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang Masih Terbatas

Peningkatan daya saing produk pariwisata Perkembangan pariwisata Indonesia saat ini kurang
Indonesia agar memiliki keunggulan banding dan diimbangi dengan pengembangan SDM bidang
keunggulan saing secara regional dan global harus pariwisata. Pengembangan SDM bidang pariwisata
diimbangi oleh ketersediaan SDM yang kompeten, meliputi aparatur, industri dan masyarakat. Hal
yang tidak hanya berada pada tataran operasional ini berguna untuk menunjang pengembangan
atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran pariwisata di daerah tersebut.
akademisi, teknokrat, dan profesional.
Dengan akan diberlakukannya kesepakatan
Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka tuntutan
dilakukan dengan pendekatan pendidikan formal SDM yang kompeten dan mampu bersaing dengan
dan pelatihan, baik bagi aparatur, pengusaha SDM dari luar negeri akan semakin dipersyaratkan.
industri pariwisata, karyawan pada industri Saat ini, adanya bonus demografi yang menyediakan
pariwisata maupun masyarakat yang berada di SDM secara kuantitas, perlu diimbangi dengan
kawasan pariwisata. kualitas yang maksimal agar tidak berbalik menjadi
bencana demografi.

48 49
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

3) Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional yang Belum Efektif 1.3.1 ANALISIS DAYA SAING PARIWISATA (TTCI)
Isu koordinasi dan kerja sama antara pusat besar terhadap pembangunan faktor pendukung Analisis daya saing pertama menggunakan Subindeks pertama yaitu enabling environment,
dan daerah muncul sebagai konsekuensi dari pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, atraksi, dan hasil evaluasi dalam bentuk Travel and Tourism subindeks kedua yaitu travel and tourism policy
implementasi otonomi daerah yang tidak dilandasi promosi. Padahal, pembangunan kepariwisataan Competitive Index (TTCI). Indeks dikeluarkan oleh and enabling conditions, subindeks ketiga yaitu
dengan prinsip-prinsip Good Governance. Dengan bersifat borderless, yang berarti pembangunan World Economic Forum (WEF) untuk mengukur infrastructure, dan subindeks keempat yaitu natural
adanya UU Otonomi Daerah maka kewenangan dan pengelolaannya berlangsung lintas batas faktor-faktor dan kebijakan suatu negara yang and cultural resources. Masing-masing subindeks
pengembangan produk pariwisata berada di administratif dan lintas sektor. Oleh karena itu, memungkinkan pengembangan berkelanjutan memiliki beberapa pilar yang terdiri dari beberapa
daerah, sedangkan kewenangan pemasarannya hendaknya setiap pemegang kewenangan otonom dari sektor perjalanan (travel) dan pariwisata, subpilar. Hasil penilaian dari subpilar dan pilar
berada di Pusat. Pengaturan kewenangan ini dan pemangku kepentingan pariwisata harus yang pada akhirnya, akan berkontribusi terhadap tersebut akan membentuk nilai subindeks yang akan
menimbulkan arogansi daerah untuk menentukan berpikir nasional (Indonesia) dan bertindak lokal pengembangan dan daya saing suatu negara. TTCI terakumulasi menjadi TTCI. Lebih detil mengenai
arah pembangunan dan pengelolaan sumber (daerah). Dengan konsep ini, berarti para pemegang menyediakan hasil pengukuran kinerja suatu negara komponen-komponen yang membentuk TTCI
daya dan wilayah administratifnya masing-masing, kewenangan daerah otonom tidak menutup diri berdasarkan penilaian terhadap 4 subindeks yang dapat dilihat pada Gambar 33.
sehingga mengakibatkan pengembangan kegiatan bagi kebijakan pariwisata secara nasional untuk membentuk nilai TTCI.
kepariwisataan antara Pusat dan Daerah kurang kepentingan kemajuan daerahnya.
terkoordinasi dengan baik. Begitu pula koordinasi
antara pemerintah dan swasta. Hal ini dapat Pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan
memicu kecenderungan orientasi pembangunan peraturan yang diharapkan mampu mengatasi
yang hanya mengejar peningkatan PAD yang masalah koordinasi lintas sektoral dalam
mendorong masing-masing daerah berkompetisi pembangunan kepariwisataan di Indonesia dengan
secara kurang sehat untuk menarik pasar wisatawan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang
ke daerahnya dengan kebijakan-kebijakan tertentu Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
yang tidak memberikan kenyamanan kunjungan 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas
wisatawan dan bahkan mengarah pada eksploitasi Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan, dan
berlebihan terhadap objek wisata yang berdampak Perpres Nomor 63 tahun 2014 tentang Pengawasan
pada penurunan daya dukung dan kualitas objek dan Pengendalian Kepariwisataan. Dengan adanya
tersebut. peraturan ini, maka jelas sudah posisi sektor
Selain itu, ancaman yang paling serius atas pariwisata sebagai ujung tombak pembangunan
implementasi otonomi daerah adalah munculnya kepariwisataan di Indonesia sehingga diharapkan
paradigma sektoral yang menggilas peran lintas tujuan dari pembangunan kepariwisataan tercapai
sektoral pariwisata, yang selanjutnya berpengaruh dan multiplier effect dari kegiatan pariwisata Gambar 33. Komponen TTCI
menjadi lebih besar. Sumber: UNWTO, 2017

1.3 Analisis Daya Saing


Penyelenggaraan pariwisata yang merupakan salah mediaindonesia.com/read/detail/41577-thailand- Berdasarkan Gambar 33. subindeks enabling Hasil evaluasi TTCI Indonesia tahun 2017 lebih
satu kontributor devisa negara tentu tidak lepas dari dan-malaysia-pesaing-utama) dan Kompas (https:// environment dibentuk dari 5 (lima) pilar, subindeks baik dibanding penilaian tahun 2015 dimana
persaingan. Beberapa kompetitor memiliki sejumlah travel.kompas.com/read/2017/07/12/200400327/ travel and tourism policy and enabling condition Indonesia berada di peringkat 50 dari 140 negara
strategi, metode dan kebijakan masing-masing menpar.vietnam.pesaing.baru.indonesia), dapat dibentuk dari 4 (empat) pilar, subindeks infrastructure dengan TTCI sebesar 4. Namun, penilaian tidak
dalam penyelenggaraan pariwisata di negara disimpulkan bahwa kompetitor utama dari dibentuk oleh 3 (tiga) pilar dan subindeks natural hanya terbatas pada nilai TTCI Indonesia sendiri,
masing-masing. Lingkup kompetitor dilihat dari sisi Indonesia dalam penyelenggaraan wisata adalah and cultural resources dibentuk oleh 2 (dua) pilar. melainkan perbandingan terhadap negara-negara
geografis serta perkembangan penyelenggaraan Thailand, Malaysia dan Vietnam. Indonesia termasuk negara yang penyelenggaraan kompetitor. Lingkup kompetitor dalam hal ini
pariwisata, dengan kata lain kompetitor yang pariwisatanya diukur dengan TTCI. Berdasarkan adalah beberapa negara penyelenggara pariwisata
dimaksud adalah beberapa negara di ASEAN, Analisis dilakukan dengan membandingkan hasil penilaian TTCI pada tahun 2017, di kawasan ASEAN, meliputi Malaysia, Philipines,
seperti Thailand, Malaysia, dan terutama Vietnam. apa strategi kompetitor saat ini, serta apa yang Indonesia berada di peringkat 42 dari 136 Singapura, Thailand dan Vietnam. Perbandingan
Berdasarkan hasil wawancara Menteri Pariwisata, diharapkan dari kompetitor di masa mendatang. negara dengan TTCI sebesar 4.2. antara ranking dan nilai TTCI dari 6 (enam) negara
yang dikutip dari Media Indonesia (http:// dapat dilihat pada Tabel 4.

50 51
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

Berdasarkan Gambar 34 secara tren, hampir seluruh Singapura dan Filipina stagnan. Walaupun
Tabel 4. Perbandingan Ranking dan Nilai TTCI dari 6 (enam) Negara
negara mengalami penurunan nilai TTCI dari periode mengalami peningkatan secara nilai keseluruhan,
penilaian 2013 ke periode 2015, kecuali Indonesia namun terdapat beberapa subindeks yang perlu
Peringkat TTCI
No. Negara yang mengalami kenaikan 0,01. Pada penilaian diperhatikan karena mengalami penurunan pada
2015 2017 2015 2017 2017, nilai TTIC Indonesia mengalami peningkatan periode 2017 terhadap penilaian periode 2015
tertinggi sebesar 0,2 bersama Vietnam. Sementara seperti yang terlihat pada Gambar 35.
1 Singapura 11 (dari 141) 13 (dari 136) 4,9 4,9

2 Malaysia 25 26 4,4 4,5


Tren Subindeks TTCI Indonesia
7
3 Thailand 35 34 4,3 4,4
6,11
4 Indonesia 50 42 4,0 4,2 6
6
5,3
5 Vietnam 75 67 3,6 3,8
5
6 Filipina 74 79 3,6 3,6 4,9 4,7
4,6

Sumber: UNWTO, 2017 (diolah) 4

3
Berdasarkan Tabel 4, pemeringkatan TTCI bagi 2015 menjadi peringkat 67 pada tahun 2017.
beberapa negara di atas mengalami peningkatan, Perbandingan secara TTCI, tidak jauh berbeda 2
kecuali Singapura dan Filipina. Singapura dengan pemeringkatan dimana negara seperti
turun satu peringkat dari peringkat 25 menjadi Singapura dan Filipina yang mengalami penurunan 1

peringkat 26, sementara Filipina turun 5 (lima) peringkat, memiliki skor TTCI yang stagnan.
0
peringkat dari 74 pada tahun 2015 menjadi 79 Sementara negara sisanya, mengalami peningkatan 2013 2015 2017
di tahun 2017. Selebihnya, Malaysia, Thailand, TTCI. Selain itu, analisis tren juga dilakukan terhadap Business Environment Safety and security Health and hygine
Indonesia dan Vietnam mengalami peningkatan. TTCI selama 4 (empat) periode penilaian terakhir Human resource and labour market ICT Readiness Prioritization of Travel & Tourism
Khususnya Vietnam yang mengalami peningkatan pada Gambar 34. International Openness Price competitiveness Environmental sustainability

pesat sebanyak 13 peringkat dari 75 pada tahun Air transport infrastructure Ground and port infrastructure Tourist service infrastructure
Natural resources Cultural resources and business travel

Gambar 35. Tren Subindex TTCI


Sumber: Hasil penilaian UNWTO, 2017

Berdasarkan Gambar 35. diketahui bahwa terdapat Perbaikan terkait dua subindeks yang mengalami
dua subindeks TTCI yang mengalami penurunan penurunan, dapat menjadi peluang bagi
yaitu subindeks human resource and labor market Kementerian Pariwisata. Hingga saat ini, Kementerian
serta price competitiveness. Berdasarkan penilaian Pariwisata dapat berkontribusi langsung maupun
tahun 2017, tiga subindeks terbesar yaitu subindeks tidak langsung terhadap pengembangan SDM
price competitiveness, subindeks prioritization Pariwisata Indonesia. Kementerian Pariwisata
of travel & tourism, dan subindeks safety menyadari sumber daya manusia (SDM) pariwisata
and security. Sementara, tiga subindeks terkecil merupakan individu/pelaku industri pariwisata yang
yaitu subindeks environmental sustainability, secara langsung ataupun tidak langsung memiliki
subindeks ground and port infrastructure, dan interaksi/keterkaitan dengan seluruh komponen
subindeks tourist service infrastructure. Walau pariwisata. SDM pariwisata memegang peran
demikian, ketiga subindeks terkecil ini mengalami penting dalam menggerakkan roda industri ini.
penigkatan jika dibandingkan dengan penilaian Dengan memiliki SDM pariwisata yang memiliki
Gambar 34. Grafik Tren TTCI 2011 - 2017 tahun 2015, khususnya pada subindeks tourist kompetensi yang baik, maka pembangunan
Sumber: Hasil penilaian UNWTO, 2017
service infrastructure yang mengalami peningkatan kepariwisataan dapat dilakukan secara optimal.
pesat sebanyak 1,06 poin.

52 53
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB I PENDAHULUAN

1.3.2 Analisis Tujuan Jangka Panjang Kompetitor Dan Strategi Negara Pesaing munculnya investasi sebagai salah satu strategi pariwisata Vietnam. Hal tersebut merupakan upaya
Analisis dilakukan untuk mengetahui apa tujuan masing negara pesaing. Tujuan jangka panjang pengembangan pariwisata. Khusus untuk Vietnam, masif yang dilakukan Vietnam dalam rangka
dan/atau sasaran jangka panjang dan strategi direpresentasikan dalam visi yang nantinya akan adanya strategi perbaikan manajemen nasional di perbaikan pengembangan pariwisata.
negara pesaing dalam pengembangan dipetakan ke dalam sasaran, sementara strategi bidang pariwisata, mendorong tumbuhnya industri
pariwisata, sehingga perubahan-perubahan merupakan gambaran operasional dari masing-
strategis yang dilakukan oleh negara pesaing masing fungsi dalam pengembangan pariwisata
di masa mendatang, dapat diprediksi. Analisis dan bagaimana hal tersebut dapat saling terkait.
ini dilakukan terhadap dokumen rencana Perbandingan antara tujuan jangka panjang dan

Bunaken, Sulawesi Utara


strategis pengembangan pariwisata dari masing- strategi negara pesaing dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks Tujuan Jangka Panjang dan Strategi Pengembangan Pariwisata

Negara Visi Strategi


1.   Pengembangan destinasi pariwisata
Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan
pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, 2.   Pengembangan pemasaran pariwisata
Indonesia
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan 3.   Pengembangan industri pariwisata
daerah dan kesejahteraan rakyat
4.   Pengembangan kelembagaan kepariwisataan

1.   Investasi pada ekowisata

2.   Konsesi pariwisata pada situs ekowisata


Mengembangkan Malaysia sebagai negara tujuan
wisata dan budaya kelas dunia pada tahun 2020, 3.   Sinergi antar ekowisata dan konservasi
Malaysia
serta membangun identitas nasional berdasarkan
seni, budaya, dan warisan 4.   Pemasaran ekowisata
5.   Membentuk klaster ekowisata dalam rangka pengemban-
gan produk
1.   Pengembangan atraksi, produk dan layanan
2.   Pengembangan dan peningkatan infrastruktur dan
Thailand akan menjadi yang terdepan dalam amenitas
kualitas destinasi, melalui pembangunan yang
seimbang dengan memanfaatkan Thainess 3.   Pengembangan potensi SDM dan awareness warga
Thailand untuk berkontribusi secara signifikan terhadap negara Thailand
pembangunan sosio-ekonomi negara dan 4.   Pemasaran menggunakan Thainess dan menciptakan
distribusi kekayaan secara inklusif dan kepercayaan wisatawan
berkelanjutan
5.   Kolaborasi antar organisasi dan integrasi diantara
sektor publik, sektor swasta dan masyarakat umum

1.   Pengembangan produk


Menjadi sektor ekonomi utama yang modern 2.   Pengembangan infrastruktur
dan profesional dengan infrastruktur teknis yang
seragam; produk pariwisata berkualitas tinggi, 3.   Pelatihan dan pengembangan SDM
keragaman dan gengsi yang diilhami dari identitas
Vietnam 4.   Pengembangan pasar, promosi dan merk
nasional Vietnam serta mampu bersaing dengan
negara-negara lain di kawasan maupun di dunia. 5.   Investasi dan kebijakan pengembangan pariwisata
Pada tahun 2030, Vietnam berusaha menjadi
bangsa dengan sektor Pariwisata yang berkembang 6.   Kerja sama internasional

7.   Perbaikan manajemen nasional di bidang pariwisata

Dari Tabel 5, hasil perbandingan strategi berdasarkan 4 (empat) pilar yaitu destinasi
pengembangan pariwisata antara Indonesia, pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata
Malaysia, Thailand dan Vietnam, dapat disimpulkan dan kelembagaan pariwisata (termasuk SDM
bahwa strategi yang dipilih Indonesia, relatif sama Pariwisata). Namun di beberapa negara seperti
dengan 3 (tiga) negara lain. Kesamaan tersebut Malaysia dan Vietnam, terdapat poin menarik yaitu

54 55
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA
Danau Toba, Sumatera Utara

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
KEMENTERIAN PARIWISATA

56 57
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA

BAB II 2.3 Tujuan Kementerian Pariwisata 1) Meningkatnya kualitas destinasi pari


wisata nasional
VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA Berdasarkan Permen PPN Nomor 5 Tahun 2014 2) Indonesia menjadi tujuan wisata fa
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan vorit dunia
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra 3) Terwujudnya industri nasional yang
K/L) 2015-2019, tujuan adalah penjabaran dari visi kompetitif
Bab ini akan menjelaskan tentang arah strategis yang berdampak pada perubahan arah strategis
dan dilengkapi dengan sasasaran nasional yang 4) Meningkatnya kualifikasi kelem
Kementerian Pariwisata. Arah strategis yang Kementerian Pariwisata. Lebih detil mengenai
hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran bagaan pariwisata nasional
dimaksud direpresentasikan oleh visi, misi, tujuan visi, misi, tujuan strategis dan sasaran strategis
program prioritas Presiden. Dengan kata lain, tujuan 5) Terwujudnya reformasi birokrasi Ke
strategis dan sasaran strategis Kementerian Kementerian Pariwisata akan dibahas pada subbab
adalah bentuk lebih rinci atau lebih operasional menterian Pariwisata
Pariwisata. Pada tahun 2017, Kementerian berikut.
dari visi. Berdasarkan visi Kementerian Pariwisata,
Pariwisata melakukan Reviu Rencana Strategis
dirumuskan Tujuan Kementerian Pariwisata, yaitu:

2.4 Sasaran Strategis Kementerian Pariwisata


Berdasarkan Permen PPN Nomor 5 tahun 2014 beberapa program. Dalam perumusan manajemen
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan strategis, terdapat beberapa alat bantu (tools)
2.1 Visi Kementerian Pariwisata Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra manajemen yang dapat digunakan, salah satunya
Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan “Indonesia Menjadi Negara Tujuan Pariwisata K/L) 2015-2019, sasaran strategis Kementerian/ adalah Balanced Scorecard (BSC). Sasaran-sasaran
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Kelas Dunia” Lembaga (outcome/impact) adalah kondisi yang strategis dalam BSC, digambarkan menjadi
Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 akan dicapai secara nyata oleh Kementerian/ peta strategi (strategy map). Peta strategi dari
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Berdasarkan visi diatas, terdapat kata kunci visi yaitu Lembaga yang mencerminkan pengaruh yang Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada Gambar
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra negara tujuan pariwisata kelas dunia. Definisi timbul oleh adanya hasil (outcome) dari satu atau 36.
K/L) 2015-2019, visi merupakan rumusan umum dari negara tujuan pariwisata kelas dunia yaitu
mengeni keadaan yang diinginkan pada akhir Indonesia menjadi salah satu pilihan utama Wisman
periode perencanaan. Periode perencanaan yang dan Wisnus untuk berwisata dengan destinasi yang
dimaksud yaitu tahun 2018-2019. Visi Kementerian didukung oleh atraksi yang menarik, aksesibilitas
Pariwisata 2018-2019 yaitu: yang mudah, dan amenitas yang berkualitas.

2.2 Misi Kementerian Pariwisata


Berdasarkan Permen PPN Nomor 5 Tahun 2014 1) Mengembangkan destinasi pariwisata kelas
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan dunia
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra 2) Melakukan pemasaran dengan berorientasi
K/L) 2015-2019, misi adalah rumusan umum kepada wisatawan
mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan dalam 3) Mengembangkan lingkungan dan kapasitas
mewujudkan visi. Ketepatan dalam perumusan misi industri pariwisata yang berdaya saing tinggi
akan menentukan capaian visi. Berdasarkan visi 4) Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
yang telah ditetapkan Kementerian Pariwisata, maka kelembagaan pariwisata nasional
dirumuskan misi Kementerian Pariwisata, yaitu: 5) Meningkatkan profesionalisme birokrasi
Kementerian Pariwisata melalui reformasi
birokrasi

Gambar 36. Peta Strategi dari Kementerian Pariwisata


58 59
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA

Tabel 6. Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis

Berdasarkan Gambar36, Kementerian Pariwisata saing pariwisata nasional”. Capaian sasaran


memiliki memiliki 9 (sembilan) sasaran strategis strategis ini diukur melalui 3 (tiga) IKSS.
yang dipetakan kedalam 4 (empat) perspektif BSC.
Perspektif pertama yaitu stakeholder/financial, Perspektif ketiga yaitu internal process merupakan
perspektif kedua yaitu customer, perspektif ketiga perspektif yang menggambarkan proses
yaitu internal process, dan perspektif keempat yaitu yang dilakukan Kementerian Pariwisata untuk
learning & growth. Masing-masing dari perspektif menghasilkan output di customer perspective.
tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada paragraf Jika proses telah dilakukan dengan benar,
selanjutnya. diharapkan output pada perpsektif customer
dapat terwujud. Pada perspektif ini, Kementerian
Perspektif pertama yaitu stakeholders/financial Pariwisata memiliki 5 (lima) sasaran strategis yaitu
merupakan perspektif yang melambangkan “Meningkatnya investasi sektor pariwisata”,
outcome/impact yang ingin dicapai oleh “Bertumbuhnya industri pariwisata nasional”,
Kementerian Pariwisata. Outcome yang ingin dicapai “Meningkatnya kualitas usaha pariwisata
oleh Kementerian Pariwisata direpresentasikan nasional”, “Meningkatnya kuallitas SDM
oleh visi Kementerian Pariwisata. Dengan kata lain, pariwisata nasional”, dan “Dimanfaatkannya
perspektif stakeholders merupakan penjabaran lebih hasil penelitian dan pengembangan pariwisata
rinci dari visi Kementerian Pariwisata.Pada perspektif nasional”. Capaian sasaran strategis ini diukur
stakeholders, Kementerian Pariwisata memiliki 1 melalui 5 (lima) IKSS.
(satu) sasaran strategis yaitu “Meningkatnya
pendapatan nasional dari sektor pariwisata”. Perspektif keempat yaitu learn and growth
Capaian sasaran strategis ini diukur oleh 2 (dua) merupakan perspektif yang menggambarkan aset
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS). strategis Kementerian Pariwisata yang digunakan
untuk menjalankan proses pada perspektif
Perspektif kedua yaitu customer merupakan internal process. Pada perspektif ini, Kementerian
perspektif yang menggambarkan output dari Pariwisata memiliki 1 (satu) sasaran strategis yaitu
Kementerian Pariwisata. Dengan output yang “Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan
dihasilkan tersebut, diharapkan outcome yang Kementerian Pariwisata”. Capaian sasaran
menjadi representasi dari visi Kementerian strategis ini diukur melalui 1 (satu) IKSS.
Pariwisata dapat terwujud. Pada perspektif ini,

Pulau Morotai, Maluku Utara


Kementerian Pariwisata memiliki 2 (dua) sasaran Lebih detil mengenai sasaran strategis dan indikator
strategis yaitu “Meningkatnya kunjungan kinerja sasaran strategis dapat dilihat pada tabel
Wisman dan Wisnus” dan “Meningkatnya daya berikut.

60 61
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Tanjung Puting, Kalimantan Timur

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

62 63
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

BAB III Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 14 kepentingan lain. Hubungan kerja tim koordinasi
Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas kepariwisataan bersifat koordinatif dan konsultatif
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang dalam rangka sinkronisasi, harmonisasi dan
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan integrasi kebijakan dan program masing-masing
Kepariwisataan, pemerintah melakukan kementerian/lembaga dalam penyelenggaraan
koordinasi strategis lintas sektor pada tataran kepariwisataan.
kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan, Untuk mengetahui, mengontrol, dan mencapai
sehingga untuk memperlancar pelaksanaan target dari sasaran strategis pembangunan
Arah kebijakan dan strategi nasional terkait 2013 menjadi ranking ke-114 dari 141 negara. Bila koordinasi strategis lintas sektor, maka dibentuk tim kepariwisataan, Kementerian Pariwisata akan
penyelenggaraan pariwisata tercantum dalam penurunan ini berlanjut, maka akan timbul persepsi koordinasi kepariwisataan. Tim koordinasi tersebut melakukan mekanisme kontrol dan evaluasi baik
3 (tiga) hal, yaitu 100 janji Presiden, Rencana yang tidak baik di kalangan calon wisman, dan pada bertugas mengoordinasikan kebijakan, program, secara internal (melalui Rapim, audit internal,
Pembangunan Jangka Menengah Nasional akhirnya memberikan citra yang negatif dan akan dan kegiatan untuk mendukung kepariwisataan dll.) maupun secara eksternal (evaluasi yang
2015 – 2019 (RPJMN 2015 – 2019) dan Rencana menghindari Indonesia sebagai tujuan wisatanya. serta melakukan sinergi melalui sinkronisasi, dilakukan oleh KemenPANRB dan Bappenas). Untuk
Induk Pembangunan Pariwisata (RIPPARNAS). Sikap penduduk terhadap turis asing (attitude harmonisasi dan penetapan langkah strategis melaksanakan program-program pembangunan
Ketiganya diperkuat dengan pernyataan Presiden toward foreign visitors) dipengaruhi oleh dua hal, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam kepariwisataan sangat diperlukan adanya koordinasi
Joko Widowo dalam rapat terbatas terkait peran yakni: (1) persepsi penduduk terhadap manfaat atas pelaksanaan kepariwisataan. Selain itu juga bertugas lintas sektor yang efektif, termasuk koordinasi
strategis pariwisata sebagai leading sector dalam kehadiran turis (perceived benefit); dan (2) tingkat mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, yang baik dengan daerah dan masyarakat karena
pembangunan nasional. kesadaran penduduk terhadap pariwisata. Sikap pemantauan, dan evaluasi atas pelaksanaan pariwisata merupakan kegiatan yang multi sektor.
penduduk terhadap turis membentuk persepsi kepariwisataan, sehingga dalam pelaksanaan Keberadaan sektor pariwisata akan menciptakan
Dalam 100 janji Presiden, sektor pariwisata masuk keramahan (perceived hospitality) bagi wisman tugasnya tim koordinasi dapat mengikutsertakan hubungan yang saling mendukung dan menguatkan
ke dalam klaster prioriras nasional bersama klaster yang selanjutnya akan menentukan apakah yang lembaga, unsur masyarakat serta pemangku (simbiosis mutualisme).
lain seperti pangan, energi, maritim, infrastruktur, bersangkutan akan kembali lagi atau tidak.Dengan
dll. Pembangunan pariwisata berdasarkan 100 janji demikian, isu strategis pembangunan pariwisata 3.1.1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
presiden terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu: (i) dukungan adalah meningkatkan kontribusi pariwisata
Pembangunan kepariwisataan Indonesia lokal; memberi manfaat untuk kesejahteraan
kebijakan untuk memfasilitasi pengembangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
ekonomi kreatif berbasis pada eco-tourism; (ii) khususnya masyarakat di daerah tujuan wisata.
Nomor 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
intersullar tourism; dan (iii) akses informasi dan
Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan memberdayakan masyarakat setempat; menjamin
komunikasi yang terintegrasi dengan potensi Guna menjawab isu strategis tersebut, pola
pertumbuhan ekonomi; meningkatkan keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat
ekonomi lokal. pengembangan pariwisata 2015-2019 didasarkan
kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik
atas paradigma berkelanjutan dan peningkatan
mengatasi pengangguran; melestarikan alam, dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
Berdasarkan Buku II RPJMN 2015 – 2019, peningkatan daya saing untuk meningkatkan kesejahteraan
lingkungan, dan sumber daya; memajukan antarpemangku kepentingan;mematuhi kode etik
pariwisata diukur berdasarkan 3 (tiga) indeks daya masyarakat melalui pembangunan empat pilar
kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
saing pariwisata yang dijadikan sebagai titik tolak kepariwisataan.Dengan pola tersebut diharapkan
rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan dalam bidang pariwisata; dan memperkukuh
perumusan permasalahan yang dihadapi oleh jumlah kunjungan wisatawan mancanegara,
kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
sektor pariwisata, yaitukunjungan wisatawan manca perjalanan wisatawan nusantara, devisa pariwisata,
antarbangsa. Pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui
negara (Wisman), pengeluaran Wisman dan Affinitity penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata, investasi
Kepariwisataan Indonesia diselenggarakan dengan pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan
for Travel and Tourism khususnya untuk indikator bidang pariwisata, dan citra pariwisata Indonesia di
prinsip menjunjung tinggi norma agama dan nilai dengan memperhatikan keanekaragaman,
Attitude of Population Toward Foreign Visitors. mata duniaakan meningkat sehingga tujuan dari
budaya sebagai pengejawantahan dari konsep keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta
Kunjungan dan pengeluaran wisman menunjukkan pembangunankepariwisataan yang sesuai dengan
hidup dalam keseimbangan hubungan antara kebutuhan manusia untuk berwisata. Pembangunan
peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2013. UU Nomor 10 tahun 2009, yaitu “Mewujudkan
manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan kepariwisataan ini meliputi industri pariwisata;
Sebaliknya indikator “affinity for travel and tourism” Kesejahteraan Rakyat” dapat tercapai dengan
antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan destinasi pariwisata; pemasaran; dan kelembagaan
memburuk. Bila pada tahun 2007 Indonesia berada efektif dan efisien.
antara manusia dan lingkungan; menjunjung tinggi kepariwisataan.
pada ranking ke-57 dari 124 negara, pada tahun
hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan

64 65
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1.2 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan • GREAT SPIRIT
Kepariwisataan Nasional 2010-2015 • Indonesia Bekerja – Wonderful Indonesia
National • GRAND STRATEGY
Level • Directional Strategy : Sustainable Competitive Growth
• Portfolio Strategy : Integrated e-Tourism Ecosystem
Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang untuk pengembangan pariwisata nasional yang • Parenting Strategy : Government Support – Industry Led
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan mempunyai pengaruh penting dalam satu atau
Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025 merupakan lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial • BUSINESS STRATEGY
Industry • Comparative Strategy : Industry Champion
amanat dari UU Nomor10 Tahun 2009 tentang dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, Level • Competitive Strategy : Focus, Speed, and Differentiation
• Cooperative Strategy : Public Private Partnership
Kepariwisataan yang mengatur pembangunan daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan
kepariwisataan Indonesia. Wilayah pengembangan dan keamanan. Gambar 37. Strategic Direction Kementerian Pariwisata
destinasi pariwisata nasional diarahkan pada 222
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Arah kebijakan dihubungkan dengan program Berdasarkan Gambar 37, strategic direction 3 (tiga) strategi bisnis. Strategic direction tersebut
(KPPN) di 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), pembangunan pariwisata yang digariskan dalam Kementerian Pariwisata secara umum dibagi kemudian dijabarkan menjadi arah kebijakan dan
dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan menjadi 2 (dua) level yaitu level nasional dan level strategi Kementerian Pariwisata yang dapat dilihat
(KSPN). Nasional (RIPPARNAS), yang fokus pada program industri. Level nasional terdiri dari Great Spirit dan pada Gambar 38.
kegiatan pengembangan terhadap empat pilar Grand Strategy. Sementara level industri terdiri dari
KPPN menunjukkan kawasan pengembangan pengembangan kepariwisataan, yaitu:
pariwisata di seluruh indonesia yang diwujudkan 1) Pengembangan destinasi pariwisata
dalam bentuk DPN dan KSPN. DPN merupakan 2) Pengembangan industri pariwisata
ARAH STRATEGIS PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL
destinasi pariwisata berskala nasional, sedangkan 3) Pengembangan pemasaran pariwisata
100 Janji Presiden terkait Rencana Induk Pengembangan
Nawa Cita
KSPN merupakan kawasan yang memiliki 4) Pengembangan kelembagaan pariwisata Pariwisata Pariwisata Nasional (RIPPARNAS)

fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi

Corporate
level • Sus tainable competitive growth KONDISI 2019
Kondisi saat ini strategy/
strategi
• Integrated e-Tourism ecosystem
• Government support – i ndustry l ed
3.1.3 Agenda Strategis Nawa Cita Pemerintahan Republik Indonesia 2015 – 2019 (2017) nasional INDONESIA MENJADI
NEGARA TUJUAN
Kontribusi PDB Destinasi Pemasaran Industri Kelembagaan PARIWISATA KELAS
SBU level
Beberapa agenda strategis Pemerintahan Republik ekonomi nasional, yakni industri manufaktur, industri Nasional (5%) strategy /
Pengembangan
destinasi pariwisata
Penguatan
pemasaran
Meningkatkan Meningkatkan
DUNIA (WORLD CLASS
Devisa (Rp. 202,13 strategi jumlah dan daya kualitas SDM dan TOURISM DESTINATION)
Indonesia periode 2015-2019 tertuang dalam pangan, sektor maritim dan pariwisata”. Atas dasar
berdaya saing dan pariwisata nasional
Trilyun) Kementerian berkelanjutan di saing industri kelembagaan
Kontribusi PDB
yang berorientasi
destinasi pariwisata pariwisata pariwisata
pada pelanggan Nasional (5,5%)
agenda prioritas NAWACITA. Dalam Nawa Cita, pemikiran itulah bahwa kepariwisataan Indonesia TTCI (Ranking 42) prioritas nasional
Devisa (Rp. 280 Trilyun)
Jumlah Wisman (14,04
butir yang terkait pariwisata adalah butir keenam dapat meningkatkan daya saing Indonesia di Juta) TTCI (Ranking 30)
Destinasi Pemasaran Industri Kelembagaan
Perjalanan Wisnus
yang menyebutkan “Kami akan meningkatkan daya mancanegara, terutama dengan memanfaatkan (270,82 Juta) • S1. Pengembangan • S7. Pemasaran destinasi • S10.Membangun • S14 Pemberdayaan
Jumlah Wisman (20
Juta)
ekosistem branding dan destinasi kerjasama Masyarakat
saing dengan memanfaatkan potensi yang belum potensi yang selama ini belum terkelola dengan pariwisata pariwisata nasional pengembangan • S15. Pengelolaan SDM
Pergerakan Wisnus
prioritas (Destination) industri pariwisata (275 Juta)
• S2.Pengembangan Pariwisata berbasis
tergarap dengan baik tetapi memberi peluang baik, yakni potensi maritim, untuk mencapai Functional
strategy /
investasi pariwisata
berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi • S11. Deregulasi kompetensi
(digital tourism) peraturan
besar untuk meningkatkan akselerasi pertumbuhan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. strategi Es I • S3. Penerapan
destinasi pariwisata
• S8. Segmentasi pasar yang
perundang-
• S16. Pengelolaan
kebijakan pariwisata
berkelanjutan undangan terkait berbasis penelitian
fokus pada negara asal pariwisata dan pengembangan
• S4. Pengembangan (untuk Wisman) dan
• S12. Diversifikasi (Research-based
amenitas provinsi asal (untuk
produk pariwisata tourism).
Wisnus) Wisatawan
• S5. Pengembangan
(Origin) • S13. Pengelolaan • S17. Peningkatan
aksesibilitas dan
data, informasi dan kapasitas dan
konektivitas • S9. Meningkatkan
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pariwisata • S6. Pengembangan
penjualan pariwisata yang
bersifat musiman dalam
Teknologi Informasi
dan Komunikasi
kapabilitas perguruan
tinggi pariwisata
atraksi Pariwisata
meningkatkan jumlah • S18. Meningkatkan
Wisman dan pergerakan tata kelola pariwisata
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Pariwisata ditentukan oleh komitmen pimpinan organisasi Wisnus (Time) nasional

menggambarkan spirit dan upaya yang dilakukan dalam hal ini Menteri Pariwisata. Salah satu bentuk Strategi 19. Melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) Kementerian Pariwisata sesuai roadmap
untukmengubah kondisi saat ini menjadi kondisi komitmen yaitu strategic direction Kementerian Reformasi Birokrasi Nasional (RBN)

yang diinginkan. Dalam formulasi strategi, sangat Pariwisata yang dapat dilihat pada Gambar 37.
10 PRIORITAS KEMENTERIAN

Gambar 38. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Pariwisata

66 67
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Berdasarkan Gambar 38, diketahui kondisi kondisi yang diinginkan, Kementerian Pariwisata perekonomian, masyarakat, dan lingkungan F. Strategi 6: Pengembangan atraksi
penyelenggaraan pariwisata tahun 2017 sebagai merumuskan strategi dari corporate level strategy di destinasi pariwisata. Penyelenggaraan
Pengembangan atraksi ditujukan untuk
berikut: (i) kontribusi pariwisata terhadap PDB (strategi tingkat nasional) yang diterjemahkan pariwisata berkelanjutan yang dimaksud yaitu
meningkatkan daya tarik dan pengalaman wisata.
nasional sebesar 5%; (ii) penerimaan devisa menjadi strategic business unit (strategi tingkat penyelenggaraan pariwisata tidak hanya
Pengembangan atraksi yang fokus pada destinasi
pariwisata sebesar Rp 203 triliun; (iii) indeks daya Kementerian) serta functional strategy (strategi berorientasi prosperity (peningkatan kesejahteraan)
digital (digital destination) merupakan respon atas
saing (TTCI Index) berada di peringkat 42; (iv) jumlah tingkat eselon I). Dalam perumusannya, strategi namun juga memberi pengaruh positif terhadap
perubahan perilaku wisatawan. Perkembangan
wisatawan mancanegara sebanyak 13,7 juta; dan Kementerian Pariwisata mengacu pada arah masyarakat sekitar (pemberdayaan masyarakat)
teknologi informasi, social media serta generasi
(v) jumlah wisatawan nusantara sebesar 277 juta. strategis pembangunan pariwisata yaitu 100 serta menjaga kelestarian alam. Strategi ini
Y dan Z,memengaruhi perilaku wisatawan dalam
Janji Presiden terkait pariwisata, Nawa Cita, dan dilakukan dengan mendorong implementasi
memilih destinasi pariwisata. Mulai dari mencari
Adapun kondisi penyelenggaraan pariwisata Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional Permen Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 tentang
hingga memutuskan destinasi pariwisata, mayoritas
yang diinginkan pada tahun 2019 yaitu Indonesia (RIPPARNAS) 2010-2025. Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan serta
dilakukan secara online. Sebuah destinasi yang viral
menjadi negara tujuan pariwisata kelas dunia men-endorse penerapan program sustainable
secara digital mendorong datangnya wisatawan.
(world class tourism destination) dengan capaian Arah kebijakan dan strategi yang dirumuskan tourism destination, observatory, dan sertification
Strategi ini dilakukan dengan pemilihan lokasi yang
sebagai berikut: (i) kontribusi pariwisata terhadap Kementerian Pariwisata di level nasional terdiri untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di
menarik serta desain destinasi yang unik.
PDB nasional sebesar 5,5%; (ii) penerimaan devisa dari sustainable competitive growth, integrated Indonesia.
pariwisata sebesar Rp 260 triliun; (iii) indeks daya e-Tourism ecosystem dan government support –
Kegiatan strategis Pengembangan Destinasi
saing (TTCI Index) berada di peringkat 30; (iv) jumlah industry led. Ketiga strategi tingkat nasional tersebut D. Strategi 4: Pengembangan amenitas
Pariwisata yang dilaksanakan oleh Kementerian
wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta; dan (v) kemudian diterjemahkan menjadi arah kebijakan Pengembangan amenitas ditujukan untuk Pariwisata, antara lain:
jumlah wisatawan nusantara sebesar 275 juta. dan strategi di tingkat Kementerian Pariwisata pada meningkatkan fasilitas (sarana dan prasarana) 1. Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem
Untuk mengubah kondisi saat ini menjadi subbab berikut. pariwisata bagi wisatawan antara lain dalam bentuk Pariwisata melalui Penyusunan Masterplan dan
penyediaan homestay dan fasilitas untuk nomadic Rencana Detail KSPN/KPPN (dekonsentrasi);
3.2.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata tourism. Pembangunan homestay dan peyediaan koordinasi strategis lintas sektor pembangunan
Arah kebijakan terkait pengembangan destinasi B. Strategi 2: Pengembangan investasi fasilitas nomadic dilakukan untuk menjembatani KSPN serta sinergi program dengan K/L terkait,
pariwisata adalah pengembangan destinasi pariwisata antara potensi daya tarik destinasi pariwisata Pemerintah Daerah; pengembangan kawasan
pariwisata berdaya saing dan berkelanjutan pada dengan keterbatasan amenitas di destinasi ekonomi khusus zonasi pariwisata melalui
Destinasi pariwisata adalah hal penting dalam
destinasi pariwisata prioritas. Strategi yang dilakukan pariwisata tersebut. Strategi ini dilakukan melalui koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan Dewan
pengelolaan pariwisata. Destinasi berkualitas
terkait pengembangan destinasi pariwisata adalah: pemberian insentif kepada pengembang homestay KEK Nasional dalam mempersiapkan proposal
menjadi alasan wisatawan, baik nusantara
dan nomadic tourism. penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Zonasi
maupun mancanegara, untuk datang berwisata.
A. Strategi 1: Pengembangan ekosistem Pariwisata; pengembangan destinasi prioritas;
Pengembangan destinasi yang berkualitas, meliputi E. Strategi 5: Pengembangan aksesibilitas
pariwisata koordinasi lintas sektor pendukung infrastruktur
pengembangan Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas dan konektivitas
Strategi pengembangan ekosistem pariwisata aksesibilitas dan amenitas pariwisata dengan
(3A), membutuhkan investasi yang cukup besar
menekankan keselarasan dan integrasi ( jejaring, Pengembangan aksesibilitas dan konektivitas Kementerian terkait;
melalui sumber-sumber pembiayaan APBN dan
mata rantai nilai, dan keterkaitan) pengelolaan dimaksudkan untuk memberikan akses terhadap 2. Pengembangan investasi pariwisata melalui
Non-APBN. Untuk itu, investasi sektor pariwisata
pariwisata mulai dari kelembagaan dan sumberdaya destinasi potensial yang secara kualitas, masih pemetaan kawasan strategis, pemetaan iklim
perlu ditingkatkan sebagai modal utama dalam
manusia pariwisata, industri dan regulasi pariwisata, dianggap perlu dikembangkan. Keterbatasan akses investasi pariwisata, penyusunan skema dan proposal
pengembangan destinasi pariwisata. Strategi ini
serta pengembangan pemasaran pariwisata dalam dan konektivitas dari dan menuju destinasi, menjadi investasi pariwisata daerah, partisipasi investment
dilakukan melalui pengembangan skema investasi
mewujudkan pariwisata Indonesia kelas dunia. salah satu faktor penghambat yang berpengaruh forum, promosi investasi, koordinasi penetapan
pariwisata.
Sumber daya pariwisata yang berkualitas dan langsung terhadap jumlah kunjungan wisatawan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata, serta
di destinasi tersebut. Salah satu tren dalam fasilitasi koordinasi percepatan pembangunan
memenuhi kebutuhan industri akan meningkatkan C. Strategi 3: Penerapan destinasi
pengembangan aksesibilitas adalah pertumbuhan fasilitas dan konektivitas (pembangunan pelabuhan,
daya saing dari industri pariwisata nasional. pariwisata berkelanjutan
LCC sehingga perlu diakomodir dengan bandara, dan marina);
Penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan 3. Pengembangan dan penataan atraksi, aksesibilitas,
ketersediaan LCCT. Strategi ini dilakukan melalui
dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan amenitas destinasi pariwisata di Indonesia melalui
fungsi koordinasi dengan pemangku kepentingan
baik dari pihak Pemerintah maupun pihak swasta. dukungan kapasitas atraksi wisata (attraction

68 69
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

management dan visitor management), penerapan melalui pendukungan pembangunan destinasi, pariwisata Indonesia; membuat skema pariwisata o Advertising:
destinasi berkelanjutan, data dan informasi digital. perbaikan dan peningkatan kualitas infrastruktur dalam bentuk paket hot deals dengan harga Promosi destinasi dan event melalui pembuatan
4. Koordinasi pembangunan destinasi pariwisata pariwisata, peningkatan kualitas sarana dan terjangkau sehingga dapat menarik wisatawan bahan promosi, kerja sama promosi dengan pelaku
regional melalui dukungan lintas sektor prasarana pariwisata, fasilitasi kerja sama lintas dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah industri pariwisata, event, blocking sale di televisi
(Kementerian/Lembaga terkait) dan sinergi sektor, dan koordinasi regional pengembangan di saat low season. dan placement promosi di berbagai media;
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah destinasi pariwisata daerah.
Beberapa kegiatan strategis pengembangan o Selling:
pemasaran pariwisata yang dilakukan Kementerian Penjualan pariwisata mancanegara dapat dilakukan
3.2.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Pariwisata, antara lain: melalui berbagai cara, misalnya tradeshows,
festival, pameran, misi penjualan ke negara pasar,
Arah kebijakan terkait pengembangan pemasaran wisatawan serta menarget wisatawan dengan
1. Branding Wonderful Indonesia sebagai Destinasi pendukungan event di dalam negeri dan fasilitasi
pariwisata adalah penguatan pemasaran pariwisata promosi yang tepat sasaran. CDM merupakan
Utama Wisata Dunia melalui media elektronik, penjualan Paket Wisata yang dibuat oleh Industri.
nasional yang berorientasi kepada pelanggan. metode untuk mendapatkan pelanggan (customer
digital/non digital serta social media untuk pasar
Strategi yang dilakukan terkait pengembangan acquisition) yang bisa mengarahkan data traveler
mancanegara; > Destination, Origin, Time (DOT)
pemasaran pariwisata adalah Destination, Origin dari berbagai sumber online ke destinasi pariwisata
Strategi dengan melakukan identifikasi terhadap
dan Time (DOT), yaitu: Indonesia.
2. Perumusan Isi Pesan (Content) Promosi Pariwisata D-O-T yang terfokus dan teridentifikasi dari
A. Strategi 7: Pemasaran destinasi B. Strategi 8: Segmentasi pasar yang fokus Terintegrasi antara Nasional, Provinsi, dan beberapa pasar utama kawasan asal wisman antara
branding dan destinasi pariwisata pada negara asal (untuk Wisman) dan Kabupaten/Kota; lain Asia Tenggara, Asia-Pasifik, Eropa, Timur-
prioritas nasional (destination) berbasis provinsi asal (untuk Wisnus) Wisatawan Tengah dan Afrika melalui identifikasi terhadap
Teknologi Informasi dan Komunikasi (origin). 3.Pemasaran pariwisata dengan pendekatan BAS, segmen pasar yang akan secara spesifik mempunyai
(digital tourism) DOT dan POSE: karakteristik strategi komunikasi pemasaran yang
Segmentasi yang fokus pada negara bagi wisman berbeda.
Pemasaran destinasi branding yang mencakup 3 dan provinsi asal untuk wisnus merupakan upaya > Branding, Advertising, Selling (BAS)
(tiga) great yaitu great Kepulauan Riau, great Jakarta, dalam mengetahui karakter serta perilaku wisatawan. Pendekatan B-A-S digunakan dalam pemasaran o Destinasi berdasarkan 3 pintu masuk utama
great Bali, serta Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar), Pengetahuan akan kedua hal tersebut adalah aspek pariwisata sebagai bagian dari strategi komunikasi ditetapkan sebagai Greater Bali, Greater Jakarta,
Lombok, Bandung, Makassar, Bunaken-Wakatobi- penting dalam mengetahui faktor-faktor apa yang pemasaran dengan melakukan: dan Greater Batam serta pintu-pintu masuk
Raja Ampat. Pemasaran destinasi pariwisata prioritas mempengaruhi keputusan wisatawan terhadap (1) publication dan brand activation untuk internasional lainnya. Event-event yang berskala
nasional meliputi: Danau Toba; Tanjung Kelayang; destinasi pariwisata. Strategi ini dilakukan dengan mengoptimalkan branding; internasional pada daerah-daerah pariwisata,
Tanjung Lesung; Kepulauan Seribu; Borobodur dan kegiatan analisis perilaku wisatawan dan pemetaan (2) optimalisasi terhadap marketing communication mendapat dukungan promosi seperti Perayaan
sekitarnya; Bromo-Tengger-Semeru; Mandalika; perilaku wisatawan berdasarkan origin. portfolio; dan Imlek, Tambora Menyapa Dunia, dan Konfrensi Asia
Labuan Bajo; Wakatobi; dan Morotai. (3) melakukan aktivitas promosi dan event-event Afrika;
C. Strategi 9: Meningkatkan penjualan
penjualan.
Pemasaran destinasi pariwisata diatas yang pariwisata yang bersifat musiman
o Originasi (asal wisman dengan lima pasar utama:
dilakukan berbasis TIK (digital tourism) merupakan dalam meningkatkan jumlah Wisman
o Branding: Singapura, Malaysia, Tiongkok, Australia dan
upaya menarik wisman dan wisnus untuk berwisata dan pergerkan Wisnus (Time)
Promosi Branding nasional dan destinasi melalui Jepang);
berbasis teknologi informasi. Pengambilan Peningkatan penjualan pariwisata musiman festival, famtrip dan placement promosi di berbagai
keputusan dalam menentukan destinasi pariwisata merupakan upaya pemasaran sesuai momentum. media. o Time/Seasonality: ketepatan waktu berpromosi
yang akan dikunjungi sebagian besar dilakukan Ketepatan waktu penjualan pariwisata akan menurut segmen pasar).
secara online. Untuk itu dilakukan strategi mempengaruhi tingkat pembelian wisatawan. Branding Nasional (country branding) adalah
branding Wonderful Indonesia maupun Pesona Ketepatan waktu yang dimaksud seperti musim “Wonderful Indonesia” atau ”Pesona Indonesia” > Paid Media, Owned Media, Social media, Endorser
Indonesia;advertising; maupun selling (BAS) liburan dari masing-masing negara asal wisman yang diikuti oleh branding destinasi dan Branding (POSE)
melalui salesmission, marketing event, famtrip, dan secara nasional. Strategi ini dilakukan melalui Tematik yang digunakan secara konsisten dan Pendekatan P-O-S-E digunakan dalam setiap
serta Competing Destination Model (CDM) untuk kegiatan: pemetaan musim liburan di negara asal berkelanjutan baik melalui media online maupun aktivitas B-A-S yang difokuskan untuk melakukan
mengambil data guna profiling dan segmentasi wisman, khususnya yang menjadi pasar utama offline; kegiatan promosi yang dapat membangun

70 71
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

awareness, interest, desire dan action (AIDA) dari istimewa dalam rangka mewujudkan target akhir o Tourism Hub: o Low Cost Terminal (LCT):
calon wisatawan yang mempunyai potensi untuk 20 juta wisman pada tahun terakhir RPJMN 2015- Tourism Hub merupakan pendekatan untuk Pertumbuhan Low Cost Carrier (LCC) di dunia
melakukan kunjungan ke Indonesia dengan 2019. Super Extra Ordinary mencakup tiga kegiatan menjaring wisman yang sudah berada di hub mencapai 21% per tahun, di atas pertumbuhan
mengoptimalkan penggunaan promotion channel yaitu: Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur agar Full Service Carrier (FSC), untuk itu Kemenpar
yang sesuai. Terminal. melanjutkan berlibur ke Indonesia dengan cara mendorong operasionalisasi LCT serta melakukan
bekerjasama dengan travel agent di negara yang branding/promosi terkait keberadaan LCT tersebut.
o Paid Media: Placement promosi melalui berbagai > Incentive, Hot Deals, dan Competing Destination menjadi tourism hub;
media baik di media online, elektronik, cetak Model
maupun ruang. Bahkan bisa juga dilakukan pada Kegiatan tersebut merupakan hal yang baru

1 2 3
saat pelaksanaan kegiatan seperti famtrip (misalnya dan inovatif yang digunakan untuk mendorong EXTRA SUPER
ORDINARY ORDINARY EXTRA
Jurnalis dan Travel Agent), festival dan pameran pencapaian target kunjungan wisman tahun 2019. EFFORTS EFFORTS ORDINARY
EFFORTS
(misalnya ATM Dubai dan ITB Berlin), misi penjualan
ke negara pasar dan pendukungan event di dalam o Incentive: Insentif Border
negeri (misalnya Jember Fashion Carnival dan Insentif berupa uang tunai diberikan kepada Branding Akses Tourism
Jakarta Marathon) maskapai penerbangan maupun wholesalers yang
berhasil mendatangkan Wisman ke Inodnesia; Tourism
Advertising Hotdeals
o Own Media: Hub
Placement promosi melalui website indonesia. o Hot Deals:
travel, website Pemda dan website event; Kegiatan ini menerapkan konsep sharing economy CDM Low Cost
Selling Terminal
yaitu menjual barang atau jasa yang tidak laku atau
o Social media: excess capacity dengan memberikan diskon pada
Placement di channels social media seperti unsur 3A (Aksesibilitas, Aktraksi, dan Amenitas)
Gambar 39. Tiga Senjata Pamungkas Tahun 2019
Facebook, Instagram, Twitter, Path, Blog, dan lain- sehingga menarik bagi wisatawan;
lain;
o Competing Destination Model (CDM): 5. Promosi 100 Wonderful event Indonesia dan di Sumatera Barat, Jakarta Maraton, Festival Bahari
o Endorser: CDM adalah metode baru pemasaran yang 10 top event antara lain: Festival Danau Toba, Tambora, dan sebagainya;
Penggunaan icon atau sosok tertentu untuk mengombinasikan kemampuan machine learning, Festival Danau Sentani, Festival Raja Ampat, Festival
mempromosikan pariwisata Indonesia. Misalnya analisa big data, dan penerapan contextual Keraton Ambon, Festival Kuliner Nusantara di 6. Pendataan dan Pengembangan Strategi
Blogger Mae Tan (dengan jumlah followers advertising yang sangat presisi untuk menarget beberapa ibukota provinsi, Tour de Singkarak (TdS) Pemasaran Segmen Pasar Wisatawan Nusantara.
Instagram sebanyak 617.000) dan Artis Indonesia wisatawan.
Pevita Pearce.
> Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost
4. Dalam pencapaian target 20 juta kunjungan Terminal
wisman. Kemenpar memiliki tiga senjata pamungkas, Kegiatan tersebut merupakan kegiatan istimewa
yang terdiri dari program Ordinary, Extra Ordinary, yang menjadi senjata pamungkas untuk
dan Super Extra Ordinary. Ordinary merupakan mewujudkan target 20 juta wisman.
kegiatan strategis yang sudah berjalan sejak tahun
2017 yaitu berupa Branding, Advertising, Selling o Border Tourism:
(BAS). Sementara Extra Ordinary adalah program Kegiatan ini merupakan salah satu cara efektif
yang baru diluncurkan pada tahun 2018 berupa untuk mendatangkan wisman dari negara-negara
Incentive (Airlines), Hot Deals, dan Competing tetangga yang memiliki kedekatan (proximity)
Destination Model. Istilah Extra Ordinary mengacu secara geografis sehingga wisman lebih mudah,
pada cara-cara baru (breakthrough dan inovatif ), cepat, dan murah menjangkau destinasi kita;
sedangkan Super Extra Ordinary adalah program

72 73
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Pariwisata

Arah kebijakan terkait pengembangan industri hambatan dalam penyelenggaraan pariwisata.


pariwisata adalah meningkatkan jumlah dan Strategi ini dilakukan dengan melakukan pemetaan
daya saing industri pariwisata. Strategi yang regulasi terkait pariwisata yang tumpang tindih dan
dilakukan terkait pengembangan industri pariwisata menghambat, serta menyusun regulasi pariwisata
adalah: berbasis kebutuhan.

A. Strategi 10: Membangun kerjasama C. Strategi 12: Diversifikasi produk


pengembangan industri pariwisata pariwisata
Membangun kerja sama pengembangan industri Diversifikasi produk merupakan upaya pembuatan
pariwisata dalam rangka peningkatan pertumbuhan produk pariwisata baru, penyempurnaan produk
industri pariwisata. Cakupan industri pariwisata pariwisata yang sudah ada saat ini untuk memberikan
yaitu setiap pihak yang terlibat langsung maupun pilihan dan alternatif kepada wisatawan. Strategi
tidak langsung dalam penyelenggaraan pariwisata ini dilakukan melalui kegiatan analisis produk
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Peran pariwisata yang ada saat ini serta analisis produk
dalam pengembangan industri tidak hanya diampu pariwisata potensial.
oleh pemerintah, namun juga pihak swasta. Strategi
ini dilakukan dengan pemetaan mitra strategis D. Strategi 13: Pengelolaan data,informasi
penyelenggaraan pariwisata, analisis potensi kerja serta Teknologi Informasi dan
sama dan pengembangan kapasitas industri yang Komunikasi Pariwisata
dapat memperbaiki penyelenggaraan pariwisata
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan
secara keseluruhan dalam ekosistem bisnis industri
aset penting dalam penyelenggaraan pariwisata.
pariwisata.
TIK memiliki peran strategis dalam mendukung
penyelenggaraan pariwisata dan pencapaian target
B. Strategi 11: Deregulasi peraturan
kinerja pariwisata. Strategi ini dilakukan melalui
perundang-undangan terkait pariwisata
penyusunan grand design pariwisata nasional
Upaya deregulasi peraturan perundang-undangan guna mengetahui positioning TIK pariwisata dan
merupakan upaya percepatan pertumbuhan ekspektasi terhadap TIK pariwisata ke depan.
pariwisata. Regulasi acapkali menjadi momok dan

Kegiatan strategis dalam kerangka pengembangan industri pariwisata yang dilakukan oleh Kementerian
Pariwisata, antara lain:

1. Peningkatan kemitraan industri pariwisata 2. Dukungan peningkatan kapasitas usaha dan


melalui penerapan pedoman green hotel, pedoman industri pariwisata;
pariwisata berkelanjutan, penyusunan SNI usaha 3. Penyusunan standar usaha pariwisata;
jasa dan usaha sarana pariwisata, fasilitasi investasi 4. Penyusunan materi dan uji sertifikasi usaha
usaha pariwisata, pengembangan dan peningkatan jasa, sertifikasi produk pariwisatasertasarana
jenjang keterampilan tenaga kerja lokal dalam pariwisata;
bidang pariwisata; 5. Peningkatan kapasitas organisasi/asosiasi di
sektor usaha jasa dan sarana pariwisata. Tari Kecak, Bali

74 75
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.2.4 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan pengembangan wisata tradisi dan seni budaya, konvensi, olahraga dan rekreasi;
pengembangan wisata perdesaan dan perkotaan, 5. Penguatan kapasitas masyarakat melaluikelompok
Arah kebijakan terkait pengembangan kelembagaan D. Strategi 18: Peningkatan kapasitas dan pengembangan wisata bahari, pengembangan sadar wisata, peningkatan kapasitas usaha
pariwisata adalah meningkatkan kualitas SDM dan kapabilitas perguruan tinggi pariwisata. wisata ekologi dan petualangan, pengembangan masyakarat, serta internalisasi sadar wisata dan
kelembagaan pariwisata nasional. Strategi yang kawasan wisata, dan pengembangan wisata sapta pesona.
Peningkatan kapasitas dan kapabilitas perguruan
dilakukan terkait pengembangan kelembagaan
tinggi pariwisata merupakan upaya dalam
pariwisata adalah:
meningkatkan kualitas perguruan tinggi sebagai
pencetak SDM pariwisata. Peningkatan kapasitas dan 3.2.5 Arah Kebijakan dan Strategi Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata
A. Strategi 14: Pemberdayaan Masyarakat
kapabilitas perguruan tinggi pariwisata dilakukan
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu melalui perumusan sistem pendidikan berbasis Arah kebijakan terkait pelaksanaan reformasi layanan sekaligus mengubah mental aparatur.
implementasi dari konsep pembangunan pariwisata kebutuhan dan sesuai perkembangan industri, birokrasi (RB) Kementerian Pariwisata yaitu Area perubahan SDM Aparatur betujuan untuk
berkelanjutan (sustainable tourism development) peningkatan kualitas dan kuantitas pengajar serta pelaksanaan RB Kementerian Pariwisata 2015- menciptakan dan menerapkan sistem manajemen
dan inklusif. Pemberdayaan masyarakat merupakan peserta ajar. 2019. Strategi yang dilakukan terkait pelaksanaan SDM sehingga pengelolaan SDM aparatur akan
jawaban atas keterbatasan SDM pariwisata RB Kementerian Pariwisata yaitu melaksanakan lebih profesional.
secara kuantitas. Strategi ini dilakukan melalui E. Strategi 19: Meningkatkan tata kelola RB Kementerian Pariwisata sesuai roadmap
pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM pariwisata nasional reformasi birokrasi nasional (RBN). Sasaran Area perubahan penguatan peraturan perundang-
pariwisata, serta pengembangan kewirausahaan di reformasi birokrasi nasional 2015 – 2019 yaitu undangan bertujuan untuk mengatasi tumpang
Peningkatan tata kelola pariwisata nasional
bidang pariwisata. Birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang tindih maupun disharmoni yang kerap kali
merupakan upaya komprehensif menuju
pengelolaan pariwisata secara profesional. Strategi efektif dan efisien, serta birokrasi yang memiliki dimanfaatkan sebagai celah untuk memenuhi
B. Strategi 16: Pengelolaan SDM Pariwisata pelayanan publik berkualitas. Ketiga sasaran tersebut kepentingan pribadi yang merugikan negara.
Tata Kelola Pariwisata ditujukan untuk memastikan
berbasis kompetensi dapat tercapai dengan mengimplementasikan 8 Area perubahan pelayanan publik bertujuan untuk
kualitas model pengelolaan pariwisata dengan
Sumber daya manusia merupakan aspek penting mendorong dan best practices tata kelola pariwisata (delapan) area perubahan, meliputi area perubahan memperbaiki kualitas sistem manajemen layanan
dalam penyelenggaraan pariwisata. Pengelolaan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti: mental aparatur, area perubahan pengawasan, publik pemerintah kepada masyarakat.
SDM pariwisata berbasis kompetensi merupakan Badan Otorita Pariwisata, KEK Pariwisata, tata kelola area perubahan akuntabilitas, area perubahan
upaya peningkatan kualitas SDM pariwisata destinasi (Destination Management Organization kelembagaan, area perubahan tatalaksana, area Area perubahan penguatan akuntabilitas bertuuan
sebagai ujung tombak pemberi layanan pariwisata. dan Destination Governance), Kawasan Pariwisata perubahan sumber daya manusia aparatur sipil untuk mendorong birokrasi yang lebih berkinerja
Peningkatan SDM pariwisata berbasis kompetensi Terpadu (integrated tourism area), Pengelolaan negara, area perubahan peraturan perundang- dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya
dilakukan melalui sertifikasi SDM pariwisata. Desa Wisata, UPT Pusat dan UPT Daerah di bidang undangan, dan area perubahan pelayanan publik. sesuai dengan sumber-sumber yang digunakan.
pariwisata dan sebagainya. Praktik penguatan akuntabilitas di Kementerian
C. Strategi 17. Pengelolaan kebijakan Area perubahan mental aparatur bertujuan Pariwisata dilakukan melalui implementasi
pariwisata berbasis penelitian dan Kegiatan strategis dalam kerangka pengembangan untuk merubah perilaku negatif yang ditunjukkan manajemen strategis yang holistik.
pengem bangan (research-based tourism) kelembagaan pariwisata, yang dilakukan oleh dan dipraktikkan oleh para birokrat, sehingga
Kementerian Pariwisata, antara lain: mendorong citra negatif birokrasi. Area penguatan Kerangka manajemen strategi tersebut dilakukan
Pengelolaan kebijakan berbasis penelitian dan
pengawasan bertujuan untuk memperkuat sistem melalui penyusunan rencana strategi Kementerian
pengembangan merupakan upaya peningkatan 1. Peningkatan kompetensi tenaga kerja
pengawasan guna mengurangi dan menghilangkan Pariwisata termasuk business model dan business
kualitas perumusan dan penyusunan regulasi kepariwisataan melalui sertifikasi kompetensi;
penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi. Area plan, analisis proyeksi arah pengembangunan
pariwisata. Seringkali regulasi menjadi hambatan 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas lulus
perubahan penguatan kelembagaan yang bertujuan pariwisata nasional melalui analisis lingkungan
penyelenggaraan pariwisata, sehingga pengelolaan perguruan tinggi pariwisata;
untuk menciptakan desain organisasi yang lebih strategis, formulasi strategi, implementasi strategi
regulasi berbasis penelitian dan pengembangan 3. Optimasi penelitian dan pengembangan sebagai
tepat untuk mendorong efisiensi, efektivitas dan dan evaluasi strategi, memastikan keselarasan
diharapkan dapat mendorong perumusan regulasi dasar perumusan arah kebijakan kepariwisataan;
percepatan proses layanan serta pengambilan antar hierarki strategi, penyusunan roadmap RB
pariwisata yang efektif dan efisien. Strategi ini 4. Pengembangan wisata budaya, alam,
keputusan dalam birokrasi. Area perubahan Kementerian Pariwisata dan implementasi seluruh
dilakukan melalui perumusan grand design dan buatan melalui diversifikasi, diferensiasi,
tata laksana bertujuan untuk mendorong rencana aksi RB Kementerian Pariwisata sesuai
penelitian pariwisata yang juga mencakup aspek peningkatan dan pengembangan wisata kuliner
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan roadmap RB Kementerian Pariwisata.
regulasi. dan spa, pengembangan wisata sejarah dan religi,

76 77
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.3 Program Strategis Kementerian Pariwisata milenial sesuai dengan identitas individu, pesan dan 6) Top-3 Destinasi Utama (15 Destinasi Branding)
merk yang merepresentasikan individu generasi
Program ini dimaksudkan untuk mendorong
milenial tersebut.
Tahun 2017, Kementerian Pariwisata memiliki sepuluh program strategis. Kesepuluh program strategis tersebut percepatan pengembangan 3 (tiga) destinasi
dapat dilihat pada Gambar 39 2) Homestay utama yaitu Great Batam, Great Bali dan Great
Jakarta. Pemilihan dilakukan berdasarkan pintu
Program ini dimaksudkan untuk mendorong
masuk wisman terbesar. Pengembangan destinasi
terobosan dalam penyediaan akomodasi. Hal
dilakukan terhadap atraksi, amenitas dan
tersebut untuk mendorong perkembangan wisata
aksesibilitas yang nantinya akan menjadi tolak ukur
perdesaan yang terletak di desa-desa. Konsep low-
keberhasilan pengembangan destinasi pariwisata
cost tourism dapat terakomodir dengan adanya
prioritas yang lain.
homestay dengan biaya terjangkau.
7) Pengembangan 10 Destinasi Prioritas atau
3) Air connectivity (airlines)
10 Bali Baru
Program ini dimaksudkan untuk mendorong
Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan
peningkatan air connectivity. Dukungan moda
dan mewujudkan 10 destinasi prioritas meliputi
transportasi terhadap pariwisata seperti ketersediaan
Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang
pesawat dan ketersediaan bandara. Potensi wisata
(Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan
Indonesia yang tersebar di beberapa tempat,
Seribu (Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo
membutuhkan dukungan moda transportasi udara
Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa
yang reliabel. Hal tersebut dikarenakan sebagian
Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara
besar wisatawan memilih pesawat udara untuk
Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai
berwisata. Secara tren, low cost carrier (LCC) terus
Gambar 40. Program Prioritas Kementerian Pariwisata (Maluku Utara). Pengembangan destinasi prioritas
mengalami pertumbuhan di atas full services carrier
diakukan melalui proses perancangan Integration
(FSC). Perkembangan tren LCC perlu didukung oleh
Tourism Master Plan (ITMP), investasi, konstruksi
infrastruktur darat seperti low costs terminal dengan
dan peningkatan kapasitas melalui promosi/
1) Digital Tourism (e-Tourism)dan Millenial Pertama, connectivity yaitu generasi milenial yang biaya yang lebih murah, sehingga harga perjalanan
pemasaran, dan penataan destinasi (aksesibilitas,
Tourism selalu terkoneksi dengan internet, social media menjadi lebih terjangkau.
amenitas, atraksi).
dan media digital. Kedua, looking for interaction 4) Branding
Program ini dimaksudkan untuk mendorong 8) Sertifikasi Kompetensi SDM dan Gerakan
yaitu tertarik untuk berinteraksi dengan penduduk
perubahan menuju penyelenggaraan pariwisata Program ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Sadar Wisata
setempat, menghargai momen kebersamaan,
berbasis digital. Hal tersebut didorong oleh pariwisata Indonesia kepada wisatawan.
mencari pengalaman otentik dan pengetahuan Program ini dimaksudkan untuk peningkatan
perubahan perilaku wisawatan dari metode Penyelarasan branding antara Pemerintah Pusat
‘orang dalam’ lokal, serta menciptakan kemampuan kualitas SDM pariwisata sebagai ujung tombak
konvensional (menggunakan agen perjalanan dan Daerah perlu dilakukan sehingga brand
untuk mengembangkan soft skill. Ketiga, happy penyelengaraan pariwisata Indonesia. Peningkatan
wisata) menjadi model digital (memanfaatkan pariwisata Indonesia terus meningkat. Diharapkan,
to share yaitu mengedepankan akses daripada kapasitas dan kapabilitas SDM pariwisata
teknologi informasi)dalam merencanakan dan dengan pengenalan produk pariwisata Indonesia,
kepemilikan, mendorong permintaan dan mempengaruhi kualitas penyelenggaraan
pengambilan keputusan berwisata. Selain itu, wisatawan akan mempertimbangkan Indonesia
penawaran, para pengguna smartphone yang pariwisata. Sementara gerakan sadar wisata
perkembangan Gen Y dan Gen Z semakin besar sebagai tujuan destinasi pariwisata.
percaya diri, nyaman dengan konsep (didorong merupakan upaya pemberdayaan masyarkat
pengaruhnya, dimana kedua gen tersebut selalu
oleh kepercayaan dan ulasan), dan cara yang lebih 5) Top-10 Originasi dalam rangka penyelenggaraan pariwisata yang
terkoneksi dengan dunia digital. Cara generasi
baik untuk mengenal tujuan yang mereka pilih. berkelanjutan.
milenial berwisata berbeda dengan cara wisatawan Program ini dimaksudkan untuk memfokuskan
Keempat yaitu authentic experiences dimana para
konvensional, dimana wisatawan dari generasi pada analisis terhadap wisatawan yang berasal dari
milenial sangat mengedepankan pengalaman yang
milenial memiliki ciri connectivity, looking for 10 negara pasar utama pariwisata Indonesia, yaitu
didapat selama berwisata (experience is everything).
interaction, happy to share, authentic experiences, Tiongkok, Singapura, Eropa, Australia, Malaysia,
Kelima, selective spending dimana pola pengeluaran
dan selective spending. Jepang, India, Korea Selatan, Amerika, dan Timur
Tengah.
78 79
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

9) Peningkatan Investasi Pariwisata 10) Pengelolaan Crisis Center 3.5 Kerangka Kelembagaan Kementerian Pariwisata
Program ini dimaksudkan untuk menarik investor Program ini merupakan bagian dari customer
Berdasarkan Permen PPN Nomor 5 Tahun 2014 organisasi baru Kementerian Pariwisata harus
agar berinvestasi pada sektor pariwisata Indonesia. relationship management penyelenggaraan
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan mampu menciptakan extraordinary experience
Dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pariwisata. Pengelolaan crisis center sendiri juga
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga kepada wisatawan.
pariwisata, khususnya destinasi pariwisata, merupakan bagian dari manajemen krisis pariwisata.
(Renstra K/L) 2015-2019, kerangka kelembagaan
memerlukan pembiayaan yang bersumber dari Hal tersebut merupakan tanggung jawab Indonesia
adalah perangkat K/L berupa struktur organisasi, Dari dasar tersebut yang kemudian ditindaklanjuti
investasi. Secara tren, investasi pariwisata terus terhadap wisatawan yang ada di Indonesia melalui
ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil melalui Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun
meningkat. inisiatif stategis yang dapat merespon dinamika dan
negara yang digunakan untuk mencapai visi, misi, 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
lingkungan strategis kepariwisataan (contingency
tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian
plan).
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Pariwisata, struktur organisasi Kementerian
K/L yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Pariwisata pada tahun 2018 terdiri dari empat
Nasional. deputi dengan 3 (tiga) fungsi strategis yaitu (1)
Deputi Pengembangan Pemasaran Zona I, (2)
Dalam rangka mencapai visi mendatangkan Deputi Pengembangan Pemasaran Zona II, (3)
3.4 Kerangka Regulasi Kementerian Pariwisata wisatawan mancanegara sejumlah 20 juta orang di Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata,
tahun 2019, Kementerian Pariwisata memandang serta (4) Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan
Berdasarkan Permen PPN Nomor 5 Tahun 2014 3) Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015
perlu melakukan perubahan struktur organisasi. Pariwisata. Secara detail dapat dilihat pada Gambar
tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan tentang Kementerian Pariwisata yang berisikan
Struktur organisasi haruslah berfungsi sebagai 40 dibawah ini
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra tentang susunan organisasi beserta tugas dan
penunjang terlaksananya strategi organisasi karena
K/L) 2015-2019, kerangka regulasi adalah fungsi Kementerian Pariwisata.
struktur organisasi merupakan “rumah” bagi
perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
strategi yang dibangun sehingga desainnya harus
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku 4) Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2017

Bundaran HI, Jakarta


disesuaikan dengan strategi tersebut.
masyarakat dan penyelenggara Negara dalam tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
rangka mencapai tujuan bernegara. Dengan kata 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata
Struktur organisasi yang baru menggunakan
lain, kerangka regulasi merupakan dukungan dalam berisikan tentang perubahan terkait susunan
“dimensi customer” sebagai dimensi utamanya, atau
bentuk regulasi guna mencapai visi. Berikut adalah organisasi beserta tugas dan fungsi Kementerian
dengan kata lain fokus kepada pelanggan (customer-
kerangka regulasi yang dimaksud: Pariwisata.
centric organization). Deputi/Asdep/Bidang/Bagian
dan unit-unit yang ada di dalam struktur organisasi
1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang 5) Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2018
Kementerian Pariwisata disusun dengan mengacu
Kepariwisatan yang mengatur bagaimana pariwisata tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
pada “customer journey” atau tourism value-chain
nasional diselenggarakan, aspek-aspek terkait Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis
yaitu alur proses bagaimana wisatawan mencari
penyelenggaraan pariwisata, pembagian tanggung Lintas Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan.
informasi, membeli/bertransaksi, mengonsumsi
jawab antar pemangku kepentingan, hingga
destinasi pariwisata (produk), dan kemudian berbagi
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan 6) Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun
pengalaman mereka ke wisatawan yang lain.
Nasional (RIPPARNAS) dan Integrated Tourism 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Master Plan. Pariwisata 2015-2019.
Dengan pendekatan yang berorientasi atau fokus
kepada pelanggan (wisatawan), Kementerian
2) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 7) Peraturan Menteri Perencanaan dan
Pariwisata diharapkan dapat lebih sensitif dalam
tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014
memenuhi kebutuhan-kebutuhan wisatawan dan
Nasional (RIPPARNAS) 2010 – 2025 yang mengatur tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan
lebih adaptif menciptakan produk-produk wisata
tentang 4 (empat) pilar penyelenggaraan pariwisata Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra
yang memenuhi kebutuhan mereka. Karena
nasional beserta strategi hingga rencana aksi. K/L) 2015-2019 yang berisikan panduan pembuatan
pada hakekatnya bisnis pariwisata adalah bisnis
Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga
pengalaman (experience), maka dengan struktur
(Renstra K/L).

80 81
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Fungsi customer management dijalankan oleh Struktur Deputi ini disusun dengan menempatkan
Deputi Pengembangan Pemasaran. Struktur Deputi area sebagai dimensi utama dimana terdapat tiga
Pengembangan Pemasaran disusun dengan area kerja yaitu:
menempatkan dimensi area sebagai dimensi utama Regional I (wilayah Barat), Regional II (wilayah
(area-based structure). Area mewakili originasi Tengah), dan Regional III (wilayah Timur). Di
wisatawan atau lebih tepatnya mewakili pelanggan. samping mengembangkan destinasi pariwisata di
Di dalam deputi ini terdapat Country Manager yang tiga regional tersebut, deputi ini juga bertanggung
akan menjadi ujung tombak Kementerian Pariwisata jawab mengembangkan investasi pariwisata
dalam melakukan penetrasi pasar ke negara-negara dan mengembangkan infrastruktur/ekosistem
yang menjadi target pasar. Country Manager kepariwisataan.
diharapkan untuk memahami pasar-pasar target
(customer management) dengan melihat kondisi Deputi Bidang Pengembangan Industri dan
demografi, psikografi, dan perilaku wisatawan serta Kelembagaan Pariwisata akan bertanggung jawab
terlatih dalam meramu dan menjalankan strategi mengembangkan industri, regulasi, dan kebijakan
promosi/penjualan (marketing management) pariwisata. Di samping itu deputi ini bertanggung
dengan mengacu pada konsep DOT (Destination, jawab di bidang SDM pariwisata dan kerjasama
Origination, Time) dan BAS (Branding, Advertising, antarlembaga, serta bertanggung jawab dalam
Selling). pembuatan Business Plan pariwisata, melaksanakan
deregulasi untuk meningkatkan daya saing serta
Fungsi product development dijalankan oleh melakukan sertifikasi SDM, produk dan unit usaha
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata. industri pariwisata.

Tari Kecak, Bali


Gambar 41. Desain Organisasi Kementerian Pariwisata

82 83
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Raja Ampat, Papua Barat

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN

84 85
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB IV Berdasarkan Tabel 6, target kinerja Kementerian bermaksud memperoleh penghasilan di tempat
Pariwisata dipetakan kedalam 8 (delapan) sasaran yang dikunjungi, dengan lama tinggal minimal 24
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN strategis (SS) yang capaiannya diukur melalui 10 jam dan maksimal 6 (enam) bulan, dengan tujuan:
indikator kinerja sasaran strategis (IKSS). Masing- (a) berlibur, rekreasi, dan olah raga; (b) bisnis,
masing IKSS yang menjadi ukuran SS tersebut mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri
4.1 Target Kinerja Kementerian Pariwisata kemudian dipertajam dengan penjelasan IKSS pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan
untuk menghindari multitafsir dalam interpretasi. kesehatan, belajar, dan keagamaan. Bukti realisasi/
Subbab ini akan menjelaskan target kinerja yang Terhitung sejak tahun 2015, Kementerian Pariwisata Penjelasan IKSS akan dijabarkan lebih detil dibawah pemenuhan dari IKSS ini adalah Informasi statistik
akan menjadi tanggung jawab Kementerian telah sekali melakukan revitalisasi target kinerja ini. jumlah Wisman dari Badan Pusdat Statistik (BPS)
Pariwisata. Capaian target kinerja Kementerian sejalan dengan revitalisasi Rentra Kementerian yang diolah Kementerian Pariwisata.
Pariwisata merepresentasikan apakah tujuan jangka Pariwisata. Lebih detil mengenai target kinerja 1) Jumlah penerimaan devisa dari sektor
menengah 5 (lima) tahunan, tercapai atau tidak. Kementerian Pariwisata dapat di lihat pada Tabel6. pariwisata 4) Peningkatan pergerakan Wisnus (data
dari BPS)
Indikator ini bertujuan mengukur kontribusi sektor
pariwisata terhadap devisa nasional. Devisa yang Indikator ini bertujuan mengukur pergerakan
Tabel 7. Target Kinerja Kementerian Pariwisata dimaksud didapatkan dan dicatat dari pengeluaran wisatawan nusantara. Yang dimaksud dengan
wisatawan nusantara yang berwisata ke destinasi di peningkatan pergerakan wisnus adalah jumlah
Indikator Kinerja Sasaran Target Indonesia. Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini frekuensi kunjungan wisatawan nusantara ke
No Sasaran Strategis (SS) No
Strategis (IKSS) adalah informasi devisa pariwisata dari Kementerian destinasi pariwisata nasional. Sedangkan definisi
2018 2019
Pariwisata atau instansi terkait. dari wisnus sendiri adalah penduduk Indonesia
Jumlah penerimaan devisa dari yang melakukan perjalanan dalam wilayah
Meningkatnya pendapatan 1 223 280
sektor pariwisata
1 nasional dari sektor 2) Kontribusi sektor pariwisata terhadap geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6
pariwisata Kontribusi sektor pariwisata PDB nasional (enam) bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah
2 5,25% 5,5%
terhadap PDB nasional
atau bekerja (memperoleh upah/gaji), serta sifat
Indikator ini bertujuan mengukur kontribusi
3 Pertumbuhan jumlah Wisman 13% 17% perjalanannya bukan rutin, dengan kriteria: (1)
Meningkatnya kunjungan sektor sektor pariwisata terhadap PDB nasional.
2 mereka yang melakukan perjalanan ke obyek wisata
Wisman dan Wisnus Peningkatan pergerakan Wisnus Perhitungan kontribusi sektor pariwisata terhadap
4 1.85% 1.85%
(data dari BPS) komersial tidak memandang apakah menginap
PDB nasional dihitung berdasarkan hasil PDB sektor
atau tidak menginap di hotel/penginapan komersial
Meningkatnya daya saing Travel and Tourism pariwisata dalam rupiah dibandingkan dengan
3 5 n.a #30 ataupun perjalanannya lebih/kurang dari 100
pariwisata nasional Competitiveness Index (TTCI)* total PDB Indonesia pada tahun berjalan. Nilai PDB
km (PP); (2) mereka yang melakukan perjalanan
Meningkatnya investasi USD 2,5 sektor pariwisata ini memperhitungkan kontribusi
4 6 Jumlah investasi sektor pariwisata USD 2 milyar bukan ke obyek wisata komersial tetapi menginap
sektor pariwisata milyar PDB yang bersifat langsung maupun tak langsung.
dihotel/penginapan komersial, walaupun jarak
Bertumbuhnya industri Pertumbuhan industri pariwisata Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah
5 7 2% 3% perjalanannya kurang dari 100 km (PP); dan (3)
pariwisata nasional nasional informasi kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB
mereka yang melakukan perjalanan bukan ke obyek
Rasio usaha pariwisata yang nasional yang didapat dari hasil olahan Kementerian
Meningkatnya kualitas usaha wisata komersial dan tidak menginap di hotel/
6 8 tersertifikasi terhadap total usaha 2.50% 3% Pariwisata atas data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
pariwisata nasional
pariwisata nasional penginapan komersial tetapi jarak perjalanannya
Rasio SDM pariwisata nasional yang lebih dari 100 km (pulang-pergi). Bukti realisasi/
Meningkatnya kuallitas SDM 3) Pertumbuhan jumlah Wisman
7 9 tersertifikasi terhadap total SDM 2% 2.50% pemenuhan dari IKSS ini adalah Informasi statistik
pariwisata nasional
pariwisata nasional Indikator ini bertujuan mengukur jumlah wisman jumlah pergerakan Wisnus dari Badan Pusdat
Dimanfaatkannya
Indeks pemanfaatan hasil penelitian
yang berkunjung ke destinasi pariwisata di Indonesia. Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Pariwisata.
hasil penelitian dan Adapun definisi wisatawan mancanegara pada
8 10 dan pengembangan pariwisata 25% 30%
pengembangan pariwisata
nasional indikator ini adalah setiap orang yang berasal dari 5) Travel and Tourism Competitiveness
nasional
Terwujudnya reformasi luar wilayah Indonesia, yang mengunjungi Indonesia, Index (TTCI)*
9 birokrasi di lingkungan 11 Nilai RB Kementerian Pariwisata 78 80 didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa
Kementerian Pariwisata Indikator ini bertujuan mengukur daya saing

86 87
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

pariwisata terhadap pariwisata negara lain di dunia. pariwisata. Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini Reformasi Birokrasi merupakan program nasional (PMP-RB) Kementerian Pariwisata yang dikeluarkan
TTCI mengikuti penilaian dari UNWTO berdasarkan adalah hasil perhitungan jumlah sertifikasi usaha yang bertujuan untuk mengubah birokrasi di oleh Inspektorat Kementerian Pariwisata.
11 subindeks pengukuran. Hasil pengukuran TTCI pariwisata nasional terhadap total usaha pariwisata Indonesia menuju birokrasi yang profesional.
oleh World Economic Forum (WEF) dilakukan nasional yang terdaftar. Nilai RB dikeluarkan oleh KemenPAN RB setiap Masing-masing sasaran dan indikator tersebut telah
sebanyak 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun. Bukti tahun untuk setiap K/L/P dalam rangka evaluasi didelegasikan (cascade) dari level Menteri Pariwisata
realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah hasil 9) Rasio SDM pariwisata nasional performa birokrasi instansi pemerintah. Bukti (Level 0) hingga struktural setingkat Eselon IV (Level
asesmen WEF terhadap daya saing pariwisata yang tersertifikasi terhadap total SDM realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah hasil 4). Sehingga, saat ini seluruh pejabat Kementerian
Indonesia dibanding negara lain (http://reports. pariwisata nasional asesmen KemenPAN RB terhadap implementasi RB Parwisata telah memiliki sasaran dan indikator
weforum.org/). Kementerian Pariwisata. Jika asesmen KemenPAN yang saling terkait. Detil mengenai target kinerja
Indikator ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
RB belum diterbitkan, maka digunakan hasil Kementerian Pariwisata dapat dilihat pada dokumen
mana kualitas dari SDM Pariwisata Nasional. Kualitas
6) Jumlah investasi sektor pariwisata penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi terpisah.
yang dimaksud adalah memiliki pengetahuan
Indikator ini bertujuan mengukur besarnya jumlah dan kemampuan sektor pariwisata. Perbandingan
investasi sektor pariwisata yang diukur dalam juta dilakukan antara tenaga kerja pariwisata yang
US$. Investasi yang dimaksud merupakan akumulasi telah tersertifikasi terhadap total tenaga kerja
4.2 Kerangka Pendanaan Kementerian Pariwisata
dari penanaman modal asing (PMA) maupun pariwisata nasional. Tersertifikasi yang dimaksud
penanaman modal dalam negeri (PMDN). Bukti adalah sertifikasi terkait peningkatan kompetensi Pendanaan program dan kegiatan Kementerian Kerangka pendanaan disusun dalam kurun waktu
realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah Informasi kepariwisataan. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga Pariwisata bersumber dari Anggaran Pendapatan 5 (lima) tahun dengan analisis kenaikan biaya
investasi sektor pariwisata dari Badan Koordinasi terkait. Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini dan Belanja Negara (APBN) berupa rupiah murni, (oleh pengaruh inflasi dan faktor eksternal lainnya)
Penanaman Modal (BKPM). adalah hasil perhitungan jumlah SDM pariwisata Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), menggunakan indeks penyesuaian harga per tahun.
nasional yang tersertifikasi terhadap total SDM Pinjaman dan/atau Hibah Dalam Negeri (PHDN), Indeks penyesuaian harga ini telah disesuaikan
7) Pertumbuhan industri pariwisata pariwisata nasional yang terdaftar. dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). dengan perkembangan harga barang dan jasa
nasional Selain itu, pemerintah daerah serta pihak swasta pada bidang yang dikelola sesuai tugas dan fungsi
10) Indeks pemanfaatan hasil penelitian diperbolehkan untuk memberikan kontribusi Kementerian Pariwisata, yaitu bidang kepariwisataan
Indikator ini bertujuan melihat peningkatan/
dan pengembangan pariwisata nasional dalam mendorong program pengembangan dan bidang pemerintahan. Selanjutnya, prakiraan
penurunan jumlah usaha sektor pariwisata di
kepariwisataan Kementerian Pariwisata dengan kebutuhan anggaran program – program
Indonesia. Usaha yang dimaksud adalah usaha Indikator ini bertujuan mengukur tingkat
biaya sendiri namun tetap merujuk pada ketentuan Kementerian Pariwisata untuk periode 2018 – 2019
kecil dan menengah maupun perusahaan besar pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan
peraturan yang berlaku. secara detil dapat dilihat pada Lampiran.
yang terdaftar di Kementerian Perdagangan pariwisata nasional. Hasil penelitian dan
yang kriterianya mengikuti regulasi yang berlaku. pengembangan yang dimaksud adalah penelitian
Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah dan pengembangan yang dilakukan Kementerian
informasi pertumbuhan usaha berbadan hukum Pariwisata maupun perguruan tinggi di bawah
sektor Pariwisata di Indonesia yang dikeluarkan naungan Kementerian Pariwisata. Pemanfaatan

Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur


oleh Asdep Industri dan Regulasi Kedeputian dilakukan dalam rangka peningkatan performa
Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan kepariwisataan nasional dibandingkan jumlah
Pariwisata. penelitian dan pengembangan yang dihasilkan.
Bukti realisasi/pemenuhan dari IKSS ini adalah
8) Rasio usaha pariwisata yang hasil asesmen pemanfaatan hasil penelitian dan
tersertifikasi terhadap total usaha pengembangan pariwisata nasional.
pariwisata nasional
11) Indeks pemanfaatan hasil penelitian
Indikator ini bertujuan untuk membandingkan
dan pengembangan pariwisata nasional
jumlah usaha pariwisata yang tersertifikasi terhadap
total usaha pariwisata di Indonesia. Sertifikasi Indikator ini bertujuan mengukur implementasi
yang dimaksud sebagai prasyarat usaha sektor reformasi birokrasi di Kementerian Pariwisata.

88 89
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB V PENUTUP
Waerebo, Nusa Tenggara Timur

BAB V
PENUTUP

90 91
Rencana Strategis 2018-2019 | Kementerian Pariwisata BAB V PENUTUP

BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pariwisata Pemerintah Daerah dalam membangun pariwisata Pemerintah Daerah, akademisi, swasta, media – program Kementerian Pariwisata. Akhir kata,
tahun 2018 – 2019 merupakan respon atas dapat dicapai dalam tempo singkat. Peran dan masyarakat, diharapkan percepatan proses Renstra Kementerian Pariwisata Tahun 2018-2019
perubahan lingkungan strategis. Perubahan pemerintah sebagai pembuat kebijakan diperlukan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perlu diterapkan ke dalam rencana program dan
arah strategis Kementerian Pariwisata perlu untuk menyusun peraturan – peraturan dalam aspek sektor pariwisata dapat dilaksanakan. Selain itu, rencana kegiatan unit organisasi dan unit kerja di
ditindaklanjuti dengan melakukan reviu terhadap pelaksanaan berupa Norma, Standar, Pedoman, koordinasi dan integrasi secara vertikal maupun lingkungan Kementerian Pariwisata secara konsisten
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 29 Tahun 2015 dan Kriteria (NSPK) serta pelaksanaan pendidikan horizontal dalam penyelenggaraan pariwisata akan agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai untuk
tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan pelatihan, sosialisasi, pertukaran pengalaman, menjadi fondasi kokoh dalam pelaksanaan program periode tahun 2018 – 2019.
Tahun 2015-2019. Perubahan arah strategis juga dan penyebarluasan NSPK.
berdampak pada kebutuhan desain organisasi yang
menyesuaikan strategi Kementerian Pariwisata, Pencapaian target indikator kinerja yang tertuang
sehinggapenyusunan rencana program dan dalam rencana strategis Kementerian Pariwisata

Kota Tua, Jakarta


kegiatan di setiap satuan kerja akan selaras dengan Tahun 2018 – 2019 dinilai membutuhkan
arah strategis Kementerian Pariwisata. pendanaan yang cukup besar. Hal ini terlihat
dari kualitas indikator Kementerian Pariwisata
Proses pencapaian sasaran-sasaran dalam Renstra yang bersifat impact dan berdampak pada skala
tersebut memerlukan koordinasi, konsolidasi, dan nasional. Terkait hal tersebut, diperlukan adanya
sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah sumber – sumber pendanaan baru selain APBN
Daerah serta antara Pemerintah Pusat, Pemerintah seperti skema kemitraan pemerintah dan kemitraan
Daerah dengan Dunia Usaha agar keseluruhan swasta. Sumber – sumber pendanaan ini, nantinya
sumber daya pariwisata yang ada dapat digunakan akan mempercepat pembangunan infrastruktur
secara optimal sehingga dapat mencapai kinerja pendukung pariwisata di destinasi pariwisata
yang telah ditetapkan. Hal ini seiring dengan prioritas serta mendukung upaya-upaya pemasaran
mandat presiden, yaitu peran semua sektor pariwisata Indonesia sehingga industri pariwisata
perekonomian dalam berkontribusi memajukan nasional tumbuh dan memiliki keunggulan
perekonomian nasional. Pariwisata sebagai salah kompetitif dari negara lain di dunia internasional.
satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata
dan devisa negara yang mengalami pertumbuhan memiliki tugas berat dalam menciptakan regulasi
relatif cepat terus meningkatkan performanya yang sehat, membangun iklim yang semakin
untuk mendukung pembangunan nasional. Oleh kondusif dan kompetitif seperti pemeliharaan
karena itu, penyelenggaraan sektor kepariwisataan stabilitas politik dan keamanan, penataan
dalam mencapai target-target yang telah disepakati sistem perizinan, perbaikan sistem hukum dan
perlu didukungoleh kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, perluasan akses ke pasar, pemberian
kelembagaan dan pendanaan yang optimal. insentif pajak, serta mendorong pengembangan
inovasi dan teknologi untuk pengembangan
Dalam rangka sinergi pembangunan pariwisata pariwisata nasional.
dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah berencana
memberikan dorongan lebih besar pada aspek Selanjutnya, melalui pelaksanaan Renstra
peningkatan kapasitas daerah (local capacity Kementerian Pariwisata Tahun 2018-2019 secara
building) sehingga kompetensi dan kemandirian konsisten serta keterlibatan Pemerintah Pusat,

92 93
Kawah Ijen, Banyuwangi

94
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA PARIWISATA
TARGET KINERJA KEMENTERIAN
LAMPIRAN I

95
96
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
KEMENTERIAN PARIWISATA 3.733.408.080 3.831.062.805
1 Meningkatnya pendapatan nasional dari sektor pariwisata
1 Jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata Rp Trilyun 223 280 MENTERI
2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional % 5,25 5,5
2 Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus
3 Pertumbuhan jumlah Wisman % 21 17
*) target pertumbuhan jumlah wisman 2018 dihitung dari realisasi jumlah wisman 2017 ke target jumlah wisman 2018, sementara target pertumbuhan jumlah wisman 2019 dihitung dari
target
jumlah wisman 2018 ke target jumlah wisman 2019 MENTERI
*) Target jumlah wisman Orang 17.000.000 20.000.000
4 Peningkatan pergerakan Wisnus (data dari BPS) % 1,85 1,85
*) Target jumlah pergerakan wisnus Orang 270.000.000 275.000.000
3 Meningkatnya daya saing pariwisata nasional
Peringkat TTCI MENTERI
5 Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI)* n.a. #30
(1 – 7)
4 Meningkatnya investasi sektor pariwisata
MENTERI
6 Jumlah investasi sektor pariwisata Juta US$ 2.000 2.500
5 Bertumbuhnya industri pariwisata nasional
MENTERI
7 Pertumbuhan industri pariwisata nasional % 2 3
6 Meningkatnya kualitas usaha pariwisata nasional
Rasio usaha pariwisata yang tersertifikasi terhadap total MENTERI
8 % 2,5 3
usaha pariwisata nasional
7 Meningkatnya kuallitas SDM pariwisata nasional
Rasio SDM pariwisata nasional yang tersertifikasi terhadap MENTERI
9 % 2 2,5
total SDM pariwisata nasional
Dimanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan pariwisata
8
nasional
MENTERI
Indeks pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan
10 % 25 30
pariwisata nasional
9 Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
Indeks RB MENTERI
11 Nilai RB Kementerian Pariwisata 78 80
(1 – 100)

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
A PROGRAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 3.393.408.080 3.511.412.243
1 Meningkatnya diversifikasi produk wisata nasional
1 Pertumbuhan diversifikasi produk wisata nasional % 20 25
2 Bertumbuhnya industri pariwisata nasional
2 Indeks pertumbuhan industri pariwisata nasional % 2 3
3 Meningkatnya kualitas organisasi kepariwisataan pariwisata nasional
Rasio usaha pariwisata yang tersertifikasi terhadap total usaha
3 % 2,5 3
pariwisata nasional
4 Meningkatnya kualitas SDM pariwisata nasional
Rasio SDM pariwisata nasional yang tersertifikasi terhadap
4 % 2 2,5
total SDM pariwisata nasional
Dimanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan pariwisata
5
nasional
Rasio penelitian dan pengembangan pariwisata nasional yang
5 dimanfaatkan terhadap total penelitian dan pengembangan % 25 30 DEPUTI BIDANG
pariwisata nasional yang dihasilkan Kementerian Pariwisata PENGEM
Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata BANGAN
6 sesuai kewenangan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelem- INDUSTRI DAN
bagaan KELEMBAGAAN
Nilai
Nilai Kapasitas dan akuntabilitas organisasi sesuai kewenangan
6 Komponen RB 7,32 7,87
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
(0 - 9.1)
Nilai
Nilai Penataan tatalaksana sesuai kewenangan Deputi Bidang
7 Komponen RB 1,60 1,68
Pengembangan Industri dan kelembagaan
(0 - 2)
Nilai
8 Nilai Penguatan akuntabilitas kinerja pada kriteria pengungkit Komponen RB 5,00 5,20
(0 - 6)
Nilai
Nilai penataan sistem manajemen SDM sesuai kewenangan
9 Komponen RB 0,80 0,87
Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan
(0 - 1)
Nilai
10 Nilai manajemen perubahan Komponen RB 4,10 4,15
(0 - 5)
7 Meningkatnya kualitas destinasi parawisata DEPUTI BIDANG
1 Jumlah destinasi yang berkualitas Destinasi 102 102 PENGEM
BANGAN
8 Meningkatnya investasi sektor pariwisata DESTINASI
1 Jumlah investasi sektor pariwisata US dollar ($) 2.000.000.000 2.500.000.000 PARIWISATA
97
98
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
9 Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus di wilayah pemasaran I
DEPUTI BIDANG
1 Pertumbuhan jumlah Wisman wilayah pemasaran I % 28 11 PENGEM
BANGAN
Peningkatan frekuensi pergerakan kunjungan Wisnus di
2 % 1,85 1,85 PEMASARAN I
wilayah pemasaran I
10 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran II DEPUTI BIDANG
PENGEM
1 Pertumbuhan jumlah Wisman wilayah pemasaran II % 13,75 24,75 BANGAN
PEMASARAN II
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN KELEMBAGAAN
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Bidang Pengembangan Sekretariat
1 22.000.000 20.000.000
Industri dan Kelembagaan Kepariwisataan Deputi
Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat
1
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat Skala Likert
1 2,5 3
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan (1 – 4)
Asisten Deputi
2 Pengembangan Manajemen Strategis 12.500.000 17.123.660 Manajemen
Strategis
1 Meningkatnya akuntabilitas kinerja Kementerian Pariwisata
Nilai
Nilai AKIP Kementerian Pariwisata (aspek perencanaan, pen- Komponen
1 52,5 57,5
gukuran,dan capaian kinerja) AKIP
(0 - 65)
2 Peringkat inovasi layanan publik Kementerian Pariwisata Peringkat Top 20 Top 10
2 Meningkatnya kualitas layanan publik melalui inovasi
Nilai
3 Nilai Penguatan akuntabilitas kinerja pada kriteria pengungkit Komponen RB 5 5,2
(0 - 6)
Meningkatnya pemanfaatan hasil analisis Lingstra bagi pembangunan
3
pariwisata
Rasio isu strategis mutakhir terkait pariwisata yang diman-
faatkan dalam kebijakan pembangunan pariwisata nasional
4 % 85 87
terhadap total isu strategis mutakhir terkait pariwisata yang
dihasilkan

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Asisten Deputi
Industri dan
3 Pengembangan Industri dan Regulasi Pariwisata 20.000.000 27.000.000
Regulasi
Pariwisata
1 Bertumbuhnya industri pariwisata nasional
1 Jumlah usaha pada industri pariwisata nasional tahun berjalan Usaha 588.906 606.573
2 Meningkatnya kualitas organisasi kepariwisataan pariwisata nasional
2 Jumlah usaha pariwisata yang tersertifikasi Organisasi 14.723 18.197
Dimanfaatkannya hasil penelitian dan pengembangan pariwisata
3
nasional
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan pariwisata nasional
3 Judul 14 14
yang dimanfaatkan
4 Meningkatnya pengelolaan e-Government
Nilai
4 Nilai implementasi e-Government pada Penataan tatalaksana Komponen RB 1,60 1,68
(0 - 2)
*) Penentuan target merupakan proyeksi dari data sementara usaha pariwisata dari 15 provinsi di Indonesia (diolah dari data Susenas tahun 2016)
Asisten Deputi
4 Pengembangan Wisata Budaya 10.000.000 19.000.000
Wisata Budaya
1 Meningkatnya diversifikasi produk wisata budaya nasional
1 Pertumbuhan diversifikasi produk wisata budaya nasional % 20 25
Asisten Deputi
5 Pengembangan Wisata Alam dan Buatan 10.500.000 19.000.000 Wisata Alam dan
Buatan
1 Meningkatnya diversifikasi produk wisata alam dan buatan nasional
Pertumbuhan diversifikasi produk wisata alam dan buatan
1 % 20 25
Nasional
Asisten Deputi
SDM Pariwisata
6 Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antar Lembaga 175.500.000 160.785.000
dan Hubungan
Antar Lembaga
1 Meningkatnya kualitas SDM pariwisata nasional
1 Jumlah SDM pariwisata yang tersertifikasi Orang 75.000 70.000
2 Meningkatnya kualitas organisasi kepariwisataan pariwisata nasional
Rasio pelaksanaan rekomendasi perbaikan RB terhadap total
1 % 80 90
rekomendasi perbaikan RB yang diberikan Menpan RB
99
100
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
UNIT PELAKSANA TEKNIS
Sekolah Tinggi
7 Pengembangan Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata 728.000.000 1.105.100.000 dan Akademi
Pariwisata
Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan Tinggi
1
Negeri Pariwisata
Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri
1 Bulan 3 3
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata
Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan terhadap
2 % 40 50
total penelitian yang dihasilkan
Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata
terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat
3 % 80 85
yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif di
2
Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata
4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) % 70 75
Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri
3
Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi
Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi
5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai skema Mahasiswa 1000 1200
kualifikasi
Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi perguruan
4
tinggi yang terakreditasi
Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang
6 Program Studi 1 1
terakreditasi A
Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan Tinggi Negeri
5
Pariwisata
Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total kerjasama
7 % 80 85
yang disepakati
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Bidang Pengembangan Sekretariat
8 23.000.000 25.424.138
Destinasi Pariwisata Deputi
Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat
1
Deputi Bidang Destinasi Pariwisata

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat Skala Liikert
1 3 3
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan
9 Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem 70.500.000 48.225.000
Infrastruktur dan
Ekosistem
1 Terwujudnya implementasi perencanaan destinasi yang berkualitas
Rasio rencana pengembangan destinasi yang terimplementasi
1 % 80 85
terhadap total rencana pengembangan destinasi
Asisten Deputi
10 Peningkatan Investasi Pariwisata 15.000.000 16.150.000 Investasi
Pariwisata
1 Meningkatnya investasi sektor pariwisata
1 Jumlah investasi sektor pariwisata US dollar ($) 2.000.000.000 2.500.000.000
Asisten Deputi
Pengembangan
11 Pengembangan Destinasi Pariwisata Wilayah Indonesia Barat 10.230.000 14.600.000
Destinasi
Regional I
1 Menigkatnya kualitas destinasi parawisata di Regional I
1 Jumlah destinasi yang berkualitas di Regional I Destinasi 30 30
Asisten Deputi
Pengembangan
12 Pengembangan Destinasi Pariwisata Wilayah Indonesia Tengah 13.578.000 21.900.000
Destinasi
Regional II
1 Menigkatnya kualitas destinasi parawisata di Regional II
1 Jumlah destinasi yang berkualitas di Regional II Destinasi 33 33
Asisten Deputi
Pengembangan
13 Pengembangan Destinasi Pariwisata Wilayah Indonesia Timur 16.192.000 21.000.000
Destinasi
Regional III
1 Meningkatnya kualitas destinasi parawisata di Regional III
1 Jumlah destinasi yang berkualitas di Regional III Destinasi 39 39
Badan Otorita
14 BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA 73.500.000 37.451.577
Danau Toba
1 Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus ke Danau Toba
1 Pertumbuhan jumlah Wisman di Danau Toba % 19,67 12,42
2 Peningkatan pergerakan Wisnus di Danau Toba % 1,72 1,61
2 Meningkatnya investasi pariwisata di Danau Toba
101
102
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
3 Jumlah investasi pariwisata di Danau Toba Rupiah 777,06 M 854,77 M
3 Meningkatnya daya tarik pariwisata Danau Toba
4 Jumlah atraksi / daya tarik di Danau Toba Atraksi 10 2
4 Bertumbuhnya industri pariwisata Danau Toba
5 Jumlah usaha pariwisata di Danau Toba Usaha 951 980
Penentuan target merupakan proyeksi dari data sementara usaha pariwisata dari provinsi Sumatera Utara
*)
(diolah dari data Susenas tahun 2016)
5 Terwujudnya layanan internal berkualitas dari Badan Otorita Danau Toba
Indeks kepuasan terhadap layanan Direktur Keuangan, Umum, Skala Likert
6 2 2,70
dan Komunikasi Publik (1 – 4)
Badan Otorita
15 BADAN PELAKSANA OTORITA BOROBUDUR 12.000.000 43.000.000
Borobudur
1 Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus ke Borobudur
1 Pertumbuhan jumlah Wisman di Borobudur % 19 15
2 Peningkatan pergerakan Wisnus di Borobudur % 1,85 1,85
2 Meningkatnya investasi pariwisata di Borobudur
3 Jumlah investasi pariwisata di Borobudur Rupiah 400 M 500 M
3 Meningkatnya daya tarik pariwisata Borobudur
4 Jumlah atraksi / daya tarik di Borobudur Atraksi 5 10
4 Bertumbuhnya industri pariwisata Borobudur
5 Jumlah usaha pariwisata di Borobudur Usaha 224 230
Penentuan target merupakan proyeksi dari data sementara usaha pariwisata dari provinsi Jawa Tengah
*)
(diolah dari data Susenas tahun 2016)
5 Terwujudnya layanan internal berkualitas dari Badan Otorita Borobudur
Indeks kepuasan terhadap layanan Direktur Keuangan, Umum, Skala Likert
6 2,5 2,7
dan Komunikasi Publik (1 – 4)
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN I
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Bidang Pengembangan Sekretariat
16 31.251.990 25.276.839
Pemasaran I Deputi
Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat
1
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat Skala Likert
1 2 2
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I (1 – 4)
Asisten Deputi
Strategi dan
17 Pengembangan Strategi dan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Wilayah I 459.405.210 406.889.281
Komunikasi
Pemasaran I
Meningkatnya akurasi perencanaan strategi dan komunikasi di wilayah
1
pemasaran I
Deviasi perencanaan terhadap implementasi strategi dan ko-
1 % 25 20
munikasi pariwisata mancanegara di wilayah pemasaran I
Deviasi perencanaan terhadap implementasi strategi dan ko-
2 % 20 20
munikasi pariwisata nusantara di wilayah pemasaran I
2 Meningkatnya citra pariwisata nasional di wilayah pemasaran I
Brand recognition (Index) Wonderful Indonesia area pengem-
3 Indeks 6 6,5
bangan pemasaran I
Brand recognition (Index) Pesona Indonesia area pengemban-
4 Indeks 6 6,5
gan pemasaran I
Asisten Deputi
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Indonesia Barat, Singapore, Pengembangan
18 159.595.323 143.509.118
Thailand dan Indochina Pemasaran I
Regional I
Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus di wilayah pemasaran I
1
regional I
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran I
1 Orang 2.671.300 2.973.397
regional I
Jumlah pergerakan wisatawan nusantara di wilayah pemasaran
2 Orang 49.270.600 49.870.000
I regional I
Meningkatnya citra pariwisata nasional di area pengembangan Pemasa-
2
ran I Regional I
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran I Skala Likert
3 2 2,5
regional I terhadap pariwisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan
19 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Indonesia Tengah, Malaysia dan Brunei 129.295.660 115.357.660
Pemasaran I
Regional II
Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus di wilayah pemasaran I
1
regional II
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran I
1 Orang 2.853.100 3.175.757
regional II
103
104
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Jumlah pergerakan wisatawan nusantara di wilayah pemasaran
2 Orang 180.130.900 184.180.000
I regional II
Meningkatnya citra pariwisata nasional di area pengembangan pemasa-
2
ran I regional II
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran I Skala Likert
3 2 2,5
regional II terhadap pariwisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Indonesia Timur, Timor Leste, Philipina dan Pengembangan
20 120.352.523 107.641.585
Papua New Guinea Pemasaran I
Regional III
Meningkatnya kunjungan Wisman dan Wisnus di wilayah pemasaran I
1
regional III
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran I
1 Orang 1.843.400 2.051.870
regional III
Jumlah pergerakan wisatawan nusantara di wilayah pemasaran
2 Orang 40.598.500 40.950.000
I regional III
Meningkatnya citra pariwisata nasional di area pengembangan pemasa-
2
ran I regional III
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran I Skala Likert
3 2 2,5
regional III terhadap pariwisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan
21 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Australia dan Oceania 70.102.629 63.835.787
Pemasaran I
Regional IV
1 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran I regional IV
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran I
1 Orang 1.616.200 1.798.976
regional IV
Meningkatnya citra pariwisata nasional di area pengembangan pemasa-
2
ran I regional IV
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran I Skala Likert
2 2 2,55
regional IV terhadap pariwisata nasional (1 – 4)
Jumlah target wisman DPP I Orang 8.984.000 10.000.000
Jumlah target pergerakan wisnus Orang 270.000.000 275.000.000

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN II
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Deputi Bidang Pengembangan Sekretariat
22 23.393.000 30.000.000
Pemasaran II Deputi
Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat
1
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal Sekretariat Skala Likert
1 2 2
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II (1 – 4)
Asisten Deputi
Strategi dan
23 Pengembangan Strategi dan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Wilayah II 740.526.672 352.984.197
Komunikasi
Pemasaran II
Meningkatnya akurasi perencanaan strategi dan komunikasi di wilayah
1
pemasaran II
Deviasi perencanaan terhadap implementasi strategi dan
1 % 20 18
komunikasi pariwisata mancanegara di wilayah pemasaran II
2 Meningkatnya citra pariwisata nasional di wilayah pemasaran II
Brand recognition (index) Wonderful Indonesia area
2 Indeks 60 65
pengembangan pemasaran II
Asisten Deputi
Pengembangan
24 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah China 156.810.440 184.165.668
Pemasaran II
Regional I
1 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran II regional I
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran II
1 Orang 2.725.000 3.620.000
regional I
Meningkatnya citra parawisata nasional di area pengembangan Pe-
2
masaran II Regional I
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran II Skala Likert
2 2 3
Regional I terhadap parawisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan
25 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Asia Pasifik 91.262.771 148.355.676
Pemasaran II
Regional II
1 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran II regional II
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran II
1 Orang 1.906.500 2.250.000
regional II
Meningkatnya citra parawisata nasional di area pengembangan Pe-
2
masaran II Regional II
105
106
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran II Skala Likert
2 2 3
Regional II terhadap parawisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Asia Selatan, Asia Tengah, Timur Tengah Pengembangan
26 79.471.500 168.818.529
dan Afrika Pemasaran Re-
gional II III
1 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran II regional III
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran II
1 Orang 1.294.500 1.610.000
regional III
Meningkatnya citra parawisata nasional di area pengembangan Pe-
2
masaran II Regional III
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran II Skala Likert
2 2 3
Regional III terhadap parawisata nasional (1 – 4)
Asisten Deputi
Pengembangan
27 Pengembangan Pemasaran Pariwisata Wilayah Eropa 119.440.362 168.818.528
Pemasaran II
Regional IV
1 Meningkatnya kunjungan Wisman di wilayah pemasaran II regional IV
Jumlah wisatawan mancanegara dari wilayah pemasaran II
1 Orang 2.090.000 2.520.000
regional IV
Meningkatnya citra parawisata nasional di area pengembangan Pe-
2
masaran II Regional IV
Awareness index pengunjung event di wilayah pemasaran II Skala Likert
2 2 3
Regional IV terhadap parawisata nasional (1 – 4)
Jumlah target wisman DPP II Orang 8.016.000 10.000.000

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
B 340.000.000 319.650.562
KEMENTERIAN PARIWISATA
Terwujudnya reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata
11
sesuai kewenangan Sekretariat Kementerian
Nilai
Nilai Kapasitas dan akuntabilitas organisasi sesuai kewenangan
1 Komponen RB 8,90 9,70
Sekretariat Kementerian
(0 - 10.9)
Nilai
2 Nilai Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN Komponen RB 9,70 9,72
(0 - 10)
Nilai
3 Nilai Kualitas pelayanan publik (kriteria hasil) Komponen RB 8,63 8,83
(0 - 10)
Nilai
4 Nilai penataan dan penguatan organisasi (kriteria pengungkit) Komponen RB 5 5,5
(0 - 6)
Nilai
Nilai Penataan peraturan perundang-undangan (kriteria
5 Komponen RB 4 4,5
pengungkit) SEKRETARIAT
(0 - 5)
KEMENTERIAN
Nilai
Nilai Penataan tatalaksana sesuai kewenangan Sekretariat
6 Komponen RB 2,4 2,52
Kementerian
(0 - 3)
Nilai
7 Nilai Penataan sistem manajemen SDM (kriteria pengungkit) Komponen RB 11,20 12,13
(0 - 14)
Nilai
8 Nilai Penguatan pengawasan Komponen RB 9 10
(0 - 12)
Nilai
9 Nilai Peningkatan kualitas layanan publik (kriteria pengungkit) Komponen RB 4,89 5,09
(0 - 6)
Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Sekretariat
12
Kementerian
Tingkat kepuasan unit eselon I terhadap layanan Sekretariat Skala Likert
1 2,5 3
Kementerian (1 – 4)
Biro Umum,
Kepegawaian,
28 Peningkatan Layanan Administrasi Umum, Kepegawaian, Hukum dan Organisasi 121.138.890 100.536.513
Hukum dan
Organisasi
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kementerian Pariwisata
1 terkait tugas dan fungsi Biro Umum, Kepegawaian, Hukum dan
Organisasi
107
108
LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Nilai
1 Nilai Kapasitas organisasi (survey internal) Komponen RB 4,96 5,46
(0 - 6)
Nilai
2 Nilai Penataan sistem manajemen SDM (kriteria pengungkit) Komponen RB 11,20 12,13
(0 - 14)
Nilai
Nilai Penataan tatalaksana sesuai kewenangan Sekretariat
3 Komponen RB 2,4 2,52
Kementerian
(0 - 3)
Nilai
Nilai Penataan peraturan perundang-undangan (kriteria
4 Komponen RB 4 4,5
pengungkit)
(0 - 5)
Nilai
5 Nilai Penataan dan penguatan organisasi (kriteria pengungkit) Komponen RB 5 5,5
(0 - 6)
Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro Umum,
2
Kepegawaian, Hukum, dan Organisasi
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan Biro Umum, Skala Likert
6 2,5 3
Kepegawaian, Hukum, dan Organisasi (1 – 4)
Biro Komunikasi
29 Peningkatan Layanan Komunikasi Publik 20.609.632 20.609.632
Publik
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kementerian Pariwisata
1
sesuai kewenangan Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata
Nilai
1 Nilai Kualitas pelayanan publik (kriteria hasil) Komponen RB 8,63 8,83
(0 - 10)
Nilai
2 Nilai Peningkatan kualitas layanan publik (kriteria pengungkit) Komponen RB 4,89 5,09
(0 - 6)
Terwujudnya citra positif Kementerian Parawisata di media cetak dan
2
elektronik nasional dan internasional
Rasio berita positif terkait Kemenpar terhadap total berita
3 terkait Kemenpar yang di publikasikan pada media cetak dan % 50 60
elektronik nasional dan internasional
3 Terwujudnya keterbukaan informasi publik di Kementerian Pariwisata

LAMPIRAN I
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA
TARGET ALOKASI (dalam ribu rupiah) UNIT
PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN
No SATUAN ORGANISASI
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR 2018 2019 2018 2019 PELAKSANA
Nilai
4 Nilai keterbukaan informasi publik Kementerian Pariwisata Komponen RB 1,20 1,26
(0 - 1.5)
Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro Komunikasi
4
Publik
Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan Biro Komunikasi Skala Likert
5 2,5 3
Publik (1 – 4)
30 Pengembangan Layanan Keuangan 182.728.405 182.981.344 Biro Keuangan
Meningkatnya pengelolaan keuangan dan akuntabilitas kinerja sesuai
1
kewenangan Biro Keuangan Kementerian Pariwisata
Tingkat kepatuhan pelaporan keuangan terhadap Standar
1 % 100 100
Akuntansi Pemerintah (SAP)
Nilai
Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Komponen
2 Kementerian Pariwisata untuk aspek Perencanaan (RKA K/L) 21 22
AKIP
dan pelaporan kinerja (LAKIN)
(0 - 25)
Nilai kinerja (NK) Anggaran Kementerian Pariwisata Nilai Kinerja
3 90 90,10
berdasarkan PMK 214 tahun 2017 (0 – 100)
2 Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro Keuangan
Skala Likert
4 Tingkat kepuasan satker terhadap layanan Biro Keuangan 2,50 2,60
(1 – 4)
31 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas 15.523.073 15.523.073 Inspektorat
Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata di bidang
1
Pengawasan Internal
Rasio jumlah temuan BPK material yang terjadi berulang di
1 Satker yang sama terhadap total temuan BPK pada tahun % 25 15
sebelumya
Nilai
Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Komponen
2 6,96 6,98
Kementerian Pariwisata untuk aspek Evaluasi Internal AKIP
(0 - 10)
Nilai
3 Nilai pemerintahan yang bersih dan bebas KKN (kriteria hasil) Komponen RB 9,70 9,72
(0 - 10)
Nilai
4 Nilai penguatan pengawasan Komponen RB 9 10
(0 - 12)
Tingkat
5 Tingkat maturitas SPIP Kementerian Pariwisata Maturitas 3 3
(0 – 5)
109
Pulau Padar, Nusa Tenggara Timur

Anda mungkin juga menyukai