Anda di halaman 1dari 40

Dicetak pada tanggal 2019-11-28

Id Doc: 589c891d81944d461049423e

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang

dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan yang meliputi

prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman,

melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan

meramalkan (Sagala, 2012:71).

Sementara Sadidah (2014) mengungkapkan bahwa konsep dalam matematika

adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau

mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh

konsep atau bukan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani (2008:9) yang menyatakan bahwa

konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang

untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep biasa

dibatasi dalam suatu ungkapan yang disebut definisi. Lebih lanjut, Wardhani

(2008:10) menyatakan bahwa konsep matematika yang dimaksud meliputi fakta,

konsep, prinsip, dan skill atau algoritma,

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pemahaman diartikan

9
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 10

sebagai proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Pemahaman

merupakan salah satu aspek yang terkandung dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman

merupakan penyerapan arti dari suatu materi/bahan yang dipelajari (Ompusunggu,

2014:94). Lebih lanjut Ompusunggu (2014:97) menyimpulkan bahwa pemahaman

adalah kemampuan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan suatu situasi

atau tindakan.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemahaman konsep adalah kemampuan menyerap arti dari suatu ide abstrak yang

dapat digunakan untuk mengelompokkan sesuatu objek yang dipelajari melalui

kegiatan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan.

Syahbana, (2013:1) mengungkapkan bahwa matematika merupakan bangunan

utuh dari kumpulan konsep-konsep yang saling jalin-menjalin dan saling terkait satu

sama lain. Untuk menguasai matematika mesti menguasai konsep yang terkandung di

dalamnya. Kemudian konsep-konsep tersebut akan lebih bermakna apabila dapat

diterapkan melalui proses matematisasi fenomena, baik yang terkandung dalam

matematika itu sendiri maupun fenomena yang berasal dari luar matematika. Dengan

demikian untuk memahami dan menguasai matematika perlu dilakukan upaya

peningkatan kemampuan kognitif tertentu yang dalam hal ini dinamakan sebagai

pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika.

Istilah pemahaman Asesmen sebagai terjemahan dari istilah mathematical

understanding berbeda dengan jenjang memahami dalam taksonomi Bloom. Dalam

taksonomi Bloom, secara umum indikator memahami matematik terdiri dari:


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 11

mengenal dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika dengan

benar pada kasus sederhana. Namun sesungguhnya, pemahaman matematik memiliki

tingkat kedalaman tuntutan kognitif yang berbeda (Hendriana dan Soemarmo,

2014:19).

Ompusunggu (2014:94) memandang pengertian pemahaman matematik

sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman

matematik sebagai proses, berarti pemahaman matematik adalah suatu proses

pengamatan kognisi yang tak langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori

yang akan dipahami, mempertunjukkan kemampuannya dalam menerapkan

konsep/teori tersebut pada situasi yang lain. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman

matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah

konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan secara

bermakna pada permasalahan-permasalahan yang lebih luas.

Dalam proses pembelajaran, Sagala (2012:49) mengungkapkan bahwa belajar

bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, namun juga adanya pemahaman

terhadap rangsangan ketika seseorang melakukan aktivitas belajar. Ini berarti, sebagai

proses, pemahaman konsep terjadi pada aktivitas belajar. Sementara sebagai tujuan

pemahaman konsep dapat dilihat dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada

siswa.

Menurut Rusefendi (Ompusunggu, 2014:95), Ada tiga macam pemahaman,

yaitu pengubahan (translasi), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan

ekstrapolasi (extrapolation). Lebih lanjut Ompusunggu mengungkapkan bahwa


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 12

dalam pembelajaran matematika, pemahaman translasi berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam memodelkan atau merepresentasikan, menerjemahkan kalimat dalam

soal kedalam bentuk lain. Pemahaman interpretasi berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam menentukan konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi. Pemahaman ekstrapolasi berkaitan dengan kemampuan

siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematika untuk menyelesaikan soal

atau masalah.

Afrilianto (2012:196) menyatakan bahwa salah satu kecakapan (proficiency)

dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep

(conceptual understanding). Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:116),

pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam

memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika.

Menurut Walle (Saltifa, 2012:73) pemahaman konsep matematika merupakan

tingkat kemampuan siswa yang paham tentang konsep matematika serta dapat

menjelaskan dan menyatakan ulang dengan bahasa sendiri konsep-konsep tersebut.

Pemahaman konsep yang baik sangat penting dalam pembelajaran matematika,

karena matematika merupakan ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola dan

keteraturan yang logis

Dalam Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:795) disebutkan bahwa indikator

dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika yaitu:

1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk

mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 13

2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya

berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.

3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk

dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi.

4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat

matematis.

5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep

adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang

terkait dalam suatu konsep materi.

6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah

kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur.

7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Indikator diatas sesuai dengan indikator yang menunjukkan pemahaman

konsep menurut Tim Pustaka Yustisia (2008:429) yaitu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya)

3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 14

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika yang diacu pada

penelitian ini yakni menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 (Wardhani, 2008:10), yaitu sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep menurut Tim PPPG

Matematika (Dafril, 2011:795) adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan

kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contohnya, pada saat siswa

belajar tentang penjumlahan matriks, dimana yang dijumlahkan adalah elemen-

elemen yang seletak dari kedua matriks, siswa dapat menyatakan konsep dari elemen-

elemen yang seletak.

2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) mengungkapkan bahwa

kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya

berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. Contohnya, ketika siswa belajar

tentang perkalian dua matriks, maka siswa dapat mengelompokkan matriks-matriks

yang dapat dikalikan dilihat dari ordonya.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 15

3. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

Menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796), kemampuan memberi

contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh

dan bukan contoh dari suatu materi. Contohnya, pada saat siswa belajar tentang jenis-

jenis matriks, siswa dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari matriks persegi.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

Sabirin (2014:35) menyimpulkan bahwa representasi adalah bentuk

interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah, yang digunakan sebagai alat

bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Bentuk interpretasi dapat

berupa kata-kata, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkret, simbol matematika

dan lain-lain.

Sehingga menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi

matematika dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa untuk

menyajikan konsep dalam berbagai bentuk interpretasi hasil pemikiran siswa.

Contohnya, siswa dapat merubah kalimat pada suatu permasalahan ke dalam bentuk

matriks.

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep

Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu

konsep menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) adalah kemampuan siswa

mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep

materi. Contohnya, siswa dapat menggunakan konsep perkalian dua matriks dengan

melihat syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 16

Pernyataan B dikatakan syarat perlu dari pernyataan A, jika B mutlak

diperlukan untuk terjadinya A. Dengan kata lain mustahil ada A tanpa ada B.

Contohnya, A: matriks C merupakan matriks persegi maka B: mempunyai jumlah

baris dan kolom yang sama. Jumlah baris dan kolom yang sama merupakan syarat

perlu dari matriks persegi. Mustahil ada matriks persegi tanpa jumlah baris dan

kolom yang sama.

Pernyataan P dikatakan syarat cukup dari pernyataan Q, Jika P terjadi pastilah

terjadi Q dengan kata lain adanya P menjamin adanya Q. Contohnya, P: matriks C

merupakan matriks persegi maka Q: mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama.

Mengetahui matriks C merupakan matriks persegi sudah cukup untuk mengetahui

bahwa matriks C mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama. Jadi pernyataan

“matriks C merupakan matriks persegi” adalah syarat cukup dari pernyataan

mempunyai jumlah baris dan kolom yang sama.

6. Menggunakan dan memanfaatkan, serta memilih prosedur atau operasi tertentu

Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) mengungkapkan bahwa

kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah

kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur.

Contohnya, siswa dapat menyelesaikan soal pengurangan matriks dengan tepat sesuai

dengan langkah-langkah yang benar.

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796), kemampuan

mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah adalah kemampuan


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 17

siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya, dalam pembelajaran perkalian matriks

dengan skalar siswa mampu menggunakan konsep perkalian untuk memecahkan

masalah.

Beberapa pakar menurut Hendriana dan Soemarmo (2014:20) menggolongkan

tingkat kedalaman tuntutan kogntif pemahaman matematika dalam beberapa tahap.

Pakar tersebut diantaranya:

1. Polya

a) Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara

rutin atau perhitungan sederhana.

b) Pemahaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus sederhana dan

tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.

c) Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu.

d) Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran sesuatu tanpa ragu-

ragu, sebelum menganalisis secara analitik.

2. Pollatsek

a) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan

rutin/sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.

b) Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara

benar dan menyadari proses yang dilakukan.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 18

3. Skemp

a) Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat

menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara

algoritmik saja.

b) Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara

benar dan menyadari proses yang dilakukan.

4. Copeland

a) Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik.

b) Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang

dikerjakannya.

Pemahaman yang diperoleh ketika belajar matematika dengan pemahaman

dapat menumbuhkan kemampuan pemahaman matematik dan gagasan-gagasan

matematik seperti: interpreting (menafsirkan), exemplifying (memberikan contoh),

classsifying (mengklasifikasikan), summarizing (merangkumkan), inferring

(pendugaan), comparing (membandingkan) dan explaining (menjelaskan) (Yuniarti,

2013:2).

Hiebert dan Carpenter (Wahyuningtyas, 2015:589) menyatakan beberapa

keuntungan pengajaran yang menekankan pada pemahaman, yaitu:

a) Pemahaman memberikan generatif, artinya siswa menciptakan pengertian internal

mereka sendiri yang didapat dari interaksi dengan lingkungan dan mengaitkan

dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 19

b) Pemahaman memacu ingatan, artinya pengetahuan yang telah dipahami dengan

baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-pengetahuan

yang lain, sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat.

c) Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat, artinya dengan

memahami hubungan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang

lain dalam struktur kognitif siswa, maka segala pengetahuan yang terkait dapat

diperluas, dengan demikian siswa tidak perlu menghafalkan semuanya.

d) Pemahaman meningkatkan proses perpindahan informasi, artinya pemahaman

suatu konsep matematika akan diperoleh dengan menemukan kesamaan dari

berbagai konsep. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis apakah suatu

konsep tertentu dapat diterapkan, untuk suatu kondisi tertentu.

e) Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa, artinya siswa yang memahami

matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan positif yang akan membantu

perkembangan pengetahuan matematikanya.

2.2 Pendekatan Saintifik

Menurut Kemendikbud (2013:4-8), proses pembelajaran pada Kurikulum

2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah

(saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses

pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,

kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 20

dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan

saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan

media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah

pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan

dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan

bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:

melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik

untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,

membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari

informasi.

b. Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada

peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau

dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang

abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih

abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat

hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 21

guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke

tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari

kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan

dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan

faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang

diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu

untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.

Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai

sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang

lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan

melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan

melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati

objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 22

menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan

kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil

kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan

kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan

informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat

yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk

menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola

dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir

yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks

pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada

teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 23

merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan

beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.

Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam

referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di

memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah

tersedia.

e. Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik

merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah

menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari

keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,

atau secara individual membuat kesimpulan.

f. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini

dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam

kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau

kelompok peserta didik tersebut.

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 24

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau

media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

2.3 Model Pembelajaran CORE

Untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu

diperlukan model-model pembelajaran. Berbagai model ini dipandang mampu

mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar

siswa. Menurut Sagala (2012:175), model diartikan sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia “Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari

sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan”.

Komaruddin (Sagala, 2012:175) menyatakan bahwa model dapat dipahami

sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan

untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung

diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang

dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu

desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang

disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner;
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 25

dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat

bentuk aslinya.

Lebih lanjut Sagala (2012:176) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan

pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman untuk

mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang

diharapkan.

Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, menurut Kurniasih dan

Sani (2015:18) semuanya memiliki ciri-ciri khusus, yaitu:

1. Harus rasional teoritik serta logis

2. Memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

3. Adanya tingkah laku dalam mengajar

4. Adanya lingkungan belajar

Calfee, et al. mengusulkan suatu model pembelajaran yang dapat

mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan melibatkan siswa secara aktif yang

disebut model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) (Khoiriyah,

2014:138).
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 26

Lebih lanjut Calfee, et al. (Dwijayanti dan Kurniasih, 2014:191) menyatakan

bahwa yang dimaksud model CORE adalah suatu model pembelajaran yang

mengharapkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dengan

cara menghubungkan (connecting) dan mengorganisasikan (organizing) pengetahuan

baru dengan pengetahuan lama, kemudian memikirkan konsep yang sedang dipelajari

(reflecting), serta diharapkan siswa dapat memperluas pengetahuan mereka selama

proses belajar mengajar berlangsung (extending).

Model pembelajaran CORE merupakan model pembelajaran yang

menekankan pada kemampuan berpikir siswa untuk menghubungkan,

mengorganisasikan, mendalami, mengelola, dan mengembangkan informasi yang

didapat. Dalam model ini aktivitas berpikir sangat ditekankan kepada siswa. Siswa

dituntut untuk dapat berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya.

Menurut Suyatno dalam bukunya Menjelajah Pembelajaran Inovatif

(2009:67), ada 4 sintak model pembelajaran CORE yaitu:

1. Connecting (C)

Connecting merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan

informasi baru diantara konsep. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mengingat

informasi lama dan menggunakan informasi/konsep lama tersebut untuk digunakan

dalam informasi/konsep yang baru.

2. Organizing (O)

Pada tahap ini, peserta didik mengorganisasikan ide-ide untuk memahami

materi. Kegiatan ini dapat melatih kemampuan siswa untuk mengorganisasikan dan
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 27

mengelola informasi yang telah dimilikinya.

3. Reflecting (R)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memikirkan kembali,

mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperkuat konsep yang telah dimiliki peserta didik.

4. Extending (E)

Extending merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas

informasi yang sudah didapatnya, dan menggunakan informasi yang telah didapat ke

dalam situasi baru atau konteks yang berbeda.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Seperti

yang dikemukakan oleh Khoiriyah (2014:138), kelebihan dari model pembelajaran

CORE yaitu:

a. Siswa aktif dalam belajar,

b. Melatih daya ingat siswa,

c. Melatih daya pikir siswa terhadap suatu masalah, dan

d. Memberikan pengalaman belajar inovatif kepada siswa.

Selain memiliki kelebihan, menurut Artasari, dkk (2012:3) model

pembelajaran CORE juga memiliki kekurangan, yaitu:

a. Membutuhkan persiapan matang dari guru.

b. Menuntut siswa untuk terus berpikir.

c. Memerlukan banyak waktu.

d. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model pembelajaran CORE.


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 28

Hubungan model pembelajaran CORE dengan pendekatan saintifik adalah

sebagai berikut:

1. Connecting (C)

Guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengingat informasi

yang telah disampaikan dan siswa akan menyimak dan mendengar pertanyaan

tersebut, sehingga langkah mengamati pada pendekatan saintifik terjadi.

2. Organizing (O)

Pada tahap ini, peserta didik mengorganisasikan ide-ide untuk memahami

materi melalui LKS, sehingga disini siswa akan mengumpulkan informasi dan

menanya mengenai informasi yang tidak diketahui maupun informasi yang ingin

diketahui setelah mengamati LKS yang diberikan.

Setelah semua informasi diperoleh, selanjutnya perwakilan kelompok siswa

akan menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan di depan kelas.

3. Reflecting (R)

Pada tahap ini siswa akan menggunakan penalarannya (menalar) untuk

mengerjakan soal guna memperkuat konsep yang telah diperolehnya.

4. Extending (E)

Terakhir, siswa akan mengerjakan tugas individu untuk menggunakan

informasi yang didapat kedalam konteks yang berbeda, sehingga siswa juga akan

menalar.
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 29

2.4 Model Pembelajaran Direct Instruction

Menurut Kardi dan Nur (Setiawan, dkk, 2010:8) model pengajaran langsung

(direct instruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu

siswa dalam mempelajari kemampuan dasar dan memperoleh informasi yang

diajarkan selangkah demi selangkah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Widyantini (2012:4), yang menyatakan

bahwa model pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses

belajar berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang

terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pengetahuan

prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu

sedangkan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu.

Lebih lanjut Widyantini mengungkapkan bahwa model pembelajaran

langsung merupakan model pembelajaran berpusat pada guru atau guru mendominasi

kegiatan pembelajaran dan komunikasi terjadi satu arah, akan tetapi tetap harus

menjamin keterlibatan siswa.

Adapun metode-metode yang melengkapi model ini yaitu metode ceramah,

pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek, dan latihan (Listriani, dkk,

2013:2).

Ismail (Widyantini,2012:2) mengungkapkan lima fase dalam model

pembelajaran langsung, yaitu:

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Pada fase ini guru akan menyampaikan tujuan, menginformasikan latar belakang
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 30

dan pentingnya pelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru akan menyajikan informasi tahap demi tahap dan mendemonstrasikan

keterampilan yang benar

3. Membimbing pelatihan

Pada fase ini guru akan merencanakan dan memberikan bimbingan awal

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Disini guru akan mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan

baik dan guru akan memberikan umpan balik.

5. Memberikan latihan dan penerapan

Terakhir, guru akan memberikan kesempatan latihan lanjutan dengan perhatian

khusus pada penerapan situasi yang lebih kompleks.

2.5 Hubungan Model Pembelajaran CORE dengan Kemampuan Pemahaman


Konsep Matematika

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan sebelumnya, terlihat bahwa

terdapat hubungan antara model pembelajaran CORE dengan kemampuan

pemahaman konsep matematika. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Calfee, et al.

(Dwijayanti dan Kurniasih,2014:191) yang menyatakan bahwa model pembelajaran

CORE mengharapkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

melalui empat tahapan yang dimilikinya. Dengan dilibatkannya siswa secara aktif

dalam mengkonstruksi pengetahuannya, maka siswa akan lebih mudah untuk


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 31

mengetahui atau memahami konsep, membedakan sejumlah konsep dan

menggunakan strategi penyelesaian yang tepat untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.

Adapun sintaks model pembelajaran CORE yaitu:

a. Connecting (C)

Connecting merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan

informasi baru diantara konsep. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan-

pertanyaan mengenai konsep yang telah dipelajari, sehingga indikator kemampuan

pemahaman yang muncul adalah menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Organizing (O)

Pada tahap ini, peserta didik mengorganisasikan ide-ide atau informasi-

informasi untuk memahami materi dengan bimbingan dan arahan dari guru. Indikator

kemampuan pemahaman yang muncul yaitu menyajikan konsep dalam berbagai

bentuk representasi matematis, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih

prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada

pemecahan masalah.

c. Reflecting (R)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memikirkan kembali,

mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat. Pada tahap ini, guru

melakukan refleksi hasil diskusi peserta didik dengan beberapa pertanyaan yang

terdapat dalam LKS, sehingga kegiatan ini akan memunculkan indikator menyatakan

ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 32

dengan konsepnya, memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, menyajikan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, menggunakan dan

memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

d. Extending (E)

Extending merupakan kegiatan untuk mengembangkan dan menggunakan

informasi yang telah didapat ke dalam situasi baru. Pada tahap ini guru memberikan

siswa tugas individu mengenai konsep yang baru dipelajarinya untuk

mengembangkan, memperluas, dan menggunakan informasi yang telah didapat ke

dalam situasi yang berbeda, sehingga diharapkan dapat memunculkan indikator

menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan

syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma pada pemecahan masalah.

Hubungan antara model pembelajaran CORE dengan indikator kemampuan

pemahaman matematika disajikan dalam tabel 2.1:

Tabel 2.1 Hubungan Model Pembelajarann CORE dengan Indikator Kemampuan


Pemahaman Konsep Matematika
Tahapan Indikator Kemampuan
Model Pemahaman Konsep
No. Kegiatan pembelajaran
Pembelajaran Matematika
CORE
(1) (2) (3) (4)
Siswa menjawab pertanyaan- Menyatakan ulang sebuah
pertanyaan dari guru mengenai konsep konsep.
yang telah dipelajari, yang nantinya
1. Connecting (C)
akan digunakan dalam menemukan
konsep yang baru.

Siswa mengikuti bimbingan dan Menyajikan konsep dalam


2. Organizing (O) arahan guru mengorganisasikan ide- berbagai bentuk
ide untuk memahami materi. Siswa representasi matematis.
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 33

(1) (2) (3) (4)


mengorganisasikan konsep yang Menggunakan dan
diketahui, konsep yang dicari, dan memanfaatkan serta
kaitan antar konsep untuk memilih prosedur atau
mengkonstruksi konsep baru. operasi tertentu.
Mengaplikasikan konsep
atau algoritma pada
pemecahan masalah

Menyatakan ulang sebuah


konsep.
Mengklasifikasikan objek
menurut sifat-sifat
tertentu sesuai dengan
konsepnya.
Memberi contoh dan
Siswa memberikan jawaban terhadap bukan contoh dari suatu
beberapa pertanyaan yang terdapat di konsep
dalam LKS. Siswa memikirkan Menyajikan konsep dalam
3. Reflecting (R)
kembali, mendalami, dan menggali berbagai bentuk
informasi yang sudah didapat. representasi matematis.
Menggunakan dan
memanfaatkan serta
memilih prosedur atau
operasi tertentu.
Mengaplikasikan konsep
atau algoritma pada
pemecahan masalah.

Menyajikan konsep dalam


berbagai bentuk
representasi matematis.
Siswa mengerjakan tugas individu
mengenai konsep yang baru Mengembangkan syarat
dipelajarinya untuk mengembangkan, perlu atau syarat cukup
4. Extending (E)
memperluas, dan menggunakan dari suatu konsep.
informasi yang telah didapat ke dalam
situasi yang berbeda. Mengaplikasikan konsep
atau algoritma pada
pemecahan masalah.

2.6 Tinjauan Karakteristik dan Uraian Materi Matriks

Matriks dipelajari di kelas X SMA pada Kurikulum 2013. Pada bab ini, yang

akan dipelajari adalah pengertian matriks, ordo matriks, transpos matriks, kesamaan
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 34

dua matriks, jenis-jenis matriks, operasi hitung matriks yang meliputi: operasi

penjumlahan, operasi pengurangan, perkalian bilangan real dengan matriks (perkalian

skalar), dan perkalian dua matriks (perkalian matriks).

Materi ini berisi konsep matriks, konsep ordo matriks, konsep transpos

matriks, konsep kesamaan dua matriks, konsep penjumlahan matriks, konsep

pengurangan matriks, konsep perkalian skalar matriks, dan konsep perkalian matriks,

sehingga dinilai cocok dijadikan sebagai materi ajar untuk mengetahui kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Ompusunggu (2014:94), kemampuan pemahaman matematika merupakan

kemampuan memahami konsep, membedakan sejumalah konsep, dan kemampuan

melakukan perhitungan untuk menyelesaikan permasalahan.

Selain itu materi ini dipilih juga didasarkan pada wawancara terbuka peneliti

dengan salah satu guru matematika di SMA N 10 Kota Jambi yang diketahui bahwa

kebanyakan siswa sering salah mengaplikasikan konsep, seperti menggunakan

konsep penjumlahan untuk menyelesaikan soal perkalian dua matriks. Sehingga

materi ini dirasa cocok untuk digunakan dalam menerapkan model pembelajaran

CORE yang menekankan pada proses berpikir siswa untuk memahami suatu materi.

Peneliti memilih materi matriks dengan kompetensi dasar memiliki motivasi

internal, kemampuan bekerja sama, konsisten, sikap disiplin, rasa percaya diri, dan

sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan

strategi menyelesaikan masalah, mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur,

tangguh mengadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 35

matematika, mendeskripsikan konsep matriks sebagai representasi numerik dalam

kaitannya dengan konteks nyata, mendeskripsikan operasi sederhana matriks serta

menerapkannya dalam pemecahan masalah, dan menyajikan model matematika dari

suatu masalah nyata yang berkaitan dengan matriks. Indikator yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Mampu bekerja sama di dalam kelompok

2. Disiplin selama proses pembelajaran berlangsung

3. Berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran matriks.

4. Menjelaskan konsep matriks.

5. Menemukan konsep transpos matriks dan menentukan transpos dari suatu

matriks

6. Menemukan konsep kesamaan dua matriks dan menentukan penyelesaian dari

permasalahan kesamaan dua matriks.

7. Menyebutkan jenis-jenis matriks

8. Menemukan konsep penjumlahan matriks dan sifat-sifatnya, serta menentukan

hasil operasi penjumlahan matriks dengan konsep yang telah dipelajari.

9. Menemukan konsep pengurangan matriks dan sifat-sifatnya, serta menentukan

hasil operasi pengurangan matriks dengan konsep yang telah dipelajari.

10. Menemukan konsep perkalian skalar matriks dan sifat-sifatnya, serta menentukan

hasil operasi perkalian skalar matriks dengan konsep yang telah dipelajari.

11. Menemukan konsep perkalian dua matriks dan sifat-sifatnya, serta menentukan

hasil operasi perkalian dua matriks dengan konsep yang telah dipelajari.
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 36

12. Membuat model matematika dari suatu masalah nyata yang berkaitan dengan

matriks.

Uraian materi matriks adalah sebagai berikut:

A. Konsep matriks

Matriks adalah kumpulan bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan

kolom. Bilangan yang tersusun dalam baris dan kolom disebut elemen matriks. Nama

matriks ditulis dengan menggunakan huruf kapital. Banyaknya baris dan kolom

matriks disebut ordo matriks.

 a1.1 a1.2 a1.3 ... a1.n 


a a 2.2 a 2.3 ... a 2.n 
 2.1
Bentuk umum: A =  a3.1 a3.2 a3.3 ... a3.n 
 
 : : : ... : 
a m.1 a m.2 a m.3 ... a m.n 

Dimana:
a1.1  elemen matriks pada baris 1, kolom 1

a1.2  elemen matriks pada baris 1, kolom 2

a1.3  elemen matriks pada baris 1, kolom 3


.
.
.
am.n  elemen matriks pada baris m, kolom n

Contoh:

 2 5  4
B=  
 1 6 7 

Ordo matriks B adalah B2 x 3


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 37

a1.3  - 4

a 2.2  6

B. Transpos matriks

Transpos matriks adalah perubahan bentuk matriks dimana elemen pada baris

menjadi elemen pada kolom atau sebaliknya.

Contoh:

 2 4 1
A=  
  3 5 0

2  3
A = A = A = 4 5 
t T

1 0 

C. Kesamaan dua matriks

Dua matriks dikatakan sama jika keduanya mempunyai ordo yang sama dan

elemen-elemen yang seletak juga sama.

Contoh:
A = B
2  3  6 9 
5 4  =  3  3
   5 4 

Contoh: Tentukan nilai a dan b dari kesamaan matriks berikut

3a  4  12  4
2b  5   9  5
  

3a = -12 2b = 9

a = -12/3 b = 9/2
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 38

a = -4 b = 4,5

D. Jenis-jenis matriks

1) Matriks baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris.


Misalnya: P=[-5 2], Q=[10 9 8]
2) Matriks kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.
  1
   0
Misalnya: R   4  , S   
  3 1
 
3) Matriks persegi adalah matriks yang banyak baris sama dengan banyak kolom.
  8 3 0
 3 1   
Misalnya: S    , W   2 0 4
  3  2  4  4 0
 
4) Matriks nol adalah matriks yang semua elemennya nol.
 0 0 0
Misalnya: O   
 0 0 0
5) Matriks identitas adalah matriks yang elemen-elemen diagonal utamanya sama
dengan 1, sedangkan elemen-elemen lainnya sama dengan nol.
Misalnya:
1 0 0
1 0
I= J= 0 1 0
0 1
0 0 1
6) Matriks skalar adalah matriks yang elemen-elemen diagonal utamanya sama,
sedangkan elemen di luar diagonalnya bernilai nol.
Misalnya:
2 0 0
4 0
K= L= 0 2 0
0 4
0 0 2
7) Matriks diagonal adalah matriks persegi yang elemen diluar diagonal utamanya
bernilai nol.
Misalnya:
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 39

1 0 0
6 0
D= D= 0 2 0
0 7
0 0 3
8) Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang elemen-elemen di bawah
diagonal utamanya bernilai nol.
Misalnya:

5 7 8 4
1 2 3 ⎛ ⎞
S= 0 4 5 S=⎜0 3 2 6

⎜0 0 4 2⎟
0 0 6
0 0 0 6
⎝ ⎠
9) Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang elemen-elemen di atas
diagonal utamanya bernilai nol.
Misalnya:
2 0 0 0
1 0 0
4 3 0 0
S= 2 7 0 S=
5 6 1 0
6 5 1
7 8 5 1
E. Operasi hitung matriks

1) Penjumlahan matriks

Jika matriks A dengan elemen ( a ij ) dan matriks B dengan elemen (bij )

merupakan dua buah matriks yang berordo m × n, maka jumlah kedua matriks yang

dinotasikan dengan A + B adalah suatu matriks baru C dengan elemen ( c ij ) yang juga

berordo m x n dengan c ij  a ij  bij untuk setiap i dan j. Akibatnya, dua matriks dapat

dijumlahkan jika dan hanya jika memiliki ordo yang sama. Dengan demikian:

 a11 a12 a13  b b12 b13 


Jika A    dan , B   11  maka
 a 21 a 22 a 23   b21 b22 b23 
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 40

a b a12  b12 a13  b13 


A  B   11 11 
 a 21  b21 a 22  b22 a 23  b23 

Sifat-sifat penjumlahan matriks:

a. A + B = B + A (sifat komutatif)

b. A + (B + C) = (A + B) + C (sifat asosiatif)

c. A + O = O + A

d. (A + B)T = AT + BT

e. Ada matriks B sedemikian hingga A + B = B + A = 0, yaitu B = -A

2) Pengurangan matriks

Rumusan penjumlahan dua matriks dapat kita terapkan untuk memahami

konsep pengurangan dua matriks. Misalkan A dan B adalah matriks yang berordo m

× n, maka pengurangan matriks A dengan B didefinisikan sebagai jumlah antara

matriks A dengan lawan dari matriks B yang dinotasikan A = -B, ditulis: A – B = A

+ (-B). Dua matriks juga dapat dikurangkan jika dan hanya jika memiliki ordo yang

sama. Dengan demikian:

 a11 a12 a13  b b b13 


Jika A    dan B   11 12  , maka
 a 21 a 22 a 23   b21 b22 b23 

A  B  A  ( B)

a a12 a13    b11  b12  b13 


  11   
 a 21 a 22 a 23    b21  b22  b23 

a b a12  b12 a13  b13 


  11 11 
 a 21  b21 a 22  b22 a 23  b23 
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 41

Pengurangan dua matriks dapat juga dilakukan dengan mengurangkan

langsung elemen-elemen yang seletak dari kedua matriks, yaitu: A – b = [aij] – [bij]

= [aij – bij]. Untuk pengurangan matriks tidak berlaku sifat komutatif, sifat asosiatif,

dan tidak mempunyai unsur identitas.

3) Perkalian skalar matriks

Andaikan matriks A dengan elemen (aij) dan k adalah skalar, maka perkalian

skalar k dengan matriks A adalah: k A = k(aij) = (k aij) untuk semua i dan j. Dengan

demikian:

a a12  a a12   ka11 ka12 


Jika A   11 , maka k . A  k  11   
 a 21 a 22   a 21 a 22   ka 21 ka 22 

Sifat – sifat perkalian bilangan real dengan matriks:

Jika k dan s adalah bilangan-bilangan real dan matriks-matriks A dan B yang berordo

sama, berlaku:

a. k A = A k (sifat komutatif)

b. k (A + B) = kA + kB (sifat distributif)

c. (k + s) A = kA + sA . (sifat distributif)

d. k (s A) = (k s) A (sifat asosiatif)

e. 1.A = A

f. 0.A=0.

4) Perkalian dua matriks

Misalkan A matriks berordo m × p dan B matriks berordo p × n maka A × B

adalah suatu matriks C dengan elemen [cij] berordo m × n yang elemen-elemennya


Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 42

pada baris ke-i, kolom ke-j (cij) diperoleh dari penjumlahan hasil kali elemen-elemen

yang bersesuaian pada baris ke-i matriks A dan kolom ke-j matriks B. dengan

demikian:

Jika A2×3 =

dan B3×2 = , maka:

A×B= ×

+ + + +
= + + + +
+ + + +

Operasi ini hanya dapat dilakukan jika banyak kolom matriks A sama dengan

banyak baris matriks B, atau ditulis: Am×p × Bp×n = Cm×n

Sifat-sifat perkalian antara dua matriks yaitu:

a. AB ≠ BA (tidak komutatif)

b. (AB)C = A(BC) (sifat asosiatif)

c. A(B ± C) = AB ± AC (sifat distributif)

d. A. I = I. A = A

(A adalah matriks persegi, mempunyai elemen identitas pada perkalian, yaitu

matriks identitas I)

e. (AB)T = BT . AT
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 43

2.7 Skenario Pembelajaran

Adapun skenario pembelajaran dengan model pembelajaran CORE dan model

pembelajaran Direct Instructional dapat dilihat dari tabel 2.2 dan tabel 2.3.

Tabel 2.2 Tabel Skenario Pembelajaran Model Pembelajaran CORE


Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2)
Pendahuluan Pendahuluan
1. Guru mempersiapkan siswa untuk siap 1. Siswa menyiapkan perangkat pelajaran yang
menerima pelajaran digunakan dalam proses pembelajaran
2. Seorang siswa memimpin untuk
2. Guru meminta seorang siswa untuk memimpin mengucapkan salam dan berdoa
do’a 3. Siswa menjawab saat guru memeriksa
3. Guru mengabsen dan menanyakan kejelasan kehadiran siswa
siswa yang tidak hadir dan izin. 4. Siswa mendengarkan pada saat guru
4. Guru memotivasi siswa memotivasi
5. Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan
5. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin dari guru secara lisan mengenai apersepsi
tahu dan berpikir kritis, guru akan pembelajaran (Connecting).
mengingatkan kepada siswa mengenai Siswa menyatakan ulang sebuah konsep
komponen matriks melalui pertanyaan- untuk menjawab pertanyaan guru (Indikator
pertanyaan (Connecting). 1)
Guru membimbing siswa untuk menyatakan
ulang sebuah konsep untuk menjawab
pertanyaan guru (Indikator 1) 6. Siswa mendengarkan penguatan atau
6. Guru memberikan penguatan terhadap mengikuti scaffolding dari guru
jawaban siswa atau pemberian scaffolding jika
tidak ada siswa yang menjawab benar. 7. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti Inti
1. Guru membagi siswa kedalam beberapa 1. Siswa berkumpul sesuai dengan anggota
kelompok yang masing-masing kelompok kelompok
terdiri dari 4-5 orang.
2. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) 2. Siswa menerima LKS dari guru.
kepada tiap kelompok yang berisi soal-soal
untuk mengkontruksi pemahaman siswa
mengenai materi matriks.
3. Guru memperhatikan dan mendorong siswa 3. Siswa berpartisipasi dalam diskusi dan
untuk berpartisipasi dalam diskusi, dan mengorganisasikan ide-ide untuk
membimbing siswa mengorganisasikan ide- memahami materi (Organizing).
ide untuk memahami materi (Organizing).
a. Guru membimbing siswa untuk menyajikan a. Siswa menyajikan konsep dalam
konsep dalam berbagai representasi berbagai representasi matematis
matematis (Indikator 4) (Indikator 4)
b. Guru membimbing siswa untuk b. Siswa mengaplikasikan konsep atau
mengaplikasikan konsep atau algoritma algoritma pada pemecahan masalah
pada pemecahan masalah (Indikator 7) (Indikator 7)
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 44

(1) (2)
c. Guru membimbing siswa untuk c. Siswa menggunakan dan memanfaatkan
menggunakan dan memanfaatkan serta serta memilih prosedur atau operasi
memilih prosedur atau operasi tertentu tertentu (Indikator 6)
(Indikator 6)
4. Guru menunjuk dua kelompok sebagai 4. Perwakilan kelompok siswa
perwakilan untuk mempresentasikan hasil mempersentasikan hasil diskusinya di depan
diskusinya di depan kelas. kelas.
5. Guru meminta kelompok lain untuk 5. Siswa memperhatikan dan memberikan
memperhatikan dan memberikan tanggapan. tanggapan saat teman lain
mempersentasikan hasil diskusinya.
6. Guru memberikan penguatan terhadap 6. Siswa mendengarkan penguatan atau
jawaban siswa atau pemberian scaffolding jika mengikuti scaffolding dari guru.
tidak ada siswa yang menjawab benar.
7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 7. Siswa bertanya apabila ada hal yang belum
untuk bertanya jika ada hal yang belum diketahui. Jika tidak siswa mengatakan
diketahui. Jika tidak ada, guru menanyakan bahwa mereka sudah paham.
apakah siswa sudah paham.
8. Dengan serangkaian pertanyaan guru 8. Siswa memikirkan kembali, mendalami, dan
melakukan refleksi hasil diskusi peserta didik. menggali informasi yang sudah didapat
Siswa memikirkan kembali, mendalami, dan melalui beberapa pertanyaan dari guru
menggali informasi yang sudah didapat dan dalam LKS (Reflecting).
dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok
siswa untuk memperkuat konsep yang telah
ditemukan (Reflecting).
a.Guru membimbing siswa untuk menyatakan a. Siswa menyatakan ulang sebuah konsep
ulang sebuah konsep untuk menjawab untuk menjawab pertanyaan guru
pertanyaan guru (Indikator 1) (Indikator 1)
b.Guru membimbing siswa untuk b.Siswa mengklasifikasikan objek menurut
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat sifat-sifat tertentu sesuai dengan
tertentu sesuai dengan konsepnya (Indikator konsepnya (Indikator 2)
2)
c.Guru membimbing siswa untuk memberi c.Siswa memberi contoh dan bukan contoh
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep dari suatu konsep (Indikator 3)
(Indikator 3)
d.Guru membimbing siswa untuk menyajikan d.Siswa menyajikan konsep dalam berbagai
konsep dalam berbagai representasi representasi matematis (Indikator 4)
matematis (Indikator 4)
e.Guru membimbing siswa untuk e.Siswa menggunakan dan memanfaatkan
menggunakan dan memanfaatkan serta serta memilih prosedur atau operasi
memilih prosedur atau operasi tertentu tertentu (Indikator 6)
(Indikator 6)
f. Guru membimbing siswa untuk f. Siswa mengaplikasikan konsep atau
mengaplikasikan konsep atau algoritma pada algoritma pada pemecahan masalah
pemecahan masalah (Indikator 7) (Indikator 7)
9. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk 9. Siswa mengumpulkan laporan
mengumpulkan laporan kelompoknya. kelompoknya.

Penutup Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan mengenai 1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi
materi pelajaran. pembelajaran.
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 45

(1) (2)
2. Guru memberikan tugas individu kepada 2. Siswa mengerjakan tugas individu untuk
siswa untuk mengukur kemampuan mengembangkan, memperluas, dan
pemahaman konsep siswa (Extending). menggunakan informasi yang telah didapat
dalam konteks yang berbeda dan untuk
mengukur kemampuan pemahamannya
(Extending).
3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan 3. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
mengingatkan kepada siswa untuk terus
belajar dan memberikan pesan moral:
“Belajar adalah investasi tercerdas yang bisa
anak-anak lakukan. Karena investasi akan
kembali dengan jumlah yang ratusan bahkan
ribuan kali lebih besar dari sebelumnya”.
4. Guru menginformasikan kegiatan 4. Siswa mendengarkan informasi dari guru
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Tabel 2.3 Tabel Skenario Pembelajaran Model Pembelajaran Direct Instructional


Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2)
Pendahuluan Pendahuluan
1. Guru mempersiapkan siswa untuk siap 1. Siswa menyiapkan perangkat pelajaran
menerima pelajaran (Fase 1). yang digunakan dalam proses
pembelajaran (Fase 1).
2. Guru meminta seorang siswa untuk 2. Seorang siswa memimpin untuk
memimpin do’a mengucapkan salam dan berdoa
3. Guru mengabsen dan menanyakan kejelasan 3. Siswa menjawab saat guru melakukan
siswa yang tidak hadir dan izin. presensi
4. Guru memotivasi siswa 4. Siswa mendengarkan pada saat guru
memotivasi siswa
5. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa 5. Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan
ingin tahu dan berpikir kritis, guru akan dari guru secara lisan mengenai apersepsi
mengingatkan kepada siswa mengenai materi pembelajaran.
sebelumnya melalui pertanyaan-pertanyaan.
6. Guru memberikan penguatan terhadap 6. Siswa mendengarkan penguatan atau
jawaban siswa jika siswa menjawab benar mengikuti scaffolding dari guru
atau pemberian scaffolding jika tidak ada
siswa yang menjawab benar.
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 7. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran
(Fase 1). (Fase 1)
8. Guru memberikan informasi latar belakang 8. Siswa mendengarkan informasi latar
pembelajaran (Fase 1). belakang pelajaran (Fase 1)
9. Guru menjelaskan pentingnya pembelajaran 9. Siswa mendengarkan penjelasan
(Fase 1). pentingnya pembelajaran (Fase 1)

Inti Inti
1. Guru menyajikan informasi kepada siswa 1. Siswa menyimak materi yang disajikan
mengenai materi pelajaran secara tahap demi oleh guru (Fase 2)
tahap dan memberi contoh-contoh yang
relevan dari penjelasan dan informasi yang
diberikan oleh guru (Fase 2).
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 46

(1) (2)
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 2. Siswa bertanya apabila ada hal yang belum
untuk bertanya jika ada hal yang belum diketahui. Jika tidak siswa mengatakan
diketahui. Jika tidak ada, guru menanyakan bahwa mereka sudah paham.
apakah siswa sudah paham.
3. Guru memberikan latihan kepada siswa 3. Siswa mengerjakan latihan yang diberikan
(Fase 3). (Fase 3)
4. Guru mengecek apakah siswa berhasil 4. Siswa memperhatikan guru (Fase 4).
melakukan tugas dengan baik (Fase 4).
5. Guru memberikan umpan balik (Fase 4). 5. Siswa mendengarkan umpan balik yang
disampaikan oleh guru (Fase 4)

Penutup Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 1. Siswa bertanya apabila ada hal yang belum
untuk bertanya jika ada hal yang belum diketahui. Jika tidak siswa mengatakan
diketahui. Jika tidak ada, guru menanyakan bahwa mereka sudah paham.
apakah siswa sudah paham.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan 2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi
mengenai materi pelajaran. pembelajaran.
3. Guru memberikan tugas individu kepada 3. Siswa mencatat PR yang diberikan guru
siswa untuk mengukur kemampuan dan mengumpulkan pada pertemuan
pemahaman konsep siswa (Extending). berikutnya (Fase 5)
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan 4. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
mengingatkan kepada siswa untuk terus
belajar dan memberikan pesan moral:
“Belajar adalah investasi tercerdas yang bisa
anak-anak lakukan. Karena investasi akan
kembali dengan jumlah yang ratusan bahkan
ribuan kali lebih besar dari sebelumnya”.
5. Guru menginformasikan kegiatan 5. Siswa mendengarkan informasi dari guru
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 47

2.8 Kerangka Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti dan tujuan yang akan

kemukakan di atas, maka dapat disusun kerangka penelitian sebagai berikut:

Populasi

Sampel

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Diterapkan model pembelajaran Diterapkan model pembelajaran langsung


CORE (Direct Instructional)

Post-tes

Analisis statistik

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.9 Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model

pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam

pembelajaran matriks terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas

X SMA.
Dicetak pada tanggal 2019-11-28
Id Doc: 589c891d81944d461049423e 48

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam pembelajaran

matriks terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas X SMA.

Anda mungkin juga menyukai