Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM SPONTAN

A. Anatomi Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan organ
reproduksi interna.
1. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum, kelenjar
bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah (Rafiah, 2014).

Gambar 2.a.Organ Reproduksi eksternal.

a. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang
kemaluan. Setelah pubertas, kulit mons veneris tertutup oleh rambut ikal
yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada wanita berbentuk
segitiga (Rafiah, 2014).

b. Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan
bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit
berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian didalamnya tidak
berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung
banyak ujung saraf sehingga sensitive saat sedang koitus (Rafiah, 2014).

1
c. Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora bagian depannya
mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah,
sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini
analog dengan kulit skrotum pada pria (Rafiah, 2014).
d. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat
koitus. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris, banyak pembuluh
darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif (Rafiah, 2014).
e. Hymen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada
umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar
endometrium (lapisan dalam rahim) (Rafiah, 2014).
f. Vestibulum
Bagian kelamin yang dibatasihi oleh kedua labia kanan – kiri dan bagian
atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada
bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran
kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis (Rafiah, 2014).
g. Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1 sampai
1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus
uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra terletak tepat di atas
dinding anterior vagina (Rafiah, 2014).
h. Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan (Rafiah,
2014).
2. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum

2
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah rupture (Rafiah, 2014).
3. Organ genetalia interna
Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak dapat
dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari :

Gambar 2.b.Organ Reproduksi internal.

a. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di
depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh
ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat
kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di
atas. Dari bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan
paha (kanalis inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi kearah
depan rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai
kemampuan untuk mendorong jalan lahir (Rafiah, 2014).
b. Uterus terdiri dari (Rafiah, 2014:
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur, pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan
usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus
uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri

3
internum. Lapisan – lapisan uterus meliputi endometrium,
myometrium, parametrium.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral,
dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling
sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya
kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses
kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai
fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi
saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri pada lapisan dalam rahim. Tuba fallopi terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang
berbeda-beda pada setiap bagiannya (Rafiah, 2014).
d. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh
ligamentum infundibulopelvicum. Ovarium terletak dilapisan belakang
ligamentum latum. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Indung telur
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan
dan kiri (Rafiah, 2014).
e. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian
ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya (Rafiah,
2014).

B. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi(janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

4
sendiri).Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 2010). Post partum adalah masa
sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu.Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2012).

C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada
saraf dan nutrisi (Wiknjosastro, 2010)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone tua.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,

5
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

D. Tanda dan Gejala


Adapun perubahan fisik yang terjadi pada post partum yaitu (Bobak, 2012):
1. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini
menyebabkan rasa nyeri yang disebut after pain post partum terjadi pada hari
ke 2-3 hari.
2. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum,
kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah
pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
3. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After
pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan
darah (stoll cell) dalam cavum uteri .
4. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari
stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia.
Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali.
5. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon prolaktin.
6. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas,
sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi,
berbau anyir, tetapi tidak busuk. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :

6
a. Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion,
liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c. Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning
cair dan tidak berdarah lagi.
d. Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang
telah mati.
7. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari
dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya
dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat
laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada
minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
8. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang
begitu lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat
striae melipat, dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat
janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
9. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer. Curah jantung/cardiac output kembali normal
setelah partus
10. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan edema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang edema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urin.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.

7
11. Perubahan sistem Gastro Intestina
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas
12. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
13. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang
dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan
kuning yang mengandung protein dan garam serta euglobin yang mengandung
antibodi. Bayi sangat dianjurkan untuk meminum kolustrum tersebut.
14. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 380C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya
vagina.
15. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan
ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring
lepasnya placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah
sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada akhir
minggu pertama.
16. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
17. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.

8
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-
otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong,
bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia
kala (Mitayani, 2009).

9
F. Pathway

Penurunan hormon, placenta


menjadi tua, distensi rahim, Persalinan Bukaan jalan Laserasi Perineum
iritasi mekanik, induksi partus lahir

Post partum Luka perineum

Penurunan progesteron dan


esterogen Jaringan terputus Jaringan terbuka

Merangsang area
Kontraksi uterus Proteksi kurang
Merangsang sensorik
pertumbuhan kelenjar
susu dan pertumbuhan
Involusi Gangguan rasa Invasi bakteri
nyaman

Meningkatkan
hormon prolaktin Risiko infeksi
Adekuat Tidak adekuat Nyeri akut

Pengeluaran Perdarahan Merangsang laktasi


lochea oksitosin

10
Hb

Kekurangan volume Ejeksi ASI


Kurang O2 cairan dan elektrolit

Tidak efektif
Risiko syok
Kelemahan Efektif

Defisit perawatan Nutrisi bayi


diri: mandi terpenuhi

Kurang informasi
tentang perawatan
payudara

Defisiensi
pengetahuan

11
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah (Mitayani, 2009) :
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi
setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah tyerdapat sebagian
plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina
sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat
terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya
dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka
pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam
paru-paru.

12
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk post partum adalah sebagai berikut (Mitayani, 2009).
1. Mencegah perdarahan berlebih
Penyebab perdarahan setelah melahirkan yang paling sering ialah atoni uterus,
kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Pada palpasi rahim
teraba lunak.
a. Mempertahankan tonus rahim
Intervensi utama untuk mempertahankan tonus yang baik ialah
menstimulasi dengan pijatan lembut di bagian fundus rahim sampai rahim
teraba keras. Pijatan pada fundus bisa menyebabkan perdarahan vagina
meningkat untuk sementara. Perdarahan ini terlihat sebagai bekuan darah
yang keluar dari rahim bekuan darah ini bisa didorong keluar. Pemberian
pengajaran kepada pasien sangat penting untuk mempertahankan tonus
rahim. Pijatan fundus bisa merupakan prosedur yang membuat pasien
tidak nyaman. Pemahaman tentang penyebab dan bahaya atoni rahim dan
tujuan pemijatan fundus dapat membuat ibu lebih bersedia untuk
bekerjasama. Mengajarkan ibu melakukan pijatan fundus sendiri
membuatnya mampu mempertahankan kendali dan megurangi rasa cemas.
Rahim bisa tetap lunak walaupun sudah dipijat dan bekuan sudah
dikeluarkan. Apabila hal ini terjadi, sangat penting bagi perawat untuk
tetap bersama pasien dan memberi pertolongan.
b. Mencegah distensi kandung kemih
Kandung kemih yang penuh membuat rahim terdorong ke atas umbilicus
dan ke salah satu sisi abdomen. Keadaan ini juga mencegah uterus
berkontraksi secara normal. Intervensi perawat difokuskan untuk
membantu ibu mengosongkan kandung kemihnya secara spontan sesegera
mungkin. Prioritas pertama ialah membantu ibu ke kamar kecil atau
berkemih di bedpan jika ia tidak mampu berjalan. Membiarkan ibu
mendengar bunyi air mengalir, merendam tangannya di dalam air hangat,
atau memercik air dari botol ke perineumnya bisa meransang berkemih.
Teknik lain dengan membantu ibu mandi atau melakukan sitz bath dan
menganjurkan ibu berkemih atau meletakkan minyak peppermint di dalam
bedpan di bawah ibu. Uap minyak ini dapat merelaksasi meatus urinarius
dan membuat ibu berkemih secara spontan. Apabila tindakan ini tidak
berhasil, sebuah kateter steril dimasukkan untuk mengeluarkan urin.

13
c. Mencegah infeksi
Salah satu cara penting untuk mencegah infeksi ialah mempertahankan
lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur harus diganti setiap hari,
tampon atau pelapis sekali pakai perlu diganti lebih sering. Pasien
diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit tanpa menggunakan
alas kaki untuk menghindari kontaminasi tempat tidur. Supervisi
penggunaan fasilitas untuk mencegah kontaminasi silang juga diperlukan.
Misalnya, tempat duduk untuk mandi atau lampu pemanas harus dicuci
bersih sebelum digunakan oleh ibu yang lain. Tindakan pencegahan secara
universal harus dilakukan. Anggota staf yang pilek, batuk, dan memiliki
infeksi kulit, misalnya herpes di bibir harus mengikuti protocol RS jika
kontak dengan pasien pascapartum. Perawatan tempat episiotomi dan
setiap laserasi perineum dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada
dearah genitourinara dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu
membersihkan perineum dari arah depan ke belakang (uretra ke anus)
setelah berkemih atau defekasi. Dibanyak RS, dipakai botol percik yang
diisi air hangat atau larutan betadin untuk membersihkan daerah perineum
setipa kali selesai berkemih. Pasien juga perlu diajari mengganti pelapis
perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali selesai berkemih atau
defekasi dan untuk mencuci tangannya sampai bersih sebelum dan
sesudah melakukan hal tersebut.
2. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Kebanyakan ibu mengalami nyeri segera setelah memasuki masa nifas.
Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan (afterbirth),
episiotomy atau laserasi perineum, hemoroid, dan pembesaran (engorgement)
payudara. Penjelasan ibu tentang jenis dan berat nyeri adalah pedoman terbaik
bagi perawat untuk memilih intervensi yang harus dilakuakn. Untuk
memastikan lokasi dan luas penyebaran nyeri, perawat bisa melakukan
inspeksi dan palpasi di daerah nyeri, memperhatikan kemerahan,
pembengkakan, adanya cairan dan panas, dan observasi posisi tubuh, gerakan,
dan ekspresi wajah. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan bisa meningkat
sebagai respon terhadap nyeri akut. Intervensi keperawatan ditujukan untuk
mengeliminasi sensasi nyeri secara keseluruhan atau menguranginya sampai
pada tingkat yang dapat diterima ibu.

14
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
c. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
d. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
4. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur
Ibu baru seringkali cemas akan kemampuannya dalam merawat bayinya atau
seering merasa nyeri. Hal ini bisa membuatnya sukar tidur. Ada hari-hari
selanjutnya tuntutan dari bayi, pengaruh lingkungan, dan rutinitas di rumah
sakit juga akan mengganggu pola tidur ibu tersebut. Intervensi harus
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan tidur dan istirahat.
Menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang memmberi kenikmatan, dan
pemberian obat tidur mugkin diperlukan selama beberapa malam pertama.
Rutinitas rumah sakit dan perawat bisa juga disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan individu.
5. Pemenuhan kebutuhan ambulasi
Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden
tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu. Tirah baring
tidak diperlukan oleh ibu yang mendapat anestesi umum, anestesi epidural
atau spinal, atau mendapat anestesi local, seperti blok pudendal. Ibu dapat
bergerak bebas setelah pengaruh anestesi hilang, kecuali bila ia diberi
analgetik. Setelah periode istirahat vital pertama berakhir, ibu didorong untuk
sering berjalan-jalan.
6. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Setelah melahitkan, ibu harus berkemih dengan spontan dalam 6 samai 8 jam
post partum, kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali
kencing belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi akan tetapi, bila
kandungan kencing penuh, tidak usah menunggu sampai 8 jam untuk
kateterisasi. Urin yang dikeluarkan dari beberapa perkemihan pertama harus
diukur untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih adekuat.

15
Diharapkan setipa kali berkemih, urine yang keluar adalah 150 ml. Beberapa
wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya. Sebab-
sebab retensi urin post partum antara lain:
a. Tekanan intra abdominal berkurang
b. Otot-otot perut masih lemas Edema dari uretra
c. Dinding kandung kencing kurang sensitif

16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Riwayat ibu
a. Biodata ibu.
b. Penolong.
c. Jenis persalinan.
d. Masalah-masalah persalinan.
e. Nyeri.
f. Menyusui atau tidak.
g. Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
h. Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
2. Riwayat sosial ekonomi
a. Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
b. Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
c. Para pembuat keputusan di rumah.
d. Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
e. Kepercayaan dan adat istiadat.
3. Riwayat bayi
a. Menyusu.
b. Keadan tali pusat.
c. Vaksinasi.
d. Buang air kecil/besar.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Suhu tubuh.
2) Denyut nadi.
3) Tekanan darah.
4) Tanda-tanda anemia.
5) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
6) Refleks.
7) Varises.
8) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).

17
b. Pemeriksaan payudara
1) Putting susu : pecah, pendek, rata.
2) Nyeri tekan.
3) Abses.
4) Pembengkakan/ASI terhenti.
5) Pengeluaran ASI.
c. Pemeriksaan perut / uterus
1) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
2) Kontraksi uterus.
3) Ukuran kandung kemih.
d. Pemeriksaan vulva/perineum
1) Pengeluaran lokhia.
2) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
3) Pembengkakan.
4) Luka.
5) Henoroid.
e. Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
f. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
g. Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan).
h. Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
i. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
j. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga
sampai kelima pasca partum.
k. Seksualitas
1) Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.

18
2) Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut
menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal :
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
3) Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu
matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung
kapan menyusui dimulai.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan (Herdman, 2018) yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
2. Defisiensi pengetahuan berhubugan dengan kurang informasi
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko infeksi d/d kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen
5. Risiko syok ditandai dengan dengan hipovolemia

19
C. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan yang akan dilakukan (Bulechek, 2016) (Moorhead,2016):
DiagnosaKeperaw Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
No
atan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri dan
agens cidera fisik selama … x 24 jam diharapkan nyeri 1. Observasi reaksi nonverbal dari juga skala nyeri
yang dirasakan pasien berkurang ketidaknyamanan 2. Melihat reaksi nonverbal nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Lakukan pengkajian nyeri secara 3. Untuk mengetahui skala nyeri dan
Tingkat nyeri komprehensif termasuk kualitasnya serta dapat mengurangi
a. Nyeri yang dilaporkan lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri
ditingkatkan dari level 3 (sedang) kualitas dan faktor presipitasi 4. Mengkaji riwayat nyeri sebelumnya
ke level 4 (ringan) 3. Gunakan tehnik komunikasi terapiutik 5. Untuk mengurangi keluhan nyeri
b. Ekspresi nyeri wajah ditingkatkan untuk mengetahui pengalaman nyeri 6. Pemberian obat untuk mengurangi
dari level 4 (ringan) ke level 5 pasien nyeri
(tidak ada) 4. Evaluasi rasa nyeri masa lampau
5. Ajarkan teknik relaksasi
6. Kolaborasikan pemberian obat analgetik
2 Defisiensi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Konseling laktasi 1. Untuk mengetahui manfaat asi
pengetahuan b/d selama …. x 24 jam diharapkan 1. Berikan informasi mengenai manfaat 2. Agar pasien termotivasi untuk

20
kurang informasi pengetahuan pasien bertambah dengan menyusui baik fisiologis maupun biologis menyusui anaknya
kriteria hasil : 2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu 3. Untuk menambah pengetahuan pasien
Pengetahuan menyusui untuk menyusui dan juga persepsi 4. Agar membangun rasa menyayangi
a. Manfaat menyusi ditingkatkan mengenai menyusui anatara bayi dan anak
dari level 2 (terbatas) ke level 3 3. Berikan materi sesuai dengan kebutuhan 5. Agar pasien tahu kapan untuk
(sedang) 4. Bantu menjamin adanya kedekatan bayi menyusui pada anaknya
b. Fisiologi laktasi ditingkatkan dari ke dada dengan cara yang tepat 6. Agar klien mendapatkan informasi
level 2 (terbatas) ke level 3 5. Jelaskan tanda bayi memutuhkan lebih dan penangan mengenai laktasi
(sedang) makanan rooting, menghisap serta diam
dan terjaga
6. Rujuk pada konsultan laktasi
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Bantuan perawatan diri: mandi/kebersihan a. Untuk melihat bantuan yang
diri: mandi selama …. x 24 jam diharapkan a. Observasi bantuan yang dibutuhkan diperlukan oleh pasien
perawatan diri pasien terpenuhi b. Monitor integritas kulit pasien b. Untuk menlihat integritas kulit
dengan kriteria hasil : c. Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri pasien
Perawatan diri: mandi dengan tepat c. Agar pasien mampu mandi secara
a. Mencuci wajah ditingkatkan dari d. Berikan bantuan sampai pasien benar- mandiri
level 4 (sedikit terganggu) ke benar mampu merawat diri secara d. Untuk membantu pasien agar bisa
level 5 (tidak terganggu) mandiri mandi secara mandiri

21
b. Mencuci badan bagian atas e. Jaga ritual kebersihan e. Untuk menjaga kebersihan pasien
ditingkatkan dari level 4 (sedikit
terganggu) ke level 5 (tidak
terganggu)
c. Mencuci badan bagian bawah
ditingkatkan dari level 4 (sedikit
terganggu) ke level 5 (tidak
terganggu)
d. Membersihkan area perineum
ditingkatkan dari level 4 (sedikit
terganggu) ke level 5 (tidak
terganggu)

4 Resiko infeksi d/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan postpartum a. Untuk mengetahui bagaimana suhu,
kurang pengetahuan selama …. x 24jam diharapkan tidak a. Observasi tanda-tanda vital nadi, frekuensi pernafasan, tekanan
untuk menghindari terjadi infeksi dengan kriteria hasil : b. Observasi lokia terkait dengan warna, darah, dan skala nyeri
pemajanan patogen Status maternal: postpartum bau, jumlah, dan adanya gumpalan b. Untuk melihan dan mengidentifikasi
a. Jumlah lokia ditingkatkan dari c. Bantu perawatan perineum lokia

22
level 4 (deviasi ringan dari d. Ajarkan perawatan perineum c. Agar perineum bersih
kisaran normal) ke level 5 (tidak e. Kolaborasi pemberian analgetik d. Agar pasien mengetahui cara
ada deviasi dari kisaran normal) perawatan perineum
b. Warna lokia ditingkatkan dari e. Agar nyeri yang dirasakan pasien
level 4 (deviasi ringan dari berkurang
kisaran normal) ke level 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran normal)
c. Suhu tubuh ditingkatkan dari
level 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal) ke level 5 (tidak
ada deviasi dari kisaran normal)
5 Risiko syok Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan syok a. Untuk mengetahui adanya respon
ditandai dengan selama …. x 24 jam diharapkan syok a. Observasi tanda-tanda vital kompensasi awal syok
dengan hipovolemia tidak terjadi dengan kriteria hasil : b. Monitor status sirkulai b. Untuk mengetahui sirkulasi perrifer
a. Penurunan tekanan darah c. Berikan dan pertahankan kepatenan jalan seperti pengisian kapiler
sistolik ditingkatkan dari level nafa sesuai kebutuhan c. Agar jalan nafas pasien paten
level 4 (ringan) ke level 5 d. Berikan oksigen d. Agar pasien tidak kekurangan
(tidak ada) e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai oksigen
b. Penurunan tekanan darah tanda dan gejala syok yang mengancam e. Agar pasien mengetahui tanda dan

23
diastolik ditingkatkan dari jiwa gejala syok yang mengancam jiwa
level level 4 (ringan) ke level 5 f. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV f. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
(tidak ada) pasien
c. Pucat ditingkatkan dari level
level 4 (ringan) ke level 5
(tidak ada)
d. Akral dingin, kulit lembab
ditingkatkan dari level level 4
(ringan) ke level 5 (tidak ada)

24
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuam dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk
kembbali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment)
(Asmadi, 2008). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum

3. Mengkaji peneyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

25

Anda mungkin juga menyukai